TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
MULFIA SARI
NIM. 1404590
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN ANALITIK SINTETIK
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
PENCAPAIAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA
Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Analitik Sintetik
terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Pencapaian Self-Regulated Learning Siswa
Oleh
Mulfia Sari
S.Si Unand Padang, 2006
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Mulfia Sari 2016
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2016
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Mulfia Sari (2016), “Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Analitik Sintetik
terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Pencapaian
Self-Regulated Learning
Siswa”
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
matematika dengan pendekatan analitik sintetik terhadap pencapaian dan
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-regulated learning
pada siswa SMP. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain
kelompok nonequivalent control group. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII
salah satu SMP Negeri di Kabupaten Solok. Banyak sampel 48 siswa yang
terdistribusi dalam dua kelas. Sampel dipilih secara purposive sampling.
Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis matematis dan
angket self-regulated learning. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Uji t, Uji Anova satu jalur dan Uji Mann-Whitney U. Berdasarkan analisis data,
diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa kelas eksperimen ditinjau dari KAM. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis kelompok tinggi lebih baik dari pada kelompok sedang,
kelompok tinggi lebih baik daripada kelompok rendah dan kelompok sedang tidak
lebih baik dari kelompok rendah; (3) Terdapat perbedaan self-regulated learning
antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
ABSTRACT
Mulfia Sari (2016), “ The Effect of Analytic
al Synthetic Approach Learning
toward Increasing Student’s Mathematical Critical Thinking and
Self-Regulated Learning
Achievement”
The main purpose of the study were to determine influence mathematics learning
with analytic synthetic approach toward student
’s mathematical critical thinking
and self-regulated learning.The research was a quasi experimental study, with
nonequivalent control group desain. The research is student of SMPN in Kab.
Solok. The samples were 48 in two classes. Samples were selected by purposive
sampling. The instrument which was used in this study were critical thinking
ability test and self-regulated learning questionnaries. Data analysis the research
employs t-test, One-Way Anova and Mann-Whitney U test. Based on data analysis
, it is conclude that: (1) There is different ability and increasing of critical thinking
skill between experimental class and control class; (2) There is different
increasing of critical thnking ability based on prior mathematics ability.
Increasing mathematical critical thinking in the high level group is better than the
middle level group, the high level group is better than the low level group, but the
middle level group is not better than the low level group; (3) There is different
self-regulated learning between experimental class and control class.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN... ... ii
PERNYATAAN... ... iii
ABSTRAK ...
iv
ABSTRACT ...
v
KATA PENGANTAR ...
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ...
vii
DAFTAR ISI ...
ix
DAFTAR TABEL ...
xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
9
C.
Tujuan Penelitian ...
10
D.
Manfaat Penelitian ...
10
E.
Struktur Organisasi ...
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Berpikir ... 12
B.
Berpikir Kritis Matematis ...
13
C.
Self-Regulated Learning ...
18
D.
Pendekatan Analitik Sintetik ...
22
E.
Pembelajaran Konvensional ...
25
F.
Teori Belajar yang Mendukung ...
26
G.
Kerangka Berpikir Penelitian ...
30
H.
Penelitian yang Berkaitan ...
32
I.
Hipotesis Penelitian ...
33
B.
Populasi dan Sampel Penelitian ...
35
C.
Definisi Operasional ...
36
D.
Variabel Penelitian ...
37
E.
Instrumen Penelitian ...
37
1. Tes Kemampuan Awal ...
37
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...
38
a. Analasis Validitas Butir Tes ...
40
b. Analisis Reliabilitas Tes ... 41
c. Analisis Daya Pembeda Butir Tes ...
42
d. Analisis Tingkat Kesukaran Tes ...
44
e. Rekapitulasi Analisis Hasil Coba ...
45
2. Skala Sikap Self-Regulated Learning ...
45
a. Analisis Validitas Skala sikap ...
47
b. Analisis Reliabilitas Skala Sikap ... 48
F.
Bahan Ajar ...
49
G.
Prosedur Penelitian ...
49
H.
Teknik Analisis Data ...
51
a.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis matematis ...
51
b.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau
dari KAM ...
55
c.
Analisis Tingkat Self-Regulated Learning ...
56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ...
58
1.
Deskripsi Data Kemampuan Awal ...
58
2.
Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ...
59
a.
Analisis Skor Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis...
63
i.
Uji Kesamaan Pretes Kemampuan Berpikir Kritis ...
63
ii.
Uji Perbedaan Postes Kemampuan Berpikir Kritis ...
65
iv.
Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Kelas Eksperimen...
70
3.
Deskripsi Data Skala Sikap Self-Regulated Learning
…
...
74
4.
Analisis Perbedaan Tingkat Self-Regulated Learning ...
84
B.
Pembahasan ...
86
1.
Pembelajaran dengan Pendekatan Analitik Sintetik ...
86
2.
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ...
90
3.
Self-Regulated Learning ...
99
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan ... 103
B.
Implikasi...
103
C.
Rekomendasi ... 104
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM ...
36
Tabel 3.2 Hasil Pengelompokkan Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan
KAM ...
36
Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...
38
Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas ...
41
Tabel 3.5 Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis Matematis ...
41
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ...
42
Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ...
43
Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis ...
43
Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran ...
44
Tabel 3.10 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis ...
44
Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ...
45
Tabel 3.12 Kisi-Kisi Self-Regulated Learning ...
46
Tabel 3.13 Hasil Analisis Validitas Hasil Uji Coba Angket Self-Regulated
Learning ...
48
Tabel 3.14 Hasil Analisis Reliabilitas Angket Self-Regulated Learning...
48
Tabel 3.15 Interpretasi N-Gain yang Dimodifikasi...
51
Tabel 3.16 Keterkaitan Masalah, hipotesis dan Uji Statistik ...
57
Tabel 4.1 Statistika Deskriptif Data Kemampuan Awal Matematika ...
58
Tabel 4.2 Pengelompokkan Siswa Kelas Eksperimen Ditinjau dari Kemampuan
Awal ...
59
Tabel 4.3 Statistika Deskriptif Data Pretes dan Postes Berpikir Kritis
Matematis ...
59
Tabel 4.4 Statistika Deskriptif Data N-Gain Berpikir Kritis Matematis ...
60
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ...
64
Tabel 4.7 Hasil Uji Mann Whitney U Pretes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ...
65
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ...
66
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Postes Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ... ..
66
Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan rerata Pencapaian Berpikir Kritis Matematis
67
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas N-Gain kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ...
68
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas N-Gain kemampuan Berpikir Kritis
Matematis. ...
68
Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan Rerata N-Gain Berpikir Kritis Matematis ....
69
Tabel 4.14 Hasil Uji N-Gain Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan KAM...
70
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas N-gain kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kelompok Tinggi, sedang dan Rendah Kelas Eksperimen ...
71
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah ...
72
Tabel 4.17 Hasil Uji One-Way Anova N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Ditinjau dari KAM ...
73
Tabel 4.18 Hasil Uji Post Hoc N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Ditinjau dari KAM ...
73
Tabel 4.19 Deskripsi Persentase Jawaban Angket Self-Regulated Learning
Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Inisiatif Belajar
74
Tabel 4.20 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Inisiatif Belajar ...
75
Tabel 4.21 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Mendiagnosa Kebutuhan Belajar ...
75
Tabel 4.22 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
Tabel 4.23 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Menetapkan Target/Tujuan Belajar ...
76
Tabel 4.24 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan Indikator Menetapkan Target/Tujuan Belajar ...
77
Tabel 4.25 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Memonitor, mengatur dan Mengontrol
Belajar... ...
77
Tabel 4.26 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan Indikator Memonitor, mengatur dan Mengontrol
Belajar... ...
78
Tabel 4.27 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Memandang Kesulitan Sebagai Tantangan
78
Tabel 4.28 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan Indikator Memandang Kesulitan Sebagai Tantangan
79
Tabel 4.29 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Mencari dan Memanfaatkan Sumber Belajar
yang Relevan... ...
80
Tabel 4.30 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan Indikator Mencari dan Memanfaatkan Sumber Belajar
yang Relevan... ...
80
Tabel 4.31 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Memilih dan Menetapkan Strategi
Belajar... ...
81
Tabel 4.32 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan Indikator Memilih dan Menetapkan Strategi
Belajar... ...
81
Tabel 4.33 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan Indikator Mengevaluasi Proses dan Hasil Belajar... 82
Tabel 4.34 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan Indikator Mengevaluasi Proses dan Hasil Belajar... 82
Tabel 4.35 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Eksperimen
Tabel 4.36 Deskripsi Skala Self-Regulated Learning Siswa Kelas Kontrol
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Soal Ujian Nasional 2014 ... 4
Gambar 1.2 Soal Studi Pendahuluan ... 4
Gambar 2.1 Skema Pembelajaran Analitik Sintetik ... 26
Gambar 4.1 Diagram Rerata Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis ... 62
Gambar 4.2 Diagram Rerata Peningkatan kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa Berdasarkan indikator ... 64
Gambar 4.3 Rerata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Kelas Eksperimen...
71
Gambar 4.5 Diagram Persentase Tingkat Self-Regulated Learning Kelas
Eksperimen dan Kontrol... 75
Gambar 4.6 Jawaban Pretes Indikator Mengidentifikasi Konsep Kelas
Eksperimen... . 94
Gambar 4.7 Jawaban Postes Indikator Mengidentifikasi Konsep Kelas
Eksperimen... . 95
Gambar 4.8 Jawaban Pretes Indikator Menggeneralisasi Kelas Eksperimen. 95
Gambar 4.9 Jawaban Postes Indikator Menggeneralisasi Kelas Eksperimen. 96
Gambar 4.10 Jawaban Pretes Indikator Memeriksa Algoritma Kelas
Eksperimen. ... 96
Gambar 4.11 Jawaban Postes Indikator Memeriksa Algoritma Kelas
Eksperimen. ... 97
Gambar 4.12 Jawaban Postes Indikator Memecahkan Masalah Kelas
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 RPP Kelas Eksperimen ...
113
A.2 RPP Kelas Kontrol ...
146
A.3 LKS Kelas Eksperimen ...
167
A.4 LKS Kelas Kontrol ...
201
A.5 Kisi-kisi Soal dan Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
224
A.6 Kisi-kisi dan Angket Self-Regulated Learning Siswa ...
229
LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA
B.1 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 232
B.2 Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... .
233
B.3 Perhitungan Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis
234
B.4 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 235
B.5 Perhitungan Validitas Angket Self-Regulated Learning ...
236
LAMPIRAN C: ANALISIS DATA KOGNITIF
C.1 Skor Tes Kemampuan Awal Matematika Kelas Eksperimen ..
237
C.2 Skor Tes Kemampuan Awal Matematika Setelah Dikelompokkan 238
C.3 Skor Pretes Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen ...
239
C.4 Skor Pretes Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol ...
240
C.5 Skor Postes Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen ...
241
C.6 Skor Postes Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol ...
242
C.7 Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Eksperimen 243
C.8 Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Kelas Kontrol ...
244
C.9 Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Kelompok Eksperimen Berdasarkan KAM... .
245
C.10Output Uji Statistik Data Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis dengan SPSS.20 ...
246
LAMPIRAN E: DOKUMENTASI PENELITIAN
E.1 Foto-foto pada Saat Pembelajaran ...
254
E.2 Surat Keterangan dan Ijin Penelitian ...
255
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kemampuan berpikir kritis dan
tingkat self-regulated learning antara siswa yang memperoleh pembelajaran
secara konvensional dengan yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan
analitik sintetik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dasar pertimbangan
pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengelompokkan
baru yang disebabkan oleh aturan administratif sekolah. Oleh sebab itu, peneliti
memilih sampel acak kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelompok
eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan analitik
sintetik, sedangkan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran secara
konvensional. Oleh sebab itu, metode penelitian ini menggunakan kuasi
eksperimen. Peneliti menerima keadaan subjek sebagaimana adanya (Ruseffendi,
2010).
Desain penelitian kemampuan berpikir kritis matematis ini terdiri dari dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan
pendekatan analitik sintetik dan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding
dengan menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga rancangan penelitian
yang digunakan adalah desain nonequivalent pretest-posttest control group
design. Adapun desain penelitian di gambar sebagai berikut:
Kelas eksperimen
O X O
---
Kelas Kontrol
O O
Keterangan:
O :
Pretes atau postes kemampuan berpikir kritis matematis
X :
Perlakuan pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik
--- :
Subjek tidak dikelompokan secara acak menyeluruh
35
Desain penelitian untuk self-regulated learning matematika siswa adalah
menggunakan desain posttest-only control group desain. Pada desain ini,
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hanya menggunakan angket pada
akhir proses pembelajaran atau setelah semua rangkaian perlakuan dilakukan.
