• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Susut Tegangan Pada Sistem Jaringan Transmisi 500 kV Region Jabar PT. PLN (PERSERO) P3B Jawa – Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Susut Tegangan Pada Sistem Jaringan Transmisi 500 kV Region Jabar PT. PLN (PERSERO) P3B Jawa – Bali."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SUSUT TEGANGAN PADA SISTEM JARINGAN TRANSMISI 500 kV REGION JABAR PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA - BALI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro Pada Program Studi Teknik Elektro

Disusun Oleh : Dian Dwi Herlambang

E.5051.0801377

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO S-I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

ANALISIS SUSUT TEGANGAN PADA SISTEM JARINGAN TRANSMISI 500 kV REGION JABAR PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA - BALI

LEMBAR HAK CIPTA

Oleh :

Dian Dwi Herlambang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada fakultas pendidikan teknik dan kejuruan

© Dian Dwi Herlambang 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

DIAN DWI HERLAMBANG E.5051.0801377

ANALISIS SUSUT TEGANGAN PADA SISTEM JARINGAN TRANSMISI

500 KV REGION JABAR PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Bambang Trisno, MSIE. NIP. 19610309 19610 1 001

Pembimbing II

Maman Somantri, S.Pd, MT. NIP. 19720119 200112 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Teknik Elektro

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

2.1.2. Diagram Reaktansi dan Diagram Impedansi ... 8

2.1.3. Beban ... 10

2.2. Saluran Transimis ... 10

2.2.1. Komponen Saluran Transmisi... 11

2.2.1.1. Menara atau Tiang Transmisi... 11

2.2.1.2. Isolator - isolator ... 17

2.2.1.3. Kawat Penghantar ... 18

2.2.1.3.1 Perlengkapan Kawat Penghantar... 19

2.2.1.4. Kawat Tanah ... 22

2.2.2. Penetuan Jarak Antara Kawat - kawat ... 22

2.2.3. Perhitungan Teganagan dan Andongan ... 24

2.2.4. Tipe Saluran ... 24

2.2.4.1. Saluran Transmisi Pendek ... 25

2.2.4.2. Saluran Transmisi Menengah ... 27

2.2.4.3. Saluran Transmisi Panjang ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2. Diagram Alir Penelitian ... 34

3.3. Analisis Perhitungan Susut Tegangan Saluran Transmisi Region JABAR... ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

(5)

4.2.1. Analisis Perhitungan Susut Tegangan Antar saluran……..…………... 39

4.2.1.1. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi

Gardu Induk Mandirancan – Bandung Selatan ... 40

4.2.1.2. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi Gardu Induk Bandung Selatan – Saguling ... 42

4.2.1.3. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi Gardu Induk Saguling - Citara ... 45

4.2.1.4. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi Gardu Induk Cirata - Cibatu... 47

4.2.2. Analisis Perhitungan Susut Tegangan Antar saluran……..…………... 49 4.2.2.1. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi Gardu Induk Mandirancan – Bandung Selatan ... 51

4.2.2.2. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi Gardu Induk Bandung Selatan – Saguling ... 53

4.2.2.3. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi Gardu Induk Saguling - Citara ... 56

4.2.2.4. Hasil Analisis Perhitungan Saluran Transmisi Gardu Induk Cirata - Cibatu... 58

4.2.3. Perbandingan Hasil Analisis Perhitungan...……..…………... 60

AB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1. Simpulan ... 63

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja

yang semakin ketat menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk menguasai

bidangnya. Penguasaan ini diharapkan tidak hanya secara teori di atas kertas tetapi

juga mampu mengaplikasikannya dilapangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa

tenaga listrik mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kebutuhan tenaga listrik, baik

untuk keperluan industri (produksi) maupun untuk keperluan konsumsi (rumah

tangga). Karena berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan pada

tempat-tempat tertentu saja. Sedangkan pemakaian listrik atau pelanggan tenaga

listrik tersebar di berbagai tempat, maka penyampaian tenaga listrik dari tempat

dibangkitkan sampai ke tempat pelanggan memerlukan berbagai penanganan

teknis.

Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat sesuai dengan laju

pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk. Dalam menuju

era tinggal landas, semua sektor pembangunan diarahkan untuk mampu

mempersiapkan diri untuk menghadapi era industrialisasi. Berbagai investasi

dalam bidang industri saat ini telah banyak dilakukan oleh pihak swasta baik

melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal

asing (PMA). Sedangkan dari pihak pemerintah sendiri rupanya sudah cukup

banyak yang dikerjakan melalui sektor industri, antara lain melalui kiprah Badan

Usaha Milik Pemerintah (BUMN) yang tergabung dalam kelompok industri

strategis dan juga melalui industri petrokimia, industri semen, industri logam dan

industri berat lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa semua kegiatan industri

seperti diatas dapat berjalan apabila tenaga listrik yang tersedia cukup memadai.

Untuk mengatasi kebutuhan tenaga listrik tersebut.

Pihak pemerintah juga sudah memikirkannya antara lain melalui

pembangunan pembangkit tenaga listrik berskala besar seperti yang ada di PLTU

(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Suralaya (Jawa Barat), PLTU Payton (Jawa

(7)

2

tahap pembangunan. Oleh sebab itu ketersediaan energi listrik yang cukup dan

berkualitas merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh PLN (Perusahaan

Listrik Negara).

Sistem kelistrikan antar pusat-pusat pembangkit dan pusat-pusat beban pada

umumnya terpisah dalam ratusan bahkan ribuan kilometer. Hal ini terjadi karena

beban (konsumen) terdistribusi disetiap tempat, sementara lokasi pembangkitan

umumnya terletak dipusat-pusat sumber energi (PLTA) dan di lokasi yang

memudahkan transportasi bahan bakar (PLTU), yang biasanya dibangun di tepi

laut.

Karena itu tenaga listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui

kawat-kawat saluran transmisi. Saluran- saluran transmisi membawa tenaga listrik dari

pusat-pusat pembangkitan ke pusat- pusat beban melalui saluran tegangan tinggi

150 kV atau melalui saluran transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV. Trafo

penurunan akan merendahkan tegangan ini menjadi tegangan subtransmisi 70 kV

yang kemudian di gardu induk diturunkan lagi menjadi tegangan distribusi primer

20 kV. Pada gardu induk distribusi yang tersebar di pusat-pusat beban tegangan

diubah oleh trafo distribusi menjadi tegangan rendah 220/380 V. Saluran

transmisi dilihat dari jarak atau panjangnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Satu Saluran transmisi jarak pendek (short line), adalah saluran yang panjangnya

kurang dari 80 km. Dua Saluran transmisi jarak menengah (medium line), adalah

saluran yang panjangnya antara 80 – 240 km. Tiga Saluran transmisi jarak jauh

(long line), adalah saluran yang panjangnya lebih dari 240 km. Daya listrik akan

selalu mengalir menuju beban karena itu dalam hal ini aliran daya juga merupakan

aliran beban. Beban – beban itu direpresentasikan sebagai Impedan tetap (Z),

sebagai Daya tetap (S), Tegangan (V) ataupun Arus (I) yang tetap yang lazim

pembebanan dipilih menggunakan tegangan yang konstan. Pada saluran transmisi

tegangan ekstra tinggi terdapat rugi – rugi tegangan dan rugi – rugi daya yang

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor korona dan faktor

kebocoran isolator yang biasanya banyak terjadi pada saluran transmisi tegangan

ekstra tinggi, sehingga mengakibatkan tegangan mengalami penurunan atau biasa

disebut dengan jatuh tegangan. Hal ini terjadi apabila tegangan pada pangkal

(8)

3

Dengan adanya impedansi pada saluran, maka tegangan akan mengalami

penyusutan. Dimana tegangan yang dinyatakan dalam volt merupakan perkalian

arus dengan impedansi peralatan penyaluran tenaga listrik. Semakin besar harga

resistansi dari penghantar, maka akan semakin besar susut tegangannya. Dalam

tugas akhir ini akan dibahas mengenai “Analisa Susust Tegangan Pada Sistem Jaringan Transmisi 500KV Region Jabar PT. PLN (persero)P3B Jawa-Bali”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan beberapa masalah

inti yang akan dibahas.

Adapun masalah yang durumuskan tersebut adalah:

1. Berapa susut tegangan yang terjadi pada antar saluran transmisi 500 kV

region Jawa Barat ?

2. Apa penyebab terjadinya susut tegangan pada jaringan transmisi 500 kV

region Jawa Barat?

3. Bagaimana penanggulangan susut tegangan pada jaringan transmisi 500 kV

di region jawa barat?

Agar pembahasan menjadi lebih terfokus, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Saluran yang menjadi studi kasus penelitian terdiri dari 4 buah saluran yaitu

saluran transmisi 500 kV Mandirancan – Bandung Selatan, Bandung Selatan

– Saguling, Saguling – Cirata, dan Cirata – Cibatu.

2. Perhitungan susut tegangan dilakukan pada hari Minggu, 01 Juni 2014 dan

hari Rabu, 10 Juni 2014 pada saat kondisi beban puncak malam pukul 18.30

WIB.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui susut tegangan yang terjadi pada antar saluran transmisi 500 kV

region Jawa Barat

2. Mengetahui penyebab terjadinya susut tegangan pada jaringan transmisi 500

(9)

4

3. Mengetahui cara penanggulangan susut tegangan pada jaringan transmisi

500 kV di region Jawa Barat.

