• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DI KECAMATAN SORKAM BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DI KECAMATAN SORKAM BARAT."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DI KECAMATAN

SORKAM BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi

sebagai Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MELGIBSON PASARIBU NIM. 309121046

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat serta karuniaNya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik

Adapun skripsi yang berjudul “Sejarah Masuknya Agama Islam di Sorkam

Barat” dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi Sarjana Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara moril, maupun materil serta sumbangan pemikiran selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED.

2. Bapak Drs. restu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNIMED.Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I, Drs. Sugiharto, M.Si selaku Pembantu Dekan II, serta Drs. Liber Siagian, M. Si selaku Pembantu Dekan III.

3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan pendidikan Sejarah Unimed.

4. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi, yang telah membimbing saya hingga sampai penyelesaian skripsi saya.

5. Ayahanda Tercinta Daulat Pasaribu yang selalu setia dalam membantu memotivasi saya agar selalu berbuat kearah jalan yang benar.

6. Ibunda tercinta Anni Manalu yang setiap saat memberi saya anjungan-anjungan kasih sayang yang tak terbalaskan dan materi mulai dari saya berstatus sebagai manusia.

7. Staf Pengajar FIS Unimed khususnya Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan. 8. Bapak Drs. Johnny Aritonang selaku Camat Sorkam Barat yang telah

(6)

9. Bapak Nasran Nasution, Irham Simatupang S.Pd, dan Op. Peber Marbun yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai Narasumber selama proses penelitian.

10.Bapak Adin Bondar selaku kepala Divisi Humas Perpustakaan Nasional RI yang telah berpartisipasi menyumbangkan dana dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Teman – teman Jurusan Pendidikan Sejarah yang sudah alumni maupun yang masih mengayomi perkuliahan yang sering memberi masukan dalam pengerjaan skripsi ini.

12.Dan teman –teman “Tukang Tembes Munthe” di Selamat Ketaren yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Apabila terdapat kesalahan pada skripsi ini diharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat disempurnakan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi mahasiswa khususnya serta kepada masayarakat pada umumnya.

Medan, Agustus 2013 Penulis

MELGIBSON PASARIBU

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 12

C. PerumusanMasalah ... 12

D. TujuanPenelitian ... 12

E. ManfaatPenelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. KerangkaTeori ... 14

1. TeoriIslamisasi ... 14

2. TeoriSejarahMasuknya Islam di Indonesia ... 15

3. TeoriAkulturasi ... 17

4. TeoriPenyebaran (Difusi) ... 19

5. TeoriPengaruh ... 22

6. TeoriKelompokSosial ... 23

B. KerangkaBerpikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. MetodePenelitian ... 26

B. LokasiPenelitian ... 28

C. Sumber Data ... 28

(8)

E. TeknikAnalisis Data... 30

BAB IV PEMBAHASAN ... 32

A. LetakGeografis Daerah ... 32

B. LatarBelakangMasuknya Agama Islam di Sorkam Barat ... 38

C. Makam-MakamKunoMemperkuatMasuknya Islam ... 47

D. Proses Penyebaran Agama Islam danPengaruhnyaTerhadap KelompokSosial di Sorkam Barat ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran-Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecamatan Sorkam Barat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Sorkam Barat terletak sekitar 35 Km dari Kotamadya Sibolga. Letak Sorkam Barat tidak terlalu jauh dari Barus, dimana Barus kita kenal sebagai daerah yang pertama kali dijajaki oleh Islam pada abad ke- 7. Jarak antara Barus dengan Sorkam Barat sekitar 25 Km, tidak terlalu jauh perbedaan budaya rutinitas antara Barus dengan Sorkam Barat.

Kecamatan ini merupakan kawasan pesisir yang memiliki kawasan ekosistem terumbu karang yang salah satunya terdapat di kawasan pantai Binasi dan sebagian besar penduduk di kawasan tersebut bekerja sebagai nelayan. Terumbu karang mempunyai peran yang sangat penting dalam ekosistem perairan pesisir, terutama bagi biota laut yang hidupnya saling berasosiasidengan terumbu karang. Terumbu karang berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak, sebagai tempat tinggal (habitat), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbaga biota yang hidup di terumbu karang atau sebaliknya.

