vii Universitas Kristen Maranatha
Abstrak
Setiap siswa memiliki tiga kebutuhan dasar dalam dirinya. Penting bagi siswa untuk memenuhi basic psychological need karena membuat siswa mengembangkan motivasi dan well-being. Parental structure merupakan salah satu parenting behavior yang dapat memfasilitasi untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh parental structure terhadap basic need satisfaction siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar“X” Bandung.
Kuesioner parental structure disusun berdasarkan Teori Farkas dan Grolnick (2010) dengan reliabilitas sebesar r = 0,758. Sedangkan kuesioner basic need satisfaction disusun berdasarkan Teori “Feeling I Have” oleh Deci dan Ryan (2010) dengan reliabilitas sebesar r = 0,716. Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji analisis regresi linear sederhana.
Berdasarkan penelitian pada 132 siswa SD kelas IV-VI ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan parental structure terhadap basic need satisfaction (R2 = 0,277, F = 49,704, dan ρ = 0,000). Parental structure pun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tiga komponen dari basic need satisfaction, yaitu need for autonomy (ρ = 0,000, F = 22,495), need for competence (ρ = 0,000, F = 45,106) dan need for relatedness (ρ = 0,000, F = 21,091).
viii Universitas Kristen Maranatha
Abstract
Each student has three psychological needs. It is important for students to satisfy the three psychological needs because it can make students develop motivation and well-being. Parental structure is one kind of parenting behavior that can facilitate students to fulfillment these needs. The purpose of this research is to know the influence of parental structure to the basic need satisfaction of students of class IV-VI in Elementary School "X" Bandung.
Parental structure questionnaire was prepared based on Farkas and Grolnick Theory (2010) with reliability of r = 0.758. While the basic need satisfaction questionnaire is based on "Feeling I Have" Theory by Deci and Ryan (2010) with reliability of r = 0.716. Data processing technique is done by using simple linear regression analysis test.
Based on a study of 132 elementary school students in grade IV-VI found that there is significant parental structure effect on basic need satisfaction (R2 = 0,277, F = 49,704, and ρ = 0,000). Parental structure also has a significant influence on the three components of basic need satisfaction, namely need for autonomy (ρ = 0,000, F = 22,495), need for competence (ρ = 0,000, F = 45,106) and need for relatedness (ρ = 0,000, F = 21,091).
ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1 Maksud Penelitian ... 10
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 10
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11
1.5 Kerangka Pikir ... 11
x
Universitas Kristen Maranatha
1.7 Hipotesis Penelitian ... 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parental Structure ... 22
2.1.1 Definisi Parental Structure ... 23
2.1.2 Perkembangan Parental Structure ... 23
2.1.3 Komponen Parental Structure ... 25
2.1.3.1 Clear and Consistent Rule, Guidance, and Expectations ... 25
2.1.3.2 Opportunities to Meet or Exceed Expectations ... 26
2.1.3.3 Predictability of Consequences for Action ... 26
2.1.3.4 Informational Feedback ... 26
2.1.3.5 Provision of Rationales for Rules and Expectations .. 27
2.1.3.6 Parental Authority ... 27
2.2 Basic Need Satisfaction ... 28
2.2.1 Jenis Kebutuhan Dasar Psikologis ... 29
2.2.1.1 Need for Autonomy ... 29
2.2.1.2 Need for Competence ... 30
2.2.1.3 Need for Relatedness ... 31
2.3 Keterkaitan antara Parental Structure dan Basic Need Satisfaction . 32 2.4 Perkembangan siswa SD kelas IV-VI ... 33
2.4.1 Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget ... 33
2.4.2 Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik Usia Sekolah (Sekolah Dasar – SD) ... 34
xi
Universitas Kristen Maranatha
2.4.4 Perubahan Perkembangan Dalam Relasi Orang Tua-Anak .... 36
2.4.4.1 Orang Tua Sebagai Manajer ... 38
2.5 Hubungan Antara Parental Structure dengan Basic Need Satisfaction ... 38
2.6 Perbedaan Secara Kritis Antara Control dan Structure ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 44
3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 44
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45
3.3.1 Definisi Konseptual Parental Structure ... 45
3.3.2 Definisi Operasional Parental Structure ... 45
3.3.3 Definisi Konseptual Basic Need Satisfaction ... 46
3.3.4 Definisi Operasional Basic Need Satisfaction ... 46
3.4 Alat Ukur ... 47
3.4.1 Alat Ukur Parental Structure ... 47
3.4.1.1 Deskripsi Alat Ukur Parental Structure ... 47
3.4.1.2 Skoring Alat Ukur Parental Structure ... 48
3.4.1.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Parental Structure ... 50
3.4.1.3.1 Validitas Parental Structure ... 50
3.4.1.3.2 Reliabilitas Parental Structure ... 50
3.4.2 Alar Ukur Basic Need Satisfaction ... 51
3.4.2.1 Deskripsi Alat Ukur Basic Need Satisfaction ... 51
xii
Universitas Kristen Maranatha 3.4.2.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Basic Need
Satisfaction ... 55
3.4.2.3.1 Validitas Basic Need Satisfaction ... 55
3.4.2.3.2 Reliabilitas Basic Need Satisfaction ... 55
3.5 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 56
3.6 Populasi dan Karakteristik Populasi ... 56
3.6.1 Populasi Sasaran ... 56
3.6.2 Karakteristik Populasi ... 56
3.7 Teknik Analisis Data ... 57
3.8 Hipotesis Statistik ... 59
BAB IV PHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 61
4.2 Hasil Data Deskriptif ... 63
4.3 Hasil Penelitian ... 68
4.3.1 Uji Analisis Parental Structure terhadap Basic Need Satisfaction ... 68
4.4 Pembahasan ... 70
4.4.1 Gambaran Parental Structure dan Basic Need Satisfaction ... 70
4.4.2 Pengaruh Parental Structure terhadap Basic Need Satisfaction 73 4.5 Diskusi ... 76
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan ... 79
xiii
Universitas Kristen Maranatha
4.2.1 Saran Teoritis ... 79
4.2.2 Saran Praktis ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Parental Structure ... 48
Tabel 3.2 Sistem Penilaian Kuesioner Parental Structure ... 49
Tabel 3.3 Gambaran Alat Ukur Basic Need Satisfaction ... 53
Tabel 3.4 Sistem Penilaian Kuesioner Basic Need Satisfaction ... 54
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 62
Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Kelas ... 62
Tabel 4.4 Gambaran Parental Structure Responden ... 63
Tabel 4.5 Gambaran Enam Komponen dari Parental Structure Responden ... 63
Tabel 4.6 Gambaran Basic Need Satisfaction Responden ... 64
Tabel 4.7 Gambaran Tiga Komponen Basic Need Satisfaction Responden ... 64
Tabel 4.8 Hasil Pengolahan Data Korelasi Komponen Parental Structure dengan Basic Need Satisfaction dan Komponen Basic Need Satisfaction ... 66
Tabel 4.9 Pengaruh Parental Structure Terhadap Basic Need Satisfaction ... 69
xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Kisi-kisi Alat Ukur Parental Structure ... L-1 Lampiran 2 Kisi-kisi Alat Ukur Basic Need Satisfaction ... L-7
Lampiran 3 Kata Pengantar Alat Ukur ... L-11 Lampiran 4 Surat Pernyataan Kesediaan ... L-12
Lampiran 5 Pernyataan Kesediaan Untuk Guru/Wali Kelas ... L-13 Lampiran 6 Kuesioner Parental Structure ... L-16 Lampiran 7 Kuesioner Basic Need Satisfaction ... L-20
Lampiran 8 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Parental Structure ... L-23 Lampiran 9 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Basic Need Satisfaction . L-32
Lampiran 10 Hasil Pengolahan Data Gambaran Parental Structure
Responden ... L-38
Lampiran 11 Hasil Pengolahan Data Gambaran Basic Need Satisfaction
Responden ... L-57 Lampiran 12 Hasil Pengolahan Data Pengaruh Parental Structure
terhadap Basic Need Satisfaction ... L-68 Lampiran 13 Hasil Pengolahan Data Pengaruh Parental Structure
terhadap Komponen Basic Need Satisfaction ... L-69 Lampiran 14 Uji Asumsi Klasik ... L-72 Lampiran 15 Hasil Pengolahan Data Korelasi Komponen Parental
Structure dengan Basic Need Satisfaction dan Komponen
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 secara jelas dicantumkan bahwa salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, bidang pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Sistem pendidikan nasional yang
ada di Indonesia diselenggarakan melalui dua jalur, yaitu pendidikan melalui jalur sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan melalui jalur sekolah terdiri
dari, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar dari pendidikan adalah sekolah dasar. Sesuai dengan tujuan operasional pendidikan untuk siswa SD,
dinyatakan di dalam Kurikulum Pendidikan Dasar yaitu memberi bekal kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SMP. Pentingnya pendidikan dasar membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa di Sekolah Dasar “X” Bandung. Sekolah Dasar “X” Bandung merupakan salah satu sekolah swasta yang mendapatkan akreditasi A. Di Sekolah Dasar “X” Bandung. Salah satu misi yang ada
di sekolah ini adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Di sekolah ini, siswa dinilai berdasarkan hasil dari nilai ujian harian, ujian semester dan
2
Universitas Kristen Maranatha Selain pendidikan melalui jalur sekolah, pendidikan juga bisa diberikan melalui jalur pendidikan luar sekolah, yaitu pendidikan yang diberikan oleh orangtua. Orangtua merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak. Di dalam keluarga,
orangtua berperan sebagai pendidik utama bagi anaknya, dimana orangtua harus bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Setiap orangtua pasti memiliki harapan terhadap
anaknya. Salah satu harapan yang dimiliki oleh hampir seluruh orangtua adalah harapan dibidang prestasi.
Lie Astuti (2016) mengungkapkan kebanyakan orangtua melihat prestasi sebagai hasil dari keberhasilan siswa dibidang akademik, siswa yang memiliki prestasi tinggi apabila di sekolah siswa mendapatkan nilai yang tinggi. Banyak orangtua yang
memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. Hal ini lumrah karena setiap orangtua pasti memiliki harapan bahwa siswa akan memiliki
prestasi dan masa depan yang lebih baik daripada mereka. Namun, tidak sedikit dari para orangtua yang terjebak dengan keinginan dan harapan mereka.
Pada beberapa kasus yang ditemui di Indonesia, kebanyakan orangtua
menuntut siswa untuk belajar berbagai keterampilan dan pintar di semua mata pelajaran tanpa mempertimbangkan apakah siswa suka atau tidak suka, siap atau tidak
siap. Selain itu, kebanyakan orangtua juga tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti apakah siswa memiliki kemampuan atau ketertarikan terhadap pelajaran atau keterampilan yang diharapkan oleh orangtuanya atau tidak, dan tidak jarang juga
banyak orangtua yang memaksakan anak untuk mempelajari keterampilan atau ahli dalam segala bidang pelajaran. Oleh karena itu, tidak jarang siswa datang ke sekolah
3
Universitas Kristen Maranatha yaitu siswa sering membolos, tidak mengerjakan PR, menyontek, serta tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru (Lie Astuti, 2016)
Ada banyak alasan mengapa orangtua menuntut siswa untuk berprestasi. Selain
dengan harapan agar siswa memiliki masa depan yang lebih baik daripada mereka, namun beberapa orangtua melakukan hal ini karena mereka ingin membanggakan anak
mereka dengan orang lain, seperti dengan teman mereka, tetangga atau bahkan saudaranya. Sehingga, ketika siswa tidak menunjukkan prestasi sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh orangtua maka orangtua seringkali terjebak dengan perasaan kecewa dan frustrasi dengan siswa. Orangtua tidak menyadari bahwa sikap ini dapat menimbulkan stress tersendiri bagi siswa.
Schiefelbaum dan Simmons (2002), dua ahli pendidikan mengatakan bahwa salah satu faktor yang memiliki peranan sangat penting dalam pencapaian prestasi
belajar siswa adalah latar belakang dan lingkungan keluarga. Lie Astuti (2016) menyatakan siswa yang tumbuh dalam asuhan orangtua yang mendukung siswa secara positif, kebanyakan siswa tersebut memiliki prestasi belajar akademik yang lebih baik.
Dalam rangka untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh siswa dibutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya, terutama dari orangtua.
Grolnick dan Ryan (2016) mengungkapkan orangtua memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap perkembangan siswa, tidak hanya karena mereka adalah tokoh paling kritis dalam penyediaan sumber daya, tetapi juga berperan paling sentral
dalam menciptakan konteks sosial dan emosional yang dihadapi siswa. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Tanpa dorongan dan
4
Universitas Kristen Maranatha rendah. Dengan demikian, orangtua memiliki pengaruh besar bagi akademik siswa. Salah satu bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh orangtua terhadap anaknya adalah dengan menciptakan lingkungan yang dapat mendukung siswa untuk
berkompetensi di sekolah melalui pemberian informasi, arahan, harapan dan umpan balik atau yang disebut dengan parental structure (Grolnick, 2003; Grolnick, Deci, &
Ryan, 1997).
Berdasarkan wawancara dengan 10 orangtua siswa kelas IV, V, dan kelas VI
di sekolah “X” Bandung, didapatkan hasil bahwa, seluruh orangtua siswa yang
diwawancarai memiliki berbagai macam harapan terhadap anaknya, terutama harapan dalam bidang akademik. 6 orangtua siswa (60%) menyatakan mereka memiliki
harapan agar siswa bisa memiliki prestasi disekolah, yaitu tidak hanya mendapatkan nilai diatas KKM, tapi orangtua juga berharap siswa bisa mendapatkan nilai yang
bagus (diatas nilai 80). Agar siswa bisa memenuhi harapan orangtua, orangtua siswa menerapkan struktur belajar bagi siswa, seperti menerapkan waktu belajar dan waktu bermain serta waktu tidur. Apabila siswa tidak mengikuti aturan yang ada dirumah,
maka orangtua akan memberikan hukuman secara verbal (memarahi) kepada siswa, bahkan orangtua juga tidak segan akan memberikan hukuman secara fisik (memukul)
apabila siswa sering melanggar aturan yang diterapkan dirumah. Selain itu, ketika siswa tidak mencapai nilai dalam bidang akademik yang sesuai dengan harapan orangtua, maka orangtua biasanya akan memarahi siswa agar siswa merasa takut dan
malu, dan kedepannya siswa menjadi rajin belajar dan bisa memenuhi harapan mereka. Ketika orangtua melihat siswa kesulitan dalam satu mata pelajaran tertentu, maka
5
Universitas Kristen Maranatha Sedangkan 4 orangtua siswa (40%) menyatakan mereka tidak terlalu menuntut siswa untuk berprestasi di sekolah, mereka hanya berharap siswa bisa mendapatkan nilai yang bagus (diatas nilai KKM), dimana kelak pengetahuan yang didapatkan siswa
di Sekolah Dasar (SD) ini dapat membantu siswa untuk berhasil dan sukses ketika dewasa nanti. Ketika siswa tidak memenuhi harapan orangtua, orangtua hanya
mengingatkan konsekuensi yang akan diterima apabila mereka terus menerus mendapatkan nilai dibawah KKM (tidak naik kelas atau tidak lulus), dan apabila siswa
tetap tidak memenuhi harapan orangtua maka siswa akan menanggung konsekuensi tersebut sendiri, orangtua bertugas hanya mengingatkan. Begitu juga dalam penerapan aturan, orangtua tidak menerapkan aturan dirumah, orangtua hanya mengingatkan saja
agar siswa belajar atau mengerjakan tugas, apabila siswa tidak mengerjakan tugas atau tidak belajar, orangtua hanya mengingatkan saja konsekuensi dari perilaku mereka,
namun keputusan untuk belajar atau mengerjakan tugas ada di tangan siswa. Selain itu, ketika siswa mengalami kesulitan, maka orangtua akan mengajari siswa sendiri.
Berdasarkan wawancara dengan orangtua, terlihat bahwa setiap orangtua
memiliki cara tersendiri dalam menciptakan struktur lingkungan bagi siswa. Struktur lingkungan sangat penting dalam membantu siswa untuk mencapai keberhasilan
terutama di sekolah. Grolnick dan Pomerantz (2005), mengungkapkan ketika orangtua menciptakan struktur belajar yang secara optimal menantang bagi siswa, maka secara alami siswa akan menggunakannya untuk meningkatkan keterampilan dan untuk
menginternalisasikan aturan dan harapan yang diterapkan oleh orangtua sebagai proses dari perkembangan motivasi intrinsik pada siswa. Dengan demikian orangtua memiliki
6
Universitas Kristen Maranatha Untuk mengembangkan motivasi intrinsik siswa di sekolah, penting bagi siswa untuk memenuhi seluruh kebutuhan dasar siswa agar siswa merasa kompeten dalam bidang pendidikan, autonomous dan related. Dalam handbook of motivation at School
dijelaskan bahwa parental structure merupakan salah satu bentuk parenting yang dapat memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar siswa atau yang disebut dengan basic
need.
Setiap individu memiliki tiga kebutuhan dasar psikologis, yaitu need for
autonomy, need for competence dan need for relatedness. Penting bagi siswa untuk
memenuhi ketiga kebutuhan ini karena kebutuhan ini tidak hanya mempengaruhi terbentuknya motivasi intrinsik siswa, namun Deci & Ryan (2000) menjelaskan ketika
ketiga kebutuhan ini terpenuhi, maka individu akan menampilkan persistence dan menampilkan perilaku engagement serta keyakinan tentang kompetensi yang dimiliki
untuk mencapai hasil yang diinginkan (Harter, 1982). Ketika siswa yang menampilkan perilaku engagement di sekolah, maka siswa akan menyumbang academic outcome melalui partisipasi aktif anak akan belajar yang terbaik. Selain itu, melalui pemenuhan
kebutuhan dasar tersebut siswa dapat mengembangkan adjustment di sekolah. Namun ketika kebutuhan dasar siswa tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan siswa menjadi
maladjustment dan lack of motivation (Skinner, et al., 1990).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 30 siswa SD di Sekolah “X”
Bandung, diperoleh data sebagai berikut: 22 orang siswa (73,3%) menyatakan bahwa
mereka tidak bisa bebas mengungkapkan ide dan pendapatnya kepada orangtua karena orangtua menuntut siswa untuk mematuhi aturan yang ditetapkan oleh orangtua di
7
Universitas Kristen Maranatha tempat bimbingan belajar atau tidak belajar di jam yang telah ditetapkan oleh orangtua untuk belajar, maka siswa akan mendapatkan hukuman dari orangtua. Sedangkan 8 orang siswa lainnya (26,7%) menyatakan bahwa mereka diberikan kesempatan oleh
orangtua untuk mengungkapkan ide dan pendapatnya kepada orangtua terhadap aturan yang ditetapkan oleh orangtua dan orangtua tetap memberikan hukuman apabila siswa
tidak mematuhi aturan. Meskipun demikian, orangtua masih bisa diajak berdiskusi mengenai aturan yang diterapkan dirumah, ketika siswa mengungkapkan ide dan
pendapatnya, orangtua tidak langsung menunjukkan ekspresi tidak menyenangkan, dan mau mendengarkan penjelasan siswa sampai selesai.
21 orang siswa (70%) menyatakan bahwa mereka seringkali merasa berhasil
untuk melakukan apa yang menjadi tugas mereka, hal ini dikarenakan aturan yang ditetapkan oleh orangtua untuk memfasilitasi mereka agar bisa menyelesaikan apa
yang menjadi tugas mereka, selain itu orangtua akan memberikan bantuan kepada siswa apabila siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya, dan orangtua juga memberikan pujian terhadap apa yang telah dicapai oleh
siswa. Sedangkan 9 orang siswa lainnya (66,7%) menyatakan bahwa mereka seringkali merasa tidak berhasil melakukan apa yang menjadi tugas mereka. Mereka
mempersepsi bahwa orangtuanya menetapkan aturan secara jelas, namun aturannya tidak konsisten, sehingga siswa tidak mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan oleh siswa, selain itu orangtua juga tidak memberikan pujian apabila siswa
mencapai sesuai dengan yang diharapkan oleh orangtua.
27 orang siswa (90%) menyatakan bahwa orang-orang yang ada di sekeliling
8
Universitas Kristen Maranatha disekitarnya tidak menyayangi dan peduli terhadap mereka, siswa menyatakan setiap mereka melakukan apa yang diinginkan oleh orangtua, orangtua tidak memberikan pujian, sedangkan ketika mereka tidak menuruti aturan yang diterapkan oleh orangtua,
orangtua pasti memberikan hukuman kepada siswa. Selanjutnya, seorang siswa (3,3%) menyatakan terkadang orang-orang yang ada di sekitarnya menyayangi dan peduli
terhadap mereka dan terkadang tidak, siswa menyatakan terkadang orangtua tidak memberikan tindakan tegas agar siswa mau mengikuti aturan yang diterapkan oleh
orangtua.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa siswa memiliki penghayatan yang bervariasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Pemenuhan kebutuhan dasar dalam diri siswa difasilitasi oleh lingkungan yang diorganisasikan oleh orangtua kepada siswa. Setiap siswa mempersepsi
pengorganisasian lingkungan dalam bentuk aturan dan harapan yang diterapkan oleh orangtua secara berbeda. Hal ini berarti dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa, siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai organisasi lingkungan yang
dilakukan oleh orangtua dalam bentuk aturan dan harapan. Melihat hasil survey awal ini, peneliti menjadi tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apakah terdapat pengaruh
parental structure terhadap basic need satisfaction.
Selain itu, dengan adanya parental structure yang dihayati oleh siswa SD, hal ini bisa berdampak terhadap school engagement. Parental structure merupakan salah
satu strategi penting yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai kesuksesan di sekolah. Namun, saat ini, penelitian mengenai parenting belum banyak berkembang,
9
Universitas Kristen Maranatha yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara parental structure dengan school engagement. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Astrid Patricia
tahun 2012 yang menyatakan bahwa perilaku orang tua dalam mengorganisasikan
lingkungan dalam bentuk aturan dan harapan yang jelas dan konsisten memberi pengaruh pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran kegiatan akademik dan
non-akademik di sekolah. Selain itu, didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Connel dan Welborn (1991) bahwa ketika need for autonomy, need for
competence, dan need for relatedness siswa terpenuhi maka dapat memprediksi school
engagement mereka.
Siswa yang memiliki persepsi yang tinggi terhadap structure yang
diorganisasikan oleh orangtua dapat memfasilitasi siswa untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam dirinya. Penting bagi siswa untuk memenuhi kebutuhan dasar ini, karena
pemenuhan kebutuhan dasar ini berpengaruh terhadap keterlibatan siswa di sekolah. Ketika kebutuhan dasar terpenuhi, maka dapat memfasilitasi siswa untuk termotivasi dalam hal pendidikan dan adjustment di sekolah yang nantinya dapat membuat siswa
menjadi terlibat dalam pembelajaran di sekolah dan nantinya siswa dapat mencapai well-being. Ketika siswa menghayati bahwa dirinya memiliki kebebasan untuk
memilih, menghayati dirinya memiliki kompetensi yang secara efektif dapat mempengaruhi lingkungan dan menghayati memiliki keterhubungan dengan lingkungan sosial dapat membuat siswa menjadi terlibat (engage) dalam pembelajaran
di sekolah. Keterlibatan siswa di sekolah merupakan bentuk dari school engagement. Oleh karenanya peneliti melihat pentingnya untuk melakukan penelitian
kuantitatif mengenai “Pengaruh Parental Structure terhadap Basic Need Satisfaction
10
Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Parental Structure dan Basic Need Satisfaction pada
siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memperoleh data dan gambaran mengenai pengaruh antara Parental Structure dan Basic Need Satisfaction pada siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui derajat pengaruh antara Parental Structure terhadap Basic Need Satisfaction pada siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis yang dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam mengenai pengaruh antara Parental Structure
terhadap Basic Need Satisfaction.
2. Memberikan informasi ilmiah kepada peneliti lain mengenai Parental Structure dan
11
Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Memberikan informasi kepada peneliti lain mengenai Parental Structure dengan
kaitannya terhadap Basic Need Satisfaction pada siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung. Informasi ini dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam
mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.
2. Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah mengenai gambaran pengaruh
Parental Structure terhadap Basic Need Satisfaction pada siswa kelas IV-VI di
Sekolah Dasar “X” Bandung untuk diinformasikan kepada orangtua.
3. Memberikan informasi kepada orangtua siswa mengenai pentingnya peranan
orangtua dalam mengorganisasikan struture dalam memfasilitasi Basic Need Satisfaction pada siswa dalam kaitannya dengan motivasi intrinsik siswa.
1.5 Kerangka Pikir
Setiap individu, termasuk siswa SD kelas IV hingga kelas VI memiliki tiga
kebutuhan mendasar yang sudah ada sejak lahir (basic psychological needs), yaitu: kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy), kebutuhan untuk kompeten (need for
competence), dan kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain (need for
relatedness).
Kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy) merupakan kebutuhan dimana
siswa merasa bahwa dirinya mampu memilih, serta merasa bebas secara psikologis ketika sedang beraktivitas dan memiliki persepsi bahwa segala sesuatu berasal dari
12
Universitas Kristen Maranatha dilihat ketika siswa terlibat pada kegiatan yang menarik berdasarkan rasa kesenangan dan kenikmatan yang dirasakan oleh siswa ketika melakukan kegiatan tersebut, yaitu berdasarkan arti penting dan nilai dari kegiatan tersebut, misalnya, siswa mengikuti
bimbingan belajar karena siswa tahu bahwa dengan mengikuti bimbingan dapat membantu siswa untuk lebih memahami pelajaran. Keterlibatan siswa dalam suatu
kegiatan ini merupakan motivasi intrinsik. Grolnick dan Pomerants (2009) setuju bahwa penting bagi orangtua untuk mengkomunikasikan pedoman dan peraturan
tentang perilaku yang sesuai. Deci dan Ryan (2017) mengungkapkan, orangtua dapat mengorganisasikan struktur lingkungan bagi siswa dengan dua acara, yaitu dengan cara controlling (dengan cara menekan dan mengendalikan siswa) atau dengan cara
autonomy-support (mengajak siswa untuk menegosiasikan lingkungan dengan cara
yang tepat, yang cukup mendukung dan mempromosikan internalisasi.). Ketika
orangtua mengorganisasikan struktur dengan cara autonomy-support maka dapat mendasari terpenuhinya need for autonomy.
Kebutuhan untuk kompeten (need for competence), merupakan kebutuhan
dimana siswa merasa berhasil dan efektif serta mendapatkan kesempatan untuk melakukan dan menunjukan kapasitas diri. Sumber daya motivasi yang berpusat di
sekitar kekhawatiran kompetensi apakah siswa percaya bahwa mereka memiliki kontrol atas hasil dan apakah mereka melihat diri mereka sebagai mampu atau tidak kompeten (Bandura, 1977; Dweck, 1991 thos Skinner, 1996; Weisz, 1986). Dengan
demikian, perceived control dan perceived competence yang dirasakan siswa merupakan sumber daya motivasi yang terhubung dengan pemuasan kebutuhan
13
Universitas Kristen Maranatha menginternalisasikan regulasi sebagai bagian dari perkembangan motivasi intrinsik yang nantinya dapat membuat siswa mencapai well-being. Siswa merasa bahwa needs for competence yang ada dalam dirinya terpuaskan apabila orangtua ikut terlibat dalam
kegiatan akademik siswa, orangtua memiliki informasi yang berhubungan dengan kegiatan akademik, orangtua memberikan feedback kepada siswa saat membantu
siswa dalam mengerjakan PR atau belajar.
Kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain (need for relatedness)
merupakan kebutuhan dimana siswa merasa terhubung dengan orang lain, seperti halnya menjadi anggota dalam sebuah kelompok. Pengalaman relatedness atau keterkaitan melibatkan perasaan dimana siswa merasa aman dalam hubungan mereka
dan merasa layak cinta dan hal positif (Bretherton, 1985; Crittenden, 1990). Dengan demikian, pengalaman keterkaitan dapat dilihat dalam arti anak-anak berharga dan
keamanan dengan diri mereka sendiri dan orang lain. Ketika siswa merasa terhubung dengan orang lain dan merasa bahwa mereka dicintai dan penting bagi orang lain, mereka akan menunjukkan usaha partisipasi dan ketekunan di dalam kelas (Murdock,
1999). Dengan cara ini, sumber motivasi mengakibatkan pola tindakan yang melibatkan afeksi, perhatian, dan perilaku yang mencakup keterlibatan-antusias,
fokus, dan partisipasi belajar penuh tujuan. Siswa yang merasa bahwa needs for relatedness yang ada dalam dirinya terpuaskan apabila orangtua ikut hadir ketika ada
kegiatan pentas anak, orangtua menunjukkan perhatiannya kepada anak, hal ini akan
membuat siswa merasa bahwa dirinya tidak sendirian. Ketika orangtua menetapkan aturan dan harapan secara jelas dan konsisten, siswa memiliki persepsi bahwa ketika
14
Universitas Kristen Maranatha Menurut model dari Self-Determination (Deci & Ryan, 2001), ketiga kebutuhan dasar tersebut bersifat universal, dimana pemenuhan ketiga kebutuhan dasar dapat menghasilkan positive outcomes dalam bidang pendidikan. Selain akan
memberikan positive outcome pada siswa, pemenuhan ketiga kebutuhan dasar tersebut dapat mempengaruhi terbentuknya motivasi siswa. Motivasi adalah sesuatu yang
melibatkan energi, persistensi, arah dan tujuan akhir (Deci & Ryan, 2000). Motivasi merupakan salah satu determinan paling penting dari keberhasilan dan kegagalan
siswa di sekolah, sehingga menurut Ryan & Connell (1989), penting untuk memperhatikan motivasi yang dimiliki oleh siswa. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi siswa ini penting untuk mengembangkan motivasi, terutama motivasi intrinsik dalam
diri siswa.
Dalam pendidikan, penting bagi siswa untuk memiliki motivasi intrinsik.
Ketika siswa memiliki motivasi intrinsik maka siswa akan merasa tertarik dan senang dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa menjadi terlibat dalam aktivitas pembelajaran di sekolah (Ryan & Deci, 2009). Bentuk keterlibatan siswa di sekolah
dikenal dengan istilah school engagement. Penting bagi siswa untuk memiliki school engagement karena engagement dapat menjadi kunci untuk menghilangkan sikap
apatis siswa dan meningkatkan kualitas belajar di sekolah (Fredricks et al., 2004). Menurut Deci & Ryan (2000) selain menampilkan perilaku engagement, siswa akan memiliki keyakinan tentang kompetensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang
diinginkan (Harter, 1982).
Tetapi siswa akan menjadi maladjustment dan lack of motivation apabila ketiga
15
Universitas Kristen Maranatha siswa terhadap competence, autonomy dan relatedness agar siswa dapat berfungsi secara optimal, termasuk dapat mengekspresikan keterlibatan di sekolah. Dukungan dari konteks sosial bisa berasal dari lingkungan sekolah, seperti guru dan teman di
sekolah, namun dukungan bisa juga berasal dari lingkungan keluarga terutama orangtua.
Orangtua memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan kepada siswa. Siswa SD kelas IV hingga kelas VI berada pada tahap perkembangan
kanak-kanak pertengahan dan akhir. Memasuki tahap perkembangan ini, Siswa SD kelas IV-VI akan mengalami perubahan hubungan antara siswa dan orangtua, hal ini dikarenakan semakin sedikitnya waktu yang diluangkan orangtua untuk bersama-sama
dengan siswa. Meskipun orangtua meluangkan waktunya lebih sedikit untuk siswa, namun orangtua tetap sangat penting dalam kehidupan siswa dalam mendukung dan
mendorong siswa dalam pencapaian akademik (Ghupta, et al., 2008 & Bentley, 2010; Huston & Ripke, 2006). Nilai yang diberikan oleh orangtua terhadap pendidikan dapat memberikan perbedaan besar dalam prestasi siswa di sekolah.
Orangtua tidak hanya mempengaruhi prestasi di sekolah, namun juga orangtua membantu siswa dalam membuat keputusan tentang aktivitas di luar sekolah.
Partisipasi siswa dalam aktivitas seperti olah raga, musik dan aktivitas lainnya sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua mendukung partisipasi siswa di sekolah (Simpkin, et al., 2006). Selain itu, orangtua juga memiliki peran sebagai manajer untuk
mengatur kesempatan-kesempatan yang dimiliki oleh siswa dalam rangka mencapai prestasi di sekolah, seperti mengawasi perilaku siswa, dan juga sebagai inisiator sosial
16
Universitas Kristen Maranatha Parental structure merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan oleh
orangtua untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar dalam diri siswa. Grolnick dan koleganya (Grolnick, 2003; Grolnick, et al., 1997) merujuk dimensi parenting ini
sebagai, sejauh mana orangtua menetapkan structure dengan menyediakan dan mengorganisasikan lingkungan yang dapat memfasilitasi kesuksesan bagi anak.
Lingkungan yang distruktur oleh orangtua meliputi arahan yang jelas (clear guidelines), harapan (expectations), dan aturan (rules) serta konsekuensi yang dapat
diprediksi dan umpan balik yang jelas bagi anak (Farkas & Grolnick, 2010). Parental structure dapat memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh siswa tentang
bagaimana agar siswa bisa mencapai hasil yang diinginkan dan menghindari yang
tidak diinginkan. Secara umum, parental structure merupakan aturan dan harapan orangtua kepada siswa, dimana aturan dan harapan dari orangtua ini dapat membantu
untuk mengembangkan kompetensi dan kepercayaan diri untuk usaha siswa di sekolah.
Untuk mengetahui parental structure yang diberikan oleh orangtua terhadap
anak yang merupakan siswa kelas IV-VI di SD “X” akan dilihat berdasarkan enam komponen yang menjadi bagiannya (Grolnick dan Farkas, 2010). Clear and consistent
guidelines, rules, and expectations, berkaitan dengan aturan, pedoman, dan harapan
orang yang berhubungan dengan pendidikan secara jelas dan konsisten yang ditetapkan oleh orangtua. Predictability of consequences for action, berkaitan
kekonsistenan dalam menetapkan disiplin yang diterapkan kepada siswa khususnya saat memberikan konsekuensi. Informational feedback, berkaitan pemberian umpan
balik yang sifatnya konstruktif mendukung siswa dalam pendidikannya. Opportunities to meet expectations, berkaitan dengan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk
17
Universitas Kristen Maranatha rules and expectations, berkaitan dengan ada tidaknya alasan yang diberikan oleh
orangtua mengenai pentingnya harapan dan aturan yang ada. Parental authority, berkaitan dengan orangtua menujukkan kejelasan mengenai perannya sebagai figur
otoritas dan peran ini dapat digunakan pada saat siswa melanggar aturan beberapa kali. Parental structure memiliki efek yang positif dengan bagaimana siswa
mencapai prestasi (Grolnick and Ryan, 1989), siswa yang memiliki high level of structure, yaitu siswa menerapkan arahan, limit setting dan aturan serta secara
konsisten mengikuti arahan, limit setting dan aturan, siswa memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan mampu mengendalikan performa mereka di sekolah dibandingkan siswa dengan low level of structure. Di dalam parenting tersebut terdapat interaksi
dalam konteks sosial dimana dapat dilihat apakah lingkungan mampu memenuhi needs of autonomy, competence, and relatedness seseorang (Connell & Wellborn, 1991).
Bempechat dan Shernoff (dalam Christenson, 2012), menjelaskan bahwa orangtua merupakan lingkungan terdekat bagi siswa dan memiliki pengaruh besar bagi kegiatan akademik siswa. Menciptakan lingkungan yang dapat mendukung siswa
untuk berkompetensi melalui pemberian informasi, arahan, harapan dan umpan balik atau yang disebut dengan parental structure merupakan salah satu bentuk dukungan
yang diberikan oleh orangtua. Dalam handbook of competence and motivation menjelaskan tentang structure yang diterapkan oleh orangtua. Ketika orangtua menyediakan struktur yang secara optimal menantang bagi siswa sehingga secara tidak
sadar siswa akan menggunakan struktur tersebut untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dan menginternalisasikan regulasi sebagai bagian dari
perkembangan motivasi intrinsik yang nantinya dapat membuat siswa mencapai well-being. Hal tersebut bisa dicapai ketika ketiga kebutuhan dasar siswa terpenuhi. Ketika
18
Universitas Kristen Maranatha dirinya memiliki kompetensi yang secara efektif dapat mempengaruhi lingkungan dan menghayati memiliki keterhubungan dengan lingkungan sosial dapat membuat siswa menjadi terlibat (engage) dalam pembelajaran di sekolah.
Dengan melihat uraian diatas, maka pengaruh parental structure terhadap basic need satisfaction pada siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung dapat
19
Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir
Siswa atau Siswi Kelas IV-VI di Sekolah Dasar
“X” Bandung
Aspek:
- Clear and consistent guidelines, rules, and expectations.
- Predictability of consequences for action.
- Informational feedback. - Opportunities to meet
expectations.
- Provision of rationales for rules and expectations.
- Parental authority
Basic Need Satisfaction Parental Structure
Tiga jenis kebutuhan dasar psikologis manusia:
20
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi
Berdasarkan kerangka pemikiran sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa asumsi, yaitu:
Siswa SD kelas IV-VI masih membutuhkan orangtua untuk membantu siswa
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal untuk mencapai
kesuksesan dalam hal pendidikan.
Parental structure merupakan salah satu strategi yang dapat membantu siswa untuk
mencapai kesuksesan.
Setiap Siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar “X” memberikan persepsi terhadap
perilaku orangtua yang mencerminkan parental structure yang berbeda-beda. Setiap siswa memiliki derajat pemenuhan basic need yang berbeda.
Parental structure dapat memfasilitasi siswa dalam pemenuhan basic need-nya.
Terdapat hubungan positif antara parental structure dan basic need satisfaction.
1.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, diperoleh
hipotesis sebagai berikut: Hipotesis mayor:
Terdapat pengaruh parental structure terhadap basic need satisfaction pada siswa kelas IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung.
Hipotesis minor:
1. Terdapat pengaruh parental structure terhap need for autonomy pada siswa kelas
IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung.
2. Terdapat pengaruh parental structure terhap need for competence pada siswa kelas
21
Universitas Kristen Maranatha 3. Terdapat pengaruh parental structure terhap need for relatedness pada siswa kelas
79 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari pembahasan mengenai pengaruh parental structure terhadap basic need satisfaction (need for autonomy, need for competence, dan need for relatedness) pada
siswa SD kelas IV, V, dan VI di sekolah “X” Bandung, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan parental structure terhadap basic need satisfaction siswa SD kelas IV, V, dan VI di sekolah “X” Bandung.
2. Terdapat pengaruh yang siginifikan parental structure terhadap pemenuhan need for autonomy pada siswa SD kelas IV, V, dan VI di sekolah “X” Bandung.
3. Terdapat pengaruh yang siginifikan parental structure terhadap pemenuhan need
for competence pada siswa SD kelas IV, V, dan VI di sekolah “X” Bandung.
4. Terdapat pengaruh yang siginifikan parental structure terhadap pemenuhan need
for relatedness pada siswa SD kelas IV, V, dan VI di sekolah “X” Bandung.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoritis
1. Memberikan informasi bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi
pendidikan mengenai parental structure dan basic need satisfaction pada siswa kelas IV, V, dan VI di sekolah “X” Bandung.
2. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai
80
Universitas Kristen Maranatha 3. Sebagai acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan dengan
meneliti secara bersama-sama tiga dimensi parenting (autonomy-support, structure, dan involvement) dengan basic need satisfaction dengan cangkupan yang
lebih luas.
5.2.2 Saran Praktis
Memberikan informasi dan gambaran kepada pihak sekolah, terutama kepada Kepala Sekolah SD “X” Bandung mengenai basic need dan bagaimana pentingnya
pemenuhan basic need terhadap prestasi siswa, dimana informasi didapat disampaikan
dan didiskusikan kepada orangtua melalui psikoedukasi dengan materi parenting yang dirancang oleh sekolah yang berkaitan dengan parental structure untuk pemenuhan
PENGARUH PARENTAL STRUCTURE TERHADAP BASIC
NEED SATISFACTION PADA SISWA KELAS IV-VI
DI SEKOLAH DASAR
“X” BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha
Oleh:
YESIKA NATHASIA PERMADI
NRP: 1330120
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan bagi Tuhan Yesus, atas berkat dan kasih-Nya yang besar, penulis mampu menyelesaikan Mata Kuliah Skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari tugas penelitian ini adalah
“Pengaruh Parental Structure terhadap Basic Need Satisfaction pada Siswa kelas
IV-VI di Sekolah Dasar “X” Bandung”
Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah disusun ini belum sempurna. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun perbaikan penelitian ini.
Dalam melakukan penyusunan penelitian, penulis menerima bantuan,
bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan selama pengerjaan penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
2. Dra. Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psikolog selaku dosen koordinator mata kuliah
Usulan Penelitian dan Skripsi.
3. Jane Savitri, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang selalu
meluangkan waktu, sabar, dan mampu memberikan arahan kepada penulis untuk memulai dan dapat terus bersemangat dalam mengerjakan penelitian ini.
4. Destalya Anggrainy, S.Psi., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan serta arahan kepada penulis
vi
5. Kepala sekolah dan para siswa SD di sekolah “X” Bandung yang telah membantu
penulis dalam proses tryout dan pengambilan data penelitian ini.
6. Kedua orangtua penulis yang secara langssung maupun tidak langsung
memberikan semangat, dukungan dan fasilitas sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi.
7. Anggraeni Cahyaningtyas, Mona Sabrina, Cindy Dewi, Rama Bhawana,
Milawati, Ria Amrukustianda, Suseno, dan Yonathan dan teman-teman lainnya terima kasih atas bantuan, saran dan dorongannya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
8. Senior penelitian payung dan teman-teman psikologi yang turut membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2013, terima kasih atas bantuan, saran,
dan dorongannya kepada penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mungkin namanya tidak disebutkan. Terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bandung, Mei 2017
81 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Appleton, J.J., Christenson S.L., & Furlong M.J. (2008). Student Engagement With School: Critical Conceptual and Methodological Issues of the Construct. ______: Wiley Periodicals, Inc.
Astuti, Iie. (2016). Quality Time With Kids, Cerdas Kilat Tingkatkan Prestasi Belajar dan Semakin Dekat dengan Anak. Yogyakarta : C.V Andi Offset
Chandra, Tisna. (2007). Who am I as A Parent curhatan Orangtua. Jakarta: PT. Serampi Ilmu Semesta
Christenson, S.L., Reschly, A.L. (2010). Check & connect: enhancing school completion through student engagement. Dalam Doll B, Pfohl W, Yoon J (eds). Handbook of youth prevention science. New York: Routledge; (327–348) Christensen, S.L., Reschly, A.L., & Wylie, C. (2012). Handbook of Research on
Student Engagement. New York: Springer Science + Business media.
Connell, J.P., & Wellborn. J.G. (1991). Competence, Autonomy, and Relatedness: A motivational Analysis of Self-esteem Process. Dalam M. Gunnar & L.A Sroufe (Eds.), Minnesota Symposium on Child Psychology. Vol. 23. Self Process in Development (43-47). Chicago: University of Chicago Press.
Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2000). The “What” and “Why” of Goal Pursuits: Human Needs and The Self-determination of Behavior. Psychological inquiry, 11(4), 227-268. Diunduh dari http://www.jstor.org/.
Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2000). The Darker and Brighter Sides of Human Exsistence: Basic Psychological Needs as a Unifying Concept. Psychological inquiry. Diunduh pada tanggal 08 July 2015
Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2001). Need Satisfaction, Motivation, and Well-Being In Work Organizations of a Former Eastern Bloc Country: A Cross-Cultural Study of Self-Determination. Society for Personality and Social Psychologi, inc. Deci, E.L., & Vansteenkiste, M. (2004). Self-determination Theory and Basic Need
Satisfaction: Understanding Human Development in Positive Psychology. Ricerche di Psicologia, 27, 23-40.
Deci, E.L., & Ryan, R.M. (2008). Facilitating Optimal Motivation and Psychological Well-Being Across Life’s Domains. Canadian Psychology, 49(1), 14-23. DOI 10.1037/0708-5591.49.1.14.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
82
Universitas Kristen Maranatha Farkas, M.S. & Grolnick, W.S. (2010). Examining the components and concomitants
of parental structure in the academic domain. Motivation and Emotion, 34, 266-279. DOI 10.1007/s1 1031-0100917607.
Grolnick, W.S. (2009). The Role of Parents in Facilitating Autonomous Self-Regulation for Education. USA: Clark University.
Grolnick, W.S., Farkas, M.S. (2010). Examining the Components and Concomitants of Parental Structure in the Academic Domain. USA: Springer Science+Business Media.
Grolnick, W.S., Ryan, R.M. (1989). Parent Styles Associated with Children’s Self Regulation and Competence in School. Journal of Educational Psychology, 81 (2), 143-154.
http://www.selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/1989_GrolnickRyan. pdf.
Grolnick, W.S., Wellborn J.G. (1988). Handbook of Research on Student Engagement. New York: Springer Science+Business Media.
Himpsi. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.
Pomerantz, E.M., Grolnick, W.S., & Price, C.E. (2005). The Role of Parents in How Children Approach Achievement-chapter 15 (Handbook of Competence and Motivation). New York: The Guilford Press.
Reeve, J. (2002). Self-determination Theory Applied to Educational Settings. Dalam E.L. & R.M. Ryan (Eds.), Handbook of Self-Determination Research (pp. 183-203).
Ryan, R.M., & Deci, E.L. (2017). Self-Determination Theory: Basic Psychological Needs in Motivation, Development, and Wellness. New York : The Guilford Press.
Ryan, R.M., & Deci, E.L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations Classic Definitions and New Directions. Journal of Educational Psychology, 25, 54-67. DOI: 10.1006/ceps. 199.1020.
Ryan, R.M., & Deci, E.L. (2002). Overview of Self-Determination Theory: An Organismic Dialectical Perspective. Dalam Deci, E. L., & Ryan, R. M (Eds.), Handbook of Self-Determination Research (pp. 3-33). New York : University of Rochester Press.
Santrock, J.W. (2012). Adolescence 6th. Jakarta: Erlangga.
Santoso, S. (2015). Menguasai SPSS 22 from basic to expert skills. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
83
Universitas Kristen Maranatha Sugiyono. (2003). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta
84 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Abdul, Wahab. (2015). Pengertian & Contoh Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal. (Online). (http://www.gurupantura.com/2015/05/pendidikan-formal-nonformal-informal.html, diakses 31 Agustus 2016).
Dinas Pendidikan Kepulauan Riau. Pentingnya Pendidikan Sekolah Dasar. (Online). (http://disdik.kepriprov.go.id/index.php/86-sd-mi/213-pentingnya-pendidikan-sekolah-dasar, diakses 31 Agustus 2016).
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Juni 2000. Pedoman Penulisan Skripsi. Bandung.
Harbun School. Pentingnya Pendidikan Sekolah Dasar. (Online). (http://harbun-school.com/pentingnya-pendidikan-sekolah-dasar-detail-17007.html, diakses 31 Agustus 2016).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah Dasar. (Online). (http://www.kemdikbud.go.id/main/sekolah-dasar, diakses 31 Agustus 2016). Nadyarini, Patricia Astrid. (2016). Pengaruh Parental Structure Terhadap School
Engagement Siswa SMP “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Program Sarjana
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Nugroho, Whisnu. (2016). Studi Peran Parent Involvement terhadap Basic Need
Satisfaction pada Siswa SD “X” kelas IV, V, dan VI Kota Bandung. Skripsi.
Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Rachman, Sc. (2015). Pengertian dan Tujuan Pendidikan di Sekolah Dasar. (Online). (https://disdik.bekasikab.go.id/berita-pengertian-dan-tujuan-pendidikan-di-sekolah-dasar.html, diakses 31 Agustus 2016).
Soetanto, Anzella Winda. (2016). Pengaruh Parental Structure terhadap School Engagement pada Siswa Kelas IV, V, dan VI di SD "X" Kota Bandung. Tesis. Bandung: Program Magister Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Tjio, Iletta Nathania Tjioe dan Rini Hildayani. Pengaruh Parental Autonomy Support, Parental Involvement, dan Parental Structure terhadap Domain Kemandirian pada Remaja Penyandang Sindroma Down. Diunduh dari https://www.academia.edu/4775653/Pengaruh_Parental_Autonomy_Support_P arental_Involvement_dan_Parental_Structure_terhadap_Domain_Kemandirian _pada_Remaja_Penyandang_Sindroma_Down.