• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendekatan Kualitatif: Dukungan Sosial dan Pengambilan Keputusan untuk Pemberian ASI di Desa Lilibooi, Kabupaten Maluku Tengah T1 462011034 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendekatan Kualitatif: Dukungan Sosial dan Pengambilan Keputusan untuk Pemberian ASI di Desa Lilibooi, Kabupaten Maluku Tengah T1 462011034 BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Konsep Ibu Menyusui

2.1.1 Pengertian Ibu Menyusui

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, panggilan kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015).

Menyusui adalah proses alami bagi seorang ibu untuk menghidupi bayinya pasca melahirkan melalui pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk dapat menelan ASI (Wattimena et al, 2012).

Jadi pengertian ibu menyusui adalah suatu proses alami yang dilakukan seorang ibu untuk dapat memberikan makanan dalam bentuk ASI kepada bayinya.

2.1.2 Masalah dalam Masa Menyusui

Masalah yang muncul pada masa menyusui menurut Restuning (2008) adalah sebagai berikut:

1. Puting susu lecet

(2)

6 akan terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan berkurang seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang baik atau mengisap tidak efektif.

2. Payudara bengkak

Payudara bengkak sering terjadi setelah beberapa hari setelah melahirkan. Namun, resiko payudara bengkak akan meningkat jika ibu tidak memberikan ASI kepada bayi. Payudara Bengkak ditandai dengan payudara yang terasa penuh, nyeri, keras, membesar, rasa tidak nyaman atau sakit pada payudara serta badan bisa demam setelah 24 jam. Kondisi ini terjadi karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, ASI kurang dikeluarkan dan mungkin ada pembatasan waktu menyusui. 3. Mastitis atau abses payudara

(3)

7 dikeluarkan atau penghisapan tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju atau BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung. Mastitis bisa membuat ibu mengalami kesulitan memberikan ASI karena kondisi payudara yang terasa sakit.

2.1.3 Frekuensi dan Waktu Menyusui

(4)

8 2.1.4 Tanda-tanda bayi mendapat cukup ASI (Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI), 2013)

Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus mengetahui tanda kecukupan ASI. Tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI adalah sebagai berikut:

a. Produksi ASI akan “berlimpah” pada hari kedua sampai keempat setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan.

b. Bayi menyusu 8 – 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.

c. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu.

d. Frekuensi BAK (Buang Air Kecil) bayi lebih dari 6 kali sehari. Urin berwarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.

(5)

9 f. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy milk) setelah bayi berumur 4 – 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti teh), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda bayi kurang mendapat ASI. g. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari

pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 – 7 hari, lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan menurunkan produksi ASI.

h. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10 % dibanding berat lahir.

i. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 – 14 hari setelah lahir.

2.2 Konsep Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

(6)

10 0 – 6 bulan sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI (Depkes, 2007).

Definisi dari WHO, pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral atau ASI perah juga diperbolehkan (Depkes, 2014).

Jadi ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja pada bayi umur 0 – 6, tanpa ada tambahan makanan atau minuman lain. 2.2.2 Komposisi ASI

1. Komposisi ASI menurut Stadium Laktasi (Purwanti, 2004) a. ASI stadium I (kolostrum)

Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. b. ASI stadium II (ASI peralihan)

(7)

11 pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.

c. ASI stadium III (ASI matur)

(8)

12 2. Komposisi Nutrisi dalam ASI (Soetjiningsih, 1997)

Protein ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang tinggi yang merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Lemak dalam ASI merupakan kalori utama bagi bayi. Lemak dalam ASI memiliki bentuk emulsi lebih sempurna karena mengandung enzim lipase yang memecahkan trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi monogliserida sebelum pencernaan diusus terjadi.

(9)

13 2.2.3 Keunggulan dan Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

America Academy Pediatric menyebutkan ASI dan menyusui

adalah standar normatif untuk pemberian makanan bergizi seimbang sehingga dengan pemberian ASI maka bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan (Eidelman & Schanler, 2012).

(10)

14 Penelitian Bartick & Reinhold (2010) menyebutkan terjadi penghematan dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hasil yang didapat dalam penelitiannya ialah 90% dari ibu AS yang mematuhi rekomendasi medis untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan, akan ada tabungan $ 13 miliar per tahun.

2.3 Konsep Dukungan Sosial

2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial

Gottlieb (Lihat Nursalam, 2007) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi verbal atau nonverbal, nasihat, bantuan yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang akrab dengan subyek didalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

Orford (Lihat Hayati, 2010) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan.

(11)

15 2.3.2 Sumber Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2006) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.

2.3.3 Bentuk Dukungan Sosial dalam Keluarga

Menurut House (Lihat Setiadi, 2008) setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri - ciri sebagai berikut.

(12)

16 dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

2. Perhatian emosional. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhan, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapi, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

3. Bantuan instrumental. Bantuan yang bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadir, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.

(13)

17 dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif.

2.3.4 Keluarga sebagai Sumber Dukungan Sosial bagi anggota Lainnya Dukungan sosial diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota kelurga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat (Effendy & Makhfudi, 2009). Dukungan sosial dalam keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai pengetahuan sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

2.4 Konsep Pengambilan Keputusan

2.4.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah proses mengidentifikasi sejumlah alternatif, mengurangi ketidakpastian, dan keraguan terhadap berbagai alternatif, serta memilih satu pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang ada berdasarkan nilai-nilai (value), dan prefensi (preferences) pengambilan keputusan, dalam rangka mencapai suatu keputusan (Silalahi & Meinarno, 2010).

(14)

18 Pengambilan keputusan menujuk pada proses penentuan solusi terbaik pada situasi atau masalah. Proses ini membutuhkan pemikiran kritis untuk dapat membuat keputusan yang tepat dan memberi keuntungan (Reeder et al, 2011).

Proses pembuatan keputusan melibatkan pendekatan sistematik, yaitu memiliki tahapan dalam memilih berbagai alternatif dan membuat pilihan menjadi suatu tindakan. Proses pembuatan keputusan juga harus dapat diterima oleh lingkungan yang akan menggunakannya. Kemampuan pembawaan, pengalaman masa lalu, dan bentuk intuisi adalah dasar untuk keberhasilan keputusan (Swanburg, 2000).

Pengambilan keputusan merupakan salah satu langkah dalam penyelesaian masalah. Bagaimana seseorang berhasil membuat keputusan dan menyelesaikan masalah tergantung kepada kemampuan seseorang tersebut dalam berfikir kritis (Wise, 2011). Meskipun keberhasilan pengambilan keputusan dapat dipelajari dari pengalaman hidup namun tidak semua orang dapat menyelesaikan masalah dengan baik melalui metode trial-and-error. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang

(15)

19 logis yang penuh wawasan dari berbagai sudut pandang (Marquis & Huston, 2010).

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Dalam mengambil sebuah keputusan, manusia dapat terpengaruh oleh kebiasaan individu yang muncul dari adanya perbedaan nilai, pengalaman hidup, serta pilihan individu dan keinginan individu untuk mengambil resiko. Keputusan yang dibuat oleh seseorang dipengaruhi secara sadar ataupun tidak sadar oleh sistem nilai yang diyakininya. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi pengumpulan dan pemrosesan data, serta membatasi alternatif pilihan yang ada sehingga ditemukan pilihan akhir (Marquis & Huston, 2010).

Wise (2011) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal termasuk kedalam beberapa variabel meliputi fisik dan emosional dari pengambil keputusan, kepribadian, filosofi yang diyakini, nilai, pengalaman, ketertarikan akan sesuatu, pengetahuan, sikap serta keinginan untuk mencari dan menghindari resiko yang ada. Sementara itu, faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan, ketersedian waktu dan sumber yang bisa digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

(16)

20 belakang filosofi yang menyediakan dasar dari sebuah ketentuan etika. Individu dalam mengambil suatu keputusan dapat dipengaruhi oleh tekanan sosial. Sementara itu, faktor personaliti seperti keyakinan diri dan kepercayaan diri mempengaruhi seseorang dalam mengambil resiko untuk memecahkan suatu masalah dan mengambil keputusan. Karakter individu sebagai pengambil keputusan yang efektif meliputi memiliki keberanian, kemauan dalam mengambil resiko, memiliki kesadaran diri, energik, kreatif, sensitif dan fleksibel (Wise, 2011).

2.4.3 Pengambilan Keputusan dalam Keluarga

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan. Menurut Setiadi (2008), hal ini didasarkan pemikiran sebagai berikut:

1. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga.

(17)

21 dalam keluarga yang menggunakan teknik interaksi antara anggota keluarga sebagai upaya kontrol dalam negosiasi atau pengambilan keputusan (McDonald; Lihat Friedman et al, 2003). Fokus sentral kekuatan keluarga adalah bagaimana keluarga tersebut membuat keputusan. Menurut Friedman et al (2003), membagi proses pengambilan keputusan dalam 3 tipe, yaitu: a. Pengambilan keputusan dengan konsensus

Tipe pengambilan keputusan konsensus merupakan metode pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama-bersama atau dengan musyawarah antara suami dan istri. Komponen penting konsensus yaitu tingkat komitmen yang tinggi terhadap keputusan yang diambil dan pemahaman atau alasan yang kuat untuk berkomitmen pada keputusan yang diambil.

b. Pengambilan keputusan dengan akomodasi

(18)

22 yang tidak dapat disatukan, akibatnya hanya orang tertentu yang akan merasa puas.

c. Pengambilan keputusan dengan de-facto

(19)

23 2.5 Kerangka Penelitian

Dukungan Sosial

Pengambilan Keputusan

[image:19.729.110.633.62.450.2]

Pemberian ASI

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Sumber Dukungan Sosial

- Orang yang selalu ada sepanjang hidupnya

- Lingkungan sosial

Bentuk Dukungan Sosial - Dukungan informatif - Dukungan emosional - Dukungan instrumental - Dukungan penilaian

Faktor Pengambilan Keputusan - Kebiasaan individu

- Faktor internal - Faktor personaliti

Proses Pengambilan Keputusan - Konsensus

(20)

24 Kerangka penelitian yang menggambarkan tentang dukungan sosial dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi pemberian ASI.

Ibu menyusui adalah sebuah proses alami pemberian ASI dari ibu kepada bayinya. Ibu akan berhasil memberikan ASI eksklusif jika pemberian ASI kepada bayi selama 0 – 6 bulan tanpa ada makanan atau minuman lain. Pemberian ASI berhubungan dengan dukungan sosial yang diberikan pada seorang ibu serta mempengaruhi pengambilan keputusan untuk pemberian ASI.

(21)

25 Dampak buruknya jika sumber dukungan sosial memberikan saran untuk tidak memberikan ASI dan menyarankan pemberian susu formula dan makanan tambahan. Walaupun sumber dukungan sosial sangat jarang berperan dalam kehidupan ibu menyusui, tetapi saran yang diberikan selalu menjadi pedoman dalam pemberian ASI. Keberadaan orang lain baik yang terdekat maupun yang jauh mempengaruhi pemberian ASI.

(22)

26 dalam masa menyusui mendapat dukungan sosial yang baik maka ibu akan merasa sangat terbantu sehingga ibu dapat memutuskan untuk menyusui.

(23)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan sosial pada ibu primipara ini sangat penting untuk diteliti karena proses persalinan ini merupakan suatu hal yang menegangkan terutama bagi ibu yang baru pertama

Perasaan saya setelah mendapat dukungan dari orang-orang sekitar dapat membuat saya merasa nyaman, aman, tidak stres lagi bahkan lebih tenang terus kami semua bisa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dalam bidang ilmu keparawatan maternitas sebagai referensi pelengkap untuk menambah informasi ilmiah

Banyak ibu tidak menyusui secara eksklusif, alasan yang.. sering diungkapkan karena kurang pengetahuan tentang

Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan yaitu ibu menyusui untuk mengetahui apakah ibu terus memberikan ASI kepada.. bayi tanpa makanan tambahan selain suplemen

yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol. berganti-ganti dengan menyusu pada

Maka fokus yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja hambatan yang dialami oleh ibu menyusui sehingga tidak bisa memberikan ASI

mempunyai bayi usia 6-12 bulan, terdapat 5 ibu kurang mendapat dukungan dari suami dalam menyusui anaknya dan 7 ibu menyatakan suami selalu mengingatkan agar