• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis gender dalam pengembangan agribisnis paprika (Kasus komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis gender dalam pengembangan agribisnis paprika (Kasus komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

YANITA DWI CHAIRNANI. ANALISIS GENDER DALAM

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA. Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam, mengetahui perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam, dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi.

Penelitian dilakukan di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Propinsi Jawa Barat. Subyek kasus yang dipilih adalah rumahtangga petani paprika, rumahtangga petani paprika dan labu siam serta rumahtangga petani labu siam. Pada tipe rumahtangga petani paprika terdapat tiga kasus yaitu kasus 1 (ekspansi dini), kasus 2 (ekspansi menengah) dan kasus 3 (ekspansi lanjut). Tipe rumahtangga yang kedua adalah tipe rumahtangga petani paprika dan labu siam, juga terdapat tiga kasus yaitu kasus 4 (ekspansi dini), kasus 5 (ekspansi menengah), dan kasus 6 (ekspansi lanjut), serta yang terakhir yaitu tipe rumahtangga petani labu siam dengan kasus satu rumahtangga yaitu kasus 7 (ekspansi lanjut). Mayoritas petani paprika di Kampung Pasirlangu adalah bagian dari kelompok tani, salah satunya dan yang paling besar adalah Koperasi Mitra Suka Maju (KSM). Subjek kasus dan informan mayoritas adalah anggota dan pengurus KSM dengan pertimbangan dekatnya lokasi dan ketersediaan data di lapangan.

(3)

Berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan, akses dan kontrol dalam rumahtangga petani paprika, petani paprika dan labu siam belum menunjukkan adanya kesetaraan, sedangkan pada rumahtangga petani labu siam bisa dianggap setara. Setara dalam hal ini adalah terdapat pembagian kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika (kegiatan produksi) dilakukan oleh suami dan dominan dikerjakan oleh pekerja, sedangkan para istri mayoritas mengerjakan kegiatan reproduksi karena petani paprika mayoritas adalah petani sukses dan kaya sehingga jarang ada para istri yang masih ikut turun mengerjakan kegiatan produksi. Namun berbeda halnya dengan rumahtangga labu siam, suami istri saling bahu membahu dalam pembudidayaan labu siam. Rumahtangga labu siam mayoritas adalah keluarga ekspansi lanjut, karena labu siam merupakan komoditi pertanian zaman dulu sebelum masuknya paprika.

Ketidakadilan gender yang terjadi pada agribisnis paprika adalah marginalisasi dimana perempuan tenaganya tergantikan oleh teknologi, stereotype bahwa perempuan lemah dan tidak mampu bekerja pada agribisnis paprika, dan subordinasi (peminggiran peran) perempuan pada sektor pertanian. Kemudian pada rumahtangga labu siam, manifestasi ketidakadilan gender berupa beban kerja ganda.

(4)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DANPENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Yanita Dwi Chairnani

NRP : A14204025

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927 198601 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M. Agr NIP. 19571222 198203 1 002

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA

BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA

MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Februari 2010

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 8 Januari 1987. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Chairil Akmal Eroplan dan Dwi Nurul Aini. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi Kuala-Kuayan pada tahun 1990-1992. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Kuala-Kuayan 5 pada tahun 1992-1998. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Mentaya Hulu dan kemudian pindah ke SLTPN 1 Mentaya Hilir Selatan pada tahun 1998-2001. Kemudian karena tidak memungkinkan untuk melanjutkan sekolah di daerah Sampit pasca “Kerusuhan Sampit 2001” akhirnya penulis dipindahkan ke Pekalongan dan pada periode tahun 2001-2004 penulis melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Pekalongan. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta izin-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai perubahan relasi gender (akses dan kontrol) pada rumahtangga petani paprika dan labu siam di Kampung Pasirlangu, dimana terjadi perubahan akibat peralihan komoditi yang diusahakan. Selain itu juga diharapkan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan berbagai konsep, teori dan pendekatan gender dalam pembangunan dengan kondisi di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan studi gender dan mampu memberikan suatu pertimbangan bagi pembuat kebijaksanaan di bidang pertanian untuk menempatkan analisis gender sebagai alat ukur terciptanya kebijakan yang lebih baik. Bagi peniliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi peneliti lain untuk mengadakan studi lanjutan berkenaan aspek gender dalam pembangunan pertanian.

Semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak tertentu, kesalahan dan kekhilafan tentunya terdapat dalam skripsi ini. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada tulisan yang menyinggung pihak-pihak tertentu.

Bogor, Februari 2010

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Penulisan skripsi ini mungkin tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara materil dan non-materil, antara lain :

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS sebagai dosen pembimbing penulis yang dengan naluri keibuannya sangat sabar menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ibu, terima kasih banyak.

2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

3. Ir. Dwi Sadono, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

4. Martua Sihaloho, SP, Msi. Mba Maria dan Mba Nisa di Sekretariat KPM yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih abang dan mba-mba.

5. Abah, Mama, Kak Ami, Bang Ian, Jaya, Ayu, Ma Yayuh, Om Kardi dan keluarga besar Eroplan atas semua bantuan baik moril, materil, motivasi serta dukungan yang tak terhingga banyaknya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya selesai.

6. Masyarakat Desa Pasirlangu, Keluarga Besar Koperasi Mitra Suka Maju (Pak Cepi, Pak Mos, Pak Udo, Pak Agus, Pak Kusnadi, Pak Aan, Pak Arif, Pak Dede Tamlun), Pak Yayan, Ibu Darwilah, Teh Yani, Kang Iing, Aa Farid, Pak Ana, Pak Maman, Pak RW 03, terima kasih atas kesediaannya menerima penulis untuk melakukan penelitian di Desa Pasirlangu.

(10)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR TABEL………...…………. x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1. Pendekatan Teoritis………...………... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 23

3.1. Metodologi Penelitian………... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………...…. 23

3.3. Penentuan Subyek Kasus………..………... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...…. 25

(11)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

YANITA DWI CHAIRNANI. ANALISIS GENDER DALAM

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA. Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam, mengetahui perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam, dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi.

Penelitian dilakukan di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Propinsi Jawa Barat. Subyek kasus yang dipilih adalah rumahtangga petani paprika, rumahtangga petani paprika dan labu siam serta rumahtangga petani labu siam. Pada tipe rumahtangga petani paprika terdapat tiga kasus yaitu kasus 1 (ekspansi dini), kasus 2 (ekspansi menengah) dan kasus 3 (ekspansi lanjut). Tipe rumahtangga yang kedua adalah tipe rumahtangga petani paprika dan labu siam, juga terdapat tiga kasus yaitu kasus 4 (ekspansi dini), kasus 5 (ekspansi menengah), dan kasus 6 (ekspansi lanjut), serta yang terakhir yaitu tipe rumahtangga petani labu siam dengan kasus satu rumahtangga yaitu kasus 7 (ekspansi lanjut). Mayoritas petani paprika di Kampung Pasirlangu adalah bagian dari kelompok tani, salah satunya dan yang paling besar adalah Koperasi Mitra Suka Maju (KSM). Subjek kasus dan informan mayoritas adalah anggota dan pengurus KSM dengan pertimbangan dekatnya lokasi dan ketersediaan data di lapangan.

(13)

Berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan, akses dan kontrol dalam rumahtangga petani paprika, petani paprika dan labu siam belum menunjukkan adanya kesetaraan, sedangkan pada rumahtangga petani labu siam bisa dianggap setara. Setara dalam hal ini adalah terdapat pembagian kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika (kegiatan produksi) dilakukan oleh suami dan dominan dikerjakan oleh pekerja, sedangkan para istri mayoritas mengerjakan kegiatan reproduksi karena petani paprika mayoritas adalah petani sukses dan kaya sehingga jarang ada para istri yang masih ikut turun mengerjakan kegiatan produksi. Namun berbeda halnya dengan rumahtangga labu siam, suami istri saling bahu membahu dalam pembudidayaan labu siam. Rumahtangga labu siam mayoritas adalah keluarga ekspansi lanjut, karena labu siam merupakan komoditi pertanian zaman dulu sebelum masuknya paprika.

Ketidakadilan gender yang terjadi pada agribisnis paprika adalah marginalisasi dimana perempuan tenaganya tergantikan oleh teknologi, stereotype bahwa perempuan lemah dan tidak mampu bekerja pada agribisnis paprika, dan subordinasi (peminggiran peran) perempuan pada sektor pertanian. Kemudian pada rumahtangga labu siam, manifestasi ketidakadilan gender berupa beban kerja ganda.

(14)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DANPENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Yanita Dwi Chairnani

NRP : A14204025

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927 198601 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M. Agr NIP. 19571222 198203 1 002

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA

BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA

MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Februari 2010

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 8 Januari 1987. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Chairil Akmal Eroplan dan Dwi Nurul Aini. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi Kuala-Kuayan pada tahun 1990-1992. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Kuala-Kuayan 5 pada tahun 1992-1998. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Mentaya Hulu dan kemudian pindah ke SLTPN 1 Mentaya Hilir Selatan pada tahun 1998-2001. Kemudian karena tidak memungkinkan untuk melanjutkan sekolah di daerah Sampit pasca “Kerusuhan Sampit 2001” akhirnya penulis dipindahkan ke Pekalongan dan pada periode tahun 2001-2004 penulis melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Pekalongan. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(18)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta izin-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai perubahan relasi gender (akses dan kontrol) pada rumahtangga petani paprika dan labu siam di Kampung Pasirlangu, dimana terjadi perubahan akibat peralihan komoditi yang diusahakan. Selain itu juga diharapkan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan berbagai konsep, teori dan pendekatan gender dalam pembangunan dengan kondisi di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan studi gender dan mampu memberikan suatu pertimbangan bagi pembuat kebijaksanaan di bidang pertanian untuk menempatkan analisis gender sebagai alat ukur terciptanya kebijakan yang lebih baik. Bagi peniliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi peneliti lain untuk mengadakan studi lanjutan berkenaan aspek gender dalam pembangunan pertanian.

Semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak tertentu, kesalahan dan kekhilafan tentunya terdapat dalam skripsi ini. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada tulisan yang menyinggung pihak-pihak tertentu.

Bogor, Februari 2010

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Penulisan skripsi ini mungkin tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara materil dan non-materil, antara lain :

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS sebagai dosen pembimbing penulis yang dengan naluri keibuannya sangat sabar menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ibu, terima kasih banyak.

2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

3. Ir. Dwi Sadono, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

4. Martua Sihaloho, SP, Msi. Mba Maria dan Mba Nisa di Sekretariat KPM yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih abang dan mba-mba.

5. Abah, Mama, Kak Ami, Bang Ian, Jaya, Ayu, Ma Yayuh, Om Kardi dan keluarga besar Eroplan atas semua bantuan baik moril, materil, motivasi serta dukungan yang tak terhingga banyaknya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya selesai.

6. Masyarakat Desa Pasirlangu, Keluarga Besar Koperasi Mitra Suka Maju (Pak Cepi, Pak Mos, Pak Udo, Pak Agus, Pak Kusnadi, Pak Aan, Pak Arif, Pak Dede Tamlun), Pak Yayan, Ibu Darwilah, Teh Yani, Kang Iing, Aa Farid, Pak Ana, Pak Maman, Pak RW 03, terima kasih atas kesediaannya menerima penulis untuk melakukan penelitian di Desa Pasirlangu.

(20)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR TABEL………...…………. x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1. Pendekatan Teoritis………...………... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 23

3.1. Metodologi Penelitian………... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………...…. 23

3.3. Penentuan Subyek Kasus………..………... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...…. 25

(21)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

BAB VI AKSES DAN KONTROL TERHADAP SUMBERDAYA DAN MANFAAT 6.1. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya………... 62

6.1.1. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga Petani Paprika………... 62

6.1.2. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga Petani Paprika dan Labu Siam……...…………. 65

6.1.3. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga Petani Paprika dan Labu Siam………...……… 69

6.2.3. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga Petani Labu Siam…………...……… 70

(22)

.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan………...………... 76 7.2. Saran………...………... 78

DAFTAR PUSTAKA………...……….... 79

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

Tabel 1. Daerah Penghasil Paprika di Indonesia... 13

Tabel 2. Pengkelasan Paprika………. 14

Tabel 3. Perbedaan WID dan GAD……… 20

Tabel 2. Perbedaan Seks dan Gender... 22 Tabel 3. Kerangka Analisis Harvard... 26 Tabel 4. Tabel Penentuan Subyek Kasus... 25 Tabel 5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data... 26 Tabel 6. Luas dan Persentase Peruntukan Lahan di Desa Pasirlangu

Tahun 2009... 31 Tabel 7. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Usia dan

Jenis Kelamin di Desa Pasirlangu Tahun 2009... 33 Tabel 8. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

yang Ditamatkan di Desa Pasirlangu Tahun 2009... 34 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Penduduk Menurut

Jenis Kelamin di Desa Pasirlangu Tahun 2009... 36 Tabel 10. Daerah Penghasil Paprika di Indonesia... 43 Tabel 11. Pengkelasan Paprika... 44 Tabel 12. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika, Kasus Rumahtangga Kasus 1 (Ekspansi

Dini)... 48 Tabel 13. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika, Kasus Rumahtangga Kasus 2 (Ekspansi

Menengah)... 50 Tabel 14. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika, Kasus Kasus 3 (Ekspansi Lanjut)... 52 Tabel 15. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika dan Labu Siam, Kasus Rumahtangga Kasus 4

(Ekspansi Menengah)... 55 Tabel 16. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

(24)

(Ekspansi Lanjut)... 57 Tabel 17. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Labu Siam, Kasus Rumahtangga Kasus 6 (Ekspansi

Lanjut)... 60 Tabel 18. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga

Petani Paprika... 63 Tabel 19. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga

Petani Paprika dan Labu Siam... 65 Tabel 20. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga

Petani Labu Siam... 67 Tabel 21. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga

Petani Paprika... 68 Tabel 22. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga

Petani Paprika dan Labu Siam... 70 Tabel 23. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya... 1 Gambar 2. Tanaman Labu Siam di Kampung Pasirlangu, 2010………….. 10 Gambar 3. Tanaman Paprika dengan Teknologi Hidroponik, 2010……… 11 Gambar 4. Paprika yang Sudah Ditimbang dan Siap Untuk Dipasarkan…. 16 Gambar 4. Kerangka Pemikiran... 19 Gambar 3. Keadaan Alam Kampung Pasirlangu... 29 Gambar 4. Jalan Kampung Pasirlangu... 32 Gambar 5. Koperasi Mitra Suka Maju... 38 Gambar 8. Paprika yang Sudah Ditimbang dan Siap Untuk Dipasarkan,

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa-masa awal setelah kemerdekaan, paradigma pembangunan yang berkembang dan dominan terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah paradigma industrialisasi. Hal ini merupakan harapan pemerintah agar meningkatkan harkat hidup penduduknya atau dengan kata lain akan menyejajarkan kedudukan negara dengan negara-negara barat. Namun dengan adanya dominasi dari paradigma industrialisasi dalam proses pembangunan, mengakibatkan diterlantarkannya pembangunan pada sektor pertanian (Soetrisno, 2002).

(27)

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya

Keseluruhan subsistem diatas saling terkait satu sama lain, sebagai ilustrasi SS-III akan berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II, selain itu SS-III akan berhasil dengan baik apabila menemukan pasar untuk penjualan produknya. Agribisnis juga merupakan lembaga penunjang seperti lembaga pertanahan, keuangan, pendidikan, penelitian dan perhubungan.

Peningkatan aktifitas dalam agribisnis juga mempunyai keterkaitan dengan adanya keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi. Perempuan sebenarnya sudah berperan dalam pengadaan pangan untuk keluarga, namun fenomena ini menjadi suatu hal yang dianggap serius terutama pada awal tahun 1980-an. Bentuk keterlibatan tersebut ditandai melalui dua proses yaitu meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja dan juga meningkatnya bidang pekerjaan yang dapat dimasuki oleh pekerja perempuan (Irwan, 2001). Salah satu sektor perekonomian yang paling banyak dimasuki oleh perempuan adalah sektor pertanian, terutama pada perkebunan di pedesaan. Sebagai suatu ilustrasi didapat

(28)

fakta bahwa lebih dari 93 persen (%) pekerja pada perkebunan teh terutama di Jawa Barat adalah perempuan.

Kaum perempuan sangat berperan penting dalam pengembangan sektor agribisnis di pedesaan. Ketidakadilan gender pada perempuan terjadi karena pembangunan mengabaikan aspek manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam pembangunan. Oleh karena itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok pembangunan yang akan memperkuat dan memajukan pembangunan pertanian. Salah satu hal yang mendasar bagi pembangunan pertanian adalah dengan adanya kebijakan dari pemerintah bagi permasalahan yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Pengarusutamaan Gender merupakan sebuah strategi dalam mencapai keadilan dan kesetaraan gender. Menurut Dewan Ekonomi dan Sosial PBB gender mainstreaming adalah strategi agar kebutuhan dan pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi bagian yang tak terpisahkan dari desain, implementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan dan program dalam seluruh lingkup politik, ekonomi, dan sosial sehingga perempuan dan laki-laki sama-sama mendapatkan keuntungan dn tidak ada lagi ketidakadilan.

(29)

Koperasi Mitra Suka Maju merupakan koperasi yang menampung paprika yang dihasilkan oleh petani di kampung Pasirlangu. Sebelumnya pada tahun 1997 pernah ada program kemitraan agribisnis paprika yang dijalankan antara komunitas petani Kampung Pasirlangu dengan PT. Joro dan PT. Saung Mirwan. Pada awalnya komoditi yang dibudidayakan oleh petani Pasirlangu adalah tanaman labu siam dan tanaman-tanaman sayur biasa seperti tomat, kol dan buncis. Setelah adanya program kemitraan tersebut, petani kampung Pasirlangu diperkenalkan dengan komoditi paprika dan kemudian mulai dibudidayakan oleh petani dengan bimbingan dari perusahaan swasta tersebut mengingat potensi daerah kampung Pasirlangu cocok untuk pertumbuhan tanaman tersebut.

Menurut YYN, masuknya teknologi pertanian paprika telah merubah sistem bertani masyarakat yang pada awalnya menggunakan sistem pertanian tradisional menjadi sistem pertanian modern. Sistem tradisional yang semula hanya menggunakan cangkul, gunting dan bambu serta tidak digunakannya pestisida mulai berubah menjadi sistem modern. Sistem modern pada pengembangan komoditi paprika yaitu dengan metode hidroponik serta penggunaan green house dan juga pestisida dalam pembudidayaannya.

(30)

menimbulkan adanya kelas-kelas berdasarkan kepemilikan alat-alat produksi. Perubahan tersebut berakibat pada berubahnya relasi gender terutama didalam hubungan diantara anggota keluarga dalam suatu rumahtangga. Hal ini menarik juga untuk dikaji karena terjadi perubahan relasi gender dalam rumah tangga petani dan juga untuk melihat ketimpangan gender yang terjadi akibat perubahan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Kemitraan agribisnis yang pernah terjalin antara komunitas petani desa Pasirlangu telah menjadikan adanya perubahan komoditas usahatani dari labu siam menjadi komoditas paprika.

Adapun pertanyaan penelitian yang dijawab oleh penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam?

2. Bagaimanakah perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam?

3. Faktor apakah yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi?

1.3. Tujuan Penelitian

(31)

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam.

2. Mengetahui perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam.

3. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi.

1.4 Kegunaan Penelitian

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Teoritis

2.1.1. Agribisnis

2.1.1.1 Konsep dan Tahap Kerja dalam Agribisnis

Pertanian dalam arti luas dapat mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan dan perikanan. Dari segi skala yang ada, yang berskala besar seperti perusahaan, perkebunan dan skala kecil seperti industri rumahtangga yang cakupannya mencapai 90 persen dari seluruh perusahaan agribisnis di Indonesia. Sektor agribisnis hendaknya terus dikembangkan dengan pendekatan sistem agribisnis yang berorientasi pada komersialisasi usaha atau industri pedesaan dan pertanian rakyat yang modern.

Partisipasi masyarakat agribisnis Indonesia dalam pasar global masih sangat kurang, hal ini didasarkan pada masih belum optimalnya produk agribisnis yang dapat dinikmati oleh negara-negara luar. Hal inilah yang mengakibatkan tidak optimalnya penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat petani Indonesia karena pendapatan yang seharusnya mereka terima disedot oleh para pelaku pasar bermodal besar (Intan dan Sa’id, 2001).

(33)

Davis dan Goldberg mendefinisikan agribisnis sebagai suatu rangkaian semua kegiatan mulai dari pabrik dan distribusi alat-alat maupun bahan pertanian, kegiatan produksi on-farm atau budidaya pertanian, pengolahan, penyimpanan, serta distribusi komoditas pertanian dan barang-barang yang dihasilkannya. Agribisnis juga merupakan rangkaian semua kegiatan yang mencakup produksi, penyimpanan (storage), distribusi dan processing bahan dasar dari usahatani serta suplai input dan penyediaan pelayanan penyuluhan, penelitian dan kebijakan.

Tahap kerja dalam agribisnis meliputi 4 subsistem yaitu Pengadaan dan penyaluran sasaran produksi (SS-1), Produksi primer (SS-2), Pengolahan (SS-3) dan Pemasaran (SS-IV). Keseluruhan subsistem diatas saling terkait satu sama lain, sehingga ilustrasi SS-III akan berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II, selain itu SS-III akan berhasil dengan baik apabila menemukan pasar untuk penjualan produknya. Agribisnis juga memerlukan lembaga penunjang seperti lembaga pertanahan, keuangan, pendidikan, penelitian dan perhubungan (Haritz Intan dan Gumbira Sa’id, 2001).

2.1.1.3Agribisnis Paprika dan Pengembangannya

(34)

menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya namun menggunakan sekam atau bahan yang mempunyai hara yang tinggi.

Budidaya komoditi ini merupakan titik tolak Kampung Pasirlangu dalam mewujudkan pembangunan pertanian (Ahmad, 2007). Hal ini didapat dari beberapa penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa dengan berubahnya komoditi yang diusahakan petani dari komoditi labu siam menjadi paprika telah merubah struktur ekonomi dan sosial masyarakat.

2.1.1.3Pembangunan dan Kritik

(35)

2.1.1.4Pendekatan Pembangunan bagi Perempuan

Pendekatan WID (Women In Development) merupakan suatu pendekatan pertama yang memikirkan peran perempuan dalam pembangunan dan juga sebagai suatu kebijakan dalam pembangunan. Pendekatan ini mulai dikenal pada tahun 1970 setelah Ester Boseroup mengeluarkan bukunya yang berjudul Womes‟s Role and Economic Development yang telah menyadarkan masyarakat

dunia bahwa perempuan sebenarnya berperan penting dalam pembangunan, karena sebelumnya makna kerja bagi masyarakat dunia adalah suatu pekerjaan yang tentunya menghasilkan uang.

Istilah ”perempuan dan pembangunan” muncul pada awal tahun 1970an

oleh Women‟s Comittee of the Washington D.C. Chapter of the Society for International Development sebagai bagian dari strategi untuk menarik para pembuat kebijakan di Amerika, karena sebagian besar kebijakan yang ada didasarkan pada paradigma modernisasi (Mosse, 1996). Sehingga hal tersebut yang mendorong diintegrasikannya perempuan dalam pembangunan, agar paradigma kerja tradisional perempuan setidaknya diakui sebagai bagian dari perekonomian nasional, karena tanpa disadari perempuan telah menyumbang bagian yang cukup besar dalam pembangunan.

(36)

namun juga menganggap perempuan sebagai sosok yang penting dari segi ekonomi maupun pekerjaan publik atau domestiknya.

Pendekatan WAD (Woman and Development) kemudian mengalami pergeseran menjadi pendekatan GAD (Gender and Development) dimana pendekatan ini merupakan satu-satunya pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan dan semua kerja yang dilakukan perempuan dan menolak upaya apapun untuk menilai rendah pekerjaan dan mempertahankan keluarga dan rumah tangga. Untuk mempermudah pemahaman mengenai ketiga pendekatan diatas, maka Wigna (2003) mengelompokkan ketiga pendekatan tersebut menjadi :

1. WID merupakan usaha praktis yang mencoba mengintegrasikan perempuan kedalam pembangunan,

2. WAD mempunyai pengertian yang lebih luas dalam memandang ulasan kritis terhadap perenan perempuan serta pengaruh kebijakan dan proyek pembangunan, dan

(37)

Tabel 1. Perbedaan WID dan GAD

Sumber Pembeda Women and Development (WID)

Gender and Development (GAD)

Pendekatan Sumber permasalahan ada pada perempuan

Sumber permaslahan ada pada pembangunan

Fokus Perempuan Pole relasi laki-laki dan perempuan

Masalah Tidak berperan sertanya perempuan dalam proses pembangunan

Ketidaksejajaran hubungan kekuasaan, menyebabkan berlangsungnya

pembangunan yang tidak adil dan tidak berperansertanya perempuan secara maksimal

Tujuan Pembangunan yang lebih efektif dan efisien

Pembangunan yang adil dan berkesinambungan dengan laki-laki dan perempuan sebagai pengambil keputusan

Pemecahan Mengintegrasikan

perempuan dalam proses pembangunan

• Proyek-proyek terpadu : - meningkatkan produktifitas perempuan - meningkatkan pendapatan perempuan ditangani juga kebutuhan strategis perempuan

• Menangani kebutuhan strategis golongan ekonomi lemah melalui pembangunan untuk rakyat.

Sumber : Canadian Council for International Co-operation 1991, Two Halves Make a Whole, Ottawa,

2.1.2 Gender

2.1.2.1 Konsep Seks dan Gender

(38)

kelamin tertentu. Secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki maupun perempuan. Sedangkan konsep gender yakni sifat sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Perbedaan ini lahir oleh banyak hal dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial dan kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara sehingga perbedaan gender dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan.

Gender dapat menentukan akses terhadap pendidikan, kerja dan sumberdaya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender akan menentukan seksualitas, hubungan, dan kemampuan untuk membuat keputusan dan bertindak secara autonom, atau dengan gender kita dapat memprediksikan seperti apa kita dikemudian hari. Untuk memperjelas konsep seks dan gender dapat diperhatikan melalui tabel berikut :

Tabel 2. Perbedaan Seks dan Gender

No Karakteristik Seks Gender

1 Sumber Pembeda Tuhan Manusia (masyarakat) 2 Visi, misi Kesetaraan Kebiasaan

3 Unsur Pembeda Biologis Kebudayaan (melalui tingkah laku)

4 Sifat Kodrat dan tidak dapat dipertukarkan

Harkat, martabat, dapat dipertukarkan

5 Dampak Terciptanya nilai-nilai kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, sehingga menguntungkan kedua belah pihak

Terciptanya norma-norma atau ketentuan “pantas” atau “tidak pantas” dan cenderung merugikan salah satu pihak, terutama perempuan

6 Keberlakuan Sepanjang masa, tidak tergantung keadaan dan tidak mengenal pembedaan kelas.

Bisa berubah, tergantung keadaan dan berbeda di tiap masyarakat.

(39)

2.1.2.2Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan Gender (PUG) atau Gender Mainstreaming telah diadopsi secara resmi di Indonesia mulai tahun 2000 dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000. kemunculan dari Inpres ini sendiri merupakan suatu bentuk komitmen pemerintah Indonesia untuk mengikuti kesepakatan Internasional, serta desakan masyarakat sipil agar pemerintah melakukan tindakan-tindakan konkrit dan sistematis dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

Pengertian PUG adalah strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Berbicara mengenai kesetaraan dan keadilan gender tidak lepas dari adanya perubahan baik yang kasat mata (tangiable) maupun yang tidak kasat mata (intangiable) dalam kondisi relasi antara laki-laki dan perempuan. Konsep PUG pertama kali muncul saat Konferensi PBB untuk Perempuan IV di Beijing pada tahun 1995. menurut Dewan Ekonomi dan Sosial PBB Gender Mainstreaming adalah strategi agar kebutuhan dan pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi bagian tak terpisahkan dari desain, implementasi, monitoring dan evaluasi kebijakan dan program dalam seluruh lingkup politik, ekonomi dan sosial sehingga laki-laki dan perempuan sama-sama mendapatkan keuntungan dan tidak akan terjadi ketidakadilan.

(40)

menekankan tentang pentingnya enabling tools dan technical tools yang dalam Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 dikategorikan menjadi 7 unsur, yaitu dukungan politik, kebijakan, sumberdaya, sistem data dan informasi, kelembagaan, alat analisis gender dan dukungan masyarakat sipil.

2.1.2.3Analisis Gender

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan (2001), analisis gender adalah proses menganalisis data maupun informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan menurut Moser (1986), analisis gender adalah analisis sosial (mencakup ekonomi, budaya dan sebagainya) yang melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi : keadaan (kondisi) dan kedudukan (posisi) di masyarakat dan didalam keluarga. Analisis ini umumnya digunakan untuk menganalisis hal-hal yang bersumber pada struktur ketidakadilan yang ditimbulkan oleh perbedaan gender. Kemudian dengan analisis tersebut akan menghasilkan kebutuhan dan kebutuhan strategis gender.

Kerangka kerja analisis gender menurut Overholt dalam Handayani (2001), dikategorikan menjadi empat tahap, yaitu :

a. Profil Kegiatan

(41)

b. Profil Akses dan Kontrol

Mempertimbangkan akses yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya produktif, kontrol apa yang mereka punyai dan siapa yang memperoleh keuntungan dari penggunaan sumberdaya tersebut. Akses adalah peluang atau kesempatan untuk melakukan sesuatu, sedangkan kontrol adalah kemampuan untuk menguasai dan menentukan berbagai hal termasuk menutup atau membuka akses seseorang terhadap keterlibatannya dalam pembangunan.

c. Analisis Faktor-faktor Kecenderungan

Mengenalisis faktor dan kecenderungan yang menentukan pembagian kerja berdasarkan gender, hubungan gender serta akses dan kontrol terhadap sumberdaya yang mungkin akan menentukan hasil dari suatu program.

d. Analisis Daur Program

Menggunakan semua data mengenai tiga poin diatas untuk setiap daur program.

2.1.2.4Teknik Penelitian Gender

(42)

mempelajari pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif, reproduktif dan pengelolaan kelembagaan masyarakat serta curahan waktu dalam kegiatan tersebut, (2) tingkat masyarakat dengan melihat akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya yang mencakup informasi, kredit, teknologi, pendidikan/penyuluhan/pelatihan, sumberdaya alam, peluang bekerja dan berusaha, dan (3) tingkat negara melalui kebijaksanaan yang melatarbelakangi semua program atau intervensi pembangunan (Mugniesyah dalam Nurhilaliah, 2003).

(43)

Tabel 3. Kerangka Analisis Harvard

A. Sumberdaya Laki-laki Perempuan Akses Kontrol Akses Kontrol Tanah

Sumber : Handayani & Sugiarti. 2002. halaman 174

2.1.2.5Isu Ketidakadilan Gender

Perbedaaan seks atau gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan suatu bentuk ketidakadilan gender (gender inequalities). Ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan struktur dimana laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut (Sugiarti dan Handayani, 2002). Ada beberapa bentuk ketidakadilan gender yaitu : marginalisasi (proses pemiskinan ekonomi), subordinasi (peminggiran peran), stereotipe (pelabelan negatif), kekerasan (violence) serta beban kerja yang lebih panjang dan lebih banyak (burden) serta sosialisasi ideologi nilai peran gender yang dialami baik oleh laki-laki maupun perempuan yang berasal dari sistem budaya patriarkhi yang dinilai merendahkan perempuan. Manifestasi ketidakadilan gender menurut Fakih (1996) dijelaskan sebagai berikut :

1. Marginalisasi (proses pemiskinan ekonomi)

(44)

keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan atau asumsi ilmu pengetahuan. Seperti pada program swasembada pangan atau revolusi hijau (green revolution), banyak kaum perempuan yang termarginalisasi atau tersingkir karena tidak mendapatkan pekerjaan di sawah akibat masuknya teknologi baru yang tidak membutuhkan banyak tenaga perempuan.

2. Subordinasi (peminggiran peran)

Adanya anggapan bahwa perempuan itu irasional atau emosional sehingga tidak bisa tampil memimpin mengakibatkan munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Bahkan pemerintah pernah mempunyai peraturan yang mengharuskan seorang istri untuk meminta izin dari suaminya apabila hendak melanjutkan studi ke luar negeri, namun sebaliknya laki-laki berhak untuk memutuskan sendiri.

3. Stereotipe (pelabelan negatif)

Secara umum, stereotipe atau pelabelan negatif atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu, dan setiap stereotipe selalu menimbulkan ketidakadilan. Seperti dalam halnya asumsi bahwa perempuan bersolek hanya untuk menarik perhatian lawan jenisnya dan apabila ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe. Bahkan yang lebih parah, masyarakat cenderung menyalahkan korban yang dalam hal ini adalah perempuan.

4. Kekerasan gender (violence)

(45)

pemerkosaan, domestic violence dalam rumahtangga termasuk penyiksaan terhadap anak-anak, genital mutilation, prostitution, pornografi, pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana, kekerasan terselubung (molestation) atau memegang bagian tubuh perempuan tanpa izin dari yang bersangkutan, pelecehan seksual yaitu sexual and emotional harassment untuk perempuan dan unwanted attention apabila pelecehan tersebut terjadi pada laki-laki.

5. Beban Kerja

Bias gender yang mengakibatkan beban kerja seringkali diperkuat oleh adanya pandangan atau keyakinan dalam masyarakat bahwa pekerjaan domestik lebih layak apabila dilakukan oleh perempuan karena dinilai lebih rendah dan tidak pantas dilakukan oleh kaum laki-laki. Dalam keluarga miskin, beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri, terlebih jika perempuan itu harus juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Maka perempuan ini akan memikul beban kerja ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan domestik dan juga menjalankan pekerjaan pada bidang publik yaitu sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

2.1.2.6Faktor yang Mempengaruhi Ketidakadilan Gender

(46)

lainnya. Dengan analisis gender pula peneliti dapat melihat sebuah bentuk ketidakadilan gender.

Tiga hal yang menyebabkan terjadinya ketimpangan gender yaitu, pertama akar sosial budaya dimana ketimpangan gender itu tersusun menjadi suatu realitas objektif, kedua melihat pada proses pemberian makna dan pemeliharaan ketimpangan secara terus-menerus, ketiga melihat pada integrasi pasar yang memiliki peran penting dalam segmentasi antara laki-laki dan perempuan (Irwan, 2001). Kemudian Mosse, 1996 menambahkan adanya faktor teknologi dalam agribisnis juga mempengaruhi ketimpangan tersebut, karena ada tenaga perempuan yang tergantikan dengan kehadiran teknologi tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat relasi gender dan diskriminasi terhadap perempuan pada komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat, khususnya karena adanya teknologi atau inovasi baru dalam agribisnis paprika.

(47)

Konsep gender sangat berpengaruh dalam pembangunan pertanian, terutama aspek manusia yang berkecimpung didalamnya. Untuk mengetahui relasi gender yang terjadi pada agribisnis paprika ini dibutuhkan beberapa alat yaitu profil pembagian kerja, profil akses dan juga profil kontrol. Dengan menggunakan ketiga pisau analisis tersebut akan diperoleh adanya ketidakadilan gender yang terjadi baik berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan maupun beban kerja. Hal ini akan menampakkan adanya ketimpangan gender dalam sektor agribisnis.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Keterangan : mempengaruhi

(48)

2.3. Definisi Operasional

1. Petani adalah orang yang bekerja pada sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya didapat dari sektor pertanian.

2. Agribisnis adalah rangkaian semua kegiatan yang mencakup produksi, penyimpanan (storage), distribusi dan processing bahan dasar dari usahatani; serta suplai input dan penyediaan pelayanan penyuluhan, penelitian dan kebijakan.

3. Usahatani adalah kegiatan di bidang pertanian yang mengorganisasikan alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi bidang pertanian. Ada dua jenis usahatani yaitu subsisten dan komersil.

4. Rumahtangga petani adalah tumahtangga dengan anggotanya adalah sepasang suami dan istri yang melakukan kegiatan mengusahakan komoditi paprika maupun labu siam dengan tujuan atau sebagian atau seluruh hasilnya dijual melalui koperasi untuk mendapatkan keuntungan atau resiko sendiri. 5. Pembagian kerja gender adalah pembagian kerja dalam rumahtangga antara

laki-laki dan perempuan baik atas kesepakatan bersama ataupun karena Adanya pengaruh struktur budaya dalam masyarakat.

(49)

7. Kontrol adalah kekuasaan atau wewenang dalam mengambil keputusan yang dilakukan oleh individu untuk melakukan suatu kegiatan dalam kaitannya dengan penggunaan sumberdaya dalam usahatani. Variabel kontrol diukur melalui frekuensi pengambilan keputusan dalam beragam kegiatan dan sumberdaya.

8. Gender adalah peran yang diberikan kepada seseorang karena adanya pengaruh budaya atau interpretasi kultural yang mencakup perilaku-perilaku khusus seperti dalam hal berpakaian, bersikap, kepribadian, pekerjaan, seksualitas, tanggungjawab keluarga yang secara bersama-sama memperlihatkan peran gender.

9. Analisis gender adalah proses menganalisis data maupun informasi secara sistematis tentang laki-laki maupun perempuan untuk mengidentifikasi kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan serta faktor-faktor yang mampengaruhinya.

10. Alat analisis gender adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan atau saling ketergantungan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, serta adanya perbedaan tingkat manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dari hasil pembangunan.

11. Relasi gender adalah pandangan tentang adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam masalah status dan peran, yang menggambarkan adanya ketidakadilan gender.

(50)

13. Isu-isu ketidakadilan gender ada 5 yaitu marginalisasi (proses pemiskinan ekonomi), subordinasi (peminggiran peran), stereotipe (pelabelan negatif), kekerasan (violence) serta beban kerja yang lebih panjang dan lebih banyak (burden).

14. Kegiatan Produktif adalah kegiatan dalam usahatani yang langsung menghasilkan pendapatan baik berupa uang. Hal ini dapat terlihat dari peran laki-laki dan perempuan dalam curahan waktu melalui pembagian kerja antara suami dan istri.

15. Kegiatan Reproduktif adalah kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan baik berupa uang maupun barang tapi menjamin kelangsungan hidup keluarga. Data didapat dengan menggunakan metode recall sehari yang lalu dengan satuan jam per hari.

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan strategi studi kasus pada komunitas petani paprika dan labu siam. Keutamaan strategi ini terletak pada kemampuannya mengungkap sekaligus dua tujuan utama penelitian kualitatif, yaitu kekhasan dan kompleksitas dari suatu kejadian atau gejala sosial dengan mendasarkan pada pandangan subjektif pelaku dalam suatu kejadian atau gejala sosial tersebut (Sitorus, 1998).

Strategi studi kasus digunakan untuk melihat gejala ketidakadilan gender dalam agribisnis paprika. Oleh karena itu, dikaji lebih lanjut pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika dan labu siam, akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat dalam pengelolaan agribisnis paprika dan pembudidayaan labu siam.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

(52)

2010, namun sudah mengumpulkan data jauh sebelum penelitian. Peneliti sebelumnya telah melakukan penjajagan ke lokasi penelitian dan juga telah mendapatkan beberapa data pendukung dari peneliti-peneliti sebelumnya.

3.2. Penentuan Subyek Kasus

Subjek kasus yang dipilih adalah rumahtangga petani paprika dan labu siam. Pemilihan subyek kasus dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan komoditi dan tipe perkembangan keluarga. Jumlah subyek kasus adalah enam rumahtangga yang dipilih secara sengaja dari anggota Koperasi Mitra Suka Maju berdasarkan saran bapak CP selaku informan. Subyek kasus dipilih berdasarkan tipologi kasus, yaitu tipe rumahtangga petani paprika, rumahtangga petani paprika dan labu siam serta rumahtangga petani labu siam. Selain subyek kasus berupa rumahtangga, juga dipilih sejumlah informan yang yang terdiri dari tokoh masyarakat, pengurus dan anggota Koperasi Mitra Suka Maju, guna memberikan informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan topik penelitian. Informan yang dipilih adalah warga Pasirlangu yang letak tempat tinggalnya

(53)

paprika dan labu siam secara bersamaan. Kemudian tipe rumahtangga yang ketiga yaitu rumahtangga petani labu siam adalah kasus 6 (ekspansi lanjut). Tipe petani labu siam sangat jarang ditemukan di Kampung Pasirlangu, hanya beberapa dan mayoritas mereka adalah rumahtangga ekspansi lanjut karena komoditi labu siam adalah tanaman yang dibudidayakan jauh sebelum paprika masuk ke Kampung Pasirlangu. Subyek kasus dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Subjek Kasus No Tipologi Perkembangan

1 Ekspansi Dini Rumahtangga Arief Budiman

_ _

2 Ekspansi Menengah Rumahtangga Aan Burhanudin

Rumahtangga Dede Suherman

_

3 Ekspansi Lanjut Rumahtangga Pak Udo Sumber : dikumpulkan oleh penulis

Keterangan :

Ekspansi Dini : suami-isteri dan anak pertama usia balita Ekspansi Menengah : suami-isteri dan anak pertama usia sekolah Ekspansi Lanjut : suami-isteri dan anak pertama sudah menikah

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(54)

observasi langsung dan wawancara mendalam dengan subyek kasus dan informan dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.

3.5.Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data. Data yang diperoleh kemudian disortir, dikategorikan, dan direduksi. Hasil pengolahan kemudian dianalisis dengan cara dekskriptif, disertai kutipan sebagai fakta dengan menggunakan analisa Harvard. Metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

(55)
(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA

Penelitian ini berlangsung di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ini berada di daerah perbukitan di kaki Gunung Burangrang dan merupakan salah satu sentra paprika terbesar di Indonesia. Paprika yang dihasilkan tidak hanya dijual untuk pasar dalam negeri (lokal) tetapi juga untuk pasar luar negeri (ekspor).

4.1. Gambaran Umum Kampung Pasirlangu

4.1.1. Lokasi dan Keadaan Alam Kampung Pasirlangu

Kampung Pasirlangu merupakan salah satu kampung dari 12 kampung yang terdapat di Desa Pasirlangu. Desa Pasirlangu merupakan salah satu desa dari delapan desa yang termasuk di dalam Kecamatan Cisarua. Terletak lima kilometer dari ibukota Kecamatan Cisarua, yang dapat ditempuh selama setengah jam menggunakan kendaraan umum berupa angkot maupun ojeg. Batas Desa Pasirlangu adalah, di sebelah :

- Utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang, - Selatan berbatasan dengan Desa Cimanggu Kecamatan Ngamprah, - Barat berbatasan dengan Desa Cipada Kecamatan Cisarua, dan - Timur berbatasan dengan Desa Tugu Mukti Kecamatan Cisarua.

(57)

sangat cocok bagi pertanian sayuran. Dengan luas wilayah 1128.797 ha, namun luas lahan yang digunakan oleh masyarakat hanya sekitar 710 ha, 355 ha digunakan sebagai hutan lindung dan sisanya seluas 63,797 ha adalah tanah kas desa.

Gambar 3. Keadaan Alam Kampung Pasirlangu di Kaki Gunung Burangrang, 2010

Luas wilayah Desa Pasirlangu yang dimanfaatkan masyarakat adalah 710 ha yang terdiri dari 3 buah dusun, 12 buah kampung, 13 RW, dan 61 RT. Ketiga dusun itu diberi nama Dusun I, Dusun II, dan Dusun III. Dusun I terdiri dari 4 RW (RW 1 sampai RW 4) dan 20 RT. Dusun II terdiri dari 5 RW (RW 5 sampai RW 9) dan 22 RT, serta Dusun III terdiri dari 4 RW (RW 10 hingga RW 13) dan 19 RT.

Ketiga dusun yang ada di Desa Pasirlangu masing-masing mempunyai komoditi andalan. Komoditi yang menjadi ciri khas dusun 1 adalah paprika (biasa disebut “cabe” oleh masyarakat Pasirlangu). Dusun ini memiliki sebuah Koperasi yaitu

(58)

terbesar agribisnis paprika Desa Pasirlangu berlangsung. Ciri khas Dusun II adalah bunga Hebras, namun sudah ada beberapa petani yang mulai menanam paprika. Dusun III memiliki ciri khas komoditi bunga Hebras. Hampir di setiap dusun masih ada petani yang mengusahakan labu siam karena komoditi utama ciri khas Desa Pasirlangu sebelum komoditi paprika adalah labu siam. Selain paprika dan bunga Hebras, Kampung Pasirlangu dulunya merupakan penghasil labu siam. Kampung Pasirlangu juga membudidayakan kol merah, buncis, timun Jepang, bunga kol dan tomat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa, pembangunan banyak dilakukan di Dusun I karena pertanian di Dusun ini terbilang maju. Daerah Pasirlangu biasa disebut “Daerah Dollar” karena banyak petani yang meminjam ke Bank dalam

jumlah yang besar. Pemberian nama di Desa Pasirlangu dilakukan jauh sebelum adanya pembatasan dusun dari pemerintah. Desa Pasirlangu terdiri dari 12 kampung, yaitu Kampung Pasirlangu (RW 1 sampai RW 3), Kampung Pondoh (RW 4), Kampung Cibudah (RW 8), Kampung Barunyatuh (RW 6), Kampung Cipendeuy (RW 7), Kampung Sukamaju (RW 5), Kampung Pasir Kuning (RW 10 sampai RW 13). Kampung Pasir Kuning terdiri dari Kampung Pasir Kuda (RW 10), Daerah Babakan (RW 11), Jalan Anyar (RW 12), dan Kampung Nyalindung (RW 13).

(59)

Tabel 6. Luas dan Persentase Peruntukan Lahan di Desa Pasirlangu Tahun 2009 No Peruntukan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 87,35 7,74

2 Persawahan 8 0,7

3 Pemakaman desa 0,7 0,06

4 Pekarangan 58 5,14

5 Perkantoran Pemerintah 0,4 0,04

6 Sawah Irigasi Sederhana 8 0,7

Sumber : Data Potensi Desa Pasirlangu, 2009

Tabel 6 menyajikan data luas dan persentase peruntukan lahan yang terdapat di Desa Pasirlangu. Peruntukan lahan paling luas untuk tegal/ladang seluas 525 ha, hutan lindung seluas 525 ha, pemukiman seluas 87,35 ha, tanah kas desa seluas 65,537 ha, pekarangan seluas 58 ha, hutan rakyat seluas 12 ha, persawahan seluas 8 ha, sawah irigasi sederhana seluas 8 ha, jalan seluas 7,5 ha, bangunan sekolah seluas 1,16 ha, lapangan olahraga seluas 0,15 ha, pemakaman desa seluas 0,7 ha dan perkantoran pemerintah seluas 0,4 ha.

(60)

ojek terbilang mahal karena jalan yang dilalui sekitar dua kilometer dengan medan yang terjal dan menanjak. Jalan yang kedua adalah melalui Pasar Barukai/SPN Cisarua, bisa melalui Cimahi atau Ledeng dengan ongkos ojeg dari Pasar Barukai sekitar Rp. 6.000, 00-an.

Jalan utama yang menyusuri kampung ini awalnya terbuat dari aspal atas swadaya masyarakat Kampung Pasirlangu, namun karena seringnya alur keluar-masuk truk besar untuk mengangkut hasil pertanian maka jalan kampung ini menjadi rusak dan berlubang. Hasil pertanian yang jumlahnya berton-ton mereka jual ke pasar dengan menggunakan truk, colt diesel, atau menggunakan motor melalui jalan ini.

Gambar 4. Jalan Kampung Pasirlangu, 2010

4.1.2. Keadaan Sosial Ekonomi Kampung Pasirlangu

4.1.2.1. Kependudukan

(61)

perempuan sebanyak 4.521 orang dengan kepala keluarga (KK) sebanyak 2.892 orang.

Kampung Pasirlangu merupakan kampung yang paling padat penduduknya di Desa Pasirlangu. Kepadatan ini disebabkan juga karena peningkatan dari segi ekonomi dengan masuknya komoditi paprika menjadi komoditi terbesar yang diusahakan masyarakat setempat. Kampung Pasirlangu terdiri dari 3 RW yaitu RW 1, RW 2 dan RW 3 dengan jumlah penduduk kurang lebih 500 kepala keluarga dan setiap keluarga rata-rata memiliki 5 orang anggota keluarga sehingga Kampung Pasirlangu dihuni sekitar 2.500 jiwa.

Topografi Kampung Pasirlangu ada 2 macam yaitu pada RW 1 dan RW 2 memiliki topografi jalanan yang terjal dengan kemiringan yang cukup tajam, berbeda dengan RW 3 yang memiliki kemiringan yang rendah sehingga cocok untuk pemukiman. Hal inilah yang mengakibatkan RW 3 menjadi pusat aktifitas di Kampung Pasirlangu.

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin di Desa Pasirlangu Tahun 2009

No Golongan Umur (tahun)

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Laki-laki (orang) Perempuan (orang)

1 Dibawah 5 390 369 759

(62)

Tabel 7 menyajikan data jumlah dan persentase penduduk menurut golongan usia dan jenis kelamin yang terdapat di Desa Pasirlangu. Pada kelompok usia di bawah 5 tahun sebanyak 759 orang, 5-15 tahun sebanyak 2.585 orang, 16-25 tahun sebanyak 1.565 orang, 26-50 tahun sebanyak 2.939 orang, 51-60 tahun sebanyak 779 orang, 61-75 tahun sebanyak 887 orang, dan usia di atas 75 tahun sebanyak 536 orang.

4.1.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di Desa Pasirlangu masih sangat rendah. Warga Pasirlangu sebagian besar hanya mengenyam tingkat pendidikan Sekolah Dasar, dan bahkan ada juga yang tidak lulus sampai pendidikan Sekolah Dasar. Rendahnya tingkat pendidikan tersebut diakibatkan oleh ketidakmampuan warga dalam membiayai ongkos sekolah. Sekarang, karena banyak warga yang sudah mulai sukses dalam pertanian paprika, maka semakin banyak anak petani yang dapat mengenyam pendidikan lebih. Walaupun ada warga yang berhasil menjadi sarjana, mereka akan tetap bekerja sebagai petani karena hasil yang didapat dari bertani cukup menjanjikan.

(63)

memanfaatkan potensi kampung halaman mereka, yang ternyata mereka rasa amat menjanjikan.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Desa Pasirlangu Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

2 Sekolah Menengah Pertama 1.858 34,70

3 Sekolah Menengah Atas 530 9,90

4 Akademi (D1-D3) 160 2,98

5 Sarjana (S1) 33 0,61

Jumlah 5.353 100

Sumber : Data Monografi Desa Pasirlangu, 2009

Tabel 8 menyajikan data jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan di Desa Pasirlangu. Penduduk yang taman SD sebanyak 2.772 orang, tamat SMP sebanyak 1.858 orang, tamat SMA 530 orang, tamat Akademi (D1-D3) sebanyak 160 orang, dan tamat Sarjana (S1) sebanyak 33 orang.

(64)

bimbingan mengajar. Mata pelajaran yang dileskan antara lain Bahasa Inggris dan Matematika yang dilaksanakan di salah satu rumah warga.

4.1.2.3. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Pasirlangu adalah sebagai petani. Jumlah penduduk di Kampung Pasirlangu berdasarkan mata pencaharian pokoknya tidak jauh berbeda dengan gambaran jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian Desa Pasirlangu. Warga Kampung Pasirlangu sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, baik itu buruh tani maupun pemilik penggarap.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pasirlangu Tahun 2009

No Mata Pencaharian Jenis Kelamin Jumlah (orang)

(65)

Tabel 9 menyajikan data jumlah dan persentase mata pencaharian penduduk menurut jenis kelamin di Desa Pasirlangu. Mata pencaharian yang paling utama adalah sebagai petani sebesar 44,02%, kemudian buruh tani sebesar 24,20%, pedagang keliling sebesar 1,6%, Pengusaha Kecil dan Menengah sebesar 0,26%, Pegawai Negeri Sipil sebesar 0,15%, Pengrajin Industri Rumahtangga sebesar 0,06%, Montir, TNI dan Pensiunan PNS/TNI/POLRI masing-masing sebesar 0,05%, Dukun Kampung Terlatih sebesar 0,04%, dan POLRI, seniman/artis serta Karyawan Swasta masing-masing sebesar 0,03%.

Lapangan pekerjaan memang tersedia selalu bagi warga yang ingin bekerja. Mereka dapat bekerja sebagai buruh tani paprika. Warga yang baru lulus SMA dapat langsung bekerja sebagai buruh, karena pertanian paprika menyerap cukup banyak tenaga kerja. Para petani paprika Pasirlangu bahkan mempekerjakan pekerja di luar Kampung Pasirlangu. Hal ini menandakan bahwa pertanian paprika menyerap banyak tenaga kerja.

(66)

4.1.3. Kelembagaan Desa

Kelembagaan yang ada di Desa Pasirlangu meliputi kelembagaan formal yang dibentuk atas prakarsa pemerintah pusat dan kelembagaan informal yang dibentuk atas prakarsa warga desa. Kelembagaan formal yang tercatat di tingkat desa ini adalah pemerintah desa, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Badan Perwakilan Desa (BPD), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Keluarga Berencana (KB) dan Pos Pelayanan Terpadu. Pada umumnya pada kelembagaan formal tersebut terdapat kecenderungan bahwa laki-laki sangat dominan dalam kelembagaan politik/pemerintahan, sedangkan perempuan dominan pada kelembagaan yang cenderung sebagai kepanjangan peranan reproduktif perempuan seperti PKK, Keluarga Berencana dan Posyandu.

(67)

Gambar 5. Koperasi Mitra Suka Maju, 2010

4.2. Karakteristik Rumahtangga

4.2.1. Aktivitas Budidaya Labu Siam (Sechium Edule SW)

Labu Siam merupakan komoditi usahatani Kampung Pasirlangu yang masih bertahan sampai sekarang, walaupun sudah sangat jarang petani yang membudidayakan hanya labu siam tanpa tumpang sari dengan tanaman sayur lain seperti kol, tomat dan buncis. Sebelum masuknya paprika, Kampung Pasirlangu merupakan daerah penghasil labu siam atau lebih sering disebut Lejet oleh warga setempat. Labu siam masih diusahakan oleh petani-petani kecil Kampung Pasirlangu, alasannya karena membudidayakan labu siam yang merupakan tanaman yang memiliki masa tanam yang panjang dan mudah serta murah perawatannya.

(68)

bambu. Perawatan yang dilakukan adalah dengan membersihkan daun-daun yang menutupi paronggong tempat labu siam merambat. Paronggong terbuat dari bambu yang ditegakkan setinggi 1 hingga 2 meter dan kemudian diberi kerangka untuk merambatkan tanaman labu siam. Daun-daun yang sudah tua dibersihkan agar sinar matahari masuk ke sela-sela tanaman labu siam. Pembersihan daun-daun ini dinamakan penyetekan yang dilakukan oleh buruh-buruh tani perempuan.

Bibit yang digunakan oleh petani untuk menanam labu siam bisa diambil dari hasil penen mereka sendiri. Teknis penanamannya sangat mudah yaitu dengan menaruh biji labu siam pada tanah, beberapa waktu kemudian tanaman labu siam akan tumbuh dan memenuhi paranggong. Dalam satu kali masa tanam, tanaman labu siam dapat bertahan hingga lima tahun. Selama periode itu petani dapat memanen labu siam hampir setiap hari, jadi dalam dua hari sekali petani memiliki pendapatan.

Gambar

Tabel 17. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga
Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya
Tabel 2. Perbedaan Seks dan Gender
Tabel 3. Kerangka Analisis Harvard
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dosen dalam membina interaksi dengan mahasiswa dalam pembelajaran berdampak terhadap peningkatan kinerja dosen, (3)

[r]

rRabnb.&,a'l!h!/gPiP!ru*.

(2) Pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh

(2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi penggunaan gaya bahasa judul-judul berita pada media online detik.com. Jenis penelitian ini adalah

Tujuan Tugas Tujuan tugas adalah agar mahasiswa dapat membuat jurnal transaksi piutang dagang, piutang usaha, piutang wesel, dan penyisihan piutang tidak tertagih, serta

Bila pada waktu yang ditentukan Saudara tidak dapat memenuhi undangan pembuktian Kualifikasi ini maka perusahaan Saudara dinyatakan “GUGUR”. Demikian Kami sampaikan atas

atas nama Yahya Alias Yaya Bin Safe'i, dkk berdasarkan pasal 85 KUHAP dipindahkan atau dialihkan dari Pengadilan Negeri Cirebon Jawa Barat ke Pengadilan Negeri