• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Reviu Penelitian Terdahulu

Gunawan (2017), menggunakan model analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate governance (CG) terhadap agresivitas pajak dengan menggunakan sampel perusahaan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

Semakin luas pengungkapan CSR maka perusahaancenderung semakin agresif terhadap pajak,karena perusahaan yang melakukan agresivitas pajakberusaha melakukan pengalihan perhatian sehingga mengungkapkan aktivitas CSR lebih luas untuk mendapat citra positif dari para stakeholder. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lanis & Richardson (2013) yangmenyatakan bahwa perusahaan yang melakukan agresivitas pajak lebih banyak mengungkapkan aktivitas CSR dibanding perusahaan yang tidak melakukan agresivitaspajak.

Menurut Gunawan (2017), pengujian untuk Corporate Governance (CG) menunjukkan bahwa CG tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Hal ini dapat disebabkan karena pemenuhan syarat dan prinsip tata kelola hanya dianggap sebagai “pemenuhan kewajiban” yakni sekedar memenuhi peraturan perundangan diIndonesia. Hal ini dijelaskan pada penelitian Siregar & Utama (2008), bahwatata kelola perusahaan di Indonesia masih sekedar sebagai pemenuhan undang-undang, belum sebagai upaya untuk

(2)

perbaikan tata kelola secara baik.Skor tata kelola perusahaan yang baik belum mampu mencerminkan mekanisme tata kelola perusahaan yang efektif dalam membatasi perilaku menyimpangmanajer dalam hal perpajakan.

Hanna & Haryanto (2016), menggunakan metode regresi berganda untuk menguji pengaruh agresivitas pelaporan keuangan, kepemilikan keluarga dan tata kelola perusahaan terhadap agresivitas pajak dengan menggunakan sampel semua perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) kecuali perusahaan keuangan, asuransi dan bank selama periode 2010-2014 sebanyak 331 perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa komite audit, kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit berjalan sesuai dengan fungsinya untuk meningkatkan keandalan pelaporan keuangan perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khurana & Moser (2009), menemukan bahwa besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan.

Sedangkan agresivitas pelaporan keuangan dan kepemilikan keluarga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pajak.

Agresivitas pelaporan keuangan tidak berpengaruh signifikan karena manajemen pajak yang dilakukan perusahaan tidak dipengaruhi oleh manajemen laba. Selain itu, peneliti tidak membedakan jenis perusahaannya dimana terdapat pola kegiatanekonomi dan karakteristik yang berbeda antara

(3)

perusahaan nonmanufaktur dan manufaktur dalam operasionalnya. Sehingga manajemen juga akan mengelola labanya secara berbeda (Hanna & Haryanto, 2016).

Tjondro et al. (2016), menggunakan model Moderated Regression Analysis (MRA) untuk menguji hubungan kualitas Corporate Social Responsibility (CSR) dan penghindaran pajak dengan kinerja laba sebagai moderator dengan menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia padatahun 2010–2014 sebanyak 254. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas corporate social responsibility (CSR) berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Namun bila kualitas corporate social responsibility (CSR) dimoderasi dengan kinerja laba yang tinggi, maka menunjukkan pengaruh positif terhadap penghindaran pajak, artinya perusahaan dengan kualitas corporate social responsibility (CSR) yang baik cenderung mengalami peningkatan dalampenghindaran pajak saat kinerja laba tinggi.

B. Tinjauan Pustaka

Jensen & Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak antara satu pihak atau lebih yang disebut sebagai prinsipal yang mengikat pihak lain atauagen untuk mengelola perusahaan berdasarkan kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan. Hubungan antara prinsipal dan agen sering mengalami perbedaan kepentingan sehingga menimbulkan konflik keagenan. Apabila agen dan prinsipal memiliki tujuan yang sama, maka agen akan mendukung semua

(4)

perintah prinsipal. Upaya untuk mengurangi konflik keagenan dengan membatasi tindakan agen dan melakukan pengawasan. Tindakan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil agen dapat memaksimalkan kesejahteraan prinsipal.

Menurut Gunawan (2017), teori legitimasi merupakan sebuah teori yang fokus pada interaksi perusahaan dengan para stakeholder. Perusahaan memerlukan legitimasi atau pengakuan dari para stakeholder agar mampu mempertahankan keberlangsungan perusahaan. Hidayati & Murni (2009), menyatakan bahwa untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan mengupayakan sejenis legitimasi atau pengakuan, baik dari investor, kreditor, konsumen, pemerintah maupun masyarakat sekitar di tempat perusahaan beroperasi. Legitimasi dari masyarakat dapat diperoleh apabila perusahaan melakukan tanggung jawab sosial.

Manajemen sebagai agen yang mengelola perusahaan berhak untuk menentukan kebijakan terutama dalam hal perpajakan yang akan dibayar perusahaan. Presentase kepemilikan manajerial dalam perusahaan mempengaruhi manajemen dalam menetapkan kebijakan perusahaan dan pengambilan keputusan, sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik dengan melakukan pengawasan dan pengendalian. Tarif pajak efektif dilakukan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang akan dibayarkan salah satunya dengan memperluas pengungkapan CSR. Hal ini dapat menyebabkan persepsi negatif dari pemegang saham dan publik terhadap perusahaan.

(5)

Suharto (2007:16) menyatakan bahwa CSR merupakan operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Dalam konteks pemberdayaan, CSR merupakan bagian dari policy perusahaan yang dijalankan secara profesional dan melembaga. CSR kemudian identik dengan CSP (corporate social policy), yakni strategi dan roadmap perusahaan yang mengintegrasikan tanggung jawab ekonomis korporasi dengan tanggung jawab legal, etis, dan sosial.

Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 pasal 1 ayat 3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Menurut Makhfudloh et al. (2018), strategi pelaporan CSR dan perilaku pajak adalah keputusan perusahaan. Keduanya sering dianggap sebagai beban bagi perusahaan. Perusahaan akan berusaha mencari strategi keputusan perusahaan untuk meminimalkan beban perusahaan. Menurut Harari et al.

(2013), menyatakan bahwa praktik perencanaan agresivitas pajak dapat merusak kemampuan masyarakat, merugikan kesetaraan sosial dan pelaksanaan kebijakan sosial atau ekonomi dengan cara sistem pajak, dan memaksakan beban ekonomi pada masyarakat yang tidak atau tidak dapat melakukan perencanaan agresivitas pajak tersebut. Tindakan agresivitas

(6)

perusahaan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap reputasi perusahaan, sehingga perlu membuat citra perusahaan semakin baik dengan cara meningkatkan kualitas perusahaan, masyarakat dan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.

Menurut Gunawan (2017), corporate governance (CG) merupakan sebuah sistem yang dipergunakan untuk menyeleraskan kepentingan agen dengan pemilik perusahaan dalam mengelola perusahaan. Tata kelola perusahaan menurut FCGI (2001) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara stakeholder yang berkaitan denganhak dan kewajiban mereka terhadap perusahaan. Terwujudnya keseimbangan pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan akan menjadi penghambat bagi manajer untuk membuat kebijakan sesuai kepentingan pribadi serta mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan (Jao & Pagalung, 2011). Sehingga ruang gerak manajer dapat dibatasi dengan membangun pengendalian dan pengawasan yang baik sebagai kunci keberhasilan corporate governance (CG).

Struktur kepemilikan perusahaan mempengaruhi tidak hanya permasalahan agensi yang dihadapi perusahaan namun juga perilaku perusahaan (Hidayati & Diyanty, 2018). Kepemilikan saham terdiri atas institusional, keluarga dan publik. Selain ketiga kepemilikan perusahaan tersebut, juga terdapat kepemilikan manajerial. Menurut Putri & Irawati (2019), mendefinisikan bahwa kepemilikan manajerial sebagai tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

(7)

pengambilan keputusan. Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

Dalam Richardson & Lanis (2007), tarif pajak efektif adalah perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial sebelum pajak. Bagi perusahaan, tarif pajak efektifdigunakan untuk mengukur dampakperubahan kebijakan perpajakan atas bebanpajak perusahaan sehingga dapat mengetahui seberapa besar persentase perusahaan sebenarnya membayar pajak terhadap laba komersial yangdiperoleh oleh perusahaan apakah lebih besar atau lebih kecil dari tarif yang ditetapkan (Putri & Irawati, 2019).

Menurut Hanna & Haryanto (2016), dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering digunakan adalah tax evasion dan tax avoidance. Dalam Hanna & Haryanto (2016), memaparkan definisi terkait dua istilah tersebut. Tax evasion (penggelapan pajak) adalah penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan. Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada.

(8)

C. Pengembangan Hipotesis

1. Corporate Social Responsibility (CSR)

Suharto (2007:16), menyatakan bahwa CSR merupakan operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Konsep legitimasi menunjukkan adanya tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat untuk keberlanjutan perusahaan yang berhubungan dengan citra perusahaan (Maraya & Yendrawati, 2016). Sehingga penting bagi perusahaan menerapkan CSR sebagai bentuk tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan dengan berkontribusi membayar pajak secara adil. Pelaporan CSR dan perilaku pajak sering dianggap sebagai beban, sehingga perusahaan berupaya untuk meminimalkan beban tersebut.

H1 : Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR)

2. Corporate Governance (CG)

Menurut Gunawan (2017), corporate governance (CG) merupakan sebuah sistem yang dipergunakan untuk menyeleraskan kepentingan agen dengan pemilik perusahaan dalam mengelola perusahaan. Menurut Gunawan (2017), konflik kepentingan dapat dihindari jika perusahaan menerapkan sistem CG yang baik pada perusahaannya. Selain itu, CG juga digunakan untuk mengendalikan tindakan manajer yang mementingkan keuntungan sendiri. Selanjutnya pemilik perusahaan dapat memantau

(9)

tindakan yang diambil pengelola dalam mengelola perusahaannya melalui penerapan CG, sehingga tindakan penghindaran pajak dapat dikurangi karena akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sari et al. (2016), menemukan bahwa perusahaan-perusahaan dengan mekanisme tatakelola yang baik dan terlibat dalam penghindaran pajak menunjukkan nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dengan tata kelola yang rendah.

𝐻2 : Corporate Governance (CG) berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR)

3. Kepemilikan Manajerial

Manajemen bertanggung jawab untuk mengelola perusahaan dan menetapkan kebijakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Karakteristik manajemen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang berdampak pada kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Dalam Putri &

Irawati (2019), mengungkapkan bahwa semakin besar insider ownership, maka perbedaan kepentingan antara pemegang saham (pemilik) dengan pengelola perusahaan (manajemen) semakin kecil karena mereka akan bertindak dengan lebih hati-hati. Sebaliknya, apabila kepemilikan insider ownership kecil berarti hanya sedikit jumlah pemegang saham yang ikut terlibat dalam pengelola perusahaan sehingga semakin tinggi pula munculnya masalahkeagenan.

(10)

𝐻3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Corporate Social Responsibility

(CSR)

Corporate Governance (CG)

Kepemilikan Manajerial

Effective Tax Rate

Referensi

Dokumen terkait

Menjadi menarik ketika etnis Minang merupakan salah satu etnis yang sering diangkat pada Media, namun banyak penggambaran akan etnis Minang yang disajikan membuat etnis ini

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Ada atau tidak ada Perbedaan signifikan antara Kinerja Portofolio Saham dengan Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap di Perusahaan Perbankan dengan menggunakan metode

Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima berupa sungai yang jika tidak

58 Tahun 2010 Pasal 17 untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu yang mempunyai ketentuan khusus acara pidana, selain ditugaskan kepada penyidik

Pembahasan mengenai unsur intrinsik karya sastra yang diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMP dan SMA dijadikan acuan oleh peneliti untuk menganalisis penokohan,

…Tapi kalau orangtua tu karena di orangtuanya A hampir setiap hari bisa 4 kali 3 kali hubungin kan buat nanyak dimana. Mungkin mikir oohh sekarang enggak bawa hp

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) struktur mikro wacana Togel Marak di Bali pada Harian Bali Post terdiri atas pola pengembangan paragraf deduktif dan