• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI TRANSAKSI SYARIAH DI BANK SAMPAH UNTUK MEWUJUDKAN MAQASHID SYARIAH (Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI TRANSAKSI SYARIAH DI BANK SAMPAH UNTUK MEWUJUDKAN MAQASHID SYARIAH (Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI TRANSAKSI SYARIAH DI BANK SAMPAH UNTUK MEWUJUDKAN MAQASHID

SYARIAH

(Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta)

1

Riza Egi Arizona,

2

Mohammad Syifa Amin Widigdo

1

Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, 55183

2

Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia, 55183

rizaegiarizona@gmail.com

1

; syifamin@umy.ac.id

2

ABSTRAK

Studi ini bertujuan menjawab rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini yaitu bagaimana implementasi transaksi syariah yang terdapat di Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta.

Sekaligus menganalisis apakah dari implementasi transaksi syariah yang ada di Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta bisa mewujudkan nilai dalam maqashid syariah atau tidak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini memakai cara observasi, dokumentasi serta wawancara. Hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu, terdapat implementasi transaksi syariah dalam produk yang terdapat di Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta. Antara lain produk tabungan sampah yang sesuai dengan akad tabungan wadiah, produk pembiayaan yang sesuai dengan akad qard, produk kerjasama kerajinan yang sesuai dengan akad kerjasama musyarakah. Selain itu terdapat indikasi bahwa Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta turut serta dalam upaya mewujudkan nilai kemaslahatan umat dalam Islam, yaitu maqashid syariah. Yang tercermin dari tercapainya beberapa indikator maqashid syariah, diantaranya: hifẓ al-din (melindungi agama), hifẓ al-nafs (melindungi jiwa), hifẓ al-aql (melindungi pikiran), hifẓ al-mal (melindungi harta), dan hifẓ al-nasl (melindungi keturunan).

Kata Kunci: Transaksi Syariah, Bank Sampah, Maqashid Syariah

PENDAHULUAN

Dewasa ini permasalahan lingkungan memang menjadi permasalahan yang cukup pelik, kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh tangan manusia bisa dikatakan telah nyaris sampai di titik puncaknya. Sederet musibah lingkungan yang terjadi seolah jadi fakta yang tidak dapat

terbantahkan lagi kalau antara manusia dan alam semakin tidak bersahabat. Indonesia bagaikan salah satu jantung serta paru- paru dunia, seringkali diharapkan untuk menjadi pelopor terciptanya kelestarian serta keberlangsungan area hidup (Jimly Asshiddiqie, 2009).

Setyaningrum (2015) menyatakan dalam penelitiannya, bahwa keseluruhan jumlah sampah yang terdapat di Indonesia mampu meraih 151.921 ton per harinya. Itu artinya, tiap penduduk Indonesia memiliki andil dalam memproduksi sampah padat rata- rata kurang lebih 0,85 kilogram per hari. Dari data tersebut, sebanyak 80% sampah bisa dikumpulkan, sedangkan sebanyak 20% sisanya cuma terbuang percuma sebab mereka pikir sampah tersebut tidak bermanfaat. Banyaknya sampah yang terbuang tersebut perlu adanya perhatian dari berbagai pihak karena semakin lama maka jumlah produksi sampah akan semakin menumpuk. Dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah dijelaskan bahwa “setiap orang berhak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Dalam hal ini, kegiatan pengurangan sampah dapat dilakukan dengan cara diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam” (UU Republik Indonesia No. 18, Tahun 2018, Tentang Pengelolaan Sampah).

Salah satu inovasi yang muncul di masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan mendirikan Bank Sampah yang ruang lingkup pengelolaannya pada tingkat komunitas.

Bank sampah merupakan sistem pengelolaan sampah secara bersama yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya.

Pada kegiatannya sistem ini mampu bekerja menampung, memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah (A. Prasetyo dan MZ. Arifin, 2017:78).

Menurut Setyaningrum (2015), program bank sampah bisa dijadikan kegiatan social enterprise

(2)

berbasis masyarakat dengan fokus kegiatan pada pengelolaan sampah, sehingga harapannya sampah yang terbuang bisa dikelola menjadi barang yang bernilai guna secara ekonomi. Program bank sampah ini mempunyai manfaat dari berbagai aspek baik aspek kesehatan, muamalah, maupun ibadah.

Dalam kegiatan operasionalnya Bank Sampah Gemah Ripah memang tidak mengatasnamakan transaksinya sebagai transaksi yang syariah, namun ternyata jika ditilik lebih mendalam terdapat implementasi transaksi syariah didalamnya. Dalam setiap transaksi khususnya transaksi syariah, seperti transaksi jual beli antara individu atau antar orang lain harus ada hubungan yang terikat (akad) yang jelas di antara mereka, dengan cara apa mereka berdagang dan bagaimana caranya, semua pihak dapat merealisasikan obyek- obyek yang berhubungan. Akad (ikatan) muncul untuk memberikan informasi dan formula menjelaskan hak dan kewajiban kedua belah pihak, dan Perannya dalam mencapai tujuan kesepakatan.

Sehingga akad dalam hal ini merupakan piranti yang sangat penting serta memiliki posisi yang urgent dalam setiap transaksi syariah. Akad harus ditunaikan dan dijaga sebagai sebuah komitmen bersama dan akad merupakan rujukan dan jalan keluar bilamana terjadi perselisihan diantara para pihak yang berkepentingan serta untuk mendapatkan solusi dari perselisihan (Arifin, 2016).

Pengelolaan bank sampah ini bisa dikaitkan dengan suatu nilai dalam Islam yang tujuannya untuk kemaslahatan umat, yakni maqashid syariah. Dalam konteks maqashid syariah, penelitian ini membahas mengenai implementasi transaksi yang dapat diterapkan pada sistem operasional Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta, apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah dalam maqashid syariah atau belum dengan menggunakan lima nilai atau indikator dalam maqashid syariah yang biasa disebut Al-Kulliyat Al- Khamsah (lima prinsip umum), diantaranya yaitu:

hifẓ al-din (melindungi agama), hifẓ al-nafs (melindungi jiwa), hifẓ al-aql (melindungi pikiran), hifẓ al-mal (melindungi harta), dan hifẓ al-nasl (melindungi keturunan). Pengelolaan sampah yang baik dan didukung dengan hadirnya bank sampah sebagai pihak pengelola sampah anorganik maupun organik, menjadi salah satu terobosan dalam upaya mewujudkan konsep maqashid syariah.

METODE PENELITIAN

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Sampah Gemah Ripah yang terletak di Jl. Urip Sumoharjo, Dk Badegan, RT 12, Kec. Bantul, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sedangkan untuk metode pengumpulan data peneliti menggunakan cara antara lain:

observasi, dokumentasi, dan wawancara.

Selanjutnya untuk teknik pengolahan data, peneliti menggunakan beberapa pengujian yang bertujuan untuk memperoleh data yang valid. Diantaranya: uji kredibilitas, uji dependabilitas, dan konfirmabilitas.

Lalu dalam analisa data, peneliti menggunakan model analisis data Miles Huberman yang meliputi:

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan.

PROFIL BANK SAMPAH GEMAH RIPAH Berdirinya Bank Sampah Gemah Ripah bermula ketika Yogyakarta dilanda gempa bumi pada tahun 2006 yang lalu, pasca terjadinya gempa bumi tersebut sampah mulai terlihat berserakan di sudut-sudut desa yang menyebabkan penumpukan sampah. Dampak dari penumpukan sampah tersebut menyebabkan penyakit demam berdarah di Dusun Badegan, bahkan menjadikan Dusun Badegan sebagai wilayah nomor satu penderita demam berdarah terbanyak di wilayah puskesmas di Bantul Timur. Kondisi tersebut rupanya mengundang keprihatinan seorang dosen jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta bernama Bapak Bambang Suwerda, SST., M.Si.

Melihat dampak dari gempa bumi tersebut menyebabkan kualitas lingkungan di Dusun Badegan mulai menurun, ditambah lagi dengan pengelolaan sampah yang belum baik. Atas dasar niat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat itulah Pak Bambang bersama warga RT. 12 Dusun Badegan mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah.

Seiring berjalannya waktu, Bank Sampah Gemah Ripah tumbuh menjadi besar dan dikenal sebagai bank sampah pertama di Indonesia serta menjadi role model bagi bank sampah lain di Indonesia, bahkan di dunia. Dalam sistem operasionalnya, Bank Sampah Gemah Ripah mengusung konsep penanganan sampah dengan duplikasi sistem perbankan. Dalam hal ini nasabah penabung sampah diberikan nomor rekening, dan buku tabungan serta berhak atas hasil tabungan sampah yang disetorkan, tentunya telah dinilai dalam bentuk sejumlah uang (Rp). Berbeda dengan pengepul sampah atau rongsok, Bank Sampah Gemah Ripah menerima segala jenis sampah, baik itu sampah anorganik maupun sampah organik.

Namun pada sampah organik, Bank Sampah Gemah Ripah tidak menghargainya, melainkan mengajak nasabah untuk mengolahnya menjadi pupuk kompos. Yang nantinya akan digunakan kembali oleh nasabah yang kebanyakan berlatar belakang pekerjaan sebagai petani.

Implementasi Transaksi Syariah Di Bank Sampah Gemah Ripah

(3)

Seperti yang diketahui bahwa Bank Sampah Gemah Ripah yang terletak di Yogyakarta mengusung konsep penanganan sampah dengan duplikasi sistem perbankan. Bedanya yang ditabung bukan dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk sampah atau barang bekas yang sudah dipilah sesuai dengan jenis-jenisnya. Tahap selanjutnya, nasabah dapat memperoleh buku tabungan yang nantinya akan dicatatkan perolehan uang hasil konversi dari menyetorkan sampah berdasarkan nilai ekonomis.

Walaupun Bank Sampah Gemah Ripah tidak mengatasnamakan syariah, namun ternyata secara implisit sudah selaras dengan ajaran dalam syariah.

Hal itu bisa dilihat dari awal nasabah menyetorkan sampah, dimana Bank Sampah Gemah Ripah sudah ada list harga untuk sampah yang hendak diberikan.

Sehingga dalam hal ini terjadi saling keterbukaan antara nasabah dan pihak pengelola bank sampah.

Dan dalam sistem ini pula terjadi ijab qabul transaksi di Bank Sampah Gemah Ripah, dimana nasabah memberikan sampah atau barang bekas, dan pengelola bank sampah menerima sampah atau barang bekas tersebut untuk ditimbang, dihitung, dan disepakati harganya.

1. Produk Tabungan dengan Akad Jual- Beli serta Akad Wadiah

Dalam produk tabungan ini terdapat dua implementasi transaksi syariah, yaitu diawali dengan terjadinya akad jual-beli sampah menjadi sejumlah uang. Dan setelah akad jual-beli selesai selanjutnya terjadi akad selanjutnya yaitu akad wadiah atau titipan yang gunanya untuk menyimpan uang yang telah didapatkan nasabah dari hasil jual-beli sampah tersebut.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (2011:10), jual-beli atau bisa disebut ba’i merupakan jual beli antara benda dengan benda, atau dapat juga pertukaran benda dengan uang. Dari definisi tersebut bisa dikatakan akad jual-beli merupakan suatu perjanjian dimana terjadi saling tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha atau ikhlas di antara kedua belah pihak. Tentunya harus sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati bersama kedua belah pihak.

Akad jual-beli yang terdapat di Bank Sampah Gemah Ripah terjadi ketika nasabah datang dengan membawa sampah yang akan ditabung. Pertama oleh pihak Gemah Ripah akan ditimbang bersama dengan nasabah, hal ini agar terjaganya transparansi. Setelah ditimbang, sampah tersebut dinilai dengan nominal uang sesuai dengan harga yang sudah tertera, nasabah pun dapat mengetahui daftar

harga tersebut karena untuk daftar harga sampah sendiri terpampang dengan jelas.

Dalam akad jual-beli yang terdapat di Bank Sampah Gemah Ripah juga sudah memenuhi prinsip dalam akad jual-beli, karena sebuah transaksi jual beli dalam Islam tidak diperbolehkan bahkan tidak sah apabila tidak tercapai prinsip dalam jual-beli ini. Berikut analisisnya:

a. Prinsip An Taradim Minkum Sebuah transaksi dalam Islam haruslah ada kerelaan serta keridha-an diantara kedua belah pihak. Tidak boleh terdapat paksaan yang membuat salah satu pihak merasa tidak rela atau tidak ridha.

Prinsip tersebut juga terdapat pada proses transaksi jual-beli yang terdapat di Bank Sampah Gemah Ripah.

Dimana tidak ada satupun informasi atau tahapan yang disembunyikan Gemah Ripah terhadap para nasabahnya, adanya ketransparansian serta nilai amanah yang dijaga oleh Gemah Ripah inilah yang membuat bank sampah ini awet sampai sekarang dengan jumlah nasabahnya yang semakin bertambah serta menjadi semakin tersohor sampai ke tingkat Nasional.

b. Prinsip La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun

Dalam prinsip ini diajarkan untuk tidak berbuat dzalim serta jangan didzalimi didalam suatu transaksi, secara khusus dalam transaksi syariah.

Adapun praktik yang dapat melanggar prinsip tersebut diantaranya adalah gharar, riba, maysir, risywah, ikhtikar dan bai’ najasy.

Dalam prinsip ini, Gemah Ripah dinilai sudah menerapkan prinsip La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun dengan baik serta terhindar dari praktik yang dilarang dan dapat melanggar prinsip ini. Hal ini tercermin dari langkah kecil yaitu sebisa mungkin untuk memberikan transparansi ke nasabah, seperti dengan mencantumkan daftar harga sampah agar nasabah dapat melihat sendiri atau mungkin ingin menghitung sendiri, penempatan timbangan sampah didepan teller sehingga para nasabah juga dapat

(4)

melihat secara langsung berapa kilogram sampah yang dibawa.

Selanjutnya dalam ekonomi syariah dikenal beberapa produk akad simpanan, salah satunya adalah akad wadiah. Akad wadiah merupakan bagian dari akad tabarru’ (tolong menolong), yang mana akad wadiah ini bisa diartikan sebagai titipan murni dari nasabah ke pihak pengelola keuangan. Pihak pengelola uang pada dasarnya tidak diperbolehkan untuk menambah, mengurangi, bahkan mengelola uang nasabah yang dititipkan. Pihak nasabah juga tidak menerima keuntungan atau menanggung biaya yang ada ketika memilih untuk menyimpan uangnya menggunakan akad wadiah.

Dilihat dari tahapan proses penyetoran sampah sampai berakhir di pencatatan hasil uang yang didapatkan di dalam tabungan. Yang mana biasanya nasabah tidak langsung mengambil tabungan pada saat itu juga, nasabah baru mengambil tabungan jika dirasa saldo yang didapatkan sudah lumayan terkumpul. Pada kasus ini, Bank Sampah Gemah Ripah menjadi tempat sementara tabungan para nasabah. Yang mana uang tabungan tersebut bisa diambil kapan saja dan dengan jumlah uang yang tetap seperti tertera dalam buku tabungan nasabah, nasabah hanya perlu datang ke kantor dengan membawa buku tabungan lalu meminta petugas untuk mengambilkan uang simpanan sesuai yang diminta. Dalam fiqh muammalah transaksi tersebut masuk dalam kategori akad wadiah (titipan). Penjelasannya sebagai berikut:

a. Adanya objek yang dititipkan Mulanya objek yang dititipkan berupa sampah yang pada akhirnya berupa nominal uang yang didapatkan dari hasil jual beli sampah yang dibahas sebelumnya, dan uang yang dititipkan di Bank Sampah Gemah Ripah adalah murni milik nasabah.

b. Adanya pihak yang menitipkan dan dititipkan

Pihak yang menitipkan adalah nasabah, dan pihak yang dititipkan adalah Bank Sampah Gemah Ripah.

Yang mana kedua pihak tersebut telah memenuhi salah satu syarat dalam akad transaksi syariah, yaitu baligh dan sehat.

c. Adanya pernyataan serah terima (Ijab Qabul)

Memang dalam implementasinya tidak secara formal mengatakan ijab qabul. Namun terjadi serah terima dimana setelah petugas menimbang sampah, kemudian di tulis di buku tabungan dan disebutkan nominal yang didapatkan kepada nasabah. Sehingga kedua belah pihak mengetahui berapa nominal yang dititipkan.

Nominal uang yang dititipkan di Bank Sampah Gemah Ripah sepenuhnya hanya dititipkan atau disimpan tanpa digunakan untuk kegiatan apapun untuk usaha lain.

Nasabah pun tidak memperoleh bagi hasil dan tidak perlu membayar biaya administrasi apapun dalam tabungan ini. Maka dari itu tabungan sampah yang terdapat di Bank Sampah Gemah Ripah termasuk ke dalam tabungan wadiah, lebih lengkapnya wadiah yad al-amanah. Perlu diketahui bahwa akad wadiah digunakan setelah akad jual beli yang terjadi antara pihak nasabah dan pihak bank sampah, setelah pihak bank sampah menilai dengan rupiah sampah yang akan ditabung nasabah yang kemudian dimasukkan ke buku tabungan nasabah yang kemudian nilai tabungan tersebut dapat diambil sesuai produk yang dipilih oleh nasabah bank sampah tersebut, maka disitulah terjadi akad wadiah.

2. Produk Pinjaman Atau Pembiayaan dan Akad Qard

Selain produk tabungan, di Bank Sampah Gemah Ripah juga menyediakan produk pembiayaan. Namun masih dalam skala kecil serta sudah tidak aktif lagi dikarenakan SDM yang kurang memadai, hal ini pun di konformasi oleh Pak Bambang selaku direktur sekaligus pendiri Bank Sampah Gemah Ripah dalam wawancara yang dilakukan peneliti:

“iya mas..disini juga ada produk selain nabung, itu ada semacam pinjaman gitu. Tapi sekarang lagi vakum, karena petugas disini itu selalu ada pergantian. Karena disini saya tidak mengikat mereka dengan kontrak, jika mereka sudah mendapatkan pekerjaan tetap ya mereka boleh keluar. Itupun dalam memberikan dana pinjaman kami lihat-lihat dulu nasabahnya. Dalam artian dilihat track recordnya selama di bank sampah ini dan kegunaannya untuk apa. Biasanya

(5)

untuk kebutuhan modal, namun dengan catatan kami tidak menjanjikan cair tidaknya. Nah untuk pembayaranya sendiri ya sesuai yang dipinjem mas, karena kami lihat kapasitas masyarakat sini. Dan kami pun bukan bank keuangan gitu, jadi ya niatnya cuma bantu yang sedang membutuhkan”

Dari hasil wawancara diatas, benar adanya Bank Sampah Gemah Ripah mengeluarkan produk pinjaman yang penggunaanya difokuskan untuk modal usaha (pembiayaan). Hal yang menarik adalah nasabah hanya diwajibkan membayar biaya pokoknya saja, tanpa ada biaya tambahan lainnya. Dalam ekonomi syariah praktik ini masuk dalam akad qardh, yaitu pemberian pinjaman tanpa mengharapkan imbalan dari pihak peminjam yang mana masuk dalam kategori akad Tabarru’ atau dana kebajikan.

Walaupun dalam praktiknya bank sampah Gemah Ripah belum menjelaskan secara langsung bahwa produk pinjaman atau pembiayaan tersebut menggunakan akad qardh.

3. Produk Kerajinan Kreatif dan Akad Musyarakah

Bank sampah Gemah Ripah selain menjadi tempat pengelolaan sampah juga menjadi sarana industri kreatif yang lebih spesifik mengelola kerajinan dari daur ulang sampah bekas kemasan yang awalnya tidak ternilai menjadi bermanfaat dan memiliki nilai tambah. Diantara produk kerajinannya seperti:

tas, dompet, taplak meja, dan lain-lain. Pada produk ini, Bank Sampah Gemah Ripah menyediakan tempat sebagai wadah kreatifitas dan turut memberdayakan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kreativitas khususnya dalam pengelolaan produk dari barang bekas, sehingga harapannya akan selalu tercipta produk-produk kreatif dan inovatif.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak Bambang dalam wawancara:

“disini kami juga menyediakan wadah kreatifitas masyarakat sekitar dalam hal pengelolaan barang bekas mas. Seperti yang dilihat ada tas, dompet dan macem- macem. Selain untuk masyarakat sekitar, kami juga membuka pintu kami untuk siapa saja yang ingin belajar dalam hal pengelolaan barang bekas. Seperti biasanya

sebelum pandemi anak-anak dari PAUD, SD bahkan hingga mahasiswa pun berkunjung kesini untuk sekedar mengetahui produk kerajinan dari barang bekas. Itu bagus, apalagi jika sudah ditanamkan sejak dini. Untuk pembagian hasilnya sendiri berhubung yang membuat itu dari masyarakat ya porsi keuntungannya lebih banyak ke masyarakat mas, biasanya disepakati 15% untuk pemasukan kami, dan 85% untuk mereka. Karena pada dasarnya kami hanya menyiapkan bahannya saja, sedangkan masyarakat sini yang biasanya ibu-ibu yang membuat.”

Dari hasil wawancara di atas Bank Sampah Gemah Ripah juga fokus dalam menyediakan wadah untuk menyalurkan kreativitas dalam mengelola barang bekas menjadi hasil karya kerajinan khas yang terbuat dari barang bekas atau sampah. Dan dalam pembagian keuntungannya pun bisa dikatakan transparan, karena kedua belah pihak mengetahui serta menyetujui. Dalam ekonomi syariah hal ini masuk kedalam akad kerjasama yaitu musyarakah, dimana dalam akad ini kedua belah pihak yang bekerja sama masing-masing memberikan porsi dengan keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui. Alasan lain karena dalam kerjasama antara pihak Bank Sampah Gemah Ripah dan pengrajin saling berkontribusi, dimana Bank Sampah Gemah Ripah memberikan bahan sedangkan pengrajin memberikan daya kreativitas serta tenaga.

Implementasi Transaksi Syariah Dalam Mewujudkan Maqashid Syariah

Di Bank Sampah Gemah Ripah selain mempunyai tujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan asri, secara tidak langsung juga mempunyai tujuan untuk mewujudkan maqashid syariah atau kemaslahatan umat.

Pengelolaan sampah yang baik dan didukung dengan hadirnya bank sampah sebagai pihak pengelola sampah anorganik maupun organik menjadi salah satu terobosan dalam upaya mewujudkan konsep maqashid syariah. Dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah Bank Sampah Gemah Ripah turut mewujudkan maqashid syariah menggunakan beberapa indikator.

Diantaranya:

1. Hifẓ al-din (penjagaan atau perlindungan terhadap agama)

(6)

Bank Sampah Gemah Ripah selain fokus dalam pengelolaan sampah juga berusaha untuk melindungi agama atau dalam Islam dikenal dengan istilah hifẓ al-din. Dalam penelitiannya, M. Quraish Shihab (2011) menyatakan Ad-Din atau agama adalah suatu interaksi antara manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan lingkungan serta dengan dirinya sendiri. Terdapat ungkapan yang sementara oleh orang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, yaitu: “Ad-Din al- mu’amalah atau agama adalah hubungan timbal balik”. Disini dapat disimpulkan jika agama serupa dengan muamalah sehingga semakin baik muamalah atau interaksi itu, maka semakin baik pula keberagaman seseorang. Berikut cara bank sampah dalam melindungi agama (hifẓ al-din):

a. Sistem transaksi yang secara implisit selaras dengan konsep syariah

Dalam sistem transaksi dengan menggunakan sistem berbasis syariah saja sudah termasuk langkah dalam menjaga agama. Karena dalam kegiatan ini masuk dalam kegiatan bermuammalah, dimana kegiatan bermuammalah sama saja dengan ibadah. Walaupun ide awal menggunakan sistem duplikasi sistem perbankan konvensional, namun Pak Bambang sebagai pendiri sama sekali tidak menerapkan sistem bunga di semua produk yang ada di Bank Sampah Gemah Ripah, justru dalam produk-produk yang ada nilai keuntungannya justru menggunakan sistem bagi hasil. Seperti produk kerajinan dimana menggunakan akad bagi hasil Musyarakah.

b. Berdoa sebelum memulai kegiatan operasional

Bertujuan untuk meminta kelancaran dalam seluruh kegiatan dari awal sampai akhir, pada pagi hari sebelum kegiatan operasional, seluruh pengelola Bank Sampah Gemah Ripah melakukan doa bersama.

Kegiatan berdoa ini disampaikan oleh Putri selaku salah satu pengelola Bank Sampah Gemah Ripah:

“Setiap pagi sekitar jam 9, kami selalu melakukan doa bersama agar seluruh kegiatan pada hari itu bisa berjalan lancar. Bagi

yang telat biasanya berdoa sendiri.”

c. Ketetapan waktu sholat

Kegiatan operasional di Bank Sampah Gemah Ripah selama pandemi ini hanya dibuka pada hari senin, rabu, dan sabtu. Dimulai pukul 09.00 WIB dan berakhir sampai pukul 16.00 WIB.

Dalam jam operasional tersebut seluruh pengelola Gemah Ripah diberi kesempatan untuk melakukan sholat Dzuhur pada jam istirahat yang dimulai dari pukul 12.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB. Ketetapan waktu sholat ini berlaku untuk semua pengelola Gemah Ripah yang kebetulan beragama Islam semua. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Putri selaku salah satu pengelola di Bank Sampah Gemah Ripah:

“Untuk waktu sholat kita sudah atur sesuai dengan jam istirahat, yaitu jam 12 sampai 13. Untuk sholat ashar sendiri berhubung kegiatan operasional kami sampai jam 4 jadi biasanya untuk sholat ashar setelah kegiatan operasional berakhir.”

2. Hifẓ al-nafs (penjagaan atau perlindungan terhadap jiwa)

Tidak hanya sistemnya saja yang menduplikasi dari perbankan, namun dari sisi pelayanannya pun Bank Sampah Gemah Ripah juga berusaha menyamakannya, hal tersebut tak lain agar nasabah Bank Sampah Gemah Ripah merasa nyaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akhyat selaku salah satu pengelola Bank Sampah Gemah Ripah:

“disini kami juga melayani nasabah harus dengan sopan santun, intinya harus menjunjung tinggi tata krama yang ada di masyarakat.”

Ini sesuai dengan salah satu indikator dalam maqashid syariah yaitu Hifẓ al-nafs (penjagaan atau perlindungan terhadap jiwa).

Hal ini terwujud dari akad yang digunakan dalam setiap produk yang ada di Bank Sampah Gemah Ripah, karena penggunaan akad syariah tersebut menuntun SDM yang ada untuk saling menghargai dan menjaga amanah yang diberikan. Lebih jauh mengajarkan SDM yang ada di Bank Sampah Gemah Ripah untuk berperilaku, berpakaian, bertutur kata secara sopan dan Islami.

(7)

3. Hifẓ al-aql (penjagaan atau perlindungan terhadap akal)

Dengan cara mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan dengan informasi yang dirangkum secara menarik dan dengan kegigihan beberapa usaha Bank Sampah Gemah Ripah untuk mewujudkan maqashid syariah melalui indikator Hifẓ al-aql diantaranya:

a. Memberikan pengertian secara rinci kepada nasabah baik itu sistem yang digunakan maupun produk apa saja yang ada di Bank Sampah Gemah Ripah, agar nasabah bisa mengerti. Dalam transaksi menabung sampah pun nasabah tetap diberi edukasi mengenai harga sehingga tidak ada satupun informasi yang ditutup-tutupi pihak bank sampah kepada nasabah serta tidak ada yang merasa terzalimi.

b. Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai arti pentingnya menjaga lingkungan, agar kedepannya bisa tercipta lingkungan yang bersih, asri dan nyaman. Kegiatan edukasi ini sangat terbuka bagi masyarakat umum, bahkan jika ada waktu senggang Pak Bambang selaku pendiri Bank Sampah Gemah Ripah selalu mengedukasi masyarakat sekitar.

4. Hifẓ al-mal (penjagaan atau perlindungan terhadap harta)

Dalam kebutuhan manusia, harta seakan menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan. Maka dari itu manusia selalu berbondong-bondong mencari harta dengan beragam motivasi serta berbagai cara. Bank Sampah Gemah Ripah hadir dengan menawarkan solusi bagi masyarakat yang ingin mendapatkan penghasilan lebih dengan cara yang sebenarnya sederhana namun tidak semua orang mampu melakukannya, yaitu dengan menabung sampah.

Cara ini memang dipandang sebagian orang sebagai cara yang aneh, dan juga ada yang memandang unik. Beragam motivasi nasabah dalam menabung di Bank Sampah Gemah Ripah pun bermacam-macam.

Diantaranya salah satu nasabah yang bernama Bu Riri menyatakan dalam wawancara:

“Alasan saya jadi nasabah disini karena konsep yang dipake itu unik mas, dari sampah jadi uang. Hal sederhana tapi ndak semua orang mampu melakukanya, karna kaya gitu kan harus milah-milih sampah, kalau orangnya ndak telaten ya ndak bisa mas. Uangnya itu sebenanya kan ndak seberapa, tapi kalo dikumpulin atau ditabung juga lumayan to mas, daripada kita ke pengepul gitu, paling ya dapetnya seberapa dan paling langsung habis buat beli gorengan. Kalau disini kan enak mas, sisteme ditabung, pokoknya asal rajin nabung sampah ndak terasa saldonya udah banyak.

Lumayan buat belanja mas hehehe....”

Beberapa cara Bank Sampah Gemah Ripah dalam upaya melakukan penjagaan atau perlindungan terhadap harta (hifẓ al- mal) antara lain:

a. Menggunakan produk yang ada di Bank Sampah Gemah Ripah Penjagaan atau perlindungan terhadap harta (hifẓ al-mal) bisa terwujud dalam produk yang ada di Bank Sampah Gemah Ripah, seperti:

tabungan sampah, produk pembiayaan, serta kerajinan tangan.

b. Kemauan untuk berbagi bersama Bank Sampah Gemah Ripah agaknya tidak mau untuk sukses dan menerima keuntungan sendirian.

Sebagai Bank Sampah pertama di Indonesia, melalui pendirinya Pak Bambang meginterupsikan untuk selalu berbagi ilmu, pengetahuan serta keahlian yang dimiliki kepada seluruh pengelola Bank Sampah Gemah Ripah.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Pak Bambang selaku pendiri Bank Sampah Gemah Ripah dalam wawancara:

“walau kami ini merupakan bank sampah yang pertama di Indonesia, saya tidak mau mematenkan apalagi seperti franchise waralaba. Dimana sekian persen untuk Pak Bambang, kalau gitu nanti Pak Bambang sudah ongkang- ongkang kaki hehehehe.., Pak Bambang ingin menularkan semangat pengelolaan sampah ke seluruh Negeri, bahkan kalau bisa sampai ke Luar Negeri. Pak Bambang bersama seluruh

(8)

pengelola bank sampah Gemah Ripah siap selalu untuk memberikan pengarahan dan selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin membuka bank sampah, nanti kami dampingi.

Terbukti sudah banyak bank sampah di Indonesia hasil dari pendampingan kami, dan Pak Bambang sama sekali tidak meminta apapun, baik nama bank sampahnya-pun kami bebaskan, apalagi dari profitnya.., Pak Bambang tidak meminta sepeserpun.

Kebanggaan Pak Bambang justru kalau ada bank sampah hasil pendampingan kami yang bisa lebih besar dan maju dari Bank Sampah Gemah Ripah.”

c. Sarana penghasilan bagi masyarakat sekitar

Selain hasil tabungan dari sampah bisa menambah pundi-pundi rupiah bagi nasabah, adanya Bank Sampah Gemah Ripah juga turut menjadi sarana penghasilan bagi masyarakat yang berjualan di lingkungan sekitar. Hal ini terjadi ketika ada kunjungan dari daerah yang ingin studi banding untuk melihat bagaimana pengolahan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah, dimana setiap ada rencana kunjungan pengelola Bank Sampah Gemah Ripah akan memberi tahu pelaku usaha yang ada di sekitar bank sampah untuk turut menjajakan dagangannya. Sehingga secara tidak langsung dampak keuntungan adanya Bank Sampah Gemah Ripah juga turut dirasakan pelaku usaha di sekitarnya.

Bisa dikatakan bahwa selain menambah penghasilan para pelaku usaha disekitar Bank Sampah Gemah Ripah, hal itu juga bisa masuk ke kategori pemberdayaan masyarakat sekitar.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Pak Bambang dalam wawancara yang dilakukan:

“Biasanya sebelum pandemi kalau ada yang mau kunjungan pasti kita beritahu ke masyarakat sekitar yang punya usaha dagang. Entah itu jualan es, buah-buahan, souvenir, sampai baju khas jogja.

Biasanya kita share lewat group RT/RW nanti nyebar kemana-

mana. Saya senang, karna satu sisi para tamu yang berkunjung selain bisa mengetahui pengelolaan sampah dan bisa njajan juga. Karena yang kunjungan itu biasanya minimal 50 orang, disisi lain juga saya harap pelaku usaha itu bisa laku daganganya. Dan lagi, kami sama sekali tidak meminta sepeserpun dari hasil jualan mereka. Tapi memang kadang setelah acara mereka maksa ngasih sisa jualanya kekami sebagai tanda terimakasih, banyak mas...kadang buah- buahan kaya salak gitu.”

Kebetulan peneliti berkesempatan untuk mengikuti kegiatan sewaktu ada kunjungan dari salah satu pemerintah daerah yang ingin mendirikan bank sampah dengan melakukan studi banding ke Bank Sampah Gemah Ripah. Peristiwa ini sekaligus menjadi kunjungan untuk pertama kalinya pasca pandemi covid-19, dalam kegiatan tersebut para pelaku usaha di sekitar Bank Sampah Gemah Ripah turut menjajakan dagangannya. Walaupun diakui tidak sebanyak waktu sebelum pandemi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu pelaku usaha yang turut hadir dalam kunjungan tersebut:

“Kebetulan saya tukang foto mas, biasanya kami dapat info langsung dari Gemah Ripah kalau ada kunjungan. Nanti dari mulut kemulut kesebar, biasanya rame mas dari ujung jalan sampai bank sampah tu jejer.

Untuk hasilnya ya lumayan mas, karena sebagai tukang foto saya sangat terdampak sekali.”

5. Hifẓ al-nasl (Penjagaan atau perlindungan terhadap keturunan)

Dalam indikator ini, Bank Sampah Gemah Ripah dirasa sudah melaksanakan hifẓ al-nasl. Hal ini terwujud dari terjaganya atau tercapainya empat indikator dalam mewujudkan maqashid syariah diatas, dari segi pengelolaannya yang insyaallah halal serta telah memiliki dampak yang bermanfaat bagi keluarga dan keturunan yang dinafkahi dari hasil tabungan atau hasil penjualan dari pelaku usaha disekitar Bank Sampah Gemah Ripah.

Baik itu yang bersinggungan secara langsung dengan Bank Sampah Gemah Ripah maupun tidak.

(9)

KESIMPULAN

Bank Sampah di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem konvensional, dimana penerapan operasional sama halnya dengan perbankan konvensional. Saat ini terdapat inovasi baru dalam pengelolaan Bank Sampah yakni adanya Bank Sampah yang menggunakan prinsip Syariah untuk diterapkan pada akad transaksi serta penyimpanan hasil penjualan sampah oleh nasabah.

Dengan demikian, Konsep operasional Bank Sampah dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah merupakan terobosan baru dalam upaya membumikan ajaran Ekonomi Syariah. Selain itu, konsep Ekonomi Syariah yang diterapkan pada Bank Sampah dapat memberikan inovasi baru dalam dunia perbankan non umum yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup, sehingga dapat menjadi contoh bagi setiap daerah di Indonesia dengan tujuan menjaga lingkungan hidup.

Adanya transaksi syariah telah terimplementasikan di Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta melalui produk-produk yang ditawarkan kepada nasabah. Diantaranya: produk tabungan sampah yang sesuai dengan akad wadiah, produk pinjaman/pembiayaan yang sesuai dengan akad qard, dan produk kerajinan yang sesuai dengan akad kerjasama musyarakah. Selanjutnya adanya implementasi transaksi syariah di Bank Sampah Gemah Ripah juga turut serta dalam mewujudkan nilai Maqashid Syariah melalui beberapa indikator yang biasa disebut al-kulliyat al-khamsah yang terdiri dari: hifẓ al-din (penjagaan atau perlindungan terhadap agama), hifẓ al-nafs (penjagaan atau perlindungan terhadap jiwa), hifẓ al-aql (penjagaan atau perlindungan terhadap akal), hifẓ al-mal (penjagaan atau perlindungan terhadap harta), dan hifẓ al-nasl (Penjagaan atau perlindungan terhadap keturunan).

Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut, maka Bank Sampah Gemah Ripah diharapkan terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah dan terus meningkatkan semangat terkait pengelolaan sampah agar seluruh masyarakat bisa sadar dan merasakan terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman. Diharapkan Bank Sampah Gemah Ripah juga memberikan edukasi bahwa selain tujuan adanya bank sampah untuk mengurangi polusi lingkungan, ternyata untuk produk-produknya telah mengimplementasikan akad syariah. Lebih jauh Bank Sampah Gemah Ripah juga telah selaras dan turut serta dalam mewujudkan konsep kemaslahatan umat dalam Islam, yaitu Maqashid Syariah.

Bagi masyarakat, diharapkan adanya penelitian ini semoga menjadikan semangat untuk lebih memperhatikan lingkungan serta menyadarkan arti penting dari pengelolaan sampah. Serta

diharapkan bisa mengenal serta mengerti manfaat dari bank sampah. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengulik lebih mendalam dengan ditambah pembahasan lain, baik itu dari segi syariah ataupun dari segi bank sampah. Agar tercipta perspektif dan pembahasan yang lebih luas lagi dan dari sudut pandang yang berbeda.

Peneliti juga ingin memberikan perspektif mengenai adanya keselarasan nilai maqashid syariah yang terdapat di bank sampah selaras dengan konsep green economy serta program dalam Sustainable Development Goals atau biasa disebut SDGs, sehingga dapat membuat sarana ide untuk bisa lebih jauh membahas dengan penambahan objek tersebut. Hal ini tentunya menjadi keunikan tersendiri karena notabene ajaran atau nilai dalam maqashid syariah lebih dulu ada jauh sebelum konsep green economy dan SDGs ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, D. (2016). Substansi Akad Dalam Transaksi Syariah. Al-Amwal : Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syari’ah, 6(1), 165–183.

http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.ph p/amwal/article/view/256

Asshiddiqie, Jimly. (2009). Green Constitution:

Nuansa Hijau

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta, Rajawali Pers.

Bungin, M.Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif.

Cetakan ke 3. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, B. (2013). Metodologi penelitian sosial dan ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gumilang, G. S. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bimbingan dan Konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2), 144–159. http://ejournal.stkipmpringsewu- lpg.ac.id/index.php/fokus/a

Mahkamah Agung Republik Indonesia. (2011).

Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah. Edisi Revisi.

Jakarta: Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama.

Prasetyo, Andjar dan Mohamad Zaenal Arifin.

(2017). Analisis Biaya Pengelolaan Limbah Makanan Restoran. Jakarta: Indocamp.

Setyaningrum, I. (2015). Karakteristik Peningkatan Pengelolaan Sampah Oleh Masyarakat Melalui Bank Sampah. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 4(2), 185–196.

(10)

Shihab, M. Q. (2011). Bisnis sukses dunia akhirat.

Ciputat, Indonesia: Lentera Hati.

Somantri, G. R. (2005). Out-source call center operates in the Moscow region. Elektrosvyaz, 9(5), 57–65.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis.

Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 22; Bandung:

Alfabeta.

Usman, Husain dan Purnomo, Setiady Akbar.

(2001). Metodologi penelitian social. cet. IV:

Jakarta PT. Bumi Aksara.

UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Presiden Republik Indonesia. 7 Mei.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan general manager dengan loyalitas karyawan Hotel Pangeran Beach Padang.. Jumlah sampel

Berdasarkan permasalahan tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana potensi serapan karbon tersimpan dalam biomassa eceng

makan siang denganmenu sesuai selera masing-masing. Kusumasari, dan melanjutkan perjalanan menuju Perusahaan Roti Orion. Tiba di Perusahaan Roti Orion, peserta dipersilahkan

Dari sifat di atas, untuk menunjukkan setiap coner dari Ring Rickart adalah Ring Rickart ekuivalen dengan menunjukkan bahwa jika

Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pemanfaatan sumber belajar Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar Fikih materi haji dan umroh siswa kelas VIII MTsN

Dan terlihat bahwa terdapat perbedaan kepercayaan diri antara siswa yang aktif organisasi dengan siswa yang tidak aktif organisasi, dimana kepercayaan siswa yang aktif

Cloud computing merupakan sebuah istilah baru dalam dunia teknologi informasi, cloud merupakan sebuah metode komputasi yang mengandalkan teknologi internet, cloud yang dalam

Penelitian ini memiliki fokus berupa bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menjaga akuntabilitas keuangan khususnya Desa Mojorejo Kecamatan Modo Kabupaten