(10)

pengunjung setiap harinnya, sebagian besar pengunjung di kawasan tersebut berasal dari luar daerah, sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat di lingkungan tersebut untuk membuka usaha seperti membuka warung, rumah makan, dan penjualan cendera mata atau souvenir, sehingga kawasan tersebut merupakan penunjang ekonomi masyarakat sekitarnya. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut bekerja sebagai nelayan penangkap ikan dan yang lainnya berjualan di sekitar pantai.

Penduduk di Kecamatan Sorkam Barat didominasi oleh Suku Batak Toba, Mandailing, dan Minang yang beragama Islam dan dan beragama Kristen. Peninggalan peradaban ataupun kerajaan yang menjadi situs bersejarah tidak terlalu eksis di daerah ini, terdapat sebidang Istana Raja Sorkam dahulu yang saat ini sudah direhabilitasi oleh keturunannya dan makam Raja-Raja Sorkam. Tetapi pembukuan tentang hal diatas kurang diminati oleh sejarawan, kemungkinan disebabkan usia Sorkam masih relatif muda dibandingkan situs-situs sejarah lainnya. Berbeda dengan Barus, Barus kaya akan peninggalan-peninggalan sejarah yang terkenal sampai kepenjuru Tanah Air, salah satunya adalah Prasasti Tamil mengagendakan bahwa bangsa Tamil juga pernah berjuanda di Barus. Selain itu, di Barus juga terdapat dua makam (Papan Tinggi dan Mahligai) yang menurut sejarawan bahwasanya Islam pertama sekali masuk ke Indonesia pada abad 7 M.

Selain eksistensi Islam, Kecamatan Sorkam Barat juga memiliki kisah menarik tentang seorang tokoh pejuang kemerdekaan ketika Belanda melancarkan invasi yang kita

kenal dengan istilah “Agresi Militer Belanda”. Tetapi momentum dari tokoh tersebut belum

(11)

sedang berbahagia, Raja Pandapotan Pasaribu dan Barita Mopul br L, menamai bayi itu Bongsu Pasaribu.

Bongsu bukan anak pertama. Ia memiliki seorang abang kandung bernama Raja Johannes Pasaribu (terakhir menjabat sebagai Kepala Desa Suga-Suga Hutagodang). Raja Johannes inilah yang memiliki peranan penting dalam kehidupan Bongsu muda. Ialah yang menyekolahkan Bongsu. Peran yang menentukan. Betapa tidak, pada zaman penjajahan Kolonial Belanda, sangat jarang ada penduduk pribumi yang dapat duduk di bangku sekolah.

“Bisa dikatakan, hanya orang-orang tertentu saja atau anak Kapala Nagari dan para pedagang

rempah-rempah, yang bisa sekolah apalagi untuk bisa mengenyam ke jenjang sekolah H.I.S (Hindia Indhise School) Kota Sibolga. Rasanya tidak mungkin. Tetapi beruntunglah Bongsu muda pada zaman itu, karena memiliki abang bernama Raja Johannes Pasaribu yang baik hati, dan tidak mengenal menyerah dalam memperjuangkan adiknya kandungnya itu, agar menjadi manusia yang terpandang di masyarakat karena masuk sekolah H.I.S.

Bongsu mendapat dukungan penuh secara materil dari abangnya Raja Johannes Pasaribu, yang pada zaman itu (tanggal 3 Maret tahun 1932), telah dipilih rakyat Hutagodang menjadi pejabat Kepala Kampung Hutagodang. Tak rugi sang abang mendukungnya. Karena Bongsu dikenal sangat pintar, berkepribadian pemimpin, dan memiliki bakat. Ia selalu tampil terdepan di sekolahnya. Kepintarannya dibuktikan dengan tamat sekolah dari H.I.S Sibolga, untuk melanjut ke jenjang lebih tinggi pada Quick Shcool di Tarutung (Tapanuli Utara). Dari Quick School, Bongsu juga tamat sekolah.

(12)

Kapten Bongsu sempat menjadi tentara Gygun dan menyandang pangkat sebagai Gyiusoi (Opsir), di Kota Sibolga.

Singkat cerita, berakhirlah penjajahan Jepang di negara Indonesia. Pemerintah RI di Jakarta melalui Presiden Soekarno Hatta menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus Tahun 1945. Kapten Bongsu kembali aktif lagi berjuang yaitu pada bulan Nopember 1945, dengan membentuk Angkatan Pemuda se-Kota Sibolga di bawah kepemimpinannya. Saat itu Kapten Bongsu terpilih menjadi pejabat Komandan Kompani 1 yang namanya saat itu adalah T.K.R (Tentara Keamanan Rakyat).

Sekitar waktu satu tahun berjalan yaitu pada Tahun 1946, T.K.R berubah nama (dilebur) menjadi namanya adalah T.R.I (Tentara Republik Indonesia) dan Kapten Bongsu dipercaya menjadi Komandan Batalyon II (dua). Hingga akhirnya jabatan Komandan Batalyon II itu diserahterima kepada Marhasam Hutagalung. Sementara itu Kapten Bongsu dipercayakan sebagai pejabat Staf Resimen III dengan Komandan Pandapotan Sitompul.

Pada zaman itu, seluruh daerah Tapanuli dipimpin satu Gubernur Militer bernama Dr. Ferdinan Lumban Tobing. Untuk pengamanan daerah-daerah keseluruhan Tapanuli, dibagi atas berbagai sektor pertahanan. Tahun 1947, Belanda melancarkan Agresi II di tanah air di seluruh pelosok Indonesia, termasuk ke Kota Sibolga/Tapteng. Pejabat tertinggi di Tapanuli waktu itu yakni Dr. Ferdinan Lumban Tobing bersama Komandan Sektor IV bernama Maraden Panggabean (Purn Jenderal di Orde Baru), langsung mengistruksikan kepada semua Komandan Raund, untuk mengatur pengamanan di daerahnya masing masing.

(13)

untuk kekuasaan di wilayah daerah Sibolga beserta S.M Simarangkir. Komandan Raund IV bernama Parlindungan Hutagalung ditunjuk di daerah Jalan Tarutung, Komandan Raund V bernama Agus Marpaung untuk kekuasaan di wilayah daerah Poriaha, Komandan Raund VI bernama Henneri Siregar untuk wilayah daerah Jalan Tarutung, Komandan Raund VII bernama Paul Lumban Tobing untuk wilayah daerah Sibolga, Komandan Raund A sebagai pengawal Sektor IV oleh P. Hasibuan, dan Komandan Sektor S, Majit Simanjuntak dan M.A Aritonang untuk wilayah daerah Sibolga dan Barus.

Untuk memasuki Kota Sibolga, Belanda terlebih dahulu melakukan penembakan-penembakan dari jarak jauh, melalui pantai lautan Sibolga dengan Kapal Y.T.I Belanda. Perlawanan sengit pun pecah dengan pasukan tentara pejuang Indonesia hingga berminggu-minggu lamanya. Namun karena alat persenjataan pasukan pimpinan Maraden Panggabean terbatas, pasukan terpaksa bersembunyi di hutan untuk menyelamatkan nyawa masing-masing. Akhirnya tentara Kolonial Belanda dapat memenangkan peperangan di Kota Sibolga dan memasuki sudut-sudut kota melalui laut pada tanggal 24 Desember 1948. Kapten Bongsu Pasaribu dengan pasukannya kemudian ditugaskan Komandan tertingginya, Maraden Panggabean, untuk bergerak menjaga wilayah Barus dan Sorkam sekitarnya. Kapten Bongsu beserta pasukan pun berangkatlah menuju daerah Sorkam melalui bukit-bukit hutan, hingga sampai ke Kampung Hutagodang di Kecamatan Sorkam.

(14)

disebut Raund I, Sektor IV. Selanjutnya mereka menuju daerah Sorkam (kecamatan), karena di sana ada tentara Belanda. Adapun anggota-anggota kesatuan Harimau Mengganas yakni Majit Simanjuntak sebagai wakil, Humehe Rambe (Pengatur Pertahanan), Gontar Lubis sebagai ajudan dan staff, Kanor Samosir, Hombar Tambunan, Padet, Jaimi, Tanjung, Mian Tambunan, Mauli Panggabean, Bili Matondang, Ayat Tarihoran, Panemet Pasaribu, Masin Panggabean, Fliang, Kadi HT, Uruk, Mancur, Mancit, Krisman Marbun, Mahasan Aritonang, Usia Pane, Salmon Nainggolan dan Kartolo Pasaribu. Sementara untuk Seksi Perbekalan di antaranya bernama, Dior Nainggolan, Raja Johanis Pasaribu, Freodolin Purba dan Amit Simatupang yang ada di Pasar Sorkam.

Pasukan tentara Belanda yang dipimpin Komandan Van Hali datang membawa tentara Nepis termasuk Simurai dari Kota Sibolga dengan konvoi besar, hendak ke Sorkam untuk bermarkas disana setelah berhasil menguasai Sibolga. Sesampainya tentara Belanda di Kampung Gontingmahe atau di tengah perjalanan, pasukan Komandan Kapten Bongsu menghadang dan terjadilah pertempuran I yang sengit. Pertempuran ini menyebar sampai ke perkampungan Parlimatohan.

Sayang, karena kurangnya alat persenjataan di pihak Kapten Bongsu, sementara Belanda bersenjata lengkap, pasukan Komandan Kapten Bongsu banyak yang gugur.

(15)

Suatu hari, pasukan tentara Belanda melakukan operasi ke Bukit Hasang (Kecamatan Barus), bersama-sama dengan Tajim sebagai penunjuk jalan. Para Komandan beserta pasukan RI, di antaranya Komandan Sektor S bernama Majit Simanjutak dan P Hasibuan dibantu Komandan Raund III bernama Bagun Siregar dan pasukan Komandan Kapten Bongsu mengetahui operasi itu. Pasukan gabungan itu berangkat ke sana untuk melakukan pencegatan di tengah jalan. Tak ayal, perang besar pun pecah. Pertempuran selama satu hari satu malam itu membuat tentara Belanda sempat kocar-kacir terpisah dari pasukanya. Sebagian lagi tidak tentu arah pelariannya.

Waktu peperangan yang terjadi pada malam hari itu sangat menguntungkan pasukan gabungan, hingga sebagian tentara musuh kabur dan lari ke pegunungan menuju ke kampung Purbatua. Banyak juga yang lari ke daerah perkampungan Harakka (Panguhalan Rihit).

Di kampung Harakka, pasukan Kapten Bongsu terus melakukan pengejaran ke tentara Belanda, hingga terjadilah pertempuran sengit selama 3 jam, mulai pukul 09.00 pagi hingga siang pukul 12.00 WIB. “Dapat dikatakan, saat itu pasukan musuh banyak yang tewas. Bahkan musuh tidak berkutik sama sekali, sebagian melarikan diri menyelamatkan

nyawa masing masing karena kekurangan perbekalan maupun peluru senjata,” kata Rekson

(16)

itu, kedua tentara Belanda ditemani Tajim Sitanggang (mata-mata) Belanda. Melihat Kapten Bongsu berjalan kaki, tentara Belanda yang sembunyi di kubangan langsung melepaskan tembakan. Tembakan bertubi-tubi tersebut berhasil mengenai kaki Kapten Bongsu satu peluru. Sang Kapten pun langsung tersungkur ke tanah. Tak puas, kedua tentara Belanda kembali memuntahkan peluru tepat mengenai kakinya lagi. Kapten Bongsu sempat membalas menembak dari senjatanya, sebelum akhirnya tidak berkutik. Namun seorang tentara Belanda tetap menembak. Tajim (mata-mata), kemudian memberitahukan kepada kedua tentara Belanda itu, bahwa yang mereka tembak adalah Komandan Kesatuan Harimau Mengganas, Kapten Bongsu Pasaribu. Tidak berapa lama, tentara Belanda datang menghampiri Kapten Bongsu. Selanjutnya, tentara itu mengakhiri hidup Kapten Bongsu dengan cara sadis, yaitu dengan memenggal lehernya sampai putus. Hari itu tanggal 3 Maret 1947.

Kepala yang terpisah dengan badan kemudian diangkat, dan dibawa pergi ke Pasar Barus untuk dipertontonkan kepada rakyat. Badannya yang masih tergeletak di tanah ditinggal tergeletak begitu saja di tempat dia dibunuh. Setelah Belanda pergi ke Barus, potongan badannya dari leher ke kaki yang masih tergeletak di hutan, dijemput oleh pasukannya dan dibawa ke kampung Sijungkang. Di sana potongan badan itu dikuburkan.

Sementara itu, tentara Belanda yang bermarkas di Barus terus mempertontonkan potongan kepala Kapten Bongsu kapada para rakyat dan kepada para tahanan. Maksudnya untuk melemahkan perjuangan pasukan Indonesia di Pasar Barus, agar gerilyanya melemah. Potongan kepala ditenteng dalam karung itu dimulai markas di Harakka sampai ke Kota Barus. Pada hari yang ketiga, potongan kepala Kapten Bongsu dikuburkan di Komplek penjara Barus.

(17)

Muliater Simatupang. Itulah kisah dari Kapten Bongsu yang menurut saya lebih dialek jika disebut dengan seorang Pahlawan.

Berbicara mengenai Sejarah Sorkam Barat berarti secara tersirat telah membicarakan keberadaan Islam, sebab orang pertama yang berdomisili di daerah ini adalah yang muslim, diawali dengan berdirinya kerajaan Sorkam yang dipimpin oleh seorang raja dan kemudian menyebar kedaerah-daerah sekitarnya, seperti Desa Pasar Sorkam, dan Desa Pahieme. Inilah alasan mengapa Islam sangat berperan penting dalam terbentuk dan berdirinya daerah-daerah di Kecamatan Sorkam Barat.

Bertitik tolak dari pengalaman, kisah dan realitas tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang sejarah masuknya Agama Islam di Kecamatan Sorkam Barat. Penelitian dan penulisan sejarah masuknya Agama Islam di Sorkam Barat ini juga didorong fakta sejarah, yakni meskipun Agama Islam pertama sekali masuk ke Barus, tetapi perkembangannya keberbagai daerah sekitar Barus khususnya Kecamatan Sorkam Barat perlu ada penelitian. Penyebaran Agama Islam didaerah pesisir dapat dikatakan terbilang sukses dibandingkan didaerah pegunungan seperti Dairi, Humbahas, Tobasa, hal ini dikarenakan adanya percampuran yang terjadi antara pedagang Islam dengan masyarakat Setempat sesuai dengan kepentingan mereka.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin dan merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Sejarah Masuknya Agama Islam di Sorkam Barat”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

(18)

2. Proses penyebaran Agama Islam di Sorkam Barat

3. Pengaruh Agama Islam terhadap kehidupan sosial di Kecamatan Sorkam Barat

C.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah : 1. Bagaimanakah latar belakang masuk dan berkembangnya Agama Islam di Kecamatan Sorkam Barat

2. Bagaimana proses penyebaran Agama Islam di Sorkam Barat

3. Bagaimanakah pengaruh Agama Islam terhadap kehidupan sosial di Kecamatan Sorkam Barat

D.Tujuan Penelitian

Penelitian dan penulisan sejarah masuknya Agama Islam di Sorkam Barat bertujuan untuk : 1. Mengetahui latar belakang masuk dan berkembangnya Agama Islam di Kecamatan

Sorkam Barat

2. Mengetahui proses penyebaran Agama Islam di Sorkam Barat

4. Mengetahui pengaruh Agama Islam terhadap kehidupan sosial di Kecamatan Sorkam Barat

E.Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan diatas, penelitian ini dimaksudkan bermanfaat untuk :

1. Memberikan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang sejarah masuknya Agama Islam di Sorkam Barat

2. Referensi bagi guru untuk mengajar sejarah lokal

(19)

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang memiliki objek yang sama untuk lebih baik

5. Departemen Pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk tidak mengurangi jam mata pelajaran sejarah.

(20)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berbagai aspek pengkajian tentang sejarah Islam di Kecamatan Sorkam Barat, khususnya mengenai latar belakang dan pengaruhnya terhadap kehidupan social mengandung kesimpulan yang sesuai dengan data-data sejarah yang bersumber dari hasil wawancara dan penelaan literatur. Tetapi harapan saya kedepan perlu ada penelitian yang lebih signifikan oleh sejarawan ataupun mahasiswa yang berhubungan kedalamnya. Alasannya adalah karena terbatasnya bahkan hampir tidak ada buku ataupun literature yang membahas tentang Islam di Sorkam Barat.

(21)

2

Ketika zaman keemasan Barus yang notabene adalah bandar pelabuhan perdagangan dunia, yaitu perdagangan kapur barus dan kemenyan, Sorkam berperan penting dalam menghasilkan kemenyan-kemenyan yang berkualitas tinggi dibandingkan kemenyan-kemenyan dari daerah lain seperti Dairi dan Dolok Sanggul. Kemenyan yang diproduksi di Sorkam bermutu ekspor.

Tetapi ada suatu perdebatan sampai sekarang yang tak kunjung usai, yaitu misteri tentang makam Raja Sorkam pertama Datoek Boengkoek yang belum ditemukan tempatnya sampai saat ini. Ada yang beranggapan makamnya terletak di daerah Kalumpang, dimana Kalumpang saat ini dijadikan masyarakat sebagai pusat perkebunan. Konon katanya disinilah Datoek Boengkok bertempat tinggal. Harapan dan doa saya, semoga makam ini secepatnya ditemukan dan kisahnya dibukukan, supaya kontroversi makam Raja Sorkam pertama segera berakhir.

B. SARAN-SARAN

(22)

3

Dari berbagai problema diatas, ada beberapa saran yang saya tuangkan, yang saya tuliskan berikut ini.

 Saya berharap adanya sejarawan, khususnya Sejarawan Islam untuk

membuat suatu fiel research tentang sejarah berkembangnya Agama Islam di Sorkam Barat

 Harapan saya, mahasiwa-mahasiswa Muslim yang berasal dari Kecamatan

Sorkam Barat agar lebih peduli sekaligus ikut melestarikan situs sejarah Islam di Kecamatan Sorkam Barat.

 Untuk instansi Pemkab Tapteng dan Kecamatan Sorkam Barat agar ikut

serta mentenarkan situs ini kepenjuru tanah air bahkan kedunia internasional supaya menjadi Objek wisata iman seperti Makam Mahligai dan Makam Papan Tinggi.

(23)

4

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1973. Sejarah Islam di Indonesia. Jakarta : Adlin Yani

Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta

Azra, Azyumardi. 1989. Perspektif Islam di Asia Tenggara. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Cohen, Bruce. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Bina Aksara Daradzat, Zukiah. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang Daryanto, SS. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Apollo Kamisa. 1997. Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Kartika

Kaelany, HD. 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta : Bumi Aksara

Koenjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta (2000, 1990)

Panggabean, Cs. 1995. Bunga Rampai Tapian Nauli. Jakarta : PT. Nadhilah Ceria Indonesia

Philipus, Ng. 2004. Sosiologi Politik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Qodri Azizi, A. 2003. Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman. Jakarta : Direktoriat Perguruan Tinggi Agama Islam

Salim, Peter. 1987. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Raja Garafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Menurut peneliti sesudah terapi bermain peran siswa mendapatkan wawasan yang akurat terutama tentang cara pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan benar, siswa juga

Implementasi dari kegiatan ini adalah pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an kepada anak-anak usia dini, dari mengajari mereka mengaji, membaca surah-surah pendek,

Pemanfaatan assessment center sebagai sarana pengelolaan kompetensi aparatur Meningkatkan tata kelola administrasi pemerintahan yang baik Meningkatkan efektivitas dan kinerja

Hasil penelitian didapatkan bahwa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti mahasiswa yaitu organisasi BEM sejumlah 117 mahasiswa (66,5%), sebagian besar

Penelitian sebelumnya yang berusaha untuk mengungkapkan perbedaan dalam atribut komunikasi pemasaran layanan perbankan Syariah dibandingkan dengan Bank konvensional..

population of Regency of Ogan ilir Comes from “ Ogan Tribe “ whith three (3) sub-tribes, Namely : “ Tribe pegagan ulu,tribe penesak and tribe pegagan ilir”5. Regency This is

Melihat kondisi masyarakat Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen yang demikian, kami TIM PKMM berinisiatif untuk menambah pendapatan

During storage, grain moisture, temperature, insect infestation, germination and some other parameters were recorded, as were oxygen and carbon dioxide concentrations..