• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Tani Lahan Pekarangan Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Usaha Tani Lahan Pekarangan Di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

Pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Ibu rumah tangga memanfaatkan lahan pekaranganya tanpa menggunakan teknologi mesin, alat yang digunakan seadanya seperti cangkul, parang. Persiapan media dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma, pengolahan tanah, penanam, pemupukan, dan pemeliharaan.

Teknik pengairan untuk menyirami jenis tanaman yaitu dari sumber, sumur, irigasi, dan air hujan, pemeliharaanya cukup mudah karena tiap hari ibu rumah tangga bisa melihat keadaan tanamanya sehingga jarang dijumpai tanaman yang rusak, hanya membersihkan gulma dan memperhatikan hama, ternak yang sewaktu-waktu dapat merusak tanaman, maka setiap tanaman yang dibudidayakan dipagar dengan pagar dari bambu, dan menggunakan jaring untuk mengelilingi tanaman yang dibudidayakan.

Berdasarkan lampiran 4. Menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga memanfaatkan lahan pekaranganya dengan menanami berbagai jenis tanaman sayuran, jenis tanaman paling banyak dibudidayakan adalah jenis sayuran terong dengan jumlah yang membudidayakan sebanyak 7 orang, jenis sayuran ini banyak disukai penduduk, selain modal yang sedikit, cara pemeliharaanya yang mudah yang mengandalkan air hujan dan termasuk jenis sayuran jangka panjang, dapat bertahan lama untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat dipanen selama dua kali seminggu, memberikan keuntungan secara ekonomis, sayur terong semakin dipelihara dengan baik dan dipupuk secara rutin maka berproduksi

Jenis tanaman yang paling sedikit dibudidayakan dilahan pekarangan yaitu jenis pare belut, tomat, klorofil, kacang panjang, lidah buaya. Jenis tanaman sayuran pare belut yang membudidayakanya hanya sedikit karena penduduk menganggap bahwa jenis sayuran ini dalam persiapan penanaman dan pemeliharaan yang susah, dan keuntungan yang didapatkan setelah panen hanya sedikit, dan termasuk jenis sayuran yang kurang banyak digemari oleh sebagian masyarakat dan pemeliharanya juga cukup susah.

Jenis tanaman tomat kurang dibudidayakan di Desa Kanjilo karena penduduk menganggap bahwa persedian media penananman cukup susah dan modal yang banyak, sementara jenis tanaman tomat tidak bisa bertahan didaerah panas, dan akan mengakibatkan keuntungan yang dihasilkan tidak sesuai keinginana ibu rumah tangga.

Jenis sayuran kacang panjang yang membudidayakan di Desa Kanjilo hanya sedikit karena penduduk menganggap bahwa jenis sayuran ini persiapan menanam dan pemeliharaanya cukup susah, dan keuntungan yang didapatkan apabila dibudidayakan dilahan pekarangan hanya sedikit, paling cocok membudidayakan jenis sayuran kacang panjang di sawah.

Jenis tanaman klorofil dan lidah buaya sedikit dibudidayakan karena penduduk menganggap jenis tanaman ini hanya untuk kebutuhan keluarga dan hanya dijadikan sebagai tanaman hiasan, dan penduduk membudidayakanya hanya dengan jumlah sedikit. Jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan pekarangan untuk kebutuhan keluarga dan untuk ekonomis dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkam Hasil Panen Jenis Tanaman Untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Untuk Ekonomis

Nama Untuk Rumah Tangga Untuk Ekonomis

Syamsinar

Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016

Tabel 10. Menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk kebutuhan keluarga dan untuk ekonomis. Penduduk yang memanfaatkan lahan pekaranganya yang mendapatkan keuntungan secara ekonomis yaitu, responden Syamsinar memanfaatkan lahan pekarnganya dengan jenis tanaman kemangi, luas lahan pekaranganya 1 are, modal yang dibutuhkan untuk memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman kemangi yaitu

yang mudah karena hanya memakai pengairan dari irigasi dan tadah hujan, dipanen dengan cara bertahap tergantung dari jumlah banyaknya daun kemanginya, dipasarkan dengan cara, pedagang pengumpul sayur yang secara langsung mendatangi rumah mereka, dan dijual secara bertahap teknik penjualanya dengan cara kemangi yang sudah dipanen diikat lalu dipasarkan dengan harga Rp. 1000 perikat, hanya bisa dipanen sekali seminggu bahkan dua kali sebulan, sekali panen dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 50.000, dan kadang keuntungan yang didapatkan tidak menentu tergantung dari daun kemanginya.

Responden Saenab memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman pare, luas lahan pekaranganya 3 are, modal yang dipakai dalam pemanfaatkan lahan pekarangan dengan jenis tanaman pare, modal yaitu Rp.70.000.

Pemeliharaan dan persiapan alat dalam tanaman ini cukup susah karena harus mempersiapkan tempat merambat pada tanaman pare, teknik pengairanya menggunakan media sumur, air hujan, dipanen dengan cara bertahap sesuai dengan jumlah buah yang dihasilkan, pemiliknya secara langsung menjual di Pasar Panciro, dengan harga jual sebesar Rp.1000 perbuah keuntungan yang didapatkan sekali panen sebesar Rp. 100.000. Tetapi kadang saat panen bisa menurun dan bahkan bisa meningkat, jenis sayuran ini paling banyak dipanen sampai 5 kali, setelah itu hasil panenya sudah menurun.

Responden Marlina memanfaatkan lahan pekaranganya dengan tanaman serei dengan luas lahan pekarangan 4 are, dan modal yang dipakai dalam pemanfaatkan lahan pekarangan tanaman serei tidak ada, hanya membutuhkan bibit dari tanamn

serei yang sudah ada, alat yang digunakan dalam pemanfaatan tanaman serei ini hanya membutuhkan cangkul, teknik pengairan pun sangat mudah karena tanaman serei hanya mengandalkan air tadah hujan dan sekali-kali disiram dari sumber air sumur, panenya bisa bertahap atau secara langsung dan sekaligus, lalu dijual oleh pemiliknya secara langsung di Pasar Panciro. Cara pemasaranya dijual di Pasar Panciro dengan cara 5 batang perikat dengan harga Rp. 2000, keuntungan yang didapatkan sekali panen sebesar Rp.100.000.

Responden Hasnah memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman kangkung dengan luas areal pekaranganya sebesar 4 are, dengan modal yang dipakai dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kangkung yaitu Rp.100.000, alat yang digunakan cukup mudah didapatkan, hanya menggunakan cangkul untuk menggemburkan media tanaman kangkung, teknik pengairan mengandalkan air tadah hujan, dan air irigasi yang ada didepan rumahnya. Proses panen pada tanaman kangkung dipanen secara sekaligus, paling lama pemeliharaan selama 20 hari sudah bisa dipanen, cara pemasaranya yaitu kangkung diikat sesuai harga lalu dipasarkan yaitu Rp.1000 dengan cara pedagang pengumpul yang membeli secara langsung kepemilik tanamannya lalu dipasarkan kepasar terdekat, keuntungan yang didapatkan sekali panen bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp.200.000.

Responden Nursiah memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman ubi kayu, modal yang digunakan dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman ubi kayu tidak ada, karena dalam menanam ubi kayu hanya membutuhkan batang ubi kayu yang sudah dipanen lalu ditanam kembali, hanya

menggunakan alat seperti cangkul dan parang, teknik pengairan hanya mengandalkan air tadah hujan, panenya dilakukan dengan cara bersamaan dengan cara sekali saja, cara penjualanya yaitu dijual perkarung dengan harga Rp.100.000 lalu dipasarkan secara langsung di Pasar terdekat. Keuntungan yang didapatkan sekali panen sebesar Rp.200.000.

Responden Nur eni memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman serei dengan luas lahan pekaranganya 2 are, dan modal yang dipakai tidak ada karena jenis tanaman serei bibit yang digunakan hanya menggunakan tanaman serei yang sudah ada, alat yang digunakan seperti cangkul, teknik pengairan hanya menggunakan air tadah hujan panen digunakan dengan cara bertahap, lalu dipasarkan di Pasar tedekat. Keuntungan yang didapatkan sekali panen sebesar Rp.150.000.

Responden Ti’no memanfaatkan lahan pekarangan dengan jenis tanaman ubi kayu dan terong, luas areal pekaranganya 4 are, modal yang dipakai dalam pemanfaatan lahan pekarangamn dengan jenis tanaman ini sebanyak Rp. 30.000, alat yang digunakan seperti cangkul, parang, teknik pengairan yang digunakan mengandalkan air dari sumur, dan air tadah hujan, panen dilakukan secara bertahap pemasaran dilakukan dengan cara hanya dijual didepan rumah.

Keuntungan yang didapatkan dalam sekali panen sebanyak Rp. 50.000.

Responden Kasmawati memanfaatkan lahan pekaranganya dengan cara menanami tanaman pare belut, dengan luas lahan yaitu 4 are, modal yang dipakai sebanyak Rp. 50.000, alat yang dipakai dalam memanfaatkan lahan pekarangan dengan jenis tanaman ini yaitu cangkul, parang , bambut sebagai alat untuk

merambat pada tanaman pare belut ini teknik pengairan hanya mengandalkan air tadah hujan dan dipelihara dengan cara yang mudah, dan saat panen dilakukan secara bertahap sesuai pare yang sudah besar dan siap panen, dipasarkan dengan cara pedagang pengumpul yang datang untuk membeli lalu dipasarkan di Pasar, keuntungan sekali panen bisa mendapatkan Rp. 100.000 dengan dipanen sekali seminggu.

Responden Halija memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman serei dengan luas lahan pekarangan 2 are, dan modal yang dipakai dalam memanfaatkan lahan pekarangan berjumlah tidak ada karena bibit yang digunakan hanya membutuhkan bibit tanaman yang sudah ada, alat yang digunakan dalam pemanfaatan lahan pekarangan tanaman serei yaitu cangkul, dan teknik pengairan bergantung pada air tadah hujan, air sumur, dipanen sekaligus dan bisa pula dipanen secara bertahap dipasarkan dengan cara pedagang pengumpul datang kerumah penduduk untuk membeli lalu dipasarkan di Pasar Panciro. Sekali panen keuntungan yang didapatkan sebesar Rp. 100.000 bahkan bisa lebih.

Responden Hayati memanfaatkan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kankung dengan luas lahan 2 are dengan menggunakan modal sebanyak Rp.50.000, alat yang digunakan dalam pemanfaatan lahan pekarangan jenis tanaman kankung alat yang digunakan seperti cangkul, teknik pengairan yang digunakan yaitu air dari sumur dan irigasi yang ada didepan rumah penduduk dipanen dengan cara sekaligus dengan lama waktu pemeliharaan paling lama 20 hari, lalu dipasarkan dengan cara, pedagang pengumpul yang datang membeli lalu

responden pasarakan di Pasar setempat keuntungan Rp. 50.000, tergantung dari luas lahan, karena tanaman kangkung termasuk jenis tanaman yang murah.

Responden Kanang memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman serei dan kemangi luas areal lahan pekarangan 2 are dengan menggunakan modal Rp. 30.000, karena tanaman serei hanya membutuhkan bibit dari tanaman serei yang sudah ada, sementara bibit kemangi bisa dibeli ditoko tani terdekat, teknik pengairan mengandalkan air tadah hujan dan dipanen secara sekaligus lalu dipasarkan dengan cara dijual di Pasar terdekat. Keuntungan yang didapatka sekali panen sebanyak Rp. 70.000. Jumlah persentase hasil penerimaan yang didapatkan sekali panen dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Penerimaan Keuntungan Hasil Panen Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong

No Penerimaan (Rp) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 50.000-100.000 8 72,8

2 101.000-150.000 1 9,2

3 151.000-200.000 2 18,18

Jumlah 11 100

Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016

Berdasarkan Tabel 11. Menunjukkan bahwa hasil penerimaan Ibu rumah tangga yang memanfaatkan lahan pekarangan, penerimaan terbanyak yaitu Rp.50.00-100.000 dengan jumlah 8 orang ( 72,8%). Penerimaan Rp. 151.000-200.000 dengan jumlah 2 orang (18,18%), dan penerimaan ibu rumah tangga paling sedikit yaitu Rp.101.00 0- Rp.150.000 dengan jumlah 1 orang ( 9,2%).

Dan dapat dilihat bahwa jumlah ibu rumah tangga yang memenfaatkan lahan pekarangan yang mendapat keuntungan ekonomis sebanyak 11 orang.

Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di

Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Yang telah dimanfaatkan oleh Ibu rumah tangga, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomis.

Menurut Peny DH dan Benneth Ginting, 2000. Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih dari pada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing. Jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayuran, buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan selebihnya bisa dijual. Pemanfaatan pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.

Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga secara ekonomis. secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.

5.3 Hasil Analisis Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya