No. Daftar FPEB: 49/UN.40.FPEB.I.PL/2013
PENGARUH OBJEKTIVITAS DAN INTEGRITAS AUDITOR
INTERNAL TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Kasus Pada Inspektorat Daerah Se-Bandung Raya)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi
Disusun oleh:
YUGA LUTHFI HIDAYAT
NIM. 0801102
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH OBJEKTIVITAS DAN
INTEGRITAS AUDITOR INTERNAL
TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Kasus Pada Inspektorat
Daerah Se-Bandung Raya)
Oleh
Yuga Luthfi Hidayat
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Yuga Luthfi Hidayat 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Yuga Luthfi Hidayat, 2013
ABSTRAK
PENGARUH OBJEKTIVITAS DAN INTEGRITAS AUDITOR INTERNAL TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Kasus Pada Inspektorat Daerah Se – Bandung Raya) Oleh :
YUGA LUTHFI HIDAYAT 0801102
Dosen Pembimbing:
Dr. H. Memen Kustiawan.,SE.,M.Si.,Ak Indah Fitriani.,SE.,M.Ak.,Ak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh objektivitas dan integritas auditor internal terhadap kualitas audit secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Inspektorat Daerah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Teknik sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh..
Hasil penelitian ini dengan tingkat signifikansi 5% menunjukan secara simultan objektivitas dan integritas auditor internal memberikan pengaruh signifikan terhadap kualitas audit dimana F hitung (91,837) > F tabel (3,232), dan secara parsial objektivitas auditor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit dimana T hitung (4,914) > (2,021), demikian juga dengan integritas auditor memberi pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit dimana T hitung (10,721) lebih besar dari T tabel (2,021).
Yuga Luthfi Hidayat, 2013
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF OBJECTIVITY AND INTEGRITY OF INTERNAL AUDITORS TO AUDIT QUALITY
(Case Study of Inspektorat Daerah in Bandung Raya)
By :
YUGA LUTHFI HIDAYAT 0801102
Supervisor:
Dr. H. Memen Kustiawan.,SE.,M.Si.,Ak Indah Fitriani.,SE.,M.Ak.,Ak
This research is aim to know the influence of objectivity and integrity of internal auditors towards the audit quality partially and simultaneously, whether it significantly affects or not towards the audit quality on Inspektorat Daerah of
Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, and Kabupaten Bandung Barat.
The method used for this research is the descriptive method, and the analysis used is the multiple linear regression analysis. The sampling technique for this research is saturated sampling.
The result of the research with 5% signification level shows that objectivity and integrity of internal auditors simultaneously influences the audit quality where the value F (91,837) > the table F (3,232), and objectivity of auditor partially influences significantly the audti quality where the value T (4,914) > the table T (2,021) as well as the integrity of auditor influences significantly the audit quality where the value T (10,721) is bigger than the table T (2,021).
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
DAFTAR ISI ... iv
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 12
1.4.2 Kegunaan Teoritis ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 13
2.1 Kajian Pustaka ... 13
2.1.1 Auditing ... 13
2.1.1.1 Pengertian Auditing ... 13
2.1.1.2 Tujuan Audit ... 14
2.1.1.3 Jenis-jenis audit... 16
2.1.1.4 Jenis-jenis Auditor ... 16
2.1.2 Kode Etik ... 17
2.1.3 Objektivitas Auditor ... 23
2.1.4 Integritas Auditor ... 27
2.1.5 Kualitas Audit ... 29
2.1.5.1 Pengertian Kualitas audit ... 29
2.1.5.2 Indikator Kualitas audit ... 31
2.1.6 Pengaruh Objektivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 34
2.1.7 Pengaruh Integritas Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 37
2.1.8 Standar Audit Aparat Pengawasan Internal Pemerintah ... 38
2.1.9 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) ... 44
2.2 Penelitian Terdahulu ... 47
2.3 Kerangka Pemikiran ... 49
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ...55
3.1 Objek Penelitian ... 55
3.2 Metode Penelitian... 55
3.2.1 Desain Penelitian ... 55
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 56
3.2.2.1 Definisi Variabel ... 56
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 57
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 59
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 60
3.2.5 Teknik Analisis Data ... 60
3.2.5.1 Analisis Data ... 60
3.2.5.2 Uji Hipotesis ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...66
4.1 Hasil penelitian... 66
4.1.1 Gambaran Umum Responden... 66
4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 68
4.1.2.1 Hasil Uji Validitas ... 68
4.1.2.2 Hasil Uji Realibilitas ... 71
4.1.3 Analisis Deskriptif Jawaban Responden ... 72
4.1.3.1 Objektivitas Auditor ... 73
4.1.3.2 Integritas auditor ... 77
4.1.3.3 Kualitas audit ... 82
4.1.4 Pengaruh Objektivitas Auditor dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 89
4.1.4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 89
4.1.4.2 Estimasi Persamaan Regressi... 92
4.1.4.3 Koefisien Determinasi ... 94
4.1.4.4 Pengujian Hipotesis ... 95
4.2 Pembahasan ... 101
4.2.1 Pengaruh Objektivitas Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 102
4.2.2 Pengaruh Integritas Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 104
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat Kabupaten/Kota ... 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 47
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 57
Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 67
Tabel 4.2 Demografi Responden ... 68
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Objektivitas Auditor ... 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Integritas Auditor ... 69
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kualitas audit ... 70
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 72
Tabel 4.7 Rekapitulasi Rata-Rata Skor Tanggapan Responden Mengenai Objektivitas Auditor ... 73
Tabel 4.8 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Bebas Dari Benturan Kepentingan ... 74
Tabel 4.9 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Pengungkapan Sesuai Fakta ... 75
Tabel 4.10 Rekapitulasi Rata-Rata Skor Tanggapan Responden Mengenai Integritas Auditor ... 77
Tabel 4.11 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Kejujuran Auditor ... 78
Tabel 4.12 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Keberanian Auditor ... 79
Tabel 4.13 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Sikap Bijaksana Auditor ... 80
Tabel 4.14 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Tanggungjawab Auditor ... 81
Tabel 4.15 Rekapitulasi Rata-Rata Skor Penilaian Responden Mengenai Kualitas Audit ... 82
Tabel 4.17 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir
Pernyataan Pada Indikator Standar Pelaksanaan ... 85
Tabel 4.18 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Standar Pelaporan ... 86
Tabel 4.19 Rekapitulasi Distribusi Tanggapan Responden Untuk Setiap Butir Pernyataan Pada Indikator Standar Tindal Lanjut ... 88
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 90
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 92
Tabel 4.22 Koefisien Regressi ... 93
Tabel 4.23 Koefisien Determinasi ... 94
Tabel 4.24 Anova Untuk Pengujian Koefisien Regresi secara Bersama-sama ... 96
Tabel 4.25 Nilai thitung Masing-Masing Variabel Independen ... 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 52
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ... 52
Gambar 4.1 Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Tanggapan Responden ... 73
Gambar 4.2 Grafik Uji Heterokedastisitas ... 91
Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji Bersama-sama ... 97
Gambar 4.4 Daerah penerimaan dan penolakan Ho pada uji pengaruh objektivitas auditor ... 99
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Dekan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
tentang Pengangkatan dan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi.
Lampiran 2 Formulir Frekuensi Bimbingan Skripsi.
Lampiran 3 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) Usulan Penelitian.
Lampiran 4 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi.
Lampiran 5 Surat Permohonan dan Izin Penelitian.
Lampiran 6 Daftar Kuesioner.
Lampiran 7 Data Hasil Observasi.
Lampiran 8 Tabulasi Data Ordinal.
Lampiran 9 Tabulasi Data Interval.
Lampiran 10 Hasil Perhitungan SPSS 18.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim
pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat
menjalankan amanah dari rakyat melalui penyelenggaraan pemerintahan yang
dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat,
serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan amanah tersebut kepada rakyat. Hal
ini dapat mewujudkan transparansi yang dapat menimbulkan kepercayaan kepada
Pemerintah, dan masyarakat mau berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan
nasional. Kondisi ini dalam kenyataannya belum terwujud sebagaimma yang
diharapkan, ha1 ini dibuktikan dengan berbagai hasil penelitian dan kejadian yang
ada di masyarakat. (Sadeli, 2008)
Fenomena di masyarakat yang mengambarkan akuntabilitas keuangan
belum berjalan sepenuhnya antara lain, tingkat korupsi yang masih tinggi, adanya
kebocoran anggaran, pengukuran kinerja Instansi Pemerintah lebih menekankan
kepada kemampuan Instansi Pemerintah dalam menyerap anggaran, pengawasan
fungsional belum efektif karena belum dilaksanakan secara professional.
Akuntabilitas keuangan yang dibuat oleh Instansi Pemerintah Daerah bukan hanya
sekadar laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran yang
bersifat formalitas, tetapi berisi informasi yang kredibel bagi para penggunanya.
2
pengambilan keputusan yang terbaik. Masalahnya apakah akuntabilitas keuangan
yang dibuat oleh Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota telah bejalan
sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan, yaitu akuntabilitas keuangan yang
berkualitas. Untuk menghasilkan akuntabilitas keuangan yang berkualitas perlu
didukung dengan unsur pengawasan. Hal ini diperlukan agar akuntabilitas
keuangan berisi informasi yang tidak mengandung kesalahan yang material dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Sadeli, 2008)
Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan
yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan.
Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif,
yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk
mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang
dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen
dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan
pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang
memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa
apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
(Mardiasmo, 2005)
Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah
daerah adalah inspektorat daerah. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah
mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah
daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya
3
dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang
diawasi. (Mardiasmo, 2005)
Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum
diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Dalam
pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan
pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai
berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan
dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan
penilaian tugas pengawasan. (Efendy, 2010)
Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi
pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara
efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan,
dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahan
diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean
government dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien,
transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Kegiatan ini dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri
dari audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Audit
merupakan salah satu bagian dari pengawasan. Pada praktisnya audit terdiri dari
tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu instansi
4
menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang
tindakan-tindakan perbaikan.
Pemeriksaan yang dilakukan APIP terkadang menemui kendala dalam
pelaksanaannya dimana adanya rasa kekeluargaan, kebersamaan dan
pertimbangan manusiawi yang terlalu menonjol. Masalah lain yang dihadapi
dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan sikap/perilaku,
kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga
pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara wajar, efektif dan efisien.
(Sukriah, et.al, 2009)
Pengguna laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP
menginginkan adanya aparat pengawasan yang bersih, berwibawa, tertib dan
teratur dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan dan norma yang
berlaku. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri
dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk
menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit
dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan
adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh
mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah
ditetapkan. (Sukriah, et.al, 2009)
Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008, salah satu
tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi
5
sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam
pelaksanaan audit. Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain
integritas, objektivitas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat
bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit; objektivitas diperlukan agar
auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak
tertentu yang berkepentingan atas hasil audit; serta kompetensi auditor didukung
oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
(Sukriah, et.al, 2009)
Standar Audit APIP sebagaimana diatur dalam PERMENPAN Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008, dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam
melaksanakan audit. Standar umum dalam standar audit tersebut antara lain
mengatur tentang independensi APIP dan objektivitas auditor. Disebutkan dalam
standar umum tersebut bahwa “dalam semua hal yang berkaitan dengan audit,
APIP harus independen dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan
tugasnya”. Hal ini mengandung arti bahwa independensi APIP serta objektivitas
auditor diperlukan agar kualitas hasil pekerjaan APIP meningkat. (Sukriah, et.al,
2009)
Peran dan kinerja inspektorat daerah kini tengah menjadi sorotan
masyarakat. Dalam Pikiran Rakyat Online (Senin, 26/03/2012) “Peran inspektorat
daerah dalam mengawasi kinerja pemerintah daerah layak untuk diambil alih
pemerintah pusat atau Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI. Sebab,
selama ini Inspektorat Daerah dinilai tidak mampu memberikan transparansi dari
6
Dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa “Peran inspektorat daerah belum
pernah terdengar fungsi jelasnya. Ada sejumlah asumsi yang mengatakan
inspektorat daerah tidak berjalan sesuai perannya karena berada satu level dengan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan dinas lain”. Bahkan, Pengamat dari
Pusat Kajian Politik Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Bandung Barat Holid
Nurjamil menduga, posisi inspektorat daerah yang mempunyai hierarki di bawah
kepala daerah membuat fungsinya dianggap meragukan. Inspektorat daerah
memiliki beban moral ketika berada di bawah kepala daerah. Ketika pengawasan
ada di bawah kepala daerah, pengawasan kinerja pemerintah daerah tidak akan
pernah dianggap objektif.
Dalam Rapat Paripurna Pembacaan Rekomendasi DPRD Kota Bandung
terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Wali Kota Bandung
2011 di Gedung DPRD Kota Bandung, Selasa (1/5), banyaknya temuan pada hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada setiap SKPD termasuk
Inspektorat sendiri, dianggap DPRD mencerminkan lemahnya pengawasan
internal Inspektorat. "Untuk itu, Dewan meminta agar Wali Kota melakukan
reformasi di tubuh Inspektorat Kota Bandung," tutur Erwan Setiawan. (Pikiran
Rakyat Online, Selasa, 01/05/2012)
Hal tersebut mengindikasikan bahwa LKPj kota Bandung belum bisa
dikatakan baik, bisa dilihat dari masih banyaknya temuan dari hasil pemeriksaan
BPK. Hal ini berkaitan dengan perwujudan good governance yang harus didukung
dengan pertanggungjawaban pemerintah. Jika akuntabilitas pemerintah baik,
7
kenyataannya, jarang sekali pemerintah daerah mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian. Untuk menghasilkan opini tersebut harus diimbangi dengan
kualitas audit yang baik. Sedangkan untuk menciptakan kualitas audit yang baik
harus didukung dengan objektivitas dan integritas auditor yang baik pula.
Fenomena lain yaitu dalam siaran pers BPK RI perwakilan Provinsi Jawa
Barat mengenai penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas
LKPD di Provinsi Jawa Barat. BPK RI memberikan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) terhadap LKPD Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi untuk tahun anggaran 2011. Hal tersebut
mengakibatkan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor aparat Inspektorat
menjadi perhatian masyarakat. Hal ini disebabkan dari temuan pemeriksaan audit
tidak terdeteksi oleh aparat Inspektorat sebagai auditor internal. Akan tetapi
ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal, ini
menunjukkan bahwa kualitas audit aparat Inspektorat masih relatif kurang baik.
(Rosnidah, et.al, 2011)
Tabel 1.1
Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat Kabupaten/Kota
Inspektorat
Berjalan Selesai Ditindak Lanjut
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011
8
Berdasarkan tindak lanjut hasil audit yang dilakukan Inspektorat
Kabupaten Bandung Barat ada beberapa temuan dan rekomendasi berkisar 7-15%
dari temuan tahun 2009-2011 yang belum selesai ditindak lanjut atau sedang
berjalan. Begitupun Inspektorat Kota Cimahi, berkisar 35% dari temuan tahun
2009 masih belum selesai ditindak lanjut. Bahkan di tahun 2011 ada temuan yang
sama sekali belum ditindak lanjuti oleh Inspektorat. Hal tersebut menandakan
bahwa kualitas audit Inspektorat masih kurang baik.
Selain itu berdasarkan temuan-temuan yang ditemukan oleh Inspektorat
daerah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat sering ditemukan temuan
yang sama di tiga tahun terakhir. Seperti yang diungkapkan oleh Haryati yang
menjabat sebagai P2UPD di Inspektorat kota Cimahi bahwa rata-rata temuan yang
sering ditemukan yaitu dalam tiga hal: (1) Aset; (2) Pelayanan dan kedisiplinan;
(3) Pencapaian kinerja.
Sementara di Kabupaten Bandung Barat juga terdapat temuan yang terus
berulang dari tahun ke tahun. Moch. Lukmanul yang menjabat sebagai Kasubag
Evaluasi dan Perencanaan mengatakan bahwa temuan yang sering berulang yaitu
dalam hal: (1) Sistem Pengendalian Internal (SPI), yaitu aset dan persediaan, baik
itu dalam hal penilaian maupun pencatatan; (2) Kepatuhan, yaitu kurangnya
volume pekerjaan.
Berbeda halnya dengan Inspektorat Kota Bandung, menurut Bagus Sukma
yang menjabat sebagai auditor ahli pertama mengungkapkan bahwa Inspektorat
Kota Bandung menghindari kejadian temuan yang berulang dari tahun ke tahun
9
pimpinan SKPD atau kecamatan yang bersangkutan. Beliau mengatakan lebih
lanjut temuan yang berulang dari tahun ke tahun tersebut mengindikasikan bahwa
kinerja dan pembinaan Inspektorat kurang baik, dengan kata lain Inspektorat
belum bisa dikatan memiliki kualitas audit yang baik.
Melihat fenomena-fenomena diatas, memunculkan pertanyaan apakah
Inspektorat daerah memiliki kualitas audit yang baik dan apakah auditor memakai
sikap objektivitas dan integritasnya dalam menjalankan tugas Negara. Terkait
dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat objektivitas dan
integritas auditor saat ini dan apakah objektivitas dan integritas auditor tersebut
berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Memang bukan hal yang mudah menjaga objektivitas dan integritas
auditor. Pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan
jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Alim
et.al. (2007) menyatakan bahwa kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang
terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang
dimiliki auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan obyek pemeriksaan
selama penugasan dapat mempengaruhi objektivitas auditor, serta bukan tidak
mungkin auditor menjadi tidak jujur dalam mengungkapkan fakta yang
menunjukkan rendahnya integritas auditor. Oleh karena itu merupakan hal
menarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh objektivitas dan integritas
terhadap kualitas audit.
Pusdiklatwas BPKP (2005) menyatakan objektivitas sebagai bebasnya
10
berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya.
Objektivitas diduga berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Hasil penelitian
Sukriah et.al (2009) menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh terhadap
kualitas hasil pemeriksaan. Hai ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mabruri dan Winarna (2010) yang juga menunjukkan bahwa objektivitas
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit. Semakin tinggi tingkat
objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
Faktor integritas auditor juga dapat berpengaruh terhadap kulitas hasil
audit. Sunarto dalam Sukriah, et.al. (2009) menyatakan bahwa integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,
tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi,
maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya (Pusdiklatwas BPKP,
2005). Penelitian yang dilakukan Sukriah, et.al. (2009) menguji pengaruh
integritas terhadap kualitas audit dan hasilnya tidak signifikan. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) yang
menunjukkan bahwa integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat
topik ini sebagai bahan penelitian dengan judul: “Pengaruh Objektivitas dan
Integritas Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit
(Studi Kasus Pada
11
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut :
1. Apakah objektivitas auditor secara parsial berpengaruh terhadap kualitas
audit?
2. Apakah integritas auditor secara parsial berpengaruh terhadap kualitas
audit?
3. Apakah objektivitas dan integritas auditor secara simultan berpengaruh
terhadap kualitas audit?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi, sebagai salah satu syarat
menempuh ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Pendidikan Indonesia.
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh objektivitas auditor terhadap kualitas audit
secara parsial.
2. Untuk mengetahui pengaruh integritas auditor terhadap kualitas audit
secara parsial.
3. Untuk mengetahui pengaruh objektivitas dan integritas auditor terhadap
12
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya penulis itu sendiri, bagi Inspektorat, dan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan :
1. Bagi Penulis
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang masalah yang diteliti,
sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai kesesuaian fakta di lapangan
dengan permasalahan tersebut dengan disiplin ilmu yang diteliti.
2. Bagi Inspektorat
Dapat memberikan masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi
daerah khususnya peranan Inspektorat dalam pengawasan keuangan
daerah dan dalam rangka mewujudkan good governance. Sehingga
Inspektorat diharapkan dapat membuat program yang berkontribusi pada
peningkatan kualitas dan kapabilitasnya.
1.4.2 Kegunaan Teoritis
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang membahas topik
yang berkaitan dengan penelitian ini, ataupun pada objek yang cakupannya lebih
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Menurut
Sugiyono (2006) “Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan
reliable tentang suatu hal (variabel tertentu).”
Berdasarkan pernyataan di atas, objek yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah objektivitas auditor, integritas auditor, dan kualitas audit.
Penelitian ini dilaksanakan pada Inspektorat Daerah Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012): “penelitian deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel lain”. Penelitian deskriptif meliputi
pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai
status terakhir dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
56
metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya
dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.
Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut
dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari. Sedangkan analisis dilakukan
melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik yang
relevan untuk menguji hipotesis. Tahap-tahap perencanaan dalam penelitian ini
adalah :
1. Operasionalisasi variabel.
2. Penentuan populasi dan sampel penelitian.
3. Pengumpulan data.
4. Analisa Data dan pengujian hipotesis.
5. Penarikan kesimpulan.
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.2.2.1 Definisi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Sugiyono (2012)
variabel sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel dapat dikatakan sebagai suatu hal
yang menjadi objek pengamatan penelitian atau sering pula dikatakan sebagai
57
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel
a. Variabel Independen atau Bebas (X)
Menurut Sugiyono (2012) variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka yang
menjadi variabel ini adalah Objektivitas Auditor (X1) dan Integritas Auditor (X2).
b. Variabel Dependen atau Terikat (Y)
Menurut Sugiyono (2012) variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
kaitannya dengan masalah yang diteliti, yang menjadi variabel ini adalah Kualitas
Audit (Y).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala No Kuesioner
58
Untuk mengukur ketiga variabel tersebut dilakukan penyebaran kuisioner
kepada responden. Setiap variabel dijabarkan indikator yang kemudian
dituangkan kedalam pernyataan-pernyataan tertutup yang disusun dalam suatu
daftar pernyataan. Setiap indikator dari objektivitas auditor, integritas auditor, dan
kualitas audit dijabarkan kedalam sebuah pernyataan dan menuangkannya dalam
daftar pertanyaan dengan menetapkan Skala Likert pada alternatif jawaban
sebagai berikut :
• Skor 5 untuk jawaban selalu.
• Skor 4 untuk jawaban sering.
• Skor 3 untuk jawaban kadang-kadang.
• Skor 2 untuk jawaban pernah.
• Skor 1 untuk jawaban tidak pernah.
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.
Sugiyono (2012) mendefinisikan populasi mempunyai arti sebagai “wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau
subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja
59
Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 50 orang. Alasan penelitian dilakukan
kepada seluruh auditor adalah untuk melihat sejauh mana pihak-pihak tersebut
secara langsung berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan audit yang juga dapat berpengaruh terhadap kualitas
audit yang dihasilkan.
Jenis penelitian ini adalah sensus, menurut Erlina dan Mulyani (2007) jika
peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian maka
disebut sensus. Sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat
heterogen. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2012) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis berusaha mengumpulkan data primer.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan
(field research). Penelitian lapangan terutama dimaksudkan untuk memperoleh
data primer. Dalam hal ini peneliti berusaha mengumpulkan data yang akurat
dengan cara menyebarkan kuisioner. Penulis memberikan suatu daftar pertanyaan
(kuisioner) yang harus diisi dan diserahkan kembali ke peneliti. Pengisian
kuisioner ini berdasarkan atas pengalaman dan pengetahuan pihak yang
bersangkutan sesuai dengan penelitian yang dibutuhkan. Jenis kuisioner yang
digunakan adalah kuisioner tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan dengan
alternatif jawaban yang telah tersedia, dimana responden hanya memilih satu dari
60
3.2.5 Teknik Analisis Data
3.2.5.1 Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah statistik deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012), “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaiman adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pengisian kuisioner oleh responden
yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti. Pengisian kuesioner dilakukan
secara langsung oleh responden dengan memberi tanda pada jawaban yang telah
disediakan. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah skala Likert dengan menggunakan variabel berukuran ordinal, untuk
diolah dengan statistik, skala ukuran ordinal kemudian ditansformasikan menjadi
skala ukuran interval dengan Method of Succecive Interval (MSI).
Setelah data diperoleh dengan lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan,
selanjutnya dilakukan proses analisis data sebagai berikut :
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui sah tidaknya instrumen kuisioner
yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu
61
Sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2008), Masrun menjelaskan bahwa
dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai
korelasi positif dengan skor total menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
validitas yang tinggi. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi Product Moment,
pengujian dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item setiap butir
pernyataan dengan skor total, selanjutnya interpretasi dari koefisien korelasi yang
dihasilkan, koefisien korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan
rtabel bila korelasi antara skor item dengan total skor kurang dari 0,30 (didapat dari
perhitungan antara perhitungan interpolasi dari tabel nilai r Product Moment)
maka item pertanyaan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Item
instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 dengan membandingkannya
dengan r tabel. Jika r hitung > r tabelmaka valid.
b. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan handal atau reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji Reliabilitas
dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu
konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu
(Ghozali, 2006). Uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal consistency.
Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah One Shot, artinya satu kali
pengukuran saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lainnya
atau dengan kata lain mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Statistical
Product and Service Solution (SPSS) memberikan fasilitas untuk mengukur
62
lebih besar dari 0,60 maka disimpulkan bahwa intrumen penelitian tersebut handal
atau reliabel (Nunnaly dalam Ghozali, 2006).
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi
berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari: uji
normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Uji normalitas data tersebut dapat dilakukan
melalui 3 cara yaitu menggunakan Uji Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik
histogram dan kurva penyebaran P-Plot. Untuk Uji K-S yakni jika nilai hasil Uji
K-S > dibandingkan taraf signifikansi 0,05 maka sebaran data tidak menyimpang
dari kurva normalnya itu uji normalitas. Sedangkan melalui pola penyebaran P
Plot dan grafik histogram, yakni jika pola penyebaran memiliki garis normal maka
dapat dikatakan data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel
independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Pada model regresi
yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Uji
63
(Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance
< 0,10 maka terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali, 2006).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke
pengamatan yang lain tetap, atau disebut homoskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas
ditandai dengan adanya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika titik-titik yang
ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Selain itu, heteroskedastisitas dapat diketahui melalui uji Glejser. Jika
probabilitas signifikansi masing-masing variabel independen > 0,05, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi (Ghozali, 2006).
3.2.5.2 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda bertujuan untuk memprediksi berapa besar kekuatan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresinya adalah :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 +
Dimana:
Y = Kualitas audit
X1 = Objektivitas auditor
64
b0 = konstanta
bi = koefisien regressi variabel Xi
= Pengaruh faktor lain
Sementara itu, langkah-langkah untuk menguji pengaruh variabel
independen, yaitu objektivitas dan integritas auditor dilakukan dengan uji
koefisien determinasi, uji simultan dan uji parsial.
a. Uji Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi menunjukkan prosentase pengaruh semua
variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus Koefisien determinasi
dapat ditunjukkan sebagai berikut:
KD = R2 x 100 %
Nilai R2 berada antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1 maka
variabel bebas hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel
terikat atau merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan
menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka H0 ditolak dan jika
p value > 0,05, maka H0 diterima. Uji F dapat pula dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel. Jika Fhitung > F tabel (n-k-1), maka H0
65
variabel independen (X1, X2) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika
Fhitung < F tabel (n-k-1), maka H0 diterima. Artinya, secara statistik data yang
ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1, X2) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah jika p value < 0,05, maka H0 ditolak dan jika p value > 0,05, maka H0
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh objektivitas auditor dan
integritas auditor terhadap kualitas audit pada Inspektorat Daerah Kota Bandung,
Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Objektivitas sebagian besar auditor pada Inspektorat Daerah Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung
Barat sudah tinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa objektivitas
auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Inspektorat
Daerah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten
Bandung Barat. Objektivitas auditor yang tinggi akan meningkatkan
kualitas audit pada Inspektorat Daerah Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
2. Integritas sebagian besar auditor pada Inspektorat Daerah Kota Bandung,
Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat sudah
sangat tinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa integritas auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Inspektorat Daerah
Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten
109
meningkatkan kualitas audit pada Inspektorat Daerah Kota Bandung, Kota
Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
3. Objektivitas auditor dan integritas auditor secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Inspektorat Daerah
Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten
Bandung Barat. Objektivitas auditor dan integritas auditor secara
bersama-sama memberikan pengaruh sebesar 82,1% terhadap kualitas audit pada
Inspektorat Daerah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan
Kabupaten Bandung Barat. Diantara kedua variabel independen, integritas
auditor memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kualitas audit.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang
diperoleh, maka terdapat beberapa saran yang penulis sampaikan sehubungan
dengan pengaruh objektivitas auditor dan integritas auditor terhadap kualitas audit
beserta hal lainnya yang terkait, yaitu:
1. Sebagian besar objektivitas auditor pada Inspektorat Daerah Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung
Barat sudah tinggi, hal ni tentu harus bisa dipertahankan. Namun bila
dilihat berdasarkan butir pernyataan, terlihat bahwa rata-rata skor
tanggapan responden sebagian besar termasuk dalam kategori sangat
tinggi, dan ada juga yang termasuk dalam kategori cukup. Yang
termasuk kategori cukup yaitu mengenai penolakan penugasan audit
110
responden sering menolak penugasan audit dengan pihak yang
memiliki hubungan kerjasama. Namun banyak juga responden yang
hanya kadang-kadang bahkan ada yang pernah dan tidak pernah
menolak penugasan audit dengan pihak yang memiliki hubungan
kerjasama. Oleh karena itu diharapkan auditor pada Inspektorat Daerah
tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang
mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang
tidak memihak atau yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan
kepentingan agar objektivitasnya tetap terjaga sehingga akan
menghasilkan kualitas audit yang baik.
2. Sebagian besar integritas auditor pada Inspektorat Daerah Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung
Barat sudah sangat tinggi. Demikian juga bila dilihat berdasarkan butir
pernyataan, terlihat bahwa rata-rata skor tanggapan responden terhadap
sebagian besar butir pernyataan termasuk dalam kategori sangat
tinggi. Agar dapat lebih meningkatkan kualitas audit maka disaranakan
bagi auditor Inspektorat Daerah untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan, ujian sertifikasi maupun jabatan fungsional.
3. Kualitas audit Inspektorat Daerah Kota Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat secara umum
sudah sangat baik. Demikian juga bila dilihat berdasarkan butir
pernyataan, terlihat bahwa rata-rata skor tanggapan responden terhadap
111
Namun jika dilihat dari item pernyataan ada beberapa pada indikator
standar tindak lanjut yang termasuk dalam kategori cukup. Melihat
fenomena yang terjadi mengenai tindak lanjut hasil audit yang
menandakan bahwa kualitas audit inspektorat masih kurang baik, hal
tersebut tentu harus menjadi perhatian baik bagi inspektorat maupun
auditor agar bisa meningkatkan kualitas audit dengan cara
memperbaiki tindak lanjut hasil audit yang dilakukan.
4. Penelitian ini hanya menggunakan objektivitas auditor dan integritas
auditor sebagai variabel independen yang mempengaruhi kualitas
audit. Oleh karena itu disarankan pada penelitian selanjutnya untuk
menggunakan variabel independen lainnya, seperti tanggung jawab,
independensi, kecermatan, lingkup dan sifat jasa, kepatuhan terhadap
standar umum dan prinsip akuntansi, dan lain sebagainya yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas audit. Disaranakan pula agar penelitian
selanjutnya dilaksanakan pada perusahaan daerah dengan populasi
sasaran yaitu auditor internal pada Perusahaan Daerah, agar dapat
terlihat perbandingan antara kualitas audit yang dihasilkan oleh
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M.N., et.al. (2007). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap
Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar
Arens, Alvin. A dan Loebbecke James .K. (2003). Auditing (Pendekatan Terpadu). Buku I. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Arens, A. Alvin., et.al. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Jilid I Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
Bastian, Indra. (2010). Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Boynton, William C., et.al. (2002). Modern Auditing, 7th Edition. New York : John Willey Sons Inc.
Djamil, N. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Sektor Publik Dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya”. Tersedia: http://freewebs.com, [1 Mei 2012]
Duska, Ronald., et.al. (2011). Accounting Ethics, Second Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd.
Efendy, M.T. (2010). “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah”. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Dipenogoro.
Elfarini, E.C. (2005). “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Erlina dan Mulyani, Sri. (2007) Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi danManajemen. Medan: USU press.
Falah, S. (2005). “Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika terhadap Sensitivitas Etika”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Financial Reporting Council. (2006). Discussion Paper Promoting Audit Quality.
[Online]. Tersedia: http://www.frc.org.uk [10 Juli 2012]
Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang: BP Undip.
Halim, Abdul. (2008). Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). UUP STIM.
Hardiningsih, Pancawati. (2010). “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”.
Kajian Akuntansi Vol. 2 No. 1
Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Khomsiyah dan Nur Indriantoro. (1998). ”Pengaruh Orientasi Etika terhadap
Komitmen dan sensitivitas etika auditor Pemerintahan di DKI Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.1 No.1.
Lowenshon, S., et.al. (2005). “Auditor Specialization and Perceived Audit Quality, Auditee Satisfaction, and Audit Fees in the Local Government Audit Market”.
Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. (2010). “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah”. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Mardiasmo. (2005). Akuntansi Sektor Publik Edisi 2. Yogyakarta: Andi.
Messier, F.W., et.al. (2005). Jasa Audit dan Assurance: Suatu Pendekatan Sistematis. Diterjemahkan oleh Nuri Hinduan. Edisi 4 Buku 1 & 2. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. (2002). Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Nugrahaningsih, P. (2005). “Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor di KAP
dalam Etika Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-faktor Individual: Locus
of Control, Lama Pengalaman Kerja, Gender dan Equity Sensitivity)”. SNA VIII. Solo.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
Pratama, F. (2010, 28 September). Didakwa 5 Tahun Penjara, Sekda Bekasi Tak Ajukan Eksepsi. detikNews [Online]. Tersedia: http://news.detik.com [9 Mei 2012]
Pusdiklatwas BPKP. (2005). Kode Etik dan Standar Audit. Edisi Keempat.
Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. (2008). Auditing ”Konsep dasar dan
pedoman pemeriksaan akuntan publik”. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Rosnidah, Ida. “Studi Komparatif Karakteristik Kualitas Audit Dan Kontribusinya Bagi Perkembangan Auditing Di Masa Depan.” Tersedia: http://unswagati-crb.ac.id, [3 Mei 2012]
Rosnidah, Ida. (2010). “Kualitas Audit : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. Jurnal Akuntansi volume XIV/03/September/2010.
Rosnidah, Ida., et.al. (2011). “Analisis Dampak Motivasi Dan Profesionalisme
Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah”. Pekbis Jurnal, Vol.3, No.2.
Sadeli, D. (2008). “Profesionalitas Aparat Pengawasan Fungsional Intern
Terhadap Pelaksanaan Audit Pemerintahan Dan Implikasinya Kepada
Akuntabilitas Keuangan Instansi Pemerintah Daerah”. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. Vol. 10. No.2, Hlm.101-111
Sawyer, Lawrence B., et.al. (2009). Audit Internal Sawyer Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Sawyer, Lawrence B., et.al. (2006). Audit Internal Sawyer Edisi 5 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Sososutikno, (2003), “Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku
Disfungsional Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit”. Simposium Nasional Akuntansi IX, IAI, Surabaya.
Sri Lastanti, Hexana. (2005). “Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sukriah, Ika., et.al. (2009). “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan”. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.
Sunarsip. (2001). “Coorporat Governance Audit : Paradigma Baru Profesi Akuntansi dalam Mewujudkan Good Coorporate Gvernance”. Media Akuntans. No. 17/Th. VII.pp. II-VII
Sunarto. (2003). Auditing. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Yogyakarta: Panduan.
Sutton, S. G. (1993). “Toward an Understanding of the Factors Affecting the Quality of the Audit Process.” Decision Sciences, 24:88-105.
Tugiman, Hiro. (2006). Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta: Kanisius.
Watkins, A.L. W. Hillison, dan S.E. Morecroft. 2004. “Audit Quality: A Synthesis of Theory and Empirical Evidence”. Journal of Accounting Literature. 23. pp. 153—193.
... (2012, 1 Mei). DPRD Kota Bandung Soroti Kinerja Enam SKPD. Pikiran Rakyat [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com [3 Mei 2012]
... (2012, 26 Maret). Inspektorat Daerah Lemah, Pusat Harus Ambil Alih.