• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI

DENGAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS

JEJARING SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

oleh:

Bramanto Ranggamukti

NIM : 06 9114 034

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL

Disusun oleh : Bramanto Ranggamukti

069114034

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Skripsi

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Bramanto Ranggamukti

069114034

Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal ……….

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

1. Y. Heri Widodo, M. Psi. ………..

2. Dr. Christina Siwi Handayani ……….. 3. Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. ………..

Yogyakarta , ……… Dekan

(4)

iv MOTTO

(5)

v

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Juli 2011 Penulis

(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS

JEJARING SOSIAL

Bramanto Ranggamukti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri seseorang dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kepercayaan diri seseorang dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial. Subyek dalam penelitian ini adalah 100 orang dewasa awal dengan batasan usia 18-25 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk kepercayaan diri adalah skala kepercayaan diri, sedangkan untuk frekuensi akses situs jejaring sosial adalah data frekuensi yang diisi subyek pada lembar identitas diri. Hasil uji coba pada alat ukur skala kepercayaan diri menyatakan 60 aitem sah dengan reliabilitas 0,953. Hasil korelasi yang diperoleh adalah -0,665 pada taraf signifikansi 1%. dan p sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri seseorang dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial, diterima. Hubungan antara kepercayaan diri seseorang dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial adalah negatif.

(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN SELF CONFIDENCE WITH ACCESS FREQUENCY OF

SOCIAL NETWORKING SITES

Bramanto Ranggamukti

ABSTRACT

The aim of this research is to know the correlation between self confidence with access frequency of social networking sites. The hyphotesis in this research, there is correlation between self confidence with access frequency of social networking sites. The subject in this research is young adult in constrain from 18-25 years old. The data collection tool which used for the self confidence is self confidence scale, whereas for the access frequency of social networking sites is the frequency data which been filled by the subject on the subject identity sheet. Try-out result in self confidence scale asserts 60 valid items with 0,953 reliability. The result obtained from the data analysis is -0,665 by 0,000 probability ( p < 0,01). That result indicates negative significance correlation between self confidence with access frequency of social networking sites.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Bramanto Ranggamukti

Nomor Mahasiswa : 069114034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS JEJARING SOSIAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 4 November 2011

Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia memberkati penulis dengan semangat dan rahmat yang tiada terhingga, sehingga skripsi yang berjudul “hubungan antara kepercayaan diri dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial”, dapat diselesaikan.

Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan dukungan bagi penulis berupa dukungan moral dan dukungan material. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih pada :

1. Dr. Christina S. Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

2. Y. Heri Widodo., M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dan motivasi yang bermanfaat bagi penulis. Terimakasih juga atas kesabarannya selama proses bimbingan.

3. Dr. Y. Supratiknya selaku dosen pembibing akademik yang memberikan dorongan agar penulis segera menyelesaikan studi.

4. Rekan-rekan seperjuangan di fakultas psikologi

 Teman-teman seangkatan yang luar biasa mengesalkan namun sangat

membantu di lain sisi.

(11)

xi  Teman-teman UKF Basket.

 Teman-teman KBR (Kos Bawah Rambutan).  Teman-teman lain yangloro ra keroso.

5. Keluarga yang selalu memberikan dukungan moral dan finansial. 6. Sahabat-sahabat seperjuangan SMA yang masih terus kontak.

7. Bapak/ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing selama masa studi.

8. Para karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberikan bantuan dan kemudahan.

9. Para pengisi skala yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 10. Untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT ...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II : Landasan Teori... 11

(13)

xiii

1. Pengertian Mahasiswa ... 11

2. Mahasiswa Sebagai Dewasa Awal ... 11

3. Pengertian Dewasa Awal ... 12

4. Ciri Dewasa Awal ... 12

5. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 15

B. Frekuensi Mengakses Situs Jejaring Sosial ... 16

1. Pengertian Frekuensi Mengakses ... 16

2. Pengertian Situs Jejaring Sosial ... 16

3. Faktor yang Melandasi Manusia Membangun Relasi Online ... 17

4. Keuntungan dan Kerugian Mengakses Situs Jejaring Sosial ... 20

5. Penelitian Sebelumnya... 23

C. Kepercayaan Diri... 25

1. Pengertian Kepercayaan Diri... 25

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 26

3. Ciri-ciri Individu dengan Kepercayaan Diri ... 27

4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepercayaan Diri .... 29

5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpercayaan Diri ... 31

D. Dinamika Kepercayaan Diri dengan Frekuensi Mengakses Situs Jejaring Sosial ... .34

E. Hipotesis Penelitian ... .39

BAB III : METODE PENELITIAN... .41

(14)

xiv

B. Identifikasi Variabel...41

C. Definisi Operasional ... .41

D. Sampling Penelitian ... 43

E. Subyek Penelitian...43

F. Metode Pengumpulan Data... .44

G. Kredibilitas Alat Ukur... .47

1. Estimasi Validitas ... .47

2. Seleksi Item ...47

3. Reliabilitas ...47

H. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ...48

I. Metode Analisis Data ...51

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...52

A. Pelaksanaan Penelitian...52

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 52

C. Hasil Penelitian ... 53

1. Uji Asumsi ... 53

a. Uji Normalitas ... 53

b. Uji Linearitas ... 54

2. Uji Korelasi ... 55

3. Hasil Deskriptif... 56

4. Kategorisasi Subyek Penelitian ... 59

(15)

xv

b. Kategorisasi menurut frekuensi mengakses situs jejaring

sosial... 60

D. Pembahasan... 60

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran... 66

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uraian skor pernyataan Favorabel dan un favorabel ... 45

Tabel 2. Blue print tryout skala kepercayaan diri ... 45

Tabel 3. Distribusi aitem tryout ... 46

Tabel 4. Tabel aitem tryout yang gugur dan lolos seleksi... 49

Tabel 5. Tabel aitem yang digugurkan... 50

Tabel 6. Tabel sebaran aitem skala penelitian ... 51

Tabel 7. Tabel demografi subyek... 53

Tabel 8. Tabel hasil deskriptif... 56

Tabel 9 Tabel mean frekuensi mengakses menurut usia... 57

Tabel 10 Tabel mean frekuensi mengakses menurut jenis kelamin... 58

Tabel 11 Tabel durasi kepemilikian akun situs jejaring sosial ... 58

Tabel 12 Tabel jumlah jenis akun situs jejaring sosial yang dimiliki ... 58

Tabel 13 Tabel rumus kategorisasi ... 59

Tabel 14 Tabel kategorisasi menurut skala kepercayaan diri ... 59

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema hubungan kepercayaan diri dan

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba Kepercayaan Diri ...71

Lampiran 2 Skor Responden Dalam Skala Uji Coba Kepercayaan Diri ...83

Lampiran 3 Reliabilitas Skala Uji Coba Kepercayaan Diri ...85

Lampiran 4 Hasil Seleksi Aitem Skala Uji Coba Kepercayaan Diri ...87

Lampiran 5 Skala Penelitian ...91

Lampiran 6 Skor Responden Dalam Skala Penelitian ...100

Lampiran 7 Uji Normalitas ...102

Lampiran 8 Uji Linearitas ...104

Lampiran 9 Uji Hipotesis ...106

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah individu yang memiliki beberapa kebutuhan dasar. Maslow (dalam Hall dan Lindzey, 1993) menyatakan bahwa kebutuhan mencintai dan dicintai adalah salah satu kebutuhan dasar itu. Di sisi lain, McClelland juga mengungkapkan bahwa individu memiliki kebutuhan untuk menjalin afiliasi dengan sesamanya sebagai salah satu kebutuhan dasar (Huffman, Vernoy, Vernoy,1997). Hal tersebut menun jukkan bahwa kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain menjadi kebutuhan utama individu. Masa remaja sampai dengan masa dewasa awal adalah masa penting pemenuhan kebutuhan ini. Pada masa remaja individu membentuk identitas diri sedang pada masa dewasa awal individu mengembangkan relasi (Erikson dalam Santrock, 2009).

(20)

Komunikasi dapat dilakukan individu baik secara langsung ataupun tidak langsung (melalui media pengantar). Interaksi langsung adalah interaksi yang dilakukan langsung secara tatap muka (face to face) antara pengirim pesan dan penerima pesan, sedangkan interaksi yang tidak langsung adalah interaksi yang menggunakan media perantara untuk berkomunikasi antara si pengirim pesan dan si penerima pesan (Effendi, 1986). Media tersebut dapat berupa melalui buku, surat, telepon,sms, internet, dan masih banyak lagi.

Saat ini komunikasi menggunakan internet banyak menjadi pilihan. Hal ini terjadi karena melalui internet, kita dapat berkirim pesan, mencari informasi dan melakukan interaksi dengan siapa saja secara cepat (Ceyhan, 2007). Komunikasi melalui internet juga memiliki banyak pilihan, salah satunya adalah dengan menggunakan situs jejaring sosial.Interaksi sosial melalui situs jejaring sosial adalah sebuah budaya baru yang sedang populer diseluruh dunia.

Situs jejaring sosial adalah situs yang digunakan untuk melakukan hubungan secara sosial lewat internet. Layanan ini memiliki prinsip yang sama dengan kehidupan sosial di dunia nyata. Prinsip itu adalah prinsip lingkaran pertemanan dimana seseorang dapat membangun jaringan sosial terhadap orang lain atau komunitas tertentu. Saat ini situs jejaring sosial yang banyak digunakan adalahfacebookdanTwitter.

(21)

2006,Facebookdibuka untuk umum Semua orang yang berusia lebih dari 13 tahun dapat mengakses facebook. Facebook mulai popular di Indonesia pada tahun 2007 dan mengalami perkembangan yang pesat, tercatat pada bulan April 2011, jumlah penggunafacebook di Indonesia mencapai angkai 33 juta, dan Indonesia masuk dalam peringkat 2 penggunaFacebook di seluruh dunia, atau hampir 10% dari total penggunafacebookdi seluruh dunia, yaitu 350 juta pengguna (Penyebab Indonesia menjadi pengguna facebook ke-2 terbesar di dunia,www.ogameslucky.com).

Selain facebook, Twitter juga adalah situs yang menjalankan konsep “social network”.Twitteradalah sebuah situs mikroblog dan situs web jejaring sosial yang mengusung konsep menyebarkan informasi pesan secara singkat, padat dan real time di dalam kalimat kurang dari 140 karakter kepada pembacanya di seluruh dunia melalui SMS, pengirim pesan instan, surat elektronik, atau aplikasi. Twitter didirikan pada Maret 2006. Kata Twitter

secara harafiah berarti 'berkicau'. Perkembangan Twitter di Indonesia cukup signifikan, tercatat bahwa sejak situs ini dipublikasikan untuk umum, smpai saat ini, pemilik akun Twitter yang berasal dari Indonesia adalah 4,8 juta pengguna dari total 60 juta penggunaTwitter di dunia (perkembangan twitter di indonesia begitu cepat, www.yousaytoo.com)

(22)

terhubung dengan koneksi internet. Selain kemudahan dalam mengakses, program-program promosi dari operator telepon seluler juga semakin meningkatkan angka pengguna situs jejaring sosial di Indonesia.

Brignall and Van Valey (2005), mengatakan bahwa individu yang tumbuh dengan keberadaan internet akan cenderung untuk menggunakan internet untuk membangun relasi sosial, terutama bagi yang menginginkan hubungan romantis dan pertemanan. Umumnya, internet banyak digunakan oleh mahasiswa. Hal ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan mencari sumber informasi untuk mengerjakan tugas perkuliahan. Mahasiswa akan sering bersentuhan dengan internet, baik untuk mencari sumber bacaan atau referensi, ataupun untuk bermain dan mengurangi stress karena tugas perkuliahan.

(23)

pesat di Indonesia, tercatat sejak tahun 2007 sampai 2011, terjadi lonjakan angka pengguna sebanya tiga kali lipat, sehingga jumlah pengguna situs jejaring sosial di Indonesia saat ini mencapai 33 juta untuk facebook dan 4,8 juta untukTwitter.

(24)

Di satu sisi, jika situs jejaring sosial digunakan dengan benar maka dapat memberikan manfaat, namun di lain sisi penggunaan situs jejaring sosial juga harus diwaspadai, karena dapat membawa dampak buruk. Caplan (2005) melaporkan bahwa penggunaan internet yang berlebihan, khususnya mengakses situs jejaring sosial dengan intensitas yang tinggi dapat mengakibatkan dampak buruk berupa berkurangnya komunikasi secara langsung (face to face communication), hal ini menimbulkan dampak buruk berupa terhambatnya kegiatan lain seperti pekerjaan, sekolah atau pembinaan relasi sosial dalam keseharian.

(25)

yang dilaporkan mengalami dampak buruk dari penggunaan internet yang berlebihan menggunakan internet untuk kegiatan interpersonal, berelasi dengan orang lain, dan mencari dukungan sosial secara emosional. Hal ini didukung oleh Davis (dalam Caplan, Williams, dan Yee, 2009) yang menyatakan bahwa secara kognitif dan behavior, simtom dari penggunaan internet yang berlebihan secara khusus berkorelasi positif dengan interaksi sosial secaraonline.

Dalam penelitiannya, Baker, Rosland dan White (2010) melaporkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi intensitas seseorang untuk mengakses situs jejaring sosial. Faktor itu adalah norma kelompok dan harga diri. Afiatin dan Handayani (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa harga diri memiliki korelasi positif dengan kepercayaan diri, hal ini membuat tingkat kepercayaan diri dapat dimasukkan pula ke dalam daftar faktor yang mempengaruhi perilaku mengakses situs jejaring sosial. Hal ini didukung dengan pernyataan Walgito (2000), dalam pernyataannya Walgito mengutip teori dari Maslow (1970), Branden 1973), dan Coopersmith (1967). Walgito mengatakan bahwa harga diri yang positif merupakan indikasi adanya kepercayaan diri yang positif.

(26)

masih berada dalam masa dewasa awal dimana pembentukan identitas menjadi tugas perkembangan, pada masa ini individu masih mudah terpengaruh. Supaya tidak mudah terbawa arus, individu hendaknya memiliki prinsip dan rasa percaya diri yang tinggi, karena individu yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi pada umumnya merasa yakin terhadap apa yang dilakukannya dan tidak mudah terpengaruh terhadap lingkungan (Guilford, 1959).

Rasa percaya diri atau self confidence, menurut Lauster (1990), adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimiliki dirinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Kepercayaan diri menjadi poin penting dalam proses interaksi sosial. Baron dan Byrne dalam bukunya (1996) menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan diri seseorang juga mempengaruhi orang tersebut dalam melakukan interaksi di lingkungan sosialnya. Seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi akan lebih terbuka dan berani untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, sebaliknya seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan memilih untuk menghindari interaksi sosial karena merasa takut terhadap lingkungan sosialnya.

(27)

tidak memiliki kesulitan dalam menjalin relasi dengan individu lain. (Guilford, 1959).

Sebaliknya, individu yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah kurang memiliki konsep diri yang jelas, merasa rendah diri, sering memilih tujuan yang kurang realistis, cenderung pesimis dalam menghadapai masa depan, dan berkubang dalam perasaan negatif (Wood, Heimpel, Michela, 2003). Individu yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah mudah terkena depresi dan stres yang berlebihan saat menghadapi suatu permasalahan. Hal lain yang menjadi ciri individu dengan tingkat kepercayaan diri rendah adalah ketidakmampuan mereka dalam menjalin relasi sosial.

(28)

sosial karena individu tersebut tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan kontak sosial.

Dari beberapa hal di atas, peneliti mencoba melihat hubungan antara frekuensi akses ke dalam situs jejaring sosial dan tingkat kepercayaan diri seseorang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah :

“Apakah ada korelasi antara tingkat kepercayaan diri dengan frekuensi akses situs jejaring sosial?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara tingkat kepercayaan diri dengan frekuensi akses situs jejaring sosial pada pengguna situs jejaring sosial.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Untuk memperluas pandangan mengenai hubungan antara tingkat kepercayaan diri dengan interaksi sosial serta efek dari penggunaan situs jejaring sosial dalam ilmu Psikologi Sosial, sehingga dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat praktis

(29)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah golongan pemuda umur 18-30 tahun yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi dan aktif dalam perguruan tinggi yang bersangkutan. (Sarlito, dkk, dalam Buntoro, 2003).

2. Mahasiswa sebagai Dewasa Awal

(30)

3. Pengertian Dewasa Awal

Rentang usia dewasa awal adalah (18-30 tahun). Hurlock (1994) menyatakan bahwa orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Santrock (2002) berpendapat bahwa masa dewasa awal adalah masa ketika seseorang mendapat pekerjaan yang kurang lebih tetap. Hal ini biasa terjadi ketika seseorang sudah meyelesaikan masa sekolah atau perkuliahan. Masa ini adalah masa transisi dimana kemampuan membuat keputusan menjadi ciri. Keputusan yang dibuat adalah keputusan mengenai karir, nilai, keluarga dan gaya hidup.

4. Ciri Dewasa Awal

Masa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru, pada masa ini individu diharapkan menyesuaikan diri secara mandiri.

Hurlock (1990) menguraikan ciri-ciri masa dewasa awal, yang antara lain :

a. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan

(31)

b. Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif

Menjadi orang tua merupakan salah satu peran penting dalam hidup orang dewasa, hal ini disebabkan oleh usia dewasa awal yang merupakan usia aktif untuk bereproduksi.

c. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah

Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah pada masa dewasa awal menjadi lebih intensif dan sulit. Penyebabnya adalah individu pada masa transisi kurang memiliki untuk mempersiapkan diri menghadapi permasalahan yang akan dihadapi orang dewasa, hal ini juga disebabkan oleh masa transisi yang pendek. Penyebab lainnya adalah individu biasa mencoba untuk menguasai dua ketrampilan atau lebih secara bersamaan, namun hal ini justru mengakibatkan kegagalan. Individu juga pada umumnya kurang memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

d. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional

Ketegangan emosional tampak dalam bentuk keresahan, apa yang diresahkan tergantung dari masalah-masalah penyesuaian diri yang dihadapi saat itu dan berhasil tidaknya mereka dalam upaya penyelesaian itu. Kekhawatiran utama mungkin ada pada pekerjaan, perkawinan dan peran sebagai orang tua.

e. Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sosial

(32)

teman-teman kelompok sebaya pada masa remaja menjadi renggang. Sebagai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi, para individu muda, bahkan yang populer sekalipun akan mengalami keterpencilan sosial, yang disebut Erikson sebagai krisis keterasingan. Panjang pendeknya keterasingan dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk membina hubungan sosial yang baru.

f. Masa dewasa awal sebagai masa komitmen

Individu mengalami perubahan tanggung jawab dari remaja menjadi orang dewasa yang mandiri. Hal ini menuntu individu untuk menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan komitmen baru yang menjadi landasan di kemudian hari.

g. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan

Status dewasa memberikan kebebasan bagi individu untk mandiri, akan tetapi banyak individu yang masih tergantng kepada orang lain atas alasan yang bermacam-macam, ketergantungan ini dapat berakibat individu meragukan kemampuannya sendiri.

h. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai

Perubahan nilai pada masa dewasa awal disebabkan oleh beberapa hal: 1) Apabila individu ingin diterima ke dalam sebuah kelompok, maka

ia harus menerima dan mengadopsi nilai-nilai dari kelompok tersebut.

(33)

3) Individu yang menjadi orang tua cenderung mengubah nilai-nilai mereka lebih cepat serta cenderung konservatif dan tradisional. i. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup

baru

Masa dewasa awal merupakan periode yang paing banyak menghadapi perubahan. Seringkali perubahan menjadi sangat drastis karena perbedaan nilai yang begitu besar, terutama dalam hal perkawinan dan peran sebagai orang tua.

j. Masa dewasa awal sebagai masa kreatif

Bentuk kreatifitas pada masa dewasa awal bergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan

kegiatan yang memberikan kepuasan besar. 5. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Hurlock menyebutkan bahwa ada dua hal yang menunjukkan tugas perkembangan dewasa awal, hal tersebut adalah adalah kemandirian

ekonomi dan kemandirian membuat keputusan. Sedang menurut Erikson (dalam Santrock, 1994), masa dewasa awal adalah masa kentiman versus isolasi. Individu mampu untuk berkomitmen dengan orang lain, namun

kalau hal ini gagal, individu tersebut akan mengembangkan perasaan kesepian. Erikson menambahkan bahwa dalam masa ini, sebelum individu

(34)

B. Frekuensi Mengakses Situs Jejaring Sosial 1. Pengertian Frekuensi Mengakses

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata frekuensi adalah kekerapan, jarang kerapnya. Sedangkan, kata “mengakses” berasal dari kata “akses”, yang artinya adalah jalan untuk memasuki suatu tempat.

Frekuensi mengakses adalah, kekerapan dalam mengakses. Dalam penelitian ini yang diakses adalah situs jejaring sosial.

2. Pengertian Situs Jejaring Sosial

Fenomena situs jejaring sosial dimulai pada tahun 2002, ketika situs jejaring sosial bernama friendster mulai banyak digunakan. Sampai saat ini, jumlah situs jejaring sosial yang ada sudah banyak. Beberapa di antaranya adalahfacebook, MySpace,danTwitter.

Situs jejaring sosial adalah situs yang digunakan untuk melakukan hubungan secara sosial lewat internet. Layanan ini memiliki prinsip yang sama dengan kehidupan sosial di dunia nyata. Prinsip itu adalah prinsip lingkaran pertemanan dimana seseorang dapat membangun jaringan sosial terhadap orang lain atau komunitas tertentu.

Boyd dan Ellison (dalam Spraggins, 2009) mendefinisikan situs jejaring sosial sebagai situs internet dengan pelayanan yang memungkinkan individu untuk :

a. Mengkonstruksi profil pribadi yang dapat diakses oleh publik dalam sistem yang saling berhubungan,

(35)

c. Melihat dan melintasi profil dari orang-orang yang terdaftar dalam daftat koneksi mereka.

Tujuan dari situs ini adalah untuk berkomunikasi dan membuatnya dapat dilihat oleh orang lain yang ada dalam jaringan sosialnya. Bertemu dengan orang baru adalah suatu hal yang dimungkinkan untuk dilakukan dalam situs ini, namun pada umumnya anggota situs ini menggunakannya untuk menjaga relasi dengan teman-teman dan keluarga yang sudah dikenal dalam kehidupan nyata.

Abhyankar (2011) menyatakan bahwa situs jejaring sosial memiliki fitur yang konvensional. Setiap user melakukan registrasi dan membuat profil yang di dalamnya terdapat informasi biodata, lalu user dapat menambahkan kontak baru, mengunggah foto, video, audio, menulisstatus

dan comment, bergabung dalam grup dan forum dengan user lain yang memiliki ketertarikan yang sama. Sekarang ini banyak user yang menggunakan telepon seluler untuk mengakses situs jejaring sosial dengan bantuan software semacam facebook mobile untuk mengakses facebook atauuber socialuntuk mengaksestwitter.

3. Faktor yang melandasi manusia membangun relasi secara online Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk membangun relasi secara online , yang salah satunya adalah menggunakan situs jejaring sosial :

a. Kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain

(36)

Lindzey, 1993), hal ini merupakan bagian dari kebutuhan afiliasi. Kebutuhan afiliasi yang dimaksud oleh Murray adalah kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, mendekatkan diri pada orang lain, membuat senang, dan mencari afeksi dari orang lain.Hal yang serupa juga dikatakan oleh Maslow. Maslow menyebutnya kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Pada intinya, situs jejaring sosial memberikan kesempatan bai orang untuk menjalin hubungan afiliatif dengan orang lain. Suler (1997) mengatakan bahwa telah terjadi pergeseran afiliasi, afiliasi dalam dunia nyata akan lebih sulit dilakukan dariada afiliasi dalam dunia maya.

Suler (1997) juga mengatakan bahwa kebutuhan –kebutuhan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi tindakannya. Semakin tinggi kebutuhan seseorang maka akan semakin tinggi niat orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa perilaku menggunakan situs jejaring sosial muncul akibat adanya kebutuhan berafiliasi. Pengguna situs jejaring sosial yakin bahwa dengan menggunakan situs jejaring sosial, maka kebutuhan berafiliasinya akan terpenuhi. Keyakinan tersebut membentuk niat untuk melakukan akses ke situs jejaring sosial.

b. Ketertolakan fisik

(37)

orang-orang akan lebih mudah diterima maupun memperoleh dukungan dari orang lain, karena pertemuan mereka tidak secara langsung.

c. Kurang memiliki kemampuan sosial yang baik

Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan situs jejaring sosial adalah adanya keadaan dimana pengguna situs jejaring sosial kurang memiliki kemampuan sosial yang baik di dunia nyata, sehingga ia beralih ke dunia maya (Caplan, 2005). Hal ini didukung oleh Peng, Kim, dan La Rose (2009), dalam penelitiannya mereka menyebutkan bahwa ketidakmampuan seseorang dalam menjalin komunikasi sosial menjadi alasan kenapa seseorang kemudian memilih menjalin komunikasi sosial di dunia maya. Peng, Kim, dan La Rose kemudian menambahkan, bahwa kecenderungan seseorang untuk melakukan komunikasi di dunia maya dapat menyebabkan penggunaan internet secara kompulsif.

d. Tingkat harga diri yang rendah

Ehrenberg (2009) pada penelitiannya menyatakan bahwa remaja dengan tingkat harga diri yang rendah memiliki kecenderungan untuk melakukan komunikasi menggunakan komputer daripada remaja dengan tingkat harga diri yang tinggi.

e. Norma Kelompok

(38)

lebih normatif daripada yang tidak tergabung dalam sebuah kelompok. Keputusan seorang individu utnuk menggunakan situs jejaring sosial akan meningkat apabila ia tergabung dalam sebuah kelompok yang di dalamnya banyak menggunakan situs jejaring sosial.

f. Memiliki rasa cemas terhadap lingkungan sosial

Davis (2001) dalam penelitiannya mengatakan bahwa individu

yang memiliki rasa cemas terhadap lingkungan sosialnya memiliki pemahaman yang maladaptif tentang kemampuannya dalam menjalin komunikasi daripada orang lain yang tidak memiliki rasa cemas ini.

Caplan (2007) menambahkan bahwa kecemasan dalam menghadapi lingkungan sosial muncul akibat adanya kebutuhan untuk membuat

impresi yang positif dalam sebuah situasi sosial yang tidak terpenuhi karena individu tersebut kurang memiliki rasa percaya diri. Hal ini

membuat individu dengan karakteristik ini memilih melakukan interaksi secaraonlineyang dianggap minim resiko penolakan.

4. Keuntungan dan Kerugian Mengakses Situs Jejaring Sosial

Berikut adalah keuntungan dan kerugian dari penggunaan situs jejaring

sosial menurut Abhanyakar (2011):

a. Keuntungan menggunakan situs jejaring sosial :

1) Mendapatkanfeedbacksecara instan

(39)

2) Huruf virtual

Orang dapat menunjukkan apa yang ada di dalam imajinasi mereka

dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan seperti

emoticon, avatar, ataupun susunan huruf yang membentuk suatu bentuk yang unik.

3) Alasan personal

a) Hiburan

Situs jejaring sosial memberikan layanan hiburan dengan tujuan

meraih popularitas. Layanan hiburan ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi stress atu sekedar untuk berekreasi.

b) Pencarian pekerjaan

Pengguna dapat menggunakan kontak dalam situs jejaring

sosial mereka untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman.

c) Survey

Survey dapat dilakukan dengan mudah dalam situs jejaring

sosial. Hal ini dapat mempermudah pengambilan keputusan. d) Pencarian informasi

(40)

4) Bisnis

a) Pemasaran

Situs jejaring sosial dapat digunakan untuk memasarkan produk atau jasa dengan mudah dan langsung kepada para pelanggan.

Pemberian informasi tentang produk juga dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

b) Berhubungan dengan pelanggan

Perusahaan dapat bersentuhan dengan langsung dengan

pelanggannya secara langsung melalui situs jejaring sosial. 5) Pendidikan

Situs jejaring sosial dapat digunakan untuk membicarakan topik perkuliahan, selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui

aspirasi dari para mahasiswa.

b. Kerugian menggunakan situs jejaring sosial

1) Keamanan

Informasi yang dicantumkan dapat disalahgunakan untuk tujuan yang buruk.

2) Pelecehan secaraonlinedan penguntitan

Banyak data yang dicantumkan dalam situs jejaring sosial diunduh tanpa izin dan digunakan untuk tujuan yang buruk.

3) Identitas palsu

(41)

4) Kecanduan

Banyak pengguna yang lalu memilih untuk berinteraksi sosial secara online, dan mempertimbangkan komunikasi lewat media komputer sebagai alternatif pengganti interaksi tatap muka.

5. Penelitian Sebelumnya

Berikut adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan penggunaan internet atau situs jejaring sosial :

a. Kim, Peng, dan LaRose pada tahun 2009 melakukan penelitan yang meneliti tentang kesepian sebagai akibat dan sebagai penyebab, dalam konteks penggunaan internet terkait dengan kesehatan psikologis individu. Penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang kesepian atau tidak memiliki kemampuan sosial yang baik dapat mengembangkan kebiasaan untuk menggunakan internet secara kompulsif dan berakibat buruk (contoh : menghambat pekerjaan, sekolah atau relasi sosial) yang mana hal ini tidak menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya . Penelitian yang sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan internet untuk tujuan sosial (contoh : situs jejaring sosial, pesan instan) dapat mengakibatkan permasalahan yang lebih besar daripada penggunaan internet dengan tujuan mendapatkan hiburan (contoh : mengunduh file). Penelitian mencatat bahwa situs jejaring sosial merupakan situs favorit (dipilih oleh 69% dari total responden).

(42)

mengintegrasikan kemampuan sosial (social skill) dan kemampuan mempresentasikan diri (self-presentation) pada teori CBT tentang pengguna internet yang bermasalah (problematic internet use / PIU). Model CBT yang dirancang dan diuji disini memprediksi bahwa individu yang kurang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan diri memiliki kemungkinan besar untuk memilih interaksi sosial secara

online (preference on online social interaction/POSI) daripada interaksi tatap muka. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, partisipan yang memiliki kekurangan dalam kemampuan mempresentasikan diri berujung pada kecenderungan untuk memilih interaksi sosial secara online yang dinilai lebih tidak beresiko. Partisipan yang memilih untuk berinteraksi sosial secara online

mempertimbangkan komunikasi lewat media komputer (computer mediated communication/ CMC) sebagai alternatif pengganti interaksi tatap muka.

c. Ehrenberg pada tahun 2008 melakukan penelitian dengan dengan judul “Personality and self esteem as predictors of young people’s technology use.” Ehrenberg pada penelitian ini menyatakan bahwa remaja dengan tingkat harga diri yang rendah memiliki kecenderugan untuk melakukan komunikasi menggunakan Komputer daripada remaja dengan tingkat harga diri yang tinggi.

d. Sparaggins pada tahun 2009 melakukan penelitian dengan judul ”

(43)

: Prevalence, Predictors , and Association with Well-being”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan terhadap situasi sosial merupakan prediktor dari penggunaan situs jejaring sosial yang berlebihan. Penelitian ini juga menunjukkan hasil berupa korelasi positif antara penggunaan situs jejaring sosial yang berlebihan dengan rendahnya self-esteem, depresi, kesepian, kebahagiaan, dan kepuasan dalam hidup. 69% responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka mengakses situs jejaring sosial setiap hari, mayoritas (40%) mengaksesnya dua kali sehari. Waktu yang dihabiskan setiap kali mengaksesnya adalah 10-15 menit (43,2%) dan 30 menit (20%). e. Baker, Rosland, dan White dalam penelitiannya pada tahun 2010 yang

berjudul” Predicting adolescents’use of social networking sites from an extended theory of planned behaviour perspective” menyatakan bahwa ada beberapafaktor yang mempengaruhi intensitas seseorang untuk mengakses situs jejaring sosial. Faktor itu adalah norma kelompok dan self-esteem.

C. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

(44)

kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Menurut Rini (2002), kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penialaian positif baik terhadapa diri sendiri maupun terhadap situasi/lingkungan yang dihadapinya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap yakin atas kemampuan yang dimiliki individu dalam meraih tujuan, diman individu tersebut memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan lingkungan.

2. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (dalam Noviyanti, 2009) aspek-aspek kepercayaan diri adalah

a. Ambisi normal, yaitu dorongan untuk mencapai hasil yang disesuaikan dengan kemampuannya, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatannya. b. Mandiri, yaitu kemampuan untuk membuat keputusan, bertindak

sesuai dengan keputusannya, tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu. c. Optimis, berarti tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap

(45)

d. Rasa aman, yaitu terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekitarnya dan mampu menghadapi segala sesuatunya dengan tenang.

e. Toleran (tidak egois), adalah tidak mementingkan kehendaknya sendiri, dapat mengerti kekurangan yang ada pada dirinya, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat, dapat menerima pendapat orang lain dan berani mengemukakan ide atau kehendaknya secara bertanggung jawab.

f. Yakin akan dirinya sendiri, tidak membandingkan dirinya dengan

orang lain, terbebas dari penilaian orang lain, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

3. Ciri-ciri Individu dengan Kepercayaan Diri

a. Ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri

Beberapa ciri orang yang percaya diri yaitu, Hakim dalam Jati, 2005)

1) Memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dalam segala situasi.

2) Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan situasi, serta mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi.

3) Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya.

4) Bereaksi positif dalam menghadapai berbagai masalah.

Menurut Guilford (dalam Afiatin dan Andayani, 1996) ciri – ciri

(46)

1) Merasa adekuat terhadap apa yang ia lakukan. 2) Merasa dapat diterima oleh kelompoknya.

3) Percaya sekali pada dirinya sendiri serta memiliki ketenangan sikap.

Sedangkan Rini (2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah sebagai berikut :

1) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok

2) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

3) Punya pengendalian diri yang baik.

4) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.

5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain).

6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya.

b. Ciri-ciri individu yang kurang memiliki kepercayaan diri

(47)

1) Berusaha menunjukkan sikap konformitas demi mendapat pengakuan dan penerimaan kelompok.

2) Menyimpan rasa takut yang berlabihan terhadap penolakan. 3) Sulit menerima kekurangan dalam dirinya.

4) Memasang harapan yag tidak realistis pada dirinya sendiri. 5) Pesimis, memandang semuanya dari sisi negatif.

6) Takut gagal , sehingga menghindari pengambilan resiko.

7) Cenderung menolak pujian yang ditujukan dengan tulus, karena rasa rendah diri.

8) Selalu menempatkan dirinya pada posisi terakhir karena merasa tidak mampu.

9) Punyaexternal locus of control.

4. Faktor faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepercayaan Diri a. Faktor internal, meliputi:

1) Konsep diri.

Menurut Centi (dalam Masbow, 2009), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Gagasan tersebut muncul karena terdapat umpan dalam kelompoknya yang membentuk. Konsep diri membantu individu untuk berinteraksi sosial (Afiatin dan Andayani, 1996).

2) Harga diri

(48)

dalam Afiatin dan Andayani, 1996). Branden (dalam Afiatin dan Andayani, 1996) menyebutkan bahwa harga diri berperan dalam perilaku melalui proses berpikir, emosi, nilai, cita-cita serta tujuan yang hendak dicapai seseorang.

3) Kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony (dalam Masbow, 2009) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri.

b. Faktor eksternal meliputi: 1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (dalam Masbow, 2009) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain.

2) Pekerjaan

(49)

diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.

3) Lingkungan dan Pengalaman hidup

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Menurut Drajat (dalam Masbow, 2009) pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpercayaan Diri

Menurut Hakim (2005) ada berbagai kelemahan pribadi yang bisa menjadi sumber rasa tidak percaya diri, yaitu :

a. Kondisi Fisik

Cacat atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oeh orang lain. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa rendah diri yang berkembang menjadi rasa tidak percaya diri jika orang tersebut tidak bisa bereaksi secara positif.

b. Sering gagal

(50)

bidang yan sama.kecemasan tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam bentuk keraguan apakah orang tersebut masih mempunyai harapan untuk megatasi kegagalan.

c. Kalah bersaing

Kekalahan di dalam persaingan dalam bidang apapun dapat mengakibatkan seseodang menjadi patah semangat dan mengalami rasa tidak percaya diri. Krisis rasa percaya diri dapat membuat seseorang ragu dengan kemampuannya sendiri dan selalau dihantui perasaan takut gagal.

d. Kurang Cerdas

Kecerdasan seseorang akan tampak setiap kali orang tersebut menyesuaikan diri dengan lingkunga dimana ia berada. Hal ini tampak terutama saat orang tersebut melakukan interaksis sosial dengan sesamanya melalui komunikasi lisan. Kecerdasan dan wawasan serta kemampuan berbahasa yang kurang akan menyulitkan seseorang untuk berkomunikasi. Hal ini kemudian dapat menyebabkan seseorang merasa tidak percaya diri.

e. Perbedaan Lingkungan

(51)

f. Tidak Supel

Sikap kurang fleksibel dalam bergaul dapat disebabkan oleh banyak

hal. Beberapa penyebabnya adalah latar belakang keluarga, asal-usul, daerah, tingkat pendidikan, dan watak seseorang. Ketidakmampuan

untuk bersikap felksibel dalam bergaul dapat menyebabkan seseorang tidak percaya diri, khususnya ketika orang tersebut memeiliki suatu

tujuan yang berkaitan dengan leingkungan sosialnya, namun tidak mampu untuk mencapainya.

g. Tidak Siap Menghadapi Situasi Tertentu

Rasa tidak percaya diri yang muncul akibat seseorang tidak siap

menghadapi suatu situasi tertentu merupakan gejala yang sering terjadi dan

h. Sulit menyesuaikan diri

Lingkungan dan segala aktifitasnya menuntut seseorang untuk terlibat

dan berinteraksi dengan orang lain. Kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan orang lain dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri ini akan membuat orang tersebut diliputi

keraguan apakah dirinya dapat diterima oleh lingkungannya. i. Mudah cemas dan penakut

Kedua hal ini merupakan bibit utama dari ketidak percayaan diri, terlebih apabila sudah tertanam sejak kecil. Penyebab hal ini adalah

(52)

j. Bicara gagap

Ketidakmampuan untuk berbicara lancar saat berhadapan dengan orang lain dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Hal ini dapat menimbulkan rasa malu dan menambah rasa tidak percaya diri. Hakim juga menambahkan bahwa rasa tidak percaya diri terjadi melalui proses panjang yang dimulai dari keluarga. Proses tersebut terjadi sebagai berikut :

a. Terbentuknya kelemahan dalam berbagai aspek kepribadian seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga. Hal ini meliputi aspek mental, fisik, sosial, atau ekonomi.

b. Pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri, ditambah dengan mengesampingkan kelebihan yang dimiliki.

c. Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap negatif yang justru memperkuat rasa tidak percaya diri.

D. Dinamika Kepercayaan Diri dengan Frekuensi akses Situs Jejaring Sosial

(53)

lingkungan sosial sebagai sarana untuk berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi memiliki adaptasi sosial yang baik. Menurut Caplan (2005), kemampuan adaptasi sosial yang baik membuat individu lebih cenderung memilih interaksi sosial secaraface to facedaripada interaksi sosial secaraonline.

Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Individu ini menunjukkan perilaku pesimis dan memandang hal-hal yang ada di luar dirinya dari sisi negatif (Rini, 2002). Hal ini mengakibatkan individu dengan kepercayaan diri yang rendah melihat lingkungan sebagai ancaman dan menyimpan rasa takut yang berlebihan terhadap lingkungannya, sehingga kemudian ia cenderung menjauh dari lingkungan. Hal ini menunjukkan individu dengan kepercayaan diri yang rendah kurang memiliki adaptasi sosial yang baik. Menurut Caplan (2005), kemampuan adaptasi sosial yang kurang baik membuat individu lebih cenderung memilih interaksi sosial secara interaksi sosial secara online

daripadaface to face.

(54)

baik. Menurut Caplan (2005), kemampuan adaptasi sosial yang baik membuat individu lebih cenderung memilih interaksi sosial secara face to facedaripada interaksi sosial secaraonline.

Individu yang kepercayaan dirinya rendah menunjukkan hal yang berkebalikan dari individu yang kepercayaan dirinya tinggi. Individu dengan kepercyaan diri rendah berusaha menunjukkan sikap konformitas agar mendapat pengakuan dan penerimaan dari kelompoknya (Rini, 2002). Nilai dan tuntutan kelompok akan berusaha diikuti dan diadaptasi, meski nilai dan tuntutan tersebut tidak sejalan dengan nilai ribadi individu tersebut. Hal ini membuat individu tersebut tidak menjadi dirinya sendiri saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, individu seperti ini adalah individu yang kurang memiliki adptasi sosial yang baik. Caplan dalam penelitiannya (2005) mengatakan bahwa individu yang kurang memiliki kemampuan adaptasi sosial yang baik akan cenderung memilih intuk berinteraksi secara online

daripada interaksi tatap muka.

(55)

percaya diri untuk menghadapi situasi sosial di sekitarnya, sehingga individu tidak ragu melakukan interaksi sosial secara langsung (Caplan, 2005). Hal ini mengakibatkan akses individu tersebut ke situs jejaring sosial menjadi rendah.

Sebaliknya, individu yang kurang memiliki kepercayaan diri memiliki perasaan takut dan ragu-ragu saat mengahadapi lingkungan sosialnya. Hal ini juga sejalan salah satu karakteristik individu yang kepercayaan dirinya rendah, yaitu cenderung mengindari pengambilan resiko karena memiliki ketakutan akan kegagalan. Keduan hal tersebut mengakibatkan individu dengan kepercayaan diri yang rendah kemudian cenderung menghindar dari situasi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan kepercayaan diri yang rendah kurang memiliki kemampuan adaptasi sosial yang baik, sehingga ia memiliki kecenderungan untuk lebih memilih interaksi sosial secaraonline

daripada interaksi sosial secara langsung (Caplan, 2005)

(56)

langsung (Caplan, 2005). Hal ini mengakibatkan akses individu tersebut ke situs jejaring sosial menjadi rendah.

(57)

Kurang yakin pada diri sendiri

dan mudah

Merasa takut dan ragu-ragu

terhadap lingkunagnnya

Individu melihat lingkungan sosial sebagai suatu yang

tidak menarik

Individu menghindar dari situasi sosialnya.

Individu tidak mampu hadapi penolakan dari lingkungan.

Individu meragukan dirinya mampu untuk

menghadapi situasi sosial. Kepercayaan

diri rendah Memilih interaksi

sosial secara tidak langsung

Akses situs jejaring sosial

tinggi

Berikut adalah pola hipotesis penelitian ini :

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori di atas mengenai hubungan antara kepercayaan diri seseorang dengan frekuensinya dalam mengakses situs jejaring sosial, maka penelitian ini mengajukan hipotesis bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri seseorang dengan frekuensinya dalam mengakses situs

(58)
(59)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian korelatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan antar satu variabel dengan variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2007). Dalam penelitian ini, hubungan yang diselidiki adalah hubungan antara keprcayaan diri dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial.

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian. Pada penelitian ini, variabel yang menjadi obyek penelitian adalah :

1. Varibel tergantung : kepercayaan diri

2. Variabel bebas : frekuensi mengakses situs jejaring sosial

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi kepercayaan diri dan frekuensi mengakses situs jejaring sosial.

1. Kepercayaan Diri

(60)

dihadapinya. (Rini, 2002). Kepercayaan diri diukur dengan menggunakan skala kepercayaan diri dengan menggunakan beberapa aspek menurut Lauster. Jika subyek mendapatkan skor tinggi, hal ini berarti subyek memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya, jika subyek mendapakan skor rendah, hal ini berarti subyek memiliki kepercayaan diri yang rendah. Aspek-aspek yang akan digunakan untuk mengukur kepercayaan diri subyek adalah sebagai berikut :

a. Ambisi normal

Memiliki ambisi yang dapat disesuaikan dengan kemampuan. b. Mandiri

Tidak tergantung pada dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu. c. Optimis

Memiliki pandangan dan harapan positif mengenai diri dan masa depan.

d. Rasa aman

Perasaan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekeliling.

e. Toleran

Mengerti kekurangan pada dirinya dan dapat menerima pandangan orang lain.

f. Yakin akan diri sendiri

(61)

2. Frekuensi mengakses situs jejaring sosial

Adalah jumlah waktu (dalam satuan jam) dalam seminggu yang biasa

digunakan oleh subyek untuk mengakses situs jejaring sosial. Skor frekuensi subyek mengakses situs jejaring sosial diperoleh dari jawaban

subyek dari pertanyaan dalam skala penelitian ini.

D. Sampling Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya

(Azwar, 2007). Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan ciri-ciri atau kriteria yang telah ditentukan.

E. Subyek Penelitian

Kriteria subyek penelitian ini adalah : 1. Mahasiswa

Mahasiswa adalah golongan pemuda umur 18-30 tahun yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi dan aktif dalam perguruan tinggi

(62)

F. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Skala

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala yang digunakan adalah skala kepercayaan diri, skala ini

digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri subyek.

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode

summated ratings atau skala Likert. Metode ini menggunakan respon subyek penelitian sebagai dasar penentuan skalanya. Skala dengan metode Likert disusun dari item-item yang berisi pernyataan favorable atau

(63)

Jawaban Pernyataan

Favorabel Unfavorabel

SS (Sangat Sesuai) 4 1

S (Sesuai) 3 2

TS (Tidak Sesuai) 2 3

STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4

Tabel 1. Uraian skor pernyataan Favorabel dan un favorabel

Skor total dari skala kepercayaan diri menunjukkan tingkat kepercayaan diri subyek. Jika subyek mendapatkan skor tinggi, berarti subyek memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya, jika subyek mendapakan skor rendah, hal ini berarti subyek memiliki kepercayaan diri yang rendah

Sebelum membuat skala, peneliti menyusun blue print yang merupakan perencanaan dari isi skala. Blue print ini berupa batasan-batasan obyek yang diukur. Berikut adalah tampilan dari blue print

penelitian ini :

Aspek Jumlah Aitem Jumlah

Favorabel Unfavorabel

Ambisi normal 8 (8,33%) 8 (8,33%) 16 (16,666 %) Mandiri 8 (8, 33%) 8 (8, 33%) 16 (16,666 %) Optimis 8 (8, 33%) 8 (8, 33%) 16 (16,666 %) Memiliki rasa aman 8 (8, 33%) 8 (8, 33%) 16 (16,666 %) Toleran 8 (8, 33%) 8 (8, 33%) 16 (16,666 %) Yakin akan diri sendiri 8 (8, 33%) 8 (8, 33%) 16 (16,666 %) Jumlah aitem total 48 (50%) 48 (50%) 96 (100 %)

(64)

Aitem yang ada didistribusikan dengan pemetaan sebagai berikut :

Aspek

Nomor item Jumlah

item

Fav. Unfav

Ambisi Normal 1,2,33,36,49,51, 67, 95

Rasa aman 7,8,23,25,28,58, 60,76

Yakin akan diri sendiri 11,12,41,45,65, 82, 86,87

15,16,42,46,64

,66, 81, 85 16

Jumlah aitem total 48 48 96

Tabel 3. Distribusi aitem tryout

2. Metode kuisioner

Metode kuisioner berupa pertanyaan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal ataupun aitem ganda (Azwar, 2007)

(65)

G. Kredibilitas Alat Ukur 1. Estimasi Validitas

Menurut Azwar (2007), validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi.

Validitas isi meruapakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewatprofessional judgement. Dalam penelitian ini, untuk memenuhi vakiditas isi, peneliti akan melakukan konsultasi dengan Bapak Y. Heri Widodo selaku dosen pembimbing, terkait dengan skala yang akan diujicobakan.

2. Seleksi Aitem

Pada skala yang diujicobakan, peneliti menyeleksi aitem-aitem yang telah dicobakan secara empiris berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Spector (dalam Noviyanti, 2009) salah satu parameter yang digunakan dalam proses seleksi aitem skala adalah koefisien alpha. Berdasarkan pernyataan Spector ini, peneliti menggunakan koefisien alpha untuk seleksi aitem.

Prakosa (dalam Noviyanti, 2009) menyatakan bahwa jika seleksi aitem dilakukan dengan koefisien alpha, aitem lemah dibuang untuk meningkatkan alpha. Aitem-aitem yang memiliki koefisien rendah dibuang sampai diperolehalphayang dikehendaki.

3. Reliabilitas

(66)

menggunakan rumus alpha cronbach yang dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows version 15.0. nilai reliabilitas skala akan memuaskan bila koefisienalphamendekati 0,90.

H. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur 1. Uji coba alat ukur penelitian

Uji coba dilakukan sebelum seleksi aitem. Uji coba dilakukan pada tanggal 20 Desember 2010 sampai dengan 23 Desember 2010. Uji coba dilakuakn terhadap 50 subyek yang memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan subyek penelitian. Subyek uji coba yaitu mahasiswa dengan usia 18-30 tahun yang memiliki akun situs jejaring sosial.

Subyek mengisi skala di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Jumlah aitem yang banyak menjadi salah satu kendala dalam mengerjakan skala. Skala yang disebar kemudian dikumpulkan beberapa hari setelah penyebaran.

2. Hasil uji coba alat ukur

Pada tahap awal, peneliti memberikan penialaian pada masing-masing respon yang diberikan oleh subyek pada setiap aitem, dimana terdapat 96 aitem yang terdiri dari 48 aitem favorable dan 48 aitem unfavorable. Skor total untuk tiap subyek diperoleh dengan cara menjumlahkan skor masing-masing aitem.

(67)

reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien alpha cronbach adalah 0, 94. hasil ini menunjukkan bahwa aitem-aitem yang tersisa dalam skala sudah reliabel.

Pada tahap seleksi aitem, dengan menggunakan korelasi aitem total yang dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows version 15.0, ditemukan 26 aitem gugur karena memiliki korelasi aitem total dibawah 0,3. Aitem yang lolos seleksi karena memiliki korelasi aitem total di atas 0,3 berjumlah 70 aitem. Sebaran dari aitem-aitem tersebut adalah sebagai berikut :

Aspek Item lolos seleksi Item gugur

Nomor item Jumlah Nomor item Jumlah Ambisi

Normal

Favorabel 1,2,33,36,49,51, 95

10 67 6

Unfavorabel 35, 88,96 24,34,50,68,70

Mandiri Favorabel 3,4,31,37,54,71,94 11 52 5

Unfavorabel 13,14,69, 93 32, 38, 53, 72

Optimis

Rasa aman Favorabel

7,8,23,25,28,58,

60,76 14 - 2

Unfavorabel 19,20,26,27,75, 77 59, 89

Toleran Favorabel

9,10,39,43,61,62,8

3 11 79 5

Unfavorabel 40,44,80,84 17, 18, 63, 78 Yakin akan

diri sendiri

Favorabel 11,12,41,45,82, 86

11 65, 87 5

Unfavorabel 15,16,64,66, 85 42, 46, 81

Jumlah total 70 26

(68)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi aitem pada tiap-tiap aspek kurang seimbang, untuk itu peneliti melakukan pengguran pada masing-masing aspek agar jumlah aitem pada masing-masing aspek seimbang. Berikut adalah pengguguran yang dilakukan oleh peneliti :

Aspek Nomor item digugurkan Jumlah item digugurkan

Ambisi Normal - 0

Mandiri 37 1

Optimis 5, 22, 56 3

Rasa aman 19, 58 , 60, 77 4

Toleran 9 1

Yakin akan diri sendiri 11 1

Jumlah total aitem digugurkan 10

Tabel 5. Tabel aitem yang digugurkan

Aitem yang digugurkan adalah aitem yang memiliki nilai korelasi antar

aitem yang paling besar diantara aitem-atem yang lain. Pemilihan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga nilai koefisien alpha cronbach

supaya tetap tinggi sehingga hasil penelitian tetap reliabel.

Nilai nilai koefisien alpha cronbach yang diperoleh setelah semua

aitem yang tidak terpakai digugurkan adalah 0, 953

Dengan demikian, hasil dari tryout menunjukkan bahwa dari 96 aitem

(69)

Aspek

Nomor item Jumlah

item Favorabel Unfavorabel

Ambisi Normal 1,2,17,33,36,43,49,51 6,35 10

Mandiri 3,4,18,31,58 13,14,19,24,46 10

Optimis 5,22,29,30,47,55 21,32,34,48 10

Rasa aman 7,8,11,23,25,38 20,26,27,28 10

Toleran 10,39,53,59,60 40,44,50,57,56 10

Yakin akan diri sendiri 12,41,42,45,52,54 9,15,16,37 10

Jumlah aitem total 36 24 60

Tabel 6. Tabel sebaran aitem skala penelitian

I. Metode Analisis Data

(70)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 24 Januari 2011 sampai dengan 5 Februari 2011. Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang mahasiswa, yang berasal dari berbagai macam universitas, yang memiliki akun dalam situs jejaring sosial.

Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala di universitas subyek, dan meminta subyek mengisi skala pada saat itu juga. Namun bagi subyek yang menginginkan untuk mengisi skala tersebut di rumah atau kost, peneliti memberi kelonggaran dan memfasilitasinya dengan cara kembali ke kampus subyek pada hari berikutnya untuk mengambil skala subyek yang sudah diisi. Dalam penyebaran skala, peneliti dibantu oleh saudara peneliti yang berkuliah di universitas yang sama.

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki akun situs jejaring sosial Berikut adalah beberapa gambaran singkat mengenai subyek penelitian :

No Kategori Jumlah Persentase

1 Umur a. 18 b. 19

17 40

(71)

c. 20 2 Jenis Kelamin

a. Laki-laki

3 Universitas Subyek

a. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

b. Universitas Atmajaya Yogyakarta c. Universitas Kristen Duta Wacana

Yogyakarta

Tabel 7. Demografi subyek

C. Hasil Penelitian 1. Uji asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesisi, perlu dilakukan uji normalitas dan uji linearitas terlebih dahulu.

 Uji Normalitas

(72)

p > 0,05 maka data terdistribusi secara normal, sebaliknya jika p < 0,05 maka data dinyatakan tidak normal.

Dari table dapat dilihat bahwa p sebesar 0,368, lebih besar dari 0,05, maka data kepercayaan diri memiliki distribusi yang normal.  Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows version 15.0. untuk mengetahui apakah ada hubungan antar variable yang ada dalam penelitian. Jika p > 0,05 maka ada hubungan linear antar variabel penelitian, sebaliknya jika p < 0,05 maka tidak ada hubungan linear antar variabel penelitian.

(73)

2. Uji Korelasi

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik korelasi Pearson’s Product Moment dengan bantuan SPSS for Windows version 15.0. Pemilihan metode Perason’s Product Moment

didasarkan pada hasil uji linearitas yang menunjukkan bahwa ada hubungan linear antar variabel penelitian, sehingga analisa data menggunakan uji parametrik (Pearson’s Product Moment).

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain :

0.00 20.00 40.00 60.00

frekuensi_akses

Gambar 2. Scatterplot variabel x dan y kepercayaan_diri

(74)

“Ada hubungan negatif antara tingkat kepercayaan diri seseorang dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial” Uji hipotesis menunjukkan bahwa hubungan antara skala kepercayaan diri dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial memiliki hasil uji korelasi sebesar - 0,665 dengan probabilitas 0,000. Kedua variabel memiliki hubungan negatif yang signifikan karena probabilitasnya kurang dari 0,01 (p < 0,01).

Dengan demikian Hipotesis diterima. Ada hubungan negatif antara tingkat kepercayaan diri seseorang dengan frekuensi mengakses situs jejaring social. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri seorang individu, maka akan semakin rendah frekuensi individu tersebut dalam mengakses situs jejaring sosial. Sedangkan jika kepercayaan diri individu semakin rendah, maka semakin tinggi frekuensinya dalam mengakses situs jejaring sosial. 3. Hasil Deskriptif

Hasil deskriptif dalam penelitian ini berupa tabel hasil deskriptif yang di dalamnya terdapat perbandingan nilai mean teoritik dan empirik sertaone sample t-test serta tabel perbandingan mean menurut jenis kelamin dan usia :

 Tabel hasil deskriptif

Jenis

Skala T

Teoritis Empiris

Min max mean SD min max mean SD

Skala PD 96,713 60 240 150 30 132 215 173,03 17,89106

(75)

Mean teoritis adalah rentang skor minimum dan maksimum dalam sebuah skala. Skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 4. Rentang minimum dan maksimum secara teoritik dalam skala kepercayaan diri adalah 60 sampai 240. Mean empiris adalah rentang skor minimum dan maksimum dalam sebuah skala yang sudah diisi oleh subyek dalam penelitian. Rentang minimum dan maksimum secara empirik dalam skala kepercayaan diri adalah 132 sampai 215.

Uji beda digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata suatu sampel dengan suatu nilai hipotesis. Jika p < α maka dinyatakan signifikan, jika p >αmaka dinyatakan tidak signifikan. Hasil penghitungan, menunjukkan p skala kepercayaan diri adalah 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata subyek penelitian ini memiliki kepercayaan diri tinggi yang signifikan.

Berikut adalah beberapa tabel yang didapat berdasarkan data :

a. Tabel mean frekuensi mengakses menurut usia

Usia Rata –rata frekuensi mengakses Usia

(76)

b. Tabel mean frekuensi mengakses menurut jenis kelamin Jenis kelamin Rata –rata frekuensi mengakses

a) Pria

Tabel 10. Tabel mean frekuensi mengakses menurut jenis kelamin

c. Durasi kepemilikan akun situs jejasring sosial

Durasi Kepemilikan Jumlah Persentase Kurang dari 1 tahun

1 – 2 tahun

Lebih dari 2 tahun

12

Tabel 11. Tabel durasi kepemilikian akun situs jejaring sosial

d. Jumlah jenis akun situs jejaring sosial yang dimiliki

Kategori Jumlah Persentase

Facebook Twitter Lainnya

Facebook dan Twitter Facebook dan lainnya Twitter dan lainnya

Facebook, Twitter, dan lainnya 34

(77)

4. Kategorisasi Subyek Penelitian

a. Kategorisasi menurut skala kepercayaan diri

Skor dalam skala kepercayaan diri dikategorikan menjadi 3 kategori dengan tujuan menempatkan subyek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1996).

Skor Kategori

X ≤ (µ - 1σ) Rendah

(µ - 1σ) < X ≤ (µ + 1σ) Sedang (µ + 1σ) < X Tinggi

Tabel 13. Tabel rumus kategorisasi

Skala kepercayaan diri pada penelitian ini memiliki jumlah aitem sebanyak 60 butir dengan skor 1, 2, 3, dan 4. Skor terendahnya adalah 60 dan skor tertingginya adalah 240. Range untuk skala ini adalah 180. Nilai deviasi standarnya (σ) adalah 30. Sedangkan, nilai mean teoritisnya adalah 150. Setelah dilakukan penghitungan berdasarkan norma kategorisasi skor, maka hasil yang didapat adalah :

Skor Kategori Jumlah Prosentase

X ≤ 120 Rendah 0 0 %

120 < X ≤ 180 Sedang 66 66 %

180 < X Tinggi 34 34 %

(78)

b. Kategorisasi menurut frekuensi mengakses situs jejaring sosial

Pemberian kategori frekuensi mengakses situs jejaring sosial didasarkan pada mean frekuensi mengakses situs jejaring sosial.

Frekuensi Kategori Jumlah Persentase < 10,11 jam Rendah 77 orang 77 % ≥10,11 jam Tinggi 33 orang 33 %

Tabel 15. Tabel kategorisasi menurut frekuensi mengakses situs jejaring sosial

D. Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan ada hubungan negatif yang kuat antara kepercayaan diri dengan frekuensi mengakses situs jejaring sosial. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesisi penelitian diterima. Data statistik dan hasil analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri seorang individu, maka akan semakin rendah frekuensi individu tersebut dalam mengakses situs jejaring sosial. Sedangkan jika kepercayaan diri individu semakin rendah, maka semakin tinggi frekuensinya dalam mengakses situs jejaring sosial.

Gambar

Gambar 2Scatterplot variabel x dan y............................................................
Gambar 1. Skema hubungan kepercayaan diri dan frekuensi mengakses situs jejaring sosial
Tabel 2. Blue print tryout skala kepercayaan diri
Tabel 3. Distribusi aitem tryout
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisa pos simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan Bank, kredit

Hasil penelitian memperlihatkan kadar kreatinin serum broiler betina yang di injeksi kombinasi tylosin dan gentamisin broiler betina tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05). Tylosin dan

Dalam menjalankan tugasnya BPTP melakukan : (1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (2) Penelitian, pengkajian dan

Kesimpulan dari teori kepuasan dan ketidakpuasan mengenai model Diskonfirmasi Ekspektasi menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan merupakan perbandingan

Dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa relevansi antara arah kebijakan pengembangan ristek dengan sebaran jumlah jurusan atau program keahlian yang tertinggi

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tiada hentinya mencurahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga dengan segala

Rasa Aman Terhadap Pekerjaan di Rumah Sakit Imelda Medan Hasil penelitian berdasarkan jawaban perawat pelaksana diperoleh informasi mengenai rasa aman terhadap pekerjaan adalah

Perancangan komik digital matematika pada webtoon ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa SMP terhadap pelajaran matematika dan memberikan metode pembelajaran yang