Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran apakah terdapat hubungan antara dukungan orang tua dan self-esteem. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i SMP “X” Bandung yang tinggal bersama keluarganya dengan orang tua yang lengkap. Rentang usia responden antara 11 hingga 15 tahun. Rancangan penelitian yang digunakan bersifat korelasional, dengan menggunakan metoda Purposive Sampling dalam penarikan sampelnya, dan diperoleh 86 responden.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dukungan orang tua & kuesioner self-esteem. Kuesioner dukungan orang tua disusun oleh peneliti dengan modifikasi dari alat ukur dukungan orang tua Pinehas Ekadiwira (2004) berdasarkan teori House (1984). Sedangkan kuesioner
self-esteem berdasarkan teori self-esteem dari Nathaniel Branden (1994). Selain
itu terdapat pula kuesioner identitas diri dan data penunjang. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan perhitungan perhitungan statistik korelasi Rank Spearman, yang diuji dengan uji t (membandingkan hasil thitung dengan t tabel).
Berdasarkan pengolahan data dan perhitungan statistik pada taraf kekeliruan (α) sebesar 0,01, diperoleh rs sebesar 0,594 dengan p-value sebesar 0.01. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan orang tua dan self-esteem pada remaja SMP “X” Bandung, dan menurut kriteria Guilford (1956) hubungan yang terjadi tergolong moderat atau cukup erat..
Berdasarkan pembahasan, diperoleh hasil bahwa sebagian responden yaitu sebanyak 44.19% memiliki self-esteem tinggi, dengan dukungan orang tua yang tinggi juga. Sedangkan 34.88% responden memiliki self-esteem rendah, dengan dukungan orang tua yang rendah juga. Aspek dukungan orang tua yang menonjol diantara keempat aspek dukungan orang tua (emosional-penghargaan-instrumental-informasi) adalah Dukungan Penghargaan. Remaja dengan dukungan penghargaan yang rendah, menghayati dukungan orang tua yang rendah. Demikian sebaliknya remaja dengan dukungan penghargaan yang tinggi, menghayati dukungan orang tua yang tinggi, dan akan ikut menentukan derajat
self-esteem remaja. Dengan demikian, peneliti mengajukan saran terutama bagi
para orang tua, khususnya di SMP “X” Bandung, agar memberikan dukungan penghargaan yang cukup kepada anak remajanya, agar dapat meningkatkan
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman Lembar Judul
Lembar Pengesahan
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR BAGAN ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 7
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7
1.5. Kerangka Pemikiran ... 8
1.6. Asumsi Penelitian ... 16
Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Self-Esteem ... 17
2.1.1 Definisi Self-Esteem ... 17
2.1.2 Self-Esteem dan Tingkah Laku Manusia ... 19
2.1.3 Kebutuhan akan Self-Esteem ... 22
2.1.4 Aspek-Aspek dalam Self-Esteem ... 24
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem ... 26
2.1.5.1 Faktor yang Menurunkan Self-Esteem ... 26
2.1.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Self-Esteem ... 29
2.1.5.3 Aspek-Aspek yang Menghambat Pembentukan Self-Esteem ... 30
2.1.6 Derajat Self-Esteem ... 32
2.2. Dukungan Orang Tua Sebagai Bagian dari Dukungan Sosial ... 33
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial ... 33
2.2.2 Definisi Dukungan Orang Tua ... 34
2.2.3 Jenis-Jenis Dukungan Orang Tua ... 36
2.3. Remaja ... 38
2.3.1 Definisi Remaja ... 38
2.3.2 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 44
3.2. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 45
3.2.1 Variabel Penelitian ... 45
Universitas Kristen Maranatha
3.2.3.1 Dukungan Orang Tua ... 45
3.2.3.2 Self-Esteem ... 46
3.3. Alat Ukur Penelitian ... 47
3.3.1 Alat Ukur Dukungan Orang Tua ... 47
3.3.2 Alat Ukur Self-Esteem ... 50
3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 52
3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 52
3.4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Dukungan Orang Tua ... 53
3.4.1.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Self-esteem ... 53
3.4.2 Reliabilitas ... 54
3.4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Dukungan Orang Tua ... 55
3.4.1.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Self-esteem ... 55
3.5. Data Pribadi (Data Penunjang) ... 55
3.6. Populasi dan Teknik Sampling ... 56
3.6.1 Populasi ... 56
3.6.1.1 Populasi Sasaran ... 56
3.6.1.2 Kriteria Populasi ... 56
3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel... 56
3.7. Teknik Analisis ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ... 61
Universitas Kristen Maranatha
4.1.2 Tabel Usia Responden ... 62
4.1.3 Tabel Durasi Responden Bertemu dengan Orang Tua ... 63
4.1.4 Tabel Penghayatan Sikap Teman-teman sekolah terhadap responden ... 64
4.2. Gambaran Hasil Penelitian ... 65
4.2.1 Analisa Pengolahan dengan SPSS ... 65
4.2.2 Hasil Uji Korelasi ... 66
4.2.3 Tabulasi Silang ... 68
4.3. Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan ... 83
5.2. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.3.1.2. Rincian Kuesioner Dukungan Orang tua ... 48
Tabel 3.3.2.2. Rincian Kuesioner Self-Esteem ... 50
Tabel 4.1.1. Gambaran Jenis Kelamin Responden ... 64
Tabel 4.1.2. Gambaran Usia Responden ... 64
Tabel 4.1.3. Gambaran Frekuensi Responden Bertemu dengan Orang tua ... 65
Tabel 4.1.4. Gambaran Penghayatan Sikap Teman-Teman Sekolah terhadap Responden ... 66
Tabel 4.2.1. Hasil Uji Korelasi dan Uji Signifikansi ... 67
Tabel 4.3.1. Tabulasi Silang Dukungan Orang tua dan Self-Esteem ... 68
Tabel 4.3.2. Tabulasi Silang Aspek-Aspek Dukungan Orang tua TINGGI dan Self-Esteem TINGGI ... 70
Tabel 4.3.3. Tabulasi Silang Aspek-Aspek Dukungan Orang tua RENDAH dan Self-Esteem RENDAH ... 71
Tabel 4.3.4. Tabulasi Silang Aspek-Aspek Dukungan Orang tua RENDAH dan Self-Esteem TINGGI ... 72
Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1: Identitas Responden
Lampiran 2: Data Dukungan Orang tua Responden Lampiran 3: Data Self-Esteem Responden
Lampiran 4: Korelasi Dukungan Orang tua dan Self-Esteem Responden Lampiran 5: Data Penunjang
Lampiran 6: Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 7: Data Cross Tabulation
L A M P I R A N
Lampiran 1
Identitas Responden
No. No. No. Jenis
Urut Responden Absen Kelamin
1 1 7A 1 11 L 4 4
Kelas Usia Anak
ke..
Dari ….…. bersaudara
Urut Responden Absen Kelamin
Lampiran 2
Data Self-esteem Responden
No. No.
Urut Resp. S.E S.Ef S.Res
37 40 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 3 2 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 105 61 44
Urut Resp. S.E S.Ef S.Res
73 83 3 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 105 61 44
74 84 2 2 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 3 3 2 4 1 1 2 3 1 1 2 2 1 4 55 29 26
75 85 3 4 2 1 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 4 3 3 2 2 1 1 4 2 2 2 2 2 2 70 41 29
76 87 3 3 2 1 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 1 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 95 55 40
77 88 3 3 3 1 4 4 4 2 3 3 2 4 2 3 2 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 4 4 88 50 38
78 90 3 3 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 101 56 45
79 91 3 4 4 2 2 3 4 3 4 4 2 4 4 1 2 2 3 3 3 3 2 1 3 4 4 2 3 3 3 4 89 55 34
80 92 3 2 3 1 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 83 47 36
81 94 3 2 4 1 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 93 53 40
82 96 3 2 4 1 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 4 1 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 95 56 39
83 97 2 2 3 1 2 3 3 3 2 3 2 2 4 3 1 2 4 3 3 2 2 1 2 4 2 3 2 2 2 2 72 44 28
84 98 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 107 61 46
85 99 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 84 49 35
86 100 1 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 2 3 1 4 4 4 4 3 4 4 3 4 97 54 43
S.E Self Esteem S.Ef Self Efficacy S.Res Self Respect
Lampiran 3
Data Dukungan Orang tua Responden
Urut Resp.
D.O D.Em D.Pe D.Ins D.Inf
No. No. Urut Resp.
D.O D.Em D.Pe D.Ins D.Inf
37 40 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 111 22 31 29 29
Urut Resp.
D.O D.Em D.Pe D.Ins D.Inf
73 83 4 2 4 3 4 2 4 2 4 1 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 102 19 27 27 29
74 84 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 3 4 3 3 4 2 2 4 3 2 3 3 4 3 3 2 4 3 4 4 84 14 20 23 27
75 85 4 4 4 4 2 4 4 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 104 22 24 27 31
76 87 3 4 4 4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 105 22 26 28 29
77 88 1 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 1 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 102 18 28 26 30
78 90 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 106 19 29 27 31
79 91 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 110 22 31 26 31
80 92 3 3 4 4 3 3 3 2 1 3 1 3 2 4 1 4 2 2 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 2 87 20 19 25 23
81 94 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 108 23 30 27 28
82 96 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 116 24 31 29 32
83 97 3 4 3 4 3 2 3 1 1 2 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 95 19 22 26 28
84 98 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 109 23 26 29 31
85 99 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 98 21 29 23 25
86 100 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 4 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 106 24 30 23 29
D.O Dukungan Orang tua D.Em Dukungan Emosional D.Pe Dukungan Penghargaan D.Ins Dukungan Instrumental D.Inf Dukungan Informasi
Lampiran 4
Korelasi Self-esteem
Dan
Dukungan Orang tua
Lampiran 5
Data Penunjang
1 Waktu (jam) yang dihabiskan dengan orang tua dalam 1 hari 2 Saya merasa teman-teman saya…
a. Tidak menyukai saya
b. Tidak perduli kepada saya
c. Menghindari saya
d. Menyukai saya
3 Guru di sekolah mendidik saya
a. Untuk mengikuti perintah mereka tanpa memberi kesempatan untuk mengatakan
keinginan saya
b. Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada saya
c. Menjadi diri saya apa adanya
4 Prestasi saya di sekolah a. Tinggi
b. Biasa saja
c. Rendah
No. No. No.
Urut Responden Absen
1 1 7A 1 1‐2 d a rendah
Kelas Respon 1 Respon 2 Respon 3 Respon 4
Urut Responden Absen
No. No. No. Urut Responden Absen
75 85 9B 1 1‐2 d c BIASA
76 87 9B 3 > 2 d b BIASA
77 88 9B 4 > 2 d b BIASA
78 90 9B 6 > 2 d b BIASA
79 91 9B 7 1‐2 d a rendah
80 92 9B 8 > 2 d c BIASA
81 94 9B 10 > 2 d c BIASA
82 96 9B 12 > 2 d b BIASA
83 97 9B 13 1‐2 b c BIASA
84 98 9B 14 > 2 d c BIASA
85 99 9B 15 > 2 d a BIASA
86 100 9B 16 > 2 d b BIASA
Kelas Respon 1 Respon 2 Respon 3 Respon 4
Lampiran 6
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran 7
Cross Tabulation
7.1Tabel Crosstab Dimensi Dukungan Orang tua tinggi dan Self-esteem tinggi
Dukungan Orang tua
D.Emosional D.Penghargaan D.Instrumental D.Informasi
Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL
∑
7.2 Tabel Crosstab Dimensi Dukungan Orang tua rendah dan Self-esteem rendah
Dukungan Orang tua
D.Emosional D.Penghargaan D.Instrumental D.Informasi
Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL
∑
7.3 Tabel Crosstab Dimensi Dukungan Orang tua rendah dan Self-esteem tinggi
Dukungan Orang tua
D.Emosional D.Penghargaan D.Instrumental D.Informasi
Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL
∑
7.4 Tabel Crosstab Dimensi Dukungan Orang tua tinggi dan Self-esteem rendah
Dukungan Orang tua
D.Emosional D.Penghargaan D.Instrumental D.Informasi
Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL Tinggi Rendah TOTAL
∑
7.5 Tabulasi silang antara jenis kelamin responden dengan self-esteem
SELF
-ESTE
EM
Jenis Kelamin TOTAL L P Tinggi 23 50% 23 57.50% Rendah 23 50% 17 42.50%
TOTAL 46 100% 40 100% 86
7.6 Tabulasi silang antara jenis kelamin responden dengan self-esteem
SELF
-ESTE
EM
USIA TOTAL 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun
Tinggi 0
Lampiran 8
Alat Ukur
PETUNJUK :
Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan tentang orang tua anda. Berilah tanda cek (√) pada salah satu kotak dari keempat pilihan jawaban yang tersedia. Jawaban yang benar adalah jawaban yang paling menggambarkan diri anda. Anda diminta memilih berdasarkan pandangan atau perasaan anda, bukan pandangan umum dan perasaan orang lain.
Keterangan : S (Selalu) ; Sr (Sering) ; J (Jarang) ; TP (Tidak Pernah)
No. PERNYATAAN S Sr J TP
1 Orang tua saya tidak menyukai teman-teman yang saya miliki.
2 Orang tua saya memberikan perhatian yang sama kepada saya dan kakak adik.
3 Orang tua saya tidak perduli bila saya bertengkar dengan kakak adik di rumah.
4 Orang tua saya tidak menyayangi saya, mereka lebih sayang kepada kakak adik saya.
5 Orang tua saya bersedia mendengarkan kesulitan-kesulitan yang saya hadapi di sekolah.
6 Orang tua saya senang melihat penampilan saya.
7 Orang tua saya menentukan dengan siapa saya bisa berteman. 8 Orang tua saya memuji kerukunan saya dengan
saudara-saudara.
9 Orang tua saya bangga atas bakti saya kepada keluarga. 10 Orang tua saya membanding-bandingkan saya dengan kakak
adik setiap saya melakukan kesalahan
11 Orang tua saya memuji prestasi yang saya capai di sekolah. 12 Orang tua saya mendorong saya untuk meraih prestasi yang
baik di sekolah.
13 Orang tua saya tidak pernah memuji prestasi yang telah saya capai di sekolah.
No. PERNYATAAN S Sr J TP 14 Orang tua saya tidak meluangkan waktu untuk membelikan
pakaian baru bagi saya dan kakak/adik
15 Orang tua saya memberikan uang jajan lebih banyak pada kakak/adik saya.
16 Orang tua saya membelikan benda-benda dan alat-alat sekolah yang saya butuhkan.
17 Orang tua saya meluangkan waktu untuk membantu saya mengerjakan tugas-tugas sekolah.
18 Orang tua saya berusaha mencukupi makanan sehari-hari dengan hidangan bergizi.
19 Orang tua saya tidak memberi uang, apabila saya meminta uang tambahan untuk kegiatan sekolah.
20 Orang tua saya lebih sering membelikan barang-barang untuk kakak/adik saya daripada untuk saya.
21 Orang tua saya menasehati agar saya berhati-hati dalam bergaul.
22 Orang tua saya tidak perduli dengan siapa saya bergaul.
23 Orang tua saya tidak memberikan informasi mengenai bahaya-bahaya dalam pergaulan.
24 Orang tua saya menasehati agar saya rukun dengan saudara-saudara.
25 Orang tua saya mendiskusikan masalah-masalah yang dialami dalam keluarga dengan saya.
26 Orang tua saya membantu mengarahkan saya pada jurusan yang menjadi tujuan saya.
27 Orang tua saya membiarkan saya, bila saya membolos.
28 Orang tua saya tidak peduli sekalipun saya tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.
29 Orang tua saya menasehati agar saya menjadi diri saya sendiri.
30 Orang tua saya tidak peduli bila saya marah-marah dengan suara keras di rumah.
PETUNJUK :
Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan tentang bagaimana anda menilai diri anda. Berilah tanda cek (√) pada salah satu kotak dari keempat pilihan jawaban yang tersedia. Jawaban yang benar adalah jawaban yang paling menggambarkan diri anda. Anda diminta memilih berdasarkan pandangan atau perasaan anda, bukan pandangan umum dan perasaan orang lain.
Keterangan : SY (Sangat Yakin) ; Y (Yakin) ; KY (Kurang Yakin) ; TY (Tidak Yakin)
No. PERNYATAAN SY Y KY TY
1 Saya menganggap materi pelajaran baru di sekolah, sama dengan
masalah baru.
2 Saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sebaik mungkin.
3 Saya lebih memilih lari dari masalah daripada menghadapinya.
4 Saya berharap, saya mampu membuat keputusan yang tepat.
5 Saya malu terhadap apa yang menjadi hasil pemikiran saya.
6 Tidak ada satupun yang dapat memuaskan saya.
7 Saya merasa gembira/bahagia atas keadaan saya.
8 Saya tidak layak menjadi seorang pembuat keputusan dalam
kelompok.
9 Saya bangga dengan pekerjaan/tugas sekolah yang saya buat.
10 Saya adalah orang yang gagal.
11 Selama ini, saya (cenderung) merasa sedih.
12 Saya berani mengungkapkan ide saya.
13 Saya dapat berubah pikiran dengan cepat.
14 Saya merasa mampu menyelesaikan sendiri masalah yang timbul
dengan teman lain.
15 Dalam kelompok saya tidak menentukan keputusan.
16 Saya selalu kesulitan apabila saya harus memilih satu antara banyak
pilihan.
No. PERNYATAAN SY Y KY TY
17 Saya berpikir untuk tidak masuk sekolah, bila ada ulangan dari
salah satu mata pelajaran yang menurut saya sulit.
18 Saya merasa semua kebutuhan saya terpenuhi.
19 Saya berkata jujur bila seseorang bertanya mengenai sesuatu hal.
20 Saya mudah mengalah.
21 Saya tidak berani untuk memberitahukan keinginan saya pada
orangtua.
22 Berbicara di depan kelas adalah hal yang sangat sulit bagi saya.
23 Saya menghabiskan banyak waktu kosong saya untuk melamun.
24 Saya mengerjakan sesuatu karena saya berminat pada hal itu.
25 Saya yakin dengan keputusan yang saya buat.
26 Saya tidak merasa kesulitan dalam mempelajari materi pelajaran
baru.
27 Saya mampu memecahkan masalah yang terjadi di kelas.
28 Saya tidak menyesal setelah mengambil suatu pilihan.
29 Saya termasuk orang yang menyenangkan di antara teman-teman
yang lain.
30 Saya merasa gembira berada di tengah-tengah teman-teman sekolah.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu dalam
rentang perkembangan. Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode
waktu tertentu dalam hidup individu. Keberhasilan menyelesaikan tugas membawa
pada kebahagiaan individu dan kesuksesan untuk tugas-tugas berikutnya. Sementara
kegagalan memenuhi tugas ini akan membawa individu menjadi tidak bahagia, tidak
mendapat pengakuan dari masyarakat dan membuat individu kesulitan mencapai
tugas-tugas berikutnya (Fuhrmann, 1990). Remaja pada usia sekolah diharapkan
berhasil menyelesaikan tugas belajarnya dan meraih prestasi akademik yang tinggi,
sehingga membawa kebahagiaan pada individu dan kemudahan untuk mengerjakan
tugas-tugas perkembangan berikutnya. Pendidikan yang lebih tinggi atau pekerjaan
yang menghasilkan keuntungan ekonomis. (Fuhrmann, 1990). Pada remaja di SMP
“X” Bandung prestasi akademik yang rendah menjadi masalah yang nyata bagi pihak
2
Universitas Kristen Maranatha
belajar-mengajar yang lebih dari SMP Reguler lainnya. Fasilitas penunjang, seperti
gedung yang lebih baik. Metode pengajaran yang intensif dan pendampingan oleh
guru. Materi bahasa asing yang diberikan lebih, dan fasilitas-fasilitas tambahan lain.
Orang tua murid mengharapkan murid-murid SMP “X” Bandung, mencapai prestasi
yang lebih tinggi dari murid-murid SMP Reguler lainnya. Namun, kenyataannya
tidak demikian. Tiga orang tua murid yang pernah diwawancarai peneliti,
mengungkapkan bahwa prestasi anaknya lebih rendah dari harapan mereka yang
mengharapkan prestasi anak mereka akan lebih baik dari murid di SMP Reguler.
Pihak sekolah, yang diwakili Kepala Sekolah, juga mengungkapkan beberapa
kekhawatiran. Menurutnya, kondisi ‘serba lebih’ tidak otomatis membuat murid
menjadi bersemangat dalam proses belajar-mengajar. Rasa kurang percaya diri bahwa
dirinya mampu untuk mencapai prestasi yang lebih, dan hilangnya motivasi untuk
berprestasi di sekolah, membuat murid-murid tidak mencapai prestasi yang
diharapkan.Pencapaian prestasi ini, ditangkap peneliti memiliki kaitan dengan faktor
internal seperti, keyakinan diri akan potensi kemampuan dirinya, bahwa dirinya dapat
memilih dan memutuskan dengan tepat, dan keyakinan diri akan kemampuannya
untuk merasakan kebahagiaan, juga dalam membina relasi sosial. Meskipun tidak
dapat diabaikan adanya faktor eksternal yang juga berpengaruh, seperti misalnya
perlakuan tenaga pendidik di sekolah yang bersangkutan.
Berdasarkan observasi peneliti di SMP “X” Bandung. Peneliti menemui
gejala-gejala kurangnya keyakinan remaja akan potensi dan kemampuan dirinya.
Universitas Kristen Maranatha
menyatakan bahwa dirinya tidak bisa mencapai prestasi yang diharapkan, karena itu
mereka beranggapan tidak perlu belajar lagi. Sepuluh persen dari murid tersebut
menyatakan bahwa dirinya tidak pernah melakukan hal yang benar di depan ayah,
sebaliknya ia selalu dipersalahkan oleh ayahnya. Hal ini menunjukkan tidak
terpenuhinya keyakinan dalam diri remaja untuk belajar, berpikir sendiri dan
membuat keputusan. Tigapuluh persen dari murid yang lain menyatakan bahwa orang
tuanya tidak pernah mendengarkan aspirasinya. Bahkan 20% dari murid tersebut terus
mempertanyakan, mengapa dirinya selalu menghadapi masalah yang terus menerus,
baik di sekolah, maupun di rumah. Hal ini menunjukkan tidak terpenuhinya
keyakinan dalam diri remaja bahwa dirinya mampu mengalami keberhasilan dalam
relasi sosial dan dalam mengatasi masalah. Gejala-gejala tersebut di atas
menunjukkan gejala self-esteem yang rendah (Branden, 1994), karena gejala-gejala
tersebut menunjukkan gejala-gejala self efficacy dan self respect yang rendah.
Terdapat pandangan yang tersebar luas bahwa self-esteem yang rendah
merupakan faktor resiko (risk faktor) dari masalah-masalah psikologis dan gangguan
perilaku. (Joseph Rowntree Foundation, 2001). Terdapat dua pandangan mengenai
self-esteem di antara para peneliti kajian ini. Pandangan pertama yang
mengungkapkan bahwa self-esteem adalah perasaan individu (secara keseluruhan)
tentang dirinya. Pandangan kedua mengungkapkan bahwa self-esteem adalah suatu
hasil dari kumpulan nilai seorang individu, perasaan layak, dan kompetensi, didalam
ruang lingkup yang bervariasi. (Joseph Rowntree Foundation, 2001). Berangkat dari
4
Universitas Kristen Maranatha
hidup individu, secara khusus remaja. Menurut D'Arcy Lyness, PhD, 2002, remaja
yang memiliki self-esteem tinggi tidak akan memiliki faktor resiko untuk melakukan
hal-hal yang membahayakan dirinya, bahkan masyarakat sekitarnya. Melalui
penelitian mengenai self-esteem, masyarakat luas dapat menyadari pentingnya
self-esteem dalam kehidupan individu dari semua rentang usia, khususnya pada masa
remaja. Menyadari bahwa self-esteem adalah bagian penting dari hidup individu,
yang memperlengkapi dirinya dengan rasa percaya diri untuk mengatasi tantangan
hidup. (Branden, 1994) Sedangkan bagi remaja, pengetahuan mengenai self-esteem,
dapat membantu mereka mengerti bahwa dirinya berharga untuk dirawat dan dijaga.
(D'Arcy Lyness, PhD, 2002). Remaja, dalam hal ini siswa SMP “X”, harapannya
memiliki tingkat self-esteem tinggi. Remaja dengan self-esteem tinggi menunjukkan
keyakinan dalam dirinya, bahwa ia mampu untuk berpikir sendiri, belajar, memilih
dan membuat keputusan yang tepat. Keyakinan dalam diri remaja di sekolah
ditunjukkan dengan keyakinan akan keberhasilannya untuk memperoleh prestasi, dan
keberhasilan dalam membina relasi sosial. (Branden, 1994). Seseorang dengan
self-esteem yang tinggi memiliki rasa percaya diri untuk dapat mengatasi tantangan dan
mampu menyatakan keinginan atau kebutuhannya.
Menurut Branden, 1994, orang dengan self-esteem tinggi menyukai dan
menerima dirinya sendiri. Mereka bukannya merasa sempurna atau lebih baik dari
orang lain, malahan mereka menyadari kekurangan-kekurangannya dan berusaha
memperbaikinya. Self-esteem tidak sama artinya dengan kesombongan. Self-esteem
Universitas Kristen Maranatha
kesehatan mental. Orang dengan self-esteem tinggi, lebih dapat melakukan sesuatu
dengan baik di sekolah (Bell & Ward, 1980 dalam Dacey, 1997), dan mereka merasa
memiliki kontrol atas dirinya. (Rosenberg, 1985 dalam Dacey, John, 1997 – hal.174).
Bahkan beberapa studi memperlihatkan bahwa individu yang memiliki self-esteem
yang tinggi akan merasa lebih mampu mengontrol masa depan mereka dibandingkan
mereka yang memiliki self-esteem rendah. (Plante, 1977).
Mengingat pentingnya self-esteem dalam hidup remaja seperti yang sudah
diungkapkan diatas, maka hal yang menarik adalah bagaimana remaja dapat
mencapai self-esteem yang tinggi. Self-esteem dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal, maupun eksternal. Faktor internal tampak dari kemampuan kognitif yang
menunjukkan potensi berpikir baik untuk menilai kemampuan dan lingkungannya.
Faktor lingkungan ternyata juga menunjukkan keterkaitan dengan self-esteem yang
terbentuk.
Gambaran remaja SMP “X” Bandung yang menunjukkan gejala self-esteem
yang rendah juga menunjukkan gejala penghayatan pada perilaku orang tua yang
dianggap tidak memberikan dukungan padanya. Dukungan yang dimaksud adalah
Duapuluh persen dari sepuluh murid SMP “X” Bandung yang diwawancarai peneliti,
menyatakan bahwa mereka hanya bertemu dengan orang tuanya pada pagi hari
sebelum berangkat sekolah, sedangkan malam hari seringkali tidak bertemu dengan
orangtuanya karena, mereka pulang saat dirinya sudah tidur. Mereka menghayati
perhatian yang kurang dari orang tua dalam bentuk komunikasi langsung. Duapuluh
6
Universitas Kristen Maranatha
dengan ide-ide yang disampaikannya. Empat puluh persen dari murid tersebut
menghayati bahwa orang tuanya tidak memenuhi kebutuhan mereka akan
perlengkapan sekolah yang mereka inginkan. Duapuluh persen dari murid yang lain
mengatakan, orang tua juga sering kali membiarkan jika mereka melakukan
kesalahan, atau ketika mereka melakukan perbuatan yang melanggar nilai-nilai
keluarga. Gejala-gejala tersebut menunjukkan gejala dukungan orang tua (House,
1984) yang mengacu pada bentuk-bentuk kurangnya dukungan dalam hal emosional,
penghargaan, instrumental dan informasi.
Remaja yang menghayati perilaku emosional, penghargaan, instrumental dan
informasi sebagai bukan dukungan menunjukkan gejala self-esteem yang rendah. Jika
menilik lagi dari gejala di SMP “X” Bandung, kondisi sebaliknya, remaja yang
menunjukkan gejala self-esteem tinggi menunjukkan gejala penghayatan perilaku
orang tua yang memberikan dukungan. Mengacu pada pembahasan di atas, penulis
tertarik untuk mengetahui hubungan dukungan orangtua dengan self-esteem pada
Remaja di SMP “X” Bandung.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah
sebelumnya, maka masalah yang hendak diteliti adalah apakah terdapat hubungan
antara dukungan orangtua dan self-esteem pada remaja di SMP “X” Bandung?
Universitas Kristen Maranatha
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang dukungan
orangtua dan self-esteem remaja di SMP “X” Bandung.
Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara
dukungan orangtua dan self-esteem pada remaja di SMP “X” Bandung.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan Ilmiah :
- Memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu Psikologi, khususnya
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.
- Pengayaan wawasan tentang ‘self-esteem’ dan dukungan orangtua pada
remaja.
- Menjadi referensi bagi penelitian lain dengan topik serupa.
Kegunaan Praktis :
- Memberi informasi kepada orangtua tentang ‘self-esteem’, yang bisa
dimanfaatkan dalam membina iklim keluarga yang kondusif bagi
8
Universitas Kristen Maranatha
- Sebagai informasi bagi pihak sekolah (guru & guru Bimbingan dan
Penyuluhan), yang bisa menjadi pertimbangan dalam mendidik murid remaja,
dan dalam pengembangan karakter murid remaja.
- Sebagai pengetahuan bagi remaja bahwa dirinya berharga dan mampu.
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Masa Remaja adalah waktu untuk berkembang, beralih dari ketidakmatangan
masa kanak-kanak (childhood) kepada suatu kematangan masa dewasa (adult). Masa
remaja (adolescence) adalah periode perubahan/transisi, secara biologis, psikologis,
sosial dan ekonomi. Periode ini adalah salah satu periode hidup yang menyenangkan.
Individu menjadi menjadi tertarik pada perbedaan jenis kelamin, dan secara biologis
memiliki kemampuan untuk memiliki keturunan. Individu menjadi lebih bijaksana,
lebih berpengetahuan dan memiliki kemampuan menentukan keputusan yang lebih
baik. Periode ini dimulai dari usia 10-12 tahun sampai dengan 18-21 tahun (Santrock,
2004). Pada masa ini remaja menunjukkan ciri yang menonjol dalam hal biologis
(fisik), kognitif dan sosial. (Dacey, John, 1997). Perubahan biologis pada remaja
terjadi pada masa pubertas yang di dalamnya terdapat perubahan secara fisik.
Perubahan kognitif terjadi pada remaja saat kemampuan berpikirnya berkembang
menjadi cara berpikir secara abstrak dan lebih kompleks. Perubahan sosial terjadi
Universitas Kristen Maranatha
membawa perubahan yang besar pada citra diri remaja dan hubungannya dengan
orang lain. (Dacey, John, 1997).
Potensi psikologis baik sosial maupun kognitif akan menunjang remaja untuk
memenuhi tugas perkembangan. Menurut Havighurst (1961), tugas perkembangan
adalah suatu tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan
individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan, sebab memberikan
kebahagiaan dan keberhasilan dalam perkembangan selanjutnya. Apabila tidak dapat
dikuasai dan diselesaikan, maka akan menimbulkan ketidakbahagiaan, penolakan dari
luar dan kesukaran dalam perkembangan selanjutnya. Penyelesaian tugas-tugas
perkembangan dalam suatu periode atau tahap tertentu akan mempengaruhi
penyelesaian tugas-tugas pada tahap berikutnya. Beberapa tugas perkembangan yang
harus diselesaikan remaja pada masa ini adalah : mampu menjalin hubungan yang
lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain ; menerima kondisi jasmaninya
dan dapat menggunakannya secara efektif ; memiliki perilaku sosial seperti yang
diharapkan masyarakat ; mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan
intelektual untuk hidup bermasyarakat (Prof.DR. Nana S., 2003). Potensi
perkembangan ini merupakan modal dasar bagi remaja untuk percaya diri untuk
menghayati dan berpikir akan kondisi diri dan kaitannya dengan lingkungan,
termasuk mengatasi tantangan hidup. Hal ini yang membuat penelitian self-esteem
pada remaja menjadi penting karena merupakan masa yang tepat untuk memahami
kemampuan remaja merasa diri layak untuk merasakan kebahagiaan dan mampu
10
Universitas Kristen Maranatha
Tugas perkembangan remaja adalah tugas yang harus dikuasai dan diselesaikan,
sebab memberikan kebahagiaan dan keberhasilan dalam perkembangan selanjutnya.
Untuk itu remaja memerlukan apa yang disebut dengan self-esteem. Self-esteem
adalah kecenderungan untuk meyakini diri sebagai seorang yang kompeten
menghadapi tantangan-tantangan dasar dalam kehidupan dan layak memperoleh
kebahagiaan. (Branden, 1994). Branden menyebutkan bahwa kita dapat memahami
self-esteem melalui dua aspek, yaitu self efficacy dan self respect.
Self efficacy adalah perasaan memiliki percaya diri dalam menghadapi
tantangan hidup. Secara lebih rinci, Self efficacy berarti rasa percaya diri dalam
mendayagunakan pikiran, kemampuan berpikir, mengerti, belajar, memilih, dan
membuat keputusan. Kepercayaan diri dalam kemampuan diri untuk mengerti fakta,
realitas yang terjadi dalam kerangka minat dan kebutuhan seseorang. Self respect
adalah perasaan layak dan mampu merasakan kebahagiaan. Self respect, berarti
kepastian dari nilai diri sendiri. Sebuah sikap yang pasti terhadap hak pribadi untuk
hidup dan bahagia. Merasa nyaman dalam menyatakan pemikiran pribadi, keinginan
dan kebutuhan. Perasaan gembira dan tercukupi adalah hak individu sejak lahir.
(Branden, 1994).
Self-esteem yang tinggi terlihat saat seorang remaja merasa bangga dengan
dirinya sendiri dan pada apa yang dapat ia lakukan. Remaja menjadi berani untuk
mencoba hal-hal yang baru dan percaya pada dirinya sendiri. Remaja menghargai
keberadaan dirinya dan yang ia lakukan, meskipun terkadang membuat
Universitas Kristen Maranatha
pernah berpikir baik mengenai dirinya sendiri, dan tampak terlalu banyak memberi
kritik pada apa yang dilakukannya sendiri. Remaja tidak merasa dirinya baik, atau
menganggap dirinya penting. Tinggi atau rendahnya self-esteem dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi self-esteem, termasuk di dalamnya : kesuksesan
dan kegagalan, percaya diri terhadap penampilannya, pola asuh, pengaruh genetik,
dan hubungan dengan orang lain yang dekat / dicintai. (Branden, 1994).
Self-esteem merupakan keyakinan dalam diri seseorang yang pembentukannya
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
melatarbelakangi self-esteem pada remaja di SMP meliputi usia, jenis kelamin,
pengalaman-pengalaman (kesuksesan dan kegagalan), dan kemampuan. Selain
faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal (lingkungan) juga mengambil peran cukup besar
dalam pembentukan self-esteem. Faktor eksternal meliputi pola asuh orang tua, peran
guru di sekolah, iklim sosial dengan teman sebaya di sekolah dan aktifitas-aktifitas.
Faktor usia menentukan bagaimana seorang individu menghadapi tantangan hidupnya
dan mengembangkan self-esteem-nya. Perbedaan usia menunjukkan perbedaan
kemampuan kognitif, yang akan juga menentukan derajat self-esteem yang dimiliki
oleh seseorang. Hal ini tampak oleh apa yang dituliskan oleh D’Arcy (2002). Ketika
bayi lahir, ia tidak melihat dirinya baik atau buruk. Individu-individu di sekitar bayi
itulah yang nantinya membantu perkembangan self-esteemnya. Faktor jenis kelamin
ternyata juga menentukan bagaimana seorang individu mengembangkan
self-esteemnya. Branden (1994) mengungkapkan, pada banyak kebudayaan, laki-laki
12
Universitas Kristen Maranatha
penghasilan. Pengalaman hidup yang meliputi kesuksesan dan kegagalan memiliki
keterkaitan dengan tinggi-rendahnya self-esteem. Penelitian Branden (1994), pada
seorang wanita, menunjukkan bahwa pengalaman kegagalan yang berawal dari
kepergian ayah kandungnya, membuat self-esteemnya menjadi rendah. Hal ini tampak
dari keyakinannya bahwa ia tidak mampu dan pasti selalu gagal dalam hubungannya
dengan laki-laki. Sebaliknya seseorang yang mengalami kesuksesan akan memiliki
keyakinan yang tinggi, bahwa ia percaya diri, bahwa ia mampu dan yakin bahwa ia
berhasil dalam usahanya. Faktor kemampuan menunjukkan bahwa seseorang yang
memiliki pengertian dan kemampuan dalam bidang tertentu, akan lebih yakin bahwa
dirinya mampu mengatasi hambatan atau tantangan yang berkaitan dengan bidang
tersebut.
Faktor eksternal dalam pembentukan self-esteem, salah satunya adalah pola
asuh orang tua. Orang tua yang memberi dorongan dan afeksi kepada anaknya
menjadikan anak memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri, sehingga
memungkinkan anak, untuk menikmati hubungan dengan rekan-rekannya dan terlibat
dalam aktifitas-aktifitas kelompok. Faktor lain yang ikut menentukan adalah peran
dari guru di sekolah. Ketika seorang guru menyatakan kepada muridnya bahwa ia
mampu menguasai suatu mata pelajaran. Lebih lanjut guru tersebut akan melakukan
hal-hal untuk membantu muridnya mencapai tujuan tersebut. Maka yang terjadi,
murid tersebut merasakan asuhan, dorongan dan inspirasi untuk mewujudkan hal
tersebut menjadi kenyataan. Keberadaan rekan-rekan sebaya di sekolah akan
Universitas Kristen Maranatha
Branden (1994) bahkan menyebutkan, remaja dengan hubungan interpersonal yang
rendah, memiliki keterbatasan untuk mencapai keberhasilan-keberhasilan di sekolah.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh remaja juga dapat menentukan perkembangan
self-esteem-nya. Keterlibatan remaja dalam aktifitas-aktifitas di lingkungan sekolah,
membawanya terlibat dalam kelompok dan menjauhkan remaja dari masalah-masalah
psikososial yang mungkin terjadi.
Jika dikaji lebih jauh, keluarga itu memiliki keterkaitan dengan pembentukan
self-esteem individu. Salah satu fenomena yang tampak adalah perilaku orang tua
yang dianggap memberikan dukungan pada remaja sehingga berpeluang
meningkatkan self-esteemnya. Fenomena ini disebut dengan dukungan orang tua.
Dukungan orang tua dikembangkan dari dukungan sosial. House (1984)
mengemukakan bahwa dukungan orang tua merupakan hubungan interpersonal antara
orang tua yang memberikan perhatian emosional (suka, cinta, empati), bantuan
instrumental (benda-benda dan pelayanan), pemberian informasi dan adanya
penilaian (informasi yang relevan untuk evaluasi diri), kepada anaknya. Individu
dengan penghayatan akan dukungan orang tua yang tinggi, merasakan pemuasan akan
kebutuhan fisiologisnya, perlindungan, dan perawatan dari setiap aspek hidupnya.
Hal ini diikuti suasana lingkungan dimana remaja merasakan asuhan dan rasa aman.
Individu yang tidak menghayati adanya dukungan dari orang tua, sebaliknya akan
merasa terancam, frustrasi karena kebutuhan-kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi.
14
Universitas Kristen Maranatha
akan membentuk keyakinan diri dari remaja untuk merasa mampu menghadapi
tantangan-tantangan hidup dan layak untuk merasakan kebahagiaan.
Dukungan orang tua dipahami melalui 4 bentuk perilaku orang tua yang
dianggap mendukung remaja. Dukungan emosional, adalah seberapa sering
penghayatan remaja mengenai perilaku orang tua dalam hal pemberian perhatian,
kasih sayang, ungkapan empati dan kesediaan untuk mendengarkan. Dukungan
penghargaan, yaitu seberapa sering penghayatan remaja mengenai perilaku orang tua
dalam hal memberikan pujian, dorongan untuk maju serta persetujuan akan gagasan
dan perasaan. Dukungan instrumental, yaitu penghayatan remaja mengenai perilaku
orang tua dalam hal memenuhi kebutuhan remaja, seperti memberi uang, makanan,
pakaian, tenaga dan waktu.Dukungan informasi, adalah seberapa sering penghayatan
remaja mengenai perilaku orang tua dalam hal memberikan informasi dan nasehat
serta pengarahan kepada remaja. Dukungan orang tua dikatakan tinggi jika remaja
menghayati dukungan orang tua tersebut telah terpenuhi, sebaliknya dukungan
orangtua dikatakan rendah jika remaja menghayati dukungan orang tua belum
terpenuhi.
Jika remaja menghayati perilaku orang tua sebagai dukungan emosional, maka
remaja dapat belajar dan mengerti banyak hal. Remaja juga merasa dirinya mendapat
wadah untuk menyampaikan perasaan secara asertif. Sementara perilaku orang tua
sebagai dukungan penghargaan, akan membuat remaja makin yakin untuk melakukan
sesuatu hal. Hal ini juga membuat remaja merasa berhasil dalam hidupnya. Dukungan
Universitas Kristen Maranatha
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya untuk belajar banyak hal. Remaja yang
menghayati dukungan instrumental ini juga dapat merasa lebih bahagia karena
kebutuhan-kebutuhan fisiknya yang terpenuhi. Dukungan informasi yang dihayati
remaja, mendukung dirinya untuk menentukan keputusan yang tepat atas suatu
pilihan. Dukungan informasi yang memadai juga membuat remaja lebih kompeten,
dan lebih siap dalam menghadapi tantangan-tantangan yang baru.
Bagan 1.5 Bagan Kerangka Pikir Bandung. Usia
12-Dukungan orang tua TINGGI
Dukungan orang tua RENDAH
Dukungan Emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan Informasi
Self efficacy Self respect
INTERNAL
Kesuksesan & Kegagalan Pengaruh genetik
Percaya diri terhadap penampilannya
EKSTERNAL
Pola asuh
16
Universitas Kristen Maranatha
1.6 ASUMSI
- Self-esteem penting untuk remaja sebagai salah satu pembentukan identitas
diri.
- Self-esteem merupakan bahasan mengenai bagaimana remaja menilai dirinya,
karakteristik, kemampuan-kemampuannya, dan tingkah lakunya. Terdiri atas
Self efficacy & Self respect.
- Perkembangan self-esteem dipengaruhi oleh perubahan-perubahan faktor
internal dan eksternal.
- Dukungan orangtua dapat menjadi stimulasi dari lingkungan untuk perubahan
internal remaja.
- Perilaku orangtua yang dianggap sebagai dukungan, pada tingkat yang
berbeda, membuka peluang perubahan tingkatan self-esteem pada remaja SMP
“X”.
1.7 HIPOTESIS PENELITIAN
Terdapat hubungan antara dukungan orangtua dengan self-esteem pada remaja
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data
mengenai dukungan orang tua dan self-esteem terhadap 86 orang remaja SMP “X”
Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara Self-esteem dan dukungan
orang tua pada remaja SMPK2“X” Bandung, dan hubungan yang terjadi
termasuk dalam kategori moderat atau cukup erat. Artinya, semakin tinggi
skor penghayatan remaja terhadap dukungan orang tua, semakin tinggi pula
derajat self-esteem yang dimiliki oleh remaja. Sebaliknya, semakin rendah
skor penghayatan remaja terhadap dukungan orang tua, semakin rendah pula
derajat self-esteem yang dimiliki oleh remaja.
2. Sebagian remaja SMP “X” Bandung memiliki dukungan orang tua tinggi
(55.8%), sementara sebagian remaja lainnya memiliki dukungan orang tua
rendah (44.2%).
3. Sebagian remaja SMP “X” Bandung memiliki self-esteem tinggi (53.5%),
84
Universitas Kristen Maranatha
4. Responden yang memiliki Self-esteem tinggi dan dukungan orang tua tinggi
sebesar 44.19% (38 responden). Memiliki persentase Dukungan Informasi
tinggi (89.47%) dan Dukungan Penghargaan tinggi (86.84%) paling
menonjol.
5. Responden yang memiliki Self-esteem rendah dan dukungan orang tua
rendah sebesar 34.88%. Memiliki persentase Dukungan Penghargaan rendah
(80%) dan Dukungan Instrumental rendah (80%) paling menonjol.
6. Responden yang memiliki Self-esteem tinggi dan dukungan orang tua rendah
sebesar 9.30%. Memiliki persentase Dukungan Informasi rendah (100%) dan
Dukungan Instrumental rendah (87.50%) paling menonjol.
7. Responden yang memiliki Self-esteem rendah dan dukungan orang tua tinggi
sebesar 11.63%. Memiliki persentase Dukungan Instrumental tinggi (90%)
dan Dukungan Emosional tinggi (70%) paling menonjol.
8. Faktor usia juga menunjukkan keterkaitan dengan responden Self-esteem
tinggi dan dukungan orang tua rendah.
9. Dukungan informasi yang membentuk pengetahuan pada responden dengan
Self-esteem rendah dan dukungan orang tua tinggi, dapat mempengaruhi
responden secara kognitif dalam bentuk ketakutan bahwa dirinya tidak
mampu untuk menghadapi masalah, dan ketakutan akan kenyataan-kenyataan.
10. Dukungan Penghargaan dan Dukungan emosional, menunjukkan keterkaitan
yang lebih signifikan dengan derajat self-esteem, dibandingkan keterkaitan
Universitas Kristen Maranatha
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya
maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:
Penelitian Lanjutan
1. Bagi peneliti lain yang tertarik pada bahasan yang sama, disarankan untuk
meneliti sampai sejauh mana Dukungan Penghargaan dan Dukungan
Informasi dapat menjadi determinan dibanding Dukungan Instrumental dan
Dukungan Emosional.
2. Disarankan bagi penelitian selanjutnya agar tidak hanya mengambil sampel
remaja pada SMP “X” namun menjaring ukuran sampel remaja yang lebih
besar, sehingga cakupan penelitian dapat lebih luas dengan hasil yang lebih
representatif.
3. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menghubungkan variabel
Self-esteem dengan derajat stress. Untuk mengetahui apakah derajat self-Self-esteem
seseorang dapat diketahui dengan mengukur derajat stress-nya.
Guna Laksana
1. Bagi pihak SMP ”X” disarankan untuk memperhatikan kebutuhan
penghargaan dan informasi, untuk meningkatkan keyakinan diri siswa, yang
86
Universitas Kristen Maranatha
2. Bagi pihak orang tua remaja SMP ”X” disarankan untuk lebih memberikan
dukungan penghargaan dan informasi. Bukan hanya memfokuskan pada
dukungan instrumental saja.
3. Bagi remaja SMP ”X” diharapkan berusaha mengaktualisasikan diri dengan
kegiatan-kegiatan di lingkungan sekolah, dan berusaha untuk mencapai
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Ashmore, Richard D. 1997. Self and Identity. New York: Oxford University Press.
Burns, RB. 1979. The Self Concept. London: Longman Inc.
Branden, Nathaniel. 1994. The Six Pillars Of Self-esteem. New York: Bantam Books.
Coopersmith, Stanley. 1967. The Antecedents of Self Esteem. New York: W.H.
Freeman & Company.
Dacey, John. 1997. Adolescent Development, 2nd edition. Chicago. Brown &
Benchmark.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.
McKay, Matthew. 1987. Self Esteem, 2nd edition. Oakland: New Harbinger
Publications.
Santoso, Singgih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS Versi
11.5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
88
Universitas Kristen Maranatha
Santrock, John W. 2004. Life Span Development, 9th edition. New York: The Mc
Graw Hill Companie.
Steinberg, Laurence. 1993. Adolescence 3rd edition. New York: McGraw-Hill Book
Co.
Sukmadinata, Prof.Dr.Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Vaux, Alan. Social Support. 1988. New York: Preager.
Woolfolk, Enita E. Educational Psychology, 7th edition. Boston: Allyn & Bacon.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
www.psychologytoday.com
www.jrf.org.uk