• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 692010045 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 692010045 Full text"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2 1. Pendahuluan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga merupakan layanan yang disediakan oleh pemerintah Kota Salatiga, yang berada di bawah Bagian Hukum dan Organisasi dan Tata Laksana. Pada tahun 2011, pemerintah membangun gedung baru untuk Perpustakaan dan Arsip Salatiga, dan selesai pada tahun 2013 yang bertempat di jalan Adi Sucipto No.7, Salatiga. Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga menempati gedung baru dan dilengkapi fasilitas-fasilitas yang memadai, seperti ruang baca, ruang referensi, ruang multimedia, ruang komputer, ruang anak, ruang untuk orang yang berkebutuhan khusus, ruang serbaguna (internet) dan masih banyak lagi fasilitas serta layanan yang ada. Sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat, Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga menggunakan beberapa media untuk memberikan informasi kepada masyarakat berupa papan informasi, brosur, poster, majalah, anjungan informasi, website, media sosial (facebook) serta iklan di radio.[1]

Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan dengan bapak Rinaldi Anggoro Shakti selaku Kepala Seksi Bina Arsip dan Perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga, ditemukan bahwa berbagai media informasi yang digunakan masih kurang informatif dan kurang menarik. Kondisi ini dikarenakan keterbatasan jumlah brosur, kurang lengkap dan kurang menariknya brosur baik sisi konten maupun desain, serta media informasi yang pernah dibuat berupa video profil masih kurang menarik dan kurang informatif sehingga perlu di perbaharui. Hal ini merupakan kendala yang terjadi pada Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga, padahal tujuan dari Perpustakaan ingin memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Maka dari itu, Perpustakaan melalui Bapak Shakti, mengatakan bahwa sebuah media informasi yang berbasiskan video inforgrafis agar dapat memberi pengetahuan serta informasi mengenai layanan dan fasilitas yang tersedia di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Berbasiskan video infografis, karena untuk mengikuti perkembangan jaman sekarang ini yang serba interaktif dengan penggunaan beberapa elemen multimedia. Hasil perancangan ini, diharapkan nantinya bisa memberikan informasi yang jelas dan menarik bagi masyarakat.

(2)

3 2. Kajian Pustaka

Penelitian sebelumnya berhubungan dengan infografis berjudul "Perancangan Aplikasi Infografis Dalam Kampanye Sosial Untuk Mendukung Aktifitas Corporate Social Responsibility De Tanjung". Dalam perancangan ini strategi yang dilakukan adalah melalui kampanye sosial dengan menggunakan infografis yang memiliki potensi unik dalam penyampaian masalah, isu fakta dan mengandung juga unsur edukatif. Selain itu, media edukasi ini juga berguna untuk sebagai strategi visual untuk mempromosikan sebuah perusahaan.[3]

Penelitian yang lain dalam hubungan infografis yaitu, "Perancangan Media Sosialisasi Pentingnya ASI bagi Ibu dan Balita Berbasis Infografis". Perancangan ini diharapkan menambah informasi dan pengetahuan pada ibu tentang ASI. Dengan dirancangnya dalam bentuk infografis maka dapat membuat ibu-ibu memahami informasi dengan jelas.[4]

Dalam penelitian ini, menggunakan video infografis sebagai media penyampaian informasi. Perancangan ini berupa video infografis, karena menampilkan informasi yang lebih interaktif dan menarik lewat gambar, video, dan animasi.

Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Sedangkan informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan yang dibuat[5]. Maka dari itu, media informasi merupakan sarana, tempat maupun wadah untuk menyampaikan informasi berupa data dan fakta, dimana memiliki fungsi dan manfaat yang berbeda-beda. Informasi yang baik, harus disampaikan melalui media yang tepat agar informasi tersebut dapat diakses dengan mudah dan cepat.

Multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video atau secara umum multimedia merupakan kombinasi tiga elemen yaitu suara, gambar dan teks[6]. Teks adalah kombinasi yang dapat membentuk kata, surat atau narasi untuk penyajian bahasa. Gambar dapat meringkas dan menyajukan data kompleks dengan cara baru dan lebih berguna. Suara/bunyi didefinisikan seperti musik, efek-efek suara dan sebagainya yang bisa didengar. Video adalah teknologi merekam serta memproses, menata ulang gambar bergerak. Animasi menciptakan gerak pada layar, yang terbentuk dari beberapa gambar.

Dalam dunia infografis sendiri animasi merupakan konten yang ada didalam infografis, maka dari itu dengan perkembangan teknologi animasi sudah mulai mengenal motion graphic sebagai salah satu trend design animasi di dunia periklanan, yang perkembangannya cukup pesat. Motion graphic adalah grafis yang menggunakan video atau animasi untuk menciptakan ilusi dari gerak atau transformasi[7]. Pada umumnya, motion graphic merupakan gabungan dari potongan-potongan desain/animasi yang berbasis media visual yang menggabungkan film dengan desain grafis dengan memasukan sejumlah elemen yang berbeda, seperti objek 2 dimensi atau 3 dimensi, animasi, video, film, tipografi, ilustrasi, fotografi dan musik.

(3)

4

bentuk, komposisi, irama dan kesatuan. Penggunaan warna, komposisi maupun elemen visual diperhitungkan keunikan maupun kekhasan dari sebuah media tersebut[8]. Keunggulan infografis yaitu dari segi visual yang mampu mengubah persepsi audien tentang deskripsi menjadi lebih singkat dan jelas melalui elemen grafis. Karakteristik konten dari infografis ini sendiri sangat mendukung dengan adanya sifat edukatif, informatif, ringkas, visual dan relevan. Infografis diyakini sebagai cara yang baik untuk mewakili data informasi agar tepat mengenai komunikan, sehingga seorang komunikator dapat mudah memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan ke dalam bahasa yang sederhana yang mudah dipahami oleh komunikan berupa rangkaian visual dan verbal yang bersinergi. Infografis melukiskan berita dengan bahasa analogi, simbol dan metafora berupa ilustrasi[9].

3. Metode Perancangan

(4)

5

Gambar 1 Langkah-langkah Dalam Penelitian

Dalam perancangan media informasi berbasis video infografis di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga ini dipilih karena sesuai dengan wawancara awal dengan bapak Shakti, selaku pengurus di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga bahwa Perpustakaan memiliki masalah dalam pemberian informasi melalui media. Keinginan dari Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga juga menjadi faktor untuk menyelesaikan masalah. Pertanyaan penelitian yang akan digunakan pada pengumpulan data sudah di atur dan dipilih, karena pertanyaan yang terfokus merupakan bagian penting dari penelitian ini.

Pengumpulan data dilakukan dengan meninjau pustaka, observasi dan wawancara secara langsung. Pengumpulan data melalui wawancara, dilakukan secara langsung kepada informan yaitu pengunjung perpustakaan dengan usia 13-35 tahun serta wawancara lanjutan kepada bapak Shakti selaku Kepala Seksi Bina dan Arsip Perpustakaan. Selanjutnya observasi dilakukan selama penelitian itu berjalan. Dalam melakukan wawancara, pertanyaan sudah disusun sesuai masalah untuk digunakan sebagai sarana mendapat informasi yang jelas, namun dapat berkembang pada saat tergantung kondisi dilapangan.

Informasi yang berasal dari bapak Shakti, yaitu masih sangat minimnya pemberian informasi untuk fasilitas dan layanan, dikarenakan terhambat masalah berupa dana untuk membuat brosur untuk memberi informasi dan juga konten yang dalam brosur masih belum efektif ,kurang menarik, serta konten mengenai fasilitas yang dicantumkan masih minim. Begitu juga dengan penggunaan

Analisis Data Pengumpulan Data Pertanyaan Penelitian

Perancangan dan Implementasi Penentuan Masalah

(5)

6

promosi lewat media sosial, masih sangat minim dan kurang efektif karena menurut wawancara dengan pengunjung perpustakaan, ada yang mengatakan belum pernah melihat website, brosur perpustakaan, dan ada yang sudah pernah melihat video, namun dinilai belum lengkap karena video yang dibuat sudah lama sehingga perlu di perbaharui. Sebagian informan hanya mengetahui sebagian kecil fasilitas yang disediakan seperti ruang internet, wifi, meja, kursi dan lain-lain, padahal Perpustakaan dan Arsip Salatiga melalui bapak Shakti telah menyediakan fasilitas kurang lebih 20 fasilitas yang bisa digunakan oleh pengunjung secara gratis.

Target pada penelitian ini adalah masyarakat umum dengan karakteristik usia 13-35 tahun. Karakteristik masyarakat umum, dinilai cocok karena rata-rata pengunjung Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga adalah pelajar, mahasiswa dan orang tua. Wawancara secara langsung terhadap pengunjung menjadi patokan dalam pencarian data. Dari data yang didapat berupa wawancara langsung, dapat disimpulkan bahwa walaupun banyak yang sudah mengetahui adanya Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga serta pernah berkunjung ke sana, hanya sedikit dari informan yang mengetahui fasilitas yang disediakan oleh Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga.

Dari hasil wawancara, penyampaian melalui video ini dipilih karena sesuai dengan hasil wawancara, sebagian besar informan setuju bila informasi tentang Perpustakaan dan Arsip Daerah dimuat dalam bentuk video, karena dapat memberikan sesuatu yang baru, sehingga penyampaian informasi menjadi lebih menarik dan efektif. Dan dengan infografis dalam bentuk gambar dan huruf dalam video, dapat memudahkan masyarakat mengerti dan memahami informasi yang disampaikan.

Perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis dengan teknik motion graphic ini, memiliki tahap perancangan yang harus dilakukan yaitu, 1) Pra produksi meliputi pembuatan konsep, pembuatan storyline, pembuatan treatment, pembuatan storyboard. Selanjutnya 2) Tahap produksi elemen visual, Proses pengambilan gambar yang berupa video. Dan tahap terakhir yaitu 3) Pasca produksi yaitu editing, pemberian sound, penggabungan elemen visual dan serta pemberian efek dalam video. Dan tahap terakhir adalah proses rendering.

(6)

7

Pendekatan verbal yang dilakukan pertama melalui bahasa yang digunakan. Gaya atau gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style[10] dengan bahasa yang digunakan yaitu bahasa tak resmi agar kalimat-kalimat dalam informasi lebih terkesan santai dan dapat dengan mudah dimengerti. Pendekatan visual yaitu menentukan gambar, huruf, warna yang akan digunakan. Gaya gambar yang digunakan untuk elemen visual yaitu gambar simpel atau sederhana. Gaya gambar yang simpel disesuaikan dengan usia masyarakat yaitu antara usia 13-35 tahun yang lebih tertarik dengan yang sederhana namun jelas dan menarik. Ciri khusus dari infografis yaitu terdapat banyak gambar/grafis yang memperjelas informasi yang disampaikan agar mudah dan menarik.

Huruf atau tipografi adalah suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Tipografi adalah alat komunikasi, oleh karena itu tipografi harus memiliki karakter kuat, jelas (clarity), terbaca (legibility)[12]. Huruf pun dapat mewakili sekaligus menggambarkan informasi yang disampaikan, karena huruf sendiri merupakan elemen yang penting dalam infografis. Huruf yang akan digunakan dalam perancangan video informasi ini adalah Century Gothic. Huruf Century Gothic ini termasuk dalam jenis huruf sanserif yaitu huruf yang tidak berkaki, yang jenis fontnya enak dilihat dan terkesan simpel dan elegan. Huruf Century Gothic akan digunakan untuk semua elemen visual untuk menyampaikan informasi dalam video ini. Huruf yang digunakan ini sangat cocok untuk menjelaskan suatu informasi karena mudah dibaca meskipun dibaca. Huruf-huruf yang akan digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.,?!:;'

Gambar 2 Huruf Dalam Perancangan

Warna yang digunakan dalam perancangan ini adalah warna putih sebagai warna umum serta warna biru dan orange kekuningan sebagai pendukung untuk digunakan pada elemen visual. Dipilih warna tersebut karena warna putih melambangkan kecermatan serta steril dan terlihat simpel serta elegan untuk dipadukan dengan warna pendukung. Warna biru dan orange kekuningan dipilih karena biru mewakili warna tenang dan menarik dan juga memberi kesan komunikasi yang baik untuk informasi. Warna orange kekuningan dipilih karena melalui observasi, keseluruhan gedung dominan dengan warna orange, tapi dalam perancangan elemen visual menggunakan warna orange kekuningan agar terkesan lebih ceria dan nyaman dipandang, dan juga untuk menyatukan dan menselaraskan elemen visual agar terlihat lebih simpel, menarik dan memberi kesan semangat[13].

(7)

8

animasi berupa informasi mengenai waktu pelayanan Perpustakaan. Selanjutnya, menuju pusat informasi dimana terdapat petugas yang mengurus pelayanan di pusat informasi. Tahap pendaftaran, pemakaian loker serta proses pembuatan kartu member dilakukan secara berurutan. Selama proses tersebut sedang berlangsung, ditampilkan informasi berupa animasi mengenai penjelasan dan kegunaan fasilitas dan layanan tersebut. Kegiatan selanjutnya tentang fasilitas ruangan yang ada. Secara berurutan ditampilkan dari ruang multimedia atau audio visual, ruang anak, ruang internet dan ruang untuk orang berkebutuhan khusus yang didalamnya terdapat ruang baca untuk tuna netra dan ruang laktasi. Fasilitas ruangan selanjutnya adalah ruang referensi, tempat penelusuran informasi, koleksi buku dan ruangan sebagai tempat untuk membaca. Animasi mengenai informasi tentang ruang-ruang tersebut ditampilkan dan disesuaikan dengan video pada perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis. Proses peminjaman buku terdapat diakhir karena sesuai dengan konsep talent mengikuti alur dari pendaftaran hingga peminjaman buku di Perpustakaan dan Arsip Salatiga. Setelah peminjaman buku, ditampilkan juga fasilitas berupa layanan yang disediakan Perpustakaan, serta visi dan misi dari Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga di tampilkan pada akhir video.

Tahapan treatment perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Treatment Perancangan Video

Scenes Konten Keterangan

Scene 1 Gedung Perpustakaan dan

Arsip Daerah Salatiga

Memperlihatkan seluruh gedung kemudian talent masuk dari tangga dan menuju ke tempat pendaftaran. Diikuti dengan animasi berupa jam pelayanan dan cara pendaftaran. Scene 2 Peminjaman kunci

loker, proses pembuatan kartu

member

Meminjam kunci dan menaruh tas di loker lalu Talent langsung membuat kartu anggota dan muncul animasi berupa informasi tentang loker, syarat dari pembuatan dan waktu pembuatan.

Scene 3 Ruang Audio Visual, Ruang Anak, Ruang internet, dan Ruang untuk Orang berkebututhan khusus dan pojok laktasi

Talent berjalan menuju ruang audio visual, kemudian masuk dan menggunakan komputer dengan ditambah informasi animasi tentang ruang audio visual, setelah itu berurutan talent masuk ke ruang anak untuk mengetahui informasi apa yang ada, dan menuju ruang internet dan ditambah animasi tentang informasinya dan selanjutnya masuk ke dalam ruang untuk orang yang berkebutuhan khusus dengan informasi berupa animasi.

Scene 4 Ruang Referensi dan Pusat Baca dan

Koleksi Buku.

(8)

9

camera untuk memperlihatkan keseluruhan tempat buku dalam rak lalu muncul

informasi berupa animasi yaitu jumlah koleksi buku dalam bentuk grafik batang dan diikuti dengan informasi jenis buku yang ada di perpustakaan.

Scene 5 Penelusuran Informasi, Ruang

Baca Buku

Talent mencari buku melalui fasilitas komputer untuk menelusur informasi buku yang dicari. Talent mencari buku untuk dibaca dan talent menggunakan alat pencari buku berupa komputer dan diberi informasi tentang fasilitas alat pencari tersebut. Setelah menemukan buku yang dicari, talent duduk ditempat yang disediakan di ruang baca, sambil membaca ditambahkan animasi informasi berupa fasilitas yang disediakan diruang baca seperti AC, charger, Wifi dan meja.

Scene 6 Peminjaman Buku Setelah membaca talent menuju ke tempat peminjaman untuk meminjam buku dan diberi informasi peminjaman buku setelah itu mengambil tas diloker dan keluar. Scene 7 Fasilitas dan layanan

tambahan yang disediakan di Perpustakaan serta

Visi dan Misi Perpustakaan.

Fasilitas dan layanan tambahan yang disediakan perpustakaan bergantian muncul mulai dari layanan Wifi, CCTV, majalah Jendela Pustaka, maket kota Salatiga, Anjungan profil kota, informasi bazar buku murah, dan juga perpustakaan keliling berupa mobil, animasi informasi ditambahkan pada saat muncul layanan tersebut. Dan diakhir memperlihatkan gedung lalu muncul visi dan misi perpustakaan, alamat website dan logo kota Salatiga.

(9)

10

Gambar 3 Storyboard Perancangan Video Infografis

Tahap selanjutnya adalah proses produksi elemen visual. Elemen-elemen teks, gambar 2D, foto-foto serta potongan-potongan video, nantinya akan berguna untuk mendukung tampilan dari media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga video infografis, menjadi lebih menarik dan jelas. Elemen visual yang dianimasikan dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis. Pembuatan elemen visual ini dibuat secara digital untuk mempermudah proses pasca produksi.

Dalam elemen visual yang dirancang, terdapat juga gambar serta simbol yang digunakan untuk memberi kesan menarik dan sebagai perwakilan dari informasi yang disampaikan. Dengan adanya simbol berupa gambar yang sederhana ini dapat membuat masyarakat mengerti dan lebih paham. Gambar serta simbol yang digunakan pada perancangan ini dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4 Elemen Visual Dalam

Video

(10)

11

Selanjutnya yaitu produksi video. Pada tahap ini yang dilakukan adalah proses shooting langsung di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga dengan mengikuti konsep seperti pada storyline, storyboard, dan treatment. Proses pembuatan video ini menggunakan kamera DSLR. Proses ini, selain mengambil gambar untuk kebutuhan rancangan treatment, juga mengambil gambar berupa footage video sebagai stock yang akan digunakan untuk melengkapi video. Beberapa potongan proses pengambilan gambar di perpustakaan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Potongan Pengambilan Gambar

Tahap selanjutnya setelah proses pengambilan gambar, yaitu dilakukan proses editing untuk video. Disini proses penambahan animasi belum dilakukan, karena masih dikategorikan sebagai offline editing. Offline editing yang dimaksud disini adalah proses penggabungan video. Offline editing dilakukan bertujuan mempermudah dalm pemberian animasi. Proses offline editing dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Proses Offline Editing

(11)

12

Gambar 8 Proses Penggabungan Video dan Elemen Visual

Special effect merupakan efek-efek khusus yang diberikan pada gambar maupun video agar memberikan kesan menarik pada hasil akhirnya. Penambahan efek dilakukan setelah semua proses pengeditan video serta penggabungan elemen visual selesai. Efek-efek yang diberikan pada setiap scene bervariasi, namun tetap terkonsep dan saling berhubungan agar terlihat rapi pada transisi scene lainya dan juga memperlihatkan kesatuan dari alur perancangan ini. Efek yang diberikan pun dirancang simpel dan dapat menarik perhatian masyarakat untuk fokus pada video dan animasi. Penggunaan efek untuk menganimasikan elemen visual dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Pemberian Efek Dalam Video Perpustakaan

Setelah semua scene diberikan efek-efek, maka selanjutnya yang dilakukan adalah proses editing, dimana proses editing diberi nama proses online editing yaitu memberikan efek coloring pada video, serta menggabungkan scene yang terpisah sesuai dengan alur konsep video. Tambahan efek transisi pada video, membuat video terlihat lebih bagus. Online editing pada media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini dapat dilihat pada Gambar 10.

(12)

13

Gambar 10 Proses Online Editing

Penambahan backsound musik dilakukan setelah semua scene telah dirangkum menjadi satu. Media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah berbasis video infografis ini, hanya menggunakan backsound saja dan tidak menggunakan narasi, dikarenakan video informasi ini untuk memperjelas fasilitas yang ada dengan bentuk infografis yang dianimasikan. Sehingga dapat memberi kesan akan lebih fokus untuk melihat video tersebut. Backsound yang digunakan pada media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini adalah musik yang di-download dari website free to use. Video yang sudah ditambahkan backsound dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Proses Penambahan Backsound

(13)

14

dari Perpustakaan yang nantinya akan diimplementasikan pada layar LCD komputer Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga.

Selain media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis yang digunakan, terdapat juga media pendukung yang dapat membantu pemberian informasi. Media pendukung ini dibuat dengan tujuan agar media informasi berbasis video infografis yang telah dibuat dapat diketahui dan diingat oleh pengunjung maupun masyarakat umum dengan mudah. Media pendukung yang dirancang dalam bentuk poster. Pembuatan poster dinilai cukup efektif sebagai media pendukung, karena dapat ditempatkan atau ditempelkan di tempat-tempat strategis yang memungkinkan untuk dilihat dan dibaca. Selain itu poster juga merupakan salah satu elemen pendukung yang cukup penting dalam pendeskripsian video. Media pendukung dari media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Poster Media Pendukung Video

4. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan konsep dan perancangan sebelumnya maka langkah awal yaitu penggabungan kebutuhan informasi dalam bentuk video dari elemen visual, gambar dan simbol, animasi, sound serta video footage. Rancangan video yang dihasilkan disesuaikan dengan storyline, storyboard dan treatment agar video infografis memiliki alur yang jelas.

(14)

15

Gambar 13 Scene 1

Scene 2 adalah informasi berupa peminjaman loker dan pembuatan kartu anggota Perpustakaan dan Arsip Daerah. Setelah proses pendaftaran member, talent meminjam kunci loker dan diikuti animasi berupa informasi kegunaan loker. Setelah itu, talent menuju ke tempat pembuatan kartu anggota, pada saat itu video yang muncul adalah ketika proses untuk foto member dan diikuti animasi informasi tentang pembuatan kartu member yaitu syarat dan waktu pembuatan kartu anggota. Animasi berupa tanda centang pada simbol gambar pembuatan kartu anggota, diibaratkan jika semua sudah terpenuhi maka kartu anggota akan di proses kurang lebih 10 menit seperti pada informasi. Scene 2 dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Scene 2

Scene 3 menampilkan secara berurutan mulai dari ruang multimedia, ruang anak, layanan internet, dan ruang berkebutuhan khusus. Diruang tersebut terdapat video infografis berupa fasilitas yang tersedia. Animasi informasi tentang masing-masing ruangan tersebut memperjelas informasi mengenai layanan dan kegunaan. Scene 3 dapat dilihat pada Gambar 15.

(15)

16

Scene 4, menampilkan ruang referensi dan pusat koleksi buku Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Scene ini menjelaskan informasi tentang ruang referensi serta layanan dan fasilitias yang diberikan. Selanjutnya, pusat baca koleksi buku Perpustakaan, informasi dalam bentuk grafik perkembangan jumlah buku yang tersedia di Perpustakaan. Lalu, ditampilkan secara berurut jenis buku yang terdapat di Perpustakaan. Informasi mengenai penjelasan fasilitas tersebut di buat dalam bentuk animasi. Scene 4 dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Scene 4

Scene 5, menampilkan tempat untuk penelusuran informasi berupa komputer untuk mencari buku ataupun informasi buku apapun. Animasi ditampilkan untuk memberikan informasi kegunaan layanan penelusuran informasi tersebut. Selanjutnya, talent mencari buku kemudian menuju ke ruang baca, dan ditampilkan animasi informasi mengenai fasilitas yang ada disekitar ruang baca. Talent duduk dan membaca buku dan diikuti dengan animasi berupa informasi ruang baca tersebut. Scene 5 dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Scene 5

Scene 6 adalah proses peminjaman buku. Setelah selesai membaca buku, talent berjalan dan menuju ke tempat peminjaman buku. Disana dilayani oleh pegawai Perpustakaan yang bertugas lalu sambil dilayani ditampilkan informasi dalam animasi berupa proses peminjaman buku di Perpustakaan beserta jangka waktu yang diberikan untuk peminjaman. Selanjutnya, talent membawa buku dan mengambil tas di loker, kemudian keluar melaluii pintu keluar. Scene 6 dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Scene 6

(16)

17

Perpustakaan keliling dan diakhiri dengan visi dan misi Perpustakaan. Scene 7 dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19 Scene 7

Media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini diimplementasikan pada layar LCD pada komputer Perpustakaan sebagai informasi dan juga sebagai perkenalan mengenai fasilitas yang tersedia, bagi yang baru pertama kali berkunjung ke Perpustakaan. Pengimplementasian video informasi pada LCD komputer yang nantinya akan diputar pada komputer yang tersedia di Perpustakaan. Poster sebagai media pendukung akan diimplementasikan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Implementasi dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Implementasi Video dan Media Pendukung

(17)

18

Tabel 2 Pertanyaan Pengujian

Dari wawancara yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori. Kategori ini berdasarkan dari hasil tanggapan dan pernyataan pada setiap poin pertanyaan. Kategori hasil pengujian media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Pengujian Berdasarkan Kategori

(18)

19

yang jelas dan mudah dibaca mempermudah masyarakat untuk memahami informasi yang disampaikan. Informasi yang disajikan tidak terlalu padat sehingga terlihat teratur dan mudah dilihat. Maka dari itu, secara keseluruhan video infografis ini sangat menarik, tidak membosankan dan juga merupakan inovasi baru dalam penyampaian informasi. Dan menurut Kepala Seksi Bina dan Arsip Perpustakaan yaitu Bapak Shakti, beliau mengatakan bahwa sudah sesuai yang diharapkan, dimana informasi yang disampaikan sudah jelas dengan ditampilkan dalam bentuk video, serta konten informasi mengenai layanan dan fasilitas Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga sudah mewakili semua layanan dan fasilitas. Dari keseluruhan pendapat narasumber, mengatakan bahwa sudah sangat menarik dan lengkap, khususnya Perpustakaan sangat terbantu dalam upaya menyampaikan informasi fasilitas dan layanan secara keseluruhan.

Dari hasil pengujian, media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini sudah baik dan secara keseluruhan tampilan video infografis ini sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu dapat memberikan informasi yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat umum dan pengunjung Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga.

5. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perancangan media informasi di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, video infografis sebagai media informasi dapat membantu dan memahami informasi menjadi lebih mudah dan menarik. Selain itu media informasi berbasis video infografis ini dapat menjadi media baru dalam penyampaian informasi sekaligus memperkenalkan Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini, dapat memberi kesan tersendiri dalam pengenalan Perpustakaan serta dapat menarik minat masyarakat umum.

6. Daftar Pustaka

[1] Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. 2014.

http://www.persipda.salatigakota.co.id. Diakses tanggal 4 Juni 2014. [2] Zuk, Ryan. (2011). Invasion of the Infographics; Visual Makeovers Inspire

Digital Insight and Innovation. Public Relation Society of America. Tactics

[3] Pahlevi, Andreas S. 2013. Mendukung Aktifitas Corporate Social Responsibility De Tanjung, Yogyakarta: Institut Seni Indonesia [4] Mutrofin, Dini. 2014. Perancangan Media Sosialisasi Pentingnya ASI

bagi Ibu dan Balita Berbasis Infografis, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

[5] Estabrook, Leigh (Ed.). 1977. Libraries in Post Industrial Society. Phoenix(USA), Oryx Press.

(19)

20

[7] Sholifah, Jiadis S. 2012. Implementasi Teknik Motion graphic Pada Pembuatan Profil Multimedia Broadcasting. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

[8] Wicandra, Obed B. 2006. Peran Infografis Dalam Media Massa Cetak. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

[9] Pahlevi, Andreas S. 2013. Mendukung Aktifitas Corporate Social Responsibility De Tanjung, Yogyakarta: Institut Seni Indonesia

[10] Herdiansyah, H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Salemba Humanika.

[11] Keraf, G. 1984. Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.

[12] Hartanto, Deddi D. 2003. Pemilihan Tipografi Pada Judul Film. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

[13] Clarke, Valeri L. Colour Theraphy Healing. 1997.

http://www.colourtheraphyhealing.com/colour_theraphy.html. Diakses tanggal 29 Agustus 2014

Gambar

Gambar 2.
Tabel 1 Treatment Perancangan Video
Gambar 5 Gambar dan Simbol
Gambar 6 Potongan Pengambilan Gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Belum optimalnya pengelolaan aset daerah di Kota Salatiga diakibatkan oleh kurang disiplinnya pengguna aset sesuai dengan peraturan yang berlaku, kurangnya pengelola barang

Sebanyak 100% siswa menjawab bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan hal yang baru, dengan alasan belum pernah ada kegiatan percobaan

Keadaan ini membuat proses akademik yang ada di STTS tersebut belum efektif, terutama pada proses pengolahan data mahasiswa, data dosen dan pengolahan nilai, hal ini membuat

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada januari 2014 sampai pada penulisan penelitian ini dilakukan kepada sebagian para mahasiswa yang kuliah di UKSW pernah

Kemudian dari hasil wawancara dengan siswa Control Class, kelima siswa pada Control Class menyatakan hal yang hampir sama, bahwa guru kurang bervariasi dalam

terhadap pengelolaan sumber daya, Domain AI dalam pemeliharaan dan pengawasan TI belum terkelola dengan baik sehingga setiap perubahan yang terjadi, kurang

Berdasarkan jawaban tertulis dan hasil wawancara di atas dapat dideskripsikan bahwa subjek DF dengan kemampuan matematika tinggi kurang memahami konsep perkalian karena subjek telah

umat, dalam hal ini “NS” melihat bukan karena um at tidak mau melaporkan apa yang menjadi kebutuhannya melainkan belum memiliki ide untuk membuat program yang mengantisipasi