Sedangkan tujuan khusus dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk

mengetahui dan mempelajari penyebab terjadinya susut tegangan pada jaringan

transmisi 500KV region jabar serta melakukan analisa terhadap nilai susut

tegangan tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan pemahaman tentang rugi-rugi tegangan pada saluran

umumnya sehingga bisa diketahui susut tegangan pada suatu saluran

jaringan sistem tenaga

2. Memberikan pemahaman tentang bagaimana agar dapat menyalurkan

energi dalam hal tegangan listrik secara kontinyu dan efisien kepada

konsumen dengan susut tegangan yang kecil sehingga memperoleh kinerja

yang baik

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penyusunan penulisan laporan Proyek Akhir ini adalah

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan

penelitian, manfaat, struktur organisasi skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Meliputi dasar teori yang relevan berkaitan dengan penyusutan

tegangan seperti sistem transmisi tegangan ekstra tinggi, saluran

transmisi pendek, menengah, panjang dan teori susut tegangan

(10)

5

Berisi data – data yang diperlukan sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan seperti pengamatan objek studi susut tegangan serta metode

yang digunakan dalam pengambilan data penyusutan tegangan pada

saluran transmisi 500 kV region Jabar.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan data – data dan analisa hasil pengamatan mengenai

penyusutan tegangan pada antar jaringan transmisi 500 kV region

Jawa Barat.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di : PT PLN (PERSERO) Penyaluran dan Pusat Pengatur

Beban Jawa Bali (GANDUL), cinere 16514 – Jakarta Selatan, dan PT PLN

(PERSERO) Penyaluran dan Pusat Pengaturan beban jawa bali area pelaksanan

pemeliharaan Bandung, jalan Moch Toha Km 4 komplek PLN Cigereleng,Bandung –

40225, waktu 4 Maret 2013 – 28 Oktober 2014.

3.2Diagram Alir Penelitian

Beberapa tahap yang ditempuh dalam proses analisis perhitungan susut tegnagan

(12)

34

Mulai

Diskripsi Kerja

Observasi Pengambilan Data Transformator (KV, MVA) Transmisi (Panjang, Z, R1-R0, X1-X0)

Bus (KV)

Apakah Sesuai

Analisis Perhitungan

Pembahasan

Selesai

Tidak

Ya

(13)

35

3.3Analisis Perhitungan Susut Tegangan Saluran Transimi Regio JABAR

Menghitung susut tegangan yang terjadi pada penghantar harus dicari dulu nilai

resistannya. Rumus yang digunakan utnuk mencari resistan adalah sebagai berikut

(3.1)

Nilai reaktansi dapat dicari setelah nilai resistannya diketahui, untuk

menghitung nilai reaktan adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(3.2)

(William D Stevenson, 1990 : 59)

Nilai GMD (Geometric Mean Distance atau jarak rata-rata geometris) dan

nilai GMR (Geometric Mean Radius atau radius rata- rata geometris), dapat dicari

dengan menggunakan rumus dibawah ini :

(3.3)

(Hutahuruk, 1985 : 45)

Untuk menghitung GMR adalah sebagai berikut.

√ (3.4)

(Hutahuruk, 1985 : 45)

Saluran transmisi Ungaran – Pedan adalah merupakan saluran transmisi jarak

pendek yaitu kurang dari 80 km, sehingga untuk mencari impedannya sebagai

berikut:

(14)

36

Data-data hasil perhitungan diatas digunakan untuk menghitung besar

tegangan pada ujung beban dan tegangan pengiriman, besar jatuh tegangan, rugi daya

pada kawat penghantar, daya pengiriman serta efisiensi transmisi. Rumus-rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Mencari Faktor Daya

Dan √ (3.5)

(William D Stevenson, 1990 : 17)

dengan : P = Daya aktif (Watt)

S = Daya semu (Watt)

Q = Daya rekatif (VAR) cos φ = Faktor daya

b. Menghitung besar tegangan pada ujung beban adalah:

√ (3.7) (Hutahuruk, 1985 : 64)

Dengan:

Vr = Tegangan penerimaan (Volt)

Vrline = Tegangan kerja (Volt)

c. Mencari Tegangan Pengiriman adalah :

(3.8)

(Hutahuruk, 1985 : 64)

(15)

37

Vs = Tegangan pengiriman

Vr = Tegangan penerimaan

I = Arus (Ampere)

Z = Impedan (Ohm)

d. Mencari Susut Tegangan

(3.9)

(Arismunandar dan Kuwahara, 1993 : 2)

dengan

Vs = Tegangan pengiriman

(16)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis selama penelitian maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Susut tegangan yang terjadi pada saluran transmisi tegangan ekstra tinggi

Region Jawa Barat masih sangat kecil sekali, karena masih dibawah

standarnya yaitu maksimal 5% untuk batas atas dan maksimal 10% untuk

batas bawah. Jatuh tegangan yang terbesar terjadi pada saluran Madirancan – Bandung selatan pada tanggal 1 Juni 2014 dengan nilai sebesar 9.85 % dan pada tanggal 10 Juni 2014 sebesar 2.86 % hal ini dikarenakan saluran

tersebut termasuk klasifikasi jarak menengah dan terkecil terjadi pada

saluran Cirata – Cibatu pada tanggal 1 Juni 2014 dengan nilai susut

tegangan sebesar 1.50 % dan pada tanggal 10 Juni 2014 dengan nilai 1.22

%.

2. Penyebab terjadinya susut tegangan ekstra tinggi 500 kV di Region Jawa

Barat dikarenakan jarak antar saluran yang sangat jauh sehingga terjadi

adanya impedansi. Untuk memperkecil nilai rugi tersebut selalu

diupayakan langkah – langkah pengukuran beban secara real time.

3. Untuk menanggulangi susut tegangan yang terjadi pada saluran transmisi

dengan memperbesar penampang pada penghantar karena ukuran

penampang mempengaruhi terhadap besar-kecilnya nilai susut tegangan

atau rugi daya yang terjadi.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan oleh penulis untuk susut tegangan pada saluran

transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV adalah sebagai berikut:

1. Dalam meneliti susut tegangan pada saluran transmisi tegangan ekstra

tinggi 500 kV sebaiknya dalam pengambilan data diambil data untuk

(17)

64

kenaikan susut tegangan yang terjadi, maka untuk pengambilan tindakan

akan lebih efektif.

2. Untuk peneliti selanjutnya, alangkah akan lebih baik jika perhitungan susut

tegangan menggunakan software sehingga nantinya bisa diandingkan

(18)

DAFTAR PUSTAKA

A, Fathoni. 2009. Analisis Kerugian Daya Pada Saluran Transmisi EHV (Extra High Voltage) Di PT. PLN PERSERO Penyaluran dan Pusat Pengaturan Bebam Jawa Bali Regional Jawa Tengah dan DIY Unit Pelayanan Transmisi

Ungaran. Jurnal Teknik Elektro Vol, 1 No,2[online]. 7 Halaman. Tersedia:

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jte/article/view/1591[Februari 2013]

Hutauruk. T.S. 1985. TRANSMISI DAYA LISTRIK. Jakarta : Erlangga

Idris, Ir.Kamal. 1994.”Analisis Sistem Tenaga Listrik (William D. Stevenson, Jr,

Elements of Power System Analysis, 4th Edition, McGraw-Hill, Inc)”

Jakarta:Erlangga.

John J. Grainger and William D. Stevenson, Jr. 1994. Power Sistem Analysis. Singapore : McGraw-Hill

S, Hernawan. 2009. Analisis Kerugian Daya Pada Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500KV Di PT.PLN (PERSERO) P3B Regional Jawa Tengah

Dan Semarang UPT.Semarang. Jurnal Teknik Elektro Vol, 1 No,1[online].

20 Halaman. Tersedia:

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jte/article/view/1603[Februari 2013]

Gambar

Gambar 3.1 Flowcart proses analisis perhitungan susut tegangan

Referensi

Dokumen terkait

PT.PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA BARAT UPT PURWAKARTA” Yang digunakan untuk melengkapi salah satu syarat dalam. mata kuliah kerja praktek pada program

Perhitungan Susut Daya Pada Jaringan Tegangan Menengah 20KV Pada Penyulang Meranti di PT..

Data data hasil perhitungan diatas digunakan untuk menghitung besar tegangan pada ujung beban dan tegangan pengiriman, besar jatuh tegangan, rugi daya pada kawat

Cara pencegahan dari kerugian daya yang diakibatkan oleh jaringan transmisi, maka dibutuhkan tegangan dari pembangkit listrik yang sangat tingi untuk

Analisa yang dilakukan peneliti yaitu memperhitungkan susut daya pada saluran transmisi tegangan tinggi 150 kV pada gardu induk Palur ke gardu induk Masaran yang

Berdasarkan analisa penulis diatas, dapat disimpulkan bahwa total kerugian yang diakibatkan oleh susut energi penggunaan penghantar TACSR pada jaringan transmisi tegangan

PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali Region Jawa Barat memiliki fungsi yang sangat penting dalam mengelola sistem tenaga listrik Jawa Bali,

PLN Persero Unit Transmisi Dan Gardu Induk Tragi Panakkukang Berikut ini adalah rekapitulasi data gangguan perbulan Saluran Udara Tegangan Tinggi SUTT diwilayah kerja PT.PLN Persero