• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Calkon Piridin dan Turunannya dari 2-Asetilpiridin dengan Metoksibenzaldehid serta Uji Aktivitasnya sebagai Antioksidan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sintesis Calkon Piridin dan Turunannya dari 2-Asetilpiridin dengan Metoksibenzaldehid serta Uji Aktivitasnya sebagai Antioksidan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Sintesis Calkon Piridin dan Turunannya dari 2-Asetilpiridin dengan Metoksibenzaldehid serta Uji Aktivitasnya sebagai Antioksidan

S. Oktari1, R. Hendra2, Jasril2

E-mail : chika_okt@ymail.com

1Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-UR

2Dosen Jurusan Kimia FMIPA-UR

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

ABSTRACT

Chalcone are known to exhibit various biological activities such as antioxidant, antimalaria, anticancer, anti-inflammatory and antimicrobial. Chalcone as antioxidant can neutralize free radicals by donating an electron to the reactive species. Two analogous chalcone have been synthesized from 2-acetyl pyridine and methoxybenzaldehyd derivates with claisen schmidt condensation using base catalyst KOH. The compounds of synthesized produce are 2,6-bis(3,4-dimethoxyphenyl)- 4-hydroxy-4-(pyridine-2-yl)cyclohexane-1,3-diil)bis(pyridine-2-ilmetanon) (SC1) and (E)-3-(2,4,5-trimethoxy phenyl) -1-(pyridine-2-yl) prop-2-en-1-one (SC2). The productc of synthesis then characterized using UV, IR, 1H-NMR, 13C-NMR and mass spectroscopy. Antioxidant activity was tested using DPPH method and the standard used is ascorbic acid. Assay results of the two compounds showed very weak antioxidant activity because the IC50 is more than 250 ppm.

Keywords : chalcone pyridine, claisen schmidt condensation, antioxidant activity.

PENDAHULUAN

Senyawa calkon merupakan salah satu metabolit sekunder golongan flavonoid yang dapat diperoleh dari tumbuhan dan senyawa ini dapat digunakan sebagai material awal dalam sintesis berbagai jenis senyawa heterosiklik. Untuk memperoleh senyawa calkon dapat digunakan metode isolasi, tetapi terdapat beberapa kekurangan antara lain jumlahnya yang terbatas, variasi strukturnya relatif sedikit, serta membutuhkan biaya yang mahal (Harborne, 1994). Oleh karena itu dibutuhkan suatu solusi yang dapat meminimalisir segala kekurangan metode isolasi senyawa bahan alam yaitu dengan teknik sintesis kimia (Seebah, 1990).

Calkon adalah flavanoid penting yang terdiri dari dua cincin aromatik yang digabungkan oleh suatu keton α, β tak jenuh. Senyawa yang berasal dari turunan calkon diketahui memiliki berbagai jenis aktivitas biologis termasuk antioksidan, antibakteri, antikanker, anti-infeksi, anti-inflamasi, dan antimalaria (Kashyap et al, 2011). Calkon sebagai antioksidan mampu menetralkan radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu elektron pada spesies reaktif. Suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dapat mencegah dan melawan terjadinya kerusakan pada jaringan tubuh manusia yang

(2)

2

disebabkan oleh radikal bebas. Kehadiran senyawa keto yang reaktif dan gugus fenil pada analog calkon dapat membuat senyawa tersebut memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Singh et al, 2011).

Senyawa turunan calkon dapat disintesis melalui kondensasi Aldol atau lebih spesifik melalui kondensasi Claisein-Schmidt dari suatu keton aromatik dengan aldehid aromatik. Reaksi ini dapat dikatalis dengan suatu asam atau basa. Katalis asam maupun basa yang umum digunakan adalah NaOH, KOH, Ba(OH)2, SOCl2 (Petrov et al, 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa calkon piridin dan turunannya dari molekul awal 2-asetilpiridin dengan 3,4-dimetoksi benzaldehid dan 2,4,5- trimetoksibenzaldehid. Kemudian dilanjutkan dengan karakterisasi senyawa yang diperoleh dengan spektroskopi UV, IR, MS dan NMR, selanjutnya akan dilakukan uji aktivitas antioksidan dari senyawa yang didapatkan.

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan senyawa calkon, maka pendekatan sintetis yang diusulkan pada penelitian ini adalah didasarkan pada kondensasi antara aldehid aromatik dengan keton aromatik, seperti yang terlihat pada skema retro sintetis di bawah ini:

O O

H O

R1 R2 R1 R2

+

Gambar 1. Pendekatan retrosintesis dari calkon

Penelitian ini menggunakan pendekatan kimia kombinatorial yaitu memproduksi sejumlah senyawa secara bersamaan dengan menggunakan senyawa awal 2- asetilpiridin, 3,4-dimetoksibenzaldehid dan 2,4,5-trimetoksibenzaldehid. Berbagai kemungkinan produk reaksi dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

3

Tabel 1. Perpustakaan molekul kombinatorial hipotetik

Keton Aldehid Produk yang dihasilkan

SC1

SC2

a. Sintesis senyawa SC1 dan SC2

2-asetilpiridin (5 mmol) dan etanol absolut (7,5 mL) dimasukkan ke dalam labu bulat yang telah dilengkapi magnetic stirer dan distirer selama satu menit, lalu ditambahkan KOH 2N (5 mL) tetes demi tetes secara perlahan-lahan distirer selama 2 menit, selanjutnya ke dalam campuran dimasukkan metoksibenzaldehid (5 mmol). Campuran diaduk dengan menggunakan pengaduk magnetik (stirer) selama 2,5 jam pada suhu kamar. Setelah itu, campuran dibiarkan selama 20 jam. Kemudian ke dalam campuran ditambahkan 15 mL akuades dingin dan pH campuran dinetralkan dengan HCl. Saring endapan yang terbentuk dengan corong buchner, padatan dicuci dengan akuades dingin dan n-heksana dingin dan divakum hingga kering. Tahapan reaksi diamati dengan KLT.

Untuk sintesis senyawa SC1 didapatkan senyawa murni dengan rekristalisasi, sedangkan sintesis senyawa SC2 tanpa rekristalisasi. Produk yang diperoleh diuji kemurniannya dengan KLT, titik leleh dan HPLC.

b. Analisis Spektroskopi UV, IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan MS

Senyawa murni yang diperoleh kemudian ditentukan strukturnya dengan spektrofotometer ultraviolet (UV), spektrofotometer infrared (IR), spektroskopi massa (MS), spektroskopi 1H-NMR dan 13C-NMR. Analisis dengan spektrofotometer UV dan IR dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau, sedangkan analisis dengan spektroskopi 1H-NMR, 13C-NMR dan spektroskopi massa (MS) dilakukan di Institut Teknologi Bandung.

c. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-diphenil-1- picrylhidrazyl)

Senyawa murni yang dihasilkan dilanjutkan dengan uji aktivitas sebagai antioksidan.

Pada uji ini menggunakan metode DPPH (2,2- diphenyl –1–picryl hydrazyl). Sebanyak

H O

OCH3

OCH3

N

CH3 O N

CH3 O

N

O OCH3

OCH3 OCH3 N

O

OCH3

OCH3

H O

OCH3 OCH3

OCH3

(4)

4

50 µl sampel dengan konsentrasi yang berbeda dimasukkan ke dalam microplate.

Kemudian ditambahkan DPPH dengan konsentrasi 400 ppm sebanyak 80 µl. Setelah itu diinkubasi selama 30 menit kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm dengan microplate reader.

Dari data nilai absorbansi yang didapat maka dapat dihitung nilai % inhibisi dengan menggunakan rumus :

% Inhibisi =

Keterangan : A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel A sampel = Absorbansi sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Sintesis senyawa SC1dan SC2

Dalam penelitian ini, telah berhasil mensintesis senyawa calkon piridin dan turunannya menggunakan metode stirer dan katalis basa KOH, senyawa yang berhasil disintesis yaitu :

Senyawa SC1 yang diperoleh dengan mereaksikan 2-asetil piridin dan 3,4-dimetoksi benzaldehid menggunakan katalis KOH 2N, bentuk padatan berwarna hijau muda dengan berat 0,4791 g dan rendemen 35,58 %. Senyawa murni dihasilkan melalui rekristalisasi, hal ini dapat dilihat yaitu pada uji KLT awal yang dilakukan terdapat dua noda. Setelah dilakukan rekristalisasi senyawa tersebut menghasilkan satu noda sehingga bisa diperkirakan senyawa tersebut telah murni. Uji kemurnian dilakukan dengan uji KLT menggunakan eluen etil asetat : n-heksana dengan perbandingan yang bervariasi, dapat dilihat perbandingan etil asetat : n-heksana berturut-turut (2,5 : 2,5), (3,5 : 1,5) dan (4,5 : 0,5) dengan harga Rf (0,12), (0,35) dan (0,6). Uji KLT yang

N N

O O

OCH3

OH

N H3C

O

OCH3

OCH3

(SC1)

2,6-bis(3,4-dimetoksifenil)-4-hidroksi- 4-(piridin-2il)sikloheksana-1,3-diil)bis

(piridin-2-ilmetanon)

N O

OCH3

OCH3

OCH3

(SC2)

(E)-3-(2,4,5-trimetoksifenil)- 1-(piridin-2-il)prop-2-en-1-on

(5)

5

dilakukan menghasilkan satu noda yang diamati dengan bantuan lampu UV. Titik leleh senyawa dicapai pada suhu 180-181oC, range yang diperoleh kecil dari 20C sehingga dapat dikatakan senyawa telah murni.

Selanjutnya untuk senyawa SC2 diperoleh dengan mereaksikan 2-asetil piridin dan 2,4,5-trimetoksi benzaldehid menggunakan katalis KOH 2N, bentuk padatan berwarna kuning dengan berat 1,4762 g dan rendemen 98,64 %. Senyawa murni dihasilkan tanpa rekristalisasi. Uji kemurnian dilakukan dengan uji KLT menggunakan eluen etil asetat : n-heksana dengan perbandingan yang bervariasi, dapat dilihat perbandingan etil asetat : n-heksana berturut-turut (1,5 : 3,5), (2,5 : 2,5), dan (3,5 : 1,5) dengan harga Rf (0,25), (0,55), dan (0,72). Uji KLT yang dilakukan menghasilkan satu noda yang diamati dengan bantuan lampu UV. Titik leleh senyawa dicapai pada suhu 138-139oC, range yang diperoleh kecil dari 20C ini dapat diperkirakan senyawa tersebut telah murni.

Uji kemurnian menggunakan HPLC untuk senyawa SC1 menghasilkan kromatogram yang hanya terdapat satu puncak dominan yaitu pada tR= 16 menit (210 nm dan 310 nm). Sedangkan untuk SC2 juga menunjukkan satu puncak dominan pada tR= 10,75 menit (210 nm dan 310 nm). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa SC1 dan SC2 ini murni.

b. Analisis Spektroskopi UV, IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan MS

Spektrum UV untuk senyawa SC1 menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 207, 217, 231 dan 269 nm sedangkan untuk senyawa SC2 menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 209, 253, 275, 318 dan 403 nm.

Spektrum IR senyawa SC1 dan senyawa SC2 menunjukkan serapan pada bilangan gelombang tertentu yang mengindikasi adanya vibrasi ikatan molekul dari senyawa tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakterisasi gugus fungsi dari senyawa SC1 dan SC2 dengan spektrofotometer Infra Merah (IR)

Kode

Senyawa IR (cm-1)

SC1 IR (cm-1): 3050,55 (C-H aromatik); 2905,89 (C-H alifatik);

1518,04 (C=C aromatik); 1696,47 (C=O); 1259,57 (OCH3) SC2 IR (cm-1): 3083,34 (C-H aromatik); 2990,76 (C-H alifatik);

1513,22 (C=C aromatik); 1660,78 (C=O); 1208,46 (OCH3)

(6)

6

Data hasil spektrum 1H NMR dan 13C-NMR untuk senyawa SC1 dan SC2 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Karakterisasi proton dari senyawa SC1 dan SC2 dengan spektrometer 1H-NMR Kode

Senyawa

1H-NMR SC1 1

H NMR (500 MHz, CDCl3) (δ, ppm): 3,54 (s, 3H, Ar-3 OCH3), 3,51 (s, 3H, Ar-4-OCH3), 3,67 (s, 3H, Ar-3-OCH3), 3,73 (s, 3H, Ar-4-OCH3).

SC2

1H NMR (500 MHz, CDCl3) (δ, ppm) : 8,72 (dd, 1H, Ar-6’-H), 8,325 (d,1Hβ, Jβ= 15 Hz), 8,165 (d, 1H, Ar-3-H), 8,105 (d, 1Hα, Jα= 15 Hz), 7,845 (t, 1H, Ar-4’-H), 7,45 (t, 1H, Ar-5-H), 7,27 (s, 1H, Ar-6-H), 6,50 (s, 1H, Ar-3-H), 3,89 (s, 3H, Ar-2-OCH3), 3,93 (s, 3H, Ar-4-OCH3) dan 3,91 (s,3H, Ar-5-OCH3)

Tabel 4.Karakterisasi karbon dari senyawa SC1 dan SC2 dengan spektrometer 13C-NMR Kode

Senyawa

13C-NMR SC1 13

C-NMR (500 MHz, CDCl3) (δ, ppm) : 205,94 ; 203,88 ; 162,73 ; 154,07 ; 148,09 ; 147,96 ; 147,84 ; 147,68 ; 147,08 ; 147,05 ; 146,82 ; 136,11 ; 136,05 ; 135,82 ; 134,96 ; 133,28 ; 126,01 ; 125,92 ; 121,75 ; 121,70 ; 121,06 ; 120,97 ; 120,79 ; 119,55 ; 111,59 ; 111,47 ; 110,58 ; 110,48 ; 75,99 ; 55,64 ; 55,61 ; 55,44 ; 55,28 ; 48,52 ; 48,01 ; 45,12 ; 40,87 ; 38,49

SC2

13C-NMR (500 MHz, CDCl3) (δ, ppm) : 189,45 ; 154,82 ; 154,77 ; 152,72 ; 148,64 ; 143,26 ; 139,72 ; 136,89 ; 126,48 ; 122,82 ; 118,11 ; 115,83 ; 110,64 ; 96,71 ; 56,53 ; 56,41 ; 55,99

Dari hasil spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR untuk senyawa SC1 menunjukkan bahwa jumlah proton dan karbon dari senyawa yang didapatkan tidak sesuai dengan calkon piridin yang diharapkan. Spektrum 1H-NMR dari senyawa yang didapatkan tidak menunjukkan adanya Hα dan Hβ yang merupakan ciri khas untuk senyawa calkon.

Spektrum 13C-NMR menunjukkan bahwa pada senyawa ini terdapat 2 buah C=O yang terlihat pada pergeseran kimia δ 203,88 dan 205,94 ppm.

Dari hasil uji KLT, titik leleh dan HPLC menunjukkan bahwa senyawa yang didapat telah murni, namun bukan senyawa calkon piridin seperti yang diharapkan tetapi telah didapatkan senyawa yang lain. Kemungkinan dari sintesis senyawa calkon piridin yang menggunakan asetilpiridin akan menghasilkan senyawa lain yang merupakan turunan dari senyawa calkon piridin itu sendiri (Vatsadze, 2004). Berdasarkan hal tersebut dan juga interpretasi spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR, diprediksi bahwa senyawa yang didapatkan memiliki struktur dan mekanisme reaksi sebagai berikut:

(7)

7

Gambar 2. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa SC1

(b)

N O

OCH3

O

N H

H

OH OCH3

N N

O O

OCH3

OH

N H3C

O

OHH2C OCH3

OCH3

N O

OCH3

O

N OH

H3CO

N O

H2C OCH3

OCH3

N N

O O

OCH3

OH

N H3CO

OCH3

OCH3

N O

OCH3

O

H N

OCH3

N O

OCH3 N H2C

O OCH3

N O

OCH3

O

N H

O

H3CO

OCH3

OCH3

(b) (c)

(b)

(d)

(a)

(8)

8

Pada awal reaksi terjadi pembentukan senyawa calkon, namun reaksi berlanjut ketahap berikutnya dimana terjadi reaksi adisi pada ikatan rangkap (Vatsadze, 2004). Ion enolat pada molekul 2-asetilpiridin menyerang ikatan rangkap pada senyawa calkon, sehingga terbentuk senyawa (a) dengan perbandingan aldehid aromatik : keton aromatik 1:2.

Kemudian basa (OH-) mengambil Hα pada senyawa (a) sehingga terbentuk nukleofil yang selanjutnya menyerang gugus karbonil pada 3,4-dimetoksibenzaldehid dan akan menghasilkan senyawa (b). Setelah itu basa mengambil Hαpada senyawa (b) sehingga terbentuk nukleofil yang akan menyerang gugus karbonil pada 2-asetilpiridin dan akan menghasilkan senyawa (c) dan kemudian terjadi siklisasi sehingga terbentuk senyawa (d).

Spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR untuk senyawa SC2 menunjukkan bahwa jumlah proton dan karbon dari senyawa yang didapatkan sesuai dengan calkon piridin yang diharapkan. Spektrum 1H-NMR senyawa SC2 menunjukkan adanya pergeseran kimia pada δ 8,105 ppm (d, 1H, J=15 Hz), δ 8,325 ppm (d, 1H, J =15 Hz), berturut-turut memperlihatkan proton H pada C-α dan C-β yang merupakan ciri khas untuk senyawa calkon. Dari harga tetapan kopling tersebut dapat diperkirakan bahwa proton pada ikatan rangkap ini mempunyai konfigurasi trans (E). Proton pada gugus metoksi ditunjukkan pada pergeseran kimia δ 3,89 ppm (s, 3H) ; 3,93 ppm (s, 3H) dan 3,91 ppm (s, 3H). Spektrum 13C-NMR menunjukkan adanya pergeseran kimia δ 118,11 ppm dan δ 139,72 ppm berturut-turut merupakan karbon C-α dan C-β. Sedangkan untuk C=O terlihat pada δ 189,45 ppm. Adapun mekanisme reaksi yang terjadi adalah :

Gambar 3. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa SC2

Spektrum MS senyawa SC1 menunjukkan puncak ion molekul tidak setara dengan berat molekul yang diusulkan. Senyawa calkon piridin yang diusulkan memiliki rumus molekul C16H15NO3 dengan berat molekul 269,30. Sedangkan pada spektrum MS menunjukkan adanya puncak ion molekul pada m/z 660,2696 (100%) (M+ + H) dengan rumus molekul yang didapatkan yaitu C39H37N3O7. Sedangkan untuk spektrum massa senyawa SC2 menunjukkan adanya puncak ion molekul pada m/z 298,1088 (100%)

N

N KOH

EtOH N

H O

-H2O CH2

O OH

- O

O

H OH

N O

H O H

+

H OCH3

OCH3 OCH3

OCH3

OCH3 OCH3 OCH3

OCH3

OCH3

(9)

9

(M+ + H), sesuai dengan rumus molekul C17H17NO4. Ini membuktikan bahwa senyawa yang didapatkan sesuai dengan molekul target.

c. Uji aktivitas antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan larutan DPPH 400 ppm sebagai radikal bebas. Adapun data yang diperoleh terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Aktivitas antioksidan senyawa hasil sintesis melalui metode DPPH

Senyawa Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

(A) % Hambatan IC50

(ppm) Asam

askorbat SC1

SC2

3,125 0,075 31,260

4,397

> 250

> 250 6,25 0,024 77,615

12,5 -0,019 117,566

125 0,095 12,656

250 0,092 15,706 125 0,105 3,812 250 0,093 14,486

Uji aktivitas antioksidan senyawa hasil sintesis menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl -1-picryl hydrazyl). DPPH merupakan radikal sintetik yang larut dalam pelarut polar seperti metanol. Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan senyawa radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya perubahan warna DPPH dari ungu kekuning pada panjang gelombang 517 nm (Hanari dkk, 2005). Dari nilai konsentrasi dan % penghambatan sampel dapat dibuat regresi linier untuk menentukan nilai IC50. IC50 merupakan konsentrasi senyawa hasil sintesis yang mampu memberikan persen penangkapan radikal bebas sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya antioksidannya.

Hasil pengukuran daya antioksidan senyawa hasil sintesis dengan menggunakan metode DPPH tertera pada Tabel 5. Pada pengujian aktivitas antioksidan ini konsentrasi yang digunakan antara standar dan senyawa hasil sintesis berbeda. Hal ini dikarenakan asam askorbat telah diketahui sebagai standar dan pada konsentrasi yang rendah nilai IC50

telah dapat diperoleh, yang menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya telah terukur.

Nilai IC50 untuk asam askorbat yang didapatkan yaitu 4,397 ppm.

Berbeda halnya dengan senyawa-senyawa hasil sintesis yang akan diuji aktivitas antioksidannya. Setelah melalui pengujian dengan metode DPPH pada konsentrasi seperti yang tertera pada Tabel 5, menunjukkan bahwa senyawa-senyawa hasil sintesis

SC1 dan SC2 mempunyai daya antioksidan yang sangat lemah dengan nilai IC50 > 250 ppm. Nilai IC50 ini menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis tersebut dapat

dikatakan tidak aktif untuk antioksidan karena nilainya > 250 ppm.

Pada penelitian ini senyawa SC1 terdapat gugus hidroksi dan metoksi sedangkan SC2

hanya terdapat gugus metoksi, namun tidak menunjukkan aktivitas antioksidan yang baik. Senyawa yang tidak menunjukkan hasil positif untuk antioksidan dikarenakan (b)

(10)

10

nilai IC50 yang diperoleh besar, ini berarti gugus hidroksi dan metoksi yang terkandung dalam senyawa hasil sintesis tersebut belum cukup untuk menangkal radikal bebas pada konsentrasi DPPH 400 ppm sehingga tidak berpotensi untuk antioksidan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Senyawa 2,6-bis(3,4-dimetoksifenil)-4-hidroksi-4-(piridin-2il) sikloheksana-1,3-diil) bis (piridin-2-ilmetanon) (SC1) yang dihasilkan bukanlah senyawa calkon piridin yang diharapkan tetapi turunan dari calkon piridin tersebut. Untuk senyawa (E)-3-(2,4,5- trimetoksifenil)-1-(piridin-2-il)prop-2-en-1-on (SC2) merupakan senyawa calkon piridin yang diharapkan. Rendemen yang dihasilkan untuk senyawa SC1 sebesar 35,58 %, dan senyawa SC2 98,64 %. Hasil uji aktivitas antioksidan dari kedua senyawa yang dihasilkan menunjukkan aktivitas yang sangat lemah atau dapat dikatakan tidak aktif

untuk antioksidan karena % hambatan yang diperoleh sangat kecil dan nilai IC50 > 250 ppm.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan waktu analisis yang lebih cepat, maka perlu dicari metode sintesis lain seperti mengunakan microwave. Serta perlu dilakukan uji aktivitas biologis yang lain sehingga pemanfaatannya lebih luas misalnya uji anti kanker dan anti tumor.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa dan dukungan yang beliau berikan, begitu juga kepada Bapak Prof. Dr. Jasril, M.Si dan Bapak Rudi Hendra Sy, M.Sc, Apt sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan perbaikan selama berdiskusi dengan beliau, dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Achanta, G., Modzelewska, A., Feng, L., Khan, S.R & Huang, P. 2006. Boronic- Chalcone Derivative Exhibits Potent Anticancer Activity through Inhibition of the Proteasome. Department of Molecular Pathology, University of Texas MD Anderson Cancer Center, Houston, Texas, USA.

Ahmad, M.R., Sastry.V.G., Bano, N., Anwer. S & Kumaraswamy. G. 2011. Antioxidant and Antibacterial activities of Some Novel Chalcone Derivatives and their synthesis by conventional and microwave irradiation methods. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 3 (5): 710-717.

Budimawarti, C & Handayani, S. 2010. Efektivitas katalis asam basa pada sintesis 2- hidroksikalkon, senyawa yang berpotensi sebagai zat warna. Jurdik Kimia UNY.

Choudhary, A.N & Juyal, V. 2011. Synthesis of chalcone and their derivatives as antimicrobial agents. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3 (3): 125-128.

Darmi, N.Y. 2012. Kondensasi dari Asetilpiridin dan 4-Klorobenzaldehid serta Uji Aktivitasnya sebagai Antibakteri. Skripsi. Pekanbaru: UR.

(11)

11

Frankel, E.N. 1998. Oxidation in Multiphase System in: Lipid Oxida’on. The Oily Press Ltd.P.167-186.

Gardela, R. 2012. Kondensasi dari Asetilpiridin dan 4-Bromobenzaldehid serta Uji Aktivitasnya sebagai Antibakteri. Skripsi. Pekanbaru: UR.

Gordon, M.H. 1990. The Mechanism of Antioksidant Action in Vitro. In: Food Antioksidant. Edited by B. J. F. Hudson. Elsevier Applied Scienc: London and New York.

Harborne, J.B. 1994. The Flavonoids Advances In Research Since 1986, Chapman dan Hall: London.

Kashyap, S.J., Garg, V.K., Dudhe, R., Sharma, P.K & Kumar, N. 2011. Synthesis and in-vitro antioxidant activity of substituted chalcone derivatives. International Journal Of Drug Formulation and Research. 4 (2) : 324-336.

Kim, Y.H., Kim, J., Park, H & Kim, H.P. 2007. Anti-inflammatory Activitey of the Synthetic Chalcone Derivaties: Inhibition of Inducible Nitric Oxide Synthase- catalyzed Nitric Oxide Product from Lipopolysaccharide-Treade RAW 264.7 Cells. Biological Pharmaceutical Bulletein. 8 (30): 1450-1455.

Kuncahyo, I. 2007. Seminar Nasional Teknologi 2007. Yogyakarta, 27 November 2007.

Lee, Y.S., lim, S.S., Shin, K.H., Kim, Y.S., Ohuchi, K & Jung, S.H. 2006. Anti- angiogenic and anti-tumor Activities of 2`-Hidroxy-4-methoxychalcone.

Biological Pharmaceutical Bulletein. 5 (29): 1028-1031.

Petrov, O., Ivanova, Y & Gerova, M. 2008. SOCl2/EtOH: Catalytic system for synthesis of chalcones. Department of Applied Organic Chemistry, University of Sofia St.

Kliment Ohridski, 1 James Bourchier Ave., 1164 Sofia, Bulgaria. 315-316.

Pietta, P. G. 2000. Flavonaid as Antioxidant. Journal Natural. 63:1035-1042.

Prakash, A. 2001. Antioxidant activity. Medalion Laboratories Analitical Progress.

19 (2)

Seebah, D. 1990. Organic synthesis-where now. Angew. Chem. Int. 29. 1320-1367.

Singh, S., Sharma, P.K., Kumar, N & Dudhe, R. 2011. Anti-oxidant activity of 2- hydroxyacetophenone chalcone. Journal of Advanced Scientific Research. 2 (3):

37-41.

Tiwari, B., Pratapwar, A.S., Tapas, A.R., Butle, S.R & Vatkar, B.S. 2010. Synthesis and antimikrobial activity of some chalcone derivates. International Journal of ChemTech Research 1.2: 499-503.

Vatsadze, S.Z., Nuriev, V.N & Lescheva, I.F. 2004. New aspects of the aldol condensations of acetylpyridines with aromatic aldehydes. Russian chemical bulletin. 53: 911-915.

Wingrove, A.S., & Caret, R.L. 1981. Organic Chemistry. Harper & Row Publishers:

New York.

Gambar

Tabel 1. Perpustakaan molekul kombinatorial hipotetik
Tabel 3. Karakterisasi proton dari senyawa SC 1  dan SC 2  dengan spektrometer  1 H-NMR  Kode  Senyawa  1 H-NMR  SC 1  1 H  NMR  (500  MHz,  CDCl 3 )  (δ,  ppm):  3,54  (s,  3H,  Ar-3  OCH 3 ),  3,51      (s, 3H, Ar-4-OCH 3 ), 3,67 (s, 3H, Ar-3-OCH 3 ), 3,
Gambar 2. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa SC 1
Gambar 3. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa SC 2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghasilkan suatu perencanaan yang terarah, maka pembahasan pada penelitian ini mencakup: analisa proses bisnis SMK Hutama, analisa internal dan eksternal SMK

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah penerapan metode demonstrasi mata pelajaran IPA tentang Daur Hidup

uraian diatas maka peneliti akan meneliti tentang “Pengaruh Harga, Store Atmosphere, Promosi Penjualan dan Lokasi terhadap Impulse Buying pada Usaha Franchise

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sejumlah informasi tentang (1) perubahan morfologi yang spesifik pada tanaman-tanaman yang berasal dari kultur jaringan,

Melalui pendekatan diatas, maka hasil studi yang didapat dalam penelitian ini yaitu distribusi perubahan penggunaan lahan kawasan lindung menjadi kawasan budidaya di Kawasan

Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran lingkungan, peningkatan kesehatan ternak dan lingkungan dan peningkatan

Pada evaluasi kinerja simpang bersinyal di persimpangan Jalan Pahlawan – Jalan Imam Bonjol – Jalan Perintis Kemerdekaan didapat antian, tundaan dan derajat kejenuhan

Untuk itu penulisan skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Bahasa Iklan (Studi Kasus Iklan Produk Jamu Tolak Angin dan Bintangin)