• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA KANJILO KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA MUH IQBAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA KANJILO KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA MUH IQBAL"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA KANJILO

KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA

MUH IQBAL 105960118312

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(2)

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA KANJILO

KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA

MUH IQBAL 105960118312

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Nama : Muh Iqbal

Nomor Stambuk : 105960118312

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Amruddin, S.Pt,M.Si. Khaeriyah Darwis, S.P,M.Si.

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi

Ir H Saleh Molla.M.M. Amruddin .S.Pt,M.Si.

(4)

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Skripsi : Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Nama : Muh Iqbal

Nomor Stambuk : 105960118312

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Amruddin, S.Pt.M,Si Ketua Sidang

2. Khaeriyah Darwis, S.P.M.Si Sekretaris

3. Prof Dr Syafiuddin,M.Si Anggota

4. Syatir,S.P.M.Si Anggota

Tanggal Lulus : ...

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, Maret 2016 Muh Iqbal

105960118312

(6)

ABSTRAK

MUH IQBAL.105960118312. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga, di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh AMRUDDIN dan KHAERIYAH DARWIS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan lahan pekarangan selama ini, dan bagaimana cara penduduk dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

Pengambilan populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang mempunyai lahan pekarangan di Desa Kanjilo tersebut berjumlah 202 orang, sampel dalam penenlitian ini dilakukan secara simpel random sampling dengan mengambil sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi, sehingga diperoleh 30 responden sebagai sampel dalam penelitian ini. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan analisis scoring.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan di

Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, masuk dalam kategori

baik dengan range 66,7 dan interval 33,3, sehingga memiliki peluang untuk terus

dipelihara dan dipertahankan dengan menggunakan pemanfaatan lahan

pekarangan dalam upaya pemenuhan kebutuhan keluarga.Teknik yang digunakan

dalam pemanfaatan lahan pekarangan sangat mudah, media tanam dan bahan

tanam yang mudah didapatkan. Dimanfaatkan lahan pekarangan dengan berbagai

jenis tanaman sayuran, toga, dan rempah yang dapat memenuhi kebutuhan

keluarga dalam sehari-hari dan mendatangkan keuntungan secara finansial bagi

penduduk Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamban-Nya.Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyussunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat:

1.Amruddin S.Pt.M.Si, selaku pembimbing I dan Khaeriyah Darwis,S.P .M.Si, selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,sehingga skripsi dapat di selesaikan.

2.Bapak Ir.Saleh Molla,M,M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3.Bapak Amruddin, S.Pt.M.Si selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

4.Kedua orang tua ayahanda Muh Jufri dan ibunda Ernawati, dan adik-adikku tercinta, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5.Seluruh dosen jurusan agribisnis difakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6.Kepada pihak pemerintah Kecamatan Barombong khususnya Kepala Desa Kanjilo beserta jajaranya yang telah mengisinkan penulis untuk melakukan penelitian didaerah tersebut.

7.Semua pihak yang telah membantu penyunan skripsi ini dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya, Amin.

Makassar, Maret 2016

Muh Iqbal

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I.PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Lahan dan penggunaan lahan ... 8

2.2 klasifikasi areal lahan pekarangan ... 11

2.3 Pertumbuhan ekonomi pedesaan ... 12

2.4 Pemanfaatan pekarangan rumah ... 14

2.5 Partisipasi IRT dalam pemanfaatan lahan pekarangan ... 15

(10)

2.6 Manfaat dari pemanfaatan lahan pekarangan ... 17

27 Kerangka Pemikiran ... 23

III.METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2 Populasi dan Penentuan Sampel ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4 Sumber Data ... 26

3.5 Teknik Analisis Data ... 27

3.6 Defenisi Operasional ... 30

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 32

4.1 Kondidi geografis ... 32

4.2 Kondisi demografis ... 33

4.3 Keadaan penduduk ... 33

4.3.1 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 33

4.3.2 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur ... 34

4.3.3 Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan ... 36

4.3.4 Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 37

4.4 Kondisi pertanian ... 39

4.5 Sarana dan prasarana ... 40

V.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

5.1 Identitas responden ... 42

5.1.1 Tingkat umur responden ... 42

5.1.2 Tingkat pendidikan responden ... 44

5.1.3 Jumlah tanggungan keluarga responden ... 45

(11)

5.1.4 Pengalaman berusahatani lahan pekarangan ... 46

5.1.5 Luas lahan pekarangan ... 48

5.2 Analisis pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga ... 50

5.3 Hasil analisis pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga ... 57

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1 Kesimpulan ... 75

6.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... vi LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

halaman

1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 33

2. Jumlah penduduk menurut golongan umur ... 34

3. Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan ... 35

4. Jumlah kepala keluarga menurut mata pencaharian ... 37

5. Sebaran responden berdasarkan berdasarkan tingkat umur ... 43

6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 44

7. Sebaran responden berdasarkan tanggungan keluarga ... 46

8. Sebaran responden berdasarkan pengalaman dalam memanfatkan lahan pekarangan ... 47

9. Sebaran responden berdasarkan jumlah luas lahan pekarangan ... 48

10. Sebaran responden berdasarkan hasil panen jenis tanaman ... 51

11. Sebaran responden berdasarkan hasil penerimaan keuntungan hasil panen ... 56

12. Persepsi responden terhadap pemanfaatan lahan pekarangan ... 58

13. Persepsi responden berdasarkan jawaban sesuai ... 59

14. Persepsi responden berdasarkan jawaban netral ... 64

15. Persepsi responden berdasarkan jawaban tidak sesuai ... 68

16. Alternatif hasil jawaban responden ... 71

17. Hasil akhir berdasarkan analisis scoring ... 72

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Teks

Halaman

1. Koesioner pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong

Kabupaten Gowa ... 76

2. Sebaran responden pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupatan Gowa ... 81

3. Sebaran responden berdasarkan modal dan jenis tanaman di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ... 82

4. Sebaran responden berdasarkan jenis tanaman yang dimanfaatkan ... 83

5. Hasil pemberian kriterian dan scor dari tiap responden ... 85

6. Cara mengolah data berdasarkan analisis scoring ... 86

7. Dokumentasi hasil penelitian pemanfaatan lahan pekarangan ... 88

8. Peta lokasi penelitian ... 92

9. Surat izin penelitian ... 93

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kondisi umum lahan di Indonesia semakin kritis khususnya lahan pertanian. Lahan pertanian yang tadinya gembur subur dan kaya akan unsur-unsur hara menjadi keras dan tandus, bahkan Indonesia tercatat dalam 10 besar Negara yang miskin hara. Ironis sebuah negara agraris (pertanian) yang ternyata sebagian besar lahannya dalam kondisi kritis.

Keras dan tandusnya lahan pertanian di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor yang utamanya adalah penumpukan bahan-bahan kimia sisa penggunaan pupuk dan pestisida kimia (an-organik) sebelumnya yang tidak larut dan terikat selama bertahun-tahun. Bahkan menurut penelitian terbaru, meskipun penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan hasil panen secara signifikan, namun hasil tersebut hanya bersifat temporer (sementara), sedangkan penggunaan pupuk kimia secara membabi buta dandalam jangka panjang bukan saja mengeksploitasi unsur hara yang terdapat pada tanah namun juga mengakibatkan lahan menjadi keras dan menurun tingkat kesuburannya, hingga berujung menjadi padang pasir yang gersang, juga mengurangi kualitas air tanah, serta membahayakan kesehatan makhluk hidup lainnya termasuk manusia dan pelaku pertanian itu sendiri.

Itulah kondisi yang tengah dialami oleh lahan pertanian kita, dan secara nyata hasil pertanian pun mengalami penurunan dari segi jumlah dan kualitas.

Sementara usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan memberikan pupuk

(15)

kimia pada tanah yang keras tidak dapat diserap oleh tanaman secara optimal (Keraf, 2010).

Tindak lanjut dari kekhawatiran tersebut kemudian terwujud dengan terjunnya para pakar dan ilmuwan sosial dan pembangunan dibidang pertanian terjun ke masyarakat Desa untuk mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya kelestarian dan keberlanjutan pembangunan pertanian. Kelestarian yang dimaksud adalah suatu aktivitas yang tujuannya untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan secara wajar. Wajar dalam arti kemajuan yang dicapai tidak merusak lingkungan. Dengan demikian pembangunan pertanian yang dicita- citakan adalah aktivitas pertanian yang senantiasa menjaga keselarasan dengan alam sekitar dan dalam perspektif kemanusiaan adalah pembangunan yang berhasil melestarikan fungsi pertanian sebagai sumber penghidupan bagi segenap lapisan masyarakat tanpa mengenal adanya strata sosial .

Pembangunan pertanian yang selaras dengan lingkungan tercermin pada

rumah tangga petani. Aktivitas pertanian, termasuk dalam hal ini adalah

pemanfaatan lahan pekarangan dianggapnya sebagai upaya mereka untuk

senantiasa menjaga kelestarian lingkungan dan salah satu solusi terjadinya alih

fungsi lahan. Lahan yang ada disekitar pemukiman dimanfaatkan untuk

menghasilkan kebutuhan rumah tangga, tanpa harus bergantung pada komoditi

yang dijual pada pasar. Disinilah pentingnya tulisan ini, bahwa ternyata ditengah

kemajuan dan gempuran modernisasi berserta variabel pengikutnya, masih ada

masyarakat yang senantiasa berpikir dan bertindak untuk senantiasa menjaga

keseimbangan lingkungan.

(16)

Peningkatan jumlah penduduk menuntut penyediaan bahan pangan yang cukup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan mulai dari rumah tangga.

Salah satu upaya memenuhi kebutuhan pangan dirumah tangga dapat memanfaatkan pekarangan.

Pekarangan adalah taman rumah tradisional yang bersifat pribadi, yang merupakan sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang erat antara manusia, tanaman, dan hewan. Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi- umbian, sayuran, buah-buahan, bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat:

memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Pemanfaatan pekarangan dapat memiliki manfaat : (1) Kemandirian pangan rumah tangga pada suatu kawasan, (2) Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal, (3) Konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk perkebunan, hortikultura untuk masa yang akan datang, (4) Kesejahteraan petani dan masyarakat yang memanfaatkan Kawasan Rumah Pangan Lestari, (5) Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan bibit terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk ternak, unggas, ikan dan lainnya, (6) Antisipasi dampak perubahan iklim.

Berbagai program untuk mendukung ketahanan pangan telah banyak

diluncurkan. Beberapa dekade lalu sudah pernah diimplementasikan oleh

(17)

pemerintah melalui program PKK dan Dasa Wisma, namun sempat ditinggalkan.

kemudian berlanjut ke program ketahanan pangan dan gizi terpadu, melalui program Plan International Indonesia. Sekarang mulai dicanangkan lagi pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketersediaan pangan dan gizi ditingkat rumah tangga.

Gerakan nasional kawasan rumah pangan lestari (KRPL) telah dilounching Presiden tanggal 13 Januari 2012 di Pacitan Jawa Timur untuk direplikasikan ditiap provinsi. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut.

“Model kawasan rumah pangan lestari” (M-KRPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Ketiga program tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk meningkatkan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan meningkatkan pola pangan harapan (PPH). Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL) terdapat komponen diversifikasi Pangan untuk penganekaragaman konsumsi pangan dari bahan baku pangan lokal non beras untuk peningkatan gizi keluarga.

Program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP), gerakan perempuan untuk optimalisasi pekarangan (GPOP) dan model kawasan rumah pangan lestari (M-KRPL) punya tujuan sama yaitu menggerakan perempuan dan optimalisasi pekarangan.

Pemberdayaan pekarangan untuk menyediakan kebutuhan pangan dan gizi

keluarga untuk ditanami cabai keriting, cabai rawit, aneka sayuran, tanaman obat

dan tanaman hias, selebihnya dapat dijual untuk pendapatan keluarga. Model

(18)

kawasan rumah pangan lestari (M-KRPL) dalam pelaksanaannya perlu didukung oleh instansi terkait, perangkat Desa dan elemen masyarakat.

Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian, dan khusus Provinsi Kalimantan Barat mempunyai potensi lahan pekarangan sekitar 10 ribu ha. Luasan tersebut belum termanfaatkan lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi khususnya komoditas pangan.

Program pemanfaatan lahan pekarangan untuk memperkuat ketahanan pangan mencapai 500 ribu ha yang akan diluncurkan oleh pemerintah pusat.

Pemanfaatan lahan pekarangan ini difokuskan pada tanaman yang menjadi kebutuhan sehari-hari meliputi umbi-umbian, tanaman toga, produk hortikultura seperti sayuran, cabai, tomat, dan perternakan/perikanan, sekaligus untuk diversifikasi produk pangan masyarakat.

Selama ini masyarakat pedesaan khususnya masayarkat di Desa Kanjilo, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga belum dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan perkembangnnya hingga sekarang masih dijumpai berbagai pergeseran. (Keraf,2010).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diurai sebelumnya, maka dapat

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

(19)

1. Bagaimana penggunaan lahan pekarangan penduduk selama ini di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana cara penduduk dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui penggunaan lahan pekarangan penduduk selama ini di Desa Kanjilo Kecamtan Barombong Kabupaten Gowa.

2. Mengetahui cara penduduk dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Secara teoritis akademis, penelitian ini berguna sebagai syarat dalam menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammsadiyah Makassar

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

petani yang mengusahakan lahan pekarangan pada khususnya

pemanfaatan lahan pekarangan dalam rangka memenuhi kebutuhan

keluarga.

(20)

II .TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan

Lahan merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukunganya, terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 2002).

Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik dimasa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. Penggunaan yang optimal memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam penggunaan lahan sesuai dengan karakteristik dan kualitas lahannya, bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan secara lestari dan berkesinambungan.

Menurut Jayadinata (2001) lahan merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga untuk dapat diusahakan.

Pada peta tanah atau peta sumber daya lahan, hal tersebut dinyatakan dalam

satuan peta yang dibedakan berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya terdiri atas

iklim, termasuk litologi, topografi/relief, tanah /atau hidrologi. Pemisahan satuan

(21)

lahan/tanah sangat penting untuk keperluan analisis dan interpretasi potensi atau kesesuaian lahan bagi suatu tipe penggunaan lahan.

Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan . Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lain didalam pengertian kualitas lahan. dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).

Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi kehidupan manusia (Christian dan Stewart, 2007). Secara lebih rinci, istilah lahan dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah dipermukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia dimasa lalu dan sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan dimasa mendatang (Brinkman dan Smyth, 2001 dan FAO, 2002).

Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas komponen

struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan komponen fungsional

yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya

merupakan sekelompok unsur-unsur lahan yang menentukan tingkat

kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 2011).

(22)

Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sys (2009) mengemukakan enam kelompok besar sumberdaya lahan yang paling penting bagi pertanian, yaitu iklim, relief dan formasi geologis, tanah, air, vegetasi, dan anasir artifisial (buatan).

Konteks pendekatan sistem untuk memecahkan permasalahan-permasalahan lahan, setiap komponen lahan atau sumberdaya lahan tersebut diatas dapat dipandang sebagai suatu subsistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem lahan. Selanjutnya setiap subsistem ini tersusun atas banyak bagian-bagiannya atau karakteristi--karakteristiknya yang bersifat dinamis (Soemarno, 2010).

Penggunaan lahan menurut Arsyad (2003:207) penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil Sedangkan pengertian penggunaan lahan yang dikemukakan oleh Vink dalam Sitorus (2004:176) yaitu setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan baik yang sifatnya tetap atau permanen ataupun merupakan daur yang bertujuan memenuhi kebutuhan material maupun spiritual ataupun keduanya.

Menurut Arsyad (2003:2007) “Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke

dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan

lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat berupa

permukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan lain-lain.

(23)

Melihat pengertian penggunaan lahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan sangat berhubungan erat dengan budaya dan kegiatan manusia terhadap sumber daya lahan. Sebagai hasil dari budaya manusia maka penggunaan lahan sifatnya dinamis sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dan budayanya.

2.2 Klasifikasi Area lahan Pekarangan

Secara garis besar area atau daerah taman pekarangan pada umumnya dapat dibagi menjadi:

1. Daerah umum (public area). Taman yang kita buat dimaksudkan pada area ini selain dilihat dan dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat didepan atau disekitar rumah kita.

2. Daerah kesibukan (service area). Taman yag kita buat pada area ini adalah

untuk kesibukan penghuni rumah, misalnya tempat mencuci pakaian,

mencuci piring atau lainnya. Pada area ini pun dapat ditanam tanaman

bumbu-bumbuan, sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-

obatan. Begitu pula tempat anak-anak bermain. Biasanya daerah ini

diletakkan dekat dapur, dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu

pada saat sedang memasak mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan

waktu yang lama, jadi masakannya tidak menjadi hangus. Begitupula

tempat anak-anak bermain diletakkan didaerah ini, dengan maksud ibu

atau pembantu rumah tangga atau penghuni rumah yang lainnya sambil

bekerja, setiap saat dapat mengawasi anak-anak yang sedang bermain.

(24)

apalagi tiba-tiba ada anggota keluarga memerlukan tanaman obat-obatan, terutama pada malam hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.

1. Daerah pribadi (private area). Daerah ini kita buat taman yang khusus untuk pribadi, misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinya tempat “bertukang”, melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat dapat diamati. Daerah pribadi ini biasanya disediakan disamping rumah.

2. Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga berkumpul, camping dan lainnya. Jangan lupa memikirkan tempat anak- anak dikala remaja bersantai. Taman untuk keluarga ini diberi tempat yang strategis dipekarangan bila pekarangannya luas (Irwan, 2008).

2.3 Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan

Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik fisik/geografis pola kegiatan usaha pertanian pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa dan karakteristik kawasan pemukiman (Anonim 2014).

Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah disuatu Negara,

meliputi wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang

berkembang memicu kesenjangan sosial antar wilayah. Salah satu faktor terjadi

(25)

cenderung bias kota Sebagai dampak pemberlakuan model pembangunan yang bias perkotaan, sektor pertanian yang identik dengan ekonomi pedesaan mengalami kemerosotan.

Dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri dan jasa yang identik dengan ekonomi perkotaan sektor pertanian menjadi semakin tertinggal. Untuk mengatasi hal tersebut, setiap negara mencoba melakukan tindakan intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah dengan melakukan pembangunan pedesaan.

Faktor-faktor kemiskinan yang terjadi dimasyarakat pedesaan cenderung lebih bersifat struktural dibandingkan bersifat kultural. Dalam kasus ini, masyarakat pedesaan diidentikkan dengan perilaku dan sikap yang dianggap tradisional dihadapkan dengan sikap dan perilaku orang kota yang maju dan modern. Terjadinya keterbelakangan sosial masyarakat Desa dalam pembangunan karena sulitnya masyarakat Desa menerima budaya modernisasi, sulit untuk menerima teknologi baru, malas, dan tidak mempunyai motivasi yang kuat, merasa cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan pokok yang paling dasar, dan budaya berbagi kemiskinan bersama.

Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat

pondasi perekonimian Negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan

pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah, sebagai solusi bagi

perubahan sosial, Desa sebagai basis perubahan. Dalam realisasinya,

pembangunan pedesaan memungkinkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi

digerakkan ke pedesaan sehingga Desa menjadi tempat yang menarik sebagai

(26)

tempat tinggal dan mencari penghidupan. Infrastruktur Desa, seperti irigasi, sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan dan sarana- sarana lain yang dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga memungkinkan Desa maju dan berkembang ( Anonim, 2014 ).

2.4 Pemanfaatan Pekarangan Rumah Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Hidup sehat merupakan dambaan bagi setiap individu, sebab hanya dalam kondisi sehat orang bisa berfikir cemerlang dan tentu saja akan lebih produktif.

Pada sebagian kalangan masyarakat berkembang opini yang sudah cukup mendalam bahwa, untuk bisa hidup sehat pasti diperlukan biaya yang tidak sedikit karena tubuh memerlukan berbagai macam asupan gizi, baik yang diperoleh dari produk/makanan impor maupun makanan-makanan yang telah siap saji.

Namun tidak demikian halnya bagi orang yang mau berbuat, tahu bagaimana cara berbuat dan bagaimana berusaha memanfaatkan apa yang dimiliki, tentunya opini tersebut dapat dipatahkan. Kunci murah dan mudah untuk dapat hidup sehat sangatlah sederhana jika setiap orang mau meluangkan waktu untuk melakukan pengelolaan dalam pekarangan rumah.

Jika dikelola dengan baik pekarangan rumah dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti : sumber pangan dan juga sebagai sumber pendapatan.

Pemanfaatan lahan pekarangan baik didaerah pedesaan maupun perkotaan bisa

mendukung ketahanan pangan rumah tangga dengan memberdayakan potensi

disekitar lingkungan tempat tingal kita masing-masing. (Hidayat. D, 2013)

(27)

Usaha dipekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi ke butuhan komsumsi rumah tangga,juga dapat memberikan sumbangan pendapatan keluarga antara 7% sampai dengan 45%, fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan:

1.Bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya 2.Sayur dan buah buahan

3.Rempah,bumbu-bumbu dan wangi-wangian 4.Obat keluarga

2.5 Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk menanam tanaman guna memenuhi kebutuhan sehari-hari puluhan bahkan ratusan ibu rumah tangga mulai tertarik untuk memanfaatkan lahan pekarangan mereka. ini sebagai bentuk keberlanjutan dari program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) berbasis sumber daya lokal tahun 2010. Pada 2013 program itu antara lain diimplementasikan melalui kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalaui konsep, kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). (Masnun,2013).

Faktor pendukung dari program ini adalah adanya partisipasi dari ibu-ibu

rumah tangga dalam pemanfaatan pekarangan rumah juga bantuan dari teman-

teman satu kelompok. Selain itu, ketersediaan lahan juga merupakan faktor yang

sangat mendukung akan keberhasilan program ini. (KKN P177,2016).

(28)

Ketika harga pangan merangkak naik, maka masyarakat pun mengeluh . Terutama ibu rumah tangga, selaku pemegang cash rumah tangga. Mereka merasakan betul bagaimana dampak kenaikan harga pangan terhadap pola alokasi belanja harian. Ketika inflasi naik, maka harga sayuran, beras dan daging juga naik. Apalagi kenaikan harga sayuran ini berkontribusi besar terhadap kenaikan- indeks harga umum.

Dampak kenaikan harga itu makin dirasakan oleh ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan, atau ibu-ibu yang berasal dari keluarga miskin. Biarpun kenyataannya, secara umum orang-orang merasakan dampak kenaikan harga itu. Agaknya kondisi ini tidaklah bakal bertambah parah, apabila ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan pekarangan rumah guna memenuhi kebutuhan terhadap sumber karbohidrat, protein dan vitamin di Indonesia (Diyon,2015).

Gerakan ini sebetulnya sudah dilakukan sejak zaman Belanda dulu. Jika perkarangan terbatas, bisa dibuatkan kandang ayam. Maka ayam beserta telurnya dapat dijadikan sebagai sumber penjangga untuk memenuhi protein keluarga. Begitu juga pada setumpak tanah, biasanya ditanam sayur-sayuran, seperti kangkung, singkong, bayam, terong, cabai dan sejenisnya.

Gerakan ini ditujukan untuk memudahkan ibu-ibu agar bisa meniadakan

berbelanja. Petik pagi, siang dimasak untuk memenuhi asupan gizi rumah

tangga. Program ini jelas masih relevan untuk ditiru dan dilanjutkan secara lebih

fokus di daerah kita. Apalagi saat ini, di Negara-negara yang kekurangan lahan di

perkotaan, sistem penanaman memanfaatkan pekarangan hidroponik bisa menjadi

(29)

salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein dan vitamin rumah tangga.

Bahkan sejumlah kajian berhasil mengungkapkan bahwa keluarga miskin sekalipun dapat bertahan bila bisa mengoptimalkan penggunaan lahan pekarangan. Apalagi dengan ketersediaan lahan pekarangan, kaum ibu dapat bekerja disela-sela waktu tersisa untuk menanam sayuran. sebagai sumber tambahan alokasi tenaga kerja rumah tangga untuk mengatasi masalah tambahan keperluan rumah tangga. Program-program sederhana tersebut, sebenarnya dapat dikelola dan diterapkan di Kota atau Kabupaten. Khususnya bagi rumah tangga berlahan sempit dan punya pekarangan terbatas (Diyon, 2015).

2.6 Manfaat dari Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Sistem pekarangan pedesaan dengan ciri-ciri khas tersebut mempunyai manfaat yang bermacam-macam dalam hal kegunaan dapat dikatakan serbaguna/berfungsi ganda pada pemiliknya. Pekarangan merupakan bagian dari rumah, maka tidaklah mengherankan apabila pekarangan erat hubungannya dengan peri kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan masyarakat yang masih tradisional dipedesaan umumnya, sistem pekarangan selain sebagai usaha, juga dipandang sebagai upaya manusia menyatukan diri dengan alam guna menjaga keserasian hubungan dengan lingkungan (Wahab, 2004).

Pekarangan pedesaan memiliki beberapa manfaat (Tandjung, 2006), yaitu :

1 .Sebagai warung hidup atau lumbung hidup

(30)

Tanaman pangan merupakan bagian terbesar yang diusahakan dalam sistem pekarangan. Demikian pula tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan, misalnya ubi jalar, ubi kayu, talas, (umbi-umbian), kacang tanah, kacang panjang, kacang hijau, (kacang-kacangan), bayam, kangkung, sawi, cabai, , tomat, cabe, pepaya, pisang, terong, alpokat, jambu, nanas, dan lain-lain.

2. Sebagai apotik hidup atau apotik hijau

Dimana tanaman yang ditanam dipekarangan dapat digunakan sebagai obat- obatan. Sebagaimana obat-obatan moderen yang banyak dipakai untuk mengobati penyakit, demikian pula obat-obatan tradisional, juga banyak dipakai dan digalakkan, baik untuk keluhan ringan atau serangan yang mendadak, atau dipakai oleh orang yang sugesti pada obat-obatan tradisional, atau anti terhadap obat-obatan kimiawi. Tanaman obat-obatan, misalnya kunyit, jahe, lempuyang, laos, jeruk nipis, kumis kucing, temu ireng, temu lawak, kencur, lidah buaya, cocor bebek, dan lain-lain.

3.Sebagai sumber bahan industri rumah;

Misalnya pandan, bisa ditanam sebagai pagar hidup, kemudian daunnya

dimanfaatkan untuk tikar, bakul, hiasan-hiasan, dan lain-lain. demikian pula

bambu selain untuk bahan dinding rumah, juga dapat dibuat bakul dan alat-alat

rumah tangga lainnya. Tanaman kelapa dapat dibuat untuk bermacam-macam

keperluan, dari akar, batang, daun, dan buahnya.

(31)

Pemanfaatan lahan didasarkan pada beberapa aspek antara lain :

1. Ketersediaan lahan yang semakin sempit. Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam hal ketersediaan sumberdaya lahan yang semakin terbatas akibat konversi lahan dari pertanian ke non pertanian. Berkurangnya lahan pertanian karena konversi akan bersifat permanen terhadap turunnya produksi.

2. Semakin terbatasnya sumber air. Air merupakan sumberdaya yang utama dalam proses produksi pertanian. Ketersediaan air yang menurun menyebabkan upaya pertanian menjadi tidak optimal, baik untuk pemanfaatan lahan maupun untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.

3. Harga sarana produksi pertanian (saprotan) semakin mahal dan langka.

4. Terganggunya keseimbangan ekosistem akibat penerapan sistem pertanian monokultur, sehingga dapat memacu terjadinya ledakan (outbreak) serangan OPT.

Secara konseptual, pemanfaatan lahan pekarangan dapat memberikan berbagai keuntungan yang berupa :

1. Meningkatkan penghasilan, karena dapat menghasilkan bahan pangan atau bahan obat-obatan bahkan ternak untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka hidup sehat, murah dan mudah.

2. Menciptakan lingkungan yanag nyaman, sehat dan indah, sangat mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, karena pemanfaatan pekarangan merupakan pelestarian ekosistem yang sangat baik.

3. Tempat menyalurkan segala kreatifitas dan kesenangan ataupun hobi semua

anggota keluarga.

(32)

Pemanfaatan pekarangan dilakukan dengan berbagai tujuan dan pola atau bentuk. Adapun langkah-langkah pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Persiapan Media Tanam

Persiapan media dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Namun rumah tangga yang memiliki lahan sempit dapat memanfaatkan media tanam alternative yang berupa pot dan vertikultur

2. Pemilihan Jenis Tanaman

Pemilihan jenis tanaman berdasarkan keperluan rumah tangga baik untuk obat atau kesehatan (kunyit, jahe, temulawak, mengkudu) dan keperluan dapur (cabe, tomat, sereh, sayuran,) serta pelengkap gizi keluarga (pepaya , pisang , jeruk dan lain-lain). Upayakan menanam beragam jenis tanaman dengan maksud untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang memiliki figure menarik

misalnya tanaman mengkudu yang memiliki bentuk daun yang lebar, tanaman

kencur dengan bentuk daun yang unik dan sebagainya. Beberapa jenis

sayuran yang dapat ditanam di pekarangan antara lain bayam, kangkung,

kemangi, kobis, sawi, seledri, bawang daun, bawang merah, cabai, buncis,

kacang-kacangan.

(33)

3. Tata Letak Tanaman

Pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan dibagian sebelah barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar matahari terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara.

(Andhika, 2009) . 4. Pemeliharaan

Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal yang harus selalu diperhatikan. Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu penyiangan, penyiraman, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, bertujuan untuk mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.

dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos.

Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting

terutama pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk

selanjutnya aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan kondisi

(34)

lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah (lembab).

Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air dilahan pekarangan adalah dengan membuat kolam tetapi umumnya tanaman sayur disiram 1-2 kali perhari untuk tanaman sayur dalam pot.

Pemupukan bertujuan untuk memberikan suplai unsur hara tambahan pada tanaman.

Sebaiknya bahan pupuk yang digunakan bersifat organik, misalnya

pupuk organik cair, kompos dan pupuk kandang. Pengendalian hama

penyakit lebih mudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan pekarangan

dengan tanaman sayur ini. Untuk tanaman dipot kemungkinan penularan

penyakit melalui akar jarang terjadi karena akar diabatasi oleh pot. Pada

lahan pekarangan yang sempit kita bisa mengendalikan hama dan penyakit

secara manual sehingga penggunaan bahan kimia dapat dibatasi. Hal ini

akan membuat sayuran yang dihasilkan dari pekarangan lebih sehat untuk

dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik. (Andhika, 2009)

(35)

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Isu-isu pemanfaatan lahan pekarangan

Ibu Rumah Tangga

Lahan Pekarangan

Usaha tani lahan pekarangan Jenis tanaman :

1. Sayuran

2. Toga

3. Rempah

(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Mengacu pada judul skripsi ini maka lokasi penelitian di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dari bulan Februari sampai Maret 2016.

3.2 Populasi Dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang mempunyai lahan pekarangan yang ada di Desa Kanjilo tersebut berjumlah 202 orang. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara simpel random sampling dengan mengambil sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi,sehingga diperoleh 30 responden sebagai sampel dalam penelitian ini.

Menurut Arikunto (2006), mengenai teknik pengambilan sampel jika

populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Tetapi jika jumlah populasi

lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, jadi jumlah

sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 15% yaitu sebanyak 30 orang

responden.

(37)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung keadaan responden dan keadaan yang terjadi dilokasi penelitian yaitu di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan sumber data.Wawan cara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi secara langsung untuk dijadikan data yang tidak diperoleh dari sumber data yang lain, wawancara baik dengan cara terstruktur maupun tidak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan baik dengan menetapkan sendiri masalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan maupun pertanyaan yang akan diajukan maupun pertanyaan yang berkembang dalam waktu wawancara terjadi untuk memberi jawaban terhadap pokok permasalahan.

3. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara meneliti dokumen dokumen yang relevan dengan

permasalahan penelitian dengan teknik ini akan terkumpul data yang

diperoleh dari nara sumber tetapi terdapat pada berbagai sumber tertulis,

seperti dokumen-dokumen yang dikeluarkan pemerintah, laporan-laporan

dan arsip-arsip lainya, dokumentasi diperlukan untuk memperoleh data-

(38)

data yang relevan dengan permasalahan penelitian yang tidak munkin diperoleh dengan observasi dan interview. Dokumentasi dilakukan dengan cara memilih dokumen-dokumen yang ada dan diambil data yang relevan dengan permasalahan penelitian.

3.4 Sumber Data

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan melakukan wawancara berdasarkan koesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu.

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung diperoleh atau dicatat oleh pihak lain atau terkait instansi atau lembaga lain (Balai benih hortikultura, balai besar pelatihan dan pengemabangan pertanian).

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan alat analisis Scoring dengan pemberian nilai terhadap sifat dari parameter terhadap suatu perkiraan kejadian, yaitu jumlah skor tertinggi x jumlah banyaknya pertanyaan.

P. 1 Pengelolaan lahan menjaga atau meningkatkan akses antar generasi terhadap sumber daya dan berbagai manfaat ekonomi secara adil (B 1 = 40%)

P. 2 Stakeholder yang relevan memiliki hak dan kemampuan yang diakui untuk

mengelola hutan secara bersama dan adil (B 2 =30%)

(39)

P. 3 Kesehatan lahan, para pengelola lahan dan budayanya dapat diterima oleh semua stakeholder (B 3 = 30%). Kesejahteraan manusia = [P. 1 (skor) x B 1] + [P.

2 (skor) x B 2] + [P. 3(skor) x B 3].

Panduan Cara Pemberian Skor, Seri No. 7

1. menilai kelestarian (sering secara kualitatif) contoh dan kasus-kasus yang disediakan

2. memberikan skor untuk masing-masing kasus/contoh (berdasarkan indikator tertentu)

3. menetapkan skor rata-rata untuk semua kasus yang dijadikan bukti dan yang berkaitan dengan indikator dalam kriteria tertentu

4. mengalikan skor rata-rata dengan faktor bobot dalam K&I sosial; dan

5. merata-ratakan nilai yang diperoleh dalam langkah di atas, yang ditentukan untuk setiap kriteria, untuk memberikan nilai bagi prinsip, dan akhirnyauntuk set K&I sosial secara keseluruhan.

Cara Pemberian Skor

Pada halaman-halaman berikut ini, kami mulai dengan berbagai prinsip, kriteria dan indikator dalam acuan K&I CIFOR yang terkait dengan isu-isu sosial.

Kami berasumsi bahwa dalam menilai kelestarian isu-isu sosial sama pentingnya

dengan isu-isu ekologi dan produksi. Dalam K&I sosial, kami telah memberikan

bobot (persentase) untuk masing-masing prinsip dan kami membagi persentase

tersebut untuk masing-masing prinsip dan kemudian membaginya lagi ke dalam

bobot kriteria.

(40)

Bobot ini diletakkan dalam tanda kurung setelah masing-masing prinsip (total) dan masing-masing kriteria (bagian dari bobot total untuk prinsip). Bobot ini diberikan berdasarkan perkiraan kualitatif tim kami dilapangan yang menguji kriteria dan indikator serta metode untuk menilai bobot ini diberbagai negara.

Bobot ini mungkin perlu disesuaikan dengan keadaan lapangan yang berbeda.

Kami menyarankan para pengguna untuk tidak memperlakukan skor dan bobot ini sebagai nilai mutlak.

Meskipun skor dan bobot yang kami hasilkan mewakili perkiraan terbaik tentang bagaimana menilai isu-isu kelestarian pada saat ini, kami menyadari bahwa hasil ini masih belum sempurna. Kami mohon para pengguna memperhatikan hal ini. Bagian berikut ini menjelaskan cara memberikan skor untuk kesimpulan kualitatif, dalam bagian (II) kami tunjukkan bagaimana membuat lembar isian induk K&I – suatu alat untuk tetap melacak bahan-bahan dari kasus yang Anda gunakan, untuk membantu agar anda melakukan penilaian terhadap masing-masing indikator, sampai anda mencapai skor akhir dalam penilaian anda. Kami juga menyajikan contoh-contoh atau berbagai kasus yang telah diberi skor.

Yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk

memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan pemberian skor

berdasarkan tingkatan jawaban yang diterima dari responden ( J. Supranto, hal

402, 2003 ), yaitu :

(41)

1. Untuk jawaban sesuai mendapat skor 3 2. Untuk jawaban netral mendapat skor 2 4. Untuk jawaban tidak sesuai mendapat skor 1

Yaitu mencari kesalahan-kesalahan didalam kuisioner tersebut misalnya adanya ketidak serasian (in-consistency) didalam pengisian kuisioner beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan yaitu :

1. Kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang diajukan.

2. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.

3. Konsistensi jawaban responden

Yaitu Pemberian angka-angka tertentu terhadap kolom-kolom tertentu yang menyangkut keterangan tertentu pula atau proses pemberian kode tertentu terhadap aneka ragam jawaban dari kuisioner untuk dikelompokan dalam kategori yang sama. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan jawaban. Yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif.

Dalam penelitian ini urutan pemberian skor yaitu pengelompokan data atas

jawaban-jawaban dengan teratur dan teliti, kemudian dihitung dan dijumlahkan

dan disajikan dalam bentuk Tabel. Berdasar Tabel tersebut akan dipakai untuk

membuat data agar didapat hubungan atau pengaruh antara variabel-variabel yang

telah ada. Dari berbagai analisa kuantitatif diatas peneliti mengolah data dengan

menggunakan teknik scoring untuk memberi nilai pada jawaban kuisioner.

(42)

3.6 Defenisi Operasional

1. Penduduk adalah masyarakat yang mengusahakan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga.

2. Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang mengololah kebutuhan keluarganya

3. Lahan merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan diarea pekarangan rumah.

4. Pekarangan merupakan sebidang tanah sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhen kebutuhan keluarga.

5. Pemanfaatan pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragamserta terus menerus, guna pemenuhan kebutuhan gisi keluarga.

6. Responden adalah penduduk yang mengelola pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Kanjilo, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, dan terpilih sebagai sampel (orang)

7. Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya.

8. Analisis scoring adalah suatu alat untuk memperhitungkan dan

menggabungkan beberapa rasio-rasio untuk memperoleh scor terhadap

jawaban.

(43)

9. Tanaman sayuran adalah semua jenis tanaman atau bagian tanaman yang bisa diolah menjadi makanan.

10. Tanaman toga adalah tanaman obat keluarga yaitu tanaman hasil budidaya rumah yang berkhasiat atau berfungsi sebagai obat, di mana semuanya itu untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan.

11. Tanaman rempah adalah tanaman yang beraroma atau berasa kuat yang

digunakan dalam jumlah kecil pada makanan sebagai perisa dalam

makanan.

(44)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Kanjilo secara geografis berada diketinggian antara 3 sampai 4 m dpl (diatas permukaan laut). Dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam pertahun antara 135 hari s/d 160 hari, serta suhu rata rata pertahun adalah 28

0

s/d 29

0

C.

Secara administrasi Desa Kanjilo terletak diwilayah Kecamtan Barombong Kabupaten Gowa, yang merupakan Desa dari dua kelurahan dan 5 desa. Desa Kanjilo secara administrasi dibatasi oleh wilayah Kotamadiya, Kabupaten dan Kecamatan serta kelurahan dan Desa tetangga. Luas wilayah Desa Kanjilo 4,8 Km terdiri dari sawah : 3,001.025 m, pemukiman :1.798.975 m.

Iklim dan curah hujan yaitu kegiatan-kegiatan daur kehidupan masyarakat Desa, sangat dipengaruhi oleh siklus musim, seperti musim tanam menjelang musim hujan, musim panen setelah padi menguning, musim paceklik bila musim kemarau terlamtau panjang. Juga kegiatan atau peristiwa sosial seringkali berkaitan dengan peristiwa-peristiwa musim itu, seperti pesta adat dan perkawinan setelah panen berhasil, merantau atau imigrasi ke kota ketika musim paceklik.

iklim dan ketersediaan air yaitu musim hujan berawal pada bulan November dan

berakhir pada bulan april. sedangkan musim kemarau mulai bulan Mei hingga

Oktober, pada bulan September sampai November suplai air menurun banyak

sawah dan tidak bisa ditanami,( kantor Desa Kanjilo).

(45)

4.2 Kondisi Demografis

Secara administrasi, Desa Kanjilo, Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, berbatasan dengan:

1. Disebelah utara : Berbatasan dengan Desa Tamanyyeleng

2. Disebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Pakkabba Kecamatan Galut, Kabupaten Takalar.

3. Disebelah barat : Berbatasan dengan Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.

4. Disebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Lembang Parang, Kecamatan Barombong,( kantor Desa Kanjilo).

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu Negara atau

wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang

atau maju, bahkan suksenya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak

bisa terlepas dari peranan penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik,

budaya, dan pendidikan, sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik

maupun non fisik. Oleh karena kehadiran dan perananya sangat menentukan bagi

perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar. Jumlah

penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.

(46)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

NO Nama Dusun L P Jumlah Persentase dari Jumlah Penduduk

1 Kanjilo 624 589 1213 17 %

2 Tangalla’ 819 879 1698 24 %

3 Bontomanai’ 521 541 1062 15 %

4 Camba 686 679 1365 19 %

5 Cilallang 274 272 546 8 %

6 Bilaji 587 608 1195 17 %

Total 3511 3568 7079 100 %

Persentase (%) 50 % 50 % 100 % 100 % Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015.

Pada Tabel 1. Menggambarkan bahwa jumlah penduduk yang ada di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3511 orang, berjenis kelamin perempuan sebanyak 3568 orang, dan jumlah keseluruhan penduduk di Desa Kanjilo sebanyak 7079 orang.

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur

Keadaan penduduk berdasarkan umur di Desa Kanjilo terhitung mulai

angka bayi sampai lanjut usia. Keadaan umur penduduk di Desa Kanjilo masih

sangat potensi untuk mengembangkan satu titik usaha yang maksimal karena masi

banyak didominasi oleh umur yang masi produktif, sehingga pola pikir untuk

mengembangkan usaha dibidang pertanian terkhusus pada penciptaan ekonomi

sampingan pada tahapan-tahapan usaha sampingan, jumlah penduduk berdasarkan

tingkat umur dapat dilihat pada Tabel 2.

(47)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Umur Kan

Jilo Tang

Ngala Bonto

Manai Cam

Ba Cilal

Lang Bilaji Jumlah Persen tase

6-12 203 225 175 211 72 176 1062 15,00

13-15 83 88 65 73 31 56 396 5,59

16-22 167 198 127 170 68 117 847 11,96

23-45 403 644 362 505 186 504 2604 36,78

46-60 118 205 143 164 71 120 821 11,59

61 keatas 68 123 68 60 49 54 422 5,96

Jumlah 1213 1698 1062 1365 546 1195 7079 100%

Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015.

Pada Tabel 2 menggambarkan jumlah penduduk berdasarkan golongan umur mulai dari tingkat dusun sampai pada tingkat Desa, terlihat bahwa jumlah penduduk yang masi produktif 2604 jiwa dan dari data sekunder 2127 jiwa dengan rincian selisih yaitu 477 jiwa. jimlah umur balita 927 jiwa dari data sekunder 763 jiwa, dengan rincian selisih 164 jiwa.

Perbandingan pada data hasil sensus KPM (Kader pemberdayaan

masyarakat) terlihat rata-rata selisih perbedaan ada beberapa cukup besar hal ini

mendorong pemerintah Desa Kanjilo untuk memperbaiki system administrasinya

dan melakukan cek ulang terhadap penyebab terjadinya selisih data penduduk

tersebut. sampai saat ini didapatkan kesimpulan sementara bahwa terjadinya

selisih tersebut dikarenakan beberapa faktor antara lain, banyaaknya pendatang

dari luar Desa yang tidak melaporkan ke datanganya, baik sifatnya permanen

maupun yang tinggal sementara, angka kelahiran dan kematian tidak tercatat, data

yang ada di Desa masih ada yang belum diperbaharui.

(48)

4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada giliranya akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. dengan demikian akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja berguna untuk mengatasi pengangguran. Pendidikan akan biasanya mempertajam sitematika pikir atau pola pikir individu, selain itu akan mempermudah menerima informasi yang lebih maju. dibawah ini tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata penduduk warga Desa Kanjilo.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

NO Jenjang Pendidikan Jumlah Persentse dari Jumlah penduduk

1 Tamat Sekolah SD 1754 24,77 %

2 Tama Sekolah SLTP 697 9,85 %

3 Tamat Sekolah SMA 874 12,34 %

4 Tamat Perguruan Tinggi 140 1,97 %

5 Masih Sekilah SD 925 13,06 %

Masih Sekolah SMP 425 6,00 %

Masih Sekolah SMA/Kuliah 315 4,44 %

6 Belum Sekolah 926 13,08 %

7 Tidak Tamat SD 389 5,49 %

Tidak Tamat SMP 81 1,14 %

Tidak Tamat SMA 27 0,38 %

8 Tidak Sekolah 526 7,43 %

Total 7079 100 %

Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015.

Dengan melihat Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan jenjang

pendidikan yang diurai disetiap Dusun mulai dari yang tidak tamat sekolah/tidak

(49)

memiliki Pendidikan sampai sampai pada yang tamat perguruan tinggi, dapatlah disimpulkan bahwa taraf pendidikan warga masyarakat Desa Kanjilo sangat rendah dari 7079 jiwa terdapat 1754 jiwa yang mampu menamatkan sekolahnya pada tingkat sekolah dasar yang berarti 24,77 % dari jumlah penduduk, sementara SMA yang menempati urutan ke dua dengan jumlah tamatan sebanyak 874 jiwa dengan persentase 12,34 % dari jumlah penduduk, selanjutnya yang menempati urutan ke tiga adalah SMP dengan 697 jiwa dengan persentase 9,85 % dari jumlah penduduk, sedangkan yang mampu menyelesaikan sampai pada perguruan tinggi hanya 140 jiwa dengan persentase 1,97 % dari jumlah penduduk Desa Kanjilo.

4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa kanjilo sangat beragam

dapat teridentifikasi kedalam bebrapa jenis pekerjaan / mata pencaharian, seperti

jualan, petani pemilik, petani penggarap, PNS, Polisi, TNI, buruh harian, tukang

kayu, tukang batu, wiraswasta, sopir, pelaut/pelayaran, tukang bengkel, nelayanan

,pensiunan, karyawan swasta, tukang becak, tukang ojek, sekuriti, pengumpul

barang bekas, honorer, tukang besi, pemborong, pedagang/pengusaha, arsitek dan

dosen. mata pencaharian kepala keluarga di Desa Kanjilo di jabarkan sebagai

berikut:

(50)

Tabel 4. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase %

Petani Penggarap 70 4%

PNS 63 3%

Polisi 2 0%

TNI 4 0%

Tukang Kayu 28 2%

Tukang Batu 156 9%

Wiraswasta 346 19%

Sopir 44 2%

Pelaut/Pelayaran 8 0%

Tukang Bengkel 10 1%

Nelayan 7 0%

Pensiunan 9 0%

Karyawan Swasta 67 4%

Tukang Becak 11 1%

Tukang ojek 16 1%

Sekuriti 31 2%

Pengumpul Barang Bekas 7 0%

Honorer 4 0%

Tukang Besi 1 0%

Pemborong 3 0%

Pedagang/Pengusaha 13 1%

Arsitekq 1 0%

Dosen 1 0%

Jumlah 1808 100%

Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015

Berdasarkan tabulasi data tersebut teridentifikasi di Desa Kanjilo Jumlah Penduduk yang mempunyai mata pencaharian 25,54 % dari jumlah penduduk secara keseluruhan.

Pekerjaan masyarakat Desa Kanjilo sebagian besar adalah buru harian

32% dan wiraswasta 19 % seperti petani pemilik 10% dari total jumlah

penduduk,dengan demikian dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

masyarakat di Desa Kanjilo memiliki pekerjaan yang cukup rendah, masyarakat

(51)

rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terlihat dari hasil sensus yang di laksanakan oleh KPM.

4.3 Kondisi Pertanian

Desa Kanjilo merupakan desa yang sangat subur yang dapat ditanami berbagai macam tanaman baik tanaman pangan maupuan tanaman hortikultura serta tanaman jangka panjang lainya. Desa Kanjilo memiliki areal persawahan yang cukup luas dan subur dan merupakan penghasilan pokok petani, areal persawahan ditanami padi 2 kali setahun dan sebagian areal pada musim kemarau ditanami 1 kali palawija namun bukan hanya tanaman pangan saja yang dibudidayakan tetapi sebagian lagi membudidayakan tanaman perkebunan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan ( tanaman hortikultura) yang merupakan tanaman selingan untuk menambah penghasislan keluarga.

Keadaan pertanian di Desa Kanjilo menyangkut tentang pola penggunaan lahan terdiri dari kebung/ladang, pekarangan, sawah, hutan dan lain-lainya, keadaan pertanian itu ditunjang juga dengan adanya kepeduliaan masyarakat terhadap pengolahan pertanian didaerah tersebut, hal ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu daerah.

Kecamatan Barombong berbatasan langsung dengan kabupaten Takalar

dan kota Makassar. merupakan tempat strategis pembangunan perumahan dan

peredaran hasil bumi di Kecamatan Barombong.

(52)

Desa Kanjilo secara umum kondisi lahanya gembur dan subur semua jenis tanaman bisa tumbuh baik berupa tanaman padi, palawija, maupun tanaman jangka panjang, aspek sumber daya alam di Desa Kanjilo yaitu :

1. Adanya sungai yang membagi dua Desa Kanjilo yang dimanfaatkan airnya untuk bercocok tanaman sayuran.

2. Ada air irigasi tanah yang tersebar disetiap dusun dan dapat mengisi areal persawahan tetapi masi kurang maksimal.

3. Sebagian areal persawahan dijadikan areal perumahan sehingga lahan pertanian menyempit yang mengakibatkan produksi pertanian menurun.

4. Pekarangan warga sebagian besar masih luas, yang dimanfaatkan untuk tanaman sayuran.

4.4 Sarana Dan Prasarana

1. Sarana jalanan dan transportasi

Sarana jalanan, di Desa Kanjilo sarana jalanan teridentifikasi dengan empat jenis jalan yaitu jalan paving, jalan aspal, jalan tanah, dan jalan perkerasan yang tersebar diseluruh wilayah Desa Kanjilo. terlihat bahwa sarana transportasi jalan masih perlu ditingkatkan terutama pada jalan yang sering dilalui pada pengangkutan hasil panen dan jalan poros lingkungan.

Sarana angkutan, sarana angkutan yang umum tersedia di Desa Kanjilo beraneka macam yaitu, mobil mikrolet, motor (ojek), becak motor dan becak.

selain sarana angkutan umum sebagian masyarakat sudah memiliki sarana

(53)

angkutan sendiri seperti motor, mobil dan sepeda yang dijadikan transportasi sendiri.

2. Sarana pengairan

Pertanian merupakan sektor yang sangat mendukung perekonomian masyarakat, terlihat dari areal persawahan yang masih mendominasi secara keseluruhan lahan yang ada di Desa Kanjilo yang walaupun sebagian dari areal tersebut sudah menjadi areal perumahan.namun masih banyak masyarakat yang menggarap sawah, namun mereka hanya sebatas menggarap bukan sebagai pemilik sawah tersebut.

Secara keseluruhan Desa kanjilo mempunyai sarana pengairan (irigasi), yang terdiri dari irigasi tehnis dan irigasi tanah. irigasi tersebut mengairi semua areal persawahan yang ada di Desa Kanjilo.

3. Sarana pendidikan

Di desa kanjilo terdapat 6 gedung sekolah yang terdiri dari 1 SMP di Dusun Bontomanai, 2 sekolah SD di Dusun Bontomanai dan Tangalla’ dan 3 sekolah TK di Dusun Bonto manai’, Tangalla’ dan Bilaji. Sekolah tersebut merupakan sarana pendidikan yang ada di Desa kanjilo digunakan oleh warga setempat maupun warga dari luar Desa ataupun dari luar Kecamatan.

4. Sarana kesehatan

Sarana kesehatan merupakan salah satu sarana yang sangat penting dalam

masyarakat karena menyangkut kesehatan semua warga, kebersihan hidup dan

perilaku hidup sehat dan bersih. Puskesmas yang ada di Desa Kanjilo merupakan

Referensi

Dokumen terkait

Ummy Bakery by Helen Chu adalah sebuah usaha yang bergerak dalam bidang bakery supplier. Usaha ini didirikan pada tahun 2001 oleh ibu Helen Chu yang

Usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengaktifkan belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas X Madrasah Aliyah Syekh Yusuf Sungguminasa Kabupaten Gowa

Topik penelitian yang dilakukan IMPLEMENTASI FACE IDENTIFICATION DAN FACE RECOGNITION PADA KAMERA PENGAWAS SEBAGAI PENDETEKSI BAHAYA PENGENALAN WAJAH (FACE RECOGNITION)

Name Address Number of Shares in Previous Month Percent of Shares in Previous Month Number of Shares in Current Month Percent of Shares in Current Month Controlle r PT Indika Energy

dihilangkan (stasiun BAKO dianggap tidak bergerak) 54 Gambar 3.13 Model aktivitas sesar Cimandiri setelah pergerakan sunda block. dihilangkan (dengan menggunakan Euler Pole)

Sehingga dari hasil tersebut kita dapat simpulkan bahwa H 3 : persepsi kenyamanan (perceived enjoyment (PE)) berpengaruh positif terhadap sikap pengguna (attitude

Modal sangat berperan penting dalam menentukan dan mengembangkan suatu usaha pemanfaatan lahan pekarangan (Chanlis, 2019). Kontribusi penerimaan hasil pemanfaatan lahan

penelitian ini ada 3 yaitu: 1) Mengetahui manfaat lahan pekarangan untuk tanaman TOGA di Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, 2) Mengetahui penerimaan dari