• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. Isue Marginalisasi

Berdasarkan alat analisis gender berupa profil pembagian kerja dan akses serta kontrol perempuan-perempuan pada rumahtangga petani paprika dan rumahtangga petani paprika dan labu siam menunjukkan fakta adanya isue marginalisasi. Marginalisasi dalam hal ini adalah banyak kaum perempuan yang termarginalkan atau tersingkirkan akibat masuknya teknologi paprika. Pekerjaan di green house paprika memang berat sehingga menjadi salah satu alasan mengapa perempuan tidak ikut bekerja pada agribisnis paprika.

Keyakinan ini juga berasal dari keyakinan/tafsiran agama karena suami adalah tulang punggung keluarga dan harus bertanggungjawab terhadap keluarga, maka cukup hanya suami saja yang mengurusi kegiatan produksi, sehingga perempuan- perempuan banyak yang hanya mengurusi kegiatan reproduksi/rumahtangga saja.

7.2. Isue Stereotipe

Perempuan memang identik dengan sosok yang lemah. Semakin kaya petani, maka semakin sedikit anggota keluarganya yang terlibat langsung dalam pekerjaan- pekerjaan berat, terutama istri mereka. Istri biasanya dipercaya untuk memegang uang hasil usahatani. Dengan tidak dilibatkannya perempuan-perempuan pada kegiatan produksi maka semakin perempuan dianggap lemah.

7.3. Isue Subordinasi

Peminggiran peran perempuan dalam kegiatan produksi merupakan salah satu isu yang diangkat pada penelitian ini. Perempuan tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi mengingat beratnya pekerjaan yang dilakukan dalam pembudidayaan paprika.

7.4. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakadilan Gender

Faktor yang mempengaruhi ketidakadilan gender pada penelitian ini yang pertama adalah faktor teknologi dimana ada tenaga yang tergantikan oleh kehadiran teknologi tersebut, dan yang tergantikan adalah tenaga perempuan. Faktor yang kedua adalah karena nilai-nilai berdasarkan keyakinan/tafsiran agama karena suami adalah tulang punggung keluarga dan harus bertanggungjawab terhadap keluarga, maka cukup hanya suami saja yang mengurusi kegiatan produksi, sehingga perempuan- perempuan banyak yang hanya mengurusi kegiatan reproduksi/rumahtangga saja. Faktor ketiga adalah karena meningkatnya pendapatan, sehingga meningkatkan taraf hidup secara ekonomi.

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan

Peralihan komoditi telah mengakibatkan perubahan disegala bidang termasuk dalam pembagian kerja dalam rumah tangga serta kehidupan ekonomi. Penggunaan teknologi dalam agribisnis paprika telah menggantikan peran manusia dalam pemeliharaan. Dahulu pada zaman labu siam masih berjaya, perempuan mengalami beban kerja yaitu selain mereka mengurus rumahtangga mereka juga harus membantu suami dalam mengelola labu siam. Pekerjaan yang paling sering dilakukan oleh perempuan dalam pembudidayaan labu siam adalah penyetekan (membuang daun-daun yang sudah tua dan kering) agar daun-daun yang masih muda mudah untuk tumbuh dan menjalar di paranggong.

Ketidaksetaraan dalam hal pembagian kerja juga dalam hal akses dan kontrol mengakibatkan mayoritas perempuan yang suaminya bekerja pada komoditi paprika mengalami dalam bidang pertanian dan ada pula yang mengalami beban kerja namun bukan di bidang pertanian. Mereka kebanyakan berkutat pada ranah reproduksi yaitu mengurus keluarga dan suami, sehingga sudah jarang ada yang terlibat langsung di lapangan. Berbeda dengan masa sebelumnya yaitu pertanian labu siam dimana perempuan mengalami beban kerja (peran ganda). Perempuan selain melakukan kegiatan reproduksi/kegiatan domestik, mereka juga harus membantu suaminya dalam kegiatan produksi/kegiatan publik seperti menyetek daun labu siam yang sudah mulai lebat menutupi paranggong. Perempuan yang berada pada rumahtangga labu siam lebih memiliki kontribusi dalam pertanian dibandingkan perempuan yang berada pada rumahtangga paprika.

Relasi gender yang didapat dari akses dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat menunjukkan telah terjadi perubahan dalam peran perempuan dalam pengelolaan usahatani di Kampung Pasirlangu. Mulanya, perempuan-perempuan bekarja pada komoditi labu siam untuk membantu suami mereka, namun setelah terjadi perubahan komoditi yaitu paprika, tenaga mereka digantikan oleh teknologi paprika dengan menggunakan mesin. Kalaupun membutuhkan pekerja, mayoritas pekerja yang dipakai adalah pekerja laki-laki (buruh tani).

Ketidakadilan gender yang terjadi pada agribisnis paprika adalah marginalisasi dimana perempuan tenaganya tergantikan oleh teknologi, stereotype bahwa perempuan lemah dan tidak mampu bekerja pada agribisnis paprika, dan subordinasi (peminggiran peran) perempuan pada sektor pertanian. Kemudian pada rumahtangga labu siam, manifestasi ketidakadilan gender berupa beban kerja ganda.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakadilan gender di Kampung Pasirlangu antara lain pertama karena faktor meningkatnya pendapatan secara ekonomi, sehingga petani lebih memilih untuk mempekerjakan buruh dibandingkan mempekerjakan anggota keluarga. Faktor kedua adalah karena faktor agama dan sosial budaya dimana masyarakat mayoritas beragama islam, suami yang harus bertanggung jawab terhadap keluarga sehingga tersusun menjadi suatu realitas objektif. Faktor ketiga adalah masuknya teknologi dalam agribisnis, karena ada tenaga perempuan yang tergantikan dengan kehadiran teknologi tersebut.

8.2. Saran

Pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika dan labu siam sedikit berbeda. Perempuan pada rumahtangga petani paprika cenderung lebih banyak berada pada kegiatan reproduksi, sedangkan pada rumahtangga petani labu siam perempuan juga mempunyai kontribusi pada kegiatan produksi. Hendaknya pembagian kerja pada rumahtangga paprika lebih adilantara laki-laki dan perempuan.

Perempuan di Kampung Pasirlangu hendaknya lebih dilibatkan dalam pengelolaan komoditi pertanian terutama untuk komoditi paprika, karena akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat masih di dominasi oleh kaum laki- laki.

Abdullah, Irwan. 2001. Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan. Yogyakarta: Tarawang.

Ahmad, Putrina Setyawenda. 2007. Pembangunan Pertanian dan Perubahan Kelembagaan Ekonomi dalam Komunitas Pedesaan. Skripsi Fakultas Pertanian; Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Eviyanti, Yuana. 2006. Analisis Gender dalam Budidaya dan Pengolahan Hasil Tanaman Obat. Skripsi Fakultas Pertanian; Institut Pertanian Bogor.

Fakih, Mansour. 1999. Analisis Gender dan Transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Handayani, Trisakti. Sugiarti. 2002. Konsep dan Tekhnik Penelitian Gender. Malang: UMM Press.

Ihromi, T.O. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Intan, Harizt A. Dan E. Gumbira Sa’id. 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mosse, Julia Cleves. 1996. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prasodjo, Nuraeni & Winati Wigna. 2003. Gender dan Pembangunan. Modul Kuliah

Program Alih Jenjang CERd-DEPDAGRI Level 3 Wing 1 Gd. Fakultas Pertanian, Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga (tidak dipublikasikan). Pratiwi, Novia. 2007. Analisis Gender Pada Rumah Tangga Petani Monokultur.

Skripsi Fakultas Pertanian; Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saptari, R. Dan b.Holzner. 1997. Perempuan, Kerja dan Perubahan Sosial: sebuah Pengantar Studi Perempuan. Jakarta: Grafiti.

Silawati, Hartian. 2006. Pengarusutamaan Gender: Mulai Dari Mana? dalam Jurnal Perempuan edisi No.50. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Sitorus, MT. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

81 Soetrisno, Loekman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian; Sebuah

Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Kanisius.

Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Widianto. 2008. Pemberdayaan Komunitas Petani Melalui Program Kemitraan Agribisnis Paprika. Skripsi Fakultas Pertanian; Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lampiran 1. Profil Rumahtangga Kasus 1 (Paprika-Ekspansi Dini) No Nama Hub dg KK Usia (th) Jenis Kelamin Status Pengalaman Pendidikan Pengalaman Pekerjaan 1 AB Suami 30 th L Menikah SMA Kabag.Administr

asi Koperasi Mitra Suka Maju,

Petani Paprika 2 SS Istri 29 th P Menikah SMA IRT, Guru TPA,

Wiraswasta 3 MAF Anak 3 th L Belum

Menikah

Belum Sekolah

Belum Sekolah

AB adalah seorang petani paprika di Kampung Pasirlangu yang memiliki 2 buah green house paprika. Selain sebagai petani paprika beliau juga bekerja sebagai Kabag Administrasi pada Koperasi Paprika Mitra Suka Maju di Kampung Pasirlangu. Usaha yang dikelola oleh rumahtangga ini antara lain adalah agribisnis paprika dan juga berdagang makanan kecil ke warung-warung dan menjual baju. Penanganan usahatani paprika murni dilakukan oleh suami, sedangkan istri bekerja sebagai guru TPA dan juga usaha makanan kecil serta baju.

Lampiran 2. Profil Rumahtangga Kasus 2 (Paprika-Ekspansi Menengah) No Nama Hub dg KK Usia (th) Jenis Kelamin Status Pengalaman Pendidikan Pengalaman Pekerjaan 1 ABU Suami 45 th L Menikah SMA Kabag.Saprotan

Koperasi Mitra Suka Maju, Petani Paprika

2 NSM Istri 35 th P Menikah SMA IRT,

Wiraswasta Saprotan 3 MRM Anak 17 th L Belum Menikah SMA kelas 3 (pesantren) Pelajar 4 NR Anak 13 th P Belum Menikah SMP kelas 3 (pesantren) Pelajar

5 MAF Anak 7 th L Belum

Menikah

SD Kelas 1 Pelajar

ABU adalah seorang petani paprika yang juga bekerja sebagai Kabag Saprotan (Kepala Bagian Sarana Produksi Pertanian) pada Koperasi Mitra Suka Maju, selain itu beliau mempunyai usaha antara lain usahatani paprika sebanyak 3 buah green house dan juga 1 buah toko Saprotan tidak jauh dari green house paprika yang mereka punya. Dalam mengelola agribisnis paprika, ABU tidak melibatkan istri dan anak-anaknya, karena NSM juga aktif mengurus toko Saprotan yang mereka miliki, sedangkan anak-anak mereka masih bersekolah 2 diantaranya di pesantren daerah Sukamiskin, Ujungberung, Bandung.

Lampiran 3. Profil Rumahtangga Kasus 3 (Paprika-Ekspansi Lanjut) No Nama Hub dg KK Usia (th) Jenis Kelamin Status Pengalaman Pendidikan Pengalaman Pekerjaan 1 UD Suami 52 th L Menikah SMA Petani

Paprika,anggota Koperasi Mitra

Suka Maju 2 KH Istri 45 th P Menikah SMA IRT, petani paprika

3 RM Anak 28 th P Menikah SMA IRT

4 DV Anak 17 th P Belum

Menikah

SMA Masih

Nganggur

UD adalah seorang petani paprika yang juga merupakan salah satu anggota Koperasi Mitra Suka Maju. UD memiliki green house paprika sebanyak 2 buah. UD mulai berkecimpung dalam agribisnis paprika sejak tahun 1994 sejak paprika mulai diperkenalkan di Pasirlangu. Pengelolaan green house dilakukan UD tanpa bantuan KH karena UD sudah mempunyai pekerja untuk mengurus paprika-paprikanya.

Lampiran 4. Profil Rumahtangga Kasus 4 (Paprika+LabuSiam-Ekspansi Menengah) No Nama Hub dg KK Usia (th) Jenis Kelamin Status Pengalaman Pendidikan Pengalaman Pekerjaan 1 DS Suami 33 th L Menikah SMP Petani

Paprika+Labusiam, Bag.Sortasi Koperasi Mitra Suka Maju 2 DD Istri 27 th P Menikah SMP IRT, wirawsawta 3 PR Anak 9 th P Belum Menikah SD kelas 3 Pelajar 4 DNN Anak 5 th P Belum Menikah TK Pelajar

DS adalah petani paprika dan juga labu siam yang juga bekerja pada bagian Sortasi di Koperasi Mitra Suka Maju. DS mengelola green house paprika sebanyak 4 buah dan juga labu siam seluas 300 tumbak atau sekitar 1,5 Ha. Pengelolaan green house paprika pada rumahtangga DS dilakukan dengan bantuan pekerja. Istri DS yaitu DD biasa membantu suaminya dalam mengelola usahataninya. Selain paprika dan labu siam rumahtangga ini juga beternak kambing sebanyak 4 ekor yang sewaktu-waktu bisa dijual.

Lampiran 5. Profil Rumahtangga MS (Paprika+LabuSiam-Ekspansi Lanjut) No Nama Hub dg KK Usia (th) Jenis Kelamin Status Pengalaman Pendidikan Pengalaman Pekerjaan 1 MS Suami 56 th L Menikah SD Petani

Paprika+Labusiam, anggota Koptan

Dewa Family

2 KR Istri 54 th P Menikah SD IRT

3 WH Anak 36 th L Menikah S1 Wiraswasta (pedagang)

4 FN Anak 30 th P

Menikah

SMA IRT, Wiraswasta 5 FS Anak 22 th L Belum

Menikah

SMA Pembalap Motor Cross

MS adalah salah satu petani sukses di Kampung Pasirlangu. MS adalah salah satu anggota kelompok tani Dewa Family yang mengusahakan paprika dan labu siam. Green house paprika yang dikelola rumahtangga ini adalah sebanyak 4 buah dan labu siam seluas 0,5 Ha. Pengelolaan usahatani dilakukan MS dengan bantuan para pekerja dengan sistem harian dan borongan. Istri MS yaitu KR hanya membantu MS sebatas pengontrolan dan tidak terlibat langsung dalam usahatani.

Lampiran 6. Profil Rumahtangga Kasus 6 (Labusiam-Ekspansi Lanjut) No Nama Hub dg KK Usia (tahun) Jenis Kelamin Status Pengalaman Pendidikan Pengalaman Pekerjaan 1 LH Suami 51 th L Menikah SD Petani Labu

Siam 2 AW Isteri 50 th P Menikah SD IRT, Petani

Labu Siam

3 LS Anak 25 th P Menikah D1 IRT

LH adalah petani labu siam di Kampung Pasirlangu dengan luasan lahan 350 tumbak. Sekarang, sangat jarang kita bisa menemui petani yang murni menjalankan usahatani labu siam karena kebanyakan sudah beralih ke komoditi paprika dan ada juga yang tumpang sari dengan komoditi lain. Dulu LH pernah mengusahakan paprika, namun gagal dan mengalami kerugian yang cukup besar sehingga LH memilih untuk bertani labu siam saja.

Pengelolaan usahatani labu siam dilakukan oleh LH dengan bantuan istri dan juga kedua mertua beliau serta pekerja wanita (terutama untuk penyetekan). Namun istri dan mertua LH lebih berperan pada saat panen dan membantu dalam pemasaran. Panen dilakukan dua hari sekali. Selain labu siam, LH juga beternak kambing sebanyak 5 ekor yang bisa dijual kapan saja apabila ada yang membutuhkan.

Dokumen terkait