B.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini dilaksanakan pada siswa salah satu Sekolah
Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Solok Sumatera Barat. Ditetapkan
populasi ini dengan alasan bahwa pembagian siswa pada setiap kelas dilakukan
berdasarkan nilai UN untuk kelas VII dan berdasarkan nilai raport sebelumnya
untuk kelas VIII dan IX. Pembagian siswa dilakukan secara merata dengan
kemampuan cenderung heterogen.
Pemilihan sampel dilakukan mengikuti kebijakan sekolah. Setelah
dikonsultasikan dengan Wakil Kepala Sekolah dan guru bidang studi
matematika, maka peneliti memilih secara acak dari kelas VII yang memiliki
kemampuan relatif sama. Oleh karena itu, pemilihan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Sehingga penelitian dapat dilakukan secara efisien terutama
dalam hal pengawasan, kondisi subyek penelitian, waktu penelitian yang
ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan.
Pertimbangan pemilihan kelas berdasarkan kepada kemampuan siswa pada
kedua kelas tersebut homogen, sehingga ditentukan kelas kontrol yang diberikan
pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang diberi perlakuan
pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik. Sampel pada penelitian ini,
kelas VII A menjadi kelas eksperimen sebanyak 24 siswa dan kelas VII C
menjadi kelas kontrol juga sebanyak 24 siswa. Kelas tersebut dipilih dari kelas
yang ada.
36
Tabel 3.1
Kriteria Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM
Rentang Level KAM Siswa
70 ≤ KAM ≤ 100 Siswa Kelompok Tinggi 55 ≤ KAM < 70 Siswa Kelompok Sedang
0 ≤ KAM < 55 Siswa Kelompok Rendah
Perhitungan selengkapnya tentang KAM terdapat pada lampiran C.1
halaman 238. Rangkuman hasil perhitungan data hasil tes kemampuan awal
matematika siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Hasil Pengelompokkan Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan KAM
Kategori KAM Jumlah
Siswa
Tinggi 7
Sedang 11
Rendah 6
C.
Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang
dimaksudkan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi definisi dalam
definisi operasional, yaitu:
a.
Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan mengidentifikasi
konsep, menggeneralisasi, memeriksa algoritma dan memecahkan masalah.
i.
Mengidentifikasi konsep adalah kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat/
karakteristik suatu konsep dan menghubungkan dengan konsep lain.
ii.
Menggeneralisasi adalah kemampuan menemukan aturan umum suatu
konsep.
iii.
Memeriksa algoritma adalah kemampuan memeriksa dan memberikan
kesimpulan dengan benar.
iv.
Memecahkan masalah adalah kemampuan mengidentifikasi unsur yang
diketahui, yang ditanyakan dan memilih strategi yang dipandang tepat
sehingga didapatkan kesimpulan dari penyelesaian masalah.
37
belajar, menetapkan target/ tujuan belajar, memonitor, mengatur dan
mengontrol belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan
dan mencari sumber yang relevan, memilih dan menerapkan strategi belajar,
mengevaluasi proses dan hasil belajar serta konsep diri (self efficacy).
c.
Pendekatan analitik sintetik adalah pendekatan pembelajaran yang
menganalisis suatu persoalan yang ada dan menyelesaikannya secara runtut
atau sintetis untuk menemukan hasil dengan langkah menganalisis suatu
masalah menjadi bagian yang lebih sederhana, memadukan bagian secara
logik sehingga diperoleh penyelesaian dan membuat kesimpulan.
d.
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru,
artinya guru memberikan informasi, memberi contoh soal, dan memberikan
latihan soal dan tanya jawab.
D.
Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Adapun yang merupakan variabel bebasnya adalah pembelajaran analitik
sintetik, dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan
self-regulated learning siswa, serta variabel kontrolnya adalah kemampuan awal
matematis (KAM). Kemampuan awal siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok KAM tinggi, kelompok KAM sedang dan kelompok KAM rendah.
E.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu instrument tes
dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis matematis. Sedangkan instrumen dalam non
tes berupa skala sikap self-regulated learning matematis siswa. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1.
Tes Kemampuan Awal
38
kelas eksperimen akan dikelompokkan berdasarkan kategori nilai tinggi, sedang
dan rendah.
2.
Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa
bisa berpikir secara kritis pada materi segi empat sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan pendekatan analitik sitetik dilaksanakan. Tes kemampuan
berpikir kritis pada penelitian ini berupa pretes dan postes dalam bentuk uraian.
Soal terdiri dari 4 soal yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pemilihan terhadap soal uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa secara keseluruhan terhadap materi yang telah disampaikan meliputi
empat aspek yaitu kemampuan mengidentifikasi konsep, kemampuan
menggeneralisasikan, kemampuan memeriksa algoritma dan kemampuan
memecahkan masalah. Materi yang diteskan adalah Bangun Datar Segi Empat.
Kisi-kisi soal, perangkat soal, dan kunci jawaban tes kemampuan berpikir kritis
matematis dapat dilihat pada lampiran A.5 halaman 224-228. Kriteria penskoran
menggunakan skor rubrik yang dimodifikasi dari Facione (1994) sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek yang Diukur Respon Siswa Terhadap Soal atau Masalah Skor
Mengidentifikasi Konsep
Tidak menjawab/ Jawaban salah 0
Menjawab dengan benar, tetapi belum mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang.
1
Menjawab dengan benar dan dapat mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang, tetapi belum menghubungkan dengan konsep bangun datar segi empat lain.
2
Menjawab dengan benar, dapat mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang dan dapat menghubungkan dengan konsep bangun datar segi empat lain.
3
Menjawab dengan benar , dapat mengidentifikasi sifat bangun datar segi empat jajargenjang dan dapat menghubungkan dengan konsep lain serta benar dalam berargumen.
4
Menggeneralisasi Tidak menjawab 0
Hanya melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar
39
Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar tetapi salah dalam menentukan aturan umum.
2
Melengkapi data pendukung dan menentukan data aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi tidak disertai cara memperolehnya.
