• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PETANI PADI DI DESA KANJILO KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA MUH. RISAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PETANI PADI DI DESA KANJILO KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA MUH. RISAL"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

MUH. RISAL

Nomor Stambuk : 10561 03874 10

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

i

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh Muh. Risal

Nomor Stambuk : 10561 03874 10

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)
(4)
(5)

iv

Nama Mahasiswa : Muh. Risal

Nomor Stambuk : 105 61 03874 10

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis atau dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Mei 2014

Yang Menyatakan,

Muh. Risal

(6)

v

oleh Mappamiring dan Muhammad Tahir).

Peran pemerintah adalah badan publik atau lembaga negara yang memegang fungsi birokrasi menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama dalam suatu proses pelayanan kepada warga negara atau masyarakat.

Dalam rangka pembangunan nasional, peranan pemerintah tidak hanya melaksanakan tugas-tugas umum pembangunan, yaitu untuk mengarahkan, menggerakkan dan mengendalikan pembangunan secara lancar, serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembanguan. Berdasarkan hal tersebut, penulis terdorong untuk mencoba menggambarkan dan menjelaskan peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa maka dalam hal ini indikator peran pemerintah yang akan diteliti dalam meningkatkan produktivitas petani padi yaitu:

(1) Sebagai regulator, (2) Sebagai fasilitator dan (3) Sebagai dinamisator.

Sedangkan faktor penentu pengembangan atau peningkatan produktivitas yaitu (1) sikap kerja, (2) tingkat keterampilan petani padi, (3) hubungan pemerintah dan petani padi.

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan menjelaskan peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa dengan populasi 244 jiwa dengan teknik nonprobability sampling yaitu snowball sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, kuesioner dan dokumentasi.Data tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan analisis frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa masih dikategorikan kurang dilihat dari indikator peran pemerintah: 1) sebagai regulator, kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas petani padi, 2) sebagai dinamisator, menggerakkan badan atau tim penyuluh untuk memberikan pendidikan dan pelatihan, 3) sebagai fasilitator, memberikan bantuan permodalan dan pendanaan serta sarana dan prasarana.

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi terbagi dua yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat.Faktor pendukung peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi adalah sumber daya alam (SDA) dan hubungan pemerintah dengan petani. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat yaitu 1) tingkat pendidikan dan keterampilan petani, 2) penyempitan lahan, 3) tenologi dan irigasi, dan 4) hama.

Keyword :peran pemerintah dan produktivitas petani padi

(7)

vi

skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Produktivitas Petani Padi Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa“.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Mappamiring, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs.

Muhammad Tahir, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vii

4. Bapak Drs. H. Muhammad Idris, M.Si selaku P.A (Penasehat Akademik) Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Para dosen jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik yang dengan ikhlas telah memberikan ilmunya kepada penulis selama ini.

6. Teristimewa kedua orang tua saya Ayahanda Sabir Bin Gading dan Ibunda Rabiah serta segenap keluarga yang telah mendidik, mendoakan, senantiasa memberikan nasehat, semangat dan bantuan baik moril maupun material.

7. Buat sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini Asmar Umsar, Saldi, Askar Sittara, Alfian, Sahabuddin, Suwandi dan teman-teman seperjuangan jurusan Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2010 penulis banyak mengucapkan terima kasih.

8. Buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuannya.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, April 2014

Muh. Risal

(9)

viii

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii

Abstrak ...iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi...vi

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Konsep Peran Pemerintah ... 8

B. Konsep Pemerintah Desa ... 14

C. Konsep Produktivitas ... 17

D. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 26

E. Kerangka Pikir ... 32

F. Defenisi Operasional ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 36

B. Jenis Dan Tipe Penelitian... 36

C. Variabel Penelitian ... 36

D. Populasi Dan Sampel ... 37

E. Teknik Pengumpbulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39

A. Deskripsi Obyek Penelitian... 39

B. Peran Pemerintah ... 58

C. Produktivitas Petani Padi ... 67

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Produktivitas Petani Padi Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ... 70

(10)

ix

BAB V PENUTUP... 78 A. Kesimpulan ... 78 B. Saran... 79 DAFTAR PUSTAKA

(11)

x

Tabel 2 Data Penduduk Desa Kanjilo Kecamatan Barombong ... 49 Tabel 3 Data Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Rumah Desa

Kanjilo Kecamatan Barombong ... 49 Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Desa Kanjilo

Kecamatan Barombong ... 50 Tabel 5 Hasil Peringkat Kesejahteraan Masyarakat (PKM) Desa

Kanjilo Kecamatan Barombong ... 51 Tabel 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan Desa

Kanjilo Kecamatan Barombong ... 52 Tabel 7 Tanggapan Responden Mengenai Kebijakan Yang Diarahkan ... 59 Tabel 8 Tanggapan Responden Mengenai Adanya Tim Atau Badan

Yang Digerakan Untuk Memberikan Bimbingan Maupun

Pelatihan ...60 Tabel 9 Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Pelatihan Untuk

Peningkatan Keterampilan ... 62 Tabel 10 Tanggapan Responden Mengenai Pengadaan Penyuluhan

Untuk Memberikan Pendidikan ... 63 Tabel 11 Tanggapan Responden Mengenai Bantuan Pendanaan ... 65 Tabel 12 Tanggapan Responden Mengenai Bantuan Modal Atau Sarana

Dan Prasarana... 66 Tabel 13 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Kerja Petani Padi ... 67 Tabel 14 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Keterampilan Petani

Padi... 68 Tabel 15 Tanggapan Responden Mengenai Hubungan Antara Pemerintah

Dengan Petani Padi ... 69 Tabel 16 Tanggapan Responden Mengenai Sumber Daya Alam (SDA) ...71 Tabel 17 Tanggapan Responden Mengenai Hubungan Antara Pemerintah

(12)

xi

Dengan Petani Padi ...72

Tabel 18 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Pendidikan Dan Keterampilan Petani Padi ...74

Tabel 19 Tanggapan Responden Mengenai Penyempitan Lahan...75

Tabel 20 Tanggapan Responden Mengenai Teknologi dan Irigasi ... 76

Tabel 21 Tanggapan Responden Mengenai Hama ... 77

(13)

xii

Gambar 2 Struktur Pemerintahan Desa Kanjilo Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa... 54

(14)

1 Sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan disemua sektor pembangunan yang menjadi perhatian pemerintah adalah sektor pertanian yang diharapkan dapat mendorong pembangunan sektor lain khususnya sektor industri.

Negara Indonesia adalah negara agraris sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Namun sistem pertanian yang dilakukan masih bersifat sub sistem pertanian yaitu disamping produknya untuk komersial juga masih sebagian besar untuk kebutuhan sehari-hari atau hanya bahan pangan untuk dikonsumsi sendiri.

Sehingga perlu diadakan pembangunan, seperti yang kita ketahui bahwa pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia, maka pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada tingkat pusat saja, akan tetapi juga dilaksanakan pada tingkat desa diseluruh pelosok tanah air. Apalagi melihat kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal dan bermukim di wilayah pedesaan.

Dalam penyelenggaraan urusan rumah tangga desa, pemerintah desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan atas inisiatif sendiri sesuai dengan keadaan dan kebutuhan yang diperlukan. Pemerintah desa mempunyai tanggung jawab untuk menentukan langkah-langkah yang akan dan harus ditempuh dalam rangka kegiatan pemerintahan dan pembangunan di desanya.

(15)

Pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah desa dimakani sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Nurcholis (2001 : 72) Dalam UU Nomor. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan ada yang diselengarakan oleh pemerintah pusat, ada yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi, dan ada yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota. Pengaturan tersebut di tuangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan PP No. 38/2007 tersebut urusan pemerintahan yang pengaturan dan pengurusannya diserahkan kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota sangat jelas dan rinci.

Dalam rangka memperkuat desa, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepala Desa.

Nurcholis (2011 : 199) Kebijakan sebagaimana diatur dalam UU No.

32/2004 juga tidak sesuai dengan kapasitas lembaga desa. Dalam Peraturan

(16)

Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyerahan Urusan Pemerintahan kabupaten/Kota kepala Desa di Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan: (1) Pengembangan kelembagaan petani skala local, (2) Pemberian rekomendasi izin usaha penangkar benih pertanian, (3) Pengaturan pemanfaatan air pada tingkat usaha tani, (4) Pemasyarakatan penggunaan alat mesin pertanian, (5) Pemasyarakatan pupuk organic, (6) Pengaturan peredaran dan penggunaan pupuk organic dan pestisida dengan berpedoman pada petunjuk teknis kabupaten dan kota, (7) Kampanye benih unggul, (8) Pengembangan lumbung pangan, (9) Fasilitas modal usaha tani, (10) Pengaturan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit secara terpadu, (11) Pengembangan kelembagaan petani dan pertumbuhannya, (12) Pemasyarakatan penggunaan bibit unggul, (13) Membantu penyediaan bibit unggul, (14) Pengembangan kebun biit hijauan pakan ternak, (15) Rekomendasi pemberian izin pengelolaan perlebahan nonbudidaya, (16) Pemasyarakatan pengembangan komuditas unggulan, (17) Pembangunan dan pemeliharan serta pengelolaan saluran untuk budidaya perikanan, (18) Diversifikasi hasil pertanian, (19) Pengembangan jaringan informasi pemasaran bidang pertanian dan pangan, (20) Pengelolaan balai benih ikan yang ada di Desa, (21) Pemeliharaan irigasi desa, (22) Pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air, (23) Pengembangan teknologi tepat guna pengelolahan hasil pertanian.

Menurut Siagian (2003 : 142-150) melakukan tugas pembangunan yang sangat penting dan mulia merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan bukan tugas pemerintah semata-mata. Meskipun demikian, harus

(17)

diakui bahwa pemerintah memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan nasional. Peran yang disoroti antara lain selaku stabilisator, selaku innovator, selaku modernisator, selaku pelopor, dan selaku pelaksana sendiri kegiatan pembangunan tertentu.

Upaya untuk mencapai keberhasilan pembangunan desa yang optimal, perlu mendasarkan pada pendekatan bahwa pembangunan desa harus dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan mendapat bantuan dan bimbingan pemerintah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat, maka kebutuhan masyarakat terhadap pangan semakin besar juga, adapun pangan yang dikonsumsi oleh para penduduk Indonesia yaitu padi, jagung, ubi-ubian, dan lain sebagainya. Tetapi sebagian besar penduduk Indonesia lebih cenderung mengkonsumsi padi. Karena padi kaya akan sumber karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Menurut berita resmi statistik hasil produksi komoditas padi lebih besar daripada hasil produksi komoditas jagung, komoditas ubi-ubian, dan komoditas lainnya. Sehingga komoditas padi-lah yang memberi kontribusi lebih besar kepada masyarakat Indonesia terkhusus untuk masyarakat di Desa Kanjoli Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Akan tetapi hasil produksi tanaman padi di Indonesia belum bisa memenuhi target kebutuhan masyarakat karena ada di beberapa daerah di Indonesia yang masih mengalami kelaparan. Berdasarkan data statistik serta pengakuan sebagian petani padi yang ada di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa bahwa kurang lebih 5 tahun terakhir ini produksi petani padi menurun. Hal ini terjadi karena banyak sekali kendala yang

(18)

dihadapi oleh para petani antara lain penyempitan lahan yang subur akibat pembangunan pemukiman ataupun industri, penyimpangan iklim, pengembangan komoditas lain, sering terjadi kekurang pupuk, teknologi yang belum modern, pengirigasian yang kurang baik, dan masalah yang satu ini adalah masalah yang sering meresahkan hati para petani yaitu hama dan penyakit yang menyerang tanaman yang dibudidayakan.

Dukungan pemerintah dalam kebijakan pembangunan di bidang pertanian berupa melakukan pembinaan, mengkoordinasikan kegiatan, memfasilitasi pelaksanaan kegiatan serta kebijakan pembangunan seperti fasilitasi informasi kepada masyarakat, memfasilitasi penyelenggaraan Musrembang. Pengawasan pemerintah dalam mendukung kebijakan pembangunan melalui pengawasan langsung, penerimaan laporan secara tertulis, mengevaluasi, mengadakan pemeriksaan serta pemberian sangksi.

Pemerintah Desa harus mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat tani melalui peraturan dan kebijakan daerah, penyediaan sarana dan prasarana pendukung seperti penyediaan prasarana transportasi jalan, saluran irigasi, pasar, saluran listrik, serta alokasi dana yang memadai bagi kegiatan pendampingan kelompok. Kegiatan pendampingan harus dilakukan secara berkelanjutan.

Pemerintah daerah juga bertanggung jawab dalam pembinaan lanjutan bagi kelompok sasaran dalam bentuk supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu mengadakan kajian mengenai produktivitas petani padi. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam sebuah proposal penelitian dengan mengangkat judul “Peran

(19)

Pemerintah Dalam Meningkatkan Produktivitas Petani Padi Di Desa Kanjilo Di Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan pokok untuk menghindari pembahasan yang mengambang dan simpang siur dalam penulisan karya ilmiah ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peranan pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa?

2. Apakah faktor-faktor penghambat dan pendukung pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademik

Memberikan informasi ilmiah khususnya dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan pertanian dalam mengembangkan teoritis yang lebih luas dan

(20)

mendalam berkaitan dengan peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi.

2. Manfaat praktis

Secara empiris hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan dalam meningkatkan produktivitas petani padi. Penelitian ini tentunya memberikan manfaat bagi pihak-pihak lainnya yaitu:

a. Bagi instansi Pemerintah di Kabupaten Gowa, penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan serta dapat dijadikan bahan evaluasi peningkatan produktivitas petani padi di Kabupaten Gowa.

b. Bagi masyarakat Desa Kanjilo, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan pertimbangan untuk dapat lebih meningkatkan produktivitas petani padi pada penanaman-penanaman padi kedepannya.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peran Pemerintah

Konsep peran pemerintah menurut beberapa tokoh tentunya akan berbeda- beda. Adapun konsep peran pemerintah berdasarkan berbagai literatur yang di peroleh sebagai berikut:

Peranan pemerintah adalah badan publik atau lembaga negara yang memegang fungsi birokrasi menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama dalam suatu proses pelayanan kepada warga negara atau masyarakat.

Dalam rangka pembangunan nasional, peranan pemerintah tidak hanya melaksanakan tugas-tugas umum pembangunan, yaitu untuk mengarahkan, menggerakkan dan mengendalikan pembangunan secara lancar, serta meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembanguan (Afifuddin, 2010 : 107).

Menurut Ryaas Rasyid dalam Saddam Rafsanjani (2011), tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah menjaga ketertiban dalam kehidupan masyarakat sehingga setiap warga dapat menjalani kehidupan secara tenang, tenteram dan damai. Pemerintahan modern pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, pemerintahan tidak diadakan untuk melayani dirinya sendiri.

Pemerintah dituntut mampu memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dan menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama.

8

(22)

Secara umum fungsi pemerintahan mencakup tiga fungsi pokok yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (H. Nurul Aini dalam Haryanto dalam Saddam Rafsanjani (2011)).

1. Fungsi Pengaturan.

Fungsi ini dilaksanakan pemerintah dengan membuat peraturan perundang-undangan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat.

Pemerintah adalah pihak yang mampu menerapkan peraturan agar kehidupan dapat berjalan secara baik dan dinamis. Seperti halnya fungsi pemerintah pusat, pemerintah daerah juga mempunyai fungsi pengaturan terhadap masyarakat yang ada di daerahnya. Perbedaannya, yang diatur oleh Pemerintah Daerah lebih khusus, yaitu urusan yang telah diserahkan kepada Daerah. Untuk mengatur urusan tersebut diperlukan Peraturan Daerah yang dibuat bersama antara DPRD dengan eksekutif.

2. Fungsi Pelayanan.

Perbedaan pelaksanaan fungsi pelayanan yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terletak pada kewenangan masing-masing.

Kewenangan pemerintah pusat mencakup urusan Pertahanan Keamanan, Agama, Hubungan luar negeri, Moneter dan Peradilan. Secara umum pelayanan pemerintah mencakup pelayanan publik (Public service) dan pelayanan sipil (Civil service) yang menghargai kesetaraan.

3. Fungsi Pemberdayaan.

Fungsi ini untuk mendukung terselenggaranya otonomi daerah, fungsi ini menuntut pemberdayaan Pemerintah Daerah dengan kewenangan yang cukup

(23)

dalam pengelolaan sumber daya daerah guna melaksanakan berbagai urusan yang didesentralisasikan. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu meningkatkan peranserta masyarakat dan swasta dalam kegiatan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan pemerintah, pusat dan daerah, diarahkan untuk meningkatkan aktifitas ekonomi masyarakat, yang pada jangka panjang dapat menunjang pendanaan Pemerintah Daerah. Dalam fungsi ini pemerintah harus memberikan ruang yang cukup bagi aktifitas mandiri masyarakat, sehingga dengan demikian partisipasi masyarakat di Daerah dapat ditingkatkan. Lebih-lebih apabila kepentingan masyarakat diperhatikan, baik dalam peraturan maupun dalam tindakan nyata pemerintah.

Banyak ahli pemerintahan yang berusaha untuk memaparkan fungsi dan peran pemerintah. Salah satunya Kaufman (dalam Laura Fricilia 2012) menyebutkan bahwa fungsi pemerintahan adalah untuk melayani dan mengatur masyarakat. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa tugas pelayanan lebih menekankan upaya mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik, sedangkan tugas mengatur lebih menekankan kekuasaan power yang melekat pada posisi jabatan birokrasi. Selain itu, pemikiran 2 tokoh, John Lock dan Montesqiue yang membahas mengenai Trias Politica, fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif dipaparkan sebagai Chief of State, Head of Government, Party Chief, Commander in Chief, Chief Diplomat, dan Chief Legislation. Pendapat lain dikemukakan oleh Rasyid ( dalam Laura Fricilia, 2012) yang memaparkan enam tugas umum pemerintah antara lain menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar, dan

(24)

menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara kekerasan, memelihara ketertiban dan menjamin agar perubahan apapun yang terjadi di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai, menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga masyarakat, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas, dan menerapkan kebijakan untuk memelihara sumber daya alam dan lingkungan.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka fungsi dan peran pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Laura Fricilia, 2012) :

1. Fungsi Regulasi

Pemerintah pusat akan memfasilitasi daerah dalam bidang regulasi melalui komunikasi yang efektif. Fungsi pemerintah dalam bidang regulasi khususnya bergerak dalam bidang kesehatan sebagai regulator pelayanan kesehatan. Contoh kasusnya adalah Badan Mutu Pelayanan Kesehatan di Propinsi Yogyakarta.

Badan ini mengoptimalkan implementasi regulasi di dinas kesehatan provinsi maupun kabupaten atau kota, sarana akuntabilitas lembaga regulator melalui strategi kemitraan dan meningkatkan keterlibatan lintas sektoral dalam pelaksanaan program kegiatan lembaga regulator. Selain itu, contoh lain daln menerapkan fungsi pemerintah dalam regulasi adalah regulasi desentralisasi kesehatan. Pemerrintah melakukan regulasi tenaga kesehatan dan lembaga kesehatan. Pada awal pelaksanaan desentralisasi, daerah yang telah memiliki kewenangan untuk mengatur sistem kesehatan kurang dapat menjalankan

(25)

fungsinya dengan baik karena sebelum desentralisasi daerah hanya menjalankan tugas dari kanmil pemerintah pusat atau provinsi. Oleh karena itu, pemerintah melaksanakan fungsi regulasinya dengan mendukung dan meregulasi peran pemerintah daerah serta memfasilitasi daerah dalam hal regulasi melalui komunikasi yang efektif.

2. Fungsi Alokasi

Fungsi Alokasi adalah fungsi pajak sebagai sumber pemasukan keuangan negara untuk kemudian dialokasikan untuk pengeluaran rutin negara. Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.

3. Fungsi Distribusi

Menurut Musgrave (Laura Fricilia, 2012) pemerintah bertanggung jawab untuk mendistribusikan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat. Hanya Negara yang bisa “memaksa” golongan masyarakat kaya untuk menyisihkan penghasilannya dengan mewajibkan mereka membayar pajak sesuai dengan kemampuannya.

4. Fungsi Stabilisasi

Fungsi stabilisasi pemerintah dilakukan dengan menggunakan kebijakan anggaran sebagai alat untuk menjaga agar tingkat tenaga kerja tetap tinggi, tingkat stabilitas harga yang pantas, pertubuhan ekonomi yang tepat, dan mempertimbangkan dampaknya bagi perdagangan dan keseimbangan pembayaran. Selain itu, contoh lain peran dan fungsi pemerintah dalam stabilisasi adalah sebagai mediator ketika terjadi konflik antara nelayan Bangkalan dan

(26)

Pasuruan. Pemerintah sebagai fasilitator dalam proses meyelesaikan konflik tersebut. Metode yang digunakan adalah persuasive secara institusional.

Pemerintah tentunya memiliki peranan penting sebagai pemegang kebijakan (regulator), penggerak (dinamisator) dan fasilitator sebagai berikut (Arifgii, 2012) :

1. Pemerintah sebagai Regulator

Peran Pemerintah sebagai Regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan- peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan). Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya diterjemahkan oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap kegiatan. Adapun kebijakan yang diarahkan yakni kebijakan dibidang permodalan guna mendukung kegiatan usaha masyarakat dan dianggarkan dari APBN/APBD dan kebijakan di bidang perizinan pendirian usaha untuk mempermudah proses perizinan menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Pemerintah sebagai Dinamisator

Peran pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakan partisipasi multi pihak tatkala stagnasi terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah). Sebagai dinamisator, pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada masyarakat. Bimbingan dan pengarahan sangat diperlukan dalam memelihara dinamika . Pemerintah melalui tim penyuluh maupun badan tertentu memberikan bimbingan maupun pelatihan kepada masyarakat.

(27)

3. Pemerintah sebagai Fasilitator

Peran pemerintah sebagai Fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan berbagai pihak dalam mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah berusaha menciptakan atau menfasilitasi suasana yang tertib, nyaman dan aman, termasuk menfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pembangunan.

a. Fasilitator di Bidang Pendampingan

Pendampingan sangat diperlukan untuk bisa mandiri dalam melanjutkan dan meningkatkan usaha. Pendampingan ini bisa diimplementasikan dengan pemberian pelatihan, pendidikan dan peningkatan keterampilan.

b. Fasilitator di Bidang Pendanaan dan Permodalan

Disamping pemberian bantuan pendampingan, juga diperlukan fasilitasi dalam bidang pendanaan maupun permodalan. Peran pemerintah dalam hal ini adalah membantu mencari jalan keluar untuk memperoleh pendanaan yang diperlukan.

B. Konsep Pemerintah Desa

Secara umum di Indonesia, desa (atau yang disebut dengan nama lain sesuai bahasa daerah setempat) dapat dikatakan sebagai suatu wilayah terkecil yang dikelola secara formal dan mandiri oleh kelompok masyarakat yang berdiam di dalamnya dengan aturanaturan yang disepakati bersama, dengan tujuan menciptakan keteraturan, kebahagiaan dan kesejahteraan bersama yang dianggap menjadi hak dan tanggungjawab bersama kelompok masyarakat tersebut. Wilayah yang ada pemerintahannya Desa/Kelurahan langsung berada di bawah Camat.

(28)

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004, megakui otonomi yang dimiliki oleh pemerintah desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan tertentu.

Sebagai perwujudan demokrasi sesuai dalam ketentuan UU No. 32 Tahun 2004 maka pemerintahan dalam tatanan pemerintah desa dibentuk Badan Pesmusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang disesuaikan dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengatur dan pengontrol dalam penyelenggaraan pemerintah desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peratuan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Mengingat unit pemerintahan desa adalah bagian integral dari pemerintahan nasional, maka pembahasan tentang tugas dan fungsi pemerintah desa tidak terlepas dari tugas dan fungsi pemerintahan nasional seperti yang telah diuraikan dalam Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 pada pasal 127 tentang tugas pokok Kepala Desa yaitu :

1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa 2. Pemberdayaan masyarakat

3. Pelayanan masyarakat

4. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

(29)

5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

Menurut Zainun (1990:3-5) terdapat empat kunci pokok tugas dan fungsi administrasi dan manajemen pemerintahan Indonesia yaitu :

1. Perumusan dan penetapan kebijakan umum, 2. Kepemimpinan,

3. Pengawasan, 4. Koordinasi.

Keempat fungsi administrasi dan manajemen ini akan diterapkan pada setiap tingkat pemerintahan yang ada dalam susunan pemerintahan negara Republik Indonesia. Berdasarkan tugas fungsi pemerintahan tersebut, berarti pemerintah desa sebagai bagian integral dari pemerintahan nasional juga menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut meskipun dalam ruang lingkup yang lebih sempit. Oleh unit pemerintahan desa seperti halnya pemerintah desa sebagai unit pemerintahan terendah mempunyai 3 fungsi pokok yaitu :

1. Pelayanan kepada masyarakat

2. Fungsi operasional atau manajemen pembangunan, 3. Fungsi ketatausahaan atau registrasi (Sawe,1996:99)

Selanjutnya menurut Beratha (1992:37) mengemukakan bahwa tugas pemerintah desa termasuk dalam menjalankan administrasi adalah :

1. Tugas bidang pemerintahan

2. Tugas bidang pelayanan Kepala masyarakat.

3. Tugas bidang ketatausahaan.

(30)

Sementara itu, menurut instruksi Mendagri Nornor 21 Tahun 1992, pada pasal (2) ditegaskan bahwa "desa mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenagaraan urusan pemerintahan umum dan urusan pemerintahan daerah dan wilayahnya.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut (pasal 2) Desa mempunyai fungsi (pasal 3), yaitu :

1. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

2. Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Melakukan usaha dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat.

4. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan Ketentraman dan ketertiban wilayah.

5. Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan kepada pemerintah.

Pelaksanaan tugas dan fungsi desa tersebut, selanjutnya dijabarkan menjadi tugas dan fungsi masing-msing unsur aparat baik Kepala Desa maupun aparatnya yang terdiri dari : Sekretaris, Kepala-Kepala Urusan, Kepala-Kepala Lingkungan.

C. Konsep Produktivitas

Defenisi-defenisi produktivitas yang telah berkembang dan dibentuk para pakar di negara-negara dan badan-badan internasional, antara lain:

(31)

Menurut Dewan Produktivitas Nasional (dalam Husien, 2002: 9) menjelaskan bahwa: Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kuaitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Pendapat yang demikian itu menunjukkan bahwa produktivitas mencakup sejumlah persoalan yang terkait dengan kegiatan manajemen dan teknis operasional.

International Labour Organization (ILO) mendefenisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas merupakan hasil integrasi 4 elemen utama, yaitu tanah (bangunan), modal, tenaga kerja, dan organisasi”.

European Productivity Agency (EPA) mendefenisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas merupakan hubungan antara keluaran yang dihasilkan dan masukan yang diolah pada satu waktu tertentu”.

Drucker mendefenisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas adalah keseimbangan antara seluruh faktor-faktor produksi yang memberikan keluaran yang lebih banyak melalui penggunaan sumber daya yang lebih sedikit”.

Everet E. Adam, James C Hersahauer dan William A. Ruch mendefenisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas adalah perubahan produk yang dihasilkan oleh sumber-sumber yang digunakan”.

(32)

Konsep produktivitas dijelaskan oleh Ravianto (1989: 18) sebagai berikut:

1. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.

2. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.

3. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.

4. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.

5. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.

Produktivitas adalah perbandingan antara jumlah barang dan jasa yang dihasilkan (ouput) dengan jumlah sumber daya yang dipakai (input) Heizer &

Render, (2004). Peningkatan produktivitas dapat terjadi jika : 1. Jumlah ouput yang tetap, namun jumlah input berkurang

(33)

2. Jumlah input maupun output bertambah, dengan kenaikan jumlah ouput lebih besar.

3. Jumlah input maupun ouput berkurang, dengan penurunan input yang lebih banyak.

Peningkatan produktivitas merupakan dambaan setiap perusahaan, produktivitas mengandung pengertian berkenaan denagan konsep ekonomis, filosofis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya.

Muchdarsyah (2003 : 12) secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja, ”produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk atau output : input.

Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.

Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efesiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang- barang”.

L. Greenberg dalam Muchdarsyah (2003 : 12) mendefenisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.

(34)

Dalam doktrin pada konferensi Oslo dalam Muchdarsyah Sinungan (2003 : 17-18) tercantum defenisi umum produktivitas semesta, yaitu:

“Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit”.

Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efesien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energy, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produkrivitas semesta/total.

Pengertian produktivitas dapat berbeda untuk tiap Negara tergantung pada potensi dan kelemahan yang ada, serta perbedaan aspirasi jangka pendek dan jangka panjang, tetapi mempunyai kesamaan pada aplikasi di bidang industry, pendidikan, jasa-jasa pelayanan dan sarana masyarakat, komunikasi dan informasi.

Produktivitas mempunyai pengertiannya lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik manajemen, yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas kehidupan.

(35)

Menurut Muchdrsyah (2003 : 56) pada umumnya ada 8 faktor-faktor produktivitas antara lain:

1. Manusia 2. Modal

3. Metode/proses

4. Lingkungan organisasi (internal) 5. Produksi

6. Lingkungan Negara (eksternal)

7. Lingkungan internasional maupun regional 8. Umpan balik.

Menurut Dewan Produktivitas Nasional (Tesis disertasi 2010) menjelaskan bahwa: “Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan”.

Pendapat yang demikian itu menunjukkan bahwa produktivitas mencakup sejumlah persoalan yang terkait dengan kegiatan manajemen dan teknis operasional.

Pengertian produktivitas mengacu pada jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan. Produktivitas sekarang ini banyak dibicarakan oleh orang banyak bias

(36)

dilhat dari berbagai sudut pandang tergantung pada siapa yang mengemukakanya dan apa tujuanya untuk memberikan gambaran tentang produktivitas berikut ini berberapa penjelasan yang berkaitan dengan produktivitas menurut ahli. Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang.

Menurut Matthias Aroef (2005) mengemukakan sebagai berikut:

“Pengertian produktivitas pada skala mikro atau ditingkat perusahaan bisa dibaca sebagai perbandingan antara keluaran dengan masukan perusahaan tersebut”.

Disini keluaran adalah semua masukan yang digunakan untuk menghasilkan, dengan demikian masukan yang dipergunakan harus dihitung dengan cermat agar tidak terjadi kekeliruan untuk produktivitas yang diperoleh.

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara keluaran dengan masukan perusahaan yang dihitung dengan cermat dan dipergunakan, dan yakin pada diri bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Kunci terhadap peningkatan produktivitas bukanlah pada input tetapi pada apa yang terjadi di tempat kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas, baik yang berhubungan dengan lingkungan usaha dan kebijakan pemerintah secara keseluruhan.

Menurut balai pengembangan produktivitas daerah, enam faktor utama yang menentukan produktivitas adalah sebagai berikut:

1. Sikap kerja.

(37)

2. Tingkat keterampilan.

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi.

4. Manajemen produktivitas.

5. Efisien.

6. Kewirausahaan, yang tercermin dalam pengambilan risiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berwirausaha.

Suatu perusahaan pasti mempunyai berbagai tujuan yang ingin dicapai, satu-satunya yaitu meningkatkan produktivitas. Maka untuk lebih menjelaskan mengenai produktivitas, alat analisis yang dikemukakan oleh Machdarsyah Sinungan (2000) adalah sebagai berikut:

1. Jumlah dan waktu.

2. Mutu.

3. Efisiensi dan efektivitas.

Produktivitas dapat dipandang sebagai suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian hasil yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana produk tersebut dilaksanakan.

Dewasa ini, produktivitas mendapat perhatian cukup besar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebenarnya produktivitas manapun bersumber

(38)

dari individu yang melakukan kegiatan. Namun individu yang dimaksudkan adalah individu sebagai pengusaha yang memiliki kualitas kerja yang memadai.

Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Apabila masukan yang digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi, tetapi semakin kecil masukan yang dapat di hemat, semakin rendah tingkat efisiensi. Pengertian efisiensi disini lebih berorientasi kepada masukan sedangkan masalah keluaran (output) kurang menjadi perhatian utama.

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian produktivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efektivitas meningkat.

Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan harapan. Disamping itu kualitas juga berkaitan dengan proses produksi yang akan berpengaruh pada kualitas hasil yang dicapai secara keseluruhan.

Produktivitas merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian produk yang maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (pengusaha) yang mencakup kuantitas, kualitas dalam satuan waktu tertentu.

Pengukuran produktivitas merupakan bagian penting dari kebijakan hasil produktivitas.

(39)

Pengukuran produktivitas memperlihatkan adanya perubahan baik tingkat produksi maupun bahan yang terjadi dalam hubungan dengan perubahan waktu.

Dengan adanya pengukuran produktivitas ditingkat perusahaan, pihak manajemen mengetahui bahwa usahanya sedang berkembang.

Pentingnya peningkatan produktivitas dapat menunjang lajunya pertumbuhan ekonomi. Apabila perekonomian tumbuh dan berkembang maka dapat menciptakan pemerataan kesempatan kerja, perluasan kesempatan baru akan menambah tingkat pendapatan masyarakat, jika pendapatan masyarakat bertambah dapat meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan produktivitas dapat berarti peningkatan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

D. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan proses berkelanjutan untuk menuju pada tahap kesejahteraan, pemahaman pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat dipandang dari berbagai sisi, namun biasanya dibatasi dengan beberapa garis besar, seperti pengembangan, perubahan dan pengorganisasian masyarakat.

Pemberdayaan memiliki makna luas dari beberapa sudut pandang. Agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.

Suharto (2009:57) memberikan pengertian tentang pemberdayaan “secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata

(40)

power (kekuasaan atau keberdayaan), karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan”.

Beberapa ahli di bawah ini mengemukakan defenisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto: 58-59):

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (ife, 1995).

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Person, et.al., 1994).

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).

Menurut Ife (Suhato, 2009:59) pemberdayaan memuat dua penertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:

(41)

1. Pemilihan-pemilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup:

kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.

2. Pendefenisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selerah dengan aspirasi dan keinginannya.

3. Ide atau gagasan: kemampuan dan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

4. Lembaga-lembaga: kemampuan atau menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.

5. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemsyarakatan.

6. Aktivitas ekonomi: kemampuan dan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Dengan demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang

(42)

bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Menurut Mafruhah (2009:104), pemberdayaan memiliki beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar mampu mengambil peran dalam pembanguna.

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantar pada tahap kemandirian.

Selanjutnya pemberdayaan masyarakat menurut Sumodiningrat (2007:107) “berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan kemandirian masyarakat”.

Kemudian Sumodiningrat (2009:7), pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan yang tersedia di lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan.

Dalam konteks ketahanan pangan, petani adalah`salah satu komponen penting yang harus diperhatikan dan diberdayakan agar dapat diperoleh hasil yang maksimal. Upaya pemberdayaan petani yang mulai terlihat dari paradigma baru program ketahanan pangan, tentunya bukanlah merupakan hal yang mudah untuk

(43)

dilakukan, akan tetapi merupakan suatu hal yang sudah selayaknya dilakukan agar program ketahanan pangan dapat berjalan dengan baik, sehingga kesejahteraan masyarakat petani khususnya dapat semakin meningkat.

Kasryno ( Ibnu Thohir, 2009) menyatakan berdasarkan hasil kajian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (PSE, 2002) menunjukan bahwa secara konseptual maupun empiris sektor pertanian layak untuk dijadikan sebagai sektor andalan ekonomi nasional, dan termasuk sebagai sektor yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani. Namun yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah kondisi sumberdaya sektor pertanian saat ini mampu menangkap peluang tersebut. Seperti diketahui sampai saat ini sektor pertanian masih menghadapi beberapa kendala dalam memanfaatkan secara optimal sumber daya pertanian sendiri seperti lemahnya sumber daya manusia, kelembagaan dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka strategi ke depan minimal dapat dilakukan peningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia masyarakat pertanian, dan pengembangan kelembagaan petani.

Secara konseptual upaya pemberdayaan petani ini paling tidak ada 6 (enam) faktor atau komponen yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Akses sumber daya (meliputi lahan, pantai dan laut, hutan)

2. Modernisasi pertanian (meliputi teknologi dan sumber daya manusia),

3. Sistem usaha pertanian (meliputi pertanian dan industri, kelembagaan usaha), 4. Pembiayaan pertanian (meliputi berbagai proyek pemerintah),

5. Pengembangan lembaga keuangan pedesaan (meliputi KUD, Bank berbasis pedesaan),

(44)

6. Investasi dan pembentukan model permberdayaan pertani.

Dengan adanya pemberdayaan petani ini akan mampu menopang tercapainya program ketahanan pangan, peningkatan pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan penduduk pedesaan.

Upaya pemberdayaan petani dan usaha kecil dipedesaan melalui berbagai program dan proyek sebenarnya bukanlah hal yang baru kali ini dilaksanakan oleh pemerintah. Program ini secara parsial telah dilaksanakan baik berupa program langsung, tidak langsung dan program khusus. Namun, pada pelaksanaan kali ini diharapkan bahwa dengan keberpihakan terhadap pemberdayaan usaha kecil di sektor pertanian, akan mendorong timbulnya saling berkesinambungan berbagai usaha (Sudaryanto (Ibnu Thohir, 2002)).

Menurut Kasryno (Bani Thohir, 2009) pembangunan pertanian haruslah dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat pedesaan secara dinamis. Dengan demikian pembangunan pertanian harus meningkatkan partisipasi aktif petani dan masyarakat pedesaaan melalui pemanfaatan secara optimal sumber daya pertanian menggunakan teknologi maju ramah lingkungan oleh sumber daya manusia petani yang profesional. Dengan strategi pembangunan pertanian yang demikianlah dapat dihilangkan adanya dualisme antara desa dan kota dalam perekonomian Indonesia.

E. Kerangka Pikir

Dari penjelasan tersebut diatas maka dalam proposal penelitian ini penulis mencoba menggambarkan atau menjelaskan kerangka pemikiran dalam bentuk skema sederhana yang bertujuan untuk mempermudah atau memperjelas terhadap

(45)

objek penelitian yang penulis akan teliti di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, berdasarkan konsep-konsep yang telah diuraikan diatas maka indikator peran pemerintah yang akan diteliti dalam meningkatkan produktivitas petani padi yaitu: (1) Sebagai regulator, (2) Sebagai fasilitator dan (3) Sebagai dinamisator. Untuk lebih jelasnya kita lihat bagan berikut ini:

Bagan kerangka pikir

Gambar 1 : Kerangka Pikir

Peran Pemerintah

dalam Meningkatkan Produktivitas Petani Padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa

Faktor Penghambat:

1. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Petani

2. Penyempitan Lahan 3. Teknologi dan Irigasi 4. Hama

Faktor Pendukung:

1. Sumber Daya Alam (SDA)

2. Hubungan Pemerintah dengan Petani Padi

Produktivitas Petani Padi Meningkat

Indikator Peran Pemerintah 1. Sebagai Regulator 2. Sebagai Dinamisator 3. Sebagai fasilitator

(46)

F. Defenisi Operasional

1. Pemerintah Sebagai Regulator adalah posisi dimana pemerintah bertindak sebagai pembuat peraturan. Sehingga peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas petani padi.

2. Pemerintah Sebagai Dinamisator adalah pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada masyarakat. Pemerintah melalui tim penyuluh maupun badan tertentu memberikan bimbingan maupun pelatihan kepada masyarakat. Dengan adanya bimbingan dan pengarahan tujuan untuk meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa dapat terlaksana.

3. Pemerintah Sebagai Fasilitator adalah posisi dimana pemerintah bertanggung jawab menyediakan atau memberikan fasilitas kepada petani padi untuk meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

4. Faktor pendukung merupakan suatu hal yang dapat membantu proses terjadinya suatu kegiatan yang berlangsung. Pemerintah untuk menjalankan perannya dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa terdapat faktor pendukung yaitu:

sumber daya alam (SDA) dan hubungan pemerintah dengan petani padi.

5. Faktor penghambat merupakan suatu hal yang dapat menjadi kendala dalam proses suatu kegiatan yang berlangsung. Selain faktor pendukung juga

(47)

terdapat beberapa faktor penghambat pemerintah untuk menjalankan perannya dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa meliputi : (1) tingkat pendidikan dan keterampilan petani, (2) penyempitan lahan, (3) teknologi dan irigasi, dan (4) hama.

6. Produktivitas Petani Padi Meningkat merupakan tujuan dan sasaran akhir dari upaya meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa dengan melibatkan keikutsertaan peran pemerintah Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian.

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama kurang lebih dua bulan dan berlokasi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Adapun alasan memilih lokasi tersebut karena melihat masyarakat di Desa Kanjilo didominasi mata pencaharian petani dan melihat produktivitas petani di Desa Kanjilo masih minim.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yakni penelitian yang berusaha menhadirkan penggambaran situasi atau fenomena-fenomena sosial secara apa adanya mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi.

2. Tipe Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan maka tipe penelitiannya adalah survey yakni penelitian lapangan untuk mengumpulkan data informasi dari responden melalui kuesioner sebagai pengumpulan data secara langsung di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen (x) yaitu peran pemerintah, sedangkan variabel dependen (y) yaitu produktivitas petani.

37

(49)

D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh pegawai di Kantor Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa dengan jumlah pegawai 11 orang serta masyarakat Desa Kanjilo Kecamata Barombong Kabupaten Gowa yang berprofesi sebagai petani berjumlah 244 jiwa.

2. Sampel

Untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data, maka peneliti memilih sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling yaitu snowball sampling dimana teknik penentuan yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tau dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitupun seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui hasil pengamatan secara langsung pada objek penelitian mengenai peran pemerintah dalam meningkatkan

(50)

produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

2. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara membagikan kuesioner (angket) kepada responden yang berisi seperangkat pertanyaan untuk dijawabnya mengenai peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas petani padi di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

3. Dokumentasi

Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen yang sudah ada. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan materi penelitian. Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan hasil laporan lain yang ada kaitannya dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis frekuensi dengan rumus:

Keterangan:

P = Persentase f = frekuensi N = Jumlah sampel 100% = Bilangan tetap

X 100 %

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Kondisi Geografis Desa a. Letak Geografis

Desa Kanjilo secara geografis berada di ketinggian antara 3 sampai 4 m dpl (diatas permukaan laut). Dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam pertahun antara 135 hari sampai dengan 160 hari, serta suhu rata-rata pertahun adalah 28º sampai dengan 29ºC.

Secara administrasi Desa Kanjilo terletak di Wilayah Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, yang merupakan Desa dari 2 Kelurahan dan 5 Desa. Wilayah Desa Kanjilo secara administrasi dibatasi oleh Wilayah Kotamadiya, Kabupaten dan Kecamatan serta Kelurahan dan Desa tetangga.

1) Demografi/Batas Desa

a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Tamannyeleng b) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Pakkabba’,

Kecamatan Galut, Kabupaten Takalar.

c) Sebelah Barat : Berbatasan Dengan Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.

d) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Lembang Parang, Kecamatan Barombong.

2) Jarak Wilayah dari:

a) Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : ± 1 km

38

(52)

b) Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : ± 8 km c) Jarak ke Ibu Kota Propensi : ± 20 km 3) Luas Wilayah Desa dalam Tata Guna Lahan

Luas wilayah Desa Kanjilo 4,8 Km2 terdiri dari:

a) Sawah : 3.001.025 m2 b) Permukiman : 1.798.975 m2 b. Administrasi Desa

Wilayah Desa Kanjilo terdiri dari 6 (enam) dusun yaitu:

1) Wilayah Dusun Kanjilo terdiri dari 2 Rukun Warga (RW/RK) dan 4 Rukun Tetengga (RT)

2) Wilayah Dusun Tangngalla’ terdiri dari 4 Rukun Warga (RW/RK) dan 8 Rukun Tetangga (RT)

3) Wilayah Dusun Bontomanai’ terdiri dari 2 Rukun Warga (RW/RK) dan 4 Rukun Tetangga (RT)

4) Wilayah Dusun Camba terdiri dari 2 Rukun Warga (RW/RK) dan 4 Rukun Tetangga (RT)

5) Wilayah Dusun Cilallang terdiri dari 1 Rukun Warga (RW/RK) dan 3 Rukun Tetangga (RT)

6) Wilayah Dusun Bilaji terdiri dari 2 Rukun Warga (RW/RK) dan 4 Rukun Tetangga (RT)

c. Kondisi dan Ciri Wilayah

Wilayah Desa Kanjilo secara umum mempunyai lokasi geologis berupa daerah daratan rendah dengan hamparan persawahan dan permukiman yang cukup

(53)

luas, tektur tanah dan bebatuan Desa Kanjilo yaitu Alluvium (Qac) berupa pasir, lempung dan batu gamping kora’, sehingga Desa Kanjilo juga merupakan daerah tambang pasir. Desa Kanjilo yang dibatasi oleh sungai kecil di daerah sebelah utara perbatasan antara Dusun Kanjilo dan Desa Tamannyeleng yang merupakan daerah tambang pasir namun kualitas pasirnya kurang bagus namun masyarakat masih tetap menambang walaupun kondisi tempat sangat dikhawatirkan akan runtuhnya tanah permukiman yang ada disekitarnya karena jenis tanah sangat gembur.

Desa Kanjilo secara umum kondisi tanahnya gembur dan subur semua jenis tanaman bias tumbuh baik berupa tanaman padi, palawija maupun tanaman jangka panjang.

d. Iklim dan Curah Hujan

Kegiatan-kegiatan dalam daur kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh siklus musim, seperti musim tanam menjelang musim hujan, musim panen setelah padi menguning, musim paceklik bila musim kemarau terlampau panjang. Juga kegiatan atau peristiwa social seringkali berkaitan dengan peristiwa-peristiwa musim itu, seperti pesta adat dan perkawinan setelah panen berhasil, merantau atau imigrasi ke kota ketika musim paceklik.

Dengan mengenali dan mengkaji pola-pola musim ini akan terlihat pola kehidupan masyarakat yang merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan program.

Melalui diskusi kelompok masyarakat yang dilakukan di tiap-tiap Dusun di Desa Kanjilo, maka muncul informasi sebagai berikut:

(54)

1) klim dan Ketersediaan Air

Musim hujan berawal pada bulan Novenber dan berakhir pada bulan April, sedangkan musim kemarau mulai bulan Mei sampai Oktober. Pada bulan September sampai November suplai air menurun, banyak sawah yang kekeringan dan tidak bisa ditanami.

2) Pola Tanaman/Panen

a) Padi mulai ditanami pertama pada bulan Januari dan panen pada awal bulan April.

b) Padi mulai tanam kedua pada bulan pertengahan April dan panen pada akhir bulan Juli, hanya sebagian sawah tidak dapat ditanami karena sawah tadah hujan.

c) Palawija mulai ditanam bulan akhir Juni dan panen pada bulan Oktober.

2. Sejarah Desa Kanjilo

Sejak dahulu Kanjilo adalah sebuah pemukiman yang penduduknya adalah masyarakat pribumi, Desa Kanjilo terdiri dari 6 Dusun yaitu Dusun Kanjilo, Dusun Bontomanai’, Dusun Cilallang, Dusun Camba, Dusun Bilaji, dan Dusun Tangngalla.

a. Tahun 1905:

Desa Kanjilo diberi nama oleh Raja Gowa, pada saat itu Raja Gowa datang berkunjung ke kampung Taipa (sebuah kampung yang banyak tanaman mangga) dan kampung itu ditinggali oleh seorang kepala kampung yang bernama Dongke’ daeng Ropu (Karengta katingting Lolo). Pada saat itu Raja Gowa makan ikan kanjilo di kampung itu, karena di kampung tersebut banyak

(55)

rawa-rawa yang dinamai “Rungga Lompoa” tempat hidupnya ikan kanjilo.

Raja Gowa bertanya kepada masyarakat kampung Taipa “ikan apa yang dimakan tadi?”, dan masyarakat menjawabnya “ikan Kanjilo Karaeng”, sejak saat itu Raja memberi nama Kampung Taipa dengan nama Kampung Kanjilo.

b. Tahun 1905-1945:

Di perintah oleh seorang anrong guru yang bernama Jalani Dg Bali’ pada saat itu belum ada pembangunan desa, tapi sudah ada mesjid dan sekolah SR.

c. Tahun 1945-1950:

Masih diperintah oleh anrong guru yang bernama Marsuki Dg laja, sudah ada pembuatan jalan dari Bontomanai ke Tangngalla, sudah bercocok tanam tapi masih satu kali tanam dalam setahun, sudah dibangun sekolah di Bontomanai’

sehingga masyarakat di sana tidak jauh lagi bersekolah.

d. Tahun 1950-1951:

Diperintah oleh anrong guru Sonna Dg sese, saluran air sudah berfungsi sehingga masyarakat Kanjilo sudah mulai ada peningkatan penghasilan karena hasil pertanian sudah meningkat walaupun masih satu kali panen dalam setahun.

e. Tahun 1951-1957:

Kembali diperintah oleh anrong guru Marsuki Dg Laja, pada waktu itu kehidupan masyarakat semakin membaik karena irigasi atau saluran air semakin ditingkatkan sehingga hasil pertanian semakin meningkat.

Gambar

Tabel 2 Data Penduduk Desa Kanjilo Kecamatan Barombong .................... 49 Tabel 3 Data Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Rumah Desa
Gambar 2 Struktur Pemerintahan Desa Kanjilo Kecamatan Barombong
Gambar 1 : Kerangka Pikir
Tabel 1   Jumlah  Kepala  Keluarga  Menurut  Mata  Pencaharian  Desa  Kanjilo  Kecamatan Barombong Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

dihilangkan (stasiun BAKO dianggap tidak bergerak) 54 Gambar 3.13 Model aktivitas sesar Cimandiri setelah pergerakan sunda block. dihilangkan (dengan menggunakan Euler Pole)

Sehingga dari hasil tersebut kita dapat simpulkan bahwa H 3 : persepsi kenyamanan (perceived enjoyment (PE)) berpengaruh positif terhadap sikap pengguna (attitude

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan kelompok petani peternak di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang yang meliputi peran

Ibu rumah tangga yang menjawab sesuai tidak ada karena pemanfaatan lahan pekarangan yang ada di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa penduduk memanfaatkan

Menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga memanfaatkan lahan pekaranganya dengan menanami berbagai jenis tanaman sayuran, jenis tanaman paling banyak dibudidayakan adalah

Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang

Name Address Number of Shares in Previous Month Percent of Shares in Previous Month Number of Shares in Current Month Percent of Shares in Current Month Controlle r PT Indika Energy

Dengan memahami pendekatan sistem model CLD maka dapat terlihat lebih jelas bahwa strategi dan upaya untuk masalah penerimaan kuantitas mahasiswa baru bagi perguruan tinggi