• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Indonesia Ragam Baku: Sesat Pikir, Kekurangpatuhan, dan Rekomendasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Indonesia Ragam Baku: Sesat Pikir, Kekurangpatuhan, dan Rekomendasi."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume I No. I, Maret eO15

GAIRAH UNTUK HIDUP DAN GAIRAH UNTUK MATI:

PEMBACAAN SIMPTOMATIK

ATAS WASIAT KEMUHAR KARYA PION RATULOLY

Yoseph Yapi Taum

YANG ABSURD, YANG ARIF:

ANALISIS TOKOH-TOKOH

CERPEN BAKDI SOEMANTO

Nouita Dewi

KAIIAN SOSIOLOGIS DAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN CERPEN 'MAYAT DI SIMPANG IALAN'

KARYA KOMANG ADNYANA

Y. Niken Sasanti

BAHASA INDONESIA RAGAM BAKU:

SESAT PIKIR, KEKURANGPATUHAN,

DAN REKOMENDASI

P. Ari Subagyo

PERGULATAN MULTIKULTURALISME

MASYARAKAT YOGYAKARTA

DARI PERSPEKTIF BAHASA

I. Praptomo Baryadi

(2)

T

JURNAL ILMIAH I(EBT]DAYAAI\

rssN r6g3-749x

SINTESIS

Volume 9, Nomor 1, Maret 2015, hlm. L-53

I

Pemimpin Redaksi

Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. Sekretaris Redaksi

Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. Anggota Redaksi

S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Drs. B. Rahmanto, Hum., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum.,

Prof. Dr. l. Praptorno Baryacli, M.Hum. Mitra Bestari

Bernard Arps, Ph.D. (Leiden University),

Prof. Dr. Soepomo Poejosoedarmo (KBI, Universitas Sanata Dharma) Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, M.S., M.A. (FlB, Universitas Gadfah Mada)

Dr. St. Sunardi, Lic. (IRB, Universitas Sanata Dharma) Redaksi Pelaksana

Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. Hery Antono, M.Hum., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum.

Administrasy'Sirkulasi Thomas A. Hermawan M., A.Md.

Veronika Margiyanti Tata Letak

Thomas A. Hermawan M., A.Md.

SINTESIS adalah jurnal ilmiah bahasa, sasu'a, dan kebudayaan lndonesia yang diterbitkan oleh Pusat Kaiian Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan Indonesia (PKBSBI), f urusan Sasffa Indonesia, Fakultas Sasb:a, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Terbit pertama kali bulan Oktober 2003 dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Maret dan Oktober.

SINTESIS menerima sumbangan karangan ilmiah l<hususnya hasil penelitian dari para peminat bahasa, sasffa, dan budaya Indonesia. Naskah karangan hendaknya dikirim dalam bentuk cetak komputer disertai CD-nya fatau dikirim mehlui email] yang menggunakan program MicrosoftWord sepanjang maksimal 20 halaman spasi ganda, dengan format sebagaimana tercantum pada halaman kulit dalam-belakang f"Petunjuk bagi Penulis"l. Naskah yang masuk ke redaksi akan dievaluasi dan disunting untuk menciptakan tata tulis yang seragam dan konsisten.

Alamat Redaksi: Pusat Kaiian Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia, jurusan Sasfa Indonesia, Fakultas Sasffa, Universitas Sanata Dharma, Mrican, Teromol Pos 29, Yogyakara 55002, Telepon 513301, 515352 ext.1,324,Faks. [02 74) 562383. E-mail: sintesis@usd.ac.id

Dar: Gair atas

Yosel

Yang

Noviti

Kajia Karyi Y. NiK

Bahas

dan tr

P. Ari I

(3)

JT]RNAL ILMIAH KEBUDAYAAN

rssN r693-749x

gn\ruEsIg

Volume 9, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 1-53

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... Dari Redaksi ...

Gairah Untuk Hidup dan Gairah Untuk Mati: Pembacaan Simptomatik atas Wasiat Kemuhar Karya Pion Ratuloly...

Yoseph Yapi Taum

Yang Absurd, Yang Arif: Analisis Tokoh-tokoh Cerpen Bakdi Soemanto

Novita Dewi

Kajian Sosiologis dan Nilai-nilai Pendidikan Cerpen "Mayat Di Simpan| Ialan" Karya Komang Adnyana

Y. Niken Sasanti

Bahasa Indonesia Ragam Baku: Sesat Pikir, Kekurangpatuhan, dan Rekomendasi...

P. Ari Subagyo

pergulatan Multikulturalisme Masyarakat Yogyakarta Dari Perspektif Bahasa... I. Praptomo Baryadi

lu

iv

1 - 1 5

1.6-23

24-36

(4)

BAHASA INDONESIA RAGAM BAKU:

SESAT PIKIR, KEKURANGPATUHAN,

DAN REKOMENDASI1

P. Ari Subagyo

D o s e n P r o g r a m S t u d i S a s t r a In d o n e s i a

F a k u l t a s S a s t r a , U n i v e r s i t a s S a n a t a D h a r m a Y o g y a k a r t a ( e m a i l : a r i 1 3 0 2 6 7 @ y a h o o . c o m )

ABSTRAK

Artikel ini membahas tiga hal. Pertama, sesat pikir tentang bahasa Indonesia (BI) dan BI ragam baku (BIRB). Kedua, kekurangpatuhan masyarakat kepada BIRB. Ketiga, beberapa rekomendasi tentang pembelajaran BIRB. Ada dua sesat pikir tentang BI dan BIRB, yaitu (a) BI disalahpahami sebagai bahasa yang sudah tua dan mapan dan (b) BIRB disalahpahami hanya berurusan dengan kaidah ejaan yang disempurnakan (terlalu sempit) atau justru dengan semua penggunaan bahasa (terlalu luas). Kekurangpatuhan masyarakat, termasuk masyarakat akademik, kepada kaidah BIRB disebabkan (a) latar kesejarahan bahasa Indonesia, (b) inkonsistensi acuan, (c) rendahnya mutu pembelajaran bahasa, (d) rendahnya minat baca dun tulis masyarakat Indonesia, serta (e) mentalitas bangsa Indonesia yang suka gandrung pada budalta luar, termasuk bahasa asing. Dalam artikel ini juga direkomendasikan (a) pembentukan kepribadian (karakter) mahasiswa melalui perilaku ber-BIRB pada struktur makro hingga mikro, (b) pembelajaran/perkuliahan BI yang mampu mengasah kemampuan berpikir kritis, (c) keterpaduan langkah semue dosen mata kuliah apa pun untuk bersame-soma patuh pada BIRB, serta (d) keterpaduan kuliah BI dan kebiasaan ber-BIRB dengan tradisi menulis pada dosen.

Kats kunci: bahasa Indonesia, ragam baku, pembakuan, kaidah, kepribadian.

1.

PENDAHULUAN

"Di tengah seribu satu Reformasi t e r h a d a p i n i - i t u s i s a Orde Babe, ternyata belon banjak dibitjaraken masalah pembebasan bahasa nasional d a r i b e l e n g g u H u k u m P i n d a n a Kebudajaan yang dijuluki Soeharto cs sebagai "Bahasa baik dan benar". Padahal kitorang semua mengerti b a h w a b a h a s a g u p e r m e n - j a n g n g a k u n j a b a e k e n b e n e r i t u -membosankennja boekan kepalang, kaku tanpa mutu, apalagi bersifat dusta en pura2. Kitorang djuga melihat bahwa bahasa jang dipake di koran2 dan madjalah2 misih sering djelek,

genit-lesu, dan melelahken. Dasar si hamba suka ikut-ikutan gerakgerik tuwannja" (Anderson, 2002)

(5)

I

3 8 lurnal llmiah Kebuday aan SINTESIS, V olume 9, N omor 1, Maret 2015, hlm. 37-45

t

Pemyataan Anderson - pakar antropologi politik dari Cornell University-sengaja dikutip tidak untuk membangkitkan pesimisme dan turut meledek BIRB, melainkan untuk m e n g h e n t a k k e s a d a r a n k i t a a g a r d a p a t melihat ihwal BI dan BIRB secara jernih. Kejernihan akan membawa pada strategi dan langkah tepat untuk memartabatkan BI dan BIRB, terutama di ranah akademik. Apalagi kolega Anderson, Siegel (1997:8), menulis: "Sebagai lingua franca, bahasa Indonesia b e r o p e r a s i d i a n t a r a o r a n g - o r a n g y a n g berbeda-beda bahasa dan budayanya tanpa meniadi milik seorang pun." Pernvataan Siegel, terlebih bagian yang diberi garis bawah, sama maknanya dengan: BI tidak pernah menjadi milik seseorang pun. Atau, masyarakat Indonesia sesungguhnya tidak pernah merasa memiliki BI. Begitulah pula, dan terlebih-lebih, nasib BIRB.

Artikel ini tidak menggunakan kacamata p r e s k r i p t i f a t a u m e n i l a i b e n a r - s a l a h penggunaan BI, lalu memberikan semacam "fatwa" tentang penggunaan yang benar. Alih-alih menghakimi, penulis justru sangat memahami mengapa BI sulit dibakukan dan BIRB tidak mudah dimasyarakatkan, termasuk di kalangan akademik. Bagaimana pun BI-dan bahasa apa pun-merupakan buah peradaban yang meng-ada (menjadi being) bersama dengan manusia Indonesia, l e n g k a p d e n g a n d i n a m i k a s e j a r a h d a n s o s i o k u l t u r a l n y a . I n i s e j a l a n d e n g a n pandangan daiam ekologi bahasa, misalnya Fill dan Miihlhtiusler (2001), yang berasumsi b a h w a p e r k e m b a n g a n d a n d a y a h i d u p (vitalitas) suatu bahasa ditentukan oleh lingkungan fisik dan sosiokulturalnya.

Pernbicaraan dalam artikel ini dipicu tiga pertanyaan. Pertama, apa saja sesat pikir yang muncul tentang BI dan BIRB? Kedua, mengapa masyarakat, termasuk masyarakat akademik, sulit mematuhi kaidah-kaidah BIRB? Ketiga, bagaimana mengupayakan pembentukan kepribadian mahasiswa lewat perilaku berbahasa yang taat kaidah?

2. SESAT PIKIR TENTANG BI DAN BIRB

S e l a m a i n i , a d a d u a " s e s a t p i k i r " seputar BI dan BIRB yang hidup subur di benak masyarakat. Sesat pikir pertama, BI d i a n g g a p s u d a h t u a d a n m a p a n . B e n a r bahwa Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 yang mengikrarkan " Kami poetra dan poetri lndonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean bahasa lndonesia" telah terjadi 86 tahun lalu. Namun, BI sesungguhnya masih muda dan jauh dari mapan. Kemudaan dan kekurangmapanan BI dapat dijelaskan lewat lacakan ekologis-historis berikut ini.

Ketika disebut dalam Soempah Pemoeda, BI sesungguhnya belum jelas sosoknya. Nama "bahasa Indonesia" baru disepakati p a d a h a r i t e r a k h i r K o n g r e s P e m o e d a Indonesia (Indonesiaische leugdcongres), 30 April s.d. 2 Mei 1926 di Batavia (Alisjahbana, 'J.991:

1,02; Kridalaksana, 2013). Ikrar p e r t a m a d a n k e d u a ( t e n t a n g " t a n a h a i r Indonesia" dan "bangsa Indonesia") sudah berhasil disepakati. Namun, sampai pada ikrar ketiga, terjadi perdebatan tentang bahasa. Yang sudah digunakan luas adalah bahasa Melayu (BM), namun nama itu tidak senafas dengan negara-bangsa Indonesia. Tabrani lalu mengusulkan nama "bahasa Indonesia". Jadi, baru pada 2 Mei 1926 lahir nama "bahasa Indonesia".

(6)

3 9

bahasa etnis peranakan Tionghoa sebab m e r e k a l a h p e l a k u u t a m a p e r n i a g a a n , misalnya BM di Jakarta, Semarang, Surabaya, Surakarta, Palembang, Medan dan kota-kota lainnya. Kenyataan itu tidak melemahkan, tetapi justru menguatkan tesis bahwa BM tel ah menj a di lin gu a fr an c a (b ahasa per gaulan) di Nusantara, termasuk digunakan oleh kaum penjajah. Memang sejak menguasai N u s a n t a r a s e j a k a b a d k e - 1 6 , P e n g u a s a kolonial praktis menggunakan BMP untuk menjalankan pemerintahan. Dalam ranah hukum, sebelum Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) menundukkan Portugis d a n m e n g u a s a i N u s a n t a r a p a d a M a r e t 1.602, telah disusun Undang-undang Malaka yang menggunakan BM, Yakni sewaktu p e m e r i n t a h a n S u l t a n M u h a m m a d S y a h (1,422-1444) dan Sultan Muzaffar Syah (L445-1.458) (Fang, 20'l'L: 523). Kumpulan p e r a t u r a n t e r s e b u t m e n c a k u p U n d a n g -undang Laut, Hukum Perkawinan Islam, H u k u m P e r d a g a n g a n d a n S Y a h a d a t , U n d a n g u n d a n g N e g e r i , d a n U n d a n g -u n d a n g J o h o r . A t -u r a n - a t -u r a n i t -u l a l -u digunakan pula di berbagai kerajaan (Islam) di Sumatera, termasuk Aceh (bdk. Collins, 2011.: 24). Adapun VOC mulai menggunakan BM dalam pengadilan di Ambon sejak tahun L632, diawali oleh seorang panitera bernama Jan Paijs (Collins, 201"1': 63)' Karena itu, dapat dimaklumi jika Mrdzek (2002) menyebut BM dan BI sebagai "aspal bagi kolonial".

mempersatukan "komunitas terbayang" ( i m a g i n e d c o m m u n i t y ) b e r n a m a b a n g s a Indonesia (lih. Anderson, 1,991)' Bahkan, b e r k a t B l - l a h s e j a r a h b a n g s a I n d o n e s i a d i m u l a i , d a n d a r i s i t u l a h t e r b a n g u n nasionalime Indonesia (bdk. Siegel, 1997:8). Meskipun demikian, penting dicatat bahwa sosok BM Pra-Indonesia (atau pra-Bl) sebenarnya tidak tunggal. Terlebih karena situasi sosiokultural masyarakat Indonesia amat majemuk. Oleh sebab itu, sejak 1928 d i l a k u k a n b e r b a g a i u P a y a u n t u k l e b i h m e n e g a s k a n s o s o k B I , t e r u t a m a l e w a t angkatan sastrawan Pujangga Baru (L933), persuratkabaran dan penerbitan, administrasi pemerintahan, penyebaran agam4 Kongres I BI (1938), sekolah ber-Bl, dan medan politik. Langkah politik dilakukan fraksi nasional dalam Volksraad yang dipimpin M. Hoesni T h a m r i n . M e r e k a m e m u t u s k a n u n t u k m e n g g u n a k a n B I d a l a m P e n Y a m P a i a n pandangan umum di dewan rakyat tersebut (lih. Kridalaksana, 1991': 238).

Kehadiran Jepang yang relatif singkat berdampak positif bagi perkembangan BI karena pemerintah pendudukan Jepang b e r u s a h a m e r a i b k a n p e n g a r u h B e l a n d a s e c a r a r e v o l u s i o n e r . B a h a s a B e l a n d a diharamkan dan "komisi istilah" untuk p e n g e m b a n g a n k o s a k a t a B I d i d i r i k a n . Semangat untuk memutus pengaruh bahasa Belanda berlanjut setelah kemerdekaan, termasuk lahirnya Edjaan Soewandi atau Edjaan Repoeblik (1947).

(7)

40 lurnalllmiahKebudayaan SINTESIS, Volume 9,Nomor 1, Maret 2015,h\m.37-45

" ejaan bafiJ" yang dipertentangkan dengan "e1aan lama" yang terkesan kuno dan layak ditinggalkan. EYD (" ejaan baru") merupakan representasi permulaan revolusi ideologi lewat bahasa.

Revolusi berikutnya terjadi seiring dengan pengembangan dunia keilmuan. BI sangat miskin kosa kata ilmiah sehingga d i b u k a l a h g e r b a n g u n t u k p e m i n j a m a n (borrowing) istilah-istilah keilmuan, terutama dari bahasa Latin dan Inggris. Ini menjadi k o n s e k u e n s i l o g i s s e k a l i g u s a w a l b a g i pembentukan identitas BI sebagai bahasa ilmu, yang-ironisnya-sekaligus menjadi awal kaburnya jatidiri BI. Kekesalan dan ungkapan tak berdaya atas dominasi bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dapat dibaca d a l a m o p i n i d i h a r i a n K o m p a s b e r j u d u l " M e l a w a n D o m i n a s i B a h a s a I n g g r i s , Mungkinkah?" (Subagyo, 2007), "Masalah Utama Bahasa Indonesia" (Subagyo, 2008), d a n " M e n g h a l a l k a n B a h a s a I n d o n e s i a " (Subagyo, 2009). Pendek kata, BI sebagai bahasa keilmuan sungguh masih muda dan belum mantap, bahkan lalu terkesan sebagai "bahasa karbitan".

Sesat pikir kedua, BIRB seolah-olah hanya berurusan dengan kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD), atau justru menyangkut semua penggunaan bahasa. Pemahaman pertama terlalu sempit, sedangkan pemahaman kedua terlalu luas. Perlu diluruskan bahwa BIRB tidak hanya mencakup kaidah EYD. Kaidah EYD tentu saja penting, tetapi itu h a n y a s e b a t a s m e n g a t u r t a t a p e n u l i s a n huruf, angka, dan tanda baca. Ada kaidah lain yang menyangkut tataran kebahasaan yang lebih besar/tinggi, yaitu (L) tata kata (morfologi), (2) tata makna dan istilah (morfologi dan semantik), (3) tata frasa dan kalimat (sintaksis), serta (4) tata wacana. Dibandingkan EYD, terutama (3) dan ( ) jauh lebih penting sebab menyangkut logika kalimat, keruntutan penalaran, dan daya kritis pengguna bahasa.

Perlu diluruskan pula bahwa BIRB tidak pada tempatnya digunakan pada semua situasi dalam pergaulan sehari-hari. BIRB ibarat stelan jas yang hanya cocok

d i g u n a k a n u n t u k a c a r a - a c a r a r e s m i . Pemahaman yang tidak pas tentang konteks waktu dan tempat penggunaan BIRB justru akan (bahkan telah) melahirkan ejekan dan c e m o o h a n k e p a d a B I R B , s e p e r t i d i t u l i s Anderson (2002) yang dikutip di awal tulisan ini. Penggunaan BIRB tanpa hirau konteks ibarat memakai stelan jas untuk memancing di empang: konyol dan tidak perlu!

3. KEKURANGPATUHAN

KEPADA KAIDAH BIRB

Pembakuan (standardisasi) merupakan serangkaian upaya untuk memantapkan sosok (korpus) sebuah bahasa sebagai konsekuensi dari peran resmi yang diembannya. Dalam p e r e n c a n a a n b a h a s a ( I a n g u a g e p l a n n i n g ) , pembakuan menjadi bagian dari kodifikasi atau perencanaan korpus (corpus planning) (lih. Wardhaugh, 1992). Langkah itu meliputi penyusunan tata bunyi, tata ejaan, tata kata, tata istilah, tata frasa, tata kalimat, tata wacana/ kamus besar, kamus-kamus teknis, d a n p e d o m a n - p e d o m a n p r a k t i s y a n g berkaitan dengan penggunaan ragam-ragam suatu bahasa. Pembakuan BI tidak terelakkan s e b a b B l m e n g e m b a n d u a k e d u d u k a n penting, yaitu sebagai bahasa persatuan (bahasa nasional) sejak Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 serta sebagai bahasa negara sebagaimana tercantum dalam UUD 'J-945, Pasal 36.

(8)

4't

pemerintahan, serta (4) alat pengembangan k e b u d a y a a n , i l m u p e n g e - t a h u a n , d a n teknologi. Dua kedudukan dan delapan fungsi itu membuat BI sebagai bahasa paling u t a m a d a l a m k o m u n i k a s i m a s y a r a k a t Indonesia. Karenanya, pembakuan sangat

Bahasa Indonesia

sepe da (Belanda u e locipede) har c i s (Belanda kaartj e s) &opor (Belanda koffer) ban (Beland,a banil

s e k e r i n g (Belanda z e k e r i n g)

diperlukan agar komunikasi berjalan dengan baik dan ada patokan/rujukan yang jelas. Itulah esensi keberadaan BIRB: menjamin lancarnya komunikasi karena semua pihak menggunakan patokan/rujukan yang sama.

M e n g a p a m a s y a r a k a t , t e r m a s u k masyarakat akademik, kurang mematuhi kaidah-kaidah BIRB? Setidaknya ada lima penyebab. Pertama, adanya latar kesejarahan B I y a n g t i d a k s e j a l a n d e n g a n o r i e n t a s i kebijakan pembakuan BI. Secara historis, awalnya BI mengikuti bahasa Belanda (BB) sebab Indonesia merupakan jajahan Belanda. Namun, sejak Indonesia merdeka (1945), BI lebih berorientasi pada bahasa Inggris (BE) sebab BE menjadi lingua franca dunia dan bahasa internasional yang paling utama. Akibatrya sebagian masyarakat menggunakan kata, misalnya, analisa dan metamorfosa yar.g terpengaruh BB, sedangkan sebagian yang l a i n m e n g g u n a k a n k a t a a n a l i s i s d a n metamorfosis yang terpengaruh BE. Penting dicatat, resistensi besar pernah terjadi di kalangan terdidik awal bangsa Indonesia yang nyaris semua hasil didikan Belanda. Mereka merasa lebih sreg menggunakan bahasa Jawa dan BB.

Kedua adanya inkonsistensi acuan. Yang dirujuk penulisan atau pengucapannya? Periksa pasangan-pasangan kata berikut ini:

manaJemen vs managemen marjinal vs marginal marjin vs margin jender vs gender

Terkait dengan masalah pertama dan kedua, tampak jelas bahwa bahasa Malaysia ( B M d i M a l a y s i a ) j a u h l e b i h k o n s i s t e n . Acuannya bahasa Inggris dan penulisan mengikuti pengucapan. Periksa perbandingan berikut ini (diambil dari Prentice, 1991,:186):

Bahasa Malaysia basikal (Inggris bicycle) tihet (Inggris tichet) beg (Inggris bag) tayar (Inggris tyre) fius (Inggris fuse)

K e t i g a , m a s i h r e n d a h n y a m u t u pembelajaran Bahasa Indonesia. Kurikulum silih berganti seiring dengan pergantian menteri. Pendekatan datang dan pergi, para guru/dosen pun berusaha mengikuti dengan setengah mati. Namun, selalu terlupa bahwa bahasa adalah pikiran; pembelajaran bahasa a d a l a h p e m b e l a j a r a n b e r p i k i r d a n c a r a berpikit. Praktik menjadi penting, dan guru/ dosen seyogianya sekaligus sebagai praktisi yang sanggup memberi teladan, terutama d a l a m b e r b i c a r a d a n m e n u l i s . D a l a m kenyataannya, guruf dosen Bahasa Indonesia hanya sebagian sangat kecil yang mampu berbicara dan menulis secara bernalar dan tertata rapi.

Keempat, rendahnya budaya baca dan t u l i s m a s y a r a k a t I n d o n e s i a . M i n a t . b a c a masyarakat Indonesia terendah di ASEAN. Menurut hasil survei UNESCO tahun 20L3, indeks minat baca masyarakat Indonesia 0.001. Artinya, di antara 1000 orang, hanya ada l- orang yang berkebiasaan membaca. jumlah judul buku yang terbit setiap tahun j u g a s e d i k i t , y a i t u 1 8 . 0 0 0 ju d u l / t a h u n . Sebagai pembanding, di Jepang terbit 40.000 judul/tahun, di India 50.000 judul/tahun, dan di Cina L40.000 judul/tahun. Budaya t u l i s j u g a r e n d a h . H a d i r n y a p e r a n g k a t komunikasi seperti telefon seluler, internet,

memperoleh vs memeroleh memperhatikan vs memerhatikan kreativitas vs kreatifitas

standar vs standard Perancis vs Prancis

(9)

42 lurnal llmiahKebuilayaan SINTESIS, Volume 9, Nomor L, Maret 2015, hlm, 37-45

dan media sosial memang meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia dalam menulis. Namun, yang ditulis bukanlah gagasan konseptual yang canggih. Alih-alih m e n g e m b a n g k a n b u d a y a t u l i s y a n g sesungguhnya, komunikasi tertulis lewat ponsel, internet, dan media sosial sekadar menyalurkan hasrat berkawan. Fenomena itu nrenguatkan dugaan Teeuw (1994) bahwa mayoritas masyarakat Indonesia "melompat" dari budaya khirografik (mendengar) ke dalam budaya elektronik (mendengar dan menonton) tanpa melalu budaya baca-tulis yang sungguh-sungguh mendarah-daging. Saat budaya baca belum kuat benar, mereka dimanja tradisi pascabaca (mendengar dan menonton) khas tahap elektronik. Budaya baca lalu teraborsi: belum utuh, tetapi sudah harus mati.

Kelima, mentalitas bangsa Indonesia yang suka gandrung pada budaya luar. D a l a m h a l b a h a s a , g l o b a l i s a s i s e m a k i n memperkukuh apa yang oleh Phillipson ( 1 , 9 9 2 ) d i s e b u t " i m p e r i a l i s m e b a h a s a " (linguistic imperialism). Kehadiran bahasa asing memang tak terhindarkan. Namun, m e n t a l i t a s i n l a n d e r c e n d e r u n g m e m b u a t masyarakat Indonesia kehilangan kesadaran,

termasuk dalam "kesetiaan bahasa" (language l o y a l t y ) . K e a d a a n s e m a c a m i n i m e m b u a t BIRB makin jauh dari selera masyarakat, terutama bagi kaum muda, termasuk siswa dan mahasiswa.

4. BEBERAPA REKOMENDASI

Bagaimana mengupayakan pembentukan kepribadian (mahasiswa) lewat perilaku berbahasa yang taat kaidah? Berikut ini dikemukakan beberapa rekomendasi.

P e r t a m a , p e n t i n g d i p a h a m i b a h w a perilaku berbahasa sangat berkaitan dengan p e r i l a k u l a i n . A d a a t a u p u n t i d a k a d a Keputusan Dirjen Dikti No. 43 Tahun 2006, mata kuliah Bahasa Indonesia - dan mata kuliah apa pun-pada hakikatnya merupakan mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK). Karena itu, pendampingan perilaku berbahasa (termasuk belajar patuh pada BIRB) merupakan pembentukan perilaku dan k e p r i b a d i a n . P e m b e n t u k a n t e r j a d i d a r i k e s e h a r i a n m a h a s i s w a b e r g u l a t d e n g a n struktur makro hingga struktur mikro, seperti tersaji dalam tabel berikut ini (kolom pertama dan kedua mengikuti Baryadi, 2002:16):

Struktur Unsur Perilaku Segi Kepribadian Struktur Makro

Superstruktur

Struirtur Mikro

Struktur Mikro

Struktur Mikro

Tema./TopikWacana (Apa yang dikatakan?) Skema Wacana (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?) Arti/IVI akn a/IVI a ksu d (Apa arti pendapat yang disampaikan) Bentuk Pernyataan/Kalimat, Penekanan, dll. (Bagaimana pendapat disampaikan?) Kata Kunci

(Pilihan kata apa yang dipakai?)

Gaya, Interaksi, Ekspresi, Metafora, Gestur, Mimiek, Ejaan (Dengan cara apa pendapat disampaikan?)

Memilih/menentukan tema/topik

Membuat kerangka karangan

Memilih artilmakna/maksud pendapat yang akan

disampaikan

Memilih/menentukan bentuk pernyataan/kalimat,

penekanan, dll. untuk menyatakan arti./makna/ maksud

Memilih/menentukan kata/ istilah secara tepat

Memilih/menentukan cara yang cermat untuk

menyampaikan pendapat

Bersikap kritis dan peduli pada masalah di sekitarnya Berpikir menyeluruh (holistis) dan tertata (sistematis) Berpikir/bersikap menghargai orang lain

Berbicara/menulis secara lugas, tertata, santun, dan empatik

Berbicara/menulis dengan pilihan kata/istilah yang tepat

Berbicara/menulis dengan cara yang mudah dimengerti orang lain

(10)

4 3

Kedua, BIRB tidak boleh menyempitkan pembelajaran/perkuliahan BI semata-mata menjadi persoalan teknis dan urusan benar-s a l a h p e n e r a p a n k a i d a h . T u j u a n u t a m a pembelajaran/perkuliahan bahasa adalah mengasah kemampuan berpikir, syukur bisa mencapai tataran berpikir kritis. Terkait hal itu, Fairclough (1.995: 222) menawarkan model analisis wacana kritis (critical discourse analysis, CDA) untuk membangkitkan kesadaran bahasa kritis (critical language a w a r e n e s s , C L A ) . C L A b e r b e d a d e n g a n kesadaran bahasa (Ianguage au)areness, LA). LA hanyalah knowle dge about language (pengetahuan tentang bahasa), sedangkan CLA membawa pembelajar pada au)areness of nontransparent aspects of the social functioning of language (kesadaran atas aspek-aspek pemanfaatan bahasa secara sosial yang tak kasat mata). Fairclough (2010: 531-532) bahkan sampai pada pandangan bahwa CLA menyangkut identitas diri (self-identity) yang perlu disadarkan dan dibangun lewat pendidikan. Ketiga, perlu keterpaduan langkah semua dosen (mata kuliah apa pun) untuk bersama-sama peduli pada BIRB. Hal termudah sekaligus tersulit yang dapat ditempuh adalah pembuatan soal-soal yang menuntut jawaban uraian, dan dosen memberikan penilaian khusus atas b a h a s a t u l i s m a h a s i s w a . I n i s u n g g u h memerlukan tekad semua dosen. Tanpa keterpaduan langkah dan tekad, kemampuan ber-Bl dan ber-BIRB sulit beranjak maju.

Keempat, perlu diwujudkan keterpaduan kuliah BI dan kebiasaan ber-BIRB dengan tradisi menulis pada dosen. Konkretnya begini. Perkuliahan B[ diarahkan pada kemampuan mahasiswa menghasilkan karangan ilmiah (makalah atau artikel jurnal). Agar mahasiswa lebih termotivasi dan terinspirasi, karya ilmiah dosenlah yang dijadikan contoh atau model. Karya ilmiah dosen itu dimuat dalam jumal prodi atau fakultas sehingga mutu jumal ifu-baik secara isi, bahasa, maupun format-harus sungguh baik. Dengan cara ini, dapat dibangun atmosfer dan tradisi akademik yang menjanjikan dan penuh harapan.

5. PENUTUP

BIRB merupakan kebutuhan untuk m e m a n t a p k a n b a h a s a I n d o n e s i a r a g a m i l m i a h a t a u r a g a m a k a d e m i k . N a m u n , keberadaan BIRB terkendala oleh sejumlah kenyataan. Pertama, adanya sesat pikir tentang BI dan BIRB, yakni (a) BI disalahpahami sebagai bahasa yang sudah tua dan mapan serta (b) BIRB disalahpahami sekadar urusan EYD (terlalu sempit) atau justru menyangkut penggunaan BI dalam segala keadaan (terlalu l u a s ) . K e d u a , k e k u r a n g p a t u h a n k e p a d a kaidah BIRB karena (a) latar kesejarahan b a h a s a I n d o n e s i a y a n g b e r b e d a d e n g a n kebijakan pembakuan BI, (b) inkonsistensi acuan, (c) rendahnya mutu pembelajaran bahasa, (d) rendahnya minat baca dan tulis masyarakat Indonesia, serta (e) mentalitas bangsa Indonesia yang suka gandrung pada budaya luar, termasuk bahasa asing.

B e r d a s a r k a n k e a d a a n t e r s e b u t , d i r e k o m e n d a s i k a n ( a ) p e m b e n t u k a n kepribadian (karakter) mahasiswa melalui p e r i l a k u b e r - B I R B p a d a s t r u k t u r m a k r o hingga mikro, (b) pembelajaranf perkuliahan B I y a n g m a m p u m e n g a s a h k e m a m p u a n berpikir kritis, (c) keterpaduan langkah semua dosen mata kuliah apa pun untuk bersama-sama patuh pada BIRB, serta (d) keterpaduan kuliah BI dan kebiasaan ber-BIRB dengan tradisi menulis pada dosen.

(11)

4 4 lurnal llmiah Kebuday aan SINTESIS, V olume 9, Nomor'1, Maret 2015, hlm. 37-45

bangsa modern. "Pembakuan" memang t e r k e s a n - d a n b i s a t e r p e r o s o k - m e n j a d i "pembekuan" seperti saat Orde Baru. Oleh

CATATAN AKHIR

1 Versi awal artikel ini berupa makalah yang disampaikan dalam Koordinasi Dosen Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Selasa, 5 Agustus 2014, di Ruang Student Lounge, Kampus II Babarsari.

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1,991,. "Sejarah Bahasa Indonesia". Dalam Harimurti Kridalaksana (ed.). 1991,. Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 95-1,09. Andersory B.R.O"G. 1991". lmagined Communities :

Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. New York: Verso.

- . 2002. "Beberapa Usul Demi P e m b e b a s a n B a h a s a I n d o n e s i a " . Majalah Tempo, Edisi Khusus Akhir Tahun, 31 Desember 2001.-6 Januari 2002, hlm. 4'1.-42.

B a r y a d i , I . P r a p t o m o . 2 0 0 2 . D a s a r - d a s a r Analisis Wacana dalam IImu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli. Collins, James T. 2011. Bahasa Melayu Bahasa

Dunia. Diterjemahkan dari Malay, World Language: A Short History oleh Alma Evita Almanar. Jakarta: KITLV-Pusat Bahasa-Yayasan Obor Indonesia. Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse

Analysis: The Critical Study of Language. London: Longman.

. 2010. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. Edisi Kedua. Harlow: Pearson.

Fang, Liaw Yock. 2011,. Sejarah Kesusastraan M e l a y u K l a s i k . J a k a r t a : Y a y a s a n Pustaka Obor Indonesia.

karena itu, mendaku dan mengelola BIRB s e l a l u b e r a d a d a l a m t e g a n g a n a n t a r a pembebasan dan pembekuan.

Fill, Alwin dan Peter Muhlhausler (eds.). 2 0 0 L . T h e E c o l i n g u i s t i c s R e a d e r : L a n g u a g e E c o l o g y a n d E n a i r o n m e n t . London dan New York: Continuum. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan

T i n g g i N o . 4 3 / D I K T I / K e p / 2 0 0 6 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Kridalaksana, Harimurti. 1,991,. "Kongres

Bahasa Indonesia I (1938) dan Kongres Bahasa Indonesia lI (1,954)'. Dalam Harimurti Kridalaksana (ed.). 1,991,. Masa Lampau Bahasa lndonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta: Kanisius, hlm.235-269.

-. 2013. "2 Mei: Hari Jadi Bahasa Indonesia". Dalam Kompas,26 April 2013, hlm. 1"5.

Mrdzek, Rudolf. 2002. Engineers of Happy Land: Technology and Nationalism in a C o l o n y . P r i n c e t o n , N e w J e r s e y : Princeton University Press.

Phillipson, R. 1992. Linguistic Imperialism. Oxford: Oxford University Press. Prentice, D.J. l99l. "Perkembangan Bahasa

(12)

P. Ari Subagyo - Bahasa lndonesia Rngam Bahr: Sesnt Pikir, .... 4 5

Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah

Indonesia

Modern

1.200-2004.

Teqemahan dari A History

af Moilern lnilonesia

since Century 1.200.

fakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Subagyo, P. Ari. 20L3. "Keadaan

Sosial-Budaya Pra-Indonesia

1855-1928:

Dari

Bahasa

Melayu ke Bahasa

Indonesia".

Laporan Penelitian kepada Badan

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, fakarta.

Teeuw, 4.4.7994. Indonesia antara Kelisanan ilan Keberaksaraan. |akarta: Obor. Wardhaugh, Ronald. 7992. An lntroduction to

Referensi

Dokumen terkait

Pengawasan (controlling) merupakan bagian akhir dari fungsi pengelolaan/manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada

Penelitian ini mengunakan metode eksperimental desain yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), yakni melakukan pengujian jumlah spora pada setiap

Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui pengaruh, dan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan

Dalam artikel ini, penulis yang melakukan penelitian di Pilkada Kota dan Kabupaten Madiun 2018, menunjukkan bahwa celah regulasi memang dimanfaatkan untuk

Maka dari itu didapatkan tingkat presepsi nasabah secara keseluruhan atau dapat disebut dengan variabel E-Service Quality pada Aplikasi Bank Jatim Mobile Banking

Ada beberapa pertimbangan menerima permohonan calon nasabah untuk melakuakan transaksi pembiyaan istishna diantaranya yaitu dari segi caracter (karakter), capacity