• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERKOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERKOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMP."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

(2)

z

~

ABSTRAK

Ika Sartika (2010). Pengarulz Pendekatan Pembelajaran KooperatifTerlzadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Berkomunikasi Matematika Siswa SMP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi matematika dan sikap siswa terhadap matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui pendekatan kooperatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen semu di SMP kota Madya Medan, dengan subjek populasi adalah siswa SMP Negeri 31 dan SMP Swasta Nurul Hasanah dan mengambil masing-masing 2 kelas yakni di SMP Negeri 31 kelas Vlll.3 dan Vlll.4 sedangkan di SMP Swasta Nurul Hasanah kelas VIlLI dan Vlll.2 sebagai sampel penelitian. Sampel dipilih secara acak dari kedua unit sekolah untuk seluruh kelas VIII di SMP negeri 31 ad a 5 kelas sedangkan di SM P Swasta Nurul Hasanah ada 5 kelas. Instrumen yang digunakan untuk mengumpul kan data dalam penelitian ini terdiri dari tes kemampuan berpi kir kritis, tes kemampuan berkomunikasi matematika dan sikap siswa terhadap matematika. Sebelum instrumen digunakan, terlebi h dahulu diuji coba dan hasi lnya untuk instrumen berpikir kritis dinyatakan telah memenu hi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitasnya sebesar 0,61 (tinggi), untuk instrumen berkomunikasi matematika din.yatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koetisien reliabi litasnya sebesar 0, 75 (tinggi) Dari hasil penelitian tidak terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan konvensional, sedangkan pada berkomunikasi matematika dan sikap siswa terdapat pengaruh antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk berkomunikasi matematika terdapat pengaruh pendekatan kooperatif dengan pembelajaran konvensional, besamya pengaruh adalah : merefleksikan gambar kedalan ide matematika kelas eksperimen 0,84 (tinggi) sedangkan kelas kontrol 0,76 (tinggi), merefleksikan grafik kedalam ide matematika kelas eksperimen 0,98 (tinggi) sedangkan kelas kontrol 0,91 (tinggi), merefleksikan tabel kedalam ide matematika kelas eksperimen 0,79 {tinggi) sedangkan kelas kontrol 0,74 (tinggi), membuat model situasi menggunakan metode tertulis kelas eksperimen 0,68 (sedang) sedangkan kelas kontrol 0,55 (sedang), membuat model situasi menggunakan grafik kelas eksperimen 0,62 (sedang) sedangkan kelas kontrol 0,5 2 (sedang), menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika kelas eksperimen 0,71 (tinggi) sedangkan kelas kontrol 0,67 (sedang). Sikap siswa terhadap matematika lebih positif selama mengikuti pembelajaran kooperatif; dan aktivitas si swa selama mengikuti pembdajaran dengan pendekatan ·kooperatif mencerminkan kegiatan yang aktif; dan tanggapan siswa terhadap terhadap pembelajaran tersebut menjadi sangat baik. Pola dan keragaman jawaban siswa lebih beragam {bervariasi) dengan pendekatan kooperatif dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Diharapkan guru matematika menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif agar kemampuan berpikir kritis dan berkomu nikasi matematika siswa lebih baik.

lt/1

(3)

DAFfARISI

Halaman

ABSTRAK •.•..•...•... ..•. •.•....•.•..•...•••..•...•... ... . ... i

Kata Pengantar •...•....•. ••...•.•••..•... iii

Daftar lsi. ...••.•...•...•.•...•..•...•...•... v

Daftar Tabel •••••••••••..••.•.•••••••••••••••••••.•••••••••••••••.••••••..••...•••.•••••.•. vii

Daftar Gambar ••••• -···-···-····-···xi

Daftar Lampiran ...•...•....•..•..•..•...••.•.•..•• •••••...•... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... ... .... ... l

A.

!Atar

Belakang ... ... ··· ... ... ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ...•... ... ... 17

~

c.

D.

E.

F.

~

Petnbatasan Masalah ... . ... ... .. . . . ... . .. ... \7

Rumusan Masalah ... ... . .... ... . . . ... 18

Tujuan Penelitan ... ... 19

Manfuat Penelitian ... . ... ... ... 20

z

~

m

G.

BABII A.

B.

c.

D.

E.

F.

G.

H.

I. 1. BAB ID

A.

B.

c.

I:>efinisi Operasiona\ ... 21

KAJIAN PUST AKA ....•....••..•..•....••...• .23

Berpik:ir Kritis Matematik:a ... 23

Berkomunikasi Matematik:a ... 29

Sikap Siswa Terhadap Matematika ... 36

Pola Jawaban Siswa ... 38

Pendek:atan Pembelajaran Kooperatif ...•... .40

Pendek:atan Pembelajaran Konvensional.. ... 58

Teori Belajar Pendukung ... 61

Hasil Penelitian yang Relevan ... 64

Kerangk:a Konseptual.. ... .... ... ... 66

Hipotesis Penelitian ... 76

METODE PENELITIAN ... ... ... 78

Tempat dan Waktu Penelitian ... 78

Populasi dan San1pel.. .•...•.•... 78

(4)

z

~

m

D.

E.

F.

G.

BABIV

A.

B.

c.

D.

E.

BAB V

Instrumen Penelitian ... 85

Anal isis Data ... I 02

Prosedur Penelitian ... l 03

Jadwal Kegiatan ... l 05

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... l06 Hasil Penelitian tentang Berpikir Kritis ... l 06 Hasil Penelitian tentang Berkomunikasi Matematika ... ll7 Hasil Penelitian tentang Sikap Siswa terhadap Matem~tika ... l29 Pembahasan ... \50

Keterbatasan Penelitian ... l58

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ...•... l60 B. ltnplikasi.. ... l62 C. Saran ... l63 DAFfAR PUSTAKA ... .... ... l 65

(5)

DAFrAR TABEL

Tabel Hal

Tabell.l Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa ... 22

Tabel2.1 Perbandingan Pedagogi Antara Empat Pendekatan Pada Pembelajaran Kooperatif. ... 49

Tabel2.2 Sintaks Pendekatan Pembelajaran Kooperatif ... 50

Tabe12.3 Metode P~mbel ajaran Kooperatif Modem ... .58

Tabel2.4 Perbedaan Pedagogi Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...•... 6l Tabel3. 1 Data Santpel Penelitian ... 8l Tabel 3.2 Deskriptif Kemampuan Matematika Sam pel Tiap Kelas Berdasarkan Nilai Rapot Semester Genap ... 8l Tabel3.3 Uji Homogenitas Varians Kemampuan Matematika Siswa Antar Kelas ... 82

Tabe13.4 Analisis Varians Uji Perbedaan Rata-rata Kemampuan Matematika Siswa Antar Kelas ... 82

Tabel3.5 Uji Kehomogenan Kemampuan Matematika Siswa ... 83

Tabel3.6 Tabel Weiner ... 85

-

Tabel3.7 Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis ... 86

z

Tabel3.8 Tabel3.9 Kriteria Penskoran Hasil Tes Soal Berpikir Kritis ... 87

Kisi-Kisi Kemarnpuan Berkomunikasi Matematika ... 90

~

Tabel3.10 Tabel3.ll Tabel3.12 Kriteria Penskoran Hasil Tes Soal Komunikasi Matematika. ... 9l HasH Validasi Perangkat Pembelajaran ... 94

Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 94

Tabel3.13 Hasil Validasi Tes Kemampuan Berkomunikasi Matematika ... 95

Tabel3.14 Rancangan Uji Coba. ... 96

Tabel3.15 Revisi Validator ... ... 96

Tabel 3.1 6 Indikator/ Aspek yang Diamati pada Aktivitas Siswa ... IO I

Tabel3.1 7 Keterkaitan Permasalahan. Hipotesis dan Jenis Uji Statistik

Yang Digunakan ... l 03

[image:5.535.43.471.49.594.2]
(6)

z

~

m

Tabel4.1 Tabe14.2 Tabel4.3 Tabel4.4 Tabe14.5 Tabe14.6 Tabel4.7 Tabel4.8 Tabel4.9 Tabel4.10 Tabel4.11 Tabel4.12 Tabel4.13 Tabel4.14 Tabel4.15 Tabel 4.16

Rerata Gain Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol berdasarkan Kemampuan Matematika

Siswa. ... I07

Uji Nonnalitas Distribusi Data BKA dan BI<B ... lll

Uji Homogenitas Varians Kelompok Data BKA dan BKB ... .lll

Rangkuman Uji t Kelompok Data BKA dan BKB ... .ll2

Uji Nonnalitas Kelompok Data BKA T, BKBT, BKAS,

BKBS, BKAR. BKBR. ... 113

Uji Homogenitas Varians Kelompok Data BKA T, BKBT,

BKAS, BKBS, BKAR. BKBR ... 114

Jumlah dan Presentase Siswa yang Memperoleh Batas

Skor 75% atau Lebih pada Postes Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemarnpuan Matematika

Siswa ... ll5

Rerata Skor Pretes, Postes dan Gain Kemarnpuan Berpikir Kritis

Tiap Item ... 11 6

Rerata Gain Kemampuan Berkomunikasi Matematika Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol berdasarkan Kemarnpuan

Matematika Siswa. ... l18

Uji Nonnaiitas Distribusi Data BMA dan BMB ... l22

Uji Homogenitas V arians Kelompok Data BMA dan BMB ... l23

Rangkuman Uji t Kelompok Data BMA dan BMB. ... l24

Uji Nonnalitas Kelompok Data BMA T, BMBT, BMAS,

BMBS, BMAR. BMBR ... l25

Uji Homogenitas Varians Kelompok Data BMA T, BMBT,

BMAS, BMBS, BMAR. BMBR ... l26

Jumlah dan Presentase Siswa yang Memperoleh Batas

Skor 75% atau Lebih pada Postes Kemampuan Berkomunikasi

Matematika Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan

Matematika Siswa ... 127

Rerata Skor Pretes, Postes dan Gain Kemampuan Berkomunikasi

Matematika Tiap Item ... l27

(7)

Tabel4. l7 · Tabel4.18

Tabe14.19

Tabel4.20

Tabel4.2l

(8)

z

~

m

[image:8.536.43.473.49.603.2]

DAFfAR GAMBAR

Gambar Hal

Gam bar 4.1 Diagram Mean dan Std. Deviasi Gain Kemampuan

Berpikir Kritis Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... l 07 Gambar 4.2 Diagram Mean Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Siswa ... .l08 Gambar 4.3 Diagram Mean Gain Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan Faktor Kemarnpuan Siswa dan Faktor

Pembelajaran ....•... l 08 Gambar 4.4 Diagram Selisih Rerata Gain Kemampuan Berpikir Kritis

antara Kooperatif dengan PMB Berdasarkan Faktor

Kemampuan Matematika Siswa ... l09 Gambar4.5 Diagram Rerata Skor Postes Kooperatifdan PMB pada

Gambar4.6

Gambar4.7

Garnbar4.8

Kemampuan Berpikir Kritis Tiap ltem ... ll 6 Diagram Mean dan Std. Deviasi Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Faktor Pembelajaran ... ll8 Diagram Mean Gain Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Faktor pembelajaran dan Kemarnpuan Siswa ... l l9 Diagram Mean Gain Kemarnpuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Faktor Kemampuan Siswa dan Faktor

Pembelajaran ... I I 9 Gambar 4.9 Diagram Selisih Rerata Gain Kemarnpuan Komunikasi

Matematika antara Kooperatif dengan PMB Berdasarkan Faktor Kemampuan Matematika Siswa ...•... l20 Gam bar 4.10 Diagram Rerata Skor Postes Kooperatif dan PMB pada

Kemampuan Berkomunikasi Matematika Tiap Item ... l28 Gambar4.ll Diagram Garis Rerata Skor Sikap untuk Setiap Komponen

menurut Faktor Pembelajaran ...•...•... l32 Gambar 4.1 2 Diagram Mean dan Std. Deviasi Skor Sikap Berdasarkan

F aktor Pembelajaran ...•...••.•... l33 Gambar 4.13 Diagram Mean Skor Sikap Berdasarkan Faktor Pembelajaran

(9)

· Gambar 4.14

Gambar4.15

Gambar4.16

Gambar4.17

Gambar4.18

Gambar4.19

Gambar4.20

Gambar4.21

Gambar4.22

Gainbar 4.23

Gambar4.24

Gambar4.25

dan Faktor Kemampuan Matematika Siswa ... l33

Diagram Mean Skor Sikap Berdasarkan Faktor Kemampuan

Matematika Siswa dan Faktor Pembetajaran ... l33

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 1 ... 143

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 2 ... 144

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 3 ... 145

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 4 ... 145

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 5 ... .146

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 1... ... 14 7 Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 2 ... 14 7 Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 3 ... 148

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 4 ... 149

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 5 ... 149

Ragam Jawaban Butir Soal Nomor 6 ... I 50

~

(10)

z

~

DAFTAR LAMPIRAN

Lampitan Hal

Lampiran 1

A. I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Pembelajaran

Kooperatif dan Konvensional... ... l70

A.2 Lembar Aktivitas siswa (LAS) ... 294

Lampiran 2 B.l Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 204

B.2 Lembar Validasi LAS ... 206

8.3 Lembar Val idasi Lem bar Observasi terhadap Aktivitas Guru Selama Pernbelajaran ... 208

B.4 Lembar Validasi Lembar Observasi terhadap Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ... 21 0 8.5 Lembar Validasi Angket Sikap Siswa terhadap Matematika ... : ... .2 12 B.6 Lembar Validasi Tes Kemampuan 8erpikir Kritis ... 21 4 8.7 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berkomunikasi Matematika ... 216

B.8 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemarnpuan 8erpikir Kritis ... 218

8.9 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berkomunikasi Matematika ... 2 l9 8.10 Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 220

8.11 Kunci Jawaban 8utir Soal Kernampuan Berpikir Kritis ... 222

8.12 Butir Soal Kemampuan Berkomunikasi Matematika ... 226

8.13 Kunci Jawaban 8utir Soal Kemarnpuan Berkomunik:asi Matematika ... 228

8.14 Pedoman Penskoran Penyelesaian Tes Berpikir Kritis ... 230

B.l5 Pedoman Penskoran Penyelesaian Tes Berkomunikasi Matematika ... 233

8.16 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran ... 235

8.17 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pernbelajaran ... 236

8.18 Angket Sikap Siswa terhadap Matematika. ... 238

Lampiran 3 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...••... 243

Hasil Validasi LAS ...••...••.•...•... 244

(11)

Hasil Validasi Lembar Observasi terhadap Aktivitas Guru Selama

Pembelajaran ... 245 Hasil VaHdasi Lembar Observasi terhadap Aktivitas Siswa Selarna

Pembelajaran ... 246 Hasil Validasi Angket Respon Siswa terhadap Matematika ... 247 Lampiran 4

Larnpiran C. I Deskripsi dan Uji Perbedaan Kemampuan Matematika Sampel Penelitian Berdasarkan Nilai Rapot Semester Genap ... 248 Lampiran C.2 Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis

dan Berkomunikasi Matematika ... 256 Lampiran C.3 Hasil Uji Persyaratan Analisis ... 263 Lampiran 0.1 Rerata Gain Kemampuan Berpikir Kritis, Berrkomunikasi

Matematika dan Sikap Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika Siswa ... 27l Lampiran 0 .2 Hasil Uji Perbedaan Rerata dan Kinetja Siswa tentang

Kemampuan Berpikir Kritis ... 274 Lampiran 0.3 Hasil Uji Perbedaan Rerata dan Kinerja Siswa tentang

Kemampuan Berkomunikasi Matematika ... 293 Lampiran 04 Hasil Uji Perbedaan Rerata dan Kinetja Siswa tentang Sikap

Siswa ... 30l Lampiran 0.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa dalam Proses

(12)

z

~

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakaog

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada zaman

sekarang terjadi begitu pesat terutarna dalam bidang informasi, sehingga informasi

yang terjadi di berbagai penjuru dunia dapat kita ketahui dengan cepat. Hal ini

mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dalarn berbagai aspek kehidupan.

Dalarn menghadapi kenyataan ini diperlukan surnber daya alam yang berkualitas

sehingga hal yang paling penting dilakukan adalah meningkatkan kualitas surnber

daya manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Syaban (2008), bahwa: Memasuki era

globalisasi diperlukan surnber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi

secara global, sehingga diperlukan surnber daya manusia yang kreatif, berpikir

sistematis logis, konsisten dan dapat bekerja sama serta tidak cepat putus asa.

Untuk memperoleh kualitas surnber daya manusia seperti disebutkan di atas

diperlukan pendidikan yang berkualitas pula. Mengenai hal ini Syaban (2008)

mengatakan: Salah satu mata pelajaran yang meretleksikan sifat tersebut adalah mata

pelajaran matematika, karena matematika merupakan ilmu dasar dan melayani hampir setiap ilmu. Matematika juga merupakan ilmu yang deduktif, ilmu yang

terstruktur dan merupakan bahasa simbol dan bahasa nurnerik.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa mata pelajaran matematika adalah ilmu

yang sangat penting bagi kehidupan, karena dapat diterapkan dalam berbagai aspek

(13)

kemampuan berpikir kritis dan logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu

pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan,

serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga keija bidang

tertentu. Melihat kondisi ini berarti matematika tidak hanya digunakan sebagai acuan

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi juga digunakan dalam mendukung

karier seseorang. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan

yang semakin ketat memerlukan keluaran peodidikan yang tidak hanya trampil dalam

suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembaogkan bidang yang ditekuni.

Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata

pelajarao matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006, tanggal 23 Mei 2006 teotang standar isi), telah disebutkan bahwa mata

pelajaran matematika .perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengao kemampuan berpikir logis, aoalitis,

sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekeijasama Mengembaogkan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupuo bekeija sama sudah

lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas, karena hal itu

berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuao berpikir kreatif dalam matematika

jarang atau tidak pemah dikembangkan. Padahal kemampuan itu yang sangat

diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,

(14)

z

?

m

Matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam

pengembangan sains dan teknologi, karena matematika merupakan sarana berpikir

untuk menumbuh kembangkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis dan kritis.

Peranan matematika ini tidak hanya terasa dalam bidang matematika tetapi

aplikasinya juga pada bidang lain.

Gestalt (2009) mengatakan bahwa pengalaman secara menyeluruh tidak bisa

disimpulkan sekedar dari bagian-bagiannya tetapi harus dilihat sebagai bentuk. pola,

atau konfigurasi yang utuh dan menyeluruh. Menurut Gestalt informasi baru, konsep

baru, maupun gagasan baru akan bermakna bagi pembelajar jika d ikaitkan dengan konfigurasi struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Ciri keholistikkan

yang ditawarkan teori ini selain menawarkan kecepatan dan kebermaknaan basil

belajar, juga membantu pengembangan berpikir kritis dan komprehensif siswa.

Dengan mengua5ai matematika, anak didik diharapkan mampu memecahkan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan tuj uan umum

pendidikan matematika yang menekankan pada siswa untuk memiliki:

l. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang

berkaitan '<iengan kehidupan nyata.

2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi

dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir logis, berpikir kritis, berpikir sisternatis, bersikap objektif, bersikap jujur dan disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah. (Depdiknas, 2002).

(15)

z

':)

Mengajarkan matematika tidak hanya sekedar guru menyiapkan dan

menyampaikan aturan-aturan

dan

definisi-definisi, serta prosedur bagi para siswa untuk mereka hafalkan, akan tetapi mengajarkan matematika adalah bagaimana guru

melibatkan siswa sebagai peserta-peserta yang aktif dalam proses belajar sebagai

upaya untuk mendorong mereka membangun atau mengkonstruksi pengetahuan

mereka. Dalam proses belajar hendaknya diingat bahwa diakhir dari suatu rangkaian _

kegiatan belajar mengajar, kompetensi-kompetensi penalaran, koneksi, komunikasi,

representasi harus sudah nampak sebagai basil belajar siswa. Karena itu dalam proses

pembelajaran hendaknya kegiatan belajar diarahkan untuk munculnya

kompetensi-kompetensi tersebut yang dianjurkan agar kegiatan tersebut dapat teijadi pada setiap

jenjang pendidikan (NCTM,2000).

Siswa perlu berk.ompetisi, bekeija sama dan mengembangkan solidaritasnya. Hal ini berarti strategi pembelajaran yang diterapkan guru perlu memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat kompetisi sehat untuk

memperoleh intensif, bekeija sama dan solidaritas sambil tetap menyediakan

tugas-tugas yang rnemungkinkan siswa bekeija mandiri (Puskur dalam masnur, 2008).

Namun pada kenyataannya nilai mata pelajaran matematika masih lebih

rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Terlihat dari basil nilai rata-rata matematika

siswa pada ujian akhir semester dan Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun 2009 masih sangat rendah. Hermawansyah (2009) mengatakan bahwa banyak siswa tidak lulus

(16)

tiga mata pelajaran salah satunya yaitu pelajaran Matematika. Dari data hasil tes

Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003~ juga

diperoleh bahwa kemampuan Matematika siswa Indonesia berada pada peringkat

ke-34 dari 48 negara peserta. Dibandingkan dengan dua negara tetangga yaitu Singapura

dan Malaysia, posisi ini masih jauh tertinggal.

Karimah (2008), menyatakan bahwa: 2'Sebagian besar dari siswa gagal dalam

ujian matematika adalah karena tidak memahami matematika. Salah satu penyebab

utamanya adalah sifatnya yang abstrak.". Hal ini sangat kontras dengan alam

pemikiran manusia yang terbiasa berpikir tentang objek-objek yang konkrit, sehingga

mengakibatkan sebagian orang menganggap matematika tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Untuk itu siswa dituntut untuk berpikir logis, kritis dan

sistematis.

Perubahan situasi dan tujuan pembelajaran di dalam kelas memerlukan

kepekaan guru, artinya seorang guru harus mampu mendiagnosis masalah yang

muncul dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Selain itu guru j uga dituntut

mampu menganalisis dan mendeskripsikan akar penyebab dari masalah serta mampu

memilih pendekatan yang paling tepat untuk digunakan memecahkan masalah

tersebut. Perbaikan kualitas pembelajaran juga harus berangkat dari permasalahan

pembelajaran nyata di dalam kelas, tidak hanya 'melulu' berangkat dari kajian yang

bersifat teoritis akademis tanpa mempertimbangkan permasalahan pembelajaran

nyata di dalam kelas, karena bisa jadi permasalahan pembelajaran di dalam kelas satu

dengan kelas lainnya berbeda walaupun dalam satu sekolah yang sama

(17)

Menyadari hal itu dalam penelitian ini peneliti berusaha ' berangkat' dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, karena lokasi penelitian merupakan sekolah dimana

peneliti utama tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, maka

dipandang perlu melakukan observasi awal dengan melibatkan beberapa guru

matematika sebagai mitra sejajar dalam penelitian ini. Observasi awal dan pelibatan

guru-matematika di sekolah tersebut sangat strategis dalam memberikan masukan dan

informasi tentang permasalahan-permasalahan real pembelajaran Matematika yang

dihadapi oleh siswa-siswa di sekolah tersebut.

Observasi awal dilakukan oleh peneliti utama pada tanggal 2 1 Juli 2009 di

sekolah Nurul Hasanah. Pada saat itu peneliti mengadakan pertemuan dengan kepala

sekolah dan guru mata pelajaran matematika, peneliti mengikuti beberapa kali

pertemuan tatap muka pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika.

Berdasarkan temuan-temuan selama kegiatan ini, peneliti bersama dengan guru mata

pelajaran matematika mengidentifikasi bersama permasalahan-permasalahan yang muncul selama proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, berusaha

menemukan akar penyebab masalah, serta berdiskusi bersama untuk menemukan dan menentukan altematif solusi pemecahan masalah yang paling tepat, efektif dan efisien

untuk 'mengobati' permasaiahan tersebut.

Berdasarlcan basil observasi dan wawancara dengan guru matematika, serta

beberapa kali mengikuti kegiatan pembelajaran pada saat kunjungan ke sekolah

diperoleh informasi bahwa masih banyak konsep matematika yang masih sulit

(18)

matematika dan masih ada juga peserta didik yang menganggap jarak, waktu dan kecepatan itu sulit sehingga motivasi belajarnya kurang. Siswa cenderung menghafal konsep seperti tertulis dalam buku paket mereka tanpa mereka paham maksud konsep tersebut. Salah satu contoh

untuk

mengilustrasikan hal ini adalah ketika guru menanyakan kepada siswa tentang 8

+

x = 15, hampir semua siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, ketika guru menanyakan 8

+

x = 15 kepada siswa hampir semua siswa memberi j awaban 7.

Ketika guru mem beri soal berpikir kritis yaitu Bus " Kumia " berangkat dari Medan menuju Padang. Bus tersebut berangkat dari Pati pukul 17.00. Setelah berjalan 5 jam 20 menit, bus itu mengisi bahan bakar dan istirahat selama I 5 menit, kemudian berangkat lagi. Setelah berjalan 2jam 10 menit dari tempat mengisi bahan bakar, temyata bus tersebut bannya bocor. Waktu yang digunakan untuk mengganti ban yang bocor itu 20 menit. Setelah selesai mengganti ban, kemudian perjalanan dilanjutkan kembali sampai tiba di Padang dengan lancar selama 5 jam. Pada soal ini siswa diharuskan dapat mengenal dan

-

memecahkan masalah, siswa harus mengerti apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada

z

soal diatas.

Pada soal diatas yang diketahui adalah bus berangkat pada Pukul 17.00, setelah

':)

berjalan 5 jam 20 men it, bus mengisi bahan bakar se1ama 15 men it , setelah berjalan 2 jam 10 menit, bannya bocor. Menggantikan ban bocor selama 20 menit, setelah itu peljalanan lancar setama 5 jam. Sedangkan yang ditanya pada soal adalah pukul berapakah bus tersebut tiba di Padang ? Setelah siswa mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanya maka siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Bus berangkat Pukul 17.00 + bus jalan 5.20 =

22.20. Mengisi bahan bakar 00.1 5, maka bus berangkat setelah mengisi bahan bakar adalah

(19)

22.35 . Bus berangkat selama 2.10 dan mengganti ban bocor selama 00.20 dan melanjutkan petjalanan selama 5 jam, maka bus sampai di Jakarta adalahjam 5 Jewat 5 menit.

Contoh lain yang berkaitan dengan berkomunikasi matematika adalah Nina

berangkat ke sekolah dengan bersepeda. Dia mengayuh sepeda dengan tenaga penuh

sehingga kecepatannya 400 m/menit. Jarak rumah sampai sekolah 6 km. Berapa

waktu yang diperlukan Nina untuk sampai ke sekolah? Pada soal ini siswa diharuskan

dapat menyatakan peristiwa sehari-hari kedalam bahasa atau simbol matematika.

Siswa harus dapat membuat simbol

dari

permasalahan yang ada pada soal, misalkan untuk kecepatan (v), jarak (s), waktu (t). Setelah siswa dapat membuat simbol, siswa

harus mengerti apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal. Untuk

permasalahan diatas yang diketahui adalah kecepatan (v) dan jarak (s), sedangkan

yang ditanya adalah waktu (t), setelah itu barulah siswa dapat menjawab

permasalahan yang ada yaitu v = 400 m/menit; v = 400 m /60 detik; v = 6,66 m/detik;

s = 6 km = 6000 m; v =

sit;

maka t = s/v; t = 6000 m : 6,66 m/detik ; t = 900,900 detik atau t = 0,25 jam ; t = Y. jam.

Dalam hal ini bukan penyeselesaiannya yang menjadi tujuan, atau yang

menjadi kriteria penilaian, tetapi bagaimana anak: (a) melakukan investigasi lebih

dalam terhadap matematika yang dipecahkan, kemudian, (b) membuat berbagai

pengandaian (asumsi dan rumusan awal masalah) kritis, (c) membuat model matematika, dan memilih prosedur dan strategi pemecahannya, (d) memecahkan

(20)

-mengkaji ulang seiuruh rangkaian pemecahan dari (a) sampai (e), kemudian, dan (g)

mempresentasikan, dan mengkomunikasikan seluruh rangkaian pemecahan masalah

dalam bentuk tulis maupun verbal, baik untuk mempertahankan seluruh ide, dan

kreativitas, maupun untuk mendapatkan perbaikan dan pengayaan.

Dari uraian dan analisa pada contoh diatas, dapat dilihat bahwa dalam mengerjakan soal siswa perlu untuk melatih dan mengembangkan suatu komponen-komponen kompetensi ranah pemahaman yang meliputi: (a) mengerti konsep, prinsip

dan ide-ide Matematika yang berhubungan dengan tugas Matematika (conceptual understanding), (b) memilih dan menyelenggarakan proses dan stretegi pemecahan masalah (processes and strategies), (c) menjelaskan dan mengkomunikasikan

mengapa strategi itu berfungsi (reasoning and communication), dan (d) mengidentifikasi serta melihat kembali alasan - alasan mengapa selesaian dan prosedur menuju selesaian itu adalah benar (interpret reasonableness).

Seharusnya siswa dapat menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan

pada soal ~rita sehingga siswa mudah menjawab pertanyaan yang ada pada soal

cerita. T emuan lain selama kegiatan belajar mengajar adalah ketika guru meminta

kelompok siswa mendiskusikan hasil kerjanya di muka kelas, kegiatan diskusi kelas

tidak berjalan dengan baik, diskusi kclas hanya didominasi oleh 3-4 orang siswa,

sedangkan yang lainnya cenderung berlaku multiple D (datang, duduk, dengar, diam),

siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan kelompok oleh 1-2 orang siswa, siswa

kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

(21)

Berdasarkan fakta-fakta

dan

data-data konkret permasalahan pembelajaran di

dalam kelas dan diskusi dengan guru bidang studi matematika, berhasil diidentifikasi

permasalahan pembelajaran matematika sebagai berikut, (1) siswa cenderung

menghafalkan konsep matematika seperti apa yang tertuang dalam buku paket

mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa,

mengevaluasi, merumuskan pertanyaan. membatasi masalah, menguji- data-data

(berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep matematika sangat

rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan soal cerita, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) Siswa kurang terampil dalarn mengkomunikasikan

konsep dan fakta-fakta matematika selama kegiatan be1ajar mengaj ar berlangsung di

dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi atau ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok

dan

cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas.

Keempat kelemahan siswa di atas berdasarkan diskusi dengan guru

matematika diduga berasal dari akar masalah kebiasaan belajar siswa sebelumnya

yaitu, (1) pada umumnya sebagian besar guru mereka pada saat duduk di bangku

sekolah dasar, dalarn merumuskan tujuan pembelajaran cenderung terbatas pada

aspek koqnitif

domain hafalan saja, sedangkan domain berpikir kritis analisis, sintesis

dan evaluasi belum biasa dilatihkan pada siswa, sehingga siswa cenderung kesulitan

untuk berfikir yang melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) sebagian besar

siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang harus

(22)

z

~

matematika, (3) pada umumnya siswa terbiasa belajar dalam kelas klasikal, jarang

sekali siswa belajar dalam kelompok, seandainya pun mereka belajar dalarn

kelompok biasanya hanya dalam kelompok yang homogen bukan kelompok yang

ditata sedemikian rupa agar anggota kelompok benar-benar heterogen baik etnis,

agama, maupun kemampuannya, hal ini akan mengakibatkan siswa kurang terbiasa

bekerja dalam kelompok dan- cenderung bersifat individualis; ( 4) strategi

pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan tidak "teraktitlcannya" potensi

dan kemampuan siswa dengan maksimal, siswa hanya sebagai pendengar, seperti

' botol kosong yang dituangi air'. Hal

ini

mengakibatkan siswa menjadi pasif dan

kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengaj ar di dalam kelas.

Temuan lain yang ada dilapangan adalah masih adanya sikap siswa yang

kurang positif terhadap matematika, padahal faktor lain yang perlu diperhatikan

dalam pembelajaran matematika adalah sikap positif siswa terhadap matematika.

Sikap positif siswa terhadap matematika penting karena sikap positif terhadap

matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika (Ruseffendi dalam

Saragih, 2007), dan merupakan salah satu tujuan pendidikan matematika yang

dirumuskan dalam kurikulum 2004, maupun tujuan yang dirumuskan National Couci/

of Teacher of Mathematics (2000). Sikap siswa terhadap matematika sangat erat

kaitannya dengan minat siswa terhadap matematika, bahkan sebagian dari sikap

merupakan alcibat dari minat, misalnya siswa yang berminat terhadap matematika

maka ia akan suka mengerjakan tugas matematika dan ia juga dengan semangat maju kedepan kelas untuk menjawab pertanyaan dari guru,

ini

pertanda bahwa siswa tersebut bersikap positif terhadap matematika. Tanpa adanya minat sulit untuk
(23)

menumbuhkan keinginan dan kesenangan dalam belajar matematika, apalagi

matematika tidak mudah untuk dipelajari sehingga harnpir seluruh siswa dari setiap jenjang pendidikan kurang benninat dalarn matematika.

Menurut pengarnatan Russefendi (dalarn Saragih, 2007) anak-anak yang

menyenangi matematika hanya pada pennulaan mereka berkenalan dengan

matematika yang sederhana, makin tinggi tingkatan sekolahnya dan makin suk:ar

matematika yang dipelajarinya akan semakin berkurang minatnya. Hal yang sarna

juga dikemuk:akan oleh Begle (dalam Saragih, 2007) bahwa siswa yang hampir

mendekati sekolah menengah mempunyai sikap terhadap matematika secara perlahan menurun. Uraian di atas menunjukkan bahwa baik kemarnpuan berpikir kritis,

berkomunikasi matematika dan sikap positif siswa dalam matematika merupakan

faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa dan dapat

mempengaruhi basil belajar matematika siswa itu sendiri.

Temuan ini sangat ironis secara 'legal teoritis' padahal menurut Dahar (1 989)

-

ditegaskan bahwa perkembangan intelektual siswa sudah tennasuk: dalam kategori

z

?

operasional abstrak, pada tahap ini seharusnya siswa sudah mampu menganalisis dan

melakuk:an sintesis-kompleks-abstrak. Kelemahan ini kemunculannya disinyalir dari

pangkal kebiasaan belajar siswa sebelumnya seperti telah diuraikan di atas. Untuk

mengatasi hal ini perlu diusahakan supaya siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, melalui kegiatan pengama~ penemuan, problem solving, percobaan,

(24)

peneliti utama dam guru yang dianggap paling tepat untuk mengatasi pennasalahan di atas adalah model pembelajaran kooperatif.

Dipilihnya pembelajaran kooperatif dengan pertimbangan strategis sebagai

berikut (1) proses pembelajaran kooperatifmelibatkan siswa dalam diskusi kelompok

sehingga mereka akan lebih berpikir kritis dan terampil berkomunikasikan

matematika dengan menggunakan simbol-simbol matematika, (2) pembelajaran

kooperatif memungkinkan siswa belajar mencari tahu

dari

sesuatu yang belum

diketahui, dalam upaya mencari tahu siswa lebih terbuka sehingga siswa dapat

mengemukakan ide atau pendapat sesuai dengan pikiran atau inisiatifnya sendiri

sehingga siswa dapat menunjukkan keanekaragaman berfikir kritis mereka. Selain

alasan di atas pertimbangan strategis lain dipilihnya pembelajaran kooperatif

didasarkan pertimbangan sebagai berikut; perkembangan ilmu matematika dewasa ini

maju dengan sangat pesat, dengan adanya perkembangan tersebut, maka untuk

menghadapinya perlu mengembangkan kualitas pembelajaran.

Oleh sebab itu guru dituntut dapat menenerapkan dan merencanakan kegiatan

pembelajaran yang dapat membekali siswa agar terampil menemukan sendiri fakta

dan konsep matematika. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk

membekati ketrampHan ini kepada siswanya adalah dengan cara "mengajari" siswa

menemukan dan mengkonstruksi (membangun) sendiri berpikir kritis dan berkomunikasi matematika dengan menggunakan simbol ma te ~ salah satu

strategi pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk hal ini adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif.

(25)

Slavin, Abrani dan Chambers (Sanjaya, 2008) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu: perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif.

Implementasi metode pembelajaran kooperatif ini diupayakan agar

pembelajaran ini hanya dimungkinkan jik.a hubungan kerjasama antar siswa terjalin

dengan baik, komunikasi tercipta secara dialogis, kolaborasi dan partisipasi dapat terbentuk dan terbina secara efektif serta hubungan persahabatan yang saling percaya

dapat terjalin dengan baik. Pembelajaran berorientasi- kepada penciptaan iklim yang

kondusif dapat membangun hubungan kerjasama, berbagai informasi, pengetahuan

dan pengalaman antar sesama siswa maupun guru dengan siswa.

Penciptaan suasana kooperatif dapat membagun siswa saling mengajukan

persuasi dengan menggunakan argumen-argumen logis mereka. Masalah-masalah

matematik.a seringkali bisa dipecahkan melalui beberapa pendek.atan berbeda, dan

>

para siswa secara berkelompok bisa mendiskusikan manfaat dari solusi yang

berbeda-beda. Matematika menawarkan banyak kesempatan untuk melakukan pemikiran kreatif, untuk menelusuri situasi yang terbuka, untuk membuat perkiraan dan

mengujinya dengan data, untuk memberikan masalah-masalah yang memikat, dan

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak rutin. Para siswa dalam

kelompok-kelompok seringkali bisa menangani situasi-situasi menarik yang berada di luar

kemampuan individu pada tahap perkembangan itu.

Dugaan bahwa kemampuan matematika siswa yang diklasifik.asikan kedalam

(26)

z

kemampuan berpikir kritis, kemampuan komunikasi matematika, maupun sikap

positif temadap matematika yang pada akhirnya dapat mempengaruhi basil belajar

matematika adalab cukup beralasan. Ditinjau dari objek matematika yang terdiri dari fakta, keterampilan, konsep dan prinsip menunjukkan bahwa matematika sebagai

objek abstrak yang merupakan ilmu terstruktur, akibatnya perlu memperhatikan

hirarki dalam belajar matemati:ka. Artinya pemahaman atau konsep baru yang

mensyaratkan penguasaan materi atau konsep sebelumnya perlu menjadi perbatian

dalam urutan proses pembelajaran. Berkaitan dengan basil belajar matematika

sebelwnnya seperti pendapat Begle di atas, apakah kemampuan berpikir kritis,

berkomunikasi matematika, sikap positif dan basil belajar pada kedua pendekatan

kooperatif dan konvensional dipengaruhi oleb klasifikasi kelompok kemampuan

matematika siswa (tinggi, sedang, rendah)? Suatu permasalahan yang menarik untilk

dicari penyelesaiannya.

Setiap siswa mempunyai kemampuan , yang berbeda dalam memahami

maternatika. Menurut Ruseffendi (dalam Saragih, 2007) dari sekelompok siswa yang dipilib secara acak akan selalu dijumpain siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah-, hal ini disebabkan kemampuan siswa menyebar secara distribusi

normal. Menurut Ruseffendi ( dalam Saragih, 2007), perbedaan kemampuan yang

dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dapat dipengarubi oleh lingkungan. Oleh karena itu-, pemilihan lingkungan belajar

khususnya pendekatan pembelajaran

harus

dapat mengakomodasi kemampuan

matematika siswa yang beterogen sehingga dapat memaksimalkan basil belajar siswa.

(27)

>

Kebijakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dalam suatu proses

pembelajaran di kelas perlu mempertimbangkan perbedaan kemampuan matematika

siswa karena pada siswa yang berkemampuan sedang atau rendah pendekatan

pembelajaran yang digunakan guru menarik, sesuai dengan tingkat kognitif siswa

sangat dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat yang pada akhimya dapat

meningkatkan cara kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi matematika siswa. Sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan tinggi siswa nya lebih cepat

memahami matematika walaupun tanpa menggunakan berbagai pendekatan

pembelajaran yang menarik dan kontekstual, bahkan mereka merasa bosan sehingga pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis dan

berkomunikasi matematika kurang tidak terlalu besar. Berkaitan dengan subjek

penelitian yaitu siswa kelas 2 SMP pada semester I maka perbedaan kemampuan

siswa dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan nilai raport kelas

semester genap.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian untuk melihat kontribusi penerapan pendekatan kooperatif dalam

pembelajaran matematika terhadap peningkatan berpikir kritis dan berkomunikasi maternatika siswa. Untuk maksud tersebut maka penelitian ini mengambil judul

"Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Berpikir

(28)

z

':)

B. ldentiftkasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, bahwa rendahnya kemampuan

berpikir kritis dan berkomunikasi matematik siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran matematika, dan terganggunya proses pembelajaran dengan sendirinya

akan mempengarohi basil prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan permasalahan

tersebut kiranya dapat-diidentifikasi faktor-faktor yang mempengarohi hasil belajar

dalam pembelajaran matematika di SMP, yaitu:

1. Hasil belajar matematika siswa rendah.

Kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi matematika dan sikap siswa

terhadap matematika rendah.

Sebagian besar guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran cenderung

terbatas pada aspek koqnitif domain hafalan saja.

4. Matematika mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi siswa.

5. Siswa sulit memahami konsep matematika dan cenderung menghapal konsep.

6. Siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis.

7. Siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan konsep dan fakta-fakta

matematika.

8. Siswa terbiasa belajar dalam icelas klasikal, jarang sekali siswa belajar dalam

kelompok.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu

adanya batasan masalah demi tercapai tujuan yang diinginkan. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

(29)

z

?

1. Melihat pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau

dari keseluruhan siswa maupWI dari kemampuan matematilca siswa.

2. Melihat pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berkomunikasi matematika

siswa ditinjau keseluruhan siswa maupWI dari kemampuan matematika siswa

3. Melihat pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan

konvensional terhadap respon (sikap) siswa ditinjau dari keseluruhan siswa

maupWI dari kemampuan matematika siswa.

Melihat bagaimana proses penyelesaian masalah (pola jawaban) siswa yang

pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif dan yang menggunakan

diselidiki dalarn penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

l. Apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa ditinjau dari keseluruhan siswa maupun dari kemampuan matematika

siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan pembelajaran konvensional terhadap kemarnpuan berkomunikasi

(30)

z

~

3. Apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan pembelajaran konvensional terhadap respon (sikap) siswa ditinjau

dari keseluruhan siswa maupun dari kemampuan matematik:a siswa?

4. Bagaimana proses penyelesaian masaJah (pola jawaban) siswa yang

pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif dan yang menggunakan

pembelajaran secara konvensionaJ.

E.

Tujuan penelitian

Secara umum penelitian ini adaJah diperolehnya infonnasi tentang keefektifan

pembelajaran maternatika dengan suatu pendekatan pembelajaran kooperatif. Secara

khusus tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

l. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan pembelajaran konvensional terhadap

kemarnpuan berpikir kritis matematika ditinjau dari keseluruhan siswa maupun dari kemampuan matematika siswa.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan pendekatan pembelajaran konvensionaJ terhadap

kemampuan berkomunikasi matematika ditinjau dari keseluruhan siswa

maupun dari kemarnpuan matematika siswa

3.

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan pendekatan pembelajaran konvensionaJ terhadap respon

(sikap) siswa ditinjau dari keseluruhan siswa maupun dari kemarnpuan matematika siswa.

(31)

z

~

m

4. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian masalah (pola jawaban)

siswa yang pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif dan yang

menggunakan pembelajaran secara konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan

sekaligus manfaat sebagai berikut :

a. Bagi guru, sebagai bahan pengembangan dan altematif tentang model

pembelajaran kooperatif, sehingga guru dapat merancang suatu rencana

pembelajaran yang berinteraksi sehingga belajar akan lebih baik jika siswa

dapat menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan belajarnya dan bukan

karena diberitahukan oleh

guru,

sehingga dapat meningkatkan basil belajar

matematika.

b. Bagi siswa, diharapkan dengan adanya pendekatan pembelajaran kooperatif

munculnya sikap-sikap positif terhadap pembelajaran matematika, hal ini

karena dalarn pendekatan kooperatif lebih menekankan siswa bebas

menentukan sendiri teknik penyelesaian suatu masalah matematika secara

bebas, siswa bebas berdiskusi baik antara sesama siswa maupun dengan guru.

Sehingga siswa secara tidak langsung dirangsang untuk marnpu berpikir kritis

dan berkomunikasi matematika dalarn menyelesaikan pennasalahan matematika.

(32)

-

z

':»

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari

beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep istilah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

I. Kemampuan Berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi kemampuan siswa

untuk menganalisis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah,

menyimpulkan suatu pertanyaan.

2. Kemampuan berkomunikasi matematika pada penelitian ini meliputi

kemampuan siswa merefleksikan gambar, grafik, tabel kedalam ide

matematika, membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode

tertulis, dan

grafik,

menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika

3. Sikap siswa pada penelitian ini meliputi : kepercayaan diri dalam matematika, kecemasan dalam belajar matematika, kegunaan matematika, sikap terhadap

keberhasilan, dorongan untuk berhasil dalam matematika, persepsi terhadap

sikap dan dorongan guru matematika, dorongan dari ayah, dorongan dari ibu, dorongan terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan.

4. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana sistem

belajarnya meliputi langkah-langkah belajar sebagai berikut : menyampaikan

tujuan dan memotivasi siswa, menyampaikan informasi, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok beketja

dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.

(33)

5. Pembeiajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada guru, kelompok bel~ar siswa homogen, siswa hanya mendengar dan

membuat catatan. Bahan ajar disajikan dalam bentuk yarig telah dipersiapkan

secara rapi, sistematik dan lengkap, sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan terti b.

6. Pola jawaban adalah bagaimana bentuk atau susunan kineija jawaban siswa

untuk setiap butir soal.

7. Kemampuan matematika siswa adalah klasifikasi kemampuan siswa dalam

suatu kelas (eksperimen dan kontrol) yang dibentuk berdasarkan nilai

matematika siswa semester genap (nilai raport siswa semester genap) kelas

[image:33.532.42.479.72.590.2]

VII yang terdiri dari tiga kelompok yakni : tinggi, sedang dan rendah. Adapun kriteria pengelompokkan siswa dinyatakan pada tabel berikut :

Tabell.l.Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa Kelompok

Kemam uan

Tinggi Sedang

Rendah

Kriteria

Siswa an memiliki nilai matematika > x + s Siswa an

(34)

DAFfAR PUSTAKA

Agustinus, S., 2001.Berpikir Kritis, http://agustinussetiono.wordpress .com!berpikir-kritis [25 September 2007]

Ahmadi, Abu. 1982. Psiko/ogi sosial. Surabaya: Bina Umu.

Arends, R.I Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar), edisi ketujuh, Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto 2008. Y okyakarta : Pustaka Pelajar

Arif, A., 2007. Memahami Berpikir Kritis, http: II re-searcbengines .com/ l007ariefJ.html [20 Febuari 2010]

Arikunto, S., 2003, Dasar-Dosar Evaluosi Pendidihm, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Badan Akreditas Propinsi Sekolah!Madrasah Provinsi Sumatera Utara., 20 I 0. http://ban-pt.depdiknas.go.id [22 April2010]

Bansu, I. A., 2009. Komunikasi Matemati/c, Yayasan Pena Banda Aceh Divisi, BandaAceh.

Dahar, R W., 1989. Teori-Teori Be/ajar, Penerbit Erlangga, Jakarta

Gestalt., (2009}, Berpildr Kritis, htpp:/lwww.fkip-uoinus.org/indeLpbp/artikel-Rdp-uninus-bandunglartikel-pendidikanl [8 Mei 2009]

Hudojo, H., (1988), Mengajar Be/ajar -Matematika, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta

Sudiartal, I G P ., 2009, Pengembangan Pembelajaran BerpendekatanTematik Berorientosi Pemecahan Masalah Matematiko Terbuko untuk Mengembangkan Kompetensi Berpildr Divergen, Kritis dan

Kreatfjhttp://goeroendeso.files.wordpress.com/pembelajaran-pendekatan-tematik.pdf/ [1 Oktober 2009]

lsjoni, 2009, Efelctifitos Pembelajaran Kelompolc, Alfabeta, Bandung

Karimah, N., 2008, Pembe/ajaran Matematiko http://www.republika.co.id [28 Desember 2008]

Lie, 2008, Cooperative learning, Grasindio, Jakarta

Rea/istik,

(35)

Lindquist., 2008, Komunikasi Matematika http://mellyirzal.blogspot.com/ komunikasi- matematika.html [25 Desember 2008]

Lubis, A., 2005. Strategi Be/ajar Mengajar Matematika, Fakultas MIPA UNIMED, Medan

Marzuki, A., 2006, lmplementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Upaya Meningkatakan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa, Tesis, FMlP A, UP I.

Masnur, M., 2008, KTSP, Bumi Aksara, Jakarta

NCTM, 2000, Principles and Standards for School Mathematics, Reston, Virgina Priyadi., 2009, Berpikir Kritis, htpp://priyadi.netlarchiveslberpikir-kritis/ [21

Apri12005)

Rudol, B, M., 2009, Meningkatkan Kemampuan Pena/aran Formal Dalam Pembelajaran Matematika SMP Dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistilc, Tesis, FMIP A, UNIMED

Ruseffendi. ( 1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP

Bandung Press

--~·· (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Mengajar Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito

_ _ _ _ ., ( 1998). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya, Semarang: IKIP Semarang

Sadiman, A., 2003, Media Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Saragih, S, 2007, Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematik Siswa Selwlah Pertama Mela/ui Pendekatan Matematik Realistilc, Disertasi, Sekolah Pascasrujana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sharan, 2009, Jnovasi Pengajaran Dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa diKe/as, Imperium, Yogjakarta

(36)

Solihati & Rahmjo, 2008, Ana/isis Model Pembelajaran IPS, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Manurung S L., 20 I 0, Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematisdan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Autograph, Tesis . Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan

Sudjana.,200 I . Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung

Sugiyarti, H, 2005, Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Be/ajar Siswa SMPN I TAMBAKROMO Kabupaten Pati Melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah, Sripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alarn Universitas Negeri Semarang

Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Alfabeta.Bandung

Suparno, P. 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidilran. Kanisius.

Y ogyalauta.

Syaban, M., 2008, Matematika dalam Era Globalisasi, http:/leducare.e-fkipunla.netGeoerated [ 28 Desember 2008]

_ _ _ _ _ ., 2008, Penerapan Pembe/ajaran Investigasi da/am Pembelajaran Matematika, http://educare.e-lkipunla.netGenerated (28 Desember 2008]

Usman, Husaini dan Akbar, R. Pumomo Setiady. {2008). Pengantar Statistika. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyuni, A, 2009., Keefektifan Implimentasi Model Pembelajaran Kooperatif TAl Terhadap Hasil Be/ajar Matematika Materi Polwk Kubus dan Balok Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 4 Semarang, Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

Walker., 2009., Latar Belakang dan Relwnstruksi Masalah, http:/Jwww.fkip-

uoious.org/indeLpbplartikel-fkip-uoinus-baodunglartikel-pendidikaol [5 Agustus 2009]

lVI

Gambar

Tabel Hal
Gambar Hal
Tabell.l.Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran ini sendiri merupakan suatu bentuk dari rangkaian pendekatan, strategi, metode, teknik dan juga taktik Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai

/2015 tanggal 21 September 2015, pekerjaan Penyusunan Masterplan Penyelenggaraan Pekan Olah Raga Provinsi Sumatera Selatan di Kabupaten Muara Enim, maka peserta yang

Pada permukaan bumi terdapat lapisan air yang disebut hidrosfer , ada bagian bumi yang terdiri dari kulit ( litosfer ), dan bagian inti yang disebut centrosfer (lihat

Pada penelitian ini, digunakan 2 teori yang telah dijelaskan pada Bab II. yaitu teori keagenan (agency theory ) dan stewardship theory untuk

Berdasarkan analisis tersebut dapat diartikan bahwa 70,2% Kualitas Audit ditentukan oleh faktor spesialisasi audit di bidang industri klie dan independensi auditor dan sisanya

Sekedar mengulas, setiap individu selalu memberi makna terhadap aspek-aspek yang dia temui di sekitarnya. Mulai dari benda-benda yang secara kasat mata dapat disentuh atau

Alat pengubah sinyal VGA ke sistem PAL adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan pengubahan sinyal berformat RGB dari kartu VGA menjadi sinyal video komposit

[r]