3
Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar serta menentukan aturan umum disertai cara memperolehnya
4
Algoritma Tidak menjawab/ Jawaban salah 0
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar.
1
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar tapi kurang tepat dalam memperbaiki kekeliruan.
2
Memeriksa algoritma pemecahan masalah dan memperbaiki kekeliruan dengan benar, tetapi tidak memberikan kesimpulan.
3
Memeriksa, memperbaiki dan memberikan kesimpulan dengan benar.
4
Memecahkan masalah Tidak menjawab 0
Hanya mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar tetapi salah menentukan strategi penyelesaian masalah.
1
Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar menentukan strategi, tetapi penyelesaiannya salah.
2
Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar menentukan strategi serta penyelesaiannya benar
3
Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan) dengan benar menentukan strategi dan
penyelesaiannya benar dan membuat kesimpulan dengan benar
4
40
Setelah validitas isi dan validitas muka dikonsultasikan kemudian instrumen
diujicobakan. Uji coba akan dilakukan pada siswa kelas VIII SMP tempat peneliti
melakukan penelitian yang telah belajar materi Segi Empat. Soal tersebut
diasumsikan terjaga kerahasiaannya dan untuk mengantisipasi soal yang diberikan
tidak tersebar, maka dikumpulkan kembali. Kemudian data yang diperoleh dari uji
coba tes kemampuan berpikir kritis matematis ini dianalisis untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya dengan
menggunakan bantuan Software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 20.0 for
windows. Proses analisis data hasil uji coba meliputi hal-hal berikut:
a)
Analisis Validitas Butir Tes
Validitas merupakan ukuran untuk menunjukkan tingkat keshahihan suatu
instrumen (Sundayana, 2014). Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran tentang variabel yang dimaksud. Validitas yang dilakukan dalam
penelitian ini melalui validitas isi dan validitas muka. Validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan ketepatan atau kesesuaian antara isi
instrumen dengan materi ajar yang telah diberikan (Sugiyono, 2013).
Validitas muka atau validitas tampilan merupakan keabsahan susunan kalimat
atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak
menimbulkan makna ganda. Validitas ini dilakukan oleh beberapa ahli dan
guru mata pelajaran matematika. Selanjutnya adalah revisi instrumen. Item
soal yang tidak valid menurut ahli tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
Untuk menguji validitas alat ukur, menurut Lestari & Yudhanegara
(2015) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Pearson/ Product
Moment, yaitu:
=
∑
− ∑
∑
√{ ∑
− ∑
}{ ∑
− ∑
}
Keterangan:
rxy
= koefisien korelasiX
= skor item butir soal
41
Tolak ukur validasi soal tes dalam penelitian ini menggunakan kriteria
koefisien validitas menurut Lestari&Yudhanegara (2015), dapat dilihat
pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien
Interpretasi
0,90 < rxy
≤ 1,00
Sangat baik
0,70 < rxy
≤ 0,90
Baik
0,40 < rxy
≤ 0,70
Cukup
0,20 < rxy
≤ 0,40
Buruk
0,00 < rxy
≤ 0,20
Sangat buruk
Untuk melihat apakah antara dua variabel terdapat hubungan yang
signifikan atau tidak maka koefisien korelasinya harus dibandingkan
dengan menggunakan rtabel. Butir soal dinyatakan valid signifikan untuk
ℎ ��≥
�dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan taraf signifikansi
0,05.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa butir-butir soal
mempunyai kriteria validitas rendah dan sedang dan terdapat pula butir
soal yang tidak valid seperti yang dicantumkan pada tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Berpikir Kritis Matematis
b) Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas suatu instrumen adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu
instrumen, yakni sejauh mana instrumen tersebut dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang konsisten dan relatif tidak berubah meskipun
No.Soal rxy Kriteria Validitas
1a 0,643 Cukup Valid
1b 0,544 Cukup Valid
2 0,692 Cukup Valid
3 0,574 Cukup Valid
4 0,644 Cukup Valid
42
diberikan pada situasi dan kondisi yang berbeda. Tes yang reliabel adalah bila
hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek yang
sama akan menunjukkan hasil yang juga sama (Sugiyono, 2013). Artinya,
suatu tes dikatakan memiliki reabilitas apabila skor yang diperoleh oleh para
peserta tes akan stabil, kapan saja dan dimana saja tes tersebut dilaksanakan
dan oleh siapa saja tes tersebut dinilai atau diperiksa. Untuk mengukur
keandalan butir tes uraian, digunakan rumus Cronbach-Alpha (Lestari &
Yudhanegara, 2015).
=
[ − ][ −
∑ �
� ]
Keterangan:
r : Reliabilitas yang dicari
n : Banyaknya item soal
∑ �
: Jumlah varians skor tiap item soal
�
: Varians total
Menurut Lestari & Yudhanegara(2015), klasifikasi koefisien reliabilitas
sebagai berikut :
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi
Interpretasi
0,90 < r11
≤ 1,00
Sangat tinggi
0,70 < r11
≤ 0,90
Tinggi
0,40 < r11
≤ 0,70
Sedang
0,20 < r11
≤ 0,40
Rendah
0,00 < r11
≤ 0,20
Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan microsoft excel 2007
diperoleh tingkat reliabilitas sedang yaitu 0,52. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2 halaman 233.
c)
Analisis Daya Pembeda Butir Tes
43
kelompok atas dan bawah. Penentuan kelompok atas dan bawah adalah 50%
siswa kelompok atas dan 50% siswa kelompok bawah setelah data diurutkan
(Zulaiha, 2008). Daya pembeda dapat dihitung dengan rumus :
�� =
�
−
Keterangan:
DP
: Daya pembeda soal uraian
MeanA
: Rata-rata skor siswa kelompok atas
MeanB
: Rata-rata skor siswa kelompok bawah
Skor Maksimum
: Skor maksimum pada pedoman penskoran.
Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) klasifikasi koefisien daya
pembeda sebagai berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Daya Pembeda Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat Buruk 0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Hasil analisis daya pembeda setiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.8
berikut:
Tabel 3.8
Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
No.Soal Daya Pembeda Validitas
1a 0,208 Cukup
1b 0,167 Buruk
2 0,229 Cukup
3 0,208 Cukup
4 0,313 Cukup
5 0,188 Buruk
44
d)
Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran
seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.
Soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (arifin, 2013).
Analisis tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut (Lestari
& Yudhanegara, 2015):
�� =
� �
̅
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran tiap butir soal
̅
: Rata- rata skor jawaban siswa pada suatu butir soalSMI : Skor maksimal ideal suatu butir
Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) klasifikasi koefisien Tingkat
Kesukaran sebagai berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = ,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran setiap butir soal terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1a 0,292 Sukar
1b 0,313 Sedang
2 0,677 Sedang
3 0,750 Mudah
4 0,698 Sedang
5 0,656 Sedang
45
e)
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba
Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan
tingkat kesukaran setiap butir tes kemampuan berpikir kritis matematis dapat
dirangkum dalam tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
No.Soal Validitas Daya
Pembeda
Tingkat
Kesukaran Keterangan
1a Valid Cukup Sukar Dipakai
1b Valid Buruk Sedang Tidak dipakai
2 Valid Cukup Sedang Dipakai
3 Valid Cukup Mudah Dipakai
4 Valid Cukup Sedang Dipakai
5 Tidak Valid Buruk Sedang Tidak Dipakai
Berdasarkan tabel 3.11 dapat disimpulkan bahwa soal 1a, 2, 3, dan 4
dapat digunakan, sedangkan soal no. 1b dan no. 5 tidak bisa digunakan.
3.
Skala Sikap Self-Regulated Learning
46
Tabel 3.12
Kisi-Kisi Self-Regulated Learning
No Indikator No
Item
Jenis
Pernyataan Pernyataan
1 Inisiatif Belajar
1 + Saya mengerjakan tugas matematika atas keinginan sendiri
2 -
Saya lebih menyukai tugas yang diberikan guru daripada tugas yang dipilih sendiri
3 -
Ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika, saya menunggu bantuan teman atau guru
4 + Saya mencari soal tambahan untuk latihan di rumah
2
Mendiagnosa kebutuhan belajar
5 +
Ketika menyelesaikan masalah matematika, saya mencoba mempelajari konsep mana saja yang belum saya pahami supaya dapat menyelesaikan masalah yang diberikan
6 +
Saya menyiapkan buku dan LKS yang diperlukan dalam belajar matematika
7 - Tugas matematika dari guru membantu saya belajar
3
Menetapkan target/tujuan belajar
8 + Saya mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam belajar matematika
9 - Belajar tanpa target meringankan beban pikiran saya
10 +
Saya sungguh-sungguh dalam belajar matematika supaya memperoleh nilai bagus dan berprestasi dalam bidang akademik
4
Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar
11 +
Saya merasa bangga terhadap tugas matematika yang saya kerjakan sendiri
12 + Saya mempunyai jadwal khusus untuk belajar matematika di rumah
13 +
Apabila terdapat kesalahan pada tugas yang lalu, saya mengkaji kesalahan pada tugas tersebut
5
Memandang kesulitan sebagai tantangan
14 - Saya frustasi menghadapi tugas matematika yang sulit
15 +
Jika ada materi matematika yang sulit, saya tetap mempelajari untuk memahaminya.
16 + Tugas yang sulit mendorong saya untuk mengerahkan kemampuan saya
6
Mencari dan Memanfaatkan sumber belajar yang relevan
17 +
47
18 - Menunggu petunjuk dari teman/ guru lebih baik daripada mencari sendiri
19 +
Saya suka memanfaatkan perpustakaan untuk mencari pengetahuan terbaru
7
Memilih dan menetapkan strategi belajar
20 + Saya mengulang kembali materi matematika yang telah dipelajari
21 +
Saya mempelajari materi yang akan diajarkan sebelum guru menerangkan di kelas
8
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
22 + Hasil belajar selama ini sesuai dengan perkiraan saya
23 + Saya senang ketika dalam belajar matematika disertai perlombaan
9 Konsep diri
24 -
Saya kurang percaya diri ketika guru menyuruh mengerjakan soal di depan kelas
25 - Saya ragu dapat menyelesaikan tugas dengan baik
26 + Saya yakin akan mendapatkan hasil yang baik dalam tes matematika
27 - Saya takut mengemukakan pendapat yang berbeda dengan orang lain
Sebelum digunakan dalam penelitian, maka terlebih dahulu skala sikap
self-regulated learning matematika ini dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada para ahli yaitu dosen-dosen pembimbing. Dosen-dosen pembimbing
memberikan saran dan kritik demi perbaikan skala sikap self-regulated
learning matematika ini. Untuk memenuhi validitas isi skala sikap
self-regulated learning, penulis meminta pertimbangan salah satu guru dan dosen
lain. Maka setelah proses revisi, maka angket diujicobakan.
a.
Analisis Validitas Skala Sikap
48
Tabel 3.13
Hasil Analisis Validitas Hasil Uji Coba Self-Regulated Learning
Berdasarkan tabel 3.13 terdapat 5 pernyataan yang tidak valid, sehingga
tidak dipakai,sedangkan yang lain digunakan untuk skala sikap self-regulated
learning matematika pada akhir penelitian ini.
b.
Analisis Reliabititas Skala Sikap
Perhitungan reliabilitas item pernyataan skala sikap self-regulated
learning menggunakan SPSS 20.0 for windows. Hasil perhitungan ujicoba
reliabilitas adalah 0,906, artinya skala sikap self-regulated learning
mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi. Hasil Uji reliabilitas terdapat pada
tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14
Hasil Uji Reliabilitas Skala sikap Self-Regulated Learning
No Spearman
’s rho Sig. Ket.
No Spearman’
s rho Sig. Ket.
1 0,62 0,001 Valid 15 0,61 0,002 Valid
2 0,70 0,000 Valid 16 0,50 0,013 Valid
3 0,44 0,033 Valid 17 0,42 0,042 Valid
4 0,04 0,838 T. Valid 18 0,71 0,000 Valid
5 0,57 0,004 Valid 19 0,53 0,008 Valid
6 0,24 0,258 T. Valid 20 0,45 0,028 Valid
7 -0,21 0,315 T. Valid 21 0,48 0,019 Valid
8 0,47 0,022 Valid 22 0,66 0,000 Valid
9 0,49 0,016 Valid 23 0,57 0,004 Valid
10 0,53 0,007 Valid 24 0,54 0,007 Valid
11 0,54 0,006 Valid 25 0,50 0,013 Valid
12 0,55 0,005 Valid 26 0,54 0,007 Valid
13 0,07 0,748 T. Valid 27 0,36 0,088 T. Valid
14 0,66 0,000 Valid
Cronbach's Alpha N of Items
49
F.
Bahan Ajar
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar kegiatan siswa yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan analitik sintetik untuk kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional untuk kelas kontrol. Lembar kerja yang disusun oleh peneliti
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Lembar kerja siswa ini terdiri dari 7
kali pertemuan dilengkapi dengan soal-soal latihan yang menyangkut materi kelas
VII semester 2, yakni materi bangun datar segi empat.
Lembar kerja siswa yang disusun dengan pendekatan analitik sintetik ini
memiliki perbedaan dengan model-model lain. Pada bahan ajar dengan
pendekatan analitik sintetik dilakukan analisis masalah terlebih dahulu sehingga
terkonstruksilah konsep pada pemikiran siswa. Setelah konsep sudah terbangun
pada pemikiran siswa, kemudian diberikan soal penerapan dalam pemecahan
masalah matematika bangun datar segi empat. Akibatnya menuntut siswa untuk
menganalisis soal dan secara mandiri menyusun penyelesaian soal tersebut.
G.
Prosedur Penelitian
Penelitian telah melewati tiga tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap
pelaksanaan dan (3) tahap pengumpulan dan pengolahan data. Uraian dari ketiga
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah mengidentifikasi
masalah, studi kepustakaan, penetapan materi pelajaran, pembuatan perangkat
pembelajaran, pembuatan proposal penelitian, mengikuti seminar proposal, dan
perbaikan proposal hasil seminar.
2.
Tahap Pembuatan Bahan Ajar dan Uji Coba Instrumen
50
5, sedangkan yang lain dapat dipakai. Hasil analisis angket terdapat 5 pernyataan
yang tidak valid, yaitu pernyataan ke- 3, 6, 7, 13 dan 27, sedangkan pernyataan
yang lain dapat dipakai untuk mengukur tingkat self-regulated learning siswa.
Hasil revisi dari tes kemampuan kritis matematis dan angket self-regulated
learning kemudian diperbanyak untuk digunakan sebagai alat ukur. Selain
penyususnan instrumen, peneliti juga merancang rencana perangkat pembelajaran,
lembar kerja siswa dan soal-soal evaluasi pada setiap proses pembelajaran.
3.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penentuan populasi dan
sampel penelitian. Populasi adalah seluruh siswa SMPN 1 lembah Gumanti dan
sampel adalah kelas VII A dan VII C. Setelah kelas sampel diperoleh, selanjutnya
adalah memberikan tes kemampuan awal matematika (KAM) pada kelas
eksperimen yang merupakan kemampuan prasyarat dan memberikan pretes
kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Berikutnya peneliti memulai pelaksanaan proses pembelajaran dengan
pendekatan analitik sintetik pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Pada pertemuan pertama peneliti menerangkan
bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik sehingga
siswa tidak bingung dengan perubahan cara mengajar guru.
Setelah serangkaian kegiatan pembelajaran selama 7 x 80 menit selesai
dilaksanakan, peneliti memberikan postes untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen untuk melihat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis matematis
setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Selain itu siswa juga diberikan angket
self-regulated learning.
4.
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
51
H.
TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data adalah data kuantitatif berupa hasil tes kamampuan berpikir
kritis siswa dan data skala self-regulated learning. Untuk semua pengolahan data
secara statistika dilakukan dengan bantuan software SPSS 20.0 dan Microsoft
Office Excel 2007.
1.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis deskriptif yang
bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian kemampuan berpikir
kritis matematis siswa yang terdiri dari nilai rerata dan simpangan baku.
Kemudian dilakukan analisis uji perbedaan rerata parametrik atau non
parametrik.
Uji perbedaan rerata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan,
yaitu keadaan pencapaian dan peningkatan siswa kelas eksperimen dengan
siswa kelas kontrol. Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu
dipersiapkan beberapa hal antara lain:
a.
Menentukan skor pretes dan skor postes untuk mencari pencapaian dan
peningkatan yang terjadi sesudah pembelajaran pada masing-masing
kelompok yang dihitung dengan rumus gain (Meltzer, 2002):
=
−
−
[image:35.595.205.419.543.643.2]Hasil dari perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi sebagai berikut (Hake,1999):
Tabel 3.15
Interpretasi N-Gain yang dimodifikasi
b.
Menentukan deskriptif statistik pretes dan postes serta n-gain.
Hal pertama yang dilakukan dalam analisis data adalah melakukan
analisis deskritptif bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang terdiri dari rerata dan
simpangan baku. Selanjutnya, dilakukan uji statistik untuk membuktikan
Besarnya n-gain Klasifikasi
g ≥ 0,7 Tinggi
52
hipotesis pada penelitian. Sebelum uji perbedaan dua rerata, perlu
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogentias
varians.
c.
Uji asumsi
1)
Uji normalitas
Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan dan skor
pretes, postes, n-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dan n-gain
ditinjau dari KAM pada kelompok eksperimen. Hasil pengujian yang
menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal maka
pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Adapun hipotesis yang
akan diuji yaitu:
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 yaitu uji
statistic Shapiro-Wilk. Berdasarkan kriteria uji sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-
value) < α (α = 0,05), maka H
0 ditolakJika nilai Sig. (p-
value) ≥ α (α = 0,05)
, maka H0 diterima.
2)
Uji Homogenitas
Setelah data memenuhi uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji
homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan
varians dari skor pretes, postes, n-gain pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol, dan n-gain pada kelas eksperimen ditinjau dari KAM.
Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:
H0
: �
�= �
( Kedua kelas memiliki varians yang homogen)
H1
: �
�≠ �
(Kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen)
Keterangan:
�
�: Varians kelompok eksperimen
�
: Varians kelompok kontrol
Uji statistic menggunakan Uji Levene dengan kriteria uji sebagai
berikut:
53
3)
Uji Kesamaan Dua Rerata
Uji kesamaan digunakan untuk melihat kesamaan kemampuan
awal kelas konvensional dan kelas eksperimen. Adapun hipotesis yang
akan diuji untuk perbedaan dua rerata pretes adalah:
H0 :
�
�= �
Tidak terdapat perbedaan rerata skor pretes kemampuan
berpikir kritis matematis antara siswa kelas eksperimen dan
siswa kelas kontrol.
H1 :
�
�≠ �
Terdapat perbedaan rerata skor pretes kemampuan berpikir
kritis matematis antara siswa kelas eksperimen dan siswa
kelas kontrol.
Data yang berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik
yang digunakan adalah Independent Samples t-Test (uji-t) dengan
menetapkan taraf signifikansi
α = 0,05
. Kriteria pengujian adalah tolak
H0 jika sig
≤ α, dan terima H
0 jika sig> α.
Jika data yang diperoleh
normal tetapi tidak homogen, maka menggunakan uji t’. Apabila data
tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistika non parametrik,
yaitu Uji Mann-Whitney U (2-Independet Samples).
Hipotesis yang akan diuji untuk perbedaan dua rerata skor
postes adalah:
Hipotesis 1:
“
Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kritis
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara
konv
ensional”
. Adapun hipotesis statistiknya adalah:
H0 :
�
��= �
�54
H1 :
�
��≠ �
�Terdapat perbedaan rerata skor postes kemampuan berpikir
kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan analitik sintetik dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
Data yang berdistribusi normal dan homogen, maka uji
statistik hipotesis tersebut yang digunakan adalah Independent
Sample t-Test (ji-t) dengan menetapkan taraf signifikansi
α = 0,05
.
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika sig
≤ α,
dan terima H0 jika
sig >
α
. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak
homogen maka m
enggunakan uji t’. Apabila d
ata tidak
berdistribusi normal, maka digunakan statistika non parametrik,
yaitu uji Mann-Whitney U (2-Independent Samples).
Hipotesis 2:
Untuk menguji perbedaan rerata peningkatan kemampuan
berpikir kritis , hipotesis yang akan diuji untuk perbedaan dua rerata
skor N-Gain adalah:
“
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh
pembelajaran secara konvensi
onal”. Adapun hipotesis stati
stiknya
adalah:
H0 :
�
��= �
�Tidak terdapat perbedaan rerata n-gain kemampuan berpikir
kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
H1 :
�
��≠ �
�55
Data yang normal dan homogen, maka uji statistik hipotesis di
atas yang digunakan adalah Independent Sample t-Test (uji-t) dengan
menetapkan taraf signifikan
α
= 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak
H0 jika sig
≤ α,
dan terima H0 jika sig >
α
. Jika data yang diperoleh
normal tetapi tidak homogen maka digunakan uji t’. Apabila data
tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistika non
parametrik, yaitu Uji Mann-Whitney U (2-Independet Samples).
2.
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa ditinjau dari
KAM
Uji Hipotesis 3:
“Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan analitik
sintetik ditinjau dari kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang,
rendah).
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 :
� = � = �
H1 : minimal ada
� ≠ �
dengan i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 , i
≠
j )
Keterangan:
μ1 : Rerata n-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memiliki kemampuan awal matematis tinggi.
μ2 : Rerata n-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memiliki kemampuan awal matematis sedang.
μ3 : Rerata n-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memiliki kemampuan awal matematis rendah.
56
kemampuan awal matematis tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria pengujian
tolak H0 jika nilai sig <
α
dan terima H0 jika nilai sig
≥
α
.
3.
Analisis Tingkat Self-Regulated Learning Matematika Siswa
Data yang didapatkan dari angket dapat dianalisis dengan melihat
persentase jawaban siswa untuk masing-masing indikator dalam angket.
Penentuan persentase jawaban siswa untuk masing-masing pernyataan
dalam angket dihitung dengan rumus (Lestari & Yudhanegara, 2015):
� = � × %
Uji Hipotesis 4:
“
Tidak terdapat perbedaan self-regulated learning matematika antara
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik
dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvension
al”. Adapun
hipotesis statistiknya adalah:
H0 :
�
�= �
Tidak terdapat perbedaan peringkat self-regulated learning
matematika antara siswayang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
H1 :
�
�≠ �
Terdapat perbedaan peringkat self-regulated learning matematika
antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
Uji statistik hipotesis diatas yang digunakan adalah uji statistik non
parametrik, yaitu Uji Mann-Whitney U (2-Independent Samples) dengan
menetapkan taraf signifikan
α
= 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak
H0 jika sig
≤ α, dan terima H
0 jika sig> α.
57
Tabel 3.16
Keterkaitan Masalah, Hipotesis dan Uji Statistik
No Masalah Hipotesis
Statistik
Uji Statistik
1.
Apakah terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
H0 : ��� = ��
H1 : ��� ≠ �� Uji t
2.
Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang meperoleh pembelajaran konvensional?
H0 : ��� = ��
H1 : ��� ≠ �� Uji t
3.
Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, rendah)?
H0 : � = � = �
H1 : min ada � ≠ �
dengan i = 1,2,3 dan
j = 1,2,3 (i ≠ j )
Uji One-Way
Anova
4.
Apakah terdapat perbedaan tingkat
self-regulated learning antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik dan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?
H0 : ��= �
H0 : ��≠ �
Uji Mann-
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan pada salah satu SMPN di kabupaten Solok untuk
kelas VII pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Pokok bahasan yang terkait
dengan penelitian ini adalah Bangun datar Segi Empat. Berdasarkan analisis data,
dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Pertama, pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran pendekatan analitik sintetik berbeda dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Kedua, peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran analitik sintetik berbeda dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
Ketiga, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis pada kelas eksperimen ditinjau dari KAM. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelompok tinggi lebih baik daripada kelompok
sedang, siswa kelompok tinggi lebih baik daripada siswa kelompok rendah,
sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok
sedang tidak lebih baik daripada siswa kelompok rendah. Peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok tinggi termasuk kategori
sedang, sedangkan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelompok
sedang dan rendah termasuk kategori rendah.
Keempat, self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran
pendekatan analitik sintetik berbeda dengan self-regulated learning berbeda
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil tersebut
diperoleh dari hasil analisis skala self-regulated learning yang diberikan kepada
kedua kelas sampel tersebut.
B.
Implikasi
104
matematika. Implikasi dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan
analitik sintetik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas yang
memperoleh pembelajaran analitik sintetik berbeda secara signifikan dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena
langkah-langkah pembelajaran analitik sintetik yang dapat membuat siswa
menjadi lebih aktif dalam menganalisis dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan analitik sintetik juga dapat
membedakan tingkat self-regulated learning matematis siswa daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini juga terjadi karena pembelajaran
analitik sintetik memberikan siswa kesempatan untuk mempelajari masalah dan
membangun konsep sendiri yang akan mendorong siswa untuk lebih berinisiatif
dalam belajar matematika.
C.
REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan
saran yang terbatas pada kemampuan peneliti, diantaranya;
Pertama, penelitian ini sifatnya terbatas dari segi subyek penelitian,
sehingga hasil penelitian ini belum tentu sesuai dengan sekolah dan dan daerah
lain yang memiliki karakteristik yang berbeda. Diharapkan pada peneliti lainnya
untuk menggunakan populasi dan sampel yang lebih banyak, dengan tujuan untuk
memperkecil kesalahan dan mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Kedua, Penelitian ini hendaknya dapat dilakukan lebih efisien dan siswa
diberikan pembelajaran secara mandiri agar self-regulated learning siswa
berkembang optimal.
Ketiga, pada penelitian ini, peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis pada kelompok tinggi berada pada kualifikasi sedang, sedangkan siswa
kelompok sedang dan rendah hanya meningkat pada kualifikasi rendah, perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih meningkatkan efektifitas kerja kelompok
pada pembelajaran pendekatan analitik sintetik.
105
siswa. Untuk itu disarankan pada penelitian selanjutnya, dilakukan pada topik dan
kemampuan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, G. & Sintawati, M. (2013). Strategi Brain
–
Based learning dalam
pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif siswa. Hand-Out Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya.
Yogyakarta : Tidak Dipublikasikan.
Arifin, Z. (2013). Evaluasi pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Asif, M., Khan, M.M., & Zaman, K. (2010). Comparative study of analytical and
synthetic methods of teaching mathematics. Journal of International Academic
Research. 10 (3).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2008). Kamus besar bahasa
indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Badjeber, R. (2015). Penerapan pembelajaran inkuiri model Alberta untuk
meningkatkan kemampuan penalaran, koneksi dan kemandirian belajar siswa
SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Bajracharya, I.K. (2010). Teaching mathematics through ABC model of critical
thinking. Mathematics Education Forum, 2(28) hlm. 13-17.
Balitbang Puspendik BSNP. 2014. Laporan hasil ujian nasional SMP/ MTs tahun
pelajaran 2013/2014. Jakarta: Kemdikbud
Chukwuyenum, A.N. (2013). Impact of critical thingking of performance in
mathematics among secondary school students in lagos state [Online]. Diakses
dari: www.Iosrjournals.org
Colley, B.M., Bilics, A.R., & Lerch, C.M. (2012). Refection: A key component to
thinking critically. The Canadian Journal for the Scholarship of Teaching and
Learning, 3(1).
Darr, C. & Fisher, J. (2004). Self-regulated learning in mathematics class. Paper
presented
at
NZARE
conference.
[Online].
Diakses
dari:
http://www.nzcer.org.nz/system/files/13903.pdf.
Danoebroto, S.W. (2015). Teori belajar kontruktivis Piaget dan Vygotsky. Indonesian
Digital Journal of Mathematics and Education. 2(3). hlm.191-198.
107
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.[Online].Diakses
dari:
https://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/permendiknas-no-22-tahun-2006-standar-isi.pdf.
Elvina, A. & Tjalla, A. (2008). Hubungan antara Self-Regulated Learning dengan
Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada
Siswa
SMUN
53
di
Jakarta
Timur.
[Online].
Diakses
dari:
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel
_10404005.pdf.
Ennis, R. H. (1996). Critical thinking. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Facione, P.A.& Facione, N. C. (1994). Holistic critical thingking scoring rubric. The
California Academic Press.
Fahim, M. & Pezenski, M. (2012). Manipulating critical thinking skills in test taking.
International Journal of Education, 4(1).
Fisher, A. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores.
[Online]. Diakses dari:http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.
Hargis, J. (2000). The self-regulated learner advantage: learning science on the
internet. Electronic Journal of Science Education, 4(4).
Hastaruddin (2014). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP melalui
pendekatan matematika realistik. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2).
Herlina, E. (2013). Meningkatkan disposisi berpikir kreatif matematis melalui
pendekatan APOS. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi,
1(2).
Innabi, H. (2003). Aspect of critical thinking in clasroom instruction of secondary
school mathematics teacher in Jordan. Proceeding Konferensi Internasional The
Decidable and the Undecidable in Mathematics Education. Brno, Czech
Republic.
Ismaimuza, D. (2011). Kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari
pengetahuan awal siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1).
108
Julita. (2014). Mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis melalui
pembelajaran pencapaian konsep. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika STKIP Siliwangi, 2. hlm. 68-73
Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E.E., & Hasratuddin. (2014). Peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan kemandirian belajar siswa SMP melalui pembelajaran
berbasis masalah. Jurnal Kreano FMIPA UNNES, 5(2).
Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lestari, K. A. (2013). Implementasi Brain-Based learning untuk meningkatkan
kemampuan koneksi dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa sekolah
menengah pertama. (Tesis). Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Lestari, K.E. & Yudhanegara, M.R. (2015). Penelitian pendidikan matematika.
Bandung: Refika Aditama.
Limbach, B. & Waugh, W. (2009). Developing Higher Level Thinking. Journal of
Instructional Pedagogies
Lunenburg, F.C. (2011). Critical thinking and constructivism techniques for improve
student achievement. National Forum of Teacher Education Journal, 21(3).
Marwaha, P. (2009). The teaching of mathematics. [Online]. Diakses dari:
http://www.articlesbase.com/writing-articles/the-teaching-of-mathematics-1058849.html.
Mahmuzah, R. Ikhsan, M. & Yusrizal. (2014). Peningkatan kemampuan berpikir
kritis dan disposisi matematis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan
Problem Posing.Jurnal Didaktik Matematika, 1(2).hlm. 43-53.
Maulana, (2008). Pendekatan metakognitif sebagai alternatif pembelajaran
matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika PGSD.
Jurnal Pendidikan Dasar. (10).
Maya, R. & Sumarmo, U. (2011). Mathematical understanding and proving abilities: