• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Peraturan Daerah Pajak dan Retribusi Berbasis Kepentingan Masyarakat (Perimbangan antara Beban Masyarakat dan Kepentingan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Peraturan Daerah Pajak dan Retribusi Berbasis Kepentingan Masyarakat (Perimbangan antara Beban Masyarakat dan Kepentingan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah)."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

(B. Hukum)

Model Peraturan Daerah Pajak dan Retribusi Berbasis Kepentingan

Masyarakat (Perimbangan antara Beban Masyarakat dan

Kepentingan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah)

Purwadi, Hari; Firdausy, Adriana Grahani

Fakultas Hukum UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012

Desentralisasi pemerintahan membawa konsekuensi pembentukan daerah-daerah otonom. Daerah otonom tersebut diberi hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Pemerintah pusat menyerahkan urusan-urusan tertentu kepada daerah, yang lazim disebut sebagai urusan rumah tangga daerah, sehingga terjadi pembagia urusan antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan demikian terjadi hubungan kekuasaan atau kewenangan, hubungan keuangan dan pengawasan antara pemerintah pusat dan daerah.

Dalam penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah itu diperlukan biaya. Daerah otonom harus memiliki sumber-sumber pendapatan atau keuangan untuk membiayai. Daerah diberi hak untuk merencanakan, menggali, mengelola, menggunakan keuangan daerah sesuai kondisi daerah untuk mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat. Kondisi tersebut mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dalam menyokong APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), di samping untuk mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat, juga untuk meningkatkan pembangunan daerah.

Salah satu sumber PAD, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) menjadi dasar peraturan bagi pemerintah daerah dalam membentuk perda sebagai dasar pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untukkabupaten/kota, UU PDRD memungkinkan pemerintah daerah memungut 11 (sebelas) jenis pajak, yaitu : (1) pajak hotel, (2) pajak restoran, (3) pajak hiburan, (4) pajak reklame, (5) pajak penerangan jalan, (6) pajak mineral bukan logam dan batuan, (7) pajak parkir, (8) pajak air tanah, (9) pajak sarang burung walet, (10) pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan (11) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

(2)

penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, (iv) retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, (v) retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, (vi) retribusi pelayanan pasar, (vii) retribusi pengujian kendaraan bermotor, (viii) retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, (ix) retribusi penggantian biaya cetak peta, (x) retribusi penyidiaan dan/atau penedotan kakus, (xi) retribusi pengolahan limbah cair, (xii) retribusi pelayanan tera/tera ulang, (xiii) retribusi pelayanan pendidikan, dan (xiv) retribusi pengendalian menara telekomunikasi.

Untuk jenis retribusi jasa usaha, pemerintah daerah dimungkinkan melakukan pemungutan 11 (sebelas) jenis, antara lain : (i) retribusi pemakaian kekayaan daerah, (ii) retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, (iii) retribusi tempat pelelangan, (iv) retribusi terminal, (v) retribusi tempat khusus parkir, (vi) retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, (vii) retribusi rumah potong hewan, (viii) retribusi pelayanan kepelabuhanan, (ix) retribusi tempat rekreasi dan olahraga, (x) retribusi penyeberangan di air, dan (xi) retribusi penjualan produksi daerah. Untuk jenis retribusi perizinan tertentu, pemerintah daerah dimungkinkan melakukan pemungutan 5 (lima) jenis, yaitu : (i) retribusi izin mendirikan bangunan, (ii) retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, (iii) retribusi izin gangguan, (iv) retribusi izin trayek dan (v) retribusi izin usaha perianan.

Dari 11 (sebelas) jenis pajak daerah dan 30 (tiga puluh) jenis retribusi daerah, tidak semua dilakukan pemungutan oleh pemerintah kabupaten/kota. Di antara daerah yang menjadi objek penelitian, yaitu Kota Solo, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo terdapat perbedaan penentuan jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang diatur dan dilakukan pemungutan. Penggunan wewenang untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah itu sangat dipengaruhi oleh faktor utamanya potensi ekonomi dan pertimbangan beban masyarakat. Namun, tidak semua daerah mempertimbangkan beban masyarakat atau kemampuan pembiayaan pemerintah daerah apabila tanpa memungut kontribusi (untuk pajak) atau pembayaran atas jasa atau pemberian izin khusus (untuk retribusi) oleh pemerintah daerah. Sebagai contoh, untuk penggantian biaya cetak KTP, terdapat perbedaan kebijakan, yaitu di satu daerah tanpa retribusi (cuma-cuma), sementara di daerah lain dengan pemungutan retribusi.

Referensi

Dokumen terkait

- Dari hasil uji validitas pengaruh (Uji t), diketahui bahwa variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Pengeluran Pemerintah memiliki pengaruh signifikan

Yang mana sesuai dengan Undang-Undang tersebut, daerah diberi kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak, yaitu 4 jenis pajak provinsi dan 7 jenis kewenangan untuk memungut

diterima yang berarti retribusi daerah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap PAD Kota Bandung secara parsial, sehingga besar kecilnya penerimaan retribusi daerah belum

Melihat dari hasil analisis retribusi daerah yang tidak signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di provinsi sumatera selatan, hendaknya pemerintah daerah lebih

Dari kelima komponen retribusi jasa usaha, retribusi jasa pemakaian kekayaan daerah memiliki rata-rata kontribusi terbesar terhadap total retribusi daerah selama

Retribusi jasa usaha di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY terdiri atas retribusi pemakaian kekayaan daerah (sewa penggunaan lahan, jasa sertifikasi pengawasan mutu hasil perikanan

Pajak 37% Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah 4% Lain-Lain Pendapatan Asli daerah 45% Realisasi Ret Jasa Umum 10% Realisasi Ret Jasa Usaha 2% Realisasi Ret Jasa

Tempat Pemungutan Retribusi TPR Retribusi Daerah dalam bentuk Retribusi parkir termasuk dalam jenis retribusi Jasa Usaha yang dipungut oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi/