• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbedaan praktik manajemen laba sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbedaan praktik manajemen laba sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA KONVERGENSI IFRS Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2010-2013

Maria Regina Fika Meilida Sugirianto NIM: 122114139

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Konvergensi IFRS diharapkan dapat menurunkan praktik manajemen laba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan praktik manajemen laba akrual dan manajemen laba riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.

Jenis penelitian ini merupakan studi kasus komparatif. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 86 perusahaan. Manajemen laba diukur melalui nilai discretionary accrual dan abnormal

cash flow from operations. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

uji beda Wilcoxon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan praktek manajemen laba akrual dan manajemen laba riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS.

(2)

ANALYSIS THE DIFFERENCE OF EARNINGS MANAGEMENT PRACTICES BEFORE AND AFTER THE CONVERGENCE OF IFRS Case Study on the Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock

Exchange for The Year 2010-2013

Maria Regina Fika Meilida Sugirianto NIM: 122114139

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Convergence of IFRS was expected to decrease earnings management practices. This research aims to analize the difference of earnings management practices both of accrual earnings management and real earnings management before and after the convergence of IFRS on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the year 2010-2013.

This is a comparative case research. The method used to determine sample is purposive sampling and 86 companies are chosen as the sample. Earnings management was measured by discretionary accrual and abnormal cash flow from operations. Analysis data method for this research was Wilcoxon Test.

The results showed that the practices of accrual earning management and real earnings management through cash flow from operations have no differences before and after the convergence of IFRS.

(3)

ANALISIS PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI IFRS

Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Maria Regina Fika Meilida Sugirianto NIM: 122114139

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

(4)

i

ANALISIS PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI IFRS

Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Maria Regina Fika Meilida Sugirianto NIM: 122114139

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

(5)

ii Oleh :

Maria Regina Fika Meilida Sugirianto NIM: 122114139

Telah disetujui oleh:

Pembimbing,

(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

MOTTO:

“Hidup itu adil karena sama-sama ga adil buat semua” (Mikha Angelo)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”

(Lukas 11:9)

“It’s not because things are difficult that we do not dare; it’s because we do not dare that things are difficult”

(Seneca)

Karya ini kupersembahkan untuk:

(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

ANALISIS PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI IFRS

Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 21 Juli 2016 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang

menunjukkangagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku

seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan

tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa

memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak,

dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya

sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin

atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan

ijasah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya diterima.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Regina Fika Meilida Sugirianto Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 122114139

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI IFRS

Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

beserta dengan perngkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Agustus 2016 Yang menyatakan,

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI IFRS Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi tidak lepas dari dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan tulus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A . selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi

(11)

viii

5. Segenap dosen Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat yang dapat digunakan penulis dalam mengerjakan skripsi ini

6. Orang tuaku, Andreas Taufik Sugirianto dan Skolastika Irwani untuk segala doa, semangat, dan nasehat yang menjadi motivasi bagi penulis 7. Kakak dan kedua adikku atas doa dan semangat yang selalu diberikan 8. Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Akuntansi yang juga selalu

terus saling memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangandikarenakan keterbatasan yang dimiliki penulis. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun serta bermanfaat sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016

(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

ABSTRAK xiv

ABSTRACT xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 6

E. Sistematika Penulisan 6

BAB II LANDASAN TEORI 8

A. Teori Agensi 8

B. Manajemen Laba 9

1. Pengertian Manajemen Laba 9 1.1. Manajemen Laba Akrual 9 1.2. Manajemen Laba Riil 10 2. Bentuk Manajemen Laba 12 3. Motivasi Manajemen Laba 13 C. International Financial Reporting Standard IFRS 14

1. Pengertian International Financial Reporting Standard

(IFRS) 14

2. Tahapan Konvergensi IFRS 15 3. Manfaat Konvergensi IFRS 17

D. Kerangka Konseptual 18

E. Perumusan Hipotesis 19

BAB III METODE PENELITIAN 21

A. Jenis Penelitian 21

B. Tempat Dan Waktu Penelitian 21 C. Subjek Dan Objek Penelitian 21

D. Data Yang Diperlukan 22

(13)

x

G. Variabel Penelitian 22

H. Teknik Analisis Data 24

1. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Akrual Sebelum dan

Sesudah Adanya Konvergensi IFRS 24 2. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Riil Melalui Arus

Kas Operasi Sebelum dan Sesudah Adanya Konvergensi

IFRS 26

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 29 A. Karakteristik Perusahaan Manufaktur 29 B. Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 30 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 32 A. Pemilihan Sampel Penelitian 32

B. Uji Normalitas 33

1. Uji Normalitas pada Data Hasil Perhitungan Manajemen

Laba Akrual Sebelum dan Sesudah IFRS 34 2. Uji Normalitas pada Data Hasil Perhitungan Aliran Kas

Operasi Abnormal Sebelum dan Sesudah IFRS 35 C. Analisis Data Hasil Penelitian 36

1. Perbedaan Praktek Manajemen Laba Akrual Sebelum dan

Sesudah Adanya Konvergensi IFRS 36 2. Perbedaan Praktek Manajemen Laba Riil Dihitung

Melalui Arus Kas Operasi Sebelum dan Sesudah

Adanya Konvergensi IFRS 38

D. Pembahasan 40

1. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Akrual Sebelum dan

Sesudah Adanya Konvergensi IFRS 40 2. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Riil Dihitung

Melalui Arus Kas Operasi Sebelum dan Sesudah

Adanya Konvergensi IFRS 41

BAB V PENUTUP 43

A. Kesimpulan 43

B. Keterbatasan Penelitian 44

C. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Perbedaan PSAK dan IFRS 16

Tabel 5.1: Kriteria Pemilihan Sampel 32

Tabel 5.2: Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov pada Data

Manajemen Laba Akrual Sebelum dan Sesudah IFRS 34

Tabel 5.3: Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov pada Data

Aliran Kas Operasi Abnormal Sebelum dan Sesudah IFRS 35

Tabel 5.4: Analisis Deskriptif Manajemen Laba Akrual 36

Tabel 5.5: Hasil Uji Wilcoxon Manajemen Laba Akrual 37

Tabel 5.6: Analisis Deskriptif Aliran Kas Operasi Abnormal 39

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Perusahaan Sampel 50

Lampiran 2: Data Total Akrual Perusahann Sampel 54

Lampiran 3: Data Arus Kas Operasi Riil Perusahaan Sampel 58

Lampiran 4: Hasil Regresi untuk Menghitung Non Discretionary Accrual 62

Lampiran 5: Hasil Regresi untuk Menghitung Aliran Arus Kas Operasi Normal 65

Lampiran 6: Data Hasil Perhitungan Non Discretionary Accrual 68

Lampiran 7: Data Hasil Perhitungan Discretionary Accrual 72

Lampiran 8: Data Hasil Perhitungan Normal Cash Flow From Operations 76

Lampiran 9: Data Hasil Perhitungan Abnormal Cash Flow from Operations 80

Lampiran 10: Data Hasil Perhitungan Manajemen Laba Akrual 84

Lampiran 11: Data Hasil Perhitungan Manajemen Laba Riil Melalui Arus Kas

(17)

xiv ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN PRAKTIK MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA KONVERGENSI IFRS Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2010-2013

Maria Regina Fika Meilida Sugirianto NIM: 122114139

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Konvergensi IFRS diharapkan dapat menurunkan praktik manajemen laba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan praktik manajemen laba akrual dan manajemen laba riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.

Jenis penelitian ini merupakan studi kasus komparatif. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 86 perusahaan. Manajemen laba diukur melalui nilai discretionary accrual dan abnormal

cash flow from operations. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

uji beda Wilcoxon.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan praktek manajemen laba akrual dan manajemen laba riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS.

(18)

xv ABSTRACT

ANALYSIS THE DIFFERENCE OF EARNINGS MANAGEMENT PRACTICES BEFORE AND AFTER THE CONVERGENCE OF IFRS Case Study on the Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock

Exchange for The Year 2010-2013

Maria Regina Fika Meilida Sugirianto NIM: 122114139

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Convergence of IFRS was expected to decrease earnings management practices. This research aims to analize the difference of earnings management practices both of accrual earnings management and real earnings management before and after the convergence of IFRS on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the year 2010-2013.

This is a comparative case research. The method used to determine sample is purposive sampling and 86 companies are chosen as the sample. Earnings management was measured by discretionary accrual and abnormal cash flow from operations. Analysis data method for this research was Wilcoxon Test.

The results showed that the practices of accrual earning management and real earnings management through cash flow from operations have no differences before and after the convergence of IFRS.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntansi merupakan kegiatan menyediakan informasi keuangan bagi pengambilan keputusan ekonomi. Segala sesuatu yang terjadi dalam suatu bisnis, terutama kejadian ekonomi, harus selalu dicatat dalam laporan akuntansi (Sulistiawan, 2011). Output utama dari proses akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan suatu perusahaan bisa dijadikan landasan bagi investor untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kinerja dari manajemen dalam mengelola perusahaan juga dapat dinilai dari laporan keuangan perusahaan karena salah satu tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya. Oleh karena itu, dibutuhkan laporan keuangan dengan kualitas yang baik agar hasil analisis yang dilakukan investor dapat digunakan untuk mengambil keputusan dengan tepat.

Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang relevan, reliable, dan dapat diperbandingkan. Untuk memenuhi kebutuhan akan

(20)

Standar dapat menyeragamkan laporan keuangan-laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda sehingga tetap dapat diperbandingkan. Setiap negara memiliki standar pelaporan keuangannya masing-masing, di Indonesia standar pelaporan keuangan yang digunakan diatur dalam PSAK (Standar Akuntansi Keuangan). Di era globalisasi seperti saat ini, standar pelaporan keuangan yang dapat berlaku secara global sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan globalisasi mendorong semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan multinasional. Dunia bisnis bisa dikatakan tidak mengenal batas negara lagi. Kecanggihan informasi juga membuat perdagangan saham di pasar modal semakin menarik, bukan hanya untuk investor lokal, tetapi juga investor global. Jika standar pelaporan keuangan yang digunakan berbeda-beda, tentu hal ini akan menimbulkan permasalahan. Laporan keuangan akan menjadi sulit untuk diperbandingkan dan investor juga akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan yang dibaca.

IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan standar yang dibuat untuk menyeragamkan perbedaan standar pelaporan keuangan yang digunakan di setiap negara. IFRS dirumuskan oleh IASB (International Accounting Standard Board) dan pertama kali diterapkan oleh negara-negara

(21)

Penerapan IFRS diharapkan dapat memberikan banyak manfaat berkaitan dengan peningkatan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan. Salah satu cara yang digunakan untuk dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan berbasis IFRS adalah dengan mensyaratkan bentuk pelaporan yang lebih terperinci dibandingkan sebelumnya. Semakin terperinci isi sebuah laporan keuangan maka akan semakin mengurangi kemungkinan terjadinya asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan suatu kondisi di saat manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain. Keadaan seperti itu perlu diminimalisisr karena asimetri informasi bisa menjadi salah satu penyebab adanya manajemen laba. Menurut (Fischer et al. 1995), manajemen laba adalah tindakan manajer menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit tanggungjawabnya dimana tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen laba dapat mengurangi kualitas isi dari suatu laporan keuangan karena laba tersebut menjadi tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

(22)

maka perilaku oportunistik manajemen tersebut dapat ditekan dan dapat mengurangi pertimbangan kebijakan manajemen berkaitan dengan laba, pada akhirnya kualitas laba yang dilaporkan akan meningkat.

(23)

Berdasarkan dari uraian di atas dan perbedaan hasil dari beberapa penelitian yang terdahulu, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul: “Analisis Perbedaan Praktek Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Konvergensi IFRS” studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan praktik manajemen laba akrual sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS?

2. Apakah terdapat perbedaan praktik manajemen laba riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan praktik manajemen laba riil sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS.

(24)

D. Manfaat Penenlitian

1. Bagi Peneliti

a) Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang didapat selama masa perkuliahan.

b) Mengetahui tentang konvergensi IFRS di Indonesia dan pengaruhnya terhadap praktek manajemen laba yang ada di perusahaan.

2. Bagi Investor

a) Sebagai dasar pengambilan keputusan investasi terhadap perusahaan yang menerapkan IFRS dan terdaftar di BEI.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

a) Menambah referensi, wawasan, dan pengetahuan bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengenai konvergensi IFRS dan pengaruhnya terhadap praktek manajemen laba.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

(25)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang dicari, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang diteliti, meliputi karakteristik dan sektor-sektor perusahaan manufaktur BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis terhadap data-data yang telah diperoleh dengan dasar teknik analisis data yang telah ditentukan.

BAB VI PENUTUP

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Agensi

(27)

B. Manajemen Laba

1. Pengertian Manajemen Laba

Menurut Scott (2009) manajemen laba adalah tindakan manajer untuk melaporkan laba yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi atau perusahaan dengan menggunakan kebijakan metode akuntansi. Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang memiliki tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal demi mendapatkan keuntungan pribadi. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai manajemen laba di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan untuk kepentingan pribadi manajamen. Akibat yang ditimbulkan dari manajemen laba adalah kualitas laporan keuangan yang tidak baik karena laba yang dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

1.1.Manajemen Laba Akrual

Manajemen laba akrual merupakan manajemen laba yang terjadi karena penyusunan laporan keuangan dengan dasar akrual. Akrual merupakan selisih antara kas masuk bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi, yang bisa bersifat discretionary accruals dan non-discretionary accruals (Sulistyanto, 2008).

(28)

ini dengan tahun lalu) yang terjadi disebabkan karena adanya perubahan akrual diskresioner. Perubahan akrual dapat disebabkan karena adanya pertimbangan (diskresi) dari pihak manajemen, dalam hal ini permainan kebijakan akuntansi (Sulistiawan, 2011). Pengestimasian tingkat manajemen laba akrual dilakukan dengan menghitung nilai dari discretionary accruals.

1.2.Manajemen Laba Riil

Manajemen laba melalui aktivitas riil didefinisikan sebagai penyimpangan dari aktivitas operasi normal perusahaan yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman yang salah kepada pemangku kepentingan bahwa tujuan pelaporan keuangan tertentu telah dicapai melalui aktivitas operasi normal perusahaan (Roychowdhurry, 2006). Praktek manajemen laba riil dapat berpengaruh langsung terhadap kas perusahaan dan memberikan gambaran mengenai kinerja jangka pendek manajemen. Manajemen laba riil dapat dilakukan dengan cara peningkatan produksi (overproduction), pengurangan biaya diskresioner, dan pengelolaan penjualan.

Overproduction dilakukan dengan cara meningkatkan produksi

(29)

baik. Dampak lain yang ditimbulkan adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah daripada tingkat penjualan normal. Selain itu produksi secara besar-besaran akan mengakibatkan kelebihan persediaan dan menimbulkan penambahan biaya penyimpanan. Semakin tinggi nilai biaya produksi abnormal maka laba yang dilaporkan akan semakin tinggi (Iranto, 2014).

Metode manajemen laba riil selanjutnya adalah biaya dikresioner. Biaya diskresioner merupakan biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang aktual dengan output antara lain biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, serta biaya penjualan, dan administrasi umum seperti biaya pelatihan karyawan, biaya perbaikan dan perjalanan. Penurunan pengeluaran diskresioner dapat mengurangi beban yang dilaporkan sehingga meningkatkan laba dan membuat arus kas pada periode berjalan lebih besar (Iranto, 2014).

(30)

2. Bentuk Manajemen Laba

Ada beberapa bentuk manajemen laba yang bisa dilakukan oleh manajemen (Scott, 2009), yaitu:

1. Taking a bath

Taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya

pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang, akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi.

2. Income minimization

Income minimization dilakukan pada saat perusahaan mengalami

tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi

untuk tujuan bonus yang lebih besar. 4. Income smoothing

(31)

3. Motivasi Manajemen Laba

Praktek manajemen laba ini dilandasi oleh berbagai macam motivasi (Healy dan Wahlen, 1998), antara lain:

1. Capital Market Motivations

Tersebar luasnya penggunaan informasi akuntansi di kalangan investor dan analis keuangan untuk menilai saham dapat menciptakan dorongan bagi manajer melakukan manipulasi laba sebagai usaha untuk mempengaruhi harga saham jangka pendek. Misalnya saja, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa perusahaan akan melakukan income-decreasing ketika akan melakukan management buyout, namun perusahaan akan melakukan income-increasing tepat

sebelum penawaran saham perdana (IPO) dan penawaran saham tambahan (SEO). Ada juga perusahaan yang mengelola laba untuk menyamakan laba perusahaan dengan ramalan laba analis keuangan, investor, atau manajemen.

2. Contracting Motivations

Contracting motivations dibagi menjadi dua, yaitu lending

contracts dan management compensation contracts. Lending contracts

(32)

3. CEO

Beberapa motivasi manajemen laba juga dijelaskan sebagai berikut, terdapat berbagai motivasi mengapa perusahaan, dalam hal ini manajer, melakukan earnings management atau manajemen laba yaitu: a. Bonus Plan

b. Contracting Incentives

c. Stock Price Effects

d. Political Motivations

e. Taxation Motivation

f. Changes of Chief Executive Officer

g. Regulatory Motivations

h. Industry Regulation Motivations

C. International Financial Reporting Standard (IFRS)

1. Pengertian International Financial Reporting Standard (IFRS)

(33)

disajikan benar-benar sesuai dengan kondisi ekonomi pada saat laporan diterbitkan.

2. Tahapan Konvergensi IFRS

Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategydan gradual strategy. Big bang strategyadalah dengan mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui

tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap.Indonesia dalam mengadopsi IFRS melakukan beberapa tahapandimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Adopsi (2008-2010)

a) Adopsi seluruh IFRS ke PSAK

b) Persiapan infrastruktur yang diperlukan

c) Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku 2. Tahap Persiapan Akhir (2011)

a) Penyelesaian infrastruktur yang diperlukan

b) Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS 3. Tahap Implementasi (2012)

a) Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap b) Evaluasi dampak penerapan IFRS secara komprehensif

(34)

dibutuhkan proses yang cukup panjang untuk dapat menerapkan IFRS secara penuh. Perbedaan antara IFRS dan PSAK tersebut antara lain:

Tabel 2.1: Perbedaan PSAK dengan IFRS

Selain perbedaan di atas, sebagai sebuah standar IFRS juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. IFRS menggunakan “Principles Base” sehingga lebih menekankan pada interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada semangat penerapan prinsip tersebut.

2. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.

3. Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi.

4. Menggunakan fair value dalam penilaian.

5. Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak.

PSAK IFRS

43 standar 37 standar (8 IFRS dan 29 IAS) 8 standar syariah 27 interpretasi (16 IFRIC dan 11

(35)

3. Manfaat Konvergensi IFRS

Penerapan IFRS ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagipara penggunanya. Secara umum manfaat dari konvergensi IFRS ini adalah:

1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).

2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.

3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.

4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.

Sedangkan Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M kurniawan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus (Ayu, 2015), yaitu: 1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

2. Mengurangi biaya SAK

3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan

5. Meningkatkan transparansi keuangan

(36)

7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

D. Kerangka Konseptual

Konvergensi IFRS

Berbeda

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Gambar di atas merupakan kerangka konseptual pemikiran pada penelitian ini. Penelitian ini akan melihat perbedaan dari praktik manajemen laba akrual maupun manajemen laba riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. Perbedaan yang diharapkan adalah berupa semakin kecilnya tingkat manajemen laba akrual maupun riil sesudah konvergensi IFRS. Dasar pemikirannya adalah penerapan IFRS memberikan batasan-batasan kepada manajemen dalam memilih alternatif kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, IFRS juga mensyaratkan pengungkapan yang lebih terperinci sehingga informasi pada laporan keuangan lebih mudah dipahami oleh pembacanya. Adanya pembatasan alternatif dan persyaratan

Sebelum IFRS Sesudah IFRS

1. Manajemen Laba Akrual 2. Manajemen Laba Riil

Melalui Arus Kas Operasi

1. Manajemen Laba Akrual 2. Manajemen Laba Riil

(37)

pengungkapan yang lebih rinci ini diharapkan dapat menekan tingkat praktik manajemen laba.

E. Perumusan Hipotesis

IFRS mensyaratkan bentuk pelaporan yang lebih terperinci dan sesuai dengan kondisi ekonomi saat ini. Pengungkapan yang lebih banyak dan lebih terperinci dimaksudkan agar terjadinya asimetri informasi dapat dikurangi. Penerapan IFRS juga berdampak terhadap terbatasnya pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan mengurangi pertimbangan manajemen. Bentuk pelaporan terperinci dan terbatasnya pilihan metode akuntansi diharapkan dapat menekan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Tingkat manajemen laba yang rendah akan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan, sehingga akan menjadi lebih akurat jika digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan.

(38)

Berdasarkan uraian dan kerangka konseptual di atas, maka penulis merumuskan beberapa hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

H1 : Terdapat perbedaan praktik manajemen laba akrual sebelum dan

sesudah adanya konvergensi IFRS

H2 : Terdapat perbedaan praktik manajemen laba riil melalui arus kas

(39)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini merupakan studi kasus komparatif atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau lebih dari satu. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab dan akibat dan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel (Sugiyono, 2005).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Pojok Galeri Investasi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

2. Objek Penelitian

(40)

D. Data yang Diperlukan

1. Daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013. 2. Data laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, dan laporan

tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Kriteria yang harus dimiliki sampel antara lain:

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak delisting selama periode pengamatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.

2. Memiliki Laporan Keuangan yang lengkap mengenai informasi-informasi keuangan yang dibutuhkan dalam menilai manajemen laba.

3. Laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk mata uang Rupiah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dokumentasi dengan melihat dan mencatat laporan keuangan perusahaan sampel.

G. Variabel Penelitian

1. Manajemen Laba Akrual

(41)

dikembangkan oleh Dechow et al. (1995) untuk mengatasi kelemahan dari Jones Model yang secara implisit berasumsi bahwa diskresi manajemen

tidak dilakukan pada pendapatan. Maka model ini memperbaiki Jones Model dengan menghilangkan variabel perubahan piutang dari variabel

perubahan pendapatan untuk mengestimasi non-discretionary acrual pada saat periode kejadian.

2. Manajemen Laba Riil Melalui Arus Kas Operasi

Manajemen laba riil dapat diukur dengan menggunakan dua model (Roychowdhurry, 2006), yaitu dengan mengobservasi nilaiabnormal cash flow from operations dan mengobservasi nilai abnormal production cost.

Pada penelitian ini yang digunakan untuk mengindikasi adanya praktek manajemen riil adalah abnormal cash flow from operations karena dibandingkan dengan model yang lain abnormal cash flow from operations memiliki nilai adjusted R2 yang cukup tinggi dan korelasi yang

sesuai prediksi paling tinggi. Abnormal cash flow from operations merupakan selisih antara actual cash flow from operations dan normal cash flow from operations. Semakin kecil abnormal cash flow from

operations perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan

untuk melakukan real earnings management (Roychowdhurry, 2006). Normal cash flow from operations sebagai fungsi linear dari penjualan dan

(42)

H. Teknik Analisis Data

1. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Akrual Sebelum dan Sesudah

Adanya Konvergensi IFRS

a) Menghitung Total Akrual

TAit= Nit – CFOit

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut :

Tait/Ait-1 = α0 (1/Ait-1) + α1 (ΔRevit /Ait-1 –ΔRecit /Ait-1) + α2 (PPEit/ Ait-1)

b) Menghitung Non Discretionary Accrual (NDA)

Berdasarkan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus :

NDAit = α0 (1/Ait-1) + α1 (ΔRevit / Ait-1 –ΔRecit/Ait-1) + α2(PPEit/ Ait-1)

c) Menghitung Discretionary Accrual

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut :

DAit = Tait– NDAit Keterangan :

DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke

t

(43)

Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t ΔRecit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t α = Koefisien regresi

d) Menghitung Rata-Rata Akrual Discretionary

Menghitung rata-rata Akrual Discretionary sampel sebelum konvergensi IFRS yaitu tahun 2010-2011 dan menghitung rata-rata Accrual Discretionary sesudah konvergensi IFRS yaitu tahun

2012-2013.

e) Melakukan Uji Normalitas pada Data Hasil Perhitungan

Manajemen Laba Akrual Sebelum dan Sesudah IFRS

(44)

f) Melakukan Uji Wilcoxon

Prosedur ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berhubungan. Uji Wilcoxon merupakan alternatif untuk uji beda dua rata-rata berpasangan jika distribusi data yang digunakan tidak normal sehingga uji beda dua rata-rata berpasangan tidak dapat dilakukan. Uji Wilcoxon ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 16. Hasil dari pengujian yang dilakukan tersebut digunakan untuk membuat keputusan mengenai hipotesis, yaitu:

1) Hipotesis diterima jika nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) <level of significant

2) Hipotesis ditolak jika nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) >level of significant.

2. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Riil Melalui Arus Kas Operasi

Sebelum dan Sesudah Adanya Konvergensi IFRS

a) Menghitung Arus Kas Kegiatan Operasi Normal

Model regresi untuk arus kas kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2006) sebagai berikut: CFOit / At-1 = α0 + α1 (1 / At-1) + α2 (St / At-1) + α3 (ΔSt / At-1) +

εt Keterangan :

CFOit = Arus kas kegiatan operasi normal perusahaan i pada tahun t

(45)

St = Penjualan perusahaan i pada tahun t

ΔSt = Perubahan penjualan perusahaan i pada tahun t α = Koefisien regresi

εt = error term pada tahun t

b) Menghitung Arus Kas Operasi Abnormal

Abnormal cash flow from operations (AB_CFO) yangmengindikasikan adanya praktek manajemen laba riil melalui arus kas operasi adalah nilai Abnormal cash flow from operations yang negatif. Model persamaan untuk mengobservasi abnormal cash flow from operations (AB_CFO) kembali mereplikasi dari penelitian

Roychowdhury (2006) yaitu sebagai berikut : AB_CFO = CFOit – CFOit/Ait-1

Keterangan :

CFOit = nilai actual cash flow from operations yang diska- lakan dengan total aktiva t-1

CFOit /At-1 = nilai normal cash flow from operations yang dihi- tung dengan model persamaan di atas

c) Menghitung Rata-rata Abnormal Cash Flow from Operations

(AB_CFO)

(46)

d) Melakukan Uji Normalitas pada Hasil Perhitungan Aliran Kas

Operasi Abnormal Sebelum dan Sesudah IFRS

Cara yang digunakan untuk melakukan uji normalitas pada penelitian ini adalah dengan Uji Kalmogorov-Smirnov.

e) Melakukan Uji Wilcoxon

Uji Wilcoxon ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 16. Hasil dari pengujian yang dilakukan tersebut digunakan untuk membuat keputusan mengenai hipotesis, yaitu:

1) Hipotesis diterima jika nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) <level of significant

(47)

29 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Karakteristik Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan perusahaan jasa maupun dagang. Karakteristik tersebut antara lain:

1. Mengolah Bahan Baku menjadi Bahan Jadi

Pada perusahaan manufaktur terdapat aktivitas produksi barang karena perusahaan manufaktur membuat sendiri barang yang akan dipasarkan kepada konsumen. Dalam dunia usaha perusahaan manufaktur bisa dikatakan sebagai jembatan penghubung antara perusahaan yang menyediakan bahan mentah dengan konsumen yang membutuhkan barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan mentah tersebut.

2. Perusahaan Manufaktur Memiliki Tiga Jenis Persediaan

Perusahaan manufaktur memiliki tiga jenis persediaan karena kegiatan utama dari perusahaan jenis ini adalah untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Ketiga jenis persediaan tersebut adalah persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan yang terakhir adalah persediaan barang jadi.

(48)

Persediaan barang dalam proses merupakan persediaan dari bahan baku yang telah diolah namun sampai akhir periode belum bisa dikatakan selesai diproses atau belum menjadi barang jadi. Sedangkan persediaan barang jadi adalah bahan baku yang telah selesai diolah sampai akhir dan siap untuk dipasarkan.

3. Terdapat Biaya Produksi

Terdapat kelompok biaya yang ada di perusahaan manufaktur tetapi tidak ada di perusahaan jasa maupun perusahaan dagang, kelompok biaya tersebut adalah biaya produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikenakan karena adanya proses produksi suatu produk. Contoh dari biaya produksi ini adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku muncul karena perusahaan manufaktur membutuhkan bahan baku untuk proses produksinya, biaya pembelian bahan baku inilah yang kemudian dimasukkan ke biaya bahan baku dalam kelompok biaya produksi. Contoh lain adalah biaya tenaga kerja. Dalam proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur dibutuhkan tenaga kerja, maka upah dari tenaga kerja inilah yang masuk ke dalam biaya tenaga kerja dalam kelompok biaya produksi.

B. Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Banyak perusahaan manufaktur yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ini digolongkan menjadi beberapa sektor dan sub sektor, yaitu:

(49)

1.1. Sub Sektor Semen

1.2. Sub Sektor Keramik, Porselen, dan Kaca 1.3. Sub Sektor Logam dan sejenisnya 1.4. Sub Sektor Kimia

1.5. Sub Sektor Plastik dan Kemasan 1.6. Sub Sektor Pakan Ternak

1.7. Sub Sektor Kayu dan Pengolahannya 1.8. Sub Sekto Pulp dan Kertas

2. Sektor Aneka Industri

2.1. Sub Sektor Mesin dan Alat Berat 2.2. Sub Sektor Otomotif dan Komponen 2.3. Sub Sektor Tekstil dan Garment 2.4. Sub Sektor Alas Kaki

2.5. Sub Sektor Kabel 2.6. Sub Sektor Elektronika 2.7. Sub Sektor Lainnya

3. Sektor Industri Barang Konsumsi 3.1. Sub sektor Makanan dan Minuman 3.2. Sub Sektor Rokok

3.3. Sub Sektor Farmasi

(50)

32 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pemilihan Sampel Penelitian

[image:50.595.84.531.228.620.2]

Penelitian dimulai pada bulan Maret 2016. Peneliti mengumpulkan data laporan keuangan Perusahaan Manufaktur di Pojok BEI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Pojok Galeri Investasi Universitas Kristen Duta Wacana. Pemilihan sampel data laporan keuangan dilakukan dengan criteria sebagai berikut:

Tabel 5.1: Kriteria Pemilihan Sampel

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak delisting selama periode pengamatan dari tahun 2010 – 2013

115

Tidak memiliki laporan keuangan yang lengkap 13

Tidak disajikan dalam mata uang Rupiah 16

Total Sampel Penelitian 86

(51)

Perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria pertama tersebut kemudian diseleksi lagi dengan kriteria kedua, yaitu dengan melihat kelengkapan laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan dalam menghitung manajemen laba. Hasilnya, terdapat 12 perusahaan yang laporan keuangannya tidak lengkap dan harus dihapuskan dari daftar sampel penelitian. Kriteria terakhir yang digunakan untuk menyeleksi sampel adalah penggunaan satuan mata uang Rupiah dalam laporan keuangan yang dilaporkan. Terdapat 16 perusahaan yang menggunakan satuan mata uang asing dan kemudian dihapuskan dari daftar sampel, dari hasil seleksi sampel ini didapatkan 86 perusahaan yang memenuhi semua kriteria dan dapat digunakan sebagai sampel penelitian. 86 perusahaan sampel ini masing-masing diamati laporan keuangannya dari tahun 2010-2013, sehingga jika dihitung total jumlah data yang diamati adalah 86 perusahaan x 4 tahun = 344 data observasian.

B. Uji Normalitas

(52)
[image:52.595.80.515.171.644.2]

1. Uji Normalitas pada Data Hasil Perhitungan Manajemen Laba Akrual Sebelum dan Sesudah IFRS

Tabel 5.2: Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov pada Data Manajemen Laba Akrual Sebelum dan Sesudah IFRS

Sumber: Data diolah

Tabel di atas merupakan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kalmogorv-Smirnov pada data manajemen laba akrual sebelum dan sesudah IFRS. Pada kolom Sig. (2-tailed) menunjukkan angka 0.333 untuk manajemen laba akrual sebelum IFRS dan angka 0.038 untuk manajemen laba akrual sesudah IFRS. Menurut uji normalitas Kalmogorov-Smirnov data dikatakan berdistribusi normal jika nilai output Sig. (2-tailed) > 5%. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa data manajemen laba akrual sebelum IFRS berdistribusi normal, yaitu 0.333 > 0.05. Sedangkan untuk data manajemen laba akrual sesudah IFRS dikatakan berdistribusi tidak normal, yaitu 0.038 < 0.05. Berdasarkan hasil uji

MANAJEMEN

LABA AKRUAL

SEBELUM IFRS

MANAJEMEN

LABA AKRUAL

SESUDAH IFRS

N 86 86

Normal Parametersa Mean .1086435 .1248832

Std. Deviation .07624046 .11628866

Most Extreme Differences Absolute .102 .152

Positive .102 .152

Negative -.078 -.149

Kolmogorov-Smirnov Z .946 1.409

(53)

normalitas ini, maka teknik pengujian yang akan dilakukan adalah Uji Wilcoxon karena terdapat data yang berdistribusi tidak normal.

[image:53.595.88.515.243.616.2]

2. Uji Normalitas pada Data Hasil Perhitungan Aliran Kas Operasi Abnormal Sebelum dan Sesudah IFRS

Tabel 5.3: Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov pada Data Aliran Kas Operasi Abnormal Sebelum dan Sesudah IFRS

S u m b e r :

S

Sumber: Data diolah

Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kalmogorv-Smirnov pada data aliran kas operasi abnormal sebelum dan sesudah IFRS tampak pada output di atas. Kolom Sig. (2-tailed) menunjukkan angka 0.035 untuk aliran kas operasi abnormal sebelum IFRS dan angka 0.083 untuk aliran kas operasi abnormal sesudah IFRS. Menurut uji normalitas Kalmogorov-Smirnov data dikatakan berdistribusi normal jika nilai output Sig. (2-tailed) > 5%. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa data

aliran kas operasi abnormal sebelum IFRS berdistribusi tidak normal, yaitu 0.035 < 0.05. Sedangkan untuk data aliran kas operasi abnormal sesudah

Sebelum Sesudah

N 67 67

Normal Parametersa Mean -8.72532199E-2 -7.26145443E-2

Std. Deviation .092164166 .071265349

Most Extreme Differences Absolute .173 .154

Positive .172 .154

Negative -.173 -.148

Kolmogorov-Smirnov Z 1.420 1.262

(54)

IFRS dikatakan berdistribusi normal, yaitu 0.083 > 0.05. Berdasarkan hasil uji normalitas ini, maka teknik pengujian yang akan dilakukan adalah Uji Wilcoxon karena terdapat data yang berdistribusi tidak normal.

C. Analisis Data Hasil Penelitian

1. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Akrual Sebelum dan Sesudah

Adanya Konvergensi IFRS

[image:54.595.84.516.203.631.2]

Data laporan keuangan dari 86 perusahaan sampel tahun 2010-2013 dibagi menjadi dua, yaitu 2 tahun sebelum adanya konvergensi IFRS (2010-2011) dan 2 tahun setelah adanya konvergensi IFRS (2012-2013). Setelah dihitung tingkat Discretionary Accrual per tahun per perusahaan, kemudian dilakukan analisis statistik deskriptif menggunakan software SPSS 16 dengan hasil seperti berikut:

Tabel 5.4: Analisis Deskriptif Manajemen Laba Akrual

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas terlihat bahwa rata-rata dari manajemen laba akrual sebelum adanya konvergensi IFRS adalah 0.108644 dengan nilai minimum sebesar 0.0005 dan nilai maksimum sebesar 0.3975. Rata-rata manajemen laba akrual sesudah adanya

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MANAJEMEN LABA

AKRUAL SEBELUM IFRS 86 .0005 .3975 .108644 .0762405

MANAJEMEN LABA

AKRUAL SESUDAH IFRS 86 .0038 .8057 .124883 .1162887

(55)

konvergensi menjadi 0.124883 dengan nilai minimum sebesar 0.0038 dan nilai maksimum sebesar 0.8057. Manajemen laba akrual sesudah adanya konvergensi IFRS meningkat sebesar 0.016239.

[image:55.595.85.513.241.624.2]

Selain melakukan analisis deskriptif, untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara praktek manajemen laba akrual sebelum dan sesudah konvergensi IFRS dilakukan Uji Wilcoxon dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.5: Hasil Uji Wilcoxon Manajemen Laba Akrual

Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat diketahui nilai Sig. (2-tailed) adalah 0.628 yang > 0.05, maka hipotesis pertama yang mengatakan

bahwa terdapat perbedaan praktik manajemen laba akrual sebelum dan sesudah konvergensi IFRS ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan praktik manajemen laba akrual sebelum dan sesudah konvergensi IFRS.

Test Statisticsb

MANAJEMEN

LABA AKRUAL

SESUDAH IFRS

- MANAJEMEN

LABA AKRUAL

SEBELUM IFRS

Z -.484a

Asymp. Sig. (2-tailed) .628

(56)

2. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Riil Dihitung Melalui Arus Kas

Operasi Sebelum dan Sesudah Adanya Konvergensi IFRS

Hasil perhitungan dari abnormal cash flow from operations (AB_CFO) per tahun per perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu 2 tahun sebelum adanya konvergensi IFRS (2010-2011) dan 2 tahun setelah adanya konvergensi IFRS (2012-2013). Setelah itu, diseleksi nilai abnormal cash flow from operations (AB_CFO) yang menjadi indikasi

adanya praktek manajemen laba riil melalui arus kas operasi dengan menghilangkan nilai abnormal cash flow from operations (AB_CFO) yang positif. Nilai abnormal cash flow from operations (AB_CFO) yang mengindikasikan adanya praktek manajemen laba riil adalah nilai abnormal cash flow from operations (AB_CFO) yang negatif, maka

(57)

Tabel 5.6: Analisis Deskriptif Aliran Kas Operasi Abnormal S

u m b e r :

Data diolah

Rata-rata abnormal cash flow from operation ssebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS mengalami penurunan. Sebelum adanya konvergensi IFRS rata-rata abnormal cash flow from operations adalah 0.087253. Setelah adanya konvergensi IFRS rata-rata abnormal cash flow from operations menjadi 0.072614. Penurunan yang terjadi adalah sebesar

0.014639.

Setelah itu dilakukan Uji Wilcoxon pada abnormal cash flow from operations sebelum dan sesudah konvergensi IFRS. Hasil dari pengujian

[image:57.595.85.514.132.700.2]

tersebut tampak pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.5: Hasil Uji Wilcoxon Manajemen Aliran Kas Operasi Abnormal

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum 67 -.547635 .000000 -8.72532199E-2 .092164166

Sesudah 67 -.296934 .000000 -7.26145443E-2 .071265349 Valid N

(listwise) 67

Test Statisticsb

Sesudah -

Sebelum

Z -1.499a

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

(58)

Kolom sig.(2-tailed) menunjukkan angka 0.134, ini artinya nilai tersebut > 0.05, sehingga hipotesis kedua yang mengatakan terdapat perbedaan praktik manajemen laba riil melalui arus kas operasi seblum dan sesudah adanya konvergensi IFRS ditolak.

D. Pembahasan

1. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Akrual Sebelum dan

Sesudah Adanya Konvergensi IFRS

Berdasarkan hasil Wilcoxon hipotesis pertama ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan praktek manajemen laba akrual sebelum dan sesudah konvergensi IFRS. Hasil ini mengindikasikan bahwa 86 perusahaan manufaktur yang menjadi sampel masih melakukan praktek manajemen laba akrual. Konvergensi IFRS yang dilakukan tidak mampu menekan praktik manajemen laba akrual bahkan setelah dua tahun diterapkan.

(59)

tidak mengalami penurunan setelah konvergensi IFRS dan justru sedikit mengalami peningkatan. Principles Base dalam standar IFRS juga bisa menjadi salah satu penyebab kurang efektifnya standar tersebut dalam menekan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Perlunya professional judgement dalam mengaplikasikan standar ini kadang menjadi celah bagi manajemen untuk merencanakan laba yang bertujuan untuk memperoleh data yang diharapkan demi kepentingannya, bukan berdasarkan kondisi ekonomi perusahaan sebenarnya.

Hasil pada penelitian ini mendukung beberapa penelitian sejenis yang juga dilakukan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Senjani (2012) dan penelitian oleh Yusvika (2014) juga menunjukkan bahwa manajemen laba akrual sebelum dan sesudah konvergensi IFRS adalah sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa konvergensi IFRS tidak dapat mengurangi praktik manajemen laba akrual pada perusahaan manufaktur.

2. Perbedaan Praktik Manajemen Laba Riil Dihitung Melalui Arus

Kas Operasi Sebelum dan Sesudah Adanya Konvergensi IFRS

(60)

Pada hasil analisis statistik deskriptif memang terlihat bahwa nilai abnormal cash flow from operations sesudah adanya konvergensi mengalamai penurunan sebesar 0.014639, namun penurunan ini relatif kecil sehingga dapat dikatakan bahwa nilai dari abnormal cash flow from operations sebelum dan sesudah konvergensi adalah sama.

(61)

43 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai analisis perbedaan praktik manajemen laba baik akrual maupun riil sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS menunjukkan bahwa:

1. Tidak ada perbedaan praktik manajemen laba akrual sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. Rata-rata praktik manajemen laba akrual sesudah adanya konvergensi IFRS meningkat sangat kecil sehingga bisa dikatakan relatif sama dengan rata-rata praktik manajemen laba akrual sebelum adanya konvergensi IFRS.

2. Tidak ada perbedaann praktik manajemen riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. Manajemen laba riil melalui arus kas operasi menurun sangat kecil pada periode sesudah konvergensi IFRS.

(62)

kata lain dibutuhkan sumber daya manusia dengan kualitas yang baik untuk dapat menerapkan standar tersebut dengan baik. Maka dari itu Indonesia perlu mempersiapkan sumber daya manusianya dengan baik agar penerapan standar IFRS dapat berjalan dengan efektif seperti yang diharapkan.

Namun perlu diingat juga bahwa IFRS atau standar akuntansi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan suatu perusahaan. Tidak berhasilnya IFRS menekan praktik manajemen labadi Indonesia bukan semata-mata karena standar tersebut tidak baik, tetapi kemungkinan ada faktor lain seperti kondisi ekonomi negara yang kurang stabil juga bisa mempengaruhi kualitas laporan keuangan tersebut. Maka, penelitian lain untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan berkaitan dengan praktik manajemen laba perlu dilakukan.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Penelitian ini hanya mencakup perusahaan manufaktur saja karena model perhitungan pada penelitian ini kurang cocok jika digunakan untuk industri selain manufaktur

(63)

3. Perbedaan praktik manajemen laba hanya dilihat berdasarkan tahun sebelum dan sesudah penerapan IFRS tanpa memasukkan faktor lain yang mungkin juga bisa mempengaruhi perbedaan praktik manajemen laba yang terjadi.

C. Saran

1. Bagi Investor:

a) Investor diharapkan lebih teliti dan berhati-berhati dalam mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan yang dibaca karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun IFRS telah diterapkan tingkat manajemen laba belum dapat ditekan. 2. Bagi Perusahaan:

a) Perusahaan diharapakan dapat memahami dan menerapkan IFRS dengan lebih baik lagi. Penerapan IFRS yang baik tentunya akan membuat kualitas laporan keuangan menjadi lebih baik dan lebih layak untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya:

(64)

b) Menggunakan metode selain arus kas operasi untuk menilai tingkat manajemen laba riil untuk dapat mengetahui pengaruh IFRS terhadap jenis manajemen laba riil yang lain

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Abhiyoga, Narendra. 2013. Pengaruh Pengadopsian International Financial Reporting Standard (IFRS) Terhadap Manajemen Laba. Skripsi: Universitas Diponegoro Semarang.

Angkoso, Cakti Dito. 2012. Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Penyajian Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Keuangan.

Avianti, Ilya. 2006. Mengungkap Praktek Earning Management di Perusahaan. Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi ,Volume 7.No.3, 3 Februari 2006.

Barth, M., Landsman, W. dan Lang, M. 2008. International Accounting Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46(3), 467-498.

Dechow, P.M., Sloan, R. G., dan Sweeny, A.P. 1995. Detecting Earning Management, The Accounting Review, vol 70, No.21 p. 193 - 225.

Fischer, Marily; Kenneth Rosenzweig, 1995. Attitude of Students and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics. Vol. 14. p. 433–444.

Handayani, Yusvika Pitri. 2014. Analisis Perbedaan Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (Konvergensi IFRS). Skripsi: Universitas Negeri Padang.

Healy, Paul M. & James M. Wahlen. 1998. A Review of the Earnings Management Literature and Its Impli cations for Standard Setting”, Working Paper.

Herry. 2009. Teori Akuntasi. Jakarta: Kencana.

IAI. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Jeanjean, T. dan Stolowy, H. 2008. Do Accounting Standards Matter? An Exploratory Analysis of Earnings Management Before and After IFRS Adoption. Journal of Accounting and Public Policy, 27, 480–494.

Kusuma, Hadri. 2004. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 8, No. 1, Mei 2006: 1-12

(66)

Pramudya, Iranto. 2014. Pengaruh Konvergensi International Financial Standard (IFRS) Terhadap Manajemen Laba Akrual dan Riil. Skripsi : Universitas Diponegoro Semarang.

Roychowdhury, S. 2006. “Earnings Management through Real Activities Manipulation.” Journal of Accounting and Economics. 42: 335 370. Schipper, K. 1989. Commentary on Earning Managements. Accounting Horizons,

3, 91-102.

Schipper, Khaterine and Linda Vincent. 2003. “Earnings Quality”. Accounting Horizons, Vol. 17. Supplemen.

Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. New Jersey : Prentice Hall.

Senjani, Yaya Putri. 2012. Manajemen Laba Berbasis Akrual dan Riil Sebelum dan Setelah Adopsi IFRS. Tesis : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta CV. Bandung.

Sulistiawan, Dedhy. Januarsi, Yeni dan Alvia, Liza. 2011. Creative Accounting, Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

(67)

49

(68)

Lampiran 1

Daftar Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan

1 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

2 SMCB Holcim Indonesia Tbk.

3 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.

4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.

5 ARNA Arwana Citramulia Tbk.

6 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk. 7 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.

8 MLIA Mulia Industrindo Tbk.

9 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.

10 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk.

11 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.

12 CTBN Citra Tubindo Tbk.

13 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. 14 INAI Indal Aluminium Industry Tbk. 15 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.

16 JPRS Jaya Pari Steel Tbk.

17 LION Lion Metal Works Tbk.

18 LMSH Lionmesh Prima Tbk.

19 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk. 20 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk. 21 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk. 22 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 23 EKAD Ekadharma International Tbk.

24 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk.

25 INCI Intanwijaya Internasional Tbk.

(69)

No Kode Nama Perusahaan

27 AKKU Alam Karya Unggul Tbk.

28 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk. 29 APLI Asiaplast Industries Tbk.

30 BRNA Berlina Tbk.

31 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk. 32 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk.

33 SIAP Sekawan Intipratama Tbk.

34 TRST Trias Sentosa Tbk.

35 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. 36 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 37 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

38 MAIN Malindo Feedmill Tbk.

39 SIPD Sekar Laut Tbk.

40 SULI SLJ Global Tbk.

41 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk.

42 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk.

43 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia

44 SPMA Suparma Tbk.

45 AUTO Astra Otoparts Tbk.

46 GJTL Gajah Tunggal Tbk.

47 IMAS Indomobil Sukses Internasional

48 INDS Indospring Tbk.

49 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk.

50 NIPS Nipress Tbk.

51 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk.

52 SMSM Selamat Sempurna Tbk.

(70)

No Kode Nama Perusahaan 56 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk.

57 UNTX Unitex Tbk.

58 BATA Sepatu Bata Tbk.

59 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure

60 JECC Jembo Cable Company Tbk.

61 KBLI KMI Wire & Cable Tbk.

62 KBLM Kabelindo Murni Tbk.

63 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk.

64 VOKS PT. Voksel Electric Tbk. 65 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 66 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. 67 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 68 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.

69 MYOR Mayora Indah Tbk.

70 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk. 71 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk.

72 SKLT Sekar Laut Tbk.

73 STTP Siantar Top Tbk.

74 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trade

75 GGRM Gudang Garam Tbk.

76 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.

77 RMBA Bentoel Internasional Investama

78 INAF Indofarma Tbk.

79 KAEF Kimia Farma Tbk.

80 KLBF Kalbe Farma Tbk.

81 PYFA Pyridam Farma Tbk.

82 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk.

(71)

No Kode Nama Perusahaan

84 MRAT Mustika Ratu Tbk.

85 TCID Mandom Indonesia Tbk.

(72)

Lampiran 2

Data Total Akrual Perusahaan Sampel

No Kode 2010 2011 2012 2013

1 INTP

-0,01138501 -0,0183887 -0,0503787 -0,01797518 2 SMCB

-0,03211180 -0,0980207 -0,0312188 -0,10766587 3 SMGR

0,02114471 -0,0315050 -0,0378714 -0,02546741 4 AMFG

-0,07651705 0,0006777 -0,0239821 -0,06853424 5 ARNA

-0,04430793 -0,0548622 -0,0976943 -0,04663577 6 IKAI

-0,05120282 -0,0771137 -0,0806536 -0,06144008 7 KIAS

-0,01687555 -0,0473713 -0,0302344 -0,06160546 8 MLIA

0,32575194 -0,0481415 -0,0897506 -0,16961424 9 TOTO

0,03733309 -0,0138542 0,03568918 -0,05521216 10 ALMI

0,07941921 -0,1197253 0,02393402 0,39321883 11 BTON

-0,18641539 -0,1605194 -0,0115899 0,10203234 12 CTBN

-0,00116869 0,0608391 -0,2299765 -0,02470674 13 GDST

0,21264526 0,0736006 -0,3310873 -0,08714712 14 INAI

0,22522247 0,0166852 0,22518095 -0,11880484 15 JKSW

0,08718360 -0,0252806 -0,0598512 -0,02891354 16 JPRS

-0,05758047 0,1810962 0,04540732 -0,1594982 17 LION

0,02249894 0,0405655 0,05130316 0,02815393 18 LMSH

-0,03154131 0,1144746 0,04474994 0,00441944 19 NIKL

0,19796696 0,1065170 -0,1357801 -0,03333109 20 PICO

0,07149004 0,0463755 0,06518194 0,03681329 21 BUDI

-0,06953611 -0,0075888 0,00160271 -0,09195007 22 DPNS

-0,00350554 -0,1181889 0,08533397 0,31709505 23 EKAD

0,06373414 0,0582499 0,03109268 0,05710641 24 ETWA

0,35238340 0,2722971 -0,0652725 0,24343293 25 INCI

-0,15209991 -0,0815936 0,00881045 0,00041983 26 SRSN

(73)

No Kode 2010 2011 2012 2013 27 AKKU

-0,09814146 -0,2448900 -0,1071086 -0,41063617 28 AKPI

-0,01454006 -0,0632582 0,01242478 0,03436042 29 APLI

-0,02053818 0,0614324 0,05554375 -0,18131105 30 BRNA

-0,05050876 -0,1029992 -0,0800117 -0,1459178 31 FPNI

-0,06602152 -0,0289146 -0,0624463 -0,06526289 32 IGAR

-0,16605650 0,0819727 -0,0135506 -0,03795003 33 SIAP

-0,02446546 0,0475719 -0,1110941 0,18065447 34 TRST

0,00081233 -0,0373309 -0,007058 -0,04684431 35 YPAS

-0,00654019 0,0028276 0,19965451 0,05803716 36 CPIN

-0,03642089 0,1962824 0,11205619 0,03803143 37 JPFA

-0,02289915 -0,0131029 0,31077147 0,03826387 38 MAIN

0,03507221 0,1438852 0,00731145 0,07329039 39 SIPD

0,02212029 -0,0001930 0,06247773 -0,02405654 40 SULI

0,04393592 -0,1734876 -0,0767228 -0,0999014 41 TIRT

-0,06767756 0,1070678 -0,0647723 -0,1726653 42

Gambar

Tabel 5.3: Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov pada Data
Tabel 5.1: Kriteria Pemilihan Sampel
Tabel 5.2: Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov pada Data     Manajemen Laba Akrual Sebelum dan Sesudah IFRS
Tabel 5.3: Hasil Uji Normalitas Kalmogorov-Smirnov pada        Data Aliran Kas Operasi Abnormal Sebelum dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini dinamakan Dashboard yang berada dalan platform Horizon yang merupakan sebuah web interface bagi user untuk membuat jaringan baru, melakukan konfigurasi,

Bagaimana tanggapan anda terhadap pengarahan dan bimbingan yang diberikan atasan dapat memotivasi untuk bekerja lebih baik?Apa yang anda rasakan?. Bagaimana tanggapan anda

Di samping keistimewaan ‘Ali bin Abi Thalib, seperti yang disebutkan di atas, yang memotivasi orang (kaum Syi’ah) untuk berpendapat bahwa ‘Ali lah yang semestinya menjadi

[r]

Hamba yang mempercayai bahwa Allah Maha Tersembunyi adalah abdul ….. Orang yang berlindung kepada selain

BUM Desa dimaksudkan untuk menjadi pilar kegiatan ekonomi di desa yang dapat difungsikan sebagai lembaga sosial dan komersial dengan tujuan umumnya, yaitu: meningkatkan

Dimanfaatkannya bantuan Excavator secara optimal untuk mendukung pembangunan /pengembangan/ rehabilitasi insfrastruktur pertanian (jaringan irigasi pertanian,

Kedudukan dan perlindungan hukum bagi para tenaga honore (PHD) yang bekerja di berbagai Instansi Pemerintah Kabupaten Kudus menurut Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999