• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN VERBAL PADA REMAJA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

Ninda Sekar Nidya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri. Subjek penelitian ini adalah remaja yang berusia 15 hingga 18 tahun sebanyak 111 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri dari dua skala, yaitu skala kekerasan verbal dan skala kepercayaan diri. Data penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah - 0,300 dengan signifikansi (p 0,001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kekerasan verbal pada remaja dan kepercayaan diri.

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN VERBAL VIOLANCE IN ADOLESCENTS AND SELF-CONFIDENT

Study in Psychology Department of Sanata Dharma University

Ninda Sekar Nidya

ABSTRACT

This study aims to test the relationship between verbal violence in adolescent’s and self-confident. The hypothesis for the relationship between verbal violence in

adolescent’s and self-confident has been suggested. Subjects were 111 adolescences at the age of 15-18. The instrument in collecting the data consists of

two scales. There are verbal violence and self-confident. The data of this study

has analyzed by using product moment correlation from person. The result of

Correlation Coefficient is -0,300 with signification (0,001). It means the

significance of negative relationship of adolescent still exists.

(3)

REMAJA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Ninda Sekar Nidya

Nim : 10 9114 013

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

REMAJA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Ninda Sekar Nidya

Nim : 109114013

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

Motto hidup

Hidup

Adalah suatu tantangan yang harus dihadapi

Adalah suatu perjuangan yang harus dimenangkan

Adalah suatu kesusahan yang harus diatasi

Adalah suatu rahasia yang harus digali

Adalah suatu tragedi yang harus dialami

Adalah suatu kegembiraan yang harus disebarkan

Adalah suatu cinta yang harus dinikmati

Adalah suatu tugas yang harus dilaksanakan

Adalah suatu romantika yang harus dirangkul

Adalah suatu resiko yang harus diambil

Adalah suatu lagu yang harus dinyanyikan

Adalah suatu anugrah yang harus dipergunakan

Adalah suatu impian yang harus diwujudkan

Adalah suatu perjalanan yang harus diselesaikan

Adalah suatu janji yang harus dipenuhi

Adalah suatu kesempatan yang harus dipakai

Adalah suatu persoalan yang harus dipecahkan

Adalah suatu kesulitan yang harus dipecahkan

Adalah suatu kesulitan yang harus dikalahkan

Adalah suatu rahmat yang harus dijaga dan dicintai

(8)

v

Tuhan Yesus dan Bunda Maria, yang melalui kasihNya aku dapat diberikan kekuatan dalam

menjalani perkuliahan dan dalam proses mengerjakan skripsi,

Kedua orangtuaku, mama dan papa yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan, yang

selalu mengingatkan aku disaat aku sedang lelah dan bermalas-malasan, terimakasih ma, pa atas

doanya,

Kakak kiki dan dek cindy, yang selalu mengingatkan dan mensupport aku untuk jangan pantang

menyerah dalam menghadapi segala hal,

Dosen pembimbingku, Ibu Sylvia Carolina MYM., M.si. atas bimbingannya selama proses

mengerjakan skripsi, atas dukungan yang selalu ibu berikan kepada anak didiknya,

Ian Shandy Christianto,S.Ds pacarku yang sudah menemaniku selama 8 tahun ini, terimakasih atas

support, doa dan bantuannya, rela nganter aku kesana kemari

BCSku ( Riska, Maya, Dita, Cha-cha dan Tutut) yang selalu meluangkan waktu untuk ngobrol, yang

telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang selalu mendukung dan menemani, semoga

kita selalu Bahagia, Ceria dan Sukses

(9)
(10)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN VERBAL PADA REMAJA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

Ninda Sekar Nidya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri. Subjek penelitian ini adalah remaja yang berusia 15 hingga 18 tahun sebanyak 111 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri dari dua skala, yaitu skala kekerasan verbal dan skala kepercayaan diri. Data penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah - 0,300 dengan signifikansi (p 0,001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kekerasan verbal pada remaja dan kepercayaan diri.

(11)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN VERBAL VIOLANCE IN ADOLESCENTS AND SELF-CONFIDENT

Study in Psychology Department of Sanata Dharma University

Ninda Sekar Nidya

ABSTRACT

This study aims to test the relationship between verbal violence in adolescent’s and

self-confident. The hypothesis for the relationship between verbal violence in

adolescent’s and self-confident has been suggested. Subjects were 111 adolescences

at the age of 15-18. The instrument in collecting the data consists of two scales.

There are verbal violence and self-confident. The data of this study has analyzed by

using product moment correlation from person. The result of Correlation Coefficient

is -0,300 with signification (0,001). It means the significance of negative relationship

of adolescent still exists.

(12)
(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Banyak hal yang harus penulis hadapi dalam proses pembuatan skripsi ini, terutama rasa malas dalam mengerjakan revisi-revisi dan rasa ingin menyerah ketika belum dapat menemukan referensi yang dibutuhkan. Namun karena kasihNya dan KaruniaNya yang senantiasa selalu penulis rasakan, maka penulis selalu termotivasi untuk bangkit dan menghindari segala rasa malas dalam mengerjakan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sehingga penulis menyadari bahawa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Atas semua itu, dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, karna Engkaulah penulis mampu menjalani pendidikan mulai dari TK hingga kini mendapat gelar sarjana. Serta Bunda Maria yang selalu memberikan perlindungannya.

(14)

xi

3. Ibu Sylvia Carolina MYM.,M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan saran serta kritik kepada penulis, hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Mbak P. Henrietta PDADS.,M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dari awal masuk kuliah hingga mampu meyeselesaikan studi.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas ilmu serta bimbingan belajar yang telah diberikan kepada penulis dari awal penulis yang tidak mengerti hingga akhirnya memiliki cukup banyak ilmu pengetahuan.

6. Seluruh staf non akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Mas Gandung, Bu Nanik dan Pak Gik, yang selalu membantu dan memberikan pelayanan di sekretariat. Mas Muji dan Mas Doni yang selalu memberikan pelayanan di lab, menyediakan alat-alat tes dan keperluan praktek lainnya. 7. Kepala Sekolah SMA Tarakanita, Bapak Stephanus yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk mengambil data.

8. Bapak Aditya, selaku guru BK dan kepada guru-guru SMA Tarakanita yang telah membantu dalam proses pengambilan data dan memberikan waktu kepada penulis untuk membagikan angket kepada murid-murid SMA Tarakanita.

(15)

xii

10. Kakak kiki dan adek cindy, yang selalu memberi dukungan dan doanya, serta keponakanku Tara Nandita yang imut-imut, lucu, gemesin.

11. Saudara-saudaraku yang selalu menanyakan kapan kelulusanku, hehehe. 12. Tunanganku, Ian Shandy Christyanto, S.Ds terimakasih atas dukungannya,

rela nganter kejogja terus buat bimbingan, doa-doanya, bantuannya, pencerahannya disaat aku lagi putus asa buat ngerjain skripsi, hehe.

13. Teman-teman dekatku, Dita makasih ya udah selalu bantuin buat input data, makasih atas ilmu-ilmu yang ditularkan buat aku, haha. Caca, Maya, Riska, Tutut, yang selalu memberikan tawa dan canda di setiap harinya, yang selalu kasih support, yang selalu kasih bantuan, terimakasih untuk kebersamaan kita selama masa kuliah.

14. Teman-teman bimbingan, Riska, Tutut, Yovi, Maya, Sondra, Fiona, Hoyi, Lola, Daning, Puji, Tyas, Yuti, Keket, tetap semangat buat kita semua.

15. Teman-teman psikologi kelas A, terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini.

(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

(17)

xiv

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II ... 10

A. Kepercayaan Diri ... 10

1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 10

2. Aspek Kepercayaan Diri ... 12

3. Faktor Kepercayaan Diri ... 14

B. Kekerasan Verbal ... 17

1. Pengertian Kekerasan Verbal ... 17

2. Bentuk Kekerasan Verbal ... 17

3. Karakteristik Kekerasan Verbal ... 19

4. Faktor Yang Mempengaruhi Orang Tua Melakukan Kekerasan Verbal ... 20

C. Remaja ... 22

1. Pengertian Remaja Dan Batasan Usia ... 22

2. Masa Perkembangan Remaja ... 22

3. Penyesuaian Diri Remaja... 24

4. Hubungan Antara Kekerasan Verbal Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja ... 26

5. Skema Hubungan Antara Kekerasan Verbal Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja ... 31

6. Hipotesis ... 32

BAB III ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

(18)

xv

C. Definisi Operasional ... 34

1. Kekerasan Verbal ... 34

2. Kepercayaan Diri ... 35

D. Subjek Penelitian ... 35

E. Metode Dan Alat Pengumpulan Data ... 36

F. Validitas, Seleksi Item, Dan Reliabilitas ... 40

1. Validitas Alat Tes ... 40

2. Seleksi Item ... 41

3. Reliabilitas Alat Ukur ... 46

G. Metode Analisis Data ... 47

1. Uji Prasyarat Analisis ... 47

2. Uji Hipotesis ... 48

H. Prosedur Pengambilan Data ... 48

BAB IV ... 50

A. Pelaksanaan Penelitian... 50

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 51

C. Hasil Penelitian ... 53

1. Uji Normalitas ... 53

2. Uji Linearitas ... 55

3. Uji Hipotesis ... 55

D. Pembahasan ... 56

BAB V ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran Penelitian ... 60

(19)

xvi

2. Saran Bagi Orang Tua ... 61

3. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

TABEL 1 PEMBERIAN SKOR ITEM SKALA ... 37

TABEL 2 PEMBERIAN SKOR ITEM SKALA ... 38

TABEL 3 SPESIFIKASI SKALA KEPERCAYAAN DIRI ( SEBELUM UJI COBA ) ... 39

TABEL 4 SPESIFIKASI SKALA KEKERASAN VERBAL ( SEBELUM UJI COBA ) ... 40

TABEL 5 SPESIFIKASI SKALA KEPERCAYAAN DIRI ( SETELAH UJI COBA ) ... 43

TABEL 5.1 SPESIFIKASI SKALA KEPERCAYAAN DIRI ( SETELAH DIRATAKAN PADA SETIAP ASPEK )... 44

TABEL 6 SPESIFIKASI SKALA KEKERASAN VERBAL ( SETELAH UJI COBA ) ... 45

TABEL 6.1 SPESIFIKASI SKALA KEKERASAN VERBAL ( SETELAH DIRATAKAN PADA SETIAP ASPEK ) ... 46

TABEL 7 DESKRIPSI JENIS KELAMIN SUBYEK ... 51

TABEL 8 DESKRIPSI USIA SUBYEK ... 51

TABEL 9 DESKRIPSI KONDISI ORANG TUA SUBYEK ... 52

TABEL 10 DESKRIPSI DATA PENELITIAN...52

TABEL 11 ONE-SAMPLE KOLMOGROV-SMIRNOV TEST ... 54

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses perkembangannya, remaja sedang berada dalam tahap proses pencarian identitas. Menurut Erickson (dalam Papalia, 2009) tugas utama yang harus dihadapi remaja adalah ‘krisis’ dari tahap identity versus

role confusion. Dalam tahap ini, remaja biasanya akan mengalami krisis atau

kebingungan-kebingungan yang akan dihadapi dalam proses menjadi individu dewasa yang unik dan memiliki peran yang baik di masyarakat. Menurut Sarwono (2013) dalam proses mencapai kedewasaannya, remaja membutuhkan sikap kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan dalam menghadapi kehidupan.

(22)

dapat memicu munculnya keberhasilan dan kesuksesan pada setiap individu adalah kepercayaan diri. Individu yang memiliki kepercayaan diri dapat diprediksi kesuksesan dan keberhasilan hidupnya.

Kepercayaan diri menurut Lindenfield (1997) adalah perasaan puas terhadap dirinya sendiri. Dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan diri adalah individu yang merasa puas terhadap dirinya sendiri. Sedangkan, Al-Uqshari (2001) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu pegangan dalam meraih kesuksesan. Pendapat lain dikemukakan oleh Fatimah (dalam Hamdan, 2009) yang mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap positif yang dimiliki oleh seseorang untuk mengembangkan penilaian positif pada diri sendiri, lingkungan dan situasi yang sedang dihadapinya.

(23)

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, menurunnya kepercayaan diri pada seseorang dapat disebabkan oleh rendahnya dukungan sosial dari orang di sekitar remaja (Afiatin & Andayani, 1998), tingginya tingkat kecemasan pada saat berkomunikasi di depan banyak orang (Siska, Sudardjo & Purmaningsih, 2003), dan pola asuh orang tua yang tidak sesuai terhadap remaja (Idrus & Rohmiati, 2011). Pola asuh yang tidak sesuai adalah pola asuh yang menghambat, yaitu orang tua yang menakut-nakuti anak, menghukum anak ketika melakukan kesalahan dan memarahi anak. Selain itu, pola asuh yang tidak sesuai adalah orang tua yang membiarkan anak melakukan sesuatu tanpa pengawasan dari orang tua.

Menurut Puspasari (2007) dalam proses membentuk identitas remaja yang baik yaitu remaja yang percaya diri, diperlukan pola komunikasi yang baik. Orang tua sebaiknya memberikan arahan yang tegas tetapi tidak memberikan tekanan-tekanan yang membebankan remaja. Akan tetapi, masih banyak orang tua yang melupakan untuk mengarahkan anak remaja melalui komunikasi yang halus. Banyak orang tua yang cenderung tegas dan keras dalam mendisiplinkan anak remajanya. Salah satunya dengan memberikan kata-kata kasar atau kata-kata yang tidak pantas kepada anak, yang disebut dengan kekerasan verbal.

(24)

mendapatkan kekerasan verbal pada saat mengalami permasalahan di sekolah, seperti pada saat mendapatkan nilai yang jelek disekolah, pada saat mengalami pertengkaran atau permasalahan dengan teman sebaya. Bentuk kekerasan verbal yang sering di alami oleh keempat anak ini seperti menyebut nama dengan tidak pantas (nama binatang atau menyebut anak bodoh) dan memberikan bentakan-bentakan serta memarahi. Dampak yang dirasakan korban yaitu: adanya keinginan untuk selalu membantah orang tua, perasaan kecewa terhadap diri sendiri dan orang tua, serta merasa sakit hati.

Selain kasus diatas, terdapat sebuah survey yang dilakukan oleh

department of statistics dan UNICEF pada lima provinsi di tahun 2004. Dari

hasil survey tersebut menunjukkan bahwa 30% dari ibu-ibu suka berteriak atau membentak-bentak anaknya dan 45% ibu-ibu suka menampar anaknya agar anak-anak mereka mau menuruti keinginan ibunya (www.googleplus.com/teguhprasetyo, diakses pada 5 Oktober 2014). Dari hasil survey tersebut, terlihat bahwa persentase kekerasan fisik lebih besar dari pada kekerasan vebal. Akan tetapi, kekerasan verbal juga salah satu jenis kekerasan yang perlu untuk kita soroti. Kekerasan verbal menjadi salah satu jenis kekerasan yang tidak mudah dikenali. Ada kemungkinan bahwa banyak kekerasan verbal yang terjadi di sekitar kita, tetapi kita tidak menyadari akan hal tersebut.

(25)

yaitu: kekerasan secara fisik (physical abuse) merupakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang hingga melukai tubuh seseorang, kekerasan emosional (emotional abuse) terjadi ketika seseorang sedang membutuhkan perhatian tetapi justru diabaikan, kekerasan secara verbal (verbal abuse) terjadi ketika seseorang memberikan penghinaan, pelecehan, melabeli dalam pola komunikasi, kekerasan seksual (sexual abuse) terjadi ketika seseorang melakukan pemaksaan hubungan seksual.

Menurut Vissing, Straus, Gelles dan Harrop (1991) kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dapat menyebabkan anak memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan fisik, menjadi nakal dan memiliki masalah interpersonal. Masalah interpersonal yang dihadapi oleh anak seperti bermasalah dengan teman sebayanya, kurang mendapatkan prestasi di sekolah, bermasalah dengan perilakunya atau bermasalah dengan kedisiplinannya, baik di rumah maupun disekolah. Kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang tua lebih berpengaruh terhadap masalah psikososial pada anak yaitu kesulita-kesulitan dalam proses pencarian identitas, dari pada orang tua yang melakukan kekerasan fisik.

(26)

dirinya paling benar dan mengabaikan perkataan orang tua. Ketika anak mulai melakukan pemberontakan, orang tua akan memarahi anaknya, mencemooh dan memberikan kata-kata kasar kepada anaknya sebagai bentuk hukuman atas kesalahan yang dibuat oleh anaknya.

Menurut Surya (2007) lingkungan pada dasarnya memberikan pengaruh terhadap pembentukan persepsi terhadap diri remaja. Pengaruh lingkungan yang buruk dapat membentuk persepsi negatif pada remaja. Lingkungan yang penuh dengan kekerasan verbal, yaitu tindakan seperti melecehkan, meremehkan, mengejek, mencemooh dianggap sebagai lingkungan yang kurang baik. Selain itu, menurut Suyanto (2003) korban yang mengalami kekerasan verbal akan mengalami situasi perasaan yang tidak aman dan nyaman, menurunya harga diri, dan martabat korban.

(27)

Pada saat remaja merasa tidak diterima oleh kelompok atau lingkungan terdekatnya, merasa tidak yakin dapat mencapai suatu hal yang diinginkan dan merasa tidak berharga keberadaannya, remaja akan memiliki penilaian-penilaian yang buruk tentang dirinya sendiri. Apabila remaja merasa dirinya buruk, maka akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan dirinya.

Menurut Kartono (dalam Hamdan, 2009) masa remaja merupakan masa bergejolak dimana seseorang sedang menghadapi berbagai masalah, konflik, serta kebingungan dalam proses menemukan diri dan menemukan tempatnya di masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan kepercayaan diri agar remaja dapat menghadapi berbagai permasalahan.

(28)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat dirumuskan pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian, yaitu: Apakah ada hubungan antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekerasan verbal pada remaja dengan kepercayaan diri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat terutama bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi perkembangan serta dapat dijadikan bahan referensi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan kekerasan verbal dan kepercayaan diri pada remaja.

2. Manfaat praktis

a. Bagi remaja atau subyek

(29)

kekerasan verbal sehingga remaja yang mengalami hal tersebut, dapat mewaspadai dan mengantisipasi agar terhindar dari kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang tua.

b. Bagi orang tua

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri pada dasarnya dapat dimiliki oleh setiap orang. Kepercayaan diri yang ada dalam diri setiap remaja sangat erat kaitannya dengan bagaimana orang tua dalam memberikan kasih sayang dan kebebasan yang sewajarnya (Santrock, 2003). Menurut Hartono (1997) individu yang memiliki kepercayaan diri merasa lebih tenang dalam menghadapi persoalan-persoalan pada lingkungannya dan memiliki kemauan yang besar dalam mencoba hal-hal yang baru.

Menurut Liendenfield (1997) orang yang percaya diri adalah orang yang merasa puas terhadap diri sendiri, sebaliknya orang yang tidak percaya diri adalah orang yang tidak merasa puas terhadap diri sendiri.

(31)

sikap toleran, rasa puas dalam jiwa dan ketenangan jiwa. Individu yang memiliki rasa percaya diri akan merasa bahwa ia adalah individu yang positif dan dapat ikut bagian serta dapat bekerja sama dengan orang lain dalam berbagai hal atau segmen.

Pendapat lain juga dikemukakan Lumpkin (2004) dimana individu yang memiliki kepercayaan diri adalah individu yang tidak terpaku pada kesalahan-kesalahan di masa lalu. Seseorang yang terpaku pada masa lalu dan tidak berusaha untuk memperbaiki kesalahan hidupnya, tidak akan meraih kesuksesan.

Menurut Rini (2002) kepercayaan diri merupakan sikap positif yang dimiliki seseorang yang dapat membuat dirinya dapat mengembangkan pandangan positif terhadap diri, lingkungan sekitarnya dan terhadap permasalahan yang sedang di hadapi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Bandura (dalam Siska, Sudardjo & Purmaningsih, 2003), kepercayaan diri merupakan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan.

(32)

2. Aspek Kepercayaan Diri

Lauster (1990) mengungkapkan bahwa terdapat 5 aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri. 5 aspek tersebut adalah:

a. Ambisi. Ambisi merupakan suatu keinginan yang dimiliki seseorang dalam mencapai hasil yang diinginkan. Orang yang percaya diri selalu berpikir positif dan merasa yakin akan kemampuan yang dimiliki. Menurut Lindenfield (1997) individu yang memiliki ambisi selalu memiliki tujuan hidup yang jelas. Mereka cenderung dapat menentukan hal apa yang akan dilakukan dan mengetahui hasil yang akan dicapai. Individu yang memiliki tujuan hidup biasanya akan lebih bersemangat dan memiliki motivasi, tekun dalam melakukan hal-hal kecil yang mengarah pada tujuan hidupnya, mampu menilai diri sendiri dan berani dalam membuat keputusan. b. Mandiri. Berani untuk melakukan suatu hal karena merasa

yakin akan kemampuan yang dimiliki. Lindenfield (1997) berpandangan bahwa individu yang mandiri dapat mengetahui hal baik apa yang harus dilakukan untuk dirinya sendiri.

(33)

yang merasa yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri. Rasa optimis merupakan panduan antara dorongan fisik dan psikis dalam mempertahankan diri dan mengembangkan diri.

d. Tidak mementingkan diri sendiri. Tidak hanya peduli terhadap diri sendiri tetapi juga peduli terhadap orang lain. Lindenfield (1997) mengatakan bahwa individu akan cenderung memikirkan perasaan, pikiran dan perilaku mereka, serta selalu ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri mereka.

(34)

3. Faktor Kepercayaan Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri pada seseorang adalah:

a. Pola asuh yang sesuai

Menurut Rini (2002) salah satu faktor yang paling mendasar dalam mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri adalah pola asuh dan interaksi di usia dini. Orangtua yang selalu memberikan kasih sayang kepada anak, memarahi anak dengan cara yang wajar, dan tidak mengabaikan anak akan membuat anak merasa diterima di dalam keluarga, sehingga anak merasa aman dan percaya diri.

b. Pola pikir positif

(35)

c. Konsep diri yang positif

Menurut Ghufron (2011) terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang berawal dari perkembangan konsep dirinya. Konsep diri itu sendiri merupakan gambaran atau gagasan tentang diri sendiri. ketika seseorang memiliki pandangan positif tentang dirinya, maka akan memiliki konsep diri positif. Menurut Rogers (dalam Prabawa, 2009) tumbuhnya konsep diri yang positif dipengaruhi oleh adanya penghargaan yang diterima remaja dari lingkungannya, adanya pujian dan penerimaan dari orang lain dan memiliki kepribadian yang sehat.

d. Harga diri yang tinggi

(36)

sekitar remaja, adanya pujian dan pengakuan dari orang lain, adanya perasaan diterima di lingkungan sekitarnya, dan memiliki kepribadian yang sehat.

e. Dukungan dari orang tua

Menurut Santrock (2003) Dukungan yang diberikan orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri pada anak. Adapun dukungan sosial yang dimaksudkan adalah memberikan kasih sayang terhadap anak, memberikan perhatian-perhatian yang sedang dihadapi oleh anak, lingkungan keluarga yang harmonis, adanya aktivitas bersama di dalam keluarga, memberikan saran dan mengarahkan anak pada hal-hal yang baik, memberikan peraturan yang baik dan memberikan kebebasan yang sewajarnya bagi anak.

f. Dukungan dari teman sebaya

(37)

B. Kekerasan Verbal

1. Pengertian Kekerasan Verbal

Menurut Suharto (1997) kekerasan verbal merupakan tindakan yang meliputi penghardikan dan penyampaian kata-kata kasar. Sejalan dengan itu, Lawson (1999) mengatakan bahwa verbal abuse atau kekerasan verbal adalah tindakan yang berupa penghinaan, pelecehan, dan memberi label seseorang dalam suatu pola komunikasi. Huraerah (2012) mengatakan bahwa kekerasan verbal adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam bentuk memarahi, memaki, mengomel dan membentak secara berlebihan, termasuk mengeluarkan kata-kata yang tidak patut terhadap anak. Pendapat lain mengatakan bahwa kekerasan verbal merupakan jenis kekerasan yang tidak mudah untuk dikenali. Wujud konkret dari kekerasan verbal adalah penggunaan kata-kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan umum dan melontarkan ancaman yang berupa kata-kata (Suyanto, 2003).

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan verbal merupakan tindakan lisan seseorang yang meliputi penyampaian kata-kata kasar, penghinaan, memarahi, mengomel dan membentak secara berlebihan, serta memberikan ancaman terhadap orang lain.

2. Bentuk Kekerasan Verbal

(38)

a. Memanggil nama anak yang tidak sepantasnya, meremehkan, menyumpahi dan menghina.

Misalnya: “heh anak bodoh” atau “kamu anak busuk”.

b. Menolak atau mengancam dalam bentuk pengabaian. Orangtua menciptakan rasa bahwa anak tidak diinginkan oleh keluarga.

Misalnya: Ibu mengatakan kepada anak “Saya menyesal telah

melahirkan kamu”.

c. Mengancam dengan membahayakan tubuh. Kekerasan verbal erat kaitannya dengan kekerasan fisik. Kekerasan verbal yang intesitasnya semakin tinggi dapat disertai dengan adanya kekerasan fisik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak.

d. Mengkambing hitamkan atau menyalahkan. Hal ini akan membuat anak merasa sebagai orang yang jahat dan tidak layak mendapat kebahagiaan.

Misalnya: Ibu mengatakan “Kehadiranmu membuat keluarga ini menjadi berantakan”.

e. Menyindir anak.

(39)

3. Karakteristik Kekerasan Verbal

Karakteristik kekerasan verbal menurut Hamptom (dalam Shafira, 1999) adalah:

a. Kekerasan verbal merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi korban dan dapat membuat korban merasa ada yang salah dalam dirinya sehingga merasa tidak berharga. Kekerasan ini biasanya dilakukan oleh orang-orang terdekat korban, seperti: orang tua, kerabat dan teman.

b. Kekerasan verbal dapat terjadi dalam tindakan yang tidak tampak secara langsung, seperti: memberikan kata-kata yang tidak pantas, merendahkan orang lain melalui tindakan lisan. c. Kekerasan verbal pada akhirnya bertujuan untuk mengontrol

korban, membuat korban merasa bingung dan akhirnya dapat dikontrol.

d. Kekerasan verbal membuat self esteem korban menurun, korban akan menarik diri dari lingkungan, mengubah perilaku dan pasrah pada apa yang terjadi.

e. Tindakan kekerasan verbal tidak dapat diprediksi, biasanya berupa makian dan komentar pedas.

(40)

4. Faktor Yang Mempengaruhi Orang Tua Melakukan Kekerasan Verbal

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang tua dalam melakukan kekerasan verbal (Soetjiningsih, 1995). Faktor-faktor tersebut adalah:

4.1 Faktor Internal

a. Faktor Pengetahuan Orang Tua

Banyak orang tua yang tidak mengenal atau mengetahui tentang perkembangan anak remajanya. Misalnya, anak belum mampu untuk melakukan suatu hal, akan tetapi orang tua tetap memaksakan kehendaknya. Ketika anak remajanya tetap tidak bisa melakukan hal tersebut, orang tua bisa menjadi marah, membentak dan mencaci karena harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu, orang tua memiliki pandangan yang salah mengenai posisi anak di dalam keluarga. Beberapa orang tua memanggap bahwa anak remajanya adalah orang yang tidak tahu apa-apa. Oleh karena itu, orang tua mengganggap dapat melakukan apapun terhadap anak.

b. Faktor Pengalaman Orang Tua

(41)

pencetus terjadinya kekerasan. Individu yang mendapatkan perilaku kekerasan pada masa kecil akan menjadikan individu yang agresif. Oleh karena itu, ketika dewasa individu tersebut akan melakukan kembali pengalaman di masa kecilnya kepada anak-anaknya.

4.2 Faktor Eksternal a. Faktor Ekonomi

Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya kekerasan terhadap anak adalah kemiskinan dan tekanan hidup. Orang tua yang kecewa dan marah akan kondisi hidup yang tertekan, rentan melampiaskan emosi terhadap anaknya. Oleh karena itu, kekerasan baik secara fisik ataupun verbal sangat mungkin terjadi.

b. Faktor Lingkungan

(42)

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja dan Batasan Usia

Menurut Santrock (2003) Remaja adalah masa perkembangan dari setiap individu, dimana terjadi suatu transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Transisi ini biasanya diawali pada 10-12 tahun dan berakhir pada 18-22 tahun.

Menurut Papalia (2009) menyebutkan bahwa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dalam suatu perkembangan hidup individu yang berlangsung dari usia 10 hingga 20 tahun.

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10 hingga 20 tahun. WHO membagi remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal adalah remaja yang berusia 10 hingga 14 tahun dan remaja akhir adalah remaja yang berusia 15 hingga 20 tahun.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang dimulai dari umur 11 hingga 20 tahun.

2. Masa Perkembangan Remaja a. Perkembagan Fisik

(43)

Sarwono, 2013) perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan seperti: terjadinya pertumbuhan tulang (sehingga anak bertambah tinggi), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu-bulu halus pada kemaluan, mendapat haid dan tumbuh bulu-bulu pada ketiak. Sedangkan perubahan fisik pada anak laki-laki seperti: testis mulai membesar, tumbuh bulu-bulu di kemaluan, terjadi perubahan pada suara, ejakulasi, bumbuh bulu-bulu pada ketiak dan dada, tumbuh rambut halus di wajah (kumis dan jenggot), serta rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.

b. Perkembangan Kognitif

Menurut pendapat Piaget (dalam Papalia, 2009) remaja sedang berada dalam tingkat perkembangan kognitif yang tertinggi, yaitu tahap operasional formal (formal operation). Dalam tahap ini, remaja mengembangkan kapasitas untuk berpikir abstrak. Remaja akan cenderung lebih fleksibel dalam menerima informasi dan tidak terpaku pada hal-hal yang ada saat ini saja, tetapi dapat lebih memahami waktu dan ruang dalam konteks masa lalu.

(44)

yang sama dengan dirinya, menganggap diri sebagai pribadi yang unik dan istimewa, serta kurang menyadari dalam perbedaan antara mengekspresikan sesuatu yang ideal.

c. Perkembangan Psikososial

Menurut seorang tokoh, yaitu Erikson (dalam Papalia, 2009) berpandangan bahwa tugas utama yang dihadapi oleh remaja adalah “krisis” dari tahap identitas versus kekacauan identitas

(identity versus role confusion). Dalam tahap ini remaja mengalami “krisis”dalam menjadi individu dewasa yang unik dan memiliki peran di dalam masyarakat. Pembentukan identitas pada remaja merupakan penggabungan antara identifikasi yang sebelumnya. Identitas pada remaja yang terbentuk merupakan penyelesaian dari tiga permasalahan besar, yaitu: pekerjaan, pemilihan nilai-nilai yang dianut dalam hidup dan identitas seksualnya.

3. Penyesuaian Diri Remaja

(45)

a. Menerima perubahan dan pertumbuhan fisik serta mengintegrasikannya dalam kepribadian.

b. Menentukan peran dan fungsi seksual dalam kebudayaan dimana ia berada.

c. Mencapai proses kedewasaan dengan sikap kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan dalam menghadapi kehidupan.

d. Mencapai posisi yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar. e. Mengedepankan tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai

yang dianggap sesuai dengan lingkungan dan kebudayaannya.

f. Dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan lingkungannya.

Menurut Blos (dalam Sarwono, 2013) terdapat tiga tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, yaitu:

a. Remaja awal

(46)

b. Remaja madya

Pada tahap ini, remaja membutuhkan banyak teman yang menyukai dirinya. Terdapat kecenderungan narcisistic pada dirinya. Selain itu, remaja cenderung mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan sikap.

c. Remaja akhir

Pada tahap ini, remaja mulai mengembangkan egonya untuk dapat bersatu dengan orang lain, identitas seksualnya mulai terbentuk, tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi juga mementingkan orang lain.

D. Hubungan Antara Kekerasan Verbal dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja

Remaja merupakan proses transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dalam proses transisi menuju kedewasaan, setiap remaja membutuhkan proses untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik, kognitif, dan sosialnya (Sarwono, 2013). Dalam proses penyesuaian diri yang dialami oleh remaja, keluarga turut serta dalam membimbing proses tersebut sehingga nantinya remaja dapat tumbuh menjadi remaja yang berkualitas dan dapat diterima oleh masyarakat.

(47)

karakter dan kepribadian individu diperlukan peran dari orangtua. Orangtua menjadi bagian di dalam sebuah keluarga yang bertanggung jawab dalam mendidik remaja. Orangtua yang berkualitas akan memberikan kebutuhan-kebutuhan bagi anak agar nantinya dapat berkembang dengan sewajarnya sehingga anak memiliki karakter yang berkualitas pada saat remaja.

Pemenuhan kebutuhan kasih sayang, pengertian, perhatian dan merawat remaja dengan sebaik-baiknya merupakan kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh orangtua (Huraerah, 2012). Dalam hal ini, anak remaja tidak hanya di tuntut untuk selalu meraih prestasi akademis dan non akademis saja, tetapi juga perlu diperhatikan apa saja kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orangtuanya. Melihat banyaknya tuntutan akademis dari sekolah terhadap anak remaja, membuat orangtua fokus pada prestasi akademis anak dan melupakan kebutuhan lain yang harus diberikan kepada anak.

(48)

Saat ini, banyak orang tua yang justru melakukan tindak kekerasan verbal terhadap remaja. Kegagalan orangtua dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut akan berdampak negatif pada remaja. Dampak-dampak tersebut seperti: terganggunya pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial remaja (Huraerah, 2012).

Tindak kekerasan verbal yang dilakukan orangtua terhadap anak remajanya akan memberikan pengalaman buruk dan akan terbawa hingga dewasa nanti apabila dilakukan secara terus menerus. Tidak hanya itu, kata-kata kasar yang diberikan orang tua kepada remaja dapat melukai perasaannya dan membuat remaja memiliki pemikiran yang negatif tentang dirinya sendiri. Ketika remaja memiliki pemikiran yang negatif terhadap diri sendiri, akan ada kecenderungan untuk menganggap diri sebagai orang yang buruk (Rini, 2002). Oleh karena itu remaja akan merasa rendah diri.

(49)

keluarga akan mengalami perasaan yang tidak aman dan tidak nyaman, serta menurunnya harga diri dan martabat korban.

Menurut Rogers (dalam Prabawa, 2009) tumbuhnya harga diri pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti adanya penghargaan dari orang lain, mendapatkan pujian dari orang lain, merasa diterima oleh orang lain, dan memiliki kepribadian yang sehat. Individu yang mendapatkan kekerasan verbal di dalam keluarga, akan merasa bahwa dirinya kurang diterima di dalam keluarga. Perasaan tidak diterima di dalam keluarga akan mempengaruhi penilaian-penilaian terhadap dirinya sendiri.

Menurut Hampton (dalam Shafira, 1999) tingkat penilaian atau harga diri seseorang berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Individu yang harga diri nya rendah cenderung mengahargai diri sendiri dan menerima diri sendiri sesuai dengan kondisi yang ada. Oleh karena itu, individu yang harga dirinya rendah kurang percaya diri dan terbentur pada permasalahan sosial atau pergaulan. Sejalan dengan itu, menurut Murbekti (2010) remaja yang harga dirinya rendah maka kepercayaan dirinya juga rendah.

(50)

yang mampu mengontrol berbagai aspek dalam dirinya sehingga dapat mengatur tujuan dalam hidup yang mengarah pada keberhasilan (Rohayati, 2011). Kepercayaan diri tidak dapat datang begitu saja, tetapi perlu dipelajari dan dibentuk oleh orangtua (Afiatin dan Andayani, 1998).

(51)

Berikut ini adalah skema hubungan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja:

Gambar 1.1 : Skema hubungan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan

diri pada remaja.

Tidak melakukan kekerasan verbal. Memberikan kasih sayang, perhatian dan merawat dengan baik.

Melakukan kekerasan verbal terhadap anak.

Harga diri rendah Harga diri tinggi

Kepercayan diri rendah Kepercayaan diri

tinggi

Keluarga sebagai pondasi primer dalam

[image:51.595.96.519.173.603.2]
(52)

E. Hipotesis

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasional. Menurut Suryabrata (2011) penelitian korelasional memiliki tujuan untuk mencari sejauh mana variasi-variasi dalam suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada faktor lain yang didasarkan pada koefisien korelasi. Sama halnya dengan Narbuko dan Achmadi (2007) yang mengatakan bahwa jenis penelitian korelasional digunakan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Menurut Narbuko dan Achmadi (2007) ciri-ciri dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan beberapa variabel dalam pengukurannya dan jenis penelitian ini akan menunjukkan ada atau tidaknya hubungan dari variabel-variabel yang telah ditentukan tersebut.

B. Variabel Penelitian

(54)

dependen. Menurut Purwanto & Sulistyastuti (2007), variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjadi pengaruh pada perubahan variabel dependen. Sedangkan variabel dependen atau variabel tergantung merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Sesuai dengan judul “Hubungan Antara Kekerasan Verbal Pada Remaja Dengan Kepercayaan Diri”, maka variabel dari penelitian ini terdiri dari 2

(dua) variabel, yaitu:

1. Variabel bebas : Kekerasan verbal 2. Variabel tergantung : Kepercayaan diri

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Hadi (dalam Murbani, 2010) definisi operasional adalah batasan-batasan dalam suatu variabel yang secara konkrit berhubungan dengan realitas dan merupakan manifestasi dari apa yang akan diamati oleh peneliti. Sedangkan menurut Purwanto & Sulistyastuti (2007), definisi operasional merupakan jembatan antara suatu teori dengan hasil observasi yang ada.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Kekerasan Verbal

(55)

dalam skala ini, menunjukkan bahwa tingkat kekerasan verbal yang diterima oleh subyek tergolong tinggi. Sebaliknya, subyek yang mendapatkan skor rendah dalam skala ini menunjukkan bahwa tingkat kekerasan verbal yang diterima subyek tergolong rendah.

2. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berperilaku sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dan dapat mengatasi masalah dengan sikap dan pandangan-pandangan positif. Subyek yang mendapatkan skor tinggi dalam skala ini, menunjukkan bahwa subyek memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya, subyek yang memiliki skor rendah dalam skala ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.

D. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua remaja yang memenuhi kriteria, yaitu yang berumur 11-18 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek sebanyak 116 siswa SMA di Magelang yang terdiri dari kelas XI IPS 1, XI IPA, XI IPS 2, dan kelas XII IPA 1.

(56)

mengambil sampel sebanyak 60 siswa. 60 siswa yang menjadi sampel adalah siswa-siswi SMA kelas X IPS 1 sejumlah 31 siswa dan siswa-siswi SMA kelas X IPS 2 sejumlah 29 siswa.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Siregar (2013) metode pengumpulan data merupakan proses pengumpulan antara data primer dan sekunder pada sebuah penelitian. Pengumpulan data merupakan suatu proses yang penting karena data-data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam suatu penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala yang berisi pernyataan yang berkaitan dengan kekerasan verbal dan kepercayaan diri. Pernyataan tersebut dibuat oleh peneliti melalui bentuk –bentuk kekerasan verbal dan aspek kepercayaan diri. Metode skala itu sendiri merupakan suatu metode dengan memberikan pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa untuk mengungkap suatu atribut melalui respon yang muncul dari pertanyaan yang diajukan (Azwar, 2012).

Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert. Menurut Siregar (2013) skala Likert adalah suatu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang mengenai suatu fenomena. Skala Likert sendiri memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan favorable dan

unfavorable. Sedangkan menurut Purwanto & Sulistyastuti (2007), skala

(57)

berdasarkan pada tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan. Skala ini memiliki lima atau tujuh kategori peringkat dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju.

Dalam penelitian ini, pilihan jawaban yang digunakan dalam skala kepercayaan diri menggunakan empat pilihan jawaban saja, yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Pada skala kekerasan verbal, peneliti juga menggunakan empat pilihan jawaban saja, yaitu: Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Sering (SR), dan Selalu (SL). Dalam setiap skala peneliti hanya menggunakan empat pilihan jawaban dan meniadakan jawaban tengah atau netral dengan tujuan menghindari adanya kecenderungan responden dalam memilih jawaban tengah (Central

Tendency effect). Pemberian skor yang digunakan pada kedua skala, untuk

[image:57.595.102.511.240.618.2]

setiap item favorable dan unforable dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1

Pemberian Skor Item Skala

Plihan Jawaban Item Favorable Item Unfavorable Sangat Tidak

Setuju (STS)

1 4

Tidak Setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Sangat Setuju (SS) 4 1

(58)
[image:58.595.100.514.146.611.2]

Tabel 2

Pemberian Skor Item Skala

Plihan Jawaban Item Favorable Item

Unfavorable

Tidak Pernah (TP) 1 4

Jarang (JR) 2 3

Sering (SR) 3 2

Selalu (SL) 4 1

Cara menjawab pernyataan pada skala kepercayaan diri adalah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang ada dan yang sesuai dengan kondisi subjek. Pilihan jawaban yang tersedia adalah Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Sering (SR) dan Selalu (SL). Adapun skala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skala Kepercayaan Diri

Untuk mengukur kepercayaan diri pada remaja digunakan skala kepercayaan diri. Skala ini disusun atas 5 aspek, yaitu:

a. Ambisi b. Mandiri c. Optimis

(59)
[image:59.595.96.526.109.741.2]

Tabel 3

Spesifikasi Skala Kepercayaan Diri (Sebelum Uji Coba)

No. Aspek Kepercayaan Diri

Nomer Item

Favorable

Nomer Item

Unfavorable

Jumlah Soal

Bobot

1. Ambisi 1, 3, 5, 7, 9

2, 4, 6, 8, 10 10 20%

2. Mandiri 11, 13,

15, 17, 19

12, 14, 16, 18, 20

10 20%

3. Optimis 21, 23,

25, 27, 29

22, 24, 26, 28, 30

10 20%

4. Tidak

mementingkan diri sendiri

31, 33, 35, 37, 39

32, 34, 36, 38, 40

10 20%

5. Toleran 41, 43,

45, 47, 49

42, 44, 46, 48, 50

10 20%

Jumlah Soal 50 100%

2. Skala Kekerasan Verbal

Untuk mengukur tingkat kekerasan verbal yang dilakukan orang tua terhadap remaja, peneliti menggunakan skala kekerasan verbal. Skala kekerasan verbal berdasarkan pada bentuk-bentuk kekerasan verbal. Adapun bentuk-bentuk kekerasan verbal adalah sebagai berikut:

a. Memanggil nama anak yang tidak sepantasnya, meremehkan, menyumpahi dan menghina.

b. Menolak atau mengancam dalam bentuk pengabaian. c. Mengancam dengan membahayakan tubuh.

(60)
[image:60.595.99.509.153.596.2]

Tabel 4

Spesifikasi Skala Kekerasan Verbal (Sebelum Uji Coba)

No. Aspek

Kepercayaan Diri Nomer Item Favorable Nomer Item Unfavor able Jumlah Soal Bobot

1. Memanggil nama anak yang tidak sepantasnya,

meremehkan, menyumpahi, dan menghina

1, 3, 5, 7, 9 2, 4, 6, 8, 10

10 20%

2. Menolak atau

mengancam dalam bentuk pengabaian

11, 13, 15, 17, 19

12, 14, 16, 18, 20

10 20%

3. Mengamcam dengan

membahayakan tubuh

21, 23, 25, 27,

22, 24, 26, 28, 29, 30

10 20%

4. Mengkambing hitamkan atau menyalahkan

31, 33, 35, 37, 39

32, 34, 36, 38, 40

10 20%

5. Menyindir anak 41, 43, 45, 49

42, 44, 46, 47, 48, 50

10 20%

Jumlah Soal 50 100%

F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas

1. Validitas Alat Tes

Menurut Azwar (2011) Validitas pada dasarnya berasal dari kata

validity yang memiliki arti sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan

(61)

tujuan pengukuran tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa valid atau tidaknya suatu alat ukur bergantung pada mampu tidaknya alat tersebut dalam mencapai tujuan dari penelitiannya (dalam Azwar, 2011).

Menurut Azwar (2011) validitas juga memiliki arti sebagai kecermatan dari pengukuran. Suatu alat ukur yang dapat dikatakan valid tidak sekedar dapat mengungkap data dengan tepat tetapi juga harus cermat dalam menggambarkan data. Cermat yang dimaksud adalah mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan kecil antara subjek yang satu dengan subjek yang lain.

Dalam penelitian ini, jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi. Menurut Suryabrata (2008), validitas isi adalah validitas yang dilakukan dengan cara menelaah dan merevisi setiap butir pertanyaan atau pernyataan melalui professional judgment. Peneliti membuat skala berdasarkan aspek kepercayaan diri dan bentuk-bentuk kekerasan verbal. Skala yang dibuat telah di telaah dan di revisi melalui beberapa proses oleh dosen pembimbing sebagai professional judgment.

2. Seleksi Item

(62)

Menurut Azwar (2011) pengujian fungsi item dengan fungsi tes dilakukan dengan cara komputisasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor total. Komnputisasi ini pada umumnya menghasilkan korelasi item-total (rix) atau indeks daya beda item.

Batasan yang digunakan dalam kriteria pemilihan item yang berkualitas berdasarkan korelasi item-total adalah (rix) ≥ 0,3. Setiap item

yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,3 memiliki daya beda yang baik dan setiap item yang memiliki koefisien korelasi dibawah 0,3 memiliki daya beda yang kurang baik.

Berdasarkan hasil uji coba pada 29 Agustus 2014 terhadap 60 subjek, prosedur analisis item yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson dengan program komputer SPSS

for windows versi 16.00. Berikut ini adalah distribusi item skala setelah

ujicoba:

a. Skala Kepercayaan Diri

(63)
[image:63.595.99.529.138.605.2]

Tabel 5

Spesifikasi Skala Kepercayaan Diri (Setelah Uji Coba)

No. Aspek Kepercayaan Diri

Nomer Item

Favorable

Nomer Item

Unfavorable

Jumlah Soal

Bobot

1. Ambisi - 2, 6, 8, 10 4 12,9%

2. Mandiri 11, 13,17, 19

12, 20 6 19,3%

3. Optimis 21, 23, 27 22, 26, 28, 30

7 22,5%

4. Tidak

mementingkan diri sendiri

33, 35, 37, 39

32, 34, 36, 38, 40

9 29%

5. Toleran 41, 43 42, 46, 50 5 16,1%

Jumlah Soal 31 100%

(64)
[image:64.595.96.529.133.590.2]

Tabel 5.1

Spesifikasi Skala Kepercayaan Diri (Setelah Diratakan Pada Setiap Aspek) No. Aspek

Kepercayaan Diri

Nomer Item

Favorable

Nomer Item

Unfavorable

Jumlah Soal

Bobot

1. Ambisi 1 2, 4, 6, 8, 10 6 20%

2. Mandiri 11, 13,17, 19

12, 20 6 20%

3. Optimis 21, 23, 27 22, 28, 30 6 20%

4. Tidak

mementingkan diri sendiri

35, 37, 39 32, 38, 40 6 20%

5. Toleran 41, 43 42, 44, 46, 50

6 20%

Jumlah Soal 30 100%

b. Skala Kekerasan Verbal

(65)
[image:65.595.98.513.127.590.2]

Tabel 6

Spesifikasi Skala Kekerasan Verbal (Setelah Uji Coba)

No. Aspek

Kepercayaan Diri Nomer Item Favorable Nomer Item Unfavor able Jumlah Soal Bobot

1. Memanggil nama anak yang tidak sepantasnya,

meremehkan, menyumpahi, dan menghina

1, 5, 7, 9 2, 6, 8, 7 18,42%

2. Menolak atau

mengancam dalam bentuk pengabaian

15, 17 12, 14, 16, 18, 20

7 18,42%

3. Mengamcam dengan

membahayakan tubuh

21, 23, 25, 27

22, 24, 28, 29, 30

9 23,68%

4. Mengkambing hitamkan atau menyalahkan

31, 33, 35, 37, 39

32, 36, 38, 40

9 23,68%

5. Menyindir anak 43 44, 46,

47, 48, 50

6 15,78%

Jumlah Soal 38 100%

(66)
[image:66.595.97.508.127.580.2]

Tabel 6.1

Spesifikasi Skala Kekerasan Verbal (Setelah Diratakan Pada Setiap Aspek)

No. Aspek

Kepercayaan Diri Nomer Item Favorable Nomer Item Unfavor able Jumlah Soal Bobot

1. Memanggil nama anak yang tidak sepantasnya,

meremehkan, menyumpahi, dan menghina

1, 5, 7, 9 2, 8 6 20%

2. Menolak atau

mengancam dalam bentuk pengabaian

15, 17 12, 16, 18, 20

6 20%

3. Mengamcam dengan

membahayakan tubuh

21, 27 22, 24, 28, 29

6 20%

4. Mengkambing hitamkan atau menyalahkan

33, 37 32, 36, 38, 40

6 20%

5. Menyindir anak 43 44, 46,

47, 48, 50

6 20%

Jumlah Soal 30 100%

3. Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2011) Reliabilitas pada dasarnya berasal dari kata

rely dan ability. Suatu penelitian dapat dikatakan reliable apabila hasil dari

pengukuran tersebut dapat dipercaya. Dapat dikatakan dipercaya apabila memperoleh hasil yang cukup sama jika dilakukan pengukuran berulang kali apabila aspek yang di ukur sama.

(67)

kepercayaan diri mencapai 0,854 dan reliabilitas pada skala kekerasan verbal mencapai 0,921

G. Metode Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Linearitas

Menurut Ghozali (2009) uji linearitas memiliki tujuan untuk menguji apakah model penelitian regresi atau hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung membentuk suatu garis yang lurus atau tidak.

Uji linearitas ini dapat di lihat melalui nilai p. Apabila nilai p < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung linear. Apabila nilai p > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung tidak linear.

Menurut Santoso (2010) apabila suatu hubungan dalam penilitian merupakan hubungan yang linear, berarti bahwa kuantitas data pada variabel tergantung akan meningkat atau menurun sejalan dengan variabel bebas secara linear.

b. Uji Normalitas

(68)

dilihat melalui nilai p. Menurut Santoso (2010) apabila nilai p < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki sebaran data yang tidak normal. Sebaliknya, jika nilai p > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki sebaran yang normal.

2. Uji Hipotesis

Setelah memenuhi persyaratan analisis data, maka langkah selanjutnya adalah proses pengujian hipotesis penelitian. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik Correlation Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program SPPS for Windows versi 16.00 untuk menguji hipotesis hubungan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja.

H. Prosedur Pengambilan Data

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai prosedur penelitian melalui tahap persiapan, yaitu:

1. Membuat dan mempersiapkan alat ukur

(69)

2. Melakukan uji coba

Uji coba dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2014. Uji coba diberikan kepada siswa-siswi SMA Tarakanita Magelang. Terdapat 63 siswa yang mengikuti uji coba, yaitu siswa kelas X IPS 1 sejumlah 34 anak dan X IPS 2 sejumlah 29 anak. Adapun siswa yang memenuhi kriteria dalam memberikan respon terhadap skala sebanyak 60 siswa.

3. Menganalisis item-item skala 4. Mengolah data hasil uji coba

(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti diawali dengan proses perijinan. Pada tanggal 5 Agustus 2014 peneliti melakukan proses perijinan pada salah satu sekolah swasta di Magelang dan peneliti langsung mendapatkan ijin dari pihak sekolah.

Proses pengambilan data awal atau try out berlangsung pada hari jumat tanggal 29 Agustus 2014. Peneliti diizinkan untuk mengambil data

try out di dua kelas, yaitu kelas X IPS 1 dan X IPS 2. Peneliti membagikan

angket ke dalam dua kelas tersebut secara bergantian. Pada saat membagikan angket peneliti memberikan instruksi kepada siswa yang berupa perkenalan, membacakan informed consent, pengisian identitas, instruksi mengerjakan skala.

(71)

memberikan instruksi kepada siswa yang berupa perkenalan, membacakan

informed consent, pengisian identitas, instruksi mengerjakan skala.

B. Deskripsi Subyek Penelitian dan Data Penelitian

1. Deskripsi Subyek Penelitian

[image:71.595.97.509.189.739.2]

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja yang masuk dalam masa remaja madya dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun. Subyek adalah para remaja yang bersekolah di SMA yang berada di Kota Magelang. Subyek yang telah memenuhi karakteristik subyek dan kuota sebanyak 116 orang. Akan tetapi, setelah melalui proses penyaringan data hanya tersisa 111 orang yang dapat digunakan sebagai data penelitian ini.

Tabel 7

Deskripsi Jenis Kelamin Subyek Penelitian Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan Tidak

Teridentifikasi

55 55 1

Total 111

Tabel 8

Deskripsi Usia Subyek

Usia

15 16 17 18

9 69 28 5

(72)

Tabel 9

Deskripsi Kondisi Orang tua Subyek

Kondisi Orang tua Subyek Keduanya masih

hidup

Salah satu atau keduanya sudah

meninggal

Tidak teridentifikasi

105 5 1

Total 111

2. Deskripsi Data Penelitian

[image:72.595.97.516.135.603.2]

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja, maka peneliti memperoleh hasil data penelitian yang dapat membandingkan data teoritik dan data empiris. Data tersebut digunakan untuk melihat hubungan kekerasan verbal dan kepercayaan diri dengan cara membandingkan mean teoritik dan mean empiris. Berikut hasil data penelitian yang diperoleh :

Tabel 10

Deskripsi Data Penelitian

Teoritik Empirik

� � � �� Mean � � � �� Mean

Kekerasan verbal

30 120 75 79 109 93,10

Kepercayaan diri

30 120 75 35 98 51,02

(73)

Pada variabel kepercayaan diri diperoleh mean teoritik sebesar 75 dan mean empirik sebesar 93,10 (Mean Teoritik < Mean Empirik). Data ini menunjukkan bahwa rata-rata subyek memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

C. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan pengujian asumsi terhadap data penelitian agar data tersebut dapat memenuhi syarat-syarat data yang tepat yang disesuaikan dengan analisis data yang dilakukan. Pengujian asumsi terhadap data penelitian dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Uji Normalitas

(74)

dan uji Kolmogorov-Smirnov Z melalui SPSS versi 16.00 for

[image:74.595.98.514.147.606.2]

windows.

Tabel 11

(One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test) Unstandarized Residual

Kolmogrov-Smirnov Z .474

Asymp. Sig (2-Tailed) .978 a. Test distribution is normal

Data awal pada penelitian ini sebanyak 116 subyek. Akan tetapi terdapat beberapa data yang residualnya menjadi outlier dan menyebabkan data tidak terdistribusi secara normal. Menurut Santoso (2010) data outlier merupakan data yang memiliki nilai yang dianggap ektrem yang disebabkan oleh situasi yang tidak biasa. Misalnya: subyek mengisi skala dengan sembarangan sehingga nilainya menjadi sangat rendah atau tinggi. Nilai-nilai ekstrem ini dapat dihilangkan agar data dapat terdistribusi dengan normal.

Berdasarkan pada tabel 10 menunjukkan bahwa uji

Kolmogrov-Smirnov Z memiliki nilai p> 0,05 yaitu (p 0,978).

(75)

2. Uji Linearitas

Menurut Santoso (2010) uji linearitas digunakan untuk melihat apakah hubungan antar variabel yang akan di analisis mengikuti garis lurus atau tidak. Menurut Ghozali (2009), kaidah uji linearitas dapat dilihat melalui nilai p. Apabila nilai p < 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung linear. Sebaliknya, apabila nilai p > 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung tidak linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Compare Mean pada SPSS 16.00

[image:75.595.98.514.244.581.2]

for windows.

Tabel 12

(ANOVA Uji Linearitas) Between Groups (Combined)

Linearity (Sig)

Mean_KD*Mean_KV 0.026

Berdasarkan tabel 11, data antara variabel bebas dan variabel tergantung berada pada satu garis lurus atau linear. Hal ini terlihat dari nilai p < 0,05, yaitu antara dara kepercayaan diri dengan kekerasan verbal (p 0,026).

3. Uji Hipotesis

(76)

verbal dengan variabel kepercayaan diri adalah -0,300** dengan p 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu adanya hubungan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja.

D. Pembahasan

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja. Dari hasil uji hipotesis, didapatkan koefisien korelasi antara variabel kekerasan verbal dengan variabel kepercayaan diri sebesar -0,300 (p 0,001). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif dan signifikan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja. Artinya, semakin tinggi remaja mendapatkan kekerasan verbal dari orang tua maka semakin rendah kepercayaan diri pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah remaja mendapatkan kekerasan verbal dari orang tua maka semakin tinggi kepercayaan diri pada remaja.

(77)

Menurut Ghufron (2011) harga diri menjadi salah satu faktor bagi terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang. Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi juga. Menurut Rogers (dalam Prabawa, 2009) tumbuhnya harga diri pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya penghargaan dari orang lain, adanya pujian dari orang lain, perasaan diterima oleh lain, dan memiliki kepribadian yang sehat.

Remaja yang mendapatkan kekerasan verbal di dalam keluarganya, akan mengalami situasi yang tidak nyaman berada di dalam lingkungan tersebut. Remaja akan merasa rendah diri dan merasa tidak di terima oleh orang tuanya. Ketika remaja memiliki harga diri yang rendah, maka kepercayaan diri remaja juga akan rendah.

Selain itu, menurut Lindenfield (1997), ketika seseorang mengalami rasa tidak aman atau mengalami ketakutan, maka hal tersebut menjadi musuh terbesar bagi timbulnya rasa percaya diri. Seseorang yang mengalami rasa tidak aman akan sulit mengembangkan pandangan positif tentang diri mereka sendiri, orang lain dan pandangannya tentang dunia luar.

(78)

dengan cara yang melibatkan kekerasan. Memberikan cinta dan kasih sayang, memberikan rasa aman, memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak, serta mengajarkan anak untuk mau berinteraksi dengan dunia luar dirasa lebih efektif.

Kepercayaan diri merupakan hal yang penting bagi remaja. Menurut Rohayati (2011) kepercayaan diri merupakan suatu modal yang sangat penting untuk ditumbuhkan dalam diri remaja agar mereka mampu menjadi pribadi yang dapat mengontrol berbagai aspek dalam dirinya sehingga dapat mengatur tujuan hidup mereka yang mengarah pada keberhasilan hidup. Selain itu, masa remaja adalah masa dimana prestasi menjadi suatu hal yang dianggap penting. Menurut Hamdan (2009), motivasi berprestasi pada remaja akan muncul apabila mereka mempunyai kepercayaan diri dalam dirinya.

Menurut Suyanto (2003) seseorang yang menjadi korban kekerasan verbal dari orang tuanya, akan menjadi pribadi yang rendah diri, mudah minder, merasa dirinya tidak berharga dan lemah dalam membuat atau menentukan keputusan. Hal ini menunjukkan, bahwa korban yang mengalami kekerasan verbal memiliki penilaian-penilaian yang buruk terhadap diri sendiri yang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan dirinya.

(79)
(80)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan diri pada remaja. Semakin tinggi kekerasan verbal yang diterima remaja dari orang tuanya, maka semakin rendah tingkat kepercayaan diri pada remaja. Semakin rendah kekerasan verbal yang diterima remaja dari orang tuanya, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan diri pada remaja.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan akan penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang sudah dilakukan kurang mendalam 2. Jumlah subyek yang terbatas

C. Saran

1. Bagi Remaja

(81)

diharapkan dapat memberi tahu orang di sekitarnya (saudara atau anggota keluarga yang lain) agar orang tua dapat menghentikan tindakan kekerasan verbal yang telah dilakukan.

2. Bagi Orang Tua

Penulis menyarankan kepada orang tua untuk tidak melakukan kekerasan verbal kepada anak sebagai sarana mendisiplinkan anak. Kekerasan verbal memberi dampak yang tidak baik terhadap remaja. Dampak yang ditimbulkan antara lain adalah, membuat anak merasa minder, rendah diri, mempunyai konsep diri yang buruk, dan memiliki pola pikir yang negatif dalam memandang diri sendiri dan dunia luar. Hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan diri pada remaja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Gambar

Gambar 1.1 : Skema hubungan antara kekerasan verbal dengan kepercayaan
Tabel 1 Pemberian Skor Item Skala
Tabel 2 Pemberian Skor Item Skala
Tabel 3 Spesifikasi Skala Kepercayaan Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasilnya adalah para remaja akan lebih percaya diri ketika foto selfie-nya disukai banyak pengguna instagram lainnya, dan sebaliknya remaja akan merasa kurang percaya diri

Kepercayaan diri diartikan sebagai suatu sikap dan keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut tidak merasa cemas dalam setiap tindakannya,

Pada proses pengungkapan diri biasanya seseorang dirundung rasa curiga dan tidak percaya diri yang kuat sehingga tidak berani menyampaikan berbagai gejolak atau emosi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat korelasi positif antara kepercayaan diri dengan citra diri pada remaja akhir.Semakin tinggi

percaya diri adalah sikap positif individu yang merasa mampu dengan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan dan

perilaku individu. Ketika seseorang merasa percaya diri pembawaan diri akan lebih tenang dan santai walaupun berada dalam bawah tekanan. 2) Percaya diri meningkatkan

Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya

Berpedoman pada uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa siswa–siswi yang memiliki kepercayaan diri tinggi, ia tidak akan malu untuk tampil dalam kegiatan- kegiatan