• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU

(DOOR CURTAIN PORTIERE)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

oleh

Alhayyu Bestari Wahyurisani 1103543

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

oleh

Alhayyu Bestari Wahyurisani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Alhayyu Bestari Wahyurisani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

WAHYURISANI, ALHAYYU BESTARI. (2015). Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu (Door Curtain Portiere). Departemen Pendidikan Seni Rupa.

Motif batik mengalami perkembangan baik secara fungsi maupun dari segi nilainya. Pada jaman dahulu, batik digunakan hanya untuk pakaian para bangsawan di Keraton. Namun, batik kini telah mengalami perubahan fungsi, siapapun dapat menggunakannya. Selain dalam bentuk pakaian, batik juga dapat diterapkan pada benda lainnya seperti tas, dompet, bandana, taplak meja hingga tirai. Batik dengan berbagai motif dapat menjadi inspirasi bagi pembatik lainnya untuk lebih kompetitif dan kreatif dalam menciptakan motif-motif baru. Tema kearifan lokal misalnya, seperti alat-alat musik daerah yang perlu dilestarikan keberadaannya. Batik dengan motif angklung merupakan salah satu upaya pelestarian dua kearifan lokal dalam satu karya, yakni budaya membatik dan menjadikan alat musik tradisional angklung sebagai motifnya. Kemudian batik tersebut diterapkan pada tirai pintu dengan tujuan membuat karya tersebut menjadi unik. Penciptaan ini bermanfaat bagi masyarakat umum maupun bagi bidang pendidikan dalam mengembangkan motif batik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode research-led practice atau praktik yang dipandu dengan penelitian. Sebelum membuat karya, terdapat penelitian mengenai minat pasar terhadap batik dengan motif angklung dan tirai pintu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau angket yang disebar pada responden berusia 13-15 tahun di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cimahi. Selain itu, teknik pengumpulan data juga dilakukan dengan cara observasi/pengamatan serta studi dokumentasi di galeri batik, baik yang sudah pernah menciptakan batik bermotif angklung maupun belum. Berdasarkan hasil pembahasan, karya batik bermotif angklung pada tirai pintu ini memiliki unsur dan prinsip dasar seni rupa dan desain yang dapat dikaji dengan jelas. Selain itu, karya dalam bidang kriya ini juga memiliki nilai jual dan dengan keunikan dan mengandung unsur kearifan lokal, yakni batik dan motif angklung.

(6)

ABSTRACT

WAHYURISANI, ALHAYYU BESTARI. (2015). Angklung Motif of Batik which is Applied to Door Curtain Portiere. Art Education Departement.

The motif of batik has many progresses from its value to its function. Used to be, the use of batik is especially for the aristocrat of Keraton in Java, but the rules is not valid in this era. Everyone could use batik which have many kinds of motif without prohibition from Keraton. Batik is not only about cloth, it could be applied to other things such as bag, clutch, bandanna, table-cloth and curtain. Many kinds motif of batik could inspire the others to be more competitive and creative in creating new motif. There are local wisdom themes motif of batik which contains traditional games, folklore and musical things. Those culture must be kept eternally by society in this country. Angklung motif of batik is one of solution to keep two local wisdom into unity. This artwork has angklung motif as a subject of reserch which offers the unique look because it was applied to door curtain portiere. Method of this research is research-led practice or the other words, practice which is led by the research before making an artwork. The research was divided into three parts, there are documentary studied, question-air and observations. Documentary studied contains of report by the research before, photos and pictures. Question-air was intended to adolescent from 13-15 years old which was contained of their interest to batik, angklung and door curtain portiere in Junior High School 1 Cimahi. The last part is an observations which was done to get data about angklung motif of batik and also about the creator who have made batik and also applied it to be a curtain. All the data was concluded then from the question-air which was recapitulated could help to make an artwork. Then, after creating an artwork, it was visualized by the theory. Based on visualiziation of the artwork, angklung motif of batik which is applied to door curtain portiere has element and principal of art and design then it could be studied clearly. Beside it, this craft artwork is marketable with its unique part and full of culture called batik and angklung motif.

(7)

DAFTAR ISI

1. Pengertian dan Sejarah Singkat Angklung ... 25

2. Jenis-jenis Angklung ... 26

C. Tirai Pintu (Door Curtain Portiere) ... 28

D. Unsur dan Prinsip Dasar Visual Seni Rupa ... 32

1. Unsur-unsur Visual Seni Rupa ... 32

2. Prinsip Visual Seni Rupa ... 37

E. Penelusuran Selera Remaja terhadap Tirai Pintu Batik ... 41

F. Gagasan Awal ... 42

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN ... 44

A. Metode Penciptaan ... 44

(8)

C. Pembuatan Karya ... 47

1. Prosedur Penciptaan ... 47

2. Teknik dan Medium Penciptaan ... 53

3. Proses Berkarya ... 65

BAB IV VISUALISASI DAN PEMBAHASAN KARYA ... 73

A. Penciptaan Motif Angklung ... 73

1. Motif Angklung pada Karya 1 ... 73

2. Motif Angklung pada Karya 2 ... 76

3. Motif Angklung pada Karya 3 ... 79

B. Penciptaan Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu ... 83

1. Penciptaan pada Karya 1 ... 90

2. Penciptaan pada Karya 2 ... 96

3. Penciptaan pada Karya 3 ... 102

C. Visualisasi Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu ... 108

1. Visualisasi Karya Kesatu ... 108

1. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa ... 132

2. Bagi Masyarakat Umum ... 132

3. Bagi Bidang Pendidikan ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

LAMPIRAN ... 136

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rumus Pencelupan Naphtol ... 22

Tabel 2.2 Resep pencelupan indigosol ... 24

Tabel 2.3 Kode zat warna procion ... 25

Tabel 2.4 Fungsi Tirai ... 28

Tabel 2.5 Standar ukuran pintu ... 29

Tabel 2.6 Konsep Dasar Seni Rupa dan Desain ... 32

Tabel 3.1 Rumus dan Kode pencelupan pada karya 1, 2 dan 3 ... 69

Tabel 4.1 Penjabaran Hasil Merengga pada Karya 1 ... 73

Tabel 4.2 Pilihan Stilasi Angklung 1 ... 75

Tabel 4.3 Alasan Responden dalam pemilihan stilasi pertama ... 75

Tabel 4.4 Penjabaran Hasil Merengga pada Karya 2 ... 76

Tabel 4.5 Pilihan Stilasi Angklung 2 ... 79

Tabel 4.6 Alasan Responden dalam memilih stilasi kedua ... 79

Tabel 4.7 Penjelasan Hasil Merengga pada motif angklung 3 ... 80

Tabel 4.8 Pilihan Stilasi Angklung 3 ... 82

Tabel 4.9 Alasan Responden dalam pemilihan stilasi ketiga ... 82

Tabel 4.10 Hasil Rekapan Pilihan Warna ... 83

Tabel 4.11 Alasan Responden dalam pemilihan kelompok warna ... 84

Tabel 4.12 Hasil Rekapan desain Tirai Pintu ... 86

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Desain Batik Karya Susi Susyanti ... 2

Gambar 2.1 Contoh isian (isen-isen) garis lurus dan lengkung ... 8

Gambar 2.2 Contoh Tahapan Merengga Motif Tumbuhan (Daun) ... 9

Gambar 2.3 Contoh Tahapan Merengga Motif Binatang (Rusa) ... 9

Gambar 2.4 Contoh Merengga Motif Manusia ... 10

Gambar 2.5 Batik Motif Kawung Pijetan ... 11

Gambar 2.6 Batik Motif Keluarga si Pitung dari Kota Bekasi ... 11

Gambar 2.7 Batik Bermotif Burung Garuda ... 12

Gambar 2.8 Batik Bermotif Bunga Anggur ... 13

Gambar 2.9 Batik Bermotif Benda Kecil, Kuda Lumping (ebeg) ... 13

Gambar 2.10 Contoh gambar Batik Kreasi Baru, Motif Benda Kecil ... 14

Gambar 2.11 Contoh Batik Bermotif Angklung di Rumah Batik Komar ... 15

Gambar 2.12 Motif Benda Rereng Kacapi asal Cianjur ... 16

Gambar 2.13 Motif flora Sekar Awi Alit dari Kota Cimahi ... 16

Gambar 2.20 Grup Angklung Pertama, pandu-pandu Pasoendan ... 26

Gambar 2.21 Struktur Angklung Pengiring ... 27

Gambar 2.22 Struktur Angklung Melodi ... 27

Gambar 2.23 Jenis-jenis Angklung ... 28

Gambar 2.24 Tirai Pintu pada Kamar Remaja ... 29

Gambar 2.25 Salah satu Tirai sebagai Penghias Pintu ... 30

Gambar 2.26 Tirai Pintu Berbahan Kain Flanel ... 30

Gambar 2.27 Tirai Pintu Berbahan plastik ... 31

Gambar 2.28 Contoh Struktur rail (tempat menggantungkan tirai) ... 31

Gambar 2.29 Berbagai Bentuk Lingkaran pada Benda Interior ... 33

(11)

Gambar 2.31 Interval Tangga Ukuran Garis ... 34

Gambar 2.32 Lingkaran Warna sistem Munsell ... 35

Gambar 2.33 Lingkaran warna laras harmonis/analogus ... 36

Gambar 2.34 Kontras 2 warna komplementer... 36

Gambar 2.35 Kontras dua warna bias komplementer/split komplemen ... 36

Gambar 2.36 Kontras 3 warna (triad komplementer)... 37

Gambar 2.37 Kontras 4 warna (tetrad komplementer) ... 37

Gambar 2.38 Contoh Irama yang terjadi pada olahraga dayung ... 38

Gambar 2.39 Contoh Kesatuan dengan pendekatan Garis ... 38

Gambar 2.40 Contoh Dominasi dengan Perbedaan Ukuran ... 39

Gambar 2.41 Contoh Keseimbangan Asimetris ... 40

Gambar 2.42 Contoh Keseimbangan Simetris ... 40

(12)

Gambar 3.20 Desain Terpilih 1 ... 51

Gambar 3.21 Desain Terpilih 2 ... 52

Gambar 3.22 Desain Terpilih 3 ... 52

Gambar 3.23 Pensil yang digunakan ... 53

Gambar 3.24 Kertas hasil printing untuk proses penjiplakan ... 54

Gambar 3.25 Gunting yang digunakan saat memotong kain ... 54

Gambar 3.26 Meja Jiplak ... 54

Gambar 3.27 Dingklik yang digunakan oleh peneliti ... 55

Gambar 3.28 Canting tulis yang digunakan ... 55

(13)

Gambar 3.52 Proses Mengetel kain ... 65

Gambar 3.53 Proses Penjiplakan pada Karya 1 ... 66

Gambar 3.54 Proses Penjiplakan pada Karya 2 ... 66

Gambar 3.55 Proses Penjiplakan pada Karya 3 ... 66

Gambar 3.56 Proses Pencantingan pada Karya 1 ... 67

Gambar 3.57 Proses Pencantingan pada Karya 2 ... 67

Gambar 3.58 Proses Pencantingan pada Karya 3 ... 67

Gambar 3.59 Proses nyolet warna jingga dan krem pada karya 1 ... 68

Gambar 3.60 Proses nyolet warna coklat dan krem pada karya 2 ... 68

Gambar 3.61 Proses nyolet warna tosca dan krem pada karya 3 ... 68

Gambar 3.62 Karya 1 setelah dicelup dengan warna cokelat ... 70

Gambar 3.63 Proses Pencelupan Karya kedua dengan warna Magenta ... 71

Gambar 3.64 Karya 3 setelah dicelup dengan warna ungu ... 71

Gambar 3.65 Proses Pelorodan ... 72

Gambar 4.1 Warna 1, kelompok warna pilihan terbanyak ke-1 ... 85

Gambar 4.2 Warna 4, kelompok warna pilihan terbanyak ke-2 ... 85

Gambar 4.3 Warna 3, kelompok warna pilihan terbanyak ke-3 ... 86

Gambar 4.4 Desain Tirai Pintu 1, Pilihan Terbanyak ke-1 ... 88

Gambar 4.5 Desain Tirai Pintu 2, Pilihan Terbanyak ke-2 ... 88

Gambar 4.6 Desain Tirai Pintu 8, Pilihan terbanyak ke-3 ... 88

Gambar 4.7 Ilustrasi Pencelupan naphtol pada Karya 1 ... 90

Gambar 4.8 Proses Penempelan bagian Tirai Pintu ... 91

Gambar 4.9 Struktur Rangka Tirai pada Karya 1 ... 92

Gambar 4.10 Tahapan finishing Tirai... 92

Gambar 4.11 Karya 1 ... 93

Gambar 4.12 Karya 1 tampak samping kanan ... 94

Gambar 4.13 Karya 1 tampak samping kiri ... 95

Gambar 4.14 Ilustrasi Pencelupan indigosol pada Karya 2... 96

Gambar 4.15 Proses Penerapan batik pada bagian Tirai Pintu... 97

Gambar 4.16 Rangka Tirai ... 98

Gambar 4.17 Tahap finishing Karya ke-2 ... 98

(14)

Gambar 4.19 Karya 2 tampak samping kanan ... 100

Gambar 4.20 Karya 2 tampak samping kiri ... 101

Gambar 4.21 Ilustrasi Pencelupan naphtol pada Karya 3 ... 102

Gambar 4.22 Proses Pembuatan bagian Tirai Pintu ... 103

Gambar 4.23 Penjahitan Renda dan Pemasangan Tali ... 104

Gambar 4.24 Penempelan Batik pada Tirai ... 104

Gambar 4.25 Karya 3 tampak depan ... 105

Gambar 4.26 Karya 3 tampak samping kanan ... 106

Gambar 4.27 Karya 3 tampak samping kiri ... 107

Gambar 4.28 Visualisasi Motif Angklung ke-1 ... 108

Gambar 4.29 Analisis Visual Bentuk ... 109

Gambar 4.30 Analisis Visual Arah... 110

Gambar 4.31 Kelompok Warna yang menjadi bagian dari Karya ke-1 ... 111

Gambar 4.32 Tekstur pada Karya ke-1 ... 112

Gambar 4.33 Analisis Visual Irama ... 112

Gambar 4.34 Analisis Visual Keseimbangan ... 113

Gambar 4.35 Analisis Visual Proporsi ... 114

Gambar 4.36 Analisis Visual pada Motif Angklung 2 ... 115

Gambar 4.37 Visualisasi Bentuk pada Karya 2 ... 116

Gambar 4.38 Analisis Visual Arah... 117

Gambar 4.39 Analisis Visual Warna pada Karya 2 ... 118

Gambar 4.40 Tekstur pada Karya kedua ... 119

Gambar 4.41 Analisis Visual Irama pada Karya 2 ... 120

Gambar 4.42 Analisis Visual Keseimbangan pada Karya 2 ... 121

Gambar 4.43 Analisis Visual Proporsi ... 122

Gambar 4.44 Analisis Visual Kesederhanaan ... 122

Gambar 4.45 Visualisasi Motif Angklung ke-3 ... 123

Gambar 4.46 Analisis Visual Bentuk ... 124

Gambar 4.47 Analisis Visual Arah... 125

Gambar 4.48 Analisis Visual Warna pada Karya 3 ... 126

Gambar 4.49 Tekstur pada Warna ketiga ... 127

(15)

Gambar 4.51 Analisis Visual Keseimbangan Karyake-3 ... 128

Gambar 4.52 Analisis Visual Proporsi ... 129

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belalang Masalah

Motif batik di Indonesia sejauh ini telah mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Motif-motif batik yang ada bukan hanya motif batik resmi yang

dipakai pada zaman dahulu, seperti misalnya motif larangan yang hanya dapat

digunakan oleh keluarga Keraton saja, melainkan juga terdapat pengembangan

bentuk dari benda-benda kekinian maupun benda-benda alam yang sudah lazim

terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Inovasi motif hias pada batik juga tidak

menghilangkan bentuk aslinya. Misalnya, motif batik Luar Angkasa yang berasal

dari kota Bandung, kemudian motif batik Sekar Awi Alit dari kota Cimahi, motif

Pagi Sore Keluarga Bekasi, motif batik Pelung Areuy, motif batik Mamaos Maen

Po Ngaos dari Cianjur hingga motif batik yang menampilkan alat-alat musik

tradisional seperti motif batik Rereng Kacapi hingga motif Kacapi Suling yang

berasal dari Cianjur.

Dalam hal ini, ternyata batik bermotif hias alat musik tradisional juga

termasuk dalam motif hias pada batik yang berkembang. Angklung merupakan

salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Pembuatan

motif hias angklung pada batik merupakan salah satu cara peneliti untuk turut

serta dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Batik dan angklung

dikolaborasikan dalam satu karya yang mengandung dua unsur kebudayaan ini

juga diharapkan menjadi salah satu cara peneliti untuk berkontribusi dalam

mengangkat nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Indonesia.

Munculnya variasi motif hias pada batik membuktikan bahwa masyarakat di

Indonesia semakin mencintai budayanya, baik dengan mengembangkan

motif-motif yang sudah ada maupun menciptakan motif-motif baru yang desainnya

disesuaikan dengan model masa kini. Dengan berkembangnya variasi motif batik

yang ada dewasa ini, tentu akan menarik minat masyarakat dari segala usia untuk

menggunakan kain batik, baik yang berfungsi sebagai pakaian, lukisan hingga

(17)

2

Batik secara turun temurun pada umumnya dikenal oleh masyarakat luas

dalam bentuk kain panjang yang kemudian difungsikan hanya sebagai pakaian

saja. Namun, seiring berkembangnya waktu batik kini dapat dinikmati dalam

dalam berbagai bentuk produk kesenian dan tetap memiliki nilai fungsional.

Seperti tas, dompet, pernak-pernik mulai dari kalung hingga bandana serta tirai.

Tirai pada umumnya digunakan sebagai penutup jendela serta sebagai media

tembus (filter) cahaya. Namun, pada kenyataannya tirai juga dapat berfungsi

sebagai pemisah ruangan ataupun penutup pintu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1995 hlm. 1061). Tirai batik juga sudah pernah diciptakan berikut dengan karya

tulisnya. Hanya saja, pada karya ini tirai batik menggunakan motif hias kuda laut

serta tirai yang berfungsi sebagai penutup jendela dengan gaya roman shade.

Karya ini dibuat oleh Sugianto pada tahun 2008 dengan judul Motif Hias Stilasi

Kuda Laut pada Gorden Model Roman Shade dengan Teknik Batik Tulis.

Batik bermotif angklung juga sudah pernah dibuat dan diproduksi oleh

Rumah Batik Komar di jalan Cigadung Raya Timur I no. 5 Bandung. Desain

angklung yang diperbanyak adalah hasil karya Susi Susyanti, pemenang lomba

desain angklung dengan judul Bermain Angklung di atas Mega. Perlombaan

tersebut adalah program kerjasama Saung Angklung Udjo (SAU) dengan Rumah

Batik Komar dengan hasil akhir kain batik yang sudah diproduksi diaplikasikan

pada seragam untuk SAU, samping serta bendo untuk SAU. Perlombaan tersebut

diselenggarakan pada bulan Desember tahun 2014 lalu.

Gambar 1.1 Desain Batik Angklung Karya Susi Susyanti Sumber Gambar:

(18)

3

Karya yang akan dibuat oleh peneliti merupakan batik bermotif angklung

memiliki bentuk berbeda, yakni stilasi angklung dibuat sedemikian rupa dengan

teknik pemiuhan bentuk dengan unsur garis yang lebih menarik. Kemudian,

peneliti menerapkan karya batik tersebut pada tirai sebagai penutup pintu (door

curtain portiere) yang juga dapat berfungsi sebagai hiasan pintu kamar/elemen

estetis.

Batik Bermotif Angklung pada Tirai Pintu (Door Curtain Portiere)

merupakan inovasi dari pengembangan motif batik yang juga bertujuan untuk

melestarikan budaya di Indonesia serta mewujudkan penampilan baru dari fungsi

batik, yakni sebagai hiasan yang dibuat secara khusus sebagai penutup pintu dan

sebagai penghias kamar. Tirai pintu biasanya terbuat dari bahan plastik,

manik-manik, maupun kulit kerang. Peneliti ingin membuat tirai pintu yang unik, yakni

menggunakan kain batik yang telah dikembangkan motifnya dan diterapkan pada

tirai pintu.

Pemilihan angklung sebagai objek yang akan dijadikan sebagai motif batik

diharapkan dapat menjadi pegangan moral bahwa sesuatu harus dilakukan secara

seimbang sebagaimana harmoni yang tercipta saat angklung dibunyikan secara

bersamaan.Selain itu, peneliti juga berharap dengan mengangkat angklung sebagai

ide gagasan pembuatan motif batik dapat mengingatkan kita pada nilai-nilai

kearifan lokal dan turut melestarikan kebudayaan yang berada di tatar Sunda.

Sehingga generasi muda sekarang akan mengingat kembali dan mencari tradisi

yang telah diwariskan secara turun-temurun.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada fakta-fakta yang telah diuraikan dalam latar belakang di

atas, identifikasi permasalahan yang dapat diuraikan ialah sebagai berikut:

1. Batik sebagai warisan budaya adiluhung di Indonesia yang telah diakui oleh

dunia perlu dilestarikan keberadaannya.

2. Angklung sebagai alat musik khas Jawa Barat dapat dijadikan sebagai motif

batik yang unik, karena sudah terlalu banyak batik bermotif hias flora, fauna,

(19)

4

3. Tirai pintu bermotif angklung sebagai elemen estetis yang secara visual terlihat

setiap hari akan mengingatkan kita pada nilai-nilai budaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, terdapat tiga

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menciptakan motif angklung untuk tirai pintu?

2. Bagaimana visualisasi dari batik bermotif angklung pada tirai pintu?

D. Tujuan Penciptaan

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penciptaan ini adalah sebagai

berikut:

1. Menciptakan motif hias stilasi angklung;

2. Menerapkan proses penciptaan batik bermotif angklung pada tirai pintu;

3. Memvisualisasikan batik bermotif angklung pada tirai pintu.

E. Manfaat Penciptaan

1. Bagi Peneliti

Bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan motif angklung dan

mengangkat nilai-nilai kearifan lokal yang divisualisasikan dalam berkarya

batik tulis. Selain itu, peneliti juga dapat turut serta dalam mengembangkan

dua unsur kearifan lokal dalam satu kesempatan, yakni angklung dan batik.

2. Bagi Jurusan

Bermanfaat dalam pengembangan motif batik yang telah distilasi dan

dikembangkan dari bentuk angklung.

3. Bagi Masyarakat/Umum

Penciptaan ini bermanfaat untuk mengingatkan kembali pada masyarakat

(20)

5

4. Bagi Bidang Pendidikan

Bagi bidang pendidikan diharapkan memberikan ide baru bahwa penciptaan

batik untuk tirai atau benda apapun dapat disederhanakan dengan memadukan

batik dalam ukuran skala sentimeter dengan kain jenis lain.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pengantar karya Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang penciptaan, rumusan masalah, tujuan

penciptaan, manfaat penciptaan, proses penciptaan dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini bagian yang tercantum ialah penjabaran kajian pustaka mengenai

angklung, tirai pintu, batik serta unsur dan prinsip dasar visual seni rupa. Selain

itu, peneliti juga mencantumkan tinjauan faktual mengenai angklung sebagai ide

gagasan pembuatan motif batik serta gagasan awal penciptaan karya ini.

BAB III Metode dan Proses Penciptaan

Pada bab ini peneliti menjabarkan metode yang digunakan dalam penciptaan

karya ini dilengkapi dengan proses penciptaan beserta dokumentasinya.

BAB IV Analisis Karya Hasil Penciptaan

Pada bab ini terdapat hasil deskripsi karya dan deskripsi proses pembuatan.

Dalam bab ini juga terdapat analisis visual karya yang dikaitkan dengan kajian

teori pada BAB II.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan jawaban terhadap tujuan yang sudah

ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan berupa poin-poin inti selama pengerjaan serta

saran bagi hasil karya yang telah dibuat agar dapat bermanfaat bila ada penelitian

(21)

44

BAB III

METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

A. Metode Penciptaan

Peneliti menggunakan metodologi Research-led Practice atau praktik yang

dipandu dengan penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Murwanti dalam

Seminar Nasional Pendidikan Seni, ‘Mencapai Pendidikan Seni Melalui Riset

Penciptaan Seni yang Ilmiah’:

...Praktik yang dipandu Penelitian adalah metodologi yang paling sering ditemukan di Indonesia, di mana peneliti – baik seniman, desainer, maupun kriyawan melakukan riset awal tentang subject matter, pasar, fungsi, maupun material sebelum melakukan praktik. Dalam praktik yang dipandu penelitian, praktik berfungsi sebagai instrumen... (Murwanti, 2014 hlm. 5)

Metode yang digunakan oleh peneliti ialah metode penciptaan

proposisional, yakni peneliti menawarkan alternatif karya maupun pemahaman

seni yang sudah ada, tetapi penelitian ini juga menawarkan orisinalitas berupa

karya yang mampu memberikan pengalaman baru bagi audiens. (Leonard dan

Amborse, 2012 dalam Murwanti, tahun 2014 hlm. 7)

Sebelum menciptakan karya, peneliti melakukan riset terhadap pasar dan

mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan terbagi menjadi

tiga, yaitu:

1. Teknik Studi Dokumen

Merupakan teknik pengumpulan data melalui laporan penelitian, foto dan gambar.

2. Teknik Angket (Kuesioner)

Merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

selera pasar dan berfungsi untuk menentukan pemilihan desain pembuatan karya.

3. Teknik Pengamatan/Observasi

Merupakan serangkaian pengamatan terhadap objek penelitian. Berikut

merupakan uraian dari objek penciptaan mengenai stilasi dan bentuk angklung,

tirai pintu serta minat remaja putri terhadap objek tersebut.

Selain itu, sebelum mencipta karya peneliti juga membuat bagan yang berisi

tahapan penciptaan untuk mempermudah peneliti selama proses berkarya. Bagan

(22)

45

sehingga tahapan yang sudah maupun belum dilaksanakan dapat terlihat dengan

jelas. Berikut merupakan bagan yang dirancang oleh peneliti:

Gambar 3.1 Kerangka Berkarya Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ide Awal Tirai Pintu

Angklung

Kelompok

Warna Desain Tirai

Stilasi Angklung

8 Pilihan 9 Pilihan

8 Pilihan

Penyebaran Angket Tirai Batik Bermotif Angklung

3 Desain Terpilih

3 Stilasi Terpilih 3 Warna Terpilih

Proses Penciptaan

Persiapan

Pembatikan

Finishing Batik

Penciptaan Tirai

(23)

46

B. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survai dan

melalui instrumen kuesioner (angket). Hal ini ditujukan untuk mendapatkan

pilihan terbanyak pada stilasi, kelompok warna serta desain tirai pintu sesuai

dengan selera pasar remaja putri. Setelah hasil angket tersebut direkap, peneliti

menjadikan rekapan tersebut sebagai acuan dalam membuat karya.

Angket ini diberikan kepada 100 siswi SMPN 1 Cimahi kelas 8 sebanyak

80 orang serta kelas 9 sebanyak 20 orang. Penyebaran angket dilaksanakan pada

hari Jumat, 31 Juli 2015 pada pukul 09.00 sampai dengan 14.30 WIB dengan

target remaja putri (siswi), yakni dari usia 13-15 tahun.

Usia tersebut dipilih karena sudah memasuki usia remaja awal dan

pertengahan, sehingga sudah mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak,

mengembangkan diri sebagai individu yang unik serta mampu mengarahkan diri

sendiri (self-directed). Selain itu, pada usia ini juga remaja sudah mampu

membuat keputusan-keputusan sehingga jika diberikan sebuah pertanyaan,

mereka mampu menjelaskan alasan secara rasional. (Agustiani, Tahun 2006 hlm.

29)

Berikut merupakan tiga pertanyaan inti yang diajukan oleh peneliti kepada

responden:

1. Pilihlah tiga motif angklung yang telah distilasi serta tuliskan alasannya!

2. Pilihlah tiga kelompok warna yang cocok untuk motif angklung tersebut,

tuliskan alasannya!

3. Pilihlah tiga desain tirai pintu yang cocok untuk motif angklung tersebut,

berikan pula alasannya!

Pilihan terbanyak dari stilasi, warna dan desain tirai pintu kemudian

dipadukan dalam satu objek dan diterapkan pada karya batik tulis yang dibuat

oleh peneliti. Hasil data survai kuesioner dapat dilihat pada lembar lampiran,

sedangkan rekapan survai dapat dilihat pada BAB IV Pembahasan dan Visualisasi

(24)

47

C. Pembuatan Karya

Data yang telah terkumpul dan diolah kemudian dijadikan sebagai acuan oleh

peneliti dalam proses pengerjaan karya.

1. Prosedur Penciptaan

a. Membuat Stilasi Angklung (merengga/menstilir)

Stilasi angklung dibuat dengan menggunakan aplikasi CorelDRAW X4

dengan tujuan mempermudah proses penjiplakan. Pola dapat dibuat sesuai dengan

ukuran aslinya.

Gambar 3.2 Angklung Melodi Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

(25)

48

b. Membuat komposisi warna

Stilasi Angklung 4

Stilasi Angklung 6 Stilasi Angklung 5

Stilasi Angklung 8 Stilasi Angklung 7

(26)

49

Gambar 3.4 Pilihan Warna ke-2

Gambar 3.5 Pilihan Warna ke-3 Gambar 3.3

Pilihan Warna ke-1

Gambar 3.8 Pilihan Warna ke-6 Gambar 3.7

Pilihan Warna ke-5 Gambar 3.6

Pilihan Warna ke-4

Gambar 3.11 Pilihan Warna ke-9 Gambar 3.9

Pilihan Warna ke-7

(27)

50

c. Membuat desain tirai

Gambar 3.13 Desain Tirai 2 Gambar 3.12

Desain Tirai 1

Gambar 3.15 Desain Tirai 4 Gambar 3.14

Desain Tirai 3

Gambar 3.17 Desain Tirai 6 Gambar 3.16

Desain Tirai 5

Gambar 3.19 Desain Tirai 8 Gambar 3.18

(28)

51

d. Desain Terpilih

Setelah stilasi, kelompok warna serta desain tirai terpilih melalui angket,

peneliti membuat pengembangan dari ketiga unsur tersebut. Pengembangan yang

dibuat adalah sebagai berikut:

(29)

52

Gambar 3.21 Desain Terpilih 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

(30)

53

2. Teknik dan Medium Penciptaan

Pada umumnya, proses pembuatan motif batik pada kain menggunakan teknik

repeat atau pengulangan. Pengulangan motif tersebut dilakukan agar ketika pola

dipindahkan pada kain yang berukuran lebih besar maka motif-motif tersebut

tetap bersatu dan tersambung. Sedangkan, penciptaan motif batik pada karya ini

memiliki perbedaan dengan batik pada umumnya. Motif yang dibuat dalam karya

ini tidak menggunakan teknik repeat.

Selain itu, perbedaan yang terdapat pada karya ini dengan batik pada

umumnya ialah penggunaan bahan. Terdapat bahan tambahan yang digunakan

dalam pembuatan karya ini. Bahan-bahan tambahan tersebut yakni benang rajut

berbahan katun, kain tile, kayu, serta kertas dupleks. Berikut merupakan rincian

alat, bahan serta proses penciptaan:

a. Alat

Alat-alat yang digunakan oleh peneliti selama proses membatik adalah

sebagai berikut:

1) Pensil

Pensil digunakan pada saat proses penjiplakan pola batik pada kain.

Gambar 3.23 Pensil yang digunakan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

2) Kertas

Kertas merupakan stilasi angklung yang telah dicetak sesuai ukuran asli untuk

(31)

54

Gambar 3.24 Kertas hasil printing pola batik untuk peroses penjiplakan Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

3) Gunting

Alat ini digunakan untuk menggunting kain sesuai ukuran yang telah

ditentukan.

Gambar 3.25 Gunting yang digunakan saat memotong kain Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

4) Meja Jiplak

Meja kaca yang di bawahnya terdapat lampu peneliti gunakan saat menjiplak

pola.

(32)

55

5) Dingklik

Dingklik adalah bangku kecil yang digunakan oleh peneliti selama proses

mencanting/pemalaman.

Gambar 3.27 dingklik yang digunakan oleh peneliti Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

6) Canting

Canting tulis ialah alat yang digunakan oleh peneliti untuk menerapkan

malam pada kain.

(33)

56

7) Gawangan

Gawangan digunakan untuk menggantungkan kain selama proses nyanting

dan nyolet.

Gambar 3.29 Gawangan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

8) Kompor

Kompor berfungsi untuk memanaskan malam di atas wajan saat mencanting.

Gambar 3.30 Kompor minyak tanah Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

9) Wajan

(34)

57

Gambar 3.31 Wajan sebagai wadah untuk malam Sumber Gambar: dokumentasi pribadi

10) Kuas

Alat ini digunakan selama proses nyolet berlangsung. Bagian kain yang

dicolet adalah permukaan yang bidang gambarnya kecil.

Gambar 3.32 Kuas yang digunakan pada proses nyolet Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

11) Sarung Tangan Karet

(35)

58

Gambar 3.33 Sarung tangan karet Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

12) Ember

Ember berfungsi untuk menganji kain, pencelupan warna serta proses

pembilasan kain.

Gambar 3.34 Ember

(36)

59

13) Celemek

Celemek digunakan oleh peneliti selama proses pengerjaan berlangsung.

Gambar 3.35 Celemek Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

14) Panci

Panci besar yang digunakan oleh peneliti berfungsi untuk mencuci kain

dengan larutan teepol serta pada proses pelorodan.

Gambar 3.36 Panci

(37)

60

15) Gelas Ukur

Gelas ukur digunakan untuk menuangkan air dengan takaran yang tepat.

Gambar 3.37 Gelas ukur Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

b. Bahan

1) Kain Katun Dobby

Kain katun dobby adalah bahan utama yang digunakan dalam penciptaan

karya sebelum menjadi kain batik.

(38)

61

2) Tepung Tapioka/Kanji

3) Malam

Malam digunakan sebagai bahan perintang pada kain.

Gambar 3.39 malam batik Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

4) Pewarna Colet

Pewarna colet digunakan untuk mewarnai bidang kain yang kecil.

5) Pewarna Celup

Pewarna celup digunakan untuk memberi warna pada bidang kain yang lebih

besar.

Gambar 3.41 Pewarna colet jenis procion setelah dilarutkan dalam

air Gambar 3.40 Pewarna colet jenis

(39)

62

Gambar 3.42 Pewarna celup jenis naphtol Sumber gambar: dokumentasi pribadi

6) Soda Abu

Soda abu berfungsi untuk mempermudah proses pelorodan.

Gambar 3.43 soda abu Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

7) Teepol (CH53) dan Hidrogen Peroksida (H2O2)

Teepol digunakan sebagai cairan pembasah kain agar daya serap kain

terhadap warna menjadi lebih baik, sedangkan Hidrogen Peroksida

(40)

63

8) Air

Air adalah bahan pelarut warna yang digunakan baik pada proses pencelupan

maupun proses nyolet.

Gambar 3.46 Air sebagai pelarut Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

9) Kain tile

Kain ini digunakan sebagai renda yang membentuk draperi pada setiap bagian

lingkaran tirai serta sebagai renda pada bagian rail tirai.

Gambar 3.44 Larutan Teepol Sumber Gambar: Dokumentasi

Pribadi

Gambar 3.45 Larutan Hidrogen Peroksida

(41)

64

Gambar 3.47 Kain tile Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

10) Kertas Dupleks

Gambar 3.48 Kertas Dupleks Sumber Gambar: dokumentasi pribadi

11) Benang Rajut

Benang rajut digunakan untuk tempat melekatnya butiran-butiran gambar

pada tirai.

(42)

65

12) Kayu Penyangga

Gambar 3.50 Kayu penyangga untuk rail tirai Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

3. Proses Berkarya

a. Menggunting kain

b. Mengetel dan Menganji kain

Gambar 3.51 Proses menganji kain Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

(43)

66

c. Membuat pola

Gambar 3.53 Proses penjiplakan pada karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.54 Proses penjiplakan pada karya 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

(44)

67

d. Mencanting

Gambar 3.56 Proses pencantingan pada Karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.57 Proses Pencantingan pada Karya 2 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

(45)

68

e. Nyolet

Proses nyolet dilakukan untuk mewarnai bidang gambar yang kecil.

Gambar 3.59 Proses nyolet warna jingga dan krem pada karya 1 Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

(46)

69

Gambar 3.61 Proses nyolet pada karya 3 dengan warna tosca dan krem Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

f. Ngabiron

Ngabiron adalah proses pemalaman yang dilakukan untuk menutup warna

yang telah dicolet

g. Proses pencelupan kain

Pada proses pencelupan kain, peneliti mencelup sendiri pada karya 1 dan 3

dengan menggunakan naphtol (10 gram naphtol, 20 gram garam, 6 gram

caustic soda dan TRO) yang dilarutkan dalam air. Sedangkan pada karya 2,

peneliti menggunakan jasa pencelupan indigosol di Hasan Batik Bandung.

Rumus dan kode pencelupan yang digunakan adalah sebagai berikut:

(47)

70

(48)

71

Gambar 3.63 Proses pencelupan karya ke-2 dengan warna magenta Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

(49)

72

h. Proses pelorodan

Proses pelorodan dilakukan untuk melepaskan malam pada kain dengan cara

direbus dengan air dan soda abu. Resep yang peneliti gunakan adalah 3

sendok teh soda abu, 10 liter air untuk ½ meter kain.

Gambar 3.65 Proses Pelorodan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

i. Pembuatan Tirai

Setelah kain dilorod hingga benar-benar bersih kemudian dikeringkan,

tahapan selanjutnya ialah pembuatan tirai. Pembuatan tirai mengacu pada

desain terpilih yang sudah tertera pada poin d (lihat hlm.48).

j. Tahapan Penyelesaian (Finishing)

Setelah tirai selesai dibuat, tahapan selanjutnya adalah menggantungkan tirai.

(50)

131

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Batik bermotif angklung dibuat setelah adanya berbagai tahapan pengolahan

motif. Dalam karya ini, motif batik diciptakan dengan teknik merengga dan unsur

garis yang dominan muncul pada motif angklung di setiap karya ialah unsur garis

lengkung dan garis lurus.

Motif angklung dapat dikembangakan kembali menjadi bentuk-bentuk yang

lebih kreatif dan dekoratif dengan permainan unsur titik, garis dan bidang.

Bahkan, selain motif angklung pembuatan motif-motif dari objek lain dapat lebih

berkembang dengan mengangkat tema kearifan lokal yang dapat diangkat dari

setiap daerah di Indonesia yang memiliki ciri khas.

Batik bermotif angklung yang diterapkan pada tirai pintu memiliki proses

pengerjaan dalam jangka waktu cukup lama. Waktu pembuatan yang dibutuhkan

dalam penyelesaian karya tersebut ialah kurang lebih selama tiga bulan. Dalam

kurun waktu tersebut juga termasuk proses-proses yang mengalami kegagalan dan

pengulangan pembuatan karya.

Batik bermotif angklung memang cocok diterapkan pada tirai pintu. Paduan

warna yang ceria pada karya tersebut melambangkan semangat jiwa muda sesuai

dengan rentang usia responden yang memilih, yakni 13-15 tahun yang masih

menggebu. Namun, dibalik kesesuaiannya, karya ini juga tentu memiliki

kekurangan, yakni biaya pembuatan yang mahal sehingga jika dipasarkan harga

jual akan mahal dan tidak sebanding dengan pasar yang tidak terlalu luas dalam

rentang usia remaja.

Secara visual, unsur-unsur seni rupa yang paling sering muncul dan

mendominasi karya ialah unsur bentuk, arah, warna dan tekstur. Sedangkan

prinsip yang utama muncul ialah irama, keseimbangan, proporsi serta kejelasan.

Ketiga karya tersebut telah memiliki semua unsur dan prinsip dasar seni rupa yang

(51)

132

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI

a. Cara mendapatkan ide untuk mendapatkan objek gambar selain dengan

melihat secara langsung, gambar, karya orang lain melalui majalah atau

katalog ialah dapat menemukannya dengan cara sendiri;

b. Setiap daerah memiliki ciri khas kesenian dan kebudayaan yang dapat

diangkat temanya dalam melestarikan nilai kearifan lokal;

c. Bagi peneliti selanjutnya, bila ingin membatik pada media kain katun dobby

ataupun kain yang memiliki tekstur kasar, per lu kesabaran serta keterampilan

dalam menerapkan malam di atas kain, karena tekstur yang kasar membuat

lilin terkadang tidak tembus pada bagian belakang. Kain katun dobby lebih

sulit dicanting dibandingkan dengan kain katun mori prima dan primissima;

2. Bagi Masyarakat Umum

Agar selalu mewariskan budaya di negara Indonesia agar tidak terjadi

kepunahan budaya. Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal juga perlu lebih

dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Bidang Pendidikan

Batik dengan berbagai motif dapat dipelajari dalam bidang pendidikan,

khususnya batik yang diterapkan pada tirai pintu. Dalam bidang pendidikan,

penciptaan batik untuk tirai dapat disederhanakan dengan memadukan batik

(52)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

Daftar Pustaka Sumber Buku:

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Andarini & Adjie. (2012). 25 Inspirasi Tirai Cantik Paling Favorit untuk Semua Jenis dan Tipe Rumah. Depok: Pustaka Makmur.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hampshire, M. & Stephenson, K. (2006). Communicating with Pattern Circles and Dots.

Hamzuri. (1994). Batik Klasik. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Hurlock, E. (1994). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Isyanti. (2003). Sistem Pengetahuan Kerajinan Tradisional: tenun Gedhog di Tuban, Propinsi Jawa Timur. Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Julianita, N. (1996). Batik nan Cantik. Bandung: Museum Negeri Propinsi Jawa Barat

Kudiya, K, dkk. (2013). Buku Batik Jawa Barat Jilid III. Bandung: Yayasan Batik Jawa Barat.

Paine, M. (1987). Fabric Magic. New York: Pantheon Books.

Rosso & Nurafni. (2008). Pesona Batik Warna Alam. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara: kajian khusus tentang ornamen Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Susanto, S. (1973). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan.

Susanto, S. (1984). Seni Teknologi Kerajinan Batik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Utoro & BA. (1979). Pola-pola Batik dan Pewarnaan untuk SMK. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(53)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

Wulandari, A. (2011). Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumber Jurnal:

Murwanti, A. (2014). Mencapai Pendidikan Seni Indonesia Melalui Riset

Penciptaan Seni yang Ilmiah. Orientasi Pendidikan Seni dalam

Membangun Mental dan Budaya Kreatif, hlm. 5.

Sobandi, B. (2010). Alam sebagai Sumber Penciptaan Karya Batik. Ritme: Jurnal Seni dan Pengajarannya, 3(9), hlm. 21-31.

Sumber Katalog:

Rosso & Nurafni. (2008). Pesona Batik Warna Alam. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Wiramihardja, O. (2010). Panduan Bermain Angklung. Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.

Majalah Gadis Edisi 23 Maret-1 April 2007

Dokumentasi Pribadi.

Sumber Skripsi:

Sugianto, V. (2008). Motif Hias Stilasi Kuda Laut pada Gorden Model Roman Shade dnegan Teknik Batik Tulis. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Cahyani. (2008). Bed Cover Batik: eksplorasi motif stilasi bunga krisan. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet:

(54)

Alhayyu Bestari Wahyurisani, 2015

(2015, 29 Juni ). Diakses dari

https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10154855406005241.1073741 872.143949185240&type=1

(2015, 2 September). Diakses dari

http://tokobojonegoro.com/wp-content/uploads/2013/08/KOMPOR-CANTHING-1-SET.jpg

(2015, 8 September). Diakses dari

http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/images/stories/fgallery/20120212155 41425.jpg

(2015, 8 September). Diakses dari

http://i1206.photobucket.com/albums/bb453/donny221/P2176359.jpg

http://i00.i.aliimg.com/wsphoto/v0/959347164/Romantic-wall-stickers-bead-font-b-curtain-b-font-waistline-stickers-bedroom-door-kitchen-cabinet-set.jpg

http://www.souvenir.iap-m.com/2014/02/tirai-flanel.html

Gambar

Gambar 3.23 Pensil yang digunakan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.24 Kertas hasil printing pola batik untuk peroses penjiplakan Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.28 Canting tulis yang digunakan Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.29 Gawangan Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalimat tidak efektif yang digunakan meliputi hal-hal sebagai berikut, (1) bentuk kalimat tidak utuh, terdiri kalimat tidak memiliki subjek, predikat, dan objek

Menurut Joko dalam Pujiati (2008), keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor- faktor, antara lain : waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahan

penelitian dengan judul “Analisi Hubungan Store Image, Store Contact, dan Store Lay-out dengan Loyalitas Konsumen, Studi kasus pada Toko Buku Gramedia Jln1. Jendral

Hasil penelitian secara parsial pada variabel nilai buku ekuitas menunjukkan bahwa nilai buku memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham, tetapi nilai buku ekuitas memiliki

Jenis-jenis Perifiton Yang Ditemukan Selama

 Tugas Individu I: Media Audio; kirimkan versi MP3 Media Audio anda ke virtual kelas Edmodo pada pertemuan ke 14.  Tugas Individu II: Pilih salah satu (Handout atau

PLN (Persero) terhadap pelanggan yang melakukan pelanggaran perjanjian jual beli arus listrik dan apakah kendala-kendala yang dihadapi PT5. PLN (Persero) dalam menanggulangi

• The Shared Model: Sebuah model bersama adalah satu di mana dua mata pelajaran yang terintegrasi melalui keterampilan, topik, atau konsep serupa yang merupakan bagian dari