• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN ipustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN ipustaka"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN iPUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pertama, Penelitian Rizky Sulatyaningrum,Trisno Martono, Budi Wahyono denganijudul jurnal “Pengaruh Kecerdasan Intelektual,Kecerdasan Emosional, dan ikecerdasan iSpiritual iTerhadap iPrestasi Belajar iMata Pelajaran iEkonomi iPada iPeserta Didik Kelas iXI IPS di SMA Negeri 1Bulu Tahun iAjaran i2017/2018”. iHasil ipenelitian itersebut mengatakan bahwa dari hasil iitu ididapatkan ikontribusi ikecerdasan intelektual, kecerdasan ispiritual, dan ikecerdasan iemosional iterhadap prestasi belajar adalah i78% isedang sisanya iadalah i22% idipengaruhiioleh faktor ilain iyang tidak idapat diteliti dalam ipenelitian iitu.12 iPenelitan iini bertujuan mengetahui pengaruh iIQ, EQ, dan iSQ iterhadap prestasi ibelajar,sedangkan iyang iakan isaya iteliti bertujuan mengetahui pengaruh dari IQ terhadap pengembangan SQ. Jadi perbedaannya sangat jelas.

Kedua, Penelitian Amal Al Ahyadi dengan judul skripsi “Emotional Spiritual iQuotient i(ESQ) iMenurut iAry iGinanjar iAgustian idan Relevansi Dengan iPengembangan iKompetensi iSpiritual idan iKompetensi Sosial Kurikulum i2013”. Hasil Penelitian tersebut mengatakan dengan kesadaran tauhid iemosi iakan iterkendali, isehingga iakan itimbul irasa itenang dan damai, idan idengan iketenangan iemosi iyang iterkendali imaka igod ispot atau pintu ihati iterbuka dan ibekerja, isehingga ibisik-bisikan illahiyah iyang mengajak kepada sifat-sifat kasih sayang, keadilan, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, ikomitmen, ikreativitas, iperdamaian, ikebersamaan, idan bisikan hati imulia ilainya iakan iterdengar isehingga ipotensi ikecerdasan intelektual dan iemosional berkerja dengan optimal.13Penelitian iini bertujuan imengetahui

12 Rizky Sulastyaningrum, Trisno Martono, Budi Wahyono,“Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Peserta Didik Kelasa XI IPS di SMA Negeri 1 Bulu Tahun Ajaran 2017/2018”, (BISE:Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi, 2019). Vol. 4, No. 2.

13 Amal Al Ahyadi dengan judul “Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Menurut Ary Ginanjar Agustian dan Relevansinya Dengan Pengembangan Kompetensi Spiritual dan Kompetensi Sosial Kurikulum 2013”, (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2015).

(2)

8 ESQ imenurut iAry iGinanjar idan irelevansinya dengan pengembangan kompetensi spiritual dan kompetensi sosial kurikulum, sedangkan yang akan saya teliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari IQ terhadap pengembangan SQ. Jadi sangat jelas perbedaan dari penelitian iini.

Ketiga, Penelitian R. A Fabiola Meirnayati Trihandini, S.Psi dengan judul tesis “Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Hotel Horison Semarang)”. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa hasil itu sesuai dan mendukung hasil penelitian yang mengatakan bahwa kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual berpengaru terhadap kinerja. Penelitian tersebut membuktikan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh positif terhadap kinerja, sehingga ternyata bahwa kecerdasan emosi memang benar-benar memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan.14 Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dari iIQ, iEQ, dan iSQ terhadap kinerjanya karyawan, sedangkan tujuan yang akan saya teliti untuk mengetahui pengaruh IQ terhadap pengembangan SQ. Jadi perbedaannya sudah tampak jelas.

Keempat, Penelitian Badjuri, Aini Indriasih, Sri Sumiyati dengan judul jurnal “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman PKP Mahasiswa PGPAUD UPBJJ UT Semarang”. Hasil Penelitian tersebut mengatakan bahwa hasil penelitian dan pembasahan dapat diambil simpulan kecerdasan intelektual mempunyai hubungan yang linear dan berarti korelasinya tinggi terhadap pemahaman PKP mahasiswa, kecerdasan emosional mahasiswa mempunyai hubungan yang berartu tidak linear korelasinya terhadap pemahaman PKP cukup, kecerdasan spiritual mahasiswa tidak mempunyai hubungan yang liniear berarti korelasinya kurang terhadap kontribusi pemahaman PKP mahasiswa.15 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IQ, EQ, dan SQ terhadap pemahaman PKP mahasiswa, sedangkan yang saya akan teliti bertujuan untuk

14 R. A Fabiola Meirnayati Trihandini judul tesis “Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Hotel Horison Semarang 2005)”, 81

15 Badjuri, dkk “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman PKP Mahasiswa PGPAUD UPBJJ UT Semarang”, (Inopendas:

Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2019), Vol. 2, No. 1, hal. 31-42.

(3)

9 mengetahui pengaruh IQ terhadap pengembangan SQ. Jadi perbedaannya sudah jelas.

Kelima, Penelitian Yusron Masuki dengan judul jurnal “Pendidikan Kecerdasan Berbasis Keimanan”. Hasil penelitian bahwa kecerdasan keimanan memberikan makna yang sangat dalam, aspek itu tidak hanya dipengaruhi oleh intelektual akan tetapi ditambah dengan emosional dan spiritual. Semua itu bisa mengedepankan iman yang kuat, karena semua berasal dari karunia Allah yang Maha Kuasa.16 Penelitian ini bertujuan mengetahui pendidikan kecerdasan berbasis keimanan, sedangkan yang akan saya teliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh IQ teradap pengembangan SQ. Jadi perbedaannya sudah nampak jelas.

B. Kerangka iTeoritis

1. Karakteristik Kecerdasan a. Kecerdasan verbal

Kecerdasan ini adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, lisan dan tertulis. Kecerdasan ini termasuk kemampuan memanipulasi sintaksis atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi dalam bahasa, semantik atau makna bahasa, dan dimensi pragmatis atau penggunaan bahasa praktis. Kegunaannya termasuk retorika (mempengaruhi orang orang lain mengambil tindakan), menghafal (menggunakan kata-kata untuk mengingat informasi), interpretasi (menggunakan bahasa untuk menjelaskan), dan metabahasa (Diskusikan diri anda dengan kata-kata). Adapun karakteristik itu ditonjolkan dalam kegiatan anak adalah sebagai berikut. (a) suka menyanyi lagu-lagu sederhana, tahu beberapa sajak, suka bermain gunakan jari nya; (b) suka berbicara di depan teman sebaya; (c) suka ceritakan cerita dengan teman sebaya atau anggota keluarga; (d) ejaan kata-kata Mudah dan akurat; (e) mempelajari kata-kata baru dengan cepat, terutama Ketika datang ke

16 Yusron Masduki, ”Pendidikan Kecerdasan Berbasis Keimanan”, (Tarbiyatuna, 2016), Vol. 7, No. 1

(4)

10 pengalamannya sendiri; (f) memiliki lebih banyak kosa kata Jumlah anak lebih banyak dari usianya.

b. Kecerdasan Logika-Matematika

Mampu menggunakan angka secara efektif dan perdebatan.

Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap pola-pola logis Dan hubungan mereka, pernyataan dan proporsi. Jenis proses yang digunakan Solusi logika matematika meliputi: klasifikasi, klasifikasi, penalaran, Ringkasan perhitungan dan pengujian hipotesis. Ciri-ciri anak adalah : Sebagai berikut: (a) Kemampuan untuk menangani angka atau keterampilan menggunakan logika; (b) Tertarik memanipulasi lingkungan dan cenderung menyukai menerapkan strategi trial and error; (c) memiliki rasa ingin tahu yang kuat peristiwa atau pengalaman yang dialami; (d) suka menulis game klasifikasi dan stratifikasi.

c. Kecerdasan Spasial

Kemampuan untuk secara akurat memahami dunia ruang visual kemampuan untuk mengubah konsep ini. Kecerdasan semacam ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ukuran, area, dan hubungan yang ada dalam elemen. Ini termasuk kemampuan visualisasikan dan gambarkan secara grafis ide-ide visual dan spasial, dan dengan benar memposisikan dirinya dalam matriks spasial. Adapun ciri-ciri yang tampak dalam kegiatan anak adalah sebagai berikut: (a) memiliki kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang dan arsitektur;

(b) Ya kemampuan membayangkan sesuatu, menghasilkan ide secara visual dan spasial; (c) kemampuan untuk mengenali identitas objek ketika objek berada pada sudut tertentu Sudut pandang yang berbeda;

(d) mampu memperkirakan jarak dan keberadaannya Ada benda; (e) suka membuat coretan, membentuk gambar, warna dan Menyusun elemen arsitektur; (f) membentuk sesuatu yang bisa memiliki makna berarti bagi dirinya.

d. Kecerdasan Kinestetik

Kemampuan untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi tubuh mengungkapkan pikiran dan perasaan. Mampu menggunakan Tangan

(5)

11 yang menghasilkan atau mengubah sesuatu. dalam keadaan ini, termasuk keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan. Ciri-ciri anak yang menonjol adalah: Sebagai berikut: (a) Dibandingkan dengan kemampuan olahraga teman sebayanya; (b) suka bergerak dan tidak bisa duduk diam melayang, mengetuk sesuatu, seperti meniru tindakan atau perilaku Ini menarik perhatiannya; (c) menikmati aktivitas yang bergantung pada kekuasaan olahraga, seperti memanjat, berlari, melompat atau berguling; (d) cepat dan gesit dalam menguasai tugas-tugas kerajinan tangan, seperti melipat, memotong, menjahit dan mencocokkan; (e) mempunyai koordinasi tubuh yang bagus, gerakan yang seimbang, cekatan dan luwes; (f) suka menyentuh benda - benda dan membongkar pasang mainan dan barang; (g) secara artistik mereka mempunyai kemampuan menggerakkan dan menari tubuh mereka dengan lentur dan luwes.

e. Kecerdasan Musikal

Kemampuan untuk memahami, membedakan, dan mengekspresikan bentuk - bentuk musik. Kecerdasan semacam ini melibatkan pemahaman ritme, melodi, dan suara musik lainnya dari penciptaan musik. Termasuk dalam kecerdasan ini Ini adalah kemampuan untuk memahami musik, baik di atas maupun di bawah Turun atau sebaliknya atau keduanya (keseluruhan atau intuitif, atau Dalam hal analisis dan teknologi). Ciri-ciri yang dapat diamati adalah:

Sebagai berikut: (a) Lafalkan lagu dengan cepat dan saat bersemangat Perkenalkan lagu itu padanya; (b) nikmati lagunya dan gerakkan tubuh sesuai keinginannya Dengan irama musik; (c) Saat memukul benda di atas meja Menulis atau menggambar; (d) suka memainkan alat musik dan bahkan membuat musik Dengan benda-benda yang tidak terpakai;

(e) Suka menyanyi, bersenandung atau bersiul; (f) Telah mengenali suara-suara di sekitarnya, seperti suara sepeda motor, Burung, percikan air atau angin; (g) mudah mengenali suatu lagu hanya dengan

(6)

12 mendengar nada pertama lagu; dan (h) tahu terhadap suara - suara di lingkungan sekitarnya.

f. Kecerdasan Interpersonal

Pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif basis pengetahuan sendiri. Dalam kecerdasan ini termasuk memiliki citra kenali diri Anda secara akurat (kekuatan dan keterbatasan sendiri).

Kesadaran mengenai perasaan batin, niat, motivasi, perangai dan keinginan, dan kemampuan untuk disiplin memiliki aendiri, memahami aendiri dan meyakini karakteristik diri sendiri itu lihat dari intelijen Yaitu: (a) Menunjukkan sikap mandiri, memiliki kemauan yang kuat, dan percaya diri dan memiliki tujuan tertentu; (b) kelebihan dan Kelemahan diri sendiri; (c) tidak terlalu banyak masalah saat belajar Sendirian; (d) dapat belajar dari kegagalan dan memahami kekuatan dan Kelemahan diri sendiri; (e) dapat menghargai diri sendiri dan memiliki Kreatif dan memiliki kemampuan untuk berhubungan erat; (f) dapat berinteraksi dengan ekspresikan perasaan dengan tepat.

g. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan semacam ini terkait dengan segala sesuatu di alam.

Kecerdasan semacam ini sangat sensitif dan dapat disimulasikan dengan semua aspek alam, termasuk tumbuhan, hewan, cuaca, dan ciri-ciri fisik bumi. Dan termasuk kemampuan mengenal berbagai jenis dan jenis hewan, serangga, tanaman dan bunga. Ini termasuk kemampuan untuk menumbuhkan sesuatu, angkat dan latih hewan. Ini juga termasuk kepekaan dalam menciintai bumi, seperti keinginan untuk mencintai dan melindungi sumber daya alam. Ciri-ciri yang tampak pada perilaku anak adalah sebagai berikut: Berikut ini: (a) cenderung menyukai kegiatan di luar ruangan, akrab dengan hewan peliharaan. Dan menghabiskan waktu di dekat tempat binatang; (suka mengoleksi mainan hewan tiruan; (b) suka berkomunikasi dengan hewan peliharaan dan memberi mereka makanan; (c) lebih peduli pada hewan, tumbuhan dan alam; (d) tidak takut memegang atau menyentuh binatang, dan bahkan cenderung ingin

(7)

13 dekat; (e) memahami pokok bahasan sistem hidup; (f) bekerja dalam hobi atau proyek wiraswasta.17

2. Intelligence Quotient i

a. Pengertian Intelligence Quotient

Kecerdasan intelektual hampir seratus tahun lamanya menjadi satu-satunya parameter kecerdasan manusia, sehingga memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi seorang anak itu akan menjadi kebanggaan orang tua, padahal kecerdaan itu tidak akan menjamin seseorang bisa sukses dan berkembang dalam hidupnya. Karena mengukur kapasitas emosi, kreatifitas, dan nuansa spiritual tidak bisa diukur dengan kecerdasan intelektual saja. Salah satu peneliti menyebutkan bahwa kecerdasan itu menyumbang hanya empat persen bagi keberhasilan hidup. Paling penting dari itu ditentukan oleh kecerdasan - kecerdasan yang lain.18

Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang bisa menghadapi dan menyusuaikan idiri terhadap sistuasi ibaru secara cepat dan iefektif. iKeaktifan dan kecepatan dalam imenyesuaikan diri iitu dapat idipengaruhi ioleh kemampuan iberfikir iyang irasional, tetapi harus idilatih iterus imenerus.19 Dan kecerdasan iintelektual dapat dikembangkan idengan imengoptimalkan ikinerja iotak isertai latihan secara ipraktis.20 i

1) Kecerdasan intelektual yaitu kemampuan seseorang yang digunakan untuk memperlajari sesuatu dengan memanfaatkan alat- alat berpikir.21

2) Kecerdasan intelektual yaitu kecerdasan dasar yang berhubungan dengan layanan kognitif, dalam pembelajaran (intelligence

17 Gardner, H. Multiple Intelligences: New Horizons in Theory and Practice. New York:

Basic Books, (2006).

18 Rus’an, “Spiritual Quotient (SQ); Te Ultimate Intelligence”, (Palu: Jurnal Lentera Pendidikan, 2013), Vol. 16, h. 93

19 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 106

20 Agus Nggermanto, Melejitkan IQ, EQ, dan SQ: Kecerdasan Quantum, (Bandung:

Nuansa Cendikia, 2015). 37

21 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, (Yogyakarta: Katahati, 2007), 60.

(8)

14 quotient) cenderung mengandalkan kemamuan bahasa dan metematis-logis. Dan pada umumnya bisa disebut mengembangkan kemampuan kognitif seperti: menulis, menghafal, membaca, menghitung dan menjawab.22

3) Kecerdasan intelektual yaitu berbagai aktivitas mental yang itu membutuhkan dari kemampuan. Semakin kemampuan itu tinggi dan kecerdasan inteletualnya tinggi akan lebih mudah menghadapi masalah yang berhubungan dengan kemampuan numerik, linguistik, dan spasial. Dan pada dasarnya kecerdasan intelektual itu berpikir sesuai dengan aturan logika formal, melalui step by step dan terikat dalam atura23

Dari beberapa pendapat yang diatas dapat disimpulkan bahwakecerdasan intelektual itu monoton pada kelebihan kemampuan kognitif. Adapun kemampuan kognitif itu seperti: calistung (membaca, menulis, dan menghitung). Kemampuan ini bisa memudahkan untuk menyelesaikan beberapa hal terutama yang berbau dengan kognitif.

b. Indikator iIntelligence iQuotient

Terdapat i4 komponen untuk mengukur bagaimana kecerdasan iintelektual iitu:

1) Kemampuan iberfikir ispasial imerupakan ikemampuan idalam bidang ibentuk.

2) Kemampuan iverbal merupakan ikemampuan idalam ibidang bahasa.

3) Kemampuan inumerik imerupakan ikemampuan idalam ibidang perhitungan iatau iangka.

4) Kemampuan ilogis imerupakan kemampuan idalam iberfikir isecara logika.24

Dari ipendapat yang lain kecerdasan intelektual dapat dikur oleh beberapa indikator:

1) Kemampuan Verbal

22 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 18.

23 Askar,”Potensi dan Kekuatan Kecerdasan pada Manusia (IQ,EQ,SQ) dan Kaitannya dengan Wayu”, (Jurnal Hunafa, 2006), Vol. 3, No. 3, 215-230.

24 M. Hariwijaya, “Tes IQ Anda: Untuk Studi dan Meraih Puncah Presta,”,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007).

(9)

15 Dalam kemampuan verbal ini adalah kosa kata baik, penuh pemahaman dengan membaca, rasa ingin tahu ditunjukkan, dan ingin tahu secara intelektual.

2) Kemampuan Praktis

Kemapuan praktis disini adalah mengetahui situasi, tau cara untuk mencapai yang ini dituju, sadar akan dunia sekeliling, minat yang ditunjukkan pada dunia luar.

3) Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memcahkan masalah ini adalah mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, ketika mengambil keputusan itu tepat, mengerjakan seseuatu secara optimal, selalu berfikiran jernih.25

c. Ciri i– ciri Intelligence Quotient yang Tinggi:

1) Adanya kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat.

2) Kemampuan mengingat.

3) Kreativitas yang tinggi.

4) Imajinasi yang berkembang.26 d. Fungsi Intelligence Quotient

Setiap manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang diberi anugerah oleh Allah berupa akal yang lebih tinggi dari pada makhluk yang lain. Akal bisa membentuk sebuah intelligence yang luar biasa dengan disebut kecerdasan intelektual, adapun beberapa fungsi dari dadanya kecerdasan intelektual adalah:

1) Bisa mendapatkan pengetahuan yang baru.

2) Bisa menyimpan pengetahuan.

3) Bisa memahami sesuatu dengan pemaknaan yang lebih dalam.

25 Dwijayanti Pangestu A, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Inteletual, kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial terhadap Pemahaman Akutansi”, (Skripsi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, 2009).

26 Howard Gardner, Multiple Intelegences, Terjemahan, Interaksara Publishing, Tanggerang.

(10)

16 4) Dan bisa meningkatkan pengetahuan atau bidang disebut

kecerdasan iintelektual.27 e. Pengaruh iIntelligence iQuotient

Intelligence iquotient iitu mampu berkerja mengukur hal baru dengan kecepatan menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif. Serta bagaimana berperan aktif dalam menghitung angka- angka dan yang lainnya. Pengaruh idari ikecerdasan iintelektual iitu ditonjolkan ikemampuan ilogika iberfikir iuntuk imenemukan ifakta yang iakurat, iobjektif, idan iuntuk imemprediksi iresiko. iMaka ibisa melihat ikonsekuensi idari isetiap ikeputusan iyang idibuat iatau iyang akan idibuat. i

Kecerdasan iintelektual ibisa idiartikan idengan ikemampuan untuk ibekerja isecara iabstrak, ibaik imenggunakan iide-ide, isimbol, hubungan ilogis, imaupun ikonsep-konsep iyang iteoiritis. iKemampuan itu ibisa iuntuk imengenali idan ibelajar iserta imenggunakan iabstraksi tersebut. iKemampuan iuntuk imenyelesaikan imasalah itermasuk masalah iyang ibaru. iKecerdasan iintelektual ibisa dimanfaatkan untuk menambah idaya ikecerdasan spiritual yang ada. Kerangka daya berfikir itu iada idisana idan ikecerdasan spiritual memperjelas hubungannya kepada hubungan itentang ibertuhan, iyang itu dibutuhkan juga sebagai hamba yang diciptakan yang Maha Kuasa. Daya pemahaman yang dipunya imanusia iatau IQ iitu ibisa membantu iuntuk mengaplikasikan SQ iyang baik inantinya. Maka anugerah iitu ibisa dimanfaatkan ipada tempat selayaknya.

3. Spiritual iQoutient

a. Pengertian iSpiritual iQuotient

Kecerdasan spiritual atau yang disebut spiritual quotient itu memiliki arti yang luas. Kecerdasan spiritual itu kecerdasan yang dipakai untuk merengkuh nilai, makna, tujuan terdalam, dan motivasi tertinggi seseorang tesebut. Kecerdasan spiritual juga diartikan dengan

27 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Grafindo Persada, 2006), 91

(11)

17 cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam sebuah proses berfikir kita. Pada suatu keputusa-keputusan yang kita buat itu dan dalam segala yang ada kita perlu patut kita lakukan.

Keputusan itu mencakup juga cara kita mengumpulkan dan mengalokasikan materi yang nyata atau bisa disebut implementasi.28

Pengertian kecerdasan spiritual iatau spiritual quotient juga ada beberapa ahli yang mengkemukakan diantaranya yaitu i:

1) Kecerdasan jiwa iyang ibisa imembantu iseseorang iuntuk membangun dirinya secara utuh iitu adalah kecerdasan spiritual29. 2) Kecekapan idalam idimensi jiwa inon materi adalah ikecerdasan

spiritual, ikecerdasan iitu ipula idapat imemberikan ikekuatan untuk merasa bahagia idalam kondisi iapapun, idan bukan iterpicu ioleh sesuatu.30 i

3) Kecerdasan ispiritual adalah kecerdasan yang digunakaniuntuk menempatkan persoalanimakna, yaitu kecerdasan iuntuk ihidup dalam ikonteks idan imakna iyang ilebih iluas iatau ikaya idan menempatkan iperilaku. iKecerdasan iini idapat imenilai ibahwa jalan ihidup iatau itindak iseseorang ilebih ibermakna dibandingkan dengan iyang ilainnya.31

Dari beberapa pendapat yang tersebut, bisa disimpulkan bahwa spiritual quotient merupakan kecerdasan dalam diri yaitu bisa disebut hati iserta ikemampuan idalam imengatur idiri iuntuk memecahkan idan mengadapi isuatu ipermasalahan. iDan ibisa imelihat berbagai imakna yang iterkandung ididalamnya. iSerta ipengambilan sebuah ikeputusan dalam iproses iberpikir ikita ididasari imotivasi, idan segala isesuatu yang iperlu idilakukan idan iyang ipatut idilakukan.

Kecerdasan spiritual ini bisa iditandai idengan idari kemampuan seseorang iuntuk ibisa imenghargai idirinya isendiri maupun iorang lain,

28 Bambang Q-Annes dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Bandung: Siombisa Rektama Media, 2009),16.

29 Dwi Sunar P, Edisi Lengkap Tes IQ,EQ,SQ, (Yogyakarta: Falshbook, 2010), 249.

30 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Prenada media Group, 2011), 406.

31 Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 49.

(12)

18 seperti ipeka idengan iperasaan iterdalam iorang yang iada ididekatnya, mengikuti ikunci iaturan-aturan iyang iberlaku semua iitu iakan menjadikan ikeberhasilan ibagi iseseorang idimasa depan.32

Kecerdasan ispiritual iitu iakan imendorong itransformasi idan kehidupan iindividu iuntuk imemberikan irasa imoral ididalamnya.

Memungkinkan ipribadi iitu ikeluar idari ikondisi-kondisi iataupun batasan-batasan iyang iada, imenjadikan itransendensi isecara ikreatif, dan imengangan-angankan iserta imembangun imasa idepan iyang belum idiwujudkan idengan konsisten dan teguh. Seseorang iyang cerdas idalam ispiritual iakan imelihat ikehidupan iini ilebih isakral idan agung. iKesakralan idan ikeagungan iitu idibuktikan idengan imenjalani semua ipanggilan-panggilan itanpa ikeberatan, ikarena iitu isemua untuk dirinya isendiri.

b. Faktor i- iFaktor Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Spiritual Ada 2ifaktor yang dapat mempengaruhi perkembangan spiritual, yaitu:

1) Faktor iInternal i(Pembawaan)

Sudah isering ikita iketahui ibahawa isejak ilahir isetiap manusia iitu isudah idibekali idengan iakal ikepercayaan iterhadap suatu izat iyang imempunyai ikekuatan iuntuk imendatangkan kebaikan iatau ikemudharatan. Dan yang imana pembawaan disini akan berbeda pada isetiap insan manusia, yang mana nantinya manusia harus mengarahkanikepercayaan tersebut i pada hal yang semestinya. Maka imanusia adalah sosok terlahir dalam keadaan yang mapan. i

2) Faktor Eksternal (Lingkungan)

Didalam faktor ini ada ibanyak yaitu bisa dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan juga pendidikan yang mengarahkannya.

Semua itu bisa mengarahkan dalam hal yang positif, termasuk juga dalam pembentukan jiwa spiritualnya dalam diri manusia. Maka

32 Satiadarman, Monsty P, dan Fidelis E. Wauru, Mendidik Kecerdasan:Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), 42.

(13)

19 faktor-faktor iini perlu dipantau kembali, karena disini adalah area yang bebas. Perlu sangat pengarahan dalam mengambangkan spiritual, dalam intelektual juga akan bisa membantu untuk aplikasi spiritualnya.33

c. Ciri – Ciri Orang yang Spiritual Quotient Tinggi 1) Memiliki prinsip dan visi yang kuat

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar yang menjadi pedoman perilaku yang memiliki nilai langgeng dan produktif. Prinsip humanistik jelas tidak akan berubah, tapi cara kita memahami dan melihat prinsipnya. Semakin kita memahami prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak bijaksana.

2) Kesatuan dan keragaman

Orang yang sangat spiritual dapat melihat kesatuan Dalam keragaman. Ini adalah prinsip dasar SQ, seperti yang dikatakan Tony Buzan dan Zohar menjelaskan dalam penjelasan yang disebutkan di atas. Tony Buzan Mengatakan "Kecerdasan spiritual melibatkan melihat Secara keseluruhan, ia dimotivasi oleh nilai- nilai pribadinya, yang terkait dengan hal-hal selain keuntungan pribadi untuk kepentingan masyarakat".

3) Memaknai

Maknanya substansial dan memiliki dimensi spiritual. Arti menentukan identitas yang paling penting. Orang dengan SQ tinggi akan dapat memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala aspek kehidupan, entah itu hadiah dari Tuhan dalam bentuk yang menyenangkan atau ujian dari-Nya, ia adalah manifestasi dari cinta- Nya. Cobaan hanyalah sebuah proses jiwa manusia sudah matang.

4) Kesulitan dan penderitaan

Pelajaran paling berarti dalam hidup adalah waktu dia menyadari bahwa ini bagian penting dari materi yang dapat diisi dan

33 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2012), 136.

(14)

20 kedewasaan membuatnya lebih dewasa, lebih kuat dan lebih mau hidup yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran ini akan perkuat kepribadiannya setelah dia bisa hidup dan mendapatkannya dengan sukses apa makna terdalam dari pelajaran itu. Kesulitan akan terasah bertumbuh dan berkembang, hingga proses matang menjadi dimensi spiritual manusia.34

d. Fungsi iPengembangan Spiritual Quotient

Pengembangan spiritual quotient imemiliki beberapa fungsi dalam ikehidupan isehari-hari, iyaitu:

1) Dapat imakna isetiap imasalah iyang idihadapi idengan iasumsi ujian yang diberikan oleh Tuhan.

2) Dapat mengatasi kesedihan yang sedang dialami atau dialami orang lain.

3) Dapat memberikan solusi dari masalah yang dihadapi ataupun sebagai penasehat seseorang.35

e. Indikator iPengembangan Spiritual Quotient

Ada i9 iindikator iyang ibisa idigunakan iuntuk imengukur pengembangan ikecerdasan ispiritual iseseorang, iyaitu i:

1) Berusaha ibersikap iflaksibel.

2) Berusaha imeningkatkan ikesadaran..

3) Berusaha iuntuk imenghadapi idan imemanfaatkan ipenderitaan.

4) Berusaha imenjadikan ihidup ibermakna idan imemiliki ikualitas hidup iyang idiilhami ioleh ivisi idan inilai-nilai.

5) Berusaha itanggung ijawab idan ikeengganan iuntuk imenyebabkan kerugian iyang itidak iperlu.

6) Berusaha meningkatkan keimanan.

7) Berusaha berdzikir dan berdo’a.

8) Berusaha memiliki kualitas sabar.

9) Berusaha berempati.36

34 Agus Nggermanto. Quantum Quotient, (Bandung : Yayasan Niansa Cendikia, 2005), hal.

123-136

35 Ibid, 44-45

36 Suparsaputra Uhar, Menjdi Guru Berkarakter, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), 45.

(15)

21 f. Langkah-Langkah Mengembangkan Spiritual Quotient

1) Kenali diri sendiri, bahwa perserta didik harus mengenali keberadaan dirinya, karena orang yang belum bisa mengenali dirinya sendiri akan mengalami ikrisis makna hidup maupun krisis spiritual.

2) Lakukan intropreksi diri, atau yang dikenal dengan istilah keagamaan sebagai upaya pengobatan. Melihat diri sendiri sudah sampai dirinya, masih dalam rel kebenaran atau tidak.

3) Aktifkan ihati isecara irutin, idalam ikonteks iorang iberagama adalah imengingat iTuhan. iKarena, isumber ikebenaran iyang tertinggi idan itempat ikembali imanusia iadalah iTuhan.

4) Mengingat isang iMaha iKuasa, isetelah iitu imanusia iakan menemukan ikeharmonisan idan iketenangan ihidup.37

g. Pengembangan iSpiritual iQuotient

Dalam ikehidupan, ipernyataan iyang ikreatif iselalu iberkaitan dengan ikecerdasan ispiritual. iPernyataan ikreatif iitu idimaksudkan seperti ikecerdasan ispiritual idapat idigunakan isebagai ipemecaahan masalah iyang iberdasarkan ipada inilai ikebaikan idan itanggung ijawab dalam ikehidupan.38 iSelain iitu ihal-hal idalam ikehidupan isemua ibisa mengacu idengan ispiritual. iKecerdasan ispiritual idiartikan kemampuan imanusia iuntuk imengatasi ipertanyaan itertinggi itentang makna ihidup, idan isekaligus iuntuk imenjalin ihubungan ibaik iantara kita isatu isama ilain idan idisekitar ikita. iDan iditambah ikecerdasan spiritual i(SQ) ijuga imemungkinkan iorang iuntuk imengambil tanggung ijawab ipribadi iatas imakna, inilai, idan iuntuk imenciptakan akses ibaru iuntuk imencapai idan imenggunakannya.39

Pengembangan spiritual quotient ibisa disebabkan oleh banyak faktor, idari iemosional, iintelektual, dan juga ada faktor lingkungan.

37 Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagisa Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 99.

38 Mohammad Kadhkoda dan Hoorie Jahani, “Problem-solving Capacities of Intelligence for Artificiall Inltelligence”, (2012), 170-175.

39 Kohbhanani, Shanin Ebrahimi, dkk., “The Relationship Between Spiritual Intelligence With Life Satisfaction Among Birjand Gifted School”, (2013). 314-320

(16)

22 Dalam lingkungan kampus, intelektual yang sangat bisa berpengaruh untuk imenjadikan lebih dari spiritualnya. Dikembangkan intelektual dikit idemi isedikit itu akan mengembangkan spiritual, karena semua mempunyai proses yang berbeda.

Pemahaman idalam iketahuidan iyang idiajarkan ikepada seseorang imerupakan ipembentukan imental isupaya imencapai kematangan isecara ispritualnya. iSetelah iadanya iakidah itauhid dengan ikuat ididalam idiri iseseorang, ibisa iuntuk imendorong ipada pembiasaan iritual-ritual iyang idiwajibkan ikepada imanusia iyang tertera idalam iAl-Qur’an idan ias-sunnah.40 Pengembangan kecerdasan spiritual sedemikian juga bahwa materi pertama adalah ketauhidan untuk dasarannya. Pendidikan dan bimbingan yang diberikan kepada seseorang ketika masih kanak-kanak akan memiliki pengaruh kuat pada jiwa mereka, karena masa tersebut adalah masa persiapan, pembentukan, dan pengarahan. Tauhid adalah pelajaran yang pertama yang seharusnya di berikan kepada seseorang iuntuk mengembangkan fitrahnya, isebab isecara ifitri seseorang iterlahir dalam ikeadaan iyang membawa tauhid. Dengan demikian pendidikan ketauhidan iseseorang mampu mengambangkan potensi ifitrahnya, sehingga menjadikan pondasi idalam ipemanfaatan pengembangan kecerdasan ispiritual.

4. Kecerdasan Dewasa Awal

Ketika beranjak ke masa dewasa (emerging adulhood) adalah sebuah istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada masa transisi dari remaja menuju dewasa. Rentang usia masa itu berkisar antara usia 18 tahun sampai 25 tahun. Masa ini ditandai oleh kegiatan yang bersifat eksperimen dan ekplorasi. Transisi dari masa remaja menuju masa dewasa diwarnai dengan perubahan yang berkesinambungan. Ada dua kriteria yang untuk merujuk pada status dewasa., yaitu kemandirian ekonomi dan bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya pribadi.

40 Hamdan Rajih, Mengakrabkan Anak dengan tuhan, terjemahan Abdul Wahid Hasan &

Maimun, (Yogyakarta: Divi Press,2002), 105.

(17)

23 Menurut piaget, berfikir formal operasional yang dimulai dari rentang usia 11 sampai 15 tahun adalah tahap kecerdasan yang terakhir.

Meskipun jika dilihat dari segi kuantitas jumlah pengetahuan orang dewasa lebih besar dibandingkan dengan remaja. Secara kualitas atau kualitatif tahap perkembangan kecerdasan orang dewasa tidak berbeda dengan remaja.

Beberapa ahli mengatakan bahwa dimasa dewasa awal atau muda, idealisme yang terdapat pada tahap formal operasional mengalami sebuah kemunduran, yang kemudian digantikan dengan pemikiran yang lebih realistis dan progmatis. Beberapa ahli juga mengusulkan adanya tahap kecerdasan kelima, yaitu pemikiran postformal.

Puncak dari kreativitas itu diraih pada masa dewasa, rentang usia di empat puluhan, setelah itu menurun. Meskipun demikian terdapat variasi ekstensif individu untuk hasil yang kreatif dari rentang hidup seseorang.

Csikzentmihalyi mengajukan bahwa langkah awal yang perlu ditempuh agar berkembangan menuju hidup yang kreatif adalah melatih rasa ingin tahu dan minat diri sendiri.41

C. Kerangka iPenelitian

Kecerdasan intelektual saling berkaitan dengan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual itu berasal dari genetic, atau bisa jadi dari pembelajaran dan tambahan ilmu sehingga bisa untuk mengembangkan. Sedangkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional itu akan mengikuti dengan adanya kecerdasan intelektual tersebut. Pada penelitian ini kerangka teoritisnya adalah kecerdasan intelektual yang mengkaitkan dengan kecerdasan spiritual supaya berkembang atau ada pengembangan.

Pengembangan kecerdasan spiritual pada penelitian ini ditentukan dengan usia rentang remaja akhir bisa disebut dengan dewasa awal.

Pengembangan spiritual quotient sangatlah tidak mudah untuk seseorang. Tentunya karena setiap seseorang itu ada perbedaan anugerah dari tuhannya. Pemahaman dan pemikiran juga membuat banyak argumen tentang mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak harus dilakukan. Setidaknya

41 John W Santrock, Life Span Development “Perkembangan Masa Hidup Jilid II Edisi Ketigabelas, Penerjemah: Benedictine Widyasinta”, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 34-35.

(18)

24 seorang mahasiswa bisa memanfaatkan atas pemberian kecerdasan intelektual untuk spiritualnya.

Tolak ukur bahwa kesulitan dalam mengembangkan spiritual quotient itu terletak pada kemampuan untuk berhubungan dengan Tuhan dan makhluk sesama. Terlebih, kebanyakan seseorang yang intelligence quotient nya tinggi akan punya masalah dalam spiritualnya, karena pemahaman yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Maka perlunya seseorang itu memperkuat pemahaman intelektual untuk obat dari spiritualnya. Namun, semua itu bisa dikontrol kalau seseorang itu mau untuk mengembangkan spiritual quotient. Mau kemana arahnya itu, bisa arakan ke arah yang terarah.

Intelligence quotient merupakan salah satu anugerah yang terbaik oleh Allah SWT. Membuat manusia itu mulya dari semua makhluknya. Intelektual ini adalah sarana untuk mengembangan spiritual. Peningkatan spiritual dari pemahaman dari apa yang diterima atau yang dipelajari, disini dalam konteks perkuliahan (mahasiswa). Asupan-asupan yang sering diterima ketika perkuliahan itu membuat intelektualnya tumbuh dengan asumsi pemikiran lebih luas. Maka dengan hal itu pengembangan spiritual terdukung dari hal intelektual.

Penjelasan diatas membuktikan bahwa terdapat pengaruh intelligence quotient terhadap pengembangan spiritual quotient. Disebabkan intelektual sebuah pemikiran atau abstraksi yang memberikan respon yang positif setelah mendapatkanya. Pemikiran atau abstraksi tersebut yang dibutuhkan untuk mengembangkan rasa spiritual kepada Tuhannya. Oleh karena itu, peneliti memastikan tema yang diangkat adalah pengaruh intelligence quotient terhadap pengembangan spiritual quotient mahasiswa prodi PAI FAI-UMM.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu alat yang menentukan besar dayanya untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari inilai idan pendapat peneliti iyang menyusun dan menguji idari hipotetis itersebut. Hipotesis iitu jawaban iyang isementara yang isifat iteoritis idari imasalah penelitian sehingga kebenaranya itu idibutuhkan ipengujian iuntuk membuktikannya. iHipotesis iitu

(19)

25 ipenting idalam ipenelitian ikuantitaif, isebab melalui ihipotesis tersebut iakan imengumpukan isemua idata isebagai idasar dalam imenarik jawaban iatau ikesimpulan. Maka hasil yang nanti keluar akan valid, karena sudah imelalui iproses yang semestinya.42

HO i i= Tidak terdapat pengaruh iyang signifikan antara ipengaruh intelligence iquotient iterhadap ipengembangan spiritual quotient mahasiswa Program Studi Pendidikan iAgama iIslam iUniversitas Muhammadiyah iMalang.

Ha = Terdapat ipengaruh iyang isignifikan antara ipengaruh intelligence iquotient iterhadap ipengembangan spiritual iquotient mahasiswa iProgram iStudi iPendidikan AgamaiIslamiUniversitas Muhammadiyah iMalang.

42 Hardani,S.Pd, M.Si, dkk, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: CV.

Pustaka Ilmu, 2020), 348.

Referensi

Dokumen terkait

 Nyeri dada yang terjadi berkaitan dengan adanya iritasi pada pleura yang berhubungan dengan penyebab efusi pleura, di mana efusi transudat

Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji penerapan alternatif penyelesaian sengketa di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk mewujudkan

memperhatikan buku ceritanya. Hal tersebut membuat anak-anak tidak mampu menyelaraskan apa yang diucapkan guru ketika bercerita dengan gambar yang tertera pada buku cerita. 4)

Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2009..

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, yang selanjutnya disebut FinTech Lending, adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan

Skala Penguku ran No Item Upaya Ibu Peserta Pelatihan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat Dalam Membimbing Anak Berkebutuhan Khusus Di Desa Padalarang Kabupaten

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Adanya keberagaaman latar belakang peserta didik yang mengenyam pendidikan di Madrasah NU Banat Kudus memerlukan pelajaran muatan lokal khususnya muatan lokal akhlaq sebagai