• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi budaya organisasi mahasiswa islam patani selatan Thailand di Daerah Istimewa Yogyakarta ARTIKEL THESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi budaya organisasi mahasiswa islam patani selatan Thailand di Daerah Istimewa Yogyakarta ARTIKEL THESIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

REPRESENTASI BUDAYA ORGANISASI MAHASISWA ISLAM PATANI

SELATAN THAILAND DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ARTIKEL

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Sosiologi

Oleh:

Mr. Amir Hama

S251408017

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user ABSTRACT

REPRESENTATION OF CULTURAL ORGANIZATION OF ISLAMIC STUDENTS PATTANI IN SOUTHERN THAILAND IN YOGYAKARTA

The existence of students from southern Thailand in Indonesia subsequently form a student union in a container Student Associations Islam Patani in Southern Thailand Indonesia (PMIPTI). The historical background to the establishment of PMIPTI and hopes founder on PMIPTI raises traits PMIPTI members of different life with Thai students in Indonesia. On the other hand South Patani student destination in Indonesia was to study at universities and improve their lives. Interactions between South Patani students individual goals with the aim of founding PMIPTI affect the behavior of the self tug South Patani students who are members PMIPTI and the emergence of a PMIPTI habits and a culture in the organization. This study aims to represent the culture of the organization PMIPTI, supporting and inhibiting impact PMIPTI organizational culture and the impact of organizational culture on the motivation of student learning PMIPTI South Patani.

This research was a qualitative with case approach using resources as a resource as well as data from PMIPTI as secondary data. Informants consisted of 7 South Patani students who are PMIPTI board and members and two citizens of Indonesia who was an adviser PMIPTI and colleagues from PMIPTI determined using maximum variation sampling. Analysis of data using interactive techniques.

The research found that the representation of organizational culture PMIPTI include the use of the language and customs of the Malay, the use of Islam as the basis of the behavior of PMIPTI, a sense of nationhood as the Malays of Patani. The emergence of organizational culture in PMIPTI affected by several factors, among others, the cultural roots Melayu Patani on PMIPTI, public sentiment Melayu Patani are historically and sociologically to the Government of Thailand, and as a symbol to bring up the difference with other organizations and. Organizational culture PMIPTI able increase student motivation to learn South Patani shown by South Patani students' achievement was good.

(3)

commit to user

REPRESENTASI BUDAYA ORGANISASI MAHASISWA ISLAM PATANI SELATAN THAILAND DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Mr.Amir Hama Program Studi Sosiologi

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. RB. Soemanto, MA

Dr. Argyo Demartoto, M.Si.

Keberadaan mahasiswa dari Thailand Selatan di Indonesia selanjutnya

membentuk suatu ikatan mahasiswa dalam sebuah wadah Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailand di Indonesia (PMIPTI). Latar belakang sejarah berdirinya PMIPTI serta harapan pendiri pada PMIPTI menimbulkan ciri-ciri kehidupan anggota PMIPTI yang berbeda dengan mahasiswa Thailand di Indonesia. Disisi lain tujuan mahasiswa Patani Selatan di Indonesia adalah untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi dan meningkatkan taraf hidup mereka. Interaksi antara tujuan individu mahasiswa Patani Selatan dengan tujuan berdirinya PMIPTI berdampak terjadinya tarik ulur perilaku pada diri mahasiswa Patani Selatan yang menjadi anggota PMIPTI dan munculnya suatu kebiasaan-kebiasaan dalam PMIPTI dan menjadi budaya organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk merepresentasikan budaya organisasi PMIPTI, dampak pendukung dan penghambat budaya organisasi PMIPTI serta dampak budaya organisasi PMIPTI terhadap motivasi belajar mahasiswa Patani Selatan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan sumber informasi sebagai nara sumber serta data dari PMIPTI sebagai data sekunder. Informan terdiri dari 7 mahasiswa Patani Selatan yang merupakan pengurus dan anggota PMIPTI serta dua orang warga negara Indonesia yang merupakan penasehat PMIPTI dan rekan sejawat dari PMIPTI yang ditentukan menggunakan teknik maximum variation sampling. Analisis data menggunakan teknik interaktif.

Hasil penelitian ditemukan bahwa representasi budaya organisasi PMIPTI meliputi penggunaan bahasa dan kebiasaan melayu, penggunaan budaya Islam Melayu sebagai dasar perilaku PMIPTI, rasa kesukuan sebagai warga Melayu Patani. Timbulnya budaya organisasi dalam PMIPTI didukung oleh program PMIPTI yang bertujuan menciptakan generasi pemimpin dan masyarakat patani yang religius, program PMIPTI mendorong rasa kebersamaan antara anggota, dan program PMIPTI mendorong anggota untuk aktif bertemu. Serta adanya rasa senasib dan sepenanggungan (fellow sufferer) antar sesama anggota PMIPTI. Faktor penghambat terlaksanakan budaya organisasi dalam PMIPTI yaitu hambatan dalam bahasa dan internal organisasi yang disebabkan sulitnya koordinasi anggota PMIPTI karena mereka menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang berbeda-beda. Budaya organisasi dalam PMIPTI berperan dalam peningkatan motivasi belajar anggotanya.

(4)

commit to user Latar Belakang Masalah

Secara historis, minoritas muslim Thailand yang tinggal di Thailand Selatan tidaklah berakar yang sama dengan bangsa Thailand pada umumnya, baik dari segi agama, bahasa, maupun budayanya. Muslim di Thailand merupakan bagian dari Bangsa Melayu karena secara geografis, tempat tinggalnya berbatasan dengan negara Melayu Malaysia. Letak geografis yang demikian itulah menyebabkan ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu rasa keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga sosial, budaya, dan politik di Thailand (Helmiati, 2011).

Hal ini disebabkan adanya perbedaan agama dan tradisi sehingga menyebabkan hubungan antara muslim Thailand dengan mayoritas etnis Thailand yang beragama Buddha senantiasa diliputi kecurigaan. Dampak dari penolakan ini berimbas pada sektor ekonomi yang mana Patani menjadi jauh tertinggal dibandingkan dengan wilayah lain yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Buddha. Persoalan pendidikan yang tertinggal juga menjadi persoalan yang serius bagi warga Pattani (Bambang, 2010).

Salah satu usaha yang masih menyisakan harapan adalah melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi muslim Pattani untuk mengembangkan ilmu pendidikan Islam yang lebih layak. Menteri Agama Republik Indonesia melakukan kerjasama dibidang dakwah, pembangunan, pendidikan dan kebudayaan, pengembangan Bahasa Melayu dan Indonesia, haji, dan sektor ekonomi. Salah satu alasan Indonesia menjadi alternatif kerjasama bagi muslim Pattani adalah karena adanya kesamaan agama (Islam) dan kemiripan dalam hal bahasa (Melayu). Dengan adanya kemiripan itulah maka dengan mencontoh Indonesia yang serba plural ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk perdamaian di Thailand Selatan. Kerjasama dibidang pendidikan inilah yang menjadi salah satu penyebab relatif banyak warga masyarakat dari Pattani yang menimba ilmu diberbagai Perguruan Tinggi negeri di Yogyakarta (seperti di UIN Sunan Kalijaga, UGM, dan UNY) serta Perguruan Tinggi swasta yang berlabel Islam di Yogyakarta, antara lain di Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Republika, 2013).

Seiring dengan banyaknya mahasiswa dari Thailand khususnya mahasiswa muslim, selanjutnya berdirilah Organisasi Mahasiswa Islam Patani di Indonesia. Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan seluruh Indonesia itu adalah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan bagi Umat Melayu Patani. Organisasi mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan selurah Indonesia itu adalah Organisasi Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan bagi Umat Melayu Patani didirikan pada 25 September 1972 (PMIPTI, 2013).

(5)

commit to user

anggota baik aspek intektual upaya Meningkatkan Kualitas, Loyalitas dan Moralitas Kepemimpinan Dalam Membentuk Kesatuan Yang Progresif untuk mencurah dan membangun Masyarakat Patani sebagai Adil, Makmur, Aman, Damai dan Sejahtera (PMIPTI, 2013).

Perkembangan Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta berkembang menjadi organisasi yang secara mandiri mampu mendidik anggotanya untuk menjadi pribadi yang memiliki semangat dan tekad sesuai dengan visi dan misi organisasi. Namun demikian, selain berusaha untuk mewujudkan misi organisasi, secara individu para mahasiswa memiliki tujuan secara pribadi terhadap pendidikan yang dijalaninya, yaitu meraih gelar kesarjanaan dan keterampilan tertentu yang nantinya menjadi bekal dalam menempuh kehidupannya di masa datang.

Interaksi sosial yang terjadi dalam PMIPTI berupa hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorang antara kelompok manusia dalam PMIPTI. Suatu interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi seperti PMIPTI karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari sangat membutuhkan bantuan dan petunjuk dari orang lain. Kehidupan anggota PMIPTI dalam keseharian terjadilah interaksi antar anggota sebagai bentuk beradaptasi dan berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorang antara kelompok manusia. Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau intersimulasi dan respon antar individu antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Suatu interaksi merupakan hubungan timbal balik antara seseorang dengan kelompoknya dalam suatu masyarakat. Suatu interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari sangat membutuhkan bantuan dan petunjuk dari orang lain, sehingga sangat penting untuk melakukan suatu interkasi dengan kelompok yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam suatu masyarakat diperlukan suatu interaksi karena tanpa interaksi tersebut kita akan dijauhi oleh orang lain karena dianggap tidak dapat beradaptasi dan berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu (Kamanto, 2004).

Suatu simbol menjadi penting karena dapat membuat manusia dalam melakukan sesuatu akan sungguh-sungguh dan berfikir secara manusiawi. Dalam melakukan suatu tindakan sosial seseorang akan selalu mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap orang lain. Dengan kata lain, dalam melakukan suatu tindakan sosial manusia akan memikirkan dampak negatif ataupun positif dari tindakan yang iya lakukan terhadap orang yang terlibat dalam tindakan tersebut. Di samping kegunaan yang bersifat umum, simbol-simbol pada umumnya dan bahasa pada khususnya mempunyai sejumlah fungsi, antara lain (Salim, 2008):

1. Simbol-simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia

(6)

commit to user

2. Simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk memahami

lingkungannya.

3. Simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir. Dalam

arti ini, berfikir dapat dianggap sebagai simbolik dengan diri sendiri.

4. Simbol-simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memecahkan

persoalan. Binatang coba memecahkan masalah dengan trial and error, sedangkan manusia biasa berfikir dengan menggunakan simbol-simbol sebelum melakukan pilihan-pilihan dalam melakukan sesuatu.

5. Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransendensi dari segi

waktu, tempat, dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol manusia bisa membayangkan bagaimana hidup di masa lampau atau akan datang. Mereka juga bisa membayangkan tentang diri mereka sendiri berdasarkan pandangan orang lain.

6. Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan

kenyataan-kenyataan metafisis seperti surga atau neraka.

7. Simbol-simbol memungkinkan manusia tidak diperbudak oleh lingkungannya.

Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang mereka perbuat.

Dalam PMIPTI diperoleh beberapa kebiasaan yang mencerminkan budaya organisasi yang terdapat di PMIPTI yang mungkin berbeda dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan lainnya. Salah satu bentuk kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa anggota PMIPTI adalah adanya diskusi antar anggota yang dilakukan setiap hari, setiap pekan, dan setiap bulan. Diskusi-diskusi harian biasanya membahas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh anggota pada hari tersebut, yaitu mencoba memecahkan masalah yang terjadi pada mahasiswa pada hari itu. Sedangkan diskusi mingguan dan bulanan biasanya dilakukan dengan agenda diskusi tersendiri yang telah disusun oleh tim perumus diskusi pada kepengurusan PMIPTI.

Organisasi PMIPTI sebagai suatu bentuk struktur sosial yang terjadi pada masyarakat mahasiswa Thailand di Indonesia, secara tidak langsung memiliki peran terhadap prestasi belajar mahasiswa Thailand di Indonesia. Peran tersebut dapat berbentuk peran positif yaitu berperan terhadap peningkatan prestasi belajar mahasiswa, namun juga dapat berperan negatif yaitu penurunan prestasi belajar mahasiswa.

Perjalanan kehidupan PMIPTI menyebabkan timbulnya suatu budaya organisasi yang mengatur pola hidup dan interaksi antar anggotanya, sehingga pola hidup dan interaksi tersebut akan berbenturan dengan budaya yang ada pada masing-masing kampus dari mahasiswa Thailand yang berbeda-beda. Budaya organisasi PMIPTI merupakan suatu ciri khas dari kebiasaan-kebiasaan, perilaku, ritual atau pola interaksi yang harus dilakukan atau dipatuhi oleh anggota PMIPTI, disisi lain terdapat kepentingan dari anggota PMIPTI untuk menyelesaikan tujuan lainnya secara individu yaitu menyelesaikan sekolah dengan prestasi belajar yang baik.

(7)

commit to user

tujuan belajar dari mahasiswa. Namun sebaliknya, jika ternyata budaya organisasi PMIPTI berseberangan dengan pola kehidupan mahasiswa di kampus, maka budaya organisasi PMIPTI menjadi faktor yang menghambat pencapaian tujuan belajar dari mahasiswa.

Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa keberadaan lembaga mahasiswa berperan terhadap munculnya kebiasaan atau perilaku pada anggotanya (Seda Sumer, 2009).

Ly Thi Ran (2008) meneliti tentang Mutual Adaptation of International

Students and Academics for the Sustainable Development of International Education. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adaptasi yang menguntungkan

antara pelajar asing dengan proses akademik dapat meningkatkan kenyaman pembelajaran oleh pelajar asing. Peran adaptasi pelajar asing dilakukan oleh institusi lembaga pembelajaran serta organisasi pada pelajar asing tersebut.

Ly Thi Ran (2013) yang meneliti tentang International Student Adaptation

to Academic Writing in Higher Education. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan adaptasi mahasiswa internasional dalam menulis tugas belajar dan tugas akhir adalah adanya rekan dari satu wilayah, adalah instittusi pembinaan, dan organisasi mahasiswa dari Negara atau asal yang sama.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tarik ulur budaya organisasi PMIPTI dimana mahasiswa memiliki tujuan secara komulatif terhadap PMIPTI serta tujuan individual mahasiswa anggota PMIPTI dan dampaknya pada prestasi belajar siswa.

Tujuan Penelitian ini adalah

Mengetahui representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta. Dimensi pendukung dan penghambat dalam representasi budaya organisasi pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta, serta peran budaya organisasi terhadap motivasi belajar pada Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta.

Kerangka Teori

Budaya organisasi merupakan budaya sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri (Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn, 2001). Sedangkan Mangkunegara, (2005) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

(8)

commit to user

salah (Robins, 2006). Lebih lanjut Robins (2006) mengemukakan bahwa fungsi utama budaya organisasi adalah sebagai proses integrasi internal yaitu budaya organisasi berfungsi sebagai pemersatu setiap komponen internal organisasi dan sebagai proses adaptasi eksternal yaitu budaya organisasi berfungsi sebagai sarana menyesuaikan diri dengan lingkungan luar organisasi.

Mahasiswa Thailand yang belajar dan tinggal di Kota Yogyakarta akan mengalami proses adaptasi dengan pola kehidupan Kota Yogyakarta. Keberadaan PMIPTI sebagai persatuan mahasiswa muslim dari Thailand Selatan menjadi salah satu alternatif bagi mereka untuk memperoleh tempat yang dapat mengarahkan mereka dalam melakukan adaptasi di Kota Yogyakarta.

Dalam teori struktural fungsional disebutkan bahwa organisasi sebagai suatu sistem sosial di masyarakat memiliki fungsi utama sebagai (1) Adaptation (adaptasi), yaitu sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. (2) Goal attainment (pencapaian tujuan). Sebuah sistem harus mendifiniisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya. (3) Integration (integrasi). Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L). (4) Latency (pemeliharaan pola). Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Thailand Selatan) Indonesia (PMIPTI) di Yogyakarta merupakan organisasi mahasiswa Islam yang berasal dari Thailand. Sebagai suatu organisasi dan sistem sosial, maka budaya organisasi yang ada dalam PMIPTI akan mengubah atau mewarnai pola perilaku individu-individu anggotanya baik pengurus maupun anggotanya. Salah satu dampak dari budaya organisasi yang ada di PMPTI baik yang tampak maupun tidak tampak akan berpengaruh terhadap perilaku anggotanya, salah satunya adalah cara pandang mereka terhadap prestasi belajar yang selanjutnya berwujud dalam motivasi belajar mahasiswa.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif disebabkan penelitian menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video, dan lain-lain (Pawito, 2007).

Penelitian dilaksanakan di Organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Thailand Selatan) Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta. Waktu penelitian direncanakan selama satu bulan pada bulan Desember 2015. Subyek penelitian meliputi pengurus PMIPTI Yogyakarta dan orang-orang yang sering berhubungan dan berkompenten terhadap PMIPTI.

(9)

commit to user Hasil Penelitian

1. Representasi Budaya Organisasi dalam PMIPTI

Representasi budaya dalam organisasi PMIPTI adalah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku yang pada awalnya merupakan program yang dicanangkan oleh pengurus PMIPTI terdahulu, namun pada akhirnya seiring berjalannya perkembangan PMIPTI program-program tersebut telah disepakati menjadi kebiasaan-kebiasaan yang melekat pada diri pengurus dan anggota PMIPTI. Selanjutnya kebiasaan-kebiasaan tersebut seakan-seakan menjadi program wajib yang harus dilaksanakan oleh pengurus dan anggota PMIPTI selanjutnya.

Hasil pengumpulan data dan analisis data diperoleh data tentang budaya organisasi dalam PMIPTI yang meliputi:

a. Penggunaan Budaya dan Kebiasaan Melayu Patani dalam Interaksi

Anggota PMIPTI

Latar belakang budaya dan religius yang sama pada mahasiswa PMIPTI yaitu mahasiswa yang berasal dari Patani Thailand Selatan. Sejarah wilayah Patani baik secara politis dan sosiologis ternyata memunculkan adanya sentiment masyarakat Patani yang sebagian besar bersuku bangsa Melayu dan beragama Islam terhadap pemerintahan Thailand yang mayoritas dikuasai oleh masyarakat dari rumpun Indo China dan mayoritas beragama Budha. Sentimen yang dimiliki oleh masyarakat Patani selanjutnya ditularkan kepada anak-anak mereka salah satunya adalah mahasiswa Patani yang menempuh pendidikan di Indonesia.

Munculnya budaya organisasi dalam PMIPTI menurut sudut pandang teori interaksi simbolik bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna yang dipunyai sesuatu baginya (Kamanto, 2004).

Munculnya budaya orgasnisasi PMIPTI berupa penggunaan budaya dan kebiasaan Melayu dalam kehidupan organisasi PMIPTI merupakan bentuk tindakan (act) yang perlu dilakukan oleh mahasiswa Patani di Indonesia terhadap rasa sentiment mereka kepada pemerintahan Thailand (thing). Bagi mahasiswa Thailand yang tidak memiliki rasa sentiment terhadap pemerintahan Thailand, maka penggunaan budaya Melayu Patani dalam PMIPTI dianggap sebagai bentuk kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada dalam masyarakat Patani yang merupakan tempat asal dari mahasiswa PMIPTI. Namun bagi anggota PMIPTI penggunaan budaya-budaya Melayu Patani dalam kehidupan mereka merupakan simbol perlawan mereka terhadap resistensi pemerintah Thailand pada bangsa mereka yaitu Melayu Patani.

b. Islam sebagai Dasar Kehidupan Organisasi PMIPTI

(10)

commit to user

wawasan dan keilmuan Islam yang dapat membimbing masyarakat Patani menuju kemajuan dengan landasan Islam.

(11)

commit to user

c. Rasa Kesukuan dan etnis sebagai Warga Melayu Patani

Rasa kesukuan dan etnis sebagai warga Malayu Patani ditunjukkan oleh PMIPTI sebagai upaya membedakan diri mereka dengan masyarakat Thailand pada umumnya. Sebagai warga Negara yang secara administratif adalah warga Negara Thailand, maka tidak mungkin PMIPTI menampakkan ketidaksukaannya dengan Pemerintah Thailand dengan secara terbuka. Salah satu cara untuk menguatkan rasa ketidaksukaannya pada Pemerintah Thailand, maka digunakannya rasa kesukuan dan etnis sebagai sebagai Warga Melayu Patani sebagai bentuk perlawanan bahwa mereka berbeda atau bukan warga Negara Thailand.

Penggunaan simbol sebagai suatu sikap sebagaimana disebutkan dalam teori interaksionisme simbolik. Teori ini mengajak untuk lebih memperdalam sebuah kajian mengenai pemaknaan interaksi yang digunakan dalam mayarakat mulitietnik. Dalam menggunakan pendekatan teori interaksionisme simbolik sudah nampak jelas bahwa pendekatan ini merupakan suatu teropong ilmiah untuk melihat sebuah interaksi dalam masyarakat multietnik yang banyak menggunakan simbol-simbol dalam proses interaksi dalam masyarakat tersebut (Kamanto, 2004).

Rasa kesukuan dan etnis yang sama pada anggota PMIPTI selanjutnya menjadi satu perekat bersatunya mereka dalam PMIPTI. Pengurus PMIPTI terdahulu memahami bahwa rasa kesukuan dan etnis yang tinggi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan semangat dan loyalitas anggotanya dalam PMIPTI.

Rasa kesukuan dan etnis anggota PMIPTI dibangun melalui kebiasaan mendengarkan berita-berita dari Patani serta mendiskusikannya. Berita-berita yang didengarkan selanjutnya meningkatkan pemahaman anggota tentang kondisi kampong asal mereka. Sedangkan diskusi-diskusi yang dilakukan, disatu sisi selain untuk mencoba memberikan sumbangan solusi pemecahan masalah, secara tidak langsung juga meningkatkan rasa kesukuan dan etnis anggota PMIPTI terhadap Patani.

(12)

commit to user

tingkah laku lainnya yang menunjukan reaksi atau respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang kepada dirinya.

Pendekatan interaksionisme simbolik merupakan salah suatu pendekatan yang mengarah kepada interaksi yang menggunakan simbol-simbol dalam berkomunikasi, baik itu melalui gerak, bahasa dan simpati, sehingga akan muncul suatu respon terhadap rangsangan yang datang dan membuat manusia melakukan reaksi atau tindakan terhadap rangsangan tersebut. Dalam pendekatan interaksionisme simbolik akan lebih diperjelas melalui ulasan-ulasan yang lebih spesifik mengenai makna simbol yang akan dibahas di bawah ini. Dalam melakukan suatu interaksi, maka gerak, bahasa, dan rasa simpati sangat menentukan, apalagi berinteraksi dalam masyarakat yang berbeda suku dan kebudayaan. Modal utama dalam melakukan interaksi dalam masyarakat multi etnik adalah saling memahami kebiasaan ataupun kebudayaan dari orang lain, sehingga kesalah-pahaman yang nantinya akan menimbulkan konflik dapat tertekan.

Disamping manusia disebut sebagai mahluk sosial, manusia juga sering disebut sebagai mahluk individu yang mempunyai keinginan untuk memperbaiki dirinya sendiri sendiri, sedangkan dalam kategori mahluk sosial, manusia selalu berkeinginan untuk melakukan interaksi dan hubungan dengan orang lain karena akan timbul dalam diri manusia itu sendiri rasa untuk mencari orang lain untuk berinteraksi. Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar, ataupun melalui surat kabar.

Interaksi sosial sebagai berikut: “interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorang antara kelompok manusia. Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau intersimulasi dan respon antar individu antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Suatu interaksi merupakan hubungan timbal balik antara seseorang dengan kelompoknya dalam suatu masyarakat. Suatu interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari sangat membutuhkan bantuan dan petunjuk dari orang lain, sehingga sangat penting untuk melakukan suatu interkasi dengan kelompok yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam suatu masyarakat diperlukan suatu interaksi karena tanpa interaksi tersebut kita akan dijauhi oleh orang lain karena dianggap tidak dapat beradaptasi dan berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu (Kamanto, 2004).

2. Dimensi Pendukung dan Dimensi Penghambat

a. Dimensi Pendukung berupa pelaksanaan program-program PMIPTI

(13)

commit to user

sering bertemu sehingga semangat dalam melaksanakan budaya organisasi terjaga.

Dimensi pendukung lainnya berupa kesamaan rasa senasib dan sepenanggungan erhadap masyarakat Patani meliputi kesamaan rasa senasib dan sepenanggungan mahasiswa anggota PMIPTI terhadap masyarakat Patani merupakan salah satu aspek pemersatu anggota PMIPTI dan pemahaman tentang tujuan pendirian PMIPTI menjadi motivasi mahasiswa PMIPTI untuk bersedia melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilaksankaan PMIPTI termasuk kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam PMIPTI.

b. Dimensi Penghambat berupa hambatan Bahasa berupa PMIPTI tidak

hanya berinteraksi dengan internal, namun dengan eksternal yang membutuhkan kemampuan berbahasa sesuai sesuai dengan pihak eksternal dan interaksi PMIPTI dengan masyarakat seringkali mengalami hambatan karena kesulitan dalam pemahaman bahasa, khususnya ketika berkomunikasi secara langsung. Hambatan lainnya adalah hambatan internal organisasi berupa hambatan internal adalah sulitnya melakukan koordinasi anggota PMIPTI dimana kendala tersebut disebabkan anggota PMIPTI menempuh pendidikan di berbagai Perguruan Tinggi yang berbeda, sehingga mengatur waktu yang sama antara anggota menjadi cukup sulit.

3. Peran Budaya Organisasi terhadap Motivasi Belajar pada Persatuan

Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia (PMIPTI) Yogyakarta

Budaya organisasi merupakan budaya sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri (Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn, 2001). Sedangkan Mangkunegara, (2005) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Budaya organisasi diidentifikasi dalam bentuk yang tampak (visible) seperti cara berpakaian, simbol, fisik, perayaan atau seremonial, dan tata ruang. Selanjutnya bentuk yang tidak tampak (invisible) berupa disiplin dan makna prestasi, dan keyakinan yang paling dalam atau asumsi-asumsi yang tersembunyi meliputi adanya keyakinan bahwa pimpinan tidak pernah salah dan anggota selalu salah (Robins, 2006). Lebih lanjut Robins (2006) mengemukakan bahwa fungsi utama budaya organisasi adalah sebagai proses integrasi internal yaitu budaya organisasi berfungsi sebagai pemersatu setiap komponen internal organisasi dan sebagai proses adaptasi eksternal yaitu budaya organisasi berfungsi sebagai sarana menyesuaikan diri dengan lingkungan luar organisasi.

(14)

commit to user

Keberadaan PMIPTI sebagai persatuan mahasiswa muslim dari Thailand Selatan menjadi salah satu alternatif bagi mereka untuk memperoleh tempat yang dapat mengarahkan mereka dalam melakukan adaptasi di Kota Yogyakarta.

Dalam teori struktur fungsional disebutkan bahwa organisasi sebagai suatu sistem sosial di masyarakat memiliki fungsi utama sebagai (1)

Adaptation (adaptasi), yaitu sebuah sistem harus menanggulangi situasi

eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. (2) Goal attainment (pencapaian tujuan). Sebuah sistem harus mendifiniisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya. (3) Integration (integrasi).

PMIPTI sebagai sebuah sistem juga mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Thailand Selatan) Indonesia (PMIPTI) di Yogyakarta merupakan organisasi mahasiswa Islam yang berasal dari Thailand. Sebagai suatu organisasi dan sistem sosial, maka budaya organisasi yang ada dalam PMIPTI akan mengubah atau mewarnai pola perilaku individu-individu anggotanya baik pengurus maupun anggotanya. Salah satu dampak dari budaya organisasi yang ada di PMPTI baik yang tampak maupun tidak tampak akan berpengaruh terhadap perilaku anggotanya, salah satunya adalah cara pandang mereka terhadap prestasi belajar yang selanjutnya berwujud dalam motivasi belajar mahasiswa.

Simpulan

1. Representasi budaya organisasi PMIPTI meliputi (a) penggunaan bahasa dan

kebiasaan melayu, (b) penggunaan budaya Islam Melayu sebagai dasar perilaku PMIPTI, (c) rasa kesukuan atau etnis sebagai warga Melayu Patani,

2. Timbulnya budaya organisasi dalam PMIPTI dipengaruhi oleh faktor

pendukung berupa program PMIPTI yang bertujuan memelihara rasa cinta anggota terhadap kampung halaman, dan usaha untuk sering bertemu dan berinteraksi sesama anggota. Sedangkan faktor penghambat adalah bahasa dan sulitnya mengkoordinasi anggota yang masing-masing menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang berbeda-beda.

3. Budaya organisasi PMIPTI mampu meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa Patani Selatan yang ditunjukkan dengan prestasi belajar mahasiswa Patani Selatan yang baik.

Implikasi

1. Implikasi Teoritis

(15)

commit to user

bagaimana PMIPTI berusaha untuk menciptakan dan mempersiapkan anggota untuk menjadi calon pemimpin yang dapat membantu meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat Patani baik dari segi sosial, ekonomi dan politik. Penelitian ini mendeskripsikan budaya organisasi pada organisasi PMIPTI yaitu persatuan mahasiswa Patani Thailand Selatan. Hasil penelitian ini tentunya dapat menguatkan teori interaksi sosial khususnya tentang proses terciptanya budaya organisasi.

2. Implikasi Praktis

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat budaya organisasi dalam organisasi PMIPTI. Peneliti tidak secara spefisik menganalisis atau menggali faktor-faktor penyebab yang melatarbelakangi munculnya budaya organisasi dalam PMIPTI. Kondisi ini tentunya menjadi bahan masukan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih meningkatkan pemilihan topic pembahasan, misalnya dengan menganalisis latar belakang munculnya budaya organisasi ditinjau dari budaya, motif dan sebagainya.

3. Implikasi Metodologis

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus dan fenomenologi untuk menggambarkan represenasi budaya organisasi dalam PMIPTI. Langkah-langkah analisis yang digunakan dalam penelitian ini membantu peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yaitu merepresentasikan budaya organisasi dalam PMIPTI serta dampaknya bagi motivasi belajar mahasiswa anggota PMIPTI. Pelaksanaan penelitian secara umum berhasil namun dalam beberapa hal masih terdapat beberapa kekurangan, antara lain peneliti tidak mencoba mengkonfrontir pandangan dari nara sumber yang sebagian besar merupakan masyarakat Patani dengan sumber lain yang memiliki padangan berbeda dengan mereka, misalnya perwakilan dari pemerintah Thailand. Penelitian yang akan datang dapat menggunakan metode sejenis untuk menggambarkan suatu fenomena dalam masyarakat serta lebih teliti dan peka untuk melibatkan pihak-pihak yang memiliki kompetensi dengan fenomena tersebut, baik pihak yang pro maupun yang kontra sehingga representasi yang dihasilkan memiliki nilai obyektifitas yang lebih tinggi.

Saran

1. Organisasi PMIPTI telah memiliki budaya organisasi yang berdimensi budaya

Islam Melayu, kedepan pengurus PMIPTI hendaknya berusaha mempertahankan budaya organisasi tersebut dan berusaha menggali budaya-budaya organisasi lain yang dapat meningkatkan ketercapaian visi dan misi PMIPTI.

2. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan subyek sejenis, hendaknya

(16)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Andi, W. 2014. Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau Dalam Mencapai Prestasi Akademik. Jurnal Penelitian. Bengkulu: Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu.

Antonius, S. 2010. Analisis Pengembangan Nilai-nilai Budaya Organisasi dalam Kerangka Implementasi Model 7-S McKinsey di Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI. Publikasi Tesis. Jakarta: Pascasarjana Universitas Indonesia.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bambang, C. 2010. Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Buku Panduan Anggota Edisi khusus Komunitas Versi Indonesia. 2013.

Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) Di Indonesia, 13

Maret 2013.

Byrne, D dan Baron, R. A. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Cushway dan Lodge, GE. 2000. Organitational Behaviour and Design, Perilaku

dan Desain Organisasi. Cetakan Ketiga, Terjemahan Tjiptowardoyo S,

Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Demartoto, A. 2007. Mozaik dalam Sosiologi. Surakarta: UNS Press.

Dharma, S. 2004. Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori, dan Penerapannya. Jakarta: Program Pascasarjana FISIP. Hasibuan, SP. Malayu.

Djojodibroto. 2004. Tradisi Kehidupan Akademik. Yogyakarta: Galang Press.

Fadjar. 2002. Pengenalan Nilai Budaya dan Etika Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Galang Press.

Ganda. 2004. Petunjuk Praktik Cara Mahasiswa Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Haris H. 2012. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Haynes, R. 1980. Organisation Theory and Local Goverment: The New Local

Goverment series no 19. London: George Allen and Unwin.

Helmiati. 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru Riau: Zanafa Publishing.

Joelanda. 2011. Analisis Pengaruh Kompensasi dan Budaya Organisasi terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Panca Abadi Bersama. Jakarta:

Binus University.

(17)

commit to user

Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Kartono. K. 1985. Psikologi Sosial Perusahaan dan Industri. Jakarta: CV. Rajawali.

Khusnul, K. 2012. Pengamalan Nilai Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge di Lingkungan Forum Mahasiswa Bone-Yogyakarta (FKMB-Y). Publikasi

Penelitian. Makasar: Jurusan Psikologi, Universitas Makasar.

Kotter. JP &. Heskett, HL. 1998. Corporate Culture and Performance. (terj Benyamin Molan). Jakarta: PT Prehalindo.

Lukman Solihin. 2013. Those Who prefer to stay study about adaptation strategies of Bugis-Makasar Students in Melbourne, Australia. Article. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Depdiknas.

Ly Thi Ran. 2008. Mutual Adaptation of International Students and Academics

for the Sustainable Development of International Education. Journal of Research. Cambrige Scholars Publishing.

Ly Thi Ran. 2013. International Student Adaptation to Academic Writing in Higher Education. Journal of Research. Cambrige Scholars Publishing.

Mangkunegara. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Miles, MB dan Huberman, AM. 1994. Qualitative Data Analysis: An Expanded

Sourcebook. USA: SAGE Publication.

Moeljono, D. 2005. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Monks, FJ., Knoers, A.M.P., Haditono, SR. 2001. Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Muhibbin. S. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Munandar. 2001. Budaya Organisasi. Edisi Pertama. BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Nasrun. 2000. Prestasi Belajar. Jakarta: CV. Rajawali.

Ndraha. 1997. Budaya Organisasi, Jakarta : Rineka Cipta

Paningkat, S. 2010. Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Dalam Bimbingan Perencanaan Pembelajaran. Publikasi

Penelitian. Jakarta: Program Studi Manajemen Pendidikan Unimed.

Papayapok-pok.wordpress,com/2012/10/15/muslim-bangkok-di-tengah-mayoritas-thai-buddhist-bagianRepublika. 2013. Muslim Pattani Kaji Pendidikan Islam ke UIN Jakarta, dalam Republika, 1 September 2013, hlm. 18

(18)

commit to user

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT. Lkis

Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi (alih bahasa Drs. Benjamin Molan), Edisi Bahasa Indonesia, Klaten: PT INT AN SEJATI.

Robbins. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep-Kontroversi Aplikaso, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, PT. Prenhalindo.

Rodhil, M. 2013. Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Organisasi terhadap Kinerja Pengurus Koperasi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Publikasi Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ron Rencher. 1992. Student Motivation, School Culture, and Academic Achievement. Journal of Research. Oregon: Eric Clearinghouse On Educational Management University Of Oregon,

Salim, A. 2008. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schein. 1992. Organizational Culture and Leadership. 2nd ed. San Francisco, CA: Jossey- Bass Publishers.

Seda Sumer. 2009. International student’s psychological and sociocultural adaptation in the Unites States. Journal of Psychological. Georgia: Scholar Work, Georgia State University.

Sikuyagora 2010. Mamfaat Budaya Organisasi. Tersedia dalam: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-budaya-organisasi.html Diakses tanggal 4 Agustus 2015.

Soekanto, Soerjono. 1993. Sosialogi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutopo. HB. 2002. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar Teoritis dan Praktis. Surakarta : UNS Press.

Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan kualitas pengajaran sekaligus hasil dan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika,

Departemen Agama RI. Pedoman Akreditasi Madrasah..., hlm.. c) Adil; dalam melaksanakan akreditasi, semua Sekolah/Madrasah harus diperlakukan sama dengan tidak membedakan

Pada peringkat ini, semua pengguna menghantar input dan output mereka ke masternode, di mana mereka dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam memori sehingga semua pengguna telah mengenal

Tetapi aktivitas antioksidan fraksi etanol 70% daun buas-buas lebih rendah jika dibandingkan dengan vitamin C karena vitamin C yang digunakan adalah vitamin C

Ada sifat seseorang dalam berbelanja yaitu dengan mendapatkan kenikmatan yang pembelian berasal dari belanja untuk orang lain, perasaan dan suasana hati, dan kegembiraan

Ketika pemakaian daya listrik sudah mencapai batas daya yang tersedia, dan ada beban yang ingin dioperasikan, alat akan mematikan beban-beban dengan tingkat

(NVWUDN \DQJ GLEHULNDQ PHODOXL SHPEHULDQ SDNDQGDQSHQ\HPSURWDQSDGDWXEXKVHUDQJJDXML PHQXQMXNNDQ WLQJNDW HIHNWLYLWDV \DQJ VDPD EDLNQ\D .HFXDOL SDGD NRQVHQWUDVL SHUODNXDQ

Jaringan Baznas Provinsi Jawa Barat akan berfungsi sebagai jembatan antara pihak Baznas dengan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap Baznas ( stakeholders ).