• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM DAN PEMBELAAN TERHADAP KAUM TERTINDAS: KAJIAN ANALITIS TEOLOGI PEMBEBASAN ASGHAR ALI ENGINEER SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ISLAM DAN PEMBELAAN TERHADAP KAUM TERTINDAS: KAJIAN ANALITIS TEOLOGI PEMBEBASAN ASGHAR ALI ENGINEER SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi

Oleh : Yola Fadila

4517004

Dosen Pembimbing : Dr. Zulfan Taufik, MA.Hum

PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

(2)
(3)

i

disusun oleh saudari Yola Fadila, Nim 4517004, telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi.

Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk dapat digunakan seperlunya.

Bukittinggi, 19 Oktober 2021 Pembimbing

Dr. Zulfan Taufik, MA. Hum NIP. 198807172018011003

(4)

ii

Nama : Yola Fadila

NIM : 4517004

Tempat/Tanggal Lahir : Gapura Suci, 05 Agustus 1997 Fakultas/Prodi : Ushuluddin Adab dan Dakwah/ S1

Aqidah dan Filsafat Islam

Judul Skripsi : Islam dan Pembelaan Terhadap Kaum Tertindas:

Kajian Analitis Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul di atas adalah benar asli karya penulis. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses dengan hukuman yang berlaku dan gelar sarjana dicopot sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Demikian surat ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 19 Oktober 2021 Penulis

Yola Fadila 4517004

(5)

iii

Penelitian skripsi ini berangkat dari fenomena terkait stereotip yang melekat dan menonjol dari masyarakat Muslim dewasa ini seperti terbelakang, tertinggal atau sedang berkembang, selain itu juga berangkat dari perdebatan tentang relevansi teologi Islam dengan kaum tertindas dan pembebasan terhadap perempuan, sebagai mana yang telah dikaji salah satunya oleh Asghar Ali Engineer. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui paradigma dan implementasi konsep teologi pembebasan terhadap pembelaan kaum tertindas dari pemikiran Asghar Ali Engineer.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan metode studi pemikiran tokoh. Sumber primer penelitian ini adalah karya-karya Asghar Ali Engineer yang terkait dengan Islam, kaum Mustad’afin, dan pembebasan perempuan, seperti Islam dan Teologi Pembebasa, Islam dan Pembebasan, Tafsir Perempuan “Antara Doktrin & Dinamika Kontemporer”, Islam Masa Kini, Pembebasan Perempuan, dan Hak-Hak Perempuan Dalam Islam. Ada pun sumber sekunder penelitian ini yaitu referensi- referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni: Pertama, pengumpulan karya-karya yang berkaitan dengan pembebasan, kaum Mustad’afin, perempuan dan literature lain yang relevan.

Kedua, menentukan sumber pokok dan melakukan telaah atau analisis terhadap pemikiran Asghar Ali Engineer dan sumber-sumber pendukung lainnya. Ada pun teknik analisis data yang digunakan yaitu deskripsi analitik, interpretasi data, pendekatan filosofis, dan pendekatan historis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, teologi pembebasan Asghar Ali Engineer sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadist. Yang mana teologi pembebasan ini tidak menganut sistem Status Quo (kemapanan), karena Islam merupakan kekuatan pembebasan terhadap eksploitasi, penindasan, dan kezhaliman. Teologi Pembebasan pertama kali muncul di Eropa pada abad kedua puluh, dimaksudkan untuk melihat peran agama dalam membebaskan manusia.

Kedua, Implementasi konsep Teologi pembebasan Asghar Ali Engineer ada tiga konsep seperti Jihad, Tauhid, dan Iman. Manusia merupakan makhluk yang bebas yaitu bebas menentukan nasibnya sendiri. Tanpa ketiganya hal tersebut tidak akan terwujud untuk membela kaum Mustad’afin dan perempuan, ketiga konsep itu memiliki satu tujuan dan jalan yaitu menuju ke jalan Allah SWT dan membebaskan segala sesuatu dari penindasan.

(6)

i

Abstrak ... iii

Daftar Isi ...iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Penjelasan Judul ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Konsep Teologi Pembebasan ... 11

B. Pembelaan Terhadap Kaum Tertindas ... 21

C. Biografi Singkat Asghar Ali Engineer ... 27

D. Penelitian Relevan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian... 38

B. Pendekatan Penelitian ... 38

C. Sumber Data... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 42

(7)

ii

1. Akar Teologis ... 44

2. Akar Historis ... 57

3. Analisis Perbandingan Tokoh ... 67

B. Implementasi konsep Teologi Pembebasan Aghar Ali Engineer terhadap Pembelaan Kaum tertindas ... 70

1. Jihad Melawan Mustakbirin ... 70

2. Pembelaan Terhadap Kaum Perempuan ... 72

BAB V PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA

(8)

iii

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terbelakang, tertinggal, atau sedang berkembang, itu merupakan segelintir stereotip yang melekat dan menonjol dari masyarakat Muslim dewasa ini.

Ditambah citra Islam yang lekat dengan aksi intoleransi, kekerasan, bahkan terorisme. Situasi internal umat Islam yang amat memprihatikan itu tidak muncul bagitu saja. Semua merupakan fenomena luaran dari krisis yang lebih dalam dan mengakar, yaitu kritis epistemologis dengan memudarnya kesadaran umat Islam untuk memahami ajaran-ajaran normative agamanya secara kontekstual.

Menghadapi perubahan-perubahan, umat Islam masih berpangku tangan dan menyandarkan diri pada beban sejarah masa lalu yang sudah lapuk. Inovasi berpikir sangat jarang dilakukan. Kalaupun ada, umat Islam selalu merujuk masa lalu, seolah-olah masa kini dan masa depan tidak menyediakan jawaban memuaskan bagi persoalan yang mereka hadapi. Umat Islam dengan mudah tergoda untuk mengurung diri dari perubahan dan sudah merasa cukup puas dengan berlindung di balik “tempurung” tradisi.1

Islam sebagai agama menyelamatkan, membela dan ,menghidupkan keadilan dalam bentuknya yang paling konkret. Islam bermakna sebagai pembebas, yakni dalam membebaskan umat manusia dari kondisi-kondisi ketidakadilan. Hal itu telah ada diajarkan dalam Al-Qur’an dan juga hadis Nabi

1 Zulfan Taufik, Aku Muslim, Aku Humanisme “Memaknai Manusia dan Kemanusiaan Kita”, (Tangerang Selatan: Yayasan Islam Cinta Indonesia, 2018), h.13-14.

(10)

SAW. maupun secara tersurat atau tersirat, langsung atau tidak langsung menggugat kondisi-kondisi ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat, bangsa maupun negara.2

Islam merupakan agama yang membawa rahmat untuk sekalian alam terutama pada umat manusia, sebuah agama yang dalam artian teknis dan sosial- revolutif yang menjadi tantangan bagi yang mengancam struktur yang menindas.

Tujuan dasarnya yaitu persaudaraan yang universal, kesejahteraan, dan juga keadilan sosial. Karena itu Islam sangat menekankan kesatuan manusia. Hal tersebut juga telah ditegaskan oleh Allah SWT. dalam sebuah ayat yaitu:

اَهُّيَأَٰٓ َي ساَّنلٱ َنۡلَعَج َو ىَثن أ َو ٖرَكَذ نِ م م ك َنۡقَلَخ اَّنِإ

َّنِإ ْۚ ا َٰٓو ف َراَعَتِل َلِئَٰٓاَبَق َو اٗبو ع ش ۡم ك

َدنِع ۡم كَم َر ۡكَأ َِّللّٱ

َّنِإ ْۚۡم ك ىَقۡتَأ ََّللّٱ

ٞريِبَخ ٌميِلَع ١٣

“Hai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”3

Ayat di atas secara jelas membantah semua konsep superioritas rasial, kesukuan, kebangsaan atau keluarga, dengan satu penegasan dan juga seruan yang pentingnya kesalehan. Kesalehan yang dimaksud bukan hanya kesalehan ritual, namun juga kesalehan sosial.

2 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam Islam: Telaah Pemikiran Asghar Ali Engineer”, Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 10, No. 1, Januari 2011, h.51.

3 Al-Qur’an, 49:13.

(11)

Islam juga menekankan pada keadilan di semua aspek kehidupan.

Keadilan ini tidak akan tercipta tanpa adanya membebaskan golongan masyarakat lemah dan marjinal juga penderitaan, juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin. Karena itu, Islam tidak ragu-ragu untuk mempercayakan kepemimpinan seluruh dunia kepada kaum yang lemah (mustadh’afin). Negara-negara muslim pada 2019 menjadi negara-negara yang terbelakang, yaitu Syria, Sudan, Afghanistan, Chad, Libya, Mauritania, dan Iraq menurut Islamicity Index berada rangking paling bawah dan memiliki hubungan internasional paling sedikit. Dengan demikian negara-negara Muslim saat ini masih banyak yang belum mencerminkan bagaimana seharusnya yang diperintahkan oleh Al-Qur’an.4

Adanya kesenjangan antara nilai-nilai ideal normatif Islam dengan realitas masyarakat Muslim tersebut, menjadi ironi besar yang sulit didamaikan. Tidak mengherankan bila Islam sebagai agama yang bersumber dari Tuhan mendapat tantangan serius. Islam dituntut untuk membuktikan bahwa di dalam dirinya terdapat dimensi-dimensi kemanusiaan yang memadai dan memiliki peran yang nyata bagi manusia saat ini.5

Menurut Engineer, agama merupakan realitas selama ini yang lebih menghadirkan dirinya sebagai “kerangkeng” terhadap kebebasan. Teologi yang ada saat ini lebih cenderung dikuasai oleh orang-orang yang mendukung sistem kemapanan dan status quo. Karena itu, teologi tersebut cenderung ritualis, dogmatis dan juga metafisis. Padahal, Islam juga merupakan kekuatan

4 M.Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.57.

5 Zulfan Taufik, Aku Muslim, Aku,…, (Tangerang Selatan: Yayasan Islam Cinta Indonesia, 2018), h.17.

(12)

pembebasan terhadap kecenderungan eksploitatif, penindasan dan kezhaliman.

Kedatangan Islam pada dasarnya adalah untuk merubah status quo dan mengentaskan kelompok yang tertindas dan dilemahkan. Dapat kita lihat, bagaimana Islam menentang riba, perbudakan, barbarism, ketidakadilan ekonomi, politik dan gender, serta kecenderungan eksploitasi yang dilakukan oleh status quo. Sehingga secara tegas Engineer mengisyaratkan kepada masyarakat yang sebagian anggotanya mengekploitasi sebagian anggota yang lemah dan tertindas, tidak bisa di sebut sebagai masyarakat Islam.6

Tauhid mengajarkan dalam hal ini adalah bentuk dari penyadaran kepada Dzat yang adikuasa. Sehingga ketika ada seseorang yang melakukan eksploitasi, arogansi dan penindasan berarti sama saja dengan kehilangan nilai ketauhidannya.

Engineer secara jelas mengutip “syahadat pembebasan”nya Ahmad Amin, seorang sarjana Islam asal Mesir. Konsep dasar pembebasan yang tercermin melalui tauhid. Dalam Islam tauhid merupakan inti dari teologi Islam. Tauhid tidak hanya dipahami sebagai keesaan Tuhan, melainkan juga kesatuan manusia. Dalam kesatuan itu tidak akan terwujud bila masih adanya sistem kelas, kesenjangan dan eksploitasi antar manusia. Misi Islam dalam melakukan hal ini sangat jelas, yaitu persaudaraan yang universal, kesetaraan dan keadilan sosial.

Tujuan dari teologis tersebut mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa manusia itu semuanya sama, tidak peduli suku, bangsa, Negara, gender, karena yang dipandang berbeda disisi Allah SWT. hanyalah kadar ketaqwaannya. Jadi

6 Muhamad Mustaqim, “Paradigma Islam Kritis (Studi Pemikiran Teologi Pembebasan Ali Asghar dan Kiri Islam Hasan Hanafi)”, Jurnal Fikrah, Vol. 3, No. 2, Desember 2015,h.310.

(13)

eksploitasi, penjajahan, penindasan antar manusia sangat ditentang dalam Islam.

Keadilan sosial merupakan cita-cita Islam yang harus diwujudkan.7

Asghar Ali Engineer dikenal sebagai sosok pemikir Islam kontemporer dan juga sebagai seorang aktivis sosial di India, yang mempunyai perhatian besar terhadap problema-problema sosial. Situasi dan kondisi masyarakat Muslim India yang marjinal, terbelakang, tradisional dan sikap defensive-konservatif dalam menghadapi realitas, menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi beliau. Beliau merancang teologi pembebasan dalam konteks pemikiran Islam, dimana kontruksi pemikiran yang dibangunnya konsern pada upaya pembelaan terhadap kaum tertindas.8

Teologi menurut Engineer berarti upaya yang sesungguhnya untuk mengetahui Tuhan dengan segala petunjuk-Nya. Teologi tidak akan berarti apa- apa kalau tidak berakar dari suatu situasi tertentu apalagi jika teologi mengabaikan situasi itu. Pernyataan Tuhan dalam sejarah dan tuntutan dinamika yang harus ada dalam teologi, masing-masing memberikan arti yang signifikannya ikut untuk mewarnai hakikat pembebasan dalam terminologi “teologi pembebasan”. Lalu signifikan itu kemudian menunjukkan bahwa arti “pembebasan” merupakan spirit atau ruh yang memancarkan visi kebebasan dalam teologi pembebasan, yang sebagaimana teologi adalah hasil refleksi iman yang menyatakan “kebebasan”

sebagai pancaran wujud Tuhan dalam sejarah, termasuk sejarah kemanusiaan.

Perdebatan mengenai teologi tentang kebebasan dalam Islam diawali sejak kekuasaan Abbasiyah, bertepatan saat pemikiran Filsafat Yunani mulai diterima

7 Muhamad Mustaqim, “Paradigma Islam Kritis,…,h.310-311.

8 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.63.

(14)

oleh teolog Muslim. Para teolog dalam teologi Islam menolak konsep kebebasan untuk berbuat baik bagi manusia dan mendukung kemapanan, juga membatasi kebebasan manusia dalam ketentuan takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Manusia melalui pandangan itu merupakan makhluk yang terbatas, juga tidak bebas dan harus patuh pada ketetapan Tuhan.9

Untuk menghadapi pandangan itu, Engineer berpendapat meskipun Tuhan membuat batasan atau ketentuan-ketentuan namun manusia tetap makhluk yang bebas. Manusia yang bebas untuk mentaati batasan atau ketentuan Tuhan pada satu sisi dan melanggarnya pada sisi yang lain. Oleh karena itu, sebabnya manusia diminta pertanggungjawaban. Manusia harus mempertanggungjawabkan kebebasannya, apakah taat maupun melanggar.10

Teologi pembebasan bukanlah teologi “status quo” atau hanya sekedar pelipur lara, namun teologi pembebasan adalah teologi jihad. Jihad (perjuanga) dalam Islam harus dimengerti secara lurus juga muri, yakni perjuangan di jalan Allah SWT. yang secara gigih berupaya untuk menegakkan kebenaran dengan cara menghapuskan kebathilan dan mencegah kedzaliman.

Teologi pembebasan mempertahankan kesatuan manusia dan secara terus menerus berupaya mencapai kesatuan itu serta menyingkirkan perbedaan yang, termasuk perbedaan agama. Teologi pembebasan akhirnya tidak mengesampingkan pentingnya mewujudkan konsep tauhid melalui perbuatan.

Pengakuan akan ke-Esaan Allah tidak ada dibatasi pada cara peribadatan formal

9 M.Mukhtasar,“Teologi Pembebasan Menurut Asghar Ali Engineer: Makna dan Relevansinya dalam Koteks Pluralitas Agama di Asia”, Jurnal Filsafat, Seri ke-31, Agustus 2000,h.263.

10 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.263.

(15)

saja, yakni hubungan manusia dengan Tuhan namun juga dalam amal perbuatan yang ditunjukkan dalam hubungan kesatuan manusia dengan manusia.11

Pembelaan terhadap kaum tertindas ini memfokuskan kepada ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Sejak sebelum datangnya Islam pada zaman itu dsebut zaman jahiliah, buta huruf itu secara tidak menjadi persoalan bagi sebagian besar masyarakat. Pandangan sosial saat itu juga masih sempit, kenyataan menunjukkan bahwa mereka sulit memahamiorang lain di luar sukunya.12

Dengan demikian dari latar belakang masalah yang penulis ungkapkan di atas maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana “Islam dan Pembelaan Terhadap Kaum Tertindas : Kajian Analitis Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer”.

B. Batasan Masalah

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah penelitian di atas dan untuk memberikan arahan yang jelas, batasan dari masalah ini adalah Islam dan Pembelaan terhadap kaum tertindas: kajian analitis Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dan untuk memberikan arah yang jelas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

11 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.264-265.

12 Asghar Ali Engneer, Islam dan Teologi Pembebasan, (Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2009), Cet. Ke-5, h.42.

(16)

1. Bagaimana paradigma pemikiran Asghar Ali Engineer mengenai teologi pembebasan?

2. Bagaimana Implementasi konsep Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer terhadap pembelaan kaum tertindas?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini, adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana paradigma pemikiran Asghar Ali Engineer mengenai Teologi Pembebasan.

2. Untuk mengetahui Implementasi konsep Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer terhadap pembelaan kaum tertindas.

E. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat memperkaya dan memberikan ilmu pengetahuan khususnya disiplin ilmu Aqidah dan Filsafat Islam yang dikaitkan dengan Teologi Pembebasan dan juga dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan informasi bagi para pembaca dan rujukan bagi peneliti dengan tema semacamnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah di Instutit Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, sehingga mendapat gelar S.Ag.

(17)

b. Sebagai literature sekaligus sumbangan pemikiran dalam memperkaya khazanah kefilsafatan bagi kepustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

F. Penjelasan Judul

a) Pembelaan terhadap kaum tertindas

Pembelaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal, cara membela atau mempertahankan.13

Kaum tertindas atau Mustadh’afin adalah kelompok manusia yang berada dalam status sosial tersisih, tertindas secara sosial-ekonomi, dan diperlakukan diskriminatif. Istilah Mustadh’afin memiliki arti yang kontektual dan mewakili kelas sosial rendah lainnya, yakni seperti aradzil (tersisih), fuqara (fakir), adapun masakin (orang-orang miskin).14

Jadi pembelaan terhadap kaum tertindas (Mustadh’afin) adalah mempertahankan kebebasan atas perlakuan diskriminasi yang di terima oleh kaum tertindas dari kaum penindas atau kaum kelas atas. Karena penindasan merupakan hal yang tidak dibenarkan dan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam kehidupan seperti sosial, ekonomi dan juga agama. Kaum tertindas akan mengalami keterbelakangan dan menderita, sedangkan kaum penindas akan merasan kesejahteraan hidup.

b) Teologi pembebasan

13 Sugiyono dan Yeyen Maryani, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Bahasa, 2008), h.160.

14 Zamah Sari Dkk, Studi Kemuhammadiyahan Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:

UHAMKA PRESS, 2013), h.331.

(18)

Teologi pembebasan merupakan teologi khusus yang merefleksikan secara kritis pengalaman hidup manusia sehingga ada kemungkinan untuk terwujudnya tugas etis kemanusiaan di dunia ini. Teologi pembebasan juga sebagai suatu gerakan lebih tepatnya pengungkapan data-data yang mengabsahkan suatu gerakan sosial yang amat luas pada awal tahun 1960- an.15

G. Sistematika Penulisan

BAB I : pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Masalah dan Manfaat Penelitian, Penjelasan Judul, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Pada bab ini berisikan tentang teori-teori yang terkait dengan Islam dan Pembelaan Terhadap Kaum Tertindas, hubungan Islam dan Teologi Pembebasan, biografi singkat Asghar Ali Engineer, serta telaah Pustaka.

BAB III : Pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber dan juga teknik pengumpulan data, serta analisis data.

BAB IV : Pada bab ini berisikan tentang Hasil Penelitian dan pembahasan yang terdir dari: Teologi Pembebasan perspektif Asghar Ali Engineer, dan Implementasi konsep teologi pembebasan Asghar Ali Engineer terhadap pembelaan kaum tertindas.

BAB V : Pada bab ini merupakan penutup yang isinya kesimpulan dan saran terhadap penelitian.

15 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.260.

(19)

11 BAB II

KERANGKA TEORI A. KONSEP TEOLOGI PEMBEBASAN

Istilah Teologi Pembebasan awalnya muncul di Eropa abad kedua puluh.

Istilah tersebut dimaksudkan untuk melihat peran agama dalam membebaskan manusia dari ancaman globalisasi dan menghindarkan manusia dari berbagai macam dosa sosial, serta menawarkan paradigma untuk memperbaiki sistem sosial bagi manusia yang telah dirusak oleh sistem dan ideologi dari perbuatan manusia sendiri. dominasi kuasa, baik itu Negara, agama, tradisi dan lainnya ketika sudah establishment(penegakan), maka cenderung akan melanggengkan status quo, yang menindas bagi kelas sosial dan komunitas tertentu.1

Kemunculan ajaran Kristen revolusioner dan teologi pembebasan di Amerika Latin telah membuka suatu lembaran sejarah baru. Teologi pembebasan Amerika Latin adalah teologi yang paling banyak dibicarakan, dikritik, dan diagungkan. Tetapi juga teologi yang paling tidak dimengerti. Seandainya dapat dimengerti maka orang akan mengerti entah sebagai anak asuh teologi sekolah jerman, khususnya teologi politiknya J.B.Mettz atau sebagai teologi picisan yang merekomendasikan penggunaan kekerasan untuk mencapai pembebasan eksklusif politik.2

Teologi pembebasan adalah kata majemuk yang terdiri dari kata majemuk yang terdiri dari kata “teologi’ dan “pembebasan”. Menurut Karl Rahner dan Herbert Volgrimler (1965) istilah “teologi” berasal dari kata Yunani, deologia

1 Muhamad Mustaqim, “Paradigma Islam Kritis,…,h.309.

2 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah, Metode, Praksis, dan Isinya”, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2013), Cet. Ke-4, h.1.

(20)

(theologia), yang berarti pembicaraan tentang tuhan-tuhan atau Tuhan, khususnya secara legendaris atau filosofis. Jadi “teologi” pada dasarnya adalah usaha yang sadar dari orang Kristiani untuk mendengarkan bisikan wahyu-sabda yang dinyatakan oleh Tuhan dalam sejarah, menyerap pengetahuan tentangnya dengan menggunakan cara atau metode keilmuan dan untuk merefleksi tuntutan-tuntutan langkahnya pada tindakan.3

Perkembangan teologi di Eropa lebih kepada bidang pemikiran, sedangkan di Amerika Latin dan Asia lebih kepada pemikiran dan gerakan untuk melawan hegemoni kekuasaan yang otoriter. Teologi pembebasan di Amerika Latin adalah bagian dari gerakan para agamawan untuk melawan hegemoni kekuasaan negara yang otoriter. Teologi pembebasan muncul melalui tradisi Kristen sebaga gugatan moral juga sosial terhadap ketergantungan pada kapitalisme, sebagai cara yang alternative hidup individualistic, penentangan dalam pembehalaan harta dan kekuasaan, kecaman terhadap teologi tradisional, juga pembacaan baru pada sumber-sumber otoritas keagamaan.4

Namun kalau kita membaca teks-teks agama dan sejarah agama-agama, maka akan ditemukan benang merah bahwa semua agama turu untuk melawan kemiskinan, keterbelakangan, ketertindasan, dan kebodohan. Figure dari seorang Nabi dan pemimpin agama, umunya muncul dari keprihatinan membela kaum yang lemah (mustad’afin). Mereka adalah pembebas dari eksploitasi dan dominasi

3 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.8.

4 Mansur, “Spiritualitas Teologi Pembebasan Agama: Islam vs Kristen (Studi Pemikiran Asghar Ali Engineer dan Gustavo Gutierrez), Ejounal Uin Suka, Vol.1, No.1, 2011,h.253.

(21)

menuju kepada keadilan dan kerjasama, dari individualisme menuju kepada persaudaraan universal.5

Istilah pembebasan ini muncul khas Amerika Latin baru pada dokumen Medellin (1968), semula merupakan istilah yang dibakukan sebagai reaksi terhadap istilah “pembangunan” yang hidup subur baik di Amerika Latin maupun pada bagian bumi lainnya. Bagi para teolog pembebasan, istilah “pembebasan”

adalah istilah yang kaya dan kompleks. Agak dengan susah payah kita mencari pengertian yang melulu pembebasan politik dalam literature para teolog pembebasan. Bertentangan dengan tuduhan para kritikus teologi pembebasan, hampir semua teolog pembebasan memberikan arti yang utuh adan integral terhadap istilah “pembebasan”. Menurut Boff (1974) teologi pembebasan merupakan pembebasan, yaitu sebuah proses menuju kemerdekaan. Proses pembebasan ini dapat dibagi ke dalam bentuk pembebasan dari segala sistem yang menindas, dan ke dalam bentuk pembebasan untuk realisasi pribadi manusia, yang memungkinkan manusia untuk menentukan dirinya sendiri tujuan-tujuan hidup politis, ekonomis dan kulturalnya.6

Menurut Sugendo (1977) dan Pieris (1978) gebrakan baru dalam teologi dari teologi Barat ke teologi pembebasan di Amerika Latin, pertama tidak terletak di obyek kajian dan isi tetapi ada pada jenis metodologinya dan pada cara berteologinya. Cara berteologi pembebasan adalah transformative, bertolak dari praksis atau iman yang dialami dalam sejarah tertentu. Sedangkan cara berteologi

5 Mansur, “Spiritualitas Teologi Pembebasan,…,h.254.

6 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.9-13.

(22)

Barat, atau teologi tradisional, atau teologi dominan, bertolak dari teori, dari iman yang diajarkan dan dipikirkan.7

Tidak mengherankan apabila para kritikus teologi pembebasan, yang umunya berasal dari tradisi Barat, melihat beberapa garis persamaan obyek dan isi teologi pembebasan. Hans Urs von Balthasar bahwa teologi pembebasan bukan berasal dari Amerika Latin, tidak mandiri sebagai tradisi teologi, namun bagian dari teologi kerajaan Allah. Menurut Andre Vincent bahwa teologi pembebasan adalah teologi made in Germany. Namun, mereka kurang memahami gebrakan baru dalam berteologi yang diperkenalkan oleh para teolog pembebasan.

Kesulitan melihat gebrakan baru kiranya disebabkan oleh keterpancangan para teolog Barat pada “gebrakan baru”.8

Teologi pembebasan muncul di tengah keprihatinan Gereja-Gereja di Amerika Latin terhadap kondisi nyata masyarakat yang merindukan kehidupan yang lebih baik. Salah satu penyebabnya adalah karena upaya-upaya yang belum menyentuh akar penyebab kemiskinan tersebut. Penyebabnya bukan sekedar hanya karena factor-faktor ekonomi, tapi juga factor struktur sosial yang ada, dikarenakan saat itu masyarakat dikuasai oleh kaum elit. Mereka berusaha mengawetkan keadaan yang ada karena sangat menguntungkan mereka. mereka juga membina relasi dengan pimpinan Gereja dengan memberikan sumbanga yang besar, kemudian oleh Gereja diteruskan sebagai pelayanan karikatif kepada umat

7 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.17.

8 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.18.

(23)

yang menderita. Tidak ada perubahan dalam struktur sosial ini membuat masyarakat tetap hidup dalam kemiskinan.9

Teologi merupakan sistematis dan motodis tentang realitas iman, yang adalah “integrasi ilmiah dari Sabda Tuhan sebagaimana ditujukan pada kita”.

Teologi yang merupakan kegiatan penalaran tentang ajaran iman tersebut memperbarui dirinya lewat tiga saluran. Saluran pertama adalah saluran interpretasi kembali ajaran iman sedemikian rupa sehingga mendekati sumbernya, mendekati kitab suci dan tradisi (kembali kepada sumber). Saluran kedua adalah saluran kontak dengan segala macam hal yang terjadi dalam komunitas Kristiani dan dunia masa kini. Saluran ketiga adalah saluran rangsangan dari apa-apa yang dikpikirkan oleh para teolog non-Katolik, yaitu di antara gereja-gereja Protestan, Anglikan, dan Ortodoks Timur.

Kebangkitan Katolik Barat terjadi pada pertengahan abad kedua puluh.

Kedua puncak kebangkitan teologi tersebut menciprakan sebuah revolusi berteologi, sebuah “gebrakan baru”. Kebangkitan yang pertama timbul akibat pertentangan antara teolog modernis, antara lain diprakarsai oleh Alfred Lois dan George Tyrell, dengan pendukung kamp konservatif dalam gereja. Dalam kebangkitan yang kedua, yang dimulai pada paro kedua abad kesembilan belas, para teolog Jerman dan Prancis dilih berganti memimpin arena pergumulan.10

Gebrakan baru yang disinyalemen oleh Schoof terjadi dalam teori klasik Barat sejak pertengahan abad ke-19 adalah bukan gebrakan baru sesungguhnya.

9 Marthinus Ngabalin, “Teologi Pembebasan Menurut Gustavo Gutierrez Dan Implikasinya Bagi Persoalan Kemiskinan”, Jurnal KENOSIS, Vol. 3, No. 2, Desember 2017, h.130.

10 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.19.

(24)

Teologi Barat tidak mengalami gebrakan baru , ia hanya mengalami pembaharuan dalam hal obyek kajian dan isinya. Keduanya diperluas dengan diperkenalkan pandangan dunia baru dari sumbangan filsafat sezaman yang menyediakan pandangan dunia baru. Gebrakan baru tidak terjadi pada tradisi teolog Barat.

Sebab, teologi politis yang tidak mau berpolitik, locus theologicus-nya masih iman, bukan iman yang dihidupi dalam prakis sejarah.11

Teologi Barat sebagaimana diwakili oleh teologi politis, j.B. Metz mempunyai perbedaan-perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan teologi pembebasan. Perbedaan dalam hal metodlogi, pelaku kegiatan berteologi, analisis kemasyarakatannya, dan locus-theologicus-nya. Pelaku kegiatan berteologi politis Metz adalah Metz sendiri sebagai anggota kelompok kelas menengah intelektual.

Pelaku kegiatan berteologi pembebasan adalah rakyat yang tertindas sendiri. para teolog seperti Gutierrez dan Sugendo adalah penyintesis dari nukilan-nukilan yang diedarkan oleh rakyat jelata di banyak umat basis, juga dari kelompok-kelompok studi kitab suci dan diskusi-diskusi sosial politik, bahkan dari omongan dan tindakan di perkampungan yang miskin dan kotor. Metodologi teologi politis bertolak belakang dari reaksi terhadap penyusupan ilmu pengetahuan modern dan sekularisme. Sedangkan metodologi teologi pembebasan bertolak dari reaksi terhadap sistem masyarakat yag tidak adil. Teologi politis menangani orang yang kehilangan imannya, teologi pembebasan menangani orang yang dianggap bukan orang lagi. Locus theologicus teologi pembebasan adalah orang yang menghayati

11 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.22.

(25)

regiusitasnya dalam tantangan konflik Dunia Ketiga. Locus theologicus teologi politis adalah kecenderungan privatisasi iman di tengah sekularisme.12

Pembebasan merupakan proses transformasi sejarah manusia dalam rangka dinamika perwujudan Kerajaan Allah. Namun Gutierrez mengingatkan bahwa pembebasan historis adalah pertumbuhan Kerjaan Allah dan suatu peristiwa penyelamatan, tetapi bukanlah kedatangan Kerajaan Allah, bukan mengungkapkan seluruh penyelamatan. Pembebasan adalah realisasi historis Kerajaan yang selalu terbuka pada pemenuhan di masa depan, yaitu kedatangan kerajaan yang merupakan Anugrah Allah.13

Dari segi obyek dan isi, mereka membicarakan tentang teologis yang sama, yaitu citra Allah, kedosaan manusia, Kerajaan Allah, kristologi, eklesiologi, eskatologi, dan sebagainya. Tetapi, dari segi metologi, teologi Barat dan pembebasan bertolak dari titik pendekatan yang berbeda. Teologi politis dari titik iman yang terancam, sedangkan teologi pembebasan dari titik praksis penderitaan.

Bagi yang pertama, berteologi adalah kegiatan langkah kedua, sesudah kegiatan pertama yaitu praksis komitmen pada perjuangan pembebasan.14

Masuk akallah pendapat dari Pieris dan Sugendo bahwa gebrakan baru dalam berteologi terjadi pada teologi pembebasan di Amerika Latin. Dalam teologi tersebut terjadi pergantian berteologi, sebuah perubahan yang radikal.

Walaupun berteologi dengan titik pangkal tantangan zaman. Tanda-tanda zaman menantang magisterium untuk mengadaptasi diri setelah melalui proses dialog atau konfrontasi. Sedangkan dalam berteologi pembebasan, interpretasi terhadap

12 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.23.

13 Marthinus Ngabalin, “Teologi Pembebasan Menurut,…, h.138.

14 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.24.

(26)

Injil dan Magiterium di pengaruhi oleh kegiata pertama, yaitu komitmen untuk pembebasan. Teologi bukan kegiatan memberikan perwajahan baru terhadap ajaran baku, melainkan refleksi iman secara baru, sebagaimana dihayati oleh umat dan masyarakat yang berjuang untuk pembebasan.15

Menurut Gustavo Gutierrez ada tiga hal untuk memahami secara integral arti pembebasan Kristiani yaitu; Pertama, makna pembebasan Kritiani yang dikontraskan dengan perkembangan; Kedua, makna pembebasan dalam kaitan penyelamatan Allah; Ketiga, makna teologi pembebasan. Gutierrez menolak penggunaan istilah perkembangan, akrena istilah itu tidak menyajikan gambaran yang tepat dan menyeluruh tentag realitas Amerika Latin sekaligus membatasi problem teologis yang muncul dari realitas sosial itu. Sebaliknya, baginya istilah pembebasan menyajikan gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang realitas Amerika Latin.16

Teologi Eropa dan Amerika Utara mendasarkan diri pada mekanisme metode transcendental dari filsafat baik secara adaptif maupun sebagai.

Metodenya adalah metode dengan corak transendentalis Kantian. Sedangkan teologi-teologi Amerika Latin dengan jelas menggunakan metode analisis sejarah perjuangan kelas dimulai dengan praksis untuk mengubah basis hubungan sosial- ekonomi. Bertologi adalah langkah kdeua setelah orang berpraksis, tetapi perlu ditegaskan bahwa para teolog pembebasan tidak berhenti pada analisis Marxis saja, sebagaimana dituduhkan oleh para kritikusnya, namun disambung dengan

15 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.25.

16 Marthinus Ngabalin, “Teologi Pembebasan Menurut,…, h.136-137.

(27)

proses eksegetis, sebbagaimana dituntutkan oleh komitmen dan iman Kristiani yang bersumber pada Kitab Suci.17

Metode teologi pembebasan adalah metode yang dilengkapi dengan mekanisme untuk mengkritik dirinya. Lain dengan metode berteologi transcendental, kemungkinan mengkritik dirinya sangatlah kecil. Kategori bidu tidak dapat meniadakan atau mengkritik kategori dirinya. Sedangkan teologi pembebasan, refleksi dapat mengkritik bahkan ditiadakan oleh refleksi yang sama melalui mekanisme praksis yang terus menerus berubah dan berkembang. Oleh karena itu, perbedaan tersebut tidak mengherankan kalau rumusan-rumusan teologi Eropa dan Amerika Utara yang memakai pendekatan transcendental sudah menjadi semacam ideology yang memantapkan status quo.18

Perdebatan mengenai kebebasan dalam Islam dimulai sejak pemerintahan awal kekuasaan Abbasiyah, bertepatan saat pemikiran filsafat Yunani muai diterima oleh teolog Muslim. Mu’tazilah merupakan salah satu aliran yang format teologisnya paling jelas menerima pengaruh pemikiran tersebut, terbukti bahwa aliran tersebut mendukung penuh penggunaan nalar atau rasio dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran teologisnya.19

Signifikansi tersebut kemudian menunjuk bahwa arti “pembebasan” adalah spirit atau ruh yang memancarkan visi kebebasan dalam teologi adalah hasil refleksi iman yang menyatakan “kebebasan” merupakan dari Ilahi/wujud Tuhan dalam sejarah, termasuk dalam sejarah kemanusiaan.20

17 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.60.

18 Francis Wahono Nitiprawiro, Teologi Pembebasan “Sejarah,…, h.61.

19 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.263.

20 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.263.

(28)

Teologi Pembebasan adalah suatu prinsip dimana tidak terdapat sesuatu apapun yang dapat menjadi milik manusia, terlebih bila diklaim secara sepihak tanpa sebelumnya manusia itu mengatakan cara memperolehnya. Teologi pembebasan harus menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia adalah amanah ilahi (titipan Tuhan) dan manusia hanyalah penerima amanah tersebut.

Teologi pembebasan tidak membatasi diri pada arena pemikiran murni maupun spekulatif. Ia memperluas ruang lingkupnya untuk menjadi instrument yang paling kuat guna membebaskan umat dari cengkaraman para penindas, mengilhami mereka (kaum lemah) untuk bertindak dengan semangat revolusioner dalam berjuang menghadapi tirani, eskploitasi dan penganiayaan. Jadi, teologi pembebasan lebih memungkinkan mereka mengubah kondisi yang ada agar menjadi lebih baik dan mentransformasikan dunia ketimbang harus bersabar menghadapinya. Teologi pembebasan mentransformasikan agama candu bagi masyarakat menjadi instrument yang kuat bagi perjuangan yang sungguh dan perubahan yang revolusioner.

Penindasan harus dilawan karena merupan proses dehumanisasi yang bisa menegasikan kebebasan yang diberikan kepada manusia oleh kitab suci. Dengan demikian, teologi pembebasan adalah realisasi atas dunia yang manusiawi dan adil serta bebas dari penindasan.21

Sebab secara, psikologisnya masyarakat yang pernah hidup dalam lingkungan yang menindas akan cenderung frustasi, pesimis, suka jalan pintas, dan lemah dengan keyakinan. kondisi psikis ini harus diatasi dengan munculnya

21 Naila farah,“Hak-Hak Perempuan Dalam Islam: Studi Atas Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer”, Jurnal Studi Islam, Gender dan Anak, Vol.15, No.2, Juli-Desember 2020,h.191.

(29)

keyakinan teologis yang kuat agar mendorong mereka untuk giat mengubah nasibnya sendiri tanpa adanya rasa frustasi dan menjadikan sumber motivasi kaum yang tertindas untuk mengubah keadaan mereka dan menjadikan kekuatan spiritual untuk mengomunikasikan dirinya secara berarti dengan memahami aspek-aspek spiritual yang lebih tinggi.

Maka dari itu, teologi pembebasan sangat menekankan pada aspek praksis, yaitu kombinasi antara refleksi dan aksi, iman dan amal. Ia merupakan produk pemikiran yang diikuti dengan praksis untuk pembebasan. Jadi teologi pembebasan berupaya untuk menjadikan mereka yang lemah dan tertindas menjadi makhluk yang independen dan juga aktif. Karena hanya dengan menjadikan manusia yang aktif dan merdeka mereka dapat melepaskan diri dari belenggu penindasan.22

B. PEMBELAAN TERHADAP KAUM TERTINDAS

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata tertindas, tersiksa, dan teraniaya, yang terjadi di negeri orang dan penganiayaan adalah perlakuan yang sewenang-wenang.23 Yaitu perbuatan yang menganiaya, yakni perbuatan menghimpit atau menekan dan memperlakukan dengan sewenang-wenang terhadap orang yang tertindas. Jadi ketika kata tertindas disandingkan dengan kaum atau sekelompok orang, diartikan dengan sekumpilan orang-orang yang disengsarakan, yaitu hadirnya orang yang kuat memperlakukan dengan sewenang-

22 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.60.

23 Sugiyono dan Yeyen Maryani, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Bahasa, 2008), h.73.

(30)

wenang terhadap orang yang lemah. Perlakuan tersebut berupa perbuatan menindas, menghimpit dan menekan.

Golongan lemah atau tertindas yang dimaksud dalam suatu masyarakat adalah golongan wanita, fakir miskin, para orang yang lanjut usia, para buruh, para yatim piatu dan para orang yang tertindas dan teraniaya. Karena satu dan lain hal, di luar kekuasaan dan kehendaknya mereka manjadi lemah, tidak berdaya dan bertenaga memikul beban kehidupan secara normal seperti sesame hamba Allah SWT yang lain.24

Ada pula nama lain dari kaum tertindas yaitu mustad’afin yang secara istilah merupakan orang-orang yang dianggap lemah dan rendah oleh para kaum yang kuat sehingga para kaum yang kuat ini menindas dan berbuat sewenang- wenang terhadap kaum tertindas. Namun, pada kenyataannya kaum mustad’afin ini adalah orang-orang miskin dan berpenampilan sangat sederhana. Tetapi para kaum penindas yang kuat menganggap kaum mustad’afin sebagai kaum yang lemah. Kelemahan itulah yang mendorong para penindas untuk menindas mereka.

Penindasan diartikan sebagai usaha dehumanisasi kaum penindas kepada kaum lemah, dimana proses dehumanisasi berjalan secara sistematis dan tertsruktur. Seseorang menjadi tertindas apabila ada kebijakan dari pihak yang berkuasa yang melakukan sikap arogan dan menindas terhadap mereka. Orang atau kelompok/kaum yang menindas ini disebut sebagai Mustakbirin (arogan, sombong, dan penindas).25

24 Dea Fauziah, “Kaum Tertindas Perspektif Farid Asack”,(Skripsi: Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018),h.12.

25 Dea Fauziah, “Kaum Tertindas Perspektif,…,h.13.

(31)

Mustakbirin didalam Al-qur’an merupakan orang kafir sejati, sedangkan Mustad’afin merupakan orang mukmin sejati. Orang kafir yang sesungguhnya adalah orang-orang yang arogan dan penguasa yang menindas, merampas, melakukan perbuatan-perbuatan salah dan tidak menegakkan yang makruf, tetapi sebaliknya membela yang munkar. Sebaliknya orang mukmin sejati, bukanlah mereka yang hanya mengucapkan kalimat sahadat, tetapi juga mereka yang menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas dan lemah, yang tidak pernah menyalahgunakan posisi kekuasaan mereka atau menindas orang lain atau memeras tenaga orang lain, yang menegakkan kebaikan dan menolak kejahatan.26

Agama Islam menentang keras perlakuan sewenang-wenang terhadap kaum lemah. Islam mengatur hubungan Allah SWT. dengan hambanya dan hubungan manusia dengan sesama manusia, harus ditampilkan sebagai ideologi pembebas bagi kaum lemah dari cengkraman kaum penindas dan penguasa yang zalim dengan begitu, masyarakat Islam tidak memberikan tempat bagi penindasan dan pemerasan terhadap yang lemah oleh yang kuat. Perjuangan kaum Mustad’afin akan terus berlangsung melawan mereka yang berkuasa dengan arogan yaitu kaum Mustakbirin, selama mereka melakukan penindasan terhadap kaum lemah (Mustad’afin). Hal ini sesuai dengan perintah melakukan perbuatan makruf dan mencegah perbuatan munkar dalam Islam.27

Dalam surat Q.S Al-Isra’ (17) ayat 26-27, yaitu:

ِتاَء َو ىَب ۡر قۡلٱ اَذ

هَّقَح َو ۥ َنيِك ۡسِمۡلٱ َو

َن ۡبٱ ِليِبَّسلٱ ا ًريِذۡبَت ۡرِ ذَب ت َلَ َو

٢٦

26 Lukman S. Thahir, “Islam Ideologi Kaum Tertindas: Counter Hegemony Kaum Marginal dan Mustad’afin”, Jurnal Hunafa, Vol. 6, No.1, April 2009,h.26.

27 Lukman S. Thahir, “Islam Ideologi Kaum,…,,h.27.

(32)

َّنِإ َني ِرِ ذَب مۡلٱ َن َو ۡخِإ ا َٰٓو ناَك

ِنيِط َيَّشلٱ َناَك َو

ن َطۡيَّشلٱ ِهِ ب َرِل

ۦ ا ٗرو فَك ٢٧

“26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara- saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”28

Dan juga pada Q.S Al-Qasash (28): 5, yakni:

دي ِر ن َو ىَلَع َّن مَّن نَأ َنيِذَّلٱ

او فِع ۡض ت ۡسٱ يِف

ِض ۡرَ ۡلۡٱ م هَلَع ۡجَن َو ٗةَّمِئَأ ۡم هَلَع ۡجَن َو

َنيِث ِر َوۡلٱ

٥

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).”29

Sejatinya Islam datang dengan semangat pembebasan, membebaskan kaum tertindas dari penindasan kaum aristocrat Qurais yang semena-mena.

Namun setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW dan generasi sahabat, Islam kehilangan elan vitalnya.

Secara leksikal adalah orang-orang yang dianggap lemah dan rendah oleh orang-orang yang kuat, sehingga orang-orang kuat ini menindas serta berbuat

28 Al-Qur’an, 17: 26-27.

29 Al-Qur’an, 28:5.

(33)

sewenang-wenang terhadap mereka.30 Menurut Ibn Atsir, bahwa anggapan para penindas bahwa kaum Mustadh’afin itu lemah didasarkan pada kenyataan bahwa, kaum Mustadh’afin adalah orang-orang miskin dan berpenampilan amat sederhana. Para penindas yang kuat menganggap kaum Mustadh’afin sebagai orang-orang lemah karena secara objektif mereka memang lemah. Kelemahan yang dimaksud yang mendorong para penindas untuk menindas mereka.31

Dalam surat An-Nisa ayat 98, makna Mustadh’afin adalah kelompok dari kalangan yang benar-benar lemah. Mereka merupakan orang-orang tidak mampu dan serba terbatas yang tidak memiliki kekuatan apapun untuk melawan para penindas. Allah SWT. memerintahkan untuk berjuang membela mereka di samping berjuang di jalan-Nya.32

Kaum Mustadh’afin diperintahkan untuk membebaskan diri, tidak semua dari kelompok Mustadh’afin ini tidak memiliki kemampuan atau potensi sama sekali. Ada sebagian dari mereka yang memiliki kemampuan dan potensi, sesungguhnya mereka memiliki kemampuan dan potensi ini Tuhan memerintahkan untuk mengerahkan segenap kemampuan melawan penindasan.

Namun, jika kekuatan penindas lebih kuat dari mereka, maka Allah SWT.

memerintahkan mereka untuk berhijrah mencari tempat yang aman yang bebas dari penindasan.33

Jika ada kaum Mustadh’afin yang tidak memiliki kemampuan, tidak punya bekal untuk hijrah atau tidak tahu jalan menuju negeri hijrah. Maka Al-Qur’an

30 Abad Badruzaman, Teologi Kaum Tertindas (Kajian Tematik Ayat-Ayat Mustadh’afin dengan Pendekatan Keindonesiaan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008), h.6.

31 Abad Badruzaman, Teologi Kaum Tertindas,…, h.7.

32 Abad Badruzaman, Teologi Kaum Tertindas,…, h.23.

33 Abad Badruzaman, Teologi Kaum Tertindas,…, h.81.

(34)

akan mengingatkan saudara-saudara mereka yang sebelumnya juga tertindas tetapi kini telah mendapatkan kebebasan akan penderitaan dan ketertindasan yang pernah mereka alami. Bahwa orang-orang yang telah terbebas dari penindasan dan ketertindasan tidak boleh lupa dengan diri sendiri. mereka juga harus ingat akan masa-masa pahit mereka dulu, lalu ingatan tersebut dapat menjadi dorongan bagi mereka membantu saudara-saudaranya yang tertindas dan tidak mampu membebaskan diri. Dalam Al-Qur’an juga telah ditegaskan memerintahkan mereka berjuang membebaskan saudara mereka yang masih berada dalam ketertindasan dan tidak mampu berbuat apa selain mengulurkan tangan memohon pertolongan.34

Posisi wanita sangat tidak dihargai, walaupun belum ada kewajiban memakai cadar, seperti masyarakat feudal, mereka secara sosial dan ekonomis tidak bebas. Wanita juga tidak dapat memainka peran secara independen dalam bidang sosial, ekonomi maupun politik. Pada status perkawinan mereka lebih buruk lagi, dimana mereka harus hidup bersama dengan seorang suami yang memiliki lebih dari dua belas istri (Poligami). Wanita dianggap beban hidup bagi kaum pria, banyak kasus yang usaha-usaha untuk mengubur mereka (bayi perempuan) hidup-hidup sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat At- takwir ayat 8-9:

اَذِإ َو ةَدۥ ء ۡوَمۡلٱ ۡتَلِئ س

٨

8. dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya

ۡتَلِت ق ٖبۢنَذ ِ يَأِب ٩

34 Abad Badruzaman, Teologi Kaum Tertindas,…, h.88.

(35)

9. karena dosa apakah dia dibunuh

Pembelaan kaum tertindas dan Mustad’afin ini merupakan hal yang sama, karena kaum tertindas atau istilah dalam Islam yang kita kenal sebagai Mustad’afin adalah kaum lemah, kurus, sakit dan hilangnya kekuatan dan kesehatannya (Duafa). Teoriya yaitu kaum Mustad’afin ini merupakan makna dari kata Duafa, Duafa sendiri memiliki berbagai arti dan masih banyak lagi makna lainnya yang terdapat dibeberapa ayat dalam Al-Qur’an.

C. BIOGRAFI SINGKAT ASGHAR ALI ENGINEER

Asghar Ali Engineer atau biasa disebut dengan nama Asghar dan Engineer, beliau lahir pada 10 Maret 1939 di kota Rajastan, India. Dan beliau tutup usia pada umur 74 tahun, 14 Mei 2013 di Santacruz, Mumbai, India. Beliau hidup di tengah kemelut pergolakan etnis, konflik agama, pertikaian politik, dan kesenjangan ekonomi pada saat di India. Beliau menolak hijrah ke Pakistan pada saat terjadinya pemisahan antara India dan Pakistan. Beliau tetap tinggal di India, bahkan dengan penuh keyakinan akan menentukan jalan keluar dari segala kemelut yang dihadapi.35

Sebagaimana anak pada umumnya, Engineer kecil juga memulai pendidikannya pada sekolah-sekolah negeri yang mengajarkan pengetahuan sekuler modern. Bbeliau menyelesaikan pendidikannya dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) pada sekolah yang berbeda-beda, seperti di Hosanghabad, Wardha, Dewas dan Indore. Ketika beliau

35 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.261.

(36)

kecil juga mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya sendiri seperti bahasa Arab, Tafsir, Kitab Suci Al-qur’an, Hadist dan Fiqih. Pendidikan itu semua wajar beliau dapatkan karena ayahnya merupakan seorang ulama yang menguasai berbagai bidang agama, sehingga ayahnya bisa mengajar beliau dengan mudah.36

Pengaruh Filsafat Islam terhadap pemikiran Engineer dapat dilakukan dengan dua indikator utama, yaitu: Pertama , pemikirannya tentang teologi Islam, dan Kedua, pemikirannya yang dipengaruhi oleh pemikir-pemikir Filsafat dalam membangun pemikiran teologisnya. Beliau juga melakukan eksplorasi mendalam terhadap ajaran-ajaran Islam yang sangat relevan untuk dijadikan sebagai sandingan di tengah-tengah ideologi Negara di dunia. Islam menurut beliau adalah sebuah agama yang disampingnya sebagai suatu revolusi sosial yang menghendaki perubahan dan menentang penindasan menurut Negara Arab dahulu.

Islam lahir atas dasar persaudaraan universal, persamaan dan keadilan sosial.37 Engineer lahir dalam sebuah keluarga yang berafiliasi kepada paham Syi’ah Islamailiyah. Keluarganya juga merupakan keluarga santri, beliau juga belajar bahasa Arab dari ayahnya, syekh Qurban Husin dan mendapatkan pendidikan sekuler hingga memperoleh gelar sarjana teknik sipil dari Universitas of Indore. Beliau sendiri pernah menjadi pemimpin komunitas Syiah Islamailiyah Bohra yang cukup terkenal di India. Belaiu juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Komunitas Daudi Bohra (1977).38

36 Muhaemin Latif, Teologi Pembebasan Dalam Islam, (Tanggerang: Orbit Publishing, 2017), Cet. Ke-1,h.28.

37 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.261.

38 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.53.

(37)

Komunitas Daudi Bohra ini dipimpin oleh imam sebagai pengganti Nabi yang dijuluki dengan Amir al-Mukminan. Ada 21 orang imam yang mereka kenal dan imam yang terakhir adalah Mawlana Abu al-Qasim al-Thayyib yang menghilang pada tahun 526 H. Namun demikian, mereka masih percaya bahwa imam terakhir itu masih hidup hingga sekarang. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh para Da’I (Daudi) yang selalu berhubungan dengan imam terakhir tersebut.

Jika ingin diakui sebagai Da’I tidaklah mudah. Mereka harus mempunyai 94 kualifikasi yang disimpulkan menjadi 4 kualifikasi yaitu pendidikan, administarsi, moral da teoritikal, keluarga dan kepribadian. Yang menriknya dari kualifikasi itu seorang Da’I harus tampil sebbagai pembela umat yang tertindas dan berjuang melawan kezaliman. Untuk itu Engineer diakui sebagai seorang Da’i.

Engineer diakui sebagai Da’I merupakan seorang ilmuan terkenal yang menguasai banyak bahasa, seperti bahasa Inggris, Urdu, Arda, Persia,Gujarat, Hindu dan Marathi. Beliau juga banyak memberikan kuliah di berbagai universitas terkenal, seperti di Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan lainnya. Pada bulan Agustus 2008, beliau pernah berkunjung ke Indonesia dan menyampaikan ceramah tentang Islam dan Negara Bangsa, serta bertemu dengan sejumlah cendekiawan Islam Indonesia yaitu mantan presiden Abdurrahman Wahid.

Djohan Effendi sangat tertarik dengan pemikiran Engineer, menurutnya, Engineer merupakan seorang mukmin sejati bukanlah sekedar orang yang percaya kepada Allah SWT. akan tetapi juga beliau adalah seorang mujahid yang berjuang menegakkan keadilan, melawan kezhaliman dan penindasan.39

39 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.54.

(38)

Di luar sebagai aktivitas intelektualnya, Engineer juga merupakan seorang aktivis sosial, beliau banyak dipercayakan untuk menjabat jabatan yang penting, diantaranya menjadi Wakil Presiden pada people’s Union for Civil Liberties, Pemimpin Rikas Adhyayan Kendra, Pemimpin EKTA dan sebagainya.40

Metode pemikirannya yang bersifat normative kontektual dan transendental. Bersifat normatif, karena dia selalu mendasarkan pada ayat-ayat Al- qur’an sebagai sumber rujukan terhadap kasus-kasus sosial politik ataupun teologi. Sedangkan kontekstual yang dimaksudkan itu untuk menafsirkan ajaran- ajaran agama yang bersifat normatif yang belum mengenal waktu dan tempat ke dalam sosio-kultural yang ada, yakni dengan cara membaca kondisi sosio masyarakat yang berlaku. Adapun yang bersifat transcendental, karena ayat-ayat tersebut memerlukan pengetahuan yang cukup mendalam dan memahami antara teks dengan konteksnya.41

Ada dua aspek fundamental yang mempengaruhi pemikiran beliau, yakni:

Pertama, realitas sosio-politik yang dialami oleh masyarakat India, disamping juga karena pengaruh pemikiran pembaharuan dan progresivitas para pemikir pendahulu, antara lain Muhammad Iqbal. Kedua, paham keberagamaan yang dimilikinya sebagai pemimpin Syi’ah Ismaliyah yang menekankan pembelaan dan pembebasan kaum tertindas.42

Landasan dari pemikiran Engineer dipengaruhi oleh tokoh-tokoh pembentukkan pemikirannya secara langsung ataupu tidak langsung mulai sejak neliau masih muda sampai pada usia senja. Faktor sosial politik juga mengitari

40 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.55.

41 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.55.

42 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.56.

(39)

Engineer, tentu juga berpengaruh pada sketsa pemikirannya. Mengingat bahwa dalam riwayat beliau tidak melalui proses pendidikan formal dalam studi Islam, maka jalan yang ditempuh adalah melacak referensi-referensi beliau ketika menulis buku maupun artikel.43

Pemikiran Engineer merupakaan perpaduan antara metode ilmu pengetahuan sekuler dan metode para pemikir-pemikir Muslim kontemporer.

Beliau belajar tentang pemikiran para filosof kontemporer seperti Betrand Russel, seorang filosof rasional modern Inggris, beliau juga mendalami teori-teori karl marx dengan mengupas habis Das Kapitalnya.44

Dalam bidang sosiologi, Engineer juga mencoba mengintegrasikan pemikiran sosiologi Barat dan Islam. Sosiologi Karl Marx menjadi rujukan utama pemikiran beliau dalam membangun pola hubungan masyarakat tanpa kelas.

Dalam konteks ini, pengaruh Karl Marx sangat jelas dalam pemikiran beliau ketika menaffsikan tauhid bukan hanya sebagai keesaan Tuhan, namun juga sebagai kesatuan manusia yang tidak aka terwujud tanpa terciptanya masyarakat tanpa kelas. Jadi tidak ada perbedaan level dalam msyarakat yang dibedaka sesuai dengan stratifikasi sosial seperti kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas proletarian (kelas buruh) dalam konteks Marxisme.

Namun pada saat yang sama juga Engineer dipengaruhi oleh teori-teori sosiologi Ibnu Khaldun terutama ketika ia menjadikan Muqaddimah referensi utamanya. Teori-teori dari kedua tokoh itu diramu lalu dimodifikasi menjadi pemikiran Islam yang beliau pahami. Singkatnya, kedua tokoh tersebut telah

43 Muhaemin Latif, Teologi Pembebasan Dalam,.,h.53.

44 Muhaemin Latif, Teologi Pembebasan Dalam,.,h.55.

(40)

membentuk pemikiran Engineer dalam memotret masyarakat Islam dari sejak klasik smapai kehidupan modern dala hubungannya dengan teologi pembebasan.45

Selain dari tokoh diatas yang melandasi pemikiran Engineer, faktor lain yang tak kalah penting adalah keberadaan teologi Syiah Ismailiyah dimana beliau berkecimpung. Bahwa diantara sekte Syiah, Ismailiyah telah mengasimilasi pemikiran progresif pada masa itu dan berkembang menjadi salah satu teologi yang progresif dalam Islam. Pengalaman itu ikut mempengaruhi postur pemikiran beliau dalam merumuskan teologi pembebasannya. Kedalaman pengetahuan Syiah Ismailiyah, menurut beliau, bisa ditelusuri dalam Ikhwan al-Shafa yang merupakan surat-surat ensiklopedis dan memuat kedalaman pengetahuan mereka tradisi Filsafat Yunani.46

Menurut Engineer, ensiklopedia Ikhwan al-Shafa memuat suatu sintesa kreatif pemikiran Islam dan Yunani yang melahirkan suatu teologi baru yang progresif yang bisa ditafsirkan sebagai teologi pembebasan pada masa itu. Teologi inilah yang kemudian menginspirasi para pejuang-pejuang Syiah Ismailiyah untuk melawan dinasti Abbasiyah dengan mengembangkan organisasi bahwa tanah yang sangat solid dengan suatu hirarki yang fungsional.47

Asghar Ali Engineer ketika membicarakan Teologi Pembebasan ini sejalan dengan konsep Islam, karena pada Teologi Pembebasan beliau ini sudah dipengaruhi oleh Teologi Islam. Beliau juga mengatakan bahwa Islam adalah sebuah agama yang disampingnya sebagai suatu revolusi sosial yang

45 Muhaemin Latif, Teologi Pembebasan Dalam,.,h.58.

46 Muhaemin Latif, Teologi Pembebasan Dalam,.,h.60.

47 Muhaemin Latif, Teologi Pembebasan Dalam,.,h.61.

(41)

menghendaki perubahan dan menentang penindasan, Islam lahir atas dasar persaudaraan universal, persamaan dan keadilan sosial.

D. PENELITIAN RELEVAN

Kajian mengenai Islam dan Pembelaan Terhadap Kaum tertindas memang sudah banyak dilakukan baik jurnal maupun skripsi. Sejauh mana penelusuran yang dilakukan, penulis menjumpai hasil penelitian yang memiliki titik singgung dengan judul yang diangkat dalam penelitian skripsi ini. Berikut beberapa literature yang menjadi acuan pustaka sebagai komparasi akan keotentikkan penelitian ini:

1) Jurnal yang ditulis oleh Muhamad Mustaqim, yang berjudul Paradiqma Islam Kritis (Studi Pemikiran teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer dan Kiri Islam Hassan Hanafi). Jurnal ini memfokuskan kepada pemikiran Islam kritis yang dipresentasikan oleh dua tokoh yaitu Asghar Ali Engineer dan Hassan Hanafi. Pada buku mereka masing-masing yang berjudul Islam Teologi pembebasan dan Kiri Islam. Kemudian kedua tokoh ini memandang Islam sebagai Spirit yang mampu menjadi pijakan dalam membangun sistem sosial yang adil. Memposisikan Islam sebagai sebuah teologi kritis akan mampu menghasilkan paradigm keberagamaan yang berkeadilan.48

2) Jurnal yang ditulis oleh M.Mukhtasar, yang berjudul Teologi Pembebasan Menurut Asghar Ali Engineer; Makna Relevansinya dalam Konteks Pluralitas Agama di Asia. Jurnal ini menjelaskan mengenai kebebasan merupakan nilai fundamental bagi perwujudan eksistensial manusia di dunia

48 Muhamad Mustaqim, “Paradigma Islam Kritis,…,h.323.

(42)

ini. Teologi pembebasan merupakan teologi kontekstual yang menekankan kebebasan, persamaan dan keadilan, serta menolak penindasan, penganiayaan dan ekploitasi manusia oleh manusia. Tujuan dari teologi pembebasan ini adalah satu dan mampu menyatukan semua orang secara signifikan dengan konteksnya, serta termotivasi dan diilhami oleh masing- masing agama mereka yaitu hidup dalam kebebasan.49

3) Jurnal yang ditulis M. Kursani Ahmad, dengan judul Teologi Pembebasan Dalam Islam: Telaah Pemikiran Asghar Ali Engineer. Membahas mengenai pemikiran Engineer yang ditransformasikan menjadi tiga kerangka praksis teologi pembebasan, yaitu Pertama, konsep tauhid, yang tidak hanya mengacu pada keesaan Allah, namun juga pada kesatuan manusia.

Masyarakatnya mengakui dan menjamin kesetaraan manusia dan tidak akan membenarkan adanya diskriminasi dalam bentuk apapun. Kedua, konsep iman, tidak hanya dimaknai soal kepercayaan kepada Allah SWT, tetapi orang yang beriman harus dapat dipercaya, berusaha menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera dan menyakini nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan. Sedangkan makna kafir bagi Engineer yaitu orang yang tidak hanya menetang eksistensi Allah, tetapi juga menentang usaha-usaha jujur untuk membentuk masyarakat, menghapus akumulasi kapital, menentang penindasan dan mengakhiri ekploitasi dalam segala bentuk.

Ketiga, konsep jihad, dimaknai dengan perjuangan yang dilakukan secara dinamis dan istiqamah, untuk menghapuskan eksploitasi, korupsi dan

49 M.Mukhtasar, “Teologi Pembebasan Menurut,…,h.268.

(43)

berbagai bentuk kezaliman. Teologi pembebasan tidak memakai jihad sebagai perang militer atau bukan jihad untuk berperang. Dan tidak berlebihan jika dikatan, teologi pembebasan Engineer adalah teologi humanis, sebuah paradigm teologis dan praktis bagi pembebasan manusia.50 4) Buku, Muhaemin Latif, yang berjudul Teologi Pembebasan dalam Islam,

(Tangerang: Orbit Publishing,2017), Cet Ke-1.

5) Jurnal yang ditulis oleh Naila Farah, yang berjudul Hak-Hak Perempuan Dalam Islam: Studi Atas Teologi Pembebasan Asghar Ali Engineer. Jurnal ini berisikan tentang konstruksi pemikiran Asghar Ali Engineer yang dipengaruhi oleh kondisi sosio-politik masyarakat Muslim di India yang mulai dipengaruhi oleh pemikiran pembaharuan dan progresifisme para pemikir pendahulu seperti Fazlur Rahman dan Muhammad Iqbal. Kondisi keagamaan yang dianutnya yang menekankan etos pembelaan dan pembebasan atas kaum tertindas. Teologi pembebasan Islam yang diformulasikan oleh Engineer merupakan antithesis dari teologi klasik.51 6) Jurnal yang ditulis oleh Lukman S. Thahir, yang berjudul Islam Ideologi

Kaum Tertindas: Counter Hegemony Kaum Marjinal dan Mustad’afin.

Dalam jurnal ini membahas Islam sangat menentang keras perlakuan sewenang-wenang terhadap kaum lemah. Islam juga mengatur hubungan Allah dengan hamba dan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebagai ideology pembebasan bagi kaum lemah dari cengkaraman kaum penindas dan penguasa zalim, masyarakat Islam tidak memberikan tempat

50 M. Kursani Ahmad, “Teologi Pembebasan Dalam,…, h.64.

51 Naila farah, “Hak-Hak Perempuan,…,h.204.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang dan membangun sistem monitoring dan akuisisi data Rpm fan , temperatur dan kelembaban yang dapat diaplikasikan

Perangkat lunak Kriptografi Modifikasi Algoritma Vigenere Cipher untuk Pengamanan Pesan Rahasia dapat menggunakan kunci berlapis 3 dan menginput 46 karakter yg ada

Perlu adanya upaya untuk meningkatkan pola intensifikasi pada usaha budidaya udang vannamei, dari sistem intensif menjadi superintensif yang ditunjang dengan

berbanding lurus dengan debit aliran dan berbanding terbalik dengan jumlah kotak yang dipasang, yaitu semakin besar debit aliran yang mengalir maka semakin besar

22 Hasil klasifikasi data tinggi gelombang 2012 Dari gambar diatas dapat dilihat adanya perubahan warna dari kuning, hijau, biru hingga biru tua. Perubahan warna tersebut

Simulasi pemodelan arus laut pada saat pasang tertinggi di perairan antara Pulau Kandang Balak dan Pulau Kandang Lunik arahnya menuju ke selatan atau ke

Kemudian untuk total daya listrik yang dihasilkan oleh Turbin L C500 pada data ADCP di kedalaman antara 18,31 meter hingga 178,31 meter, total luaran daya listrik dapat dilihat

gambaran happiness pada individu masa dewasa awal yang tidak memiliki. pasangan sehingga dapat membantu praktisi psikologi klinis