• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peneliti Terdahulu

1. Rully Amrizal, 2016. Implementasi Pembelajaran Berbasis Blended pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Mts Negeri Pemalang Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pendekatan penelitian yang digunakan oleh Rully Amrizal dalam skripsinya menggunakan pendekatan kualitatif dengan berlatar belakang tempat MTs Negeri Pamalang. Skripsi ini fokus pada pembelajaran terhadap siswa dengan menggunakan Kuis Quipper school yang digabungkan dengan animasi didalamnya. Kuis ini menggunakan web/aplikasi quipper school, siswa dapat mengisi ulangan harian atau semacamnya melalui media smartphone yang telah terhubung keinternet dengan suguhan web dari quipper yang menayangkan animasi yang menarik. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rully Amrizal dengan penelitian ini ialah penggunaan model pembelajaran Blended learning. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penilitian yang dilakukan oleh Rully Amrizal ialah pada media yang digunakan yang mana dalam penelitian yang dilakukan Rully Amrizal ini menggunakan web quipper school seedangkan penelitan yang saya gunakan ialah menggunakan aplikasi zoom meeting, google clasroom, dan whatsapp serta fokus dalam penelitian tersebut ialah pada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar ketika menggunakan model pembelajaran blended learning pada mata pelajaran matematika kelas VII sedangkan yang diukur dalam penelitian ini ialah aktivitas belajar siswa.

2. Zakiah Mawahdah, 2021. Implementasi Model Pembelajaran Blended learning di Kleas 5 SD Pada Masa Pandemi Covid-19. Skripsi Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dan Dasar, Universitas Jambi. Pendekatan

(2)

8

penelitian yang digunakan oleh Zakiah Mawahdah ialah menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan berlatar belakang tempat SD Negeri 55/I Sridadi. Hasil akhir dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa model pembelajaran blended learning dinilai dapat dijadikan alternatif atau solusi pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Zakiah Mawahdah ialah penggunaan model pembelajaran Blended learning pada masa pandemi Covid-19. Sedangkan perbedaan penelitian Zakiah Mawahdah yang diukur adalah efektifitas model pembelajaran blended learning dimasa pandemi namun yang diukur dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini ialah aktivitas belajar siswa. Dalam skripsi Zakiah Mawahdah terfokus pada strategi, metode, teknik yang digunakan sedangkan penelitian yang peneliti lakukan ialah model pembelajaran.

3. Yuyu Yuliati, Dudu Suhandi Saputra, 2020. Membangun Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Blended learning di Masa Pandemi Covid- 19. Dalam Jurnal Elementaria Edukasia, Vol. 3, No. 1, Diakses pada 12 Maret 2021. Kajian yang dilakkan oleh Yuyu Yuliati dan Dudu Suhandi Saputra ini merupakan kajian konseptual menggunakan studi literatur yang bersumber dari berbagai literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran blended learning efektif meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa dan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dapat digunakan pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Yuyu Yuliati dan Dudu Suhandi Saputra dengan penelitian ini ialah penelitian yang dilaksanakan pada saat pandemi Covid-19. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penilitian yang dilakukan oleh Yuyu Yuliati dan Dudu Suhandi Saputra yang diukur adalah kemandirian belajar mahasiswa. Namun yang diukur dalam penelitian ini ialah aktivitas belajar siswa.

4. Abud Sirojudin. Pengaruh Pembelajaran Blende Learning Menggunakan Aplikasi Google classroom Dimasa Pandemi Covid-19 Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama

(3)

9

Negeri 7 Moari Jambi. Skripsi Program Studi Tadris Matematika UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi. Hasil akhir dari penelitian tersebut ialah adanya perbedaan antara kelas konrol dan kelas eksperimen dalam kemampuan komunikasi matematis yang mana dalam kelas kontrol menunjukkan nilai rata-rata hasil tes sebesar 60 sedangkan nilai rata-rata hasil tes kelas ekperimen sebesar 74. Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Abud Sirojudin dengan peneliti ialah tema yang diangkat.

Tema yang diangkat ialah tentang pembelajaran blended learning.

Sedangkan perbedaan penelitaian Abud Sirojudin ialah dalam penelitian tersebut hanya menggunakan aplikasi google classroom dan yang diukur dalam penelitan tersebut adalah kemampuan komunikasi peserta didik sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti ini menggunakan lebih dari 3 aplikasi dan yang diukur dalam penelitian ini ialah aktifitas peserta didik.

5. Aplriliya Rizkiyah. Penerapan Blended learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan di Kelas X TGB SMK Negeri 7 Surabaya. Dalam Jurnal Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan Vol 1 No 1 Tahun 2015. Diakses pada 27 September 2021. Penelitian yang dilakukan oleh Apriliya Rizkiyah menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa SMK Negeri 7 kelas X sebesar 42%-57% setelah menerapkan Blended learning pada mata pelajaran Ilmu Bangunan. Persamaan penelitan yang dilakukan oleh Apriliya Rizkiyah dengan penelitian yang dilkukan peneliti ialah topik dan jenjang dalam penelitian. Topik yang diteliti ialah pembelajaran blended learning dan jenjang penelitian yang diteliti ialah siswa SMA/SMK. Sedangkan perbedaanya ialah dalam penelitian yang dilakukan oleh Apriliya Rizkiyah menggunakan pendekapan penelitian kuantitatif sedang penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

6. Abd Hamid. Pengaruh Metode Pembelajaran Blended learning Terhadap Prestasi Belajar Materi Fiqih Kelas VIII A MTs NU Berbek Waru

(4)

10

Sidoarjo. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya 2012. Hasil penelitian yang dilakukan Abd Hamid di MTs NU Berbel Waru Sidoarjo menyimpulkan bahwa pengaruh metode pembelajaran blended learning termasuk cukup. Hal itu dibuktikan dengan presentase nilai rata-rata yang mencapai 56,77%. Persamaan penelitian Abd Hamid dengan penelitian yang dilakukan peneliti ialah tema yang dipilih. Tema yang dipilih oleh Abd Hamid ialah model pembelajaran blended learning. Sedangkan perbedaannya ialah pada objek penelitian yang dilakukan oleh Abd Hamid merupakan siswa kelas VIII MTs, sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti ialah siswa SMA kelas XI.

7. Hengki Tri Prabowo. Implementasi Model Pembelajaran Blended learning Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Multimedia Siswa Kelas XI Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi Program Studi Teknik Informatika Universitas Negeri Yogyakarta. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Hengki Tri Prabowo menunjukan bahwa implementasi model pembelajaran blended learning mengalami peningkatan pada peserta didik kelas XI. Hal itu didasari atas peningkatan indikator yang diamati oleh Hengki Tri Prabowo. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hengki dengan peneliti ialah tema dan objek jenjang yang dipilih dalam penelitian. Tema yang dipilih ialah implementasi model pembelajaran jenjang SMA/SMK kelas XI. Perbedaan dalam penelitian ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Hengki Tro Prabowo dilakukan pada saat situasi normal. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti ialah dalam kondisi pandemi Covid-19.

8. Eko Santoso. Penerapan Pembelajaran Blended learning Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 52 Kota Bengkulu Selama Pandemi Covid-19. Skripsi Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Bengkuli 2021. Hasil akhir dalam penelitian yang dilakukan oleh Eko Santoso menyimpulkan bahwa dalam penerapan pembelajaran blended learning di SD Negeri 52 kelas V dapat meningkatkan perhatian belajar

(5)

11

peserta didik. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Eko Santoso dengan peneliti ialah bojek dalam penelitian Eko Santoso merupakan siswa kelas 5 SD sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti ialah siswa SMA kelas XI. Persamaan penelitian ini ialah penelitian dilakukan pada saat pandemi Covid-19 dan dengan pendekatan penelitian kualitatif.

9. Milya Sari. Blended learning, Model Pembelajaran Abad Ke-21di Perguruan Tinggi. Dalam Jurnal Ta’dib Volume 17 Nomer 2 Tahun 2014, Diakses pada 27 September 2021. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Milya Sari menyimpulkan bahwa penerapan model blended learning sangat sesuai untuk menghadapi tantangan Indonesi dalam abad 21 dan menyiapkan lingkungan belajar untuk mencapai kompetensi abad 21.

Persamaan penelitian yang dilakukan Milya Sari dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama membahas tentang penerapan model pembelajaran blended learning. Sedangkan untuk perbedaannya ialah objek yang diteliti oleh Milya Sari merupakan mahasiswa sedangkan objek yang diteliti peneliti merupakan siswa SMA kelas XI.

10. Ulya Mahfuza Tanjung. Analisis Model Pembelajaran Blended learning Berbasis Google Form Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa.

Skripsi Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Berdasarka hasil penelitian yang dilakukan Ulya Mahfuza Tanjung menyimpulkan pembelajaran blended learning lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional. Karena hal itu ditunjang dari kelebihan dan manfaat yang dimiliki oleh blended learning. Perbedaan penelitian yang dilakukan Ulya Mahfizah Tanjung dengan penelitian yang dilakukan peneliti ialah dalam pelaksnaan blended learning Ulya Mahfizah Tanjung berbasis google form sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan aplikasi google classroom, zoom meting, dan whatssapp. Persamaan dalam penelitian tersebut ialah sama-sama menggunakan topik pembelajaran blended learning.

(6)

12 B. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pembelajaran merupakan suatu proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan dalam Undang-Undang R1 No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan pada peserta didik.

Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang berproses dengan melalui perancangan, pelaksanaan serta evaluasi, dimaknai sebagai interaksi pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Oleh sebab itu, dalam keberhasilan proses belajar ditentukan oleh 3 komponen tersebut10.

Menurut Muhammad Darwis D pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang merangsang seseorang agar dapat belajar dengan baik, sehingga kegiatan ini bermuara pada 2 hal yang pertama yaitu perubahan tingkah laku dengan melalui belajar dan yang kedua penyampaian ilmu pengetahuan dengan melalui mengajar11.

Tujuan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan/ketrampilan yang dimiliki peserta didik setelah mereka mekukan proses pembelajaran tertentu. Dalam proses pembelajaran pendidik juga memerlukan sebuah alat bantu untuk menunjang pedidik dalam proses pembelajaran12.

10 Muhammad Sain Hanafy, Konsep Belajar dan Pembelajaran, Lentera Pendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Vol. 7 No.1 (2014, Juni), Hal 77.

11 Muhammad Darwis D, Belajar dan Pembelajaran, FITRAH, Vol.3 No.2 (2017, Desember), Hal 339.

12 Sadiman dkk, Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatan, (Jakarta2009), hal 5

(7)

13 b. Pendekatan Pembelajaran

Komponen yang utama dalam proses kegiatan pembelajaran ialah pendidik dan peserta didik. Proses pembelajaran tidak akan maksimal apabila dua komponen tersebut tidak terpenuhi. Oleh sebab itu pendekatan dalam pembelajaran secara umum akan terbagi menjadi dua yang pertama yaitu pendekatan pembelajaran berorientasi pada pendidik dan yang ke dua pendekatan pembelajaran berorientasi pada peserta didik13.

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah sebuah deskripsi yang menggambarkan tentang desain pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, pasca pembelajaran, dan segala atribut pembelajaran baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dipilih oleh pendidik dalam desain pembelajaran tersebut14. Menurut Trianto model pembelajaran ialah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial15 Namun menurut Hanna Sundari dalam jurnalnya ia menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan seperangkat strategi yang berlandaskan pada teori dan penelitian tertentu yang meliputi latar belakang, prosedur pembelajaran, system pendukung dan evaluasi pembelajaran yang ditunjukkan kepada pendidik dan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu16.

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran

13 Abdullah, 2017. Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Dalam Jurnal Edureligia Vol.1 No. 1. Hal 48.

14 Abas Asyafa, Menimbang Model Pembelajaran: Kajian Teoritis-kritis Atas Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam, Tarbawy, Vol 5 No.1 (Mei,2019), Hal 22

15 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:2010) Hal 51

16 Hanna Sundari, Model-Model Pembelajaran dan Pemefolehan Bahasa Kedua/Asing, Pujangga, Vol.1 No.2 (Desember,2015), Hal 109

(8)

14

Model pembelajaran merupakan salah satu bagian pembelajaran yang paling berperan. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus yang tidak terdapat pada metode, strategi, atau prosedur pembelajaran. Adapun ciri-ciri model pembelajaran menurut Rusman adalah17:

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

2) Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.

3) Disusun agar dapat dijadikan acuan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran.

4) Memiliki beberapa bagian yaitu urutan langkah pembelajaran, adanya prinsip-prinsip reaksi, adanya sistem sosial, dan terