• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Akhir. Weighted Sort-Means. Weighted Sort-Means. Modifikasi dan Optimasi Performa Algoritma K-Means untuk Kuantisasi Warna Citra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tugas Akhir. Weighted Sort-Means. Weighted Sort-Means. Modifikasi dan Optimasi Performa Algoritma K-Means untuk Kuantisasi Warna Citra"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Weighted Sort-Means

Modifikasi dan Optimasi Performa Algoritma K-Means untuk Kuantisasi Warna Citra

Weighted Sort-Means

Optimasi Kinerja Algoritma K-Means untuk Kuantisasi Warna Citra

I R W A N T O NRP. 5106100137

Tugas Akhir

Dosen Pembimbing I: Yudhi Purwananto, S.Kom., M.Kom.

Dosen Pembimbing II: Rully Soelaiman, S.Kom., M.Kom.

(2)

Weighted Sort-Means

Latar Belakang Rumusan Masalah

Batasan Masalah dan Tujuan Metodologi Modifikasi

Desain dan Implementasi Ujicoba dan Evaluasi Simpulan dan Saran 1

2 3 4 5 6

Daftar

7

“Kuantisasi adalah pengurangan warna citra”

(3)

Weighted Sort-Means

Keterbatasan piranti keras komputer.

Latar Belakang (1)

Citra Parrots 23838 Warna Citra Parrots 32 Warna

Kuantisasi warna dipakai sebagai langkah praproses berbagai aplikasi pengolahan citra dan grafik modern.

Citra asli mengandung ribuan warna yang tak jarang menjadi masalah.

(4)

Weighted Sort-Means

1. Kompleksitasnya linier pada N dan K.

Latar Belakang (2)

2. Teknik percapatannya banyak dibahas pada literatur.

K-means dalam perspektif kuantisasi

3. K-means dijamin terminasi terminasi dengan konvergensi kuadratik.

4. Konsep k-means sedehana, serbaguna, dan mudah diimplementasikan

“K-means menggunakan prinsip titik jarak terdekat”

(5)

Weighted Sort-Means

1. Sifat iteratif fase desain palet mengakibatkan biaya komputasi mahal.

Latar Belakang (3)

2. Kualitas hasil sangat sensitif terhadap inisialisasi.

K-means tidak populer sebagai algoritma kuantisasi, karena:

Inisialisasi kurang baik

Inisialisasi baik

(6)

Weighted Sort-Means

Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana memodifikasi algoritma k-means konvensional untuk kuantisasi warna citra?

2. Bagaimana mempercepat performa algoritma k-means?

3. Bagaimana melakukan inisialisasi algoritma k-

means pada kasus kuantisasi warna citra?

(7)

Weighted Sort-Means

1. File input citra berwarna RGB berformat .ppm (portable pixmap format). Diambil dari http://www.hlevkin.com/TestImages/

Batasan Permasalahan

2. Citra yang dipakai adalah citra yang biasa dipakai sebagai citra tes pada literatur kuantisasi warna.

3. Membandingkan tingkat efisiensi antara algoritma k- means konvensional dengan k-means yang telah dimodifikasi pada kasus kuantiasasi warna citra.

4. Membandingkan tingkat efisiensi antara metode algoritma k-means yang telah dimodifikasi dengan menggunakan beberapa model skema inisilisasi.

5. Implementasi algoritma menggunakan bahasa ANSI C.

Forgy (Random) Minmax (MMX) Sub-farthest first (SFF) K-means++ (KPP)

(8)

Weighted Sort-Means

Tujuan

1. Memodifikasi metode algoritma k-means konvensional untuk kuantisasi warna citra.

2. Merancang dan membuat sebuah algoritma yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kuantisasi warna citra.

3. Mendapatkan solusi optimal dan efisien untuk kuantisasi warna citra dengan algoritma k-

means yang dimodifikasi.

4. Mengimplementasikan metode algoritma k-

means yang telah dimodifikasi untuk membantu

menyelesaikan kuantisasi warna citra.

(9)

Weighted Sort-Means

1. Pembentukan Data Subsampel.

Metodologi Modifikasi (1)

Subsampel 2:1, yang melibatkan arah horisontal dan vertikal sehingga hanya ¼ dari input citra yang dipakai.

Subsampel yang hanya melibatkan piksel-piksel dengan warna unik.

Subsampel 2:1, warna dari setiap

ketetanggaan 2 piksel dirata-rata (hasilnya digunakan untuk mewakili setiap piksel).

Sehingga jumlah data berkurang dan dipakai untuk 4 piksel.

Piksel-piksel unik dapat ditentukan secara efisien dengan menggunakan hash table yang menggunakan fungsi hash ℎ𝑎(𝑥) = 3𝑖 =1𝑎𝑖𝑥𝑖 𝑚𝑜𝑑 𝑚, dimana 𝑥 = 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3 menyatakan komponen piksel merah (𝑥1), hijau (𝑥2), dan biru (𝑥2), 𝑚 adalah jumlah warna primer, dan elemen dari urutan 𝑎 = 𝑎1, 𝑎2, 𝑎3 dipilih secara acak dari himpunan 0, 1, … , 𝑚 − 1 .

Periksa semua piksel dari citra asli.

Jika ditemukan warna yang ada pada hash table, tambahkan nilai 1 pada warna tersebut.

Jika ditemukan warna baru, tambahkan warna baru ke tabel dan beri nilai 1.

(10)

Weighted Sort-Means

Metodologi Modifikasi (2)

2. Pembobotan Data Subsampel

Metode subsample yang hanya melibatkan piksel- piksel citra dengan warna unik adalah bahwa metode subsampel mengabaikan distribusi warna citra asli.

Untuk mengatasi hal ini, setiap titik diberi bobot secara proposional sesuai frekuensinya.

Langkah pembobotan ini secara umum menghasilkan histogram warna satu dimensi.

Bobot dinormalisasi dengan jumlah piksel pada citra asli untuk menghindari ketidakstabilan numerik saat perhitungan.

“Histogram di samping ini dihasilkan dari pengurutan nilai data dari hash table

berdasarkan frekuensinya.”

i=1 4 2 11 7 48 13 54 22

j=1 4

11 7

F1,1

w1 w2 wn

Citra asli Window subsample

Fi,j

(11)

Weighted Sort-Means

Metodologi Modifikasi (3)

3. Penggunaan Prinsip Pertidaksamaan Segitiga

Misal ada sebuah titik 𝑥𝑖, dan dua pusat klaster 𝑐𝑎 dan 𝑐𝑏 dan matrik jarak 𝑑, menggunakan pertidaksamaan segitiga, didapatkan 𝑑 𝑐𝑎, 𝑐𝑏 ≤ 𝑑 𝑥𝑖, 𝑐𝑎 + 𝑑 𝑥𝑖, 𝑐𝑏 . Jadi jika diketahui bahwa 2𝑑 𝑥𝑖, 𝑐𝑎 ≤ 𝑑 𝑐𝑎, 𝑐𝑏 , dapat disimpulkan bahwa 𝑑 𝑥𝑖, 𝑐𝑎 ≤ 𝑑 𝑥𝑖, 𝑐𝑏 tanpa harus menghitung 𝑑 𝑥𝑖, 𝑐𝑏 .

𝑥𝑖 𝑐𝑎

𝑐𝑏

Untuk menghindari perhitungan jarak terdekat dalam jumlah yang sangat banyak (redundan).

Bentuk modifikasi lain adalah dengan melakukan perhitungan jarak berpasangan antarpusat klaster pada setiap permulaan iterasi.

Untuk lebih mengurangi jumlah perhitungan jarak terdekat, modifikasi dilakukan dengan cara

mengurutkan nilai jarak yang berasosiasi dengan setiap pusat klaster.

(12)

Weighted Sort-Means Diagram Alir Algoritma K-Means Yang Telah Dimodifikasi

Prinsip Pertidaksamaan Segitiga

(13)

Weighted Sort-Means

1. Skema inisialisasi Forgy dipilih karena merupakan skema yang paling umum digunakan pada klasterisasi k-means.

Skema Inisialisasi

2. Skema inisialisasi Minmax (MMX) dipilih karena skema ini adalah skema sederhana. Pusat ke-i ditentukan dari jarak minimum terbesar dari pusat sebelumnya.

3. Skema inisliasisasi SFF fipilih untuk memperbaiki skema MMX yang cenderung menghasilkan outlier (data yang jauh dari pola kumpulan data keseluruhan).

4. Skema inisialisasi KPP dipilih karena skema ini dirancang untuk menentukan pusat klaster terbaik berdasarkan nilai probabilitas.

Forgy (Random) Minmax (MMX) Sub-farthest first (SFF) K-means++ (KPP)

Pusat klaster dipilih secara acak dari

kumpulan data.

Pusat pertama 𝑐1 dipilih secara acak. Pada pusat ke-𝑐𝑖 (𝑖 ∈ *2, 3, … , 𝐾+), 𝑐𝑖 dipilih menjadi titik

yang memiliki jarak minimum terbesar ke pusat sebelumnya yang

dipilih.

Salah satu kelemahan MMX adalah skema tersebut cenderung menemukan outlier dalam kumpulan

data. Dengan menggunakan subset ukuran terkecil dari 2𝐾𝑙𝑛𝐾, jumlah total outlier yang dapat ditemukan oleh MMX dapat dikurangi sehingga

proporsi titik non-outlier yang didapatkan sebagai pusat menjadi

lebih banyak.

Pusat pertama 𝑐1 dipilih secara acak dan pada pusat ke 𝑐𝑖 (𝑖 ∈ *2, 3, … , 𝐾+), 𝑐𝑖 dipilih

menjadi 𝑥’ ∈ 𝑋, dengan probabilitas 𝐷(𝑥′)𝐷(𝑥2

𝑖)2′

𝑁𝑖=1 dimana 𝐷(𝑥) menotasikan jarak minimal dari titik 𝑥 ke pusat

sebelumnya yang dipilih.

(14)

Weighted Sort-Means

Desain Perangkat Lunak: Data Input

No. Nama Data Keterangan

1. Data set Data set berupa citra tes pada literarur kuantisasi, antara lain Airplane.ppm (512 × 512), Boats.ppm (787 × 576), Baboon.ppm (512 × 512),

Lenna.ppm (512 × 512), Parrots.ppm (1536 × 1024), Fish.ppm (300 × 200), Poolballs.ppm (510 × 383).

2. Nilai K Nilai ini digunakan untuk mewakili jumlah warna yang diinginkan untuk mewakili citra asli.

3. Jumlah iterasi Jumlah iterasi digunakan untuk menentukan program melakukan terminasi.

4. Model Inisialisasi Skema inisialisasi yang dipakai untuk inisialisasi algoritma k-means, antara lain:

Random (Forgy), Minmax (MMX), Subset Farthest First (SFF), dan K-Means++ (KPP).

(15)

Weighted Sort-Means

Mulai

Citra Berwarna

Membuat desain palet sesuai distribusi warna citra input

Palet Warna

Pemetaan piksel dari palet warna ke citra input

Citra terkuantisasi

Selesai

Diagram Alir Garis Besar Sistem

(16)

Weighted Sort-Means

Lingkungan Ujicoba

Perangkat Spesifikasi

Perangkat Keras

Prosesor: Intel(R) Core(TM)2 Duo CPU T6500

@ 2.10GHz Memori: 2.00 GB

Perangkat Lunak

Sistem Operasi:

Microsoft Windows 7 Ultimate SP 1 32 Bita Perangkat Pengembang: Code::Blocks 10.05

(17)

Weighted Sort-Means

Skenario Ujicoba

1. Melakukan kuantisasi warna citra terhadap 8 kumpulan data citra berwarna RGB (airplane, baboon, boats, lenna, parrots, peppers, fish, dan poolballs) menggunakan algoritma WSM.

2. Melakukan perbandingan terhadap dua algoritma, yaitu KM dan WSM. Di sini diberikan nilai parameter K yang berbeda, yaitu 32, 64, 128, dan 256. Skenario dilakukan untuk mengetahui perbandingan waktu komputasi CPU dari masing-masing algoritma.

3. Melakukan perbandingan terhadap skema

inisialisasi pada algoritma WSM.

(18)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 1

1. Kumpulan data yang digunakan adalah citra tes yang biasa dipakai dalam literatur kuantisasi, yaitu citra airplane (29% warna unik), baboon (58% warna unik), boats (31% warna unik), lenna (57% warna unik),

parrots (13% warna unik), peppers (42% warna unik), fish (47% warna unik), dan poolballs (7% warna unik).

2. Citra dikuantisasi menjadi 32 warna (nilai 𝐾 = 32) dengan menggunakan skema inisialisasi forgy (random) untuk semua citra.

3. Kondisi terminasi dilakukan setelah 20 kali iterasi dengan threshold (ambang konvergensi) ditentukan sebesar ɛ = 1e – 6.

4. Citra error didapatkan dari pengurangan absolut antara citra asli dengan citra terkuantisasi. Untuk

mendapatkan bentuk visualisasi agar lebih bisa dibaca, maka nilai piksel dari citra error dikalikan 4 kemudian dijadikan citra negatifnya.

(19)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 1

Airplane. (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

Baboon. (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

(20)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 1

Boats (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

Lenna. (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

(21)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 1

Parrots (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

Peppers (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

(22)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 1

Fish (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

Poolballs (a) Citra asli; (b) Citra terkuantisasi; (c) Citra error

(23)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 2

1. Pada bagian ini dilakukan kuantisasi warna citra dengan menggunakan algoritma KM dan WSM.

2. Kedua algoritma diinisialisasi dengan skema yang sama, yaitu Forgy. Nilai K yang digunakan adalah 32, 64, 128, dan 256.

3. Program melakukan terminasi setelah 20 kali iterasi

dengan nilai ambang konvergensi ditentukan sebesar ɛ = 1e – 6.

(24)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 2

K Alg. AIR BBN BTS LEN PAR PEP FSH PLB Mean

32

KM 5.59 3.36 7.27 4.63 30.9 3.33 0.96 4.01 5.59 WSM 0.99 0.94 1.74 1.12 4.88 1.06 0.24 0.72 0.99

64 KM 6.6 6.62 10.45 7.68 35.4 6.28 1.69 4.52 9.905 WSM 1.77 1.29 2.42 1.49 6.68 1.29 0.39 0.83 2.02

128 KM 11.68 13.36 21.11 12.76 70.7 11.6 2.99 9.1 19.16 WSM 2.44 1.79 2.68 2.63 8.70 1.93 0.62 1.23 2.75

256

KM 23.03 23.2 40.15 22.11 134.9 22.8 6.19 18 36.29 WSM 4.05 3.39 5.13 3.90 14.35 3.74 1.81 2.17 4.81

Perbandingan waktu komputasi CPU pada algoritma KM dan algoritma WSM

(25)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 2

(26)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 3

1. Pada bagian ini dilakukan kuantisasi citra menggunakan algoritma WSM dengan

menggunakan empat skema inisialisasi yang berbeda, yaitu random (FGY), minmax (MMX), subset farthest first (SFF), dan k-means++ (KPP).

2. Nilai K yang digunakan adalah 32, 64, 128, dan 256 dengan nilai ambang konvergensi ditentukan

sebesar ɛ = 1e – 6 untuk semua skema inisialisasi.

3. Ujicoba ini dilakukan untuk mengetahui skema inisialisasi yang paling efisien digunakan pada algoritma WSM untuk kuantisasi warna citra.

(27)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 3

K Skema AIR BBN BTS LEN PAR PEP FSH PLB Mean

32

FGY 0.99 0.94 1.74 1.12 4.88 1.06 0.24 0.72 1.46 MMX 0.87 1.00 2.2 1.00 4.94 1.14 0.3 0.61 1.50 SFF 0.68 1.05 1.38 1.11 4.55 0.89 0.22 0.62 1.31 KPP 2.34 1.95 2.98 2.27 9.72 2.42 0.54 1.25 2.93

64

FGY 1.32 1.28 2.05 1.61 6.48 1.41 0.37 0.92 1.93 MMX 1.81 1.76 2.65 1.65 7.96 1.83 0.42 0.99 2.38 SFF 0.92 1.4 1.72 1.23 7.30 1.55 0.35 0.74 1.90 KPP 2.95 3.3 5.24 3.39 17.69 4.6 1.05 2.83 5.13

128

FGY 2.25 2.26 2.76 2.65 9.93 2.31 0.65 1.34 3.01 MMX 2.04 2.99 4.04 3.32 13.18 2.71 0.73 1.61 3.82 SFF 1.28 2.24 3.49 2.28 7.73 2.12 0.72 1.55 2.67 KPP 5.41 6.06 9.98 7.27 35.48 6.32 1.72 3.51 9.46

256

FGY 3.38 4.04 5.41 4.83 14.46 3.31 1.88 2.68 4.99 MMX 4.29 6.17 7.8 5.81 22.15 4.74 2.24 3.23 7.05 SFF 3.21 3.87 4.98 3.32 15.00 3.51 2.01 2.34 4.78 KPP 10.89 11.62 18.96 11.68 64.41 12.8 3.87 7.91 17.7

Waktu Komputasi CPU Terhadap Algoritma WSM dengan Beberapa Skema Inisialisasi

(28)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 3

Nilai MSE Citra Terkuantisasi dari Algoritma WSM dengan Beberapa Skema Inisialisasi

K Skema AIR BBN BTS LEN PAR PEP FSH PLB Mea

n

32

FGY 119.9 370.6 123.4 123.5 264.5 228.9 148.8 138 189.7 MMX 85.83 332.3 120.3 127.7 234.9 224.1 157 106.1 173.5 SFF 58.57 326.4 115.7 119.6 237.6 220.4 140.3 62.2 160.0 KPP 58.66 326.1 117.1 118.8 227.4 222.5 141.3 50.36 157.7

64

FGY 60.3 204.9 72.79 73.23 148.6 139.3 99.4 110.7 113.6 MMX 46.05 201.2 68.21 76.46 133.7 137 95.73 79.75 104.7 SFF 36.55 197.7 66.51 72.86 127.6 131.4 88.31 28.79 93.7 KPP 33.97 195.2 63.22 72.43 127.4 132.2 84.38 21.48 91.28

128

FGY 32.6 124.4 42.95 48 82.09 82.55 57.37 65.64 66.95 MMX 31.02 125.7 42.05 48.76 82.79 84.2 60.12 29.27 62.98 SFF 23.03 124 39.31 46.29 75.45 80.89 56.44 13.37 57.34 KPP 21.49 123.2 37.13 45.95 73 79.81 50.72 10.05 55.16

256

FGY 21.3 79.47 28.43 31.3 49.37 53.33 38.57 22.81 40.57 MMX 18.93 82.34 26.4 31.81 48.96 53.3 37.21 16.14 39.38 SFF 15.13 80.42 25 30.66 45.07 51 33.91 5.82 35.87 KPP 14.05 78.48 23.09 30.03 42.64 49.6 31.27 4.97 34.26

(29)

Weighted Sort-Means

Ujicoba Skenario 3

(30)

Weighted Sort-Means Evaluasi 1

Skema Nilai MSE

32 64 128 256 Mean

Forgy 189.7 113.6 66.95 40.57 102.705 Minmax 173.5 104.7 62.98 39.38 95.14

SFF 160 93.7 57.34 35.87 86.7275

KPP 157.7 91.28 55.16 34.26 84.6

Peringkat Nilai MSE Citra Terkuantisasi Algoritma WSM dengan Berapa Skema Inisialisai

Forgy 256 (40.57) Minmax 256 (39.38) SFF 256 (35.87) KPP 256 (84.6)

(31)

Weighted Sort-Means

Evaluasi 2

Peringkat Waktu Komputasi CPU Algoritma WSM dengan Berapa Skema Inisialisai

Skema

Waktu Komputasi CPU

32 64 128 256 Mean

Forgy 1.46 1.93 3.01 4.99 2.84

Minmax 1.50 2.38 3.82 7.05 3.68

SFF 1.31 1.90 2.67 4.78 2.66

KPP 2.93 5.13 9.46 17.7 8.80

(32)

Weighted Sort-Means

Evaluasi 3

Peringkat Waktu Komputasi CPU Algoritma WSM dengan Berapa Skema Inisialisai

(33)

Weighted Sort-Means

Simpulan

1. Pada permasalahan kuantisasi wana citra, algoritma WSM sebagai algoritma modifikasi dari KM terbukti lebih efisien dari pada algoritma KM konvensional.

2. Bebeda dengan KM, kompleksitas WSM sublinier terhadap K.

3. Dilihat dari perspektif biaya waktu komputasi kuantisasi warna citra, skema inisialisasi subset

farthest first (SFF) lebih memberikan waktu komputasi yang lebih kecil dibanding dengan skema inisialisasi lainnya.

4. Dilihat dari perspektif kualitas hasil kuantisasi, skema inisialisasi k-means++ (KPP) lebih memberikan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan skema

inisialisasi lainnya.

(34)

Weighted Sort-Means

Saran

1. Algoritma WSM diuji lebih lanjut dengan

menggunakan skema inisialisasi: splitting, density- based, dan maximum variance, karena skema-skema ini tidak hanya dapat diterapkan pada data warna yang memiliki dimensi, tetapi juga kompleksitasnya tidak kuadratik atau lebih besar.

2. Algoritma WSM dikaji dan dibandingkan dengan algoritma kuantisasi citra lainnya seperti algoritma median-cut, metode otto, octree, variance-based, greedy, binary splitting, dan modified minmax.

Algoritma-algoritma ini adalah algoritma populer untuk kuantisasi warna citra.

(35)

Weighted Sort-Means

Pustaka

1. S. Phillips, Acceleration of k-means and related

clustering algorithm, Proc of the 4th Int. Workshop on Algorithm Engineering and Experiments, 2002, pp.

166-177.

2. K. Kanjanawanishkul, B. Uyyanonvara, Novel fast color reduction algorithm for time-constrained applications, Journal of Visual Communication and Image

Representation 16 (3) (2005) 311-332.

3. N. Goldberg, Colour image quantizaation for high resolution graphics display, Image and Vision Computing 9 (5) (1991) 303-312.

(36)

Weighted Sort-Means

Terima Kasih

(37)

Weighted Sort-Means

Lampiran: Diagram Alir Proses Desain Palet

Mulai

Citra Berwarna

Pembentukan data sub-sampel

Pembobotan data sub-sampel berdasar distribusi warna citra asli.

Klasterisasi Weighted Sort-Means

Palet Warna

Selesai

(38)

Weighted Sort-Means

Lampiran: Diagram Alir Proses Pemetaan Piksel

Mulai

Palet Warna

Mengganti warna pada citra asli dengan warna pada palet menggunakan prinsip warna terdekat

Citra Terkuantisasi

Selesai

(39)

Weighted Sort-Means

Lampiran: Pengukuran MSE



H

h

W

w

w h x w

h HW x

X X MSE

1 1

2

)

2

,

~ ( )

, 1 (

~ ) , (

• MSE menunjukkan nilai rata-rata distorsi dan umum dipakai sebagai pengukuran kualitas citra pada

literatur kuantisasi.

• Semakin rendah nilai MSE, semakin rendah kesalahan.

Gambar

Diagram Alir Garis Besar Sistem

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan analisis masalah dengan menggunakan analisis isi (Content Analysis). Hasil penelitian yang didapat, bahwa Mahfud MD memandang demokrasi sebagai asas yang mendasar

Sedangkan, pengelolaan remaja masjid lebih ditekankan pada pembentukan kepengurusan remaja masjid dalam menjalankan peran dan fungsi remaja masjid yang meliputi

n. menentukan SN berdasarkan hasil langkah 14. Jika nilai SN mendekati nilai SN yang diasumsikan untuk menghitung angka ekivalen, maka perencanaan tebal lapis perkerasan

Sejumlah masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai keyakinan akan kemudahan (perceived ease of use) dan keyakinan akan kemanfaatan (perceived usefulness)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada masalah tersebut dengan mengambil judul : “ Pengaruh Pertumbuhan

Stabilitas penjualan yang meningkat tidak selalu diikuti dengan menurunnya struktur modal pada perusahaan industri dasar dan kimia di Bursa Efek Indonesia Periode

Guru Pendidikan Islam berkesan dalam perbincangan tokoh pendidikan merangkumi pelbagai aspek antaranya ialah dari segi perancangan pengajaran, pengurusan bilik darjah,

Penelitian yang dilakukan oleh Dasiemi (2009) mengenai hubungan antara kepuasan hidup dengan post power syndrome pada pensiunan menemukan bahwa semakin