• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh posisi tempat duduk terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan Lingkaran dan Bangun Ruang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh posisi tempat duduk terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan Lingkaran dan Bangun Ruang."

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POSISI TEMPAT DUDUK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP SANTO ALOYSIUS TURI TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DAN

BANGUN RUANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Grace Nindita Pranamya Hastri NIM : 121414092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH POSISI TEMPAT DUDUK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP SANTO ALOYSIUS TURI TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DAN

BANGUN RUANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Grace Nindita Pranamya Hastri NIM : 121414092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Yeremia 17:7

“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”

Yakobus 2:26b

“...demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”

Skripisi ini kupersembahkan untuk

1. Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan kasih-Nya telah menutun saya pada setiap proses pembuatan skripsi ini.

2. Bapak, Ibu, Pakdhe, Budhe, Tante, Om, Kakak dan Adik saya yang terus menyemangati,mendoakan, mendengar keluh kesah saya dalam pembuatan skripsi ini.

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Grace Nindita Pranamya Hastri, 121414092. 2016. “Pengaruh Posisi Tempat Duduk Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Lingkaran dan Bangun Ruang”. Skirpsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah posisi tempat duduk memengaruhi motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi; (2) Apakah posisi tempat duduk memengaruhi hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan lingkaran dan bangun ruang.

Penelitian metode deskriptif kualitatif, yang dilengkapi dengan data kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C yang berjumlah 21 siswa. Pengumpulan data motivasi belajar adalah berupa observasi, instrumen kuesioner dan wawancara. Sedangkan pengumpulan data hasil belajar adalah instrumen soal. Uji validitas instrumen menggunakan uji validitas pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas VIII C masuk dalam kategori sedang pada skala 50-75 sebanyak 11 orang. (1) Penelitian ini juga menunjukkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh posisi tempat duduk. Hal tersebut terlihat pada hasil wawancara dan hasil pada tiap pernyataan angket yang menyatakan bahwa siswa nyaman dan mendorong siswa untuk belajar. (2) Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh posisi tempat duduk. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil wawancara dan hasil pada tiap pernyataan kuesioner yang menyatakan bahwa siswa nyaman dalam proses belajar dan berdampak pada hasil belajar. Posisi tempat duduk yang dilakukan adalah yang mempertimbangkan di depan, belakang, samping kiri atau samping kanan membuat siswa nyaman dan tidak nyaman. Namun ada siswa yang motivasi belajarnya dipengaruhi oleh posisi tempat yang mempertimbangkan personal. Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa posisi tempat duduk yang mempertimbangkan di depan, belakang, samping kiri atau kanan memengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa secara positif dan negatif.

(9)

viii ABSTRACT

Grace Nindita Pranamya Hastri, 121414092. 2016. “The Effect of Seating Position on motivation and learning result of Grade 8 Students in SMP Santo Aloysius Turi year 2015/2016 in Circle and Geometry Topic. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics Education and Science. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to investigate (1) Does seating position effect students of Grade 8 of SMP Santo Aloysius Turi learning motivation; (2) Does seating position effect learning result of Grade 8 students of SMP Aloysius Turi in circle and geometry topics?

This research descriptive qualitative method supported by quantitative and qualitative data. The object of this research is 8 C class which consisted of 21 students. The data on students’ motivation is collected using observation, questionnaire and interview. Furthermore, the learning result date is taken from a set of comprehensive test. This research is also validated by expert from the lecturer and the teacher of mathematics.

The results of this study shows that the students' motivation in class VIII C can be categorized into fair level on scale 50-75 as many as 11 people. (1) This study shows that the learning motivation is affected by seating position This result is emphasized through the result of interviews and questionnaire. (2) The study also shows that the learning results are also influenced by seating position change. This can be proved by the interview and also questioners result. The changes in seating position is based on the students’ comfort and uncomfortable. However, there are some changes in seating position which formed from students’ personal perspective. Thus, it can be concluded that the changes in seating position affect students’ learning motivation and learning result in a positive and negative.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perubahan Posisi Tempat Duduk Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Lingkaran Dan Bangun Ruang”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung pada penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini peneliti ucapkan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

3. Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M. Si, selaku dosen pembimbing peneliti yang telah sabar membimbing dan menuntun saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Dosen Pendidikan Matematika yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada peneliti selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

5. Segenap staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam pembuatan surat untuk penelitian dan selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

(11)
(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar ... 9

B. Motivasi Belajar... 10

C. Hasil Belajar ... 14

D. Hubungan Secara Teoritis Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar ... . 18

E. Penelitian yang Relevan ... 18

(13)

xii

G. Bangun Ruang ... 29

H. Kerangka Berpikir ... ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Subyek dan Objek Penelitian ... 45

D. Bentuk Data ... 45

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45

1. Metode Pengumpulan Data ... 45

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 47

F. Metode/Teknis Analisis Data ... 54

1. Validitas Instrumen ... 54

2. Reliabilitas Instrumen ... 55

3. Uji Coba Instrumen ... 56

4. Analisis Instrumen Angket ... 58

5. Analisis Hasil Belajar ... 59

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Persiapan dan Perencanaan ... 60

2. Pelaksanaan ... 61

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 62

B. Penyajian Data ... 66

1. Tes Hasil Belajar Siswa ... 66

2. Angket ... 67

3. Wawancara ... 70

C. Analisis Data ... 70

(14)

xiii

2. Analisis dan Pembahasan Pengaruh Posisi Tempat Duduk

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII C ... 86

D. Kelemahan Penelitian ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Siswa... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa... 49

Tabel 3.3 Pernyataan Angket... 50

Tabel 3.4 Skor Tiap Pernyataan... 50

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara... 51

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Soal... 52

Tabel 3.7 Interpretasi TingkatValiditas... 55

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Reliabilitas... 56

Tabel 3.9 Uji Validitas Angket Motivasi Belajar... 57

Tabel 3.10 Skala Pendekatan Sturges (Zainal Mustafa, 2009)... 59

Tabel 3.11 Kriteria Hasil Belajar... 59

Tabel 4.1 Skor Setiap Siswa Pada Instrumen Soal... 67

Tabel 4.2 Skor Setiap Siswa Pada Instrumen Angket ... 69

Tabel 4.3 Kriteria Motivasi Siswa (Zainal Mustafa, 2009)... 70

Tabel 4.4 Kategori Hasil Belajar Pada Sub Bab Lingkaran ... 87

Tabel 4.5 Kategori Hasil Belajar Pada Sub Bab Bangun Ruang... 87

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lingkaran dan bagian-bagiannya... 20

Gambar 2.2 Sudut Pusat... 22

Gambar 2.3 Hubungan Antara Sudut Pusat dengan Panjang Busur dan Luas Juring ... 22

Gambar 2.4 Panjang Busur... 23

Gambar 2.5 Luas Juring... 23

Gambar 2.6 Luas Tembereng... 24

Gambar 2.7 Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring... 24

Gambar 2.8 Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling ... 24

Gambar 2.9 Sudut Keliling yang Menghadap Diameter Lingkaran... 25

Gambar 2.10 Sudut-sudut Keliling yang Menghadap Busur yang Sama... 25

Gambar 2.11 Menghitung Panjang Garis Singgung dari Sebuah Titik di Luar Lingkaran... 26

Gambar 2.12 Garis Singgung Persekutuan Luar... 27

Gambar 2.13 Garis Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran... 27

Gambar 2.14 Panjang Sabuk Lilitan... 28

Gambar 2.15 Unsur-unsur Kubus... 29

Gambar 2.16 Diagonal Sisi Kubus... 30

Gambar 2.17 Bidang Diagonal Kubus... 30

Gambar 2.18 Luas Bidang Diagonal Kubus... 31

Gambar 2.19 Diagonal Ruang Kubus... 31

(17)

xvi

Gambar 2.21 Diagonal Sisi Balok... 32

Gambar 2.22 Bidang Diagonal Balok... 33

Gambar 2.23 Luas Bidang Diagonal Balok... 33

Gambar 2.24 Diagonal Ruang Balok ... 34

Gambar 2.25 Jaring-jaring Kubus... 34

Gambar 2.26 Jaring-jaring Balok... 35

Gambar 2.27 Limas... 37

Gambar 2.28 Prisma Tegak... 38

Gambar 2.29 Jaring-Jaring Limas... 38

Gambar 2.30 Jaring-Jaring Prisma Tegak Alas Segitiga... 38

Gambar 2.31 Volume Prisma Tegak... 40

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Soal ... 105

Lampiran 2 Soal Pretest dan Kunci Jawaban ... 107

Lampiran 3 Soal Postest dan Kunci Jawaban ... 114

Lampiran 4 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 121

Lampiran 5 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 123

Lampiran 6 Transkip Wawancara ... 126

Lampiran 7 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 141

Lampiran 8 Hasil Pretest Siswa ... 149

Lampiran 9 Hasil Postest Siswa ... 153

Lampiran 10 Validitas Instrumen Soal ... 157

Lampiran 11 Foto ... 159

Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 161

Lampiran 13 Uji Validitas Kuesioner Kelas Uji Coba Kelas VIII B ... 163

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika ingin melakukan sesuatu pasti ada suatu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu itu. Dorongan yang dimaksud tersebut adalah motivasi diri. Menurut Sugeng Paranto (1987:3) motivasi merupakan daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Jadi ketika seseorang melakukan suatu perilaku atau tindakan, maka seseorang tersebut ada motivasi tertentu mengapa ia melakukan tindakan itu seperti untuk memenuhi suatu kebutuhan.

Menurut Sugeng Paranto (1981:7) kaum behavioris berpandangan bahwa motivasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (ekstrinsik). Dalam hal ini lingkungan belajar yang terstruktur dengan baik dapat memotivasi siswa sehingga mereka dapat dan mau belajar. Mereka mau belajar karena adanya dorongan dari luar dirinya yaitu dari lingkungannya yang berupa iklim dan struktur kelas yang memberikan peluang terjadinya belajar.

Kaum kognitif psikologis berpandangan lain, sumber dorongan motivasi bukan terletak di luar tetapi sudah berada di dalam diri siswa secara natural (instrinsik), dalam hal ini guru tinggal menggugah dan menggalakannya.

(20)

penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua,

motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Seperti yang dikatakan oleh W.S. Winkel (2014) kadar motivasi yang lebih tinggi dapat menghasilkan taraf prestasi yang lebih tinggi pula, lebih-lebih pada siswa yang berkemampuan terbatas.

(21)

Menurut Winkel (2014:57), belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.

Berdasarkan pengalaman peneliti yang pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada kelas VII dan VIII di SMP Santo Aloysius Turi, peneliti melihat pembelajaran yang berlangsung sudah baik seperti kondisi kelas yang mendukung, sikap guru yang tegas, perlengkapan dalam pembelajaran seperti buku-buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa) membantu proses belajar mengajar di kelas. Namun, dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah, dan terdapat beberapa siswa yang tidak konsentrasi dalam mengikuti proses KBM seperti beberapa siswa yang sedang sibuk dengan dirinya sendiri, atau melakukan aktivitas lain yang membuat siswa tidak antusias dalam proses KBM. Sikap siswa seperti ini berdampak terhadap hasil belajar siswa.

(22)

sebagian besar siswa mengerjakan dengan teman sebangkunya. Namun ada beberapa siswa yang mengerjakannya tidak dengan teman sebangkunya. Hal tersebut dapat disebabkan karena siswa kelas VII masih masa peralihan dari SD ke SMP. Ketika siswa masuk kelas VII, mereka belum saling mengenal, sehingga mendorong siswa mencari teman sebanyak-banyaknya. Hal berbeda terjadi ketika peneliti melakukan observasi di kelas VIII. Ketika guru memberikan tugas untuk berdiskusi atau bekerja sama dengan teman sebangkunya, sebagian besar siswa mengerjakan bukan dengan teman sebangkunya. Tetapi mengerjakan dengan teman yang dianggapnya cocok. Selain itu, ada beberapa siswa yang mengerjakan dengan teman sebangkunya. Hal demikian disebabkan karena siswa kelas VIII sudah mengenal beberapa temannya yang dianggap cocok.

(23)

nyaman dengan teman sebangkunya. Sikap siswa seperti ini bisa disebabkan karena motivasi siswa terhadap pelajaran matematika kurang dan kenyamanan antara sesama teman. Karena itu motivasi siswa perlu ditingkatkan agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik untuk mencapai hasil belajar yang baik pula.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Santo Aloysius Turi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh posisi tempat duduk terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi pada pokok bahasan lingkaran dan bangun ruang sisi datar Tahun Ajaran 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah posisi tempat duduk memengaruhi motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi?

2. Apakah posisi tempat duduk memengaruhi hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah :

(24)

2. Untuk mengetahui apakah kondisi lingkungan fisik siswa seperti posisi tempat duduk siswa dapat memengaruhi hasil belajar siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran matematika.

D. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan, maka peneliti membatasi masalah tersebut sebagai berikut:

1. Penelitian difokuskan pada motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika pada pokok bahasan Lingkaran dan Bangun Ruang.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas VIII C SMP Santo Aloysius Turi dan dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.

E. Penjelasan Istilah

Istilah-istilah yang berkaitan tentang penelitian diatas perlu ditegaskan. Berikut istilah-istilahnya :

1. Motivasi

Menurut Sugeng Paranto (1981:3) motivasi adalah daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

(25)

Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Pembahasan motivasi dan motivasi belajar meliputi sejumlah unsur yang relevan bagi lahirnya dan bertahannya motivasi itu. Di antara unsur itu ada yang bersifat internal dan mental; ada pula yang bersifat eksternal.

Aneka unsur internal dan mental yang akan diuraikan meliputi enam topik, yaitu kebutuhan dan motivasi; harapan akan sukses dan motivasi; keadaan terangsang dan motivasi; pencarian sebab dan motivasi; kaitan antara keberhasilan dan keyakinan tentang kemampuan; serta kesimpulan bagi tenaga pengajar.

Terdapat pula unsur eksternal yang memengaruhi kadar motivasi belajar siswa yang diatur sedemikian rupa sehingga berdampak positif seperti : risiko yang melekat pada tugas belajar tertentu; suasana di dalam kelas; harapan tenaga pengajar terhadap siswa; berbagai tindakan instruksional untuk membangkitkan motivasi belajar.

3. Belajar

Menurut Heri Rahyubi (2014:3) belajar memilki pengertian memeroleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.

(26)

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Nana Sudjana,1990:3).

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan peneliti. 1. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar dalam mata pelajaran matematika khususnya pada bab Lingkaran dan bab Bangun Ruang terhadap posisi tempat duduk siswa.

2. Bagi guru

a. Guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

b. Guru dapat memberikan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Dapat membantu guru dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar dengan melihat motivasi eksternal salah satunya posisi tempat duduk.

3. Bagi peneliti

(27)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

Menurut Heri Rahyubi (2014:3) belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memeroleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Hergenhahn dan Olson (dalam Heri Rahyubi,2014:3) belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh kondisi diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat-obatan.

(28)

Menurut Winkel, belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka, berdasarkan perilaku yang disaksikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, menurut peneliti definisi belajar adalah perubahan perilaku dan pengetahuan seseorang berdasarkan pengalaman yang didapatnya.

B. Motivasi Belajar

Menurut W.S. Winkel (2014:172) motivasi belajar ialah daya penggerak yang terdapat pada diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan mengarah pada kegiatan belajar tersebut untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar sangat berpengaruh dalam memberikan semangat belajar siswa, karena jika siswa memiliki motivasi yang tinggi maka siswa tersebut juga akan memiliki energi yang tinggi untuk melakukan kegiatan belajar.

(29)

Siregar,2011) motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.Menurut Crupley dalam buku Eveline Siregar (2011:49), motivasi juga dapat dijelaskan sebagai perilaku untuk mencapai suatu tujuan.

Ames dalam buku Eveline Siregar (2011:49) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini, motivasi merupakan sebagai cara pandang seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, seorang siswa yang berpikir bahwa ia mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan suatu permasalahan akan termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Peneliti lebih menyoroti definisi motivasi belajar menurut Sugeng Paranto (1981:3) adalah suatu upaya atau usaha yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhannya.

Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah : kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs),

kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan ego (esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

Menurut Ali Imron dalam buku Eveline Siregar (2011:53) pada buku

(30)

memengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut.

a. Cita-cita

Cita-cita merupakan salah satu faktor yang memengaruhi motivasi belajar. Dilihat dari kenyataannya bahwa seseorang yang memiliki cita-cita pasti akan memiliki motivasi yang tinggi pula. Hal ini dapat terjadi ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung. Misalnya, ketika seseorang yang memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, maka ia akan mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran dengan sunguh-sungguh yang berhubungan dengan cita-citanya yaitu dokter, hal ini juga dapat terjadi dengan cita-cita lainnya.

b. Kemampuan pembelajar

Kemampuan pembelajar juga menjadi faktor lain yang memengaruhi motivasi belajar. Karena jika seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu, maka belum tentu ia memiliki kemampuan pada bidang lainnya. Hubungan antara kemampuan pembelajar dan motivasi belajar akan terlihat ketika seseorang memiliki kemampuan pada bidang tertentu. Ketika seseorang menyadari bahwa ia memiliki kemampuan pada bidang tertentu maka akan memengaruhi motivasi belajarnya, yaitu ia akan lebih mengasah kemampuannya pada bidang tersebut.

(31)

Kondisi pembelajar juga menjadi faktor yang memengaruhi motivasi belajar. Kondisi tersebut dapat diamati dari keadaan fisik dan psikis seseorang. Jika keadaan fisik seseorang sedang tidak sehat atau sedang kelelahan maka motivasi belajar akan mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas belajar atau aktivitas lainnya. Begitupun ketika keadan fisik seseorang sedang sehat maka motivasi belajar juga akan meningkat dengan baik. Selain dapat dilihat dari keadaan fisik seseorang, dapat diamati pula dari keadaan psikis seseorang. Ketika psikis seseorang sedang tidak bagus atau sedang stress maka motivasi belajar akan mengalami penurunan dalam aktivitas belajar. Sedangkan, ketika psikis seseorang sedang bagus atau menyenangkan maka motivasi belajar juga akan meningkat. d. Kondisi lingkungan pembelajar

(32)

yang digunakan guru. Jika hal tersebut tidak mendukung atau tidak membuat nyaman maka motivasi belajar pembelajar akan menurun, begitupun sebaliknya.

e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran

Faktor dinamisasi juga juga menjadi faktor yang memengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari sejauh mana upaya untuk mendinamisasikan proses pembelajaran. Upaya tersebut seperti media pembelajaran yang mendukung, bahan pelajaran, susasana belajar dan sebagainya yang dapat mendukung proses pembelajaran di kelas. Jika upaya-upaya tersebut dinamis maka motivasi belajar seseorang meningkat. Sehingga semakin dinamis upaya-upaya tersebut maka semakin meningkat motivasi belajar siswa, begitupun sebaliknya.

f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar. C. Hasil Belajar

Menurut W.S Winkel (2014) hasil belajar adalah kemampuan seseorang yang telah diperoleh melalui belajar.Hasil belajar siswa pada dasarnya mencakup perubahan tingkah laku dalam bidang kogintif, afektif dan psikomotoris(Nana Sudjana,1990:3). Menurut ahli yang sama, hasil belajar kognitif dibagi menjadi beberapa tipe hasil belajar:

a) Tipe hasil belajar: Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

(33)

kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat dasar untuk tipe hasil belajar berikutnya.

b) Tipe hasil belajar: Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan adalah pemahaman. Pemahaman adalah menerapkan sesuatu yang sudah didapat untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Misalnya menjelaskan sesuatu dengan kalimatnya sendiri dari yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari contoh yang sudah disebutkan sebelumnya.

c) Tipe hasil belajar: Aplikasi

Tipe hasil belajar aplikasi adalah penggunaan ide, teori atau penunjuk teknis yang sudah didapat lalu dipraktekkan atau diterapkan pada situasi nyata yang baru.

d) Tipe hasil belajar: Analisis

Tipe hasil belajar analisis adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari tipe hasil belajar sebelumnya dan berhubungan dengan hasil belajar sebelumnya. Pada tipe hasil belajar ini seseorang diharapkan mempunyai kemampuan menangkap pemahaman dengan baik dan dapat memahami proses, cara kerja dan memahami sistematikanya.

e) Tipe hasil belajar: Sintesis

(34)

memiliki pikiran sintesis adalah seseorang yang berpikir secara divergen atau bercabang. Seseorang yang memiliki pemikiran tersebut biasanya pemecahan masalah atau jawabannya belum dapat dipastikan.

Berpikir sintesis merpakan salah satu jalan untuk membuat orang menjadi kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang ingin dicapai dalam pendidikan karena seseorang dengan berpikir tersebut dapat menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas juga dilakukan dengan berpikir secara divergen.

f) Tipe hasil belajar : Evaluasi

Tipe hasil belajar evaluasi adalah penilaian terhadap sesuatu yang dapat diamati dari segi tujuan, cara kerja dan lain-lain. Pada tipe hasil belajar ini diperlukan kriteria atau standar tertentu agar dalam penilaian terdapat suatu patokan untuk memberi evaluasi.

Dapat disimpulkan bahwa dalam hasil belajar kognitif dibagi menjadi beberapa tipe hasil belajar. Tipe-tipe hasil belajar tersebut merupakan tahap-tahapan dari seseorang ketika menerima pengetahuan dari dasar hingga tahapan yang paling tinggi. Tahapan-tahapan tersebut saling memengaruhi satu dengan yang lain.

(35)

keinginan dan lain-lain. Jadi guru dalam proses pembelajaran tidak hanya melihat nilai siswa saja namun sikap siswa juga.

Hasil belajar psikomotoris dapat diamati dari segi keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini berhubungan dengan keterampilan seseorang setelah ia mendapat pengalaman belajarnya. Misalnya, siswa dapat memberi contoh lain selain yang sudah disebutkan oleh guru. Jadi guru dapat melihat hasil belajar dengan mengamati keterampilan siswa setelah mendapat pengalaman belajar tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan mengamati hasil belajar siswa dalam bidang kognitif yaitu tentang pengetahuan yang mencakup beberapa tipe hasil belajar.

(36)

D. Hubungan Secara Teoritis Antara Motivasi Belajar dan Hasil

Belajar.

Menurut Sardiman (2012:85) pada buku Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar bahwa hasil belajar akan menjadi baik ketika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan berhasil juga pelajaran tersebut. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan keadaan tingkatan usaha belajar bagi para siswa. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena didorong oleh motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Jadi dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. .

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan permasalahan yang peneliti ambil yaitu beberapa jurnal seperti: Pertama,Jurnal yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil

(37)

mengalami pengaruh positif dan signifikan. Kesimpulan ini dilihat dari nilai yang telah dianalisis.

Kedua, jurnal yang berjudul Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas VIII SMP

PGRI 16 Brangsing Kabupaten Kendal. Pada jurnal tersebut penulis jurnal ingin melihat metode pembelajaran yang digunakan oleh guru apakah sudah baik atau belum. Selain itu, juga melihat apakah metode pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dan metode pembelajaran tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII. Dari kedua jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa dapat memengaruhi hasil belajar siswa.

(38)

F. Lingkaran

1. Lingkaran dan Bagian-bagiannya.

Menurut Tasari J. Dris (2011,124) lingkaran adalah kedudukan titik-titk sebidang yang berjarak sama terhadap satu titik tertentu. Titik tertentu tersebut disebut titik pusat lingkaran.Pada gambar 2.1 lingkaran mempunyai beberapa bagian, seperti :

a. ̅̅̅̅ adalah diameter lingkaran,

b. ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ adalah jari-jari,

c. ̅̅̅̅ adalah tali busur, d. Bidang a adalah juring,dan e. Bidang b adalah tembereng.

Kurva lengkung ̂, ̂, dan ̂merupakan busur lingkaran.

̅̅̅̅ yang tegak lurus tali busur BC adalah apotema. Apotema

merupakan garis tegak lurus yang menghubungkan titik pusat lingkaran dengan tali busur lingkaran.

Panjang diameter dilambangkan dengan d, sedangkan panjang jari-jari dilambangkan dengan r. Hubungan antara diameter dan jari-jari adalah sebagai berikut.

atau

Jadi dapat didefiniskan diameter sebagai ruas garis yang menghubungkan 2 titik pada lingkaran yang melalui titik pusat.

a P A O C B b Gambar 2.1 Lingkaran dan

[image:38.595.141.532.169.581.2]
(39)

Sedangkan, jari-jarimenurut ST. Negoro dan B. Harahap (1982:202) adalah semua ruas garis antara pusat dan sembarang titik pada lingkaran.

2. Besaran-Besaran pada Lingkaran a. Keliling Lingkaran

Keliling lingkaran adalah panjang lintasan yang melintasi garis lengkung lingkaran dan panjangnya bergantung pada jari-jari lingkaran. Keliling lingkaran . Karena jadi :

Keliling lingkaran

Jadi keliling lingkaran

b. Luas Daerah Lingkaran

Karena , maka luas daerah lingkaran menjadi:

( )

Jadi, luas daerah lingkaran dengan r = jari-jari, d =

(40)

c. Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur, dan Luas Juring 1) Pengertian Sudut Pusat

Sudut yang terbentuk oleh dua buah ruas garis jari-jari lingkaran yang menghadap busur yang kecil

dan terletak pada pusat lingkaran disebut sudut pusat lingkaran.

Perhatikan Gambar 2.2 di samping

yang menghadap busur ̂ yang kecil adalah sudut pusat lingkaran.

2) Hubungan Antara Sudut Pusat dengan Panjang Busur dan Luas Juring

Perhatikan Gambar 2.3 di samping ini. Setiap lingkaran berlaku semakin besar sudut pusat maka semakin besar panjang busur dan semakin besar juga luas juringnya. Sebaliknya, semakin kecil sudut pusat maka semakin kecil panjang busur dan semakin kecil juga luas juringnya. 3) Perhitungan Panjang Busur

Pada Gambar 2.4 adalah sudut pusat lingkaan. Besar sudut pusat AOB adalah (sudut siku-siku). Panjang busur

dihadapan sudut pusat keliling. Karena satu putaran

A B

[image:40.595.142.533.198.620.2]

O

Gambar 2.2 Sudut Pusat

O

A B

C D

Gambar 2.3 Hubungan Antara Sudut Pusat dengan

(41)

besar sudutnya , maka panjang

busur

keliling lingkaran.

Panjang busur

4) Perhitungan Luas Juring

Menurut ST. Negoro dan B. Harahap (1982:204) juring adalah daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan satu busur pada suatu lingkaran. Pada Gambar

2.5 luas juring AOB = luas

daerah lingkaran.

Luas juring AOB = luas lingkaran

Jika besar sudut pusat AOE = maka luas juring AOE

sama dengan

luas lingkaran. Secara umum dapat ditulis sebagai berikut.

Luas juring AOE =

O

B D

C

E

[image:41.595.138.515.114.573.2]

A

Gambar 2.4 Panjang Busur

B D

C

E

A O

(42)

5) Perhitungan Luas Tembereng.

Menurut ST. Negoro dan B. Harahap (1982:514) tembereng adalah daerah yang dibatasi oleh sebuah tali busur dan busur pada sebuah lingkaran. Pada Gambar 2.6

di samping, daerah yang diarsir merupakan tembereng. Luas tembereng = Luas juring AOB– Luas 6) Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring

Perhatikan Gambar 2.7 , maka di dapat

7) Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling

Pada Gambar 2.8 di samping adalah sudut pusat lingkaran

dan adalah sudut keliling lingkaran.

Sudut pusat = 2 sudut keliling

atau sudut keliling = sudut pusat.

B A

[image:42.595.137.520.60.767.2]

O

Gambar 2.6 Luas Tembereng A C D B O Gambar 2.7 Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas

C

A B

O

Gambar 2.8 Hubungan Sudut Pusat dan Sudut

(43)

8) Sifat-Sifat Sudut Keliling

a) Sudut Keliling yang Menghadap Diameter Lingkaran.

Pada Gambar 2.9, AC adalah diameter lingkaran dengan titik O

pusat lingkaran. Besar sudut AOC = (sudut lurus). adalah

sudut keliling yang menghadap diameter AC.

Besar sudut keliling yang menghadap diameter adalah siku-siku (

b) Sudut-Sudut Keliling yang Menghadap Busur yang Sama Pada Gambar 2.10, adalah

sudut keliling dan adalah sudut pusat yang menghadap busur sama

yaitu busur ̂. Sehingga berlaku

. Selain itu, pada

gambar tersebut terlihat pula merupakan sudut keliling dimana

dan adalah sudut keliling yang menghadap

busur yang sama yaitu busur ̂. Sudut keliling yang menghadap busur yang sama adalah sama besar.

A

B

[image:43.595.140.537.114.656.2]

C O

Gambar 2.9 Sudut Keliling Yang Menghadap Diameter Lingkaran A B C O

Gambar 2.10 Sudut-sudut Keliling yang Menghadap Busur

(44)

3. Panjang Garis Singgung.

1) Cara menghitung Panjang Garis Singgung dari Sebuah Titik di Luar Lingkaran.

Terbentuk segitiga siku-siku

OBA yang siku-siku di B

berdasarkan sifat garis singgung. Dengan menggunakan dalil Pythagoras, panjang AB dapat ditentukan.

( ( ( atau

Dengan j : panjang garis singgung

: jarak pusat lingkaran O ke titik A

: jari-jari lingkaran.

2) Cara Menghitung Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran.

a) Garis Singgung Persekutuan Luar

Jarak antara dua titik singgung diperoleh dengan menggunakan dalil Pythagoras sebagai berikut.

Perhatikan pada gambar di atas.

, dan

( ( ( , maka

[image:44.595.140.511.130.600.2]

A j A r d B O Gambar 2.11 Menghitung Panjang

Garis Singgung dari Sebuah Titik di Luar

(45)

( ( (

√( (

Jika jarak antara kedua pusat lingkaran d, jari-jari lingkaran M adalah R dan jari-jari lingkaran N adalah r,

maka:

√ ( ,

dengan R >r

Dengan j = panjang garis singgung persekutuan luar.

b) Garis Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran

Pada Gambar 2.13, garis

k menyinggung lingkaran P

di titik A dan lingkaran Q di titik B. Sehingga AB adalah garis singgung lingkaran P

dan Q. Lalu ̅̅̅̅ adalah jarak pusat kedua lingkaran tersebut.

Pada berlaku dalil Pythagoras.

( ( (

Karena , maka Gambar 2.13 Garis

Singgung Persekutuan Dalam Lingkaran d B O R j A P C k r Q B k A C R M A N B r jA d N

[image:45.595.138.516.232.612.2]
(46)

( ( (

Jika jarak kedua pusat lingkaran j, jari-jari lingkaran P adalah R dan jari-jari lingkaran Q adalah

r, maka

√ ( , dengan R >r.

Dengan l = panjang garis singgung persekutuan dalam.

3) Panjang Sabuk Lilitan Jika kedua lingkaran yang mempunyai jari-jari sama secara berturut-turt adalah R dan r, dan lingkaran tersebut terdapat dua garis singgung

persekutuan luar seperti pada Gambar 2.14. Maka panjang garis singgung persekutuan luar lingkaran minimal adalah

AB+CD+2 keliling lingkaran atau sama dengan 2 kali

panjang garis singgung persekutuan luar+keliling lingkaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa panjang sabuk yang dibutuhkan untuk mengikat dua lingkaran yang berjari-jari sama adalah 2 kali panjang garis singgung persekutuan luar + keliling lingkaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk r = a maka

D

A M

C

[image:46.595.138.514.179.584.2]

B N

Gambar 2.14 Panjang Sabuk

(47)

Panjang sabuk lilitan minimal = ( (

Dengan a = jari-jari lingkaran 1 (R) atau jari-jari lingkaran 2 (r), dengan R = r.

G. Bangun Ruang 1. Kubus dan Balok

a.Bagian-Bagian Kubus

1) Sisi, Rusuk, dan Titik Sudut

Menururt Tasari J. Dris (2011:166) Hampir sama dengan pengertian sisi pada bangun datar. Perbedaanya adalah pada bangun datar sisi berupa garis, sedangkan pada bangun ruang sisi yang dimaksudkan berupa bidang/bangun datar.

Perhatikan daerah yang diarsir pada gambar 2.15, yaitu

BCGF. Bidang BCGF merupakan salah satu sisi dari kubus

ABCD.EFGH.

Perhatikan bagian kubus yang lain (Gambar 2.15) yaitu garis AB. Garis AB merupakan tempat pertemuan/perpotongan sisi ABFE dan ABCD. Garis yang demikian disebut rusuk.

rusuk

Titik sudut

A B

C D

E F

H G

Gambar 2.15 Unsur-unsur Kubus

[image:47.595.137.539.247.692.2]
(48)

Perhatikan salah satu bagian kubus yang lain lagi (gambar 13), misalnya titik B merupakan tempat pertemuan rusuk AB,

BC, dan BF. Titik B disebut titik sudut kubus ABCD.EFGH. 2) Diagonal Sisi Kubus

Telah diketahui bahwa sebelumnya bahwa sisi kubus berbentuk pesergi. Jadi, ABFE

berbentuk persegi. Kita misalkan panjang AB = a cm. Dengan

menggunakan dalil Pythagoras akan kita peroleh

3) Bidang Diagonal Kubus

Dari Gambar 2.17 di samping, kita peroleh bahwa:

AB = rusuk kubus

BG = diagonal sisi kubus Jadi, ABGH berbentuk persegi panjang.

A B

[image:48.595.136.505.216.719.2]

C D

Gambar 2.16 Diagonal Sisi Kubus

A B

C D

E F

H G

(49)

Kita misalkan AB = a cm, maka

BG = √ cm sehingga kita peroleh Luas persegi panjang ABGH=

Jadi, luas ABGH adalah √ . 4) Diagonal Ruang Kubus

Perhatikan Gambar 2.19 di atas. Garis EC berada di dalam ruang kubus

ABCD.EFGH. Garis yang demikian dinamakan diagonal ruang kubus. Jadi, garis DF merupakan diagonal ruang kubus ABCD.EFGH.

b. Bagian-bagian Balok

1) Sisi, Rusuk, dan Titik Sudut Perhatikan

daerah yang diarsir dari balok ABCD.EFGH

pada gambar di atas, yaitu bidang BCGF. Bidang ini merupakan salah satu sisi balok.

A B

H G

a cm

√ cm

Gambar 2.18 Luas Bidang Diagonal

Kubus

Sisi Balok

A B

C D

E F

H G

Titik sudut rusuk Gambar 2.20 Bagian-bagian Balok

A B

C D

E F

H G

Gambar 2.19 Diagonal Ruang

[image:49.595.138.522.83.735.2]
(50)

Perhatikan garis EF pada gambar di atas. Garis GH

merupakan salah satu rusuk balok ABCD.EFGH. Pada balok tersebut terdapat tiga pasang rusuk yang sejajar, yaitu:

a. ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

b. ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

c.

2) Diagonal Sisi Balok Sama seperti kubus, balok juga mempunyai diagonal sisi. Namun panjang diagonal sisi pada balok tidak semuanya sama panjang. Perhatikan

Gambar 2.21. Garis BE, BG, dan EG merupakan diagonal sisi balok ABCD.EFGH.

Kita misalkan panjang balok (AB) = p, lebar balok (BC) = l, dan tinggi (CG) = t. Dari Gambar 2.21 di atas, kita peroleh

A B

F E

p

t

A B

C D

E F

H G Diagonal sisi Diagonal sisi Diagonal sisi

p l

t

Gambar 2.21 Diagonal Sisi Balok

(51)

3) Bidang diagonal Balok

Pada Gambar 2.22 terlihat daerah yang diarsir, yaitu ACGE dibatasi oleh dua diagonal sisi ( ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅) dan dua rusuk ( ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅). Bidang

ACGE merupakan bidang diagonal balok ABCD.EFGH.

Bidang ACGE berbentuk persegi panjang seperti pada Gambar 2.23, sehingga kita peroleh:

Luas persegi panjang ACGE =

(√

B C

G F

l

t

E F

G H p l √ √

A B

C D

E F

H G

Gambar 2.22 Bidang Diagonal

Balok

A C

G E

(52)

4) Diagonal Ruang Balok

̅̅̅̅ berada di dalam balok

ABCD.EFGH. ̅̅̅̅ dinamakan diagonal ruang balok.

̅̅̅̅ merupakan diagonal

bidang diagonal ACGE. Dengan menggunakan dalil Pythagoras, dapat diperoleh

̅̅̅̅ merupakan diagonal sisi balok dengan panjang

(√ , maka

(√

c. Jaring-jaring Kubus dan Balok i. Jaring-Jaring Kubus

A B

C D

E F

H G

Gambar 2.24 Diagonal Ruang Balok

A B

C D

E F

H G

A E

H D

H G

C

B F E

H G

E F

(53)

ii. Jaring-jaring Balok

d. Luas Permukaan Kubus dan Balok

Luas permukaan kubus merupakan jumlah luas keenam persegi tersebut. Jika kita misalkan panjang rusuk kubus adalah s cm, maka

Luas permukaan kubus (

Sedangkan jaring-jaring balok juga terdiri atas 6 persegi panjang. Jadi, luas permukaan balok dapat dicari dengan menjumlahkan luas keenam persegi panjang tersebut.

Jika kita misalkan p = panjang balok, l = lebar balok, dan t = tinggi balok, maka

Luas permukaan balok =

( ( (

(

A B

C D

E F

H G

A E

H D

H G

C

B F E

H G

E F

(54)

Luas permukaan balok = ( e. Volume Kubus dan Balok

i. Volume Kubus

Untuk mencari volume kubus kita dapat menggunakan kubus satuan, yaitu dengan panjang rusuk 1 cm. Sehingga volume kubus satuan sebesar 1 .

Dengan V = volume kubus; s = panjang rusuk kubus. ii. Volume Balok

Untuk mencari volume balok dapat digunakan kubus satuan yang dipakai untuk mencari volume kubus. Tedapat balok yang tersusun atas 12 kubus satuan sehingga volume balok tersebut adalah . Balok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut,

panjang balok terdiri dari 6 kubus satuan, panjang balok 6 cm. Lalu lebar balok terdiri atas 2 kubus satuan, sehingga lebar balok 2 cm. Tinggi balok terdiri atas 1 kubus satuan, sehingga tingga balok 1 cm. Diperoleh hubungan sebagai berikut :

Sehingga volume balok:

(55)

2. Limas dan Prisma Tegak 1. Bagian-Bagian Limas dan

Prisma Tegak.

i. Bagian-Bagian Limas Perhatikan limas segi empat T.ABCD di

samping ini. T adalah titik puncak limas. Bidang ABCD adalah

bidang alas. Jarak T ke titik perpotongan diagonal bidang alas

ABCD disebut tinggi limas. Segitiga-segitiga TAB, TBC, TCD, dan TDA disebut sisi-sisi tegak, sedangkan ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan

̅̅̅̅ adalah rusuk-rusuk tegak limas. TAC dan TBD adalah

bidang-bidang diagonal. Diagonal sisi atau diagonal bidangnya hanya terdapat pada sisi alas, yaitu AC dan BD.

Dengan demikian, limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi alas dan sisi-sisi tegak yang berupa segitita yang satu titik sudutnya dari sisi-sisi tegak tersebut saling bertemu.

Nama limas diberikan sesuai dengan alasnya. Jika alasnya berupa segi-n maka limas tersbut merupakan limas segi-n. Jika panjang rusuk alas segi-n sama panjang, maka limas tersebut merupakan limas segi-n beraturan.

A

B D

O T

C

(56)

ii. Bagian-Bagian Prisma Tegak Gambar prisma di samping ini merupakan prisma segitiga ABC.DEF. sisi ABC dan DEF kongruen dan sejajar. Dari kedua sisi tersebut kemudian ditarik garis lurus yang menghubungkan titik sudut yang bersesuaian.

Permberian nama suatu prima berdasarkan bentuk sisi alas atau sisi atas. Pada prisma di atas, sisi alas dan sisi atas prisma bebentuk segitiga sehingga prisma merupakan prisma segitiga. iii.Jaring-Jaring Limas dan Prisma Tegak

2. Besaran-Besaran pada Limas dan Prisma Tegak i. Luas Permukaan Limas

Luas permukaan limas = luas alas + luas semua sisi tegak.

B A

B

C B

E F D E E A B C

D E

F Gambar 2.28 Prisma Tegak T C T A B T

Gambar 2.29 Jaring-jaring Limas alas Segitiga

[image:56.595.142.507.93.589.2]
(57)

ii. Luas Permukaan Prisma Tegak.

Luas permukaan prisma = luas sisi alas + luas sisi atas + luas selubung (sis-sisi tegak) = (luas sisi atas) + luas

selubung Luas selubung = ABt + BCt + ACt

=(AB + BC + AC) t

= (keliling alas) t

Luas permukaan prisma = 2 (luas bidang alas) + luas selubung

= (2 luas alas)+(keliling alas tinggi)

iii.Volume Limas

Volume Limas = volume kubus

Karena = dan , maka

Dengan V = volume limas;

(58)

iv. Volume Prisma Tegak

Untuk menghitung volume prisma tegak menggunakan sebuah balok

ABCD.EFGH yang

dipotong sepanjang diagonal

sisi ̅̅̅̅ secara tegak lururs ke bawah. Sehingga didapat dua buah bangun ruang yang kongruen dengan alas segitiga yaitu prisma segitiga BAD.FEH dan BCD.FGH.

Volume prisma =

Dengan demikian, volume prisma ditulis

Dengan V : volume prsima; : luas alas prsima; t = tinggi prisma. H. Kerangka Berpikir

Melihat dari latar belakang penelitian bahwa masih banyak ditemukan permasalahan yang menyangkut motivasi belajar siswa. Beberapa permasalahan yang muncul pada saat proses pembelajaran

A B

C D

E F

H G

[image:58.595.137.514.113.594.2]
(59)

adalah ketidakseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu dengan berbicara dengan teman sebangkunya, tidak mendengarkan guru, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Namun ada beberapa siswa yang memerhatikan guru pada saat proses pembelajaran. Hal-hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa motivasi yang ada didalam diri siswa tersebut ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas. Motivasi yang kurang dalam mengikuti proses pembelajaran akan berdampak pada hasil belajar mereka nanti. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa diperlukan beberapa faktor yang memengaruhi motivasi, seperti yang dikemukakakan oleh Ali Imron.

Peranan motivasi belajar sangat penting dalam memengaruhi hasil belajar. Namun hal ini sering kali kurang diperhatikan guru dalam KBM. Terkadang guru kurang memerhatikan motivasi siswa dalam KBM. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan guru tentang kebutuhan siswa di sekolah yang menyangkut motivasi dalam belajar seperti fisiologis, rasa aman, rasa terima, rasa dilindungi, rasa diakui, rasa dicintai dari guru dan sesamanya belum terpenuhi (Sugeng Paranto;1981). Sehingga dalam proses KBM guru belum bisa memenuhi beberapa kebutuhan siswa di kelas.

(60)
(61)
(62)

44 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang menguraikan teori secara sistematis (bukan hanya sekedar pendapat para pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Bogdan dan Taylor dalam buku Basrowi dan Suwandi (2008:1) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Peneliti akan mendeksripsikan pengaruh posisi tempat duduk siswa terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Data kualitatif dapat diperoleh melalui observasi, wawancara, dan mengedarkan instrumen angket. Data kuantitatif dapat diperoleh melalui hasil belajar dan hasil angket.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Santo Aloysius Turi. 2. Waktu Penelitian

(63)

C. Subyek dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah 21 siswa kelas VIII semester genap Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

2. Obyek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah hubungan posisi tempat duduk dengan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

D. Bentuk Data

1. Data Motivasi Belajar Siswa

Data motivasi belajar diperoleh melalui observasi yang berupa catatan peneliti dan dokumentasi ketika proses pembelajaran. Selain itu, data motivasi belajar juga berupa wawancara dan angket tentang motivasi belajar untuk mendukung data dari hasil observasi.

2. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dengan melihat hasil belajar siswa melalui hasil ulangan harian bab tertentu.

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan data :

1. Metode Pengumpulan Data

(64)

a. Observasi

Menurut Nasution (1998) dalam buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono,2010:310) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Marshall (1995) dalam buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono,2010:310) melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi dilakukan terhadap pembelajaran matematika di kelas yang akan diteliti dan pengamatan ini dilakukan melalui pengamatan langsung dengan menggunakan alat indera dan akan didokumentasikan. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas sebelum di ubah posisi tempat duduknya.

b. Pemberian Angket

(65)

c. Pemberian Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap suatu materi sejauh mana. Kegiatan tersebut dilakukan ketika materi satu bab sudah selesai.

d. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono,2010:319) adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehinga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Metode ini utuk melengkapi data yang sudah didapat melalui observasi dan pemberian angket tentang pengaruh posisi tempat duduk siswa terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa matematika di SMP Santo Aloysius Turi.

2. Instrumen Pengumpulan Data

(66)

a. Non Tes

1) Lembar observasi

[image:66.595.140.518.261.682.2]

Peneliti melakukan observasi atau mengamati objek yaitu kelas yang akan diteliti secara langsung dan dicatat dalam lembar observasi.

Tabel 3.1 Lembar Observasi Siswa

No Aspek yang Diamati Pernyataan Keterangan Ya Tidak

1 Siswa siap mengikuti pembelajaran

matematika seperti mempersiapkan buku matematika

2 Siswa aktif dalam pembelajaran matematika

3 Siswa memerhatikan guru ketika

pembelajaran

matematika berlangsung 4 Siswa bertanya dengan

guru atau teman jika ada kesulitan dalam

pembelajaran matematika

5 Siswa tidak melakukan aktivitas lain selain memerhatikan guru ketika pembelajaran berlangsung

6 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

(67)

2) Lembar Angket

[image:67.595.122.535.259.754.2]

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar dalam pembelajaran matematika. Berikut ini merupakan kisi-kisi angket tentang motivasi belajar siswa:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar

A. Pertanyaan yang termasuk ke dalam motivasi intrinsik

Nomor Indikator Sub. Indikator Nomor Angket

1 Mengetahui

persiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika

Memerhatikan guru yang di depan 1,7 Mempersiapkan buku dan

perlengkapan lain dalam pelajaran matematika

3,9

Menjaga sikap ketika guru sudah mulai masuk kelas

6,10 Mempersiapkan diri sebelum

menghadapi ulangan atau kuis

2,4

2 Mengetahui

sikap siswa dalam mengikuti proses pembalajaran matematika

Bertanya dengan guru atau teman jika ada materi yang belum paham

5,8 Memerhatikan guru ketika sedang

menjelaskan materi

11,16

Mengerjakan Ulangan Harian maupun Ujian lainnya.

13,15 Sikap ketika dihadapkan dengan

permasalahan dari soal

12,14

3 Mengetahui

sikap siswa dalam menghadapi perlajaran matematika ketika di rumah

Mengulang materi yang diperoleh dari sekolah.

17,20

B. Pertanyaan yang termasuk ke dalam motivasi ekstrinsik

5 Mengetahui

reaksi siswa terhadap pelajaran matematika

Pengaruh buku panduan seperti LKS atau Buku Paket terhadap siswa

19 Tindakan siswa terhadap nilai jelek

dan baik

18,21

6 Mengetahui

sikap siswa

Pengaruh dari lingkungan (teman) terhadap pelajaran matematika

(68)

Setiap pilihan jawaban angket memiliki skor yang berbeda. Perbedaan skor tersebut dapat dilihat dari kriteria pernyataan menurut skala likert:

i. Untuk pernyataan yang bersifat positif

1=Sangat Tidak Setuju, 2=Tidak Setuju, 3=Setuju, 4= Sangat Setuju.

ii. Untuk pernyataan yang bersifat negatif

[image:68.595.139.516.293.638.2]

1= Sangat Setuju, 2=Setuju, 3= Tidak Setuju, 4= Sangat Tidak Setuju.

Tabel 3.3 Pernyataan Angket Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1, 3, 6, 2, 5, 11, 13, 12, 17, 18, 19,

21, 22, 23

4, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 20, 24, 25

Tabel 3.4 Skor Tiap Pernyataan

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju = 4

Setuju = 3 Tidak Setuju = 2

Sangat Tidak Setuju = 1

Sangat Setuju = 1 Setuju = 2

Tidak Setuju = 3

Sangat Tidak Setuju = 4 terhadap

pelajaran matematika

Sikap siswa untuk memperoleh nilai matematika yang baik

24

7. Mengetahui sikap siswa terhadap perubahan tempat duduk

Sikap siswa terhadap pelajaran matematika sebelum posisi tempat duduk

23,25

(69)

3) Lembar Wawancara

[image:69.595.109.517.281.614.2]

Subyek yang akan di wawancara adalah siswa-siswa yang kelasnya sudah diteliti dan dipilih secara acak. Langkah ini dilakukan setelah siswa telah mengisi angket. Wawancara digunakan untuk memperkuat dari hasil angket yang telah dikerjakan oleh siswa-siswa. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara

A. Pertanyaan Terkait angket

Nomor Indikator Sub. Indikator Nomor Angket

1 Mengetahui

konsisten jawaban siswa

Penyebab siswa tidak konsisten terhadap jawaban

1

B. Pertanyaan Terkait Hasil Belajar

2 Mengetahui

proses siswa menyelesaikan soal

Sikap siswa ketika mengerjakan soal dan sebelum mengerjakan soal

2,3 Langkah-langkah dalam mengerjakan soal Lingkaran dan Bangun Ruang

4,5,6

C. Pertanyaan Terkait Posisi Tempat Duduk

3 Mengetahui

sikap siswa terkait posisi tempat duduk

Merasa nyaman/tidak nyaman dengan posisi tempat duduk

7,8 Posisi tempat duduk memengaruhi

motivasi belajar

9

Posisi tempat duduk memengaruhi hasil belajar matematika

10

b. Tes

(70)
[image:70.595.140.517.219.752.2]

yang berbeda tersebut adalah Lingkaran dan Bangun Ruang. Melalui hasil tes ini, peneliti ingin melihat hubungan antara hasil belajar dan motivasi belajar yang dimiliki setiap siswa.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Soal

No Kompetensi Dasar

Indikator Jumlah Soal

Nomer Soal

Tuntutan Bab Lingkaran

1. 4.2

Menghitung keliling dan luas lingkaran. menghitung keliling dan luas lingkaran

1 10 C2

(Pemahaman)

2. 4.3. Memahami relasi dan fungsi Menentukan besar sudut keliling jika menghadap diameter dan busur yang sama.

1 5 C1

(Pengetahuan) Menentukan panjang busur, luas juring dan luas tembereng

3 1,2,4 C2

(Pemahaman) Menggunak an hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah2x

1 3 C2

(Pemahaman)

3. 4.5.Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segitiga Menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam dan persekutuan luar(3,4)

2 6,7,8,9 C2

(71)

Bab Bangun Ruang 4. 5.1.

Mengidentifika si sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya. Membuat jaring-jaring kubus dan balok

1 5 C2

(Pemahaman) Menyebu tkan unsur-unsur kubus, balok, prisma, dan limas

2 1,3 C1

(Pengetahuan) Menyebu tkan rusuk- rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal.

1 2 C1

(Pengetahuan)

5. 5.2. Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas. Membuat jaring-jaring prisma tegak dan limas tegak

1 4 C2

(Pemahaman)

6. 5.3.

Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas. Menghit ung luas permuka an kubus, balok, prisma dan limas

2 6,10 C2

(72)

Menghit ung volume kubus, balok, prisma, limas.

3 7,8,9

C2 (Pemahaman)

F. Metode/Teknis Analisis Data 1.Validitas Instrumen

(73)

Untuk menentukan validitas angket motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan teknik korelasi product-moment dari Pearson sebagai berikut:

√{ }{ }

Keterangan:

koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y = banyaknya siswa

= skor butir = skor total

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:180) interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi digunakan kirteria

[image:73.595.140.522.182.591.2]

Nurgana (Ruseffendi, 1994:144) berikut ini:

Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Validitas

Nilai r Interpretasi

Sangat Tinggi Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat Rendah

2. Reliabilitas Instrumen

(74)

ini diperoleh dengan mengolah data hasil uji coba instrumen angket dengan menggunakan rumus Alpha.

Rumus mencari varians

Keterangan :

= banyaknya butir soal

=jumlah varians skor tiap item

= varians skor total = skor total

[image:74.595.139.520.161.590.2]

Interpretasi nilai mengacu pada pendapat Guilford (Ruseffendi, 1991b:191) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:181):

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Reliabilitas Koefisien Realibilitas Interpretasi

Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

3. Uji Coba Instrumen

(75)

coba angket dilaksanakan pada hari Kamis, 14 April 2016 di kelas VIII B.

i. Uji Validitas

Butir validitas dikatakan valid jika . Hasil perhitungan validitas uji coba angket

[image:75.595.141.510.274.712.2]

motivasi belajar VIII B terdapat pada lampiran 11.

Tabel 3.9 Uji Validitas Angket Motivasi Belajar

Butir Item Keterangan

1 0,442 Valid

2 0,503 Valid

3 0,555 Valid

4 0,749 Valid

Gambar

gambar 2.1 lingkaran mempunyai beberapa
Gambar 2.2 Sudut
Gambar 2.4A Panjang
Gambar 2.6 Luas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penerapan PTT, tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional, petani secara bertahap dapat memilih komponen teknologi yang paling sesuai dengan

Dalam penelitian ini kegiatan observasi dianalisis secara deskriptif dan komperatif. Hasil observasi yang telah dilakukan diolah dan dianalisis secara.. deskriptif dan komperatif

Volume air yang tersedia untuk mengencerkan beban limbah dan membawanya keluar dapat dihitung dengan mengalikan luas wilayah perairan gosong Semak Daun dengan selisih antara

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, karyawan merasa terlalu banyak mendapat tanggung jawab dan tugas, apabila tugas yang diberikan terlalu banyak maka karyawan akan mudah lelah

Dintre la Universitat, sense oblidar la direcció, en dues etapes (1986-1989 i 1997-1999), del Departament de Filo- logia Catalana, ha destacat en la proposta i l’execució di-

Menurut Taufik Abdullah (1966) adat dapat berarti dalam satu sisi kebiasaan lokal: disatu sisi lain sebagai keseluruhan sistem struktur dari masyarakat dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubangan antara panjang lengan, koordinasi mata tangan dengan hasil servis panjang pada para remaja usia 13-15 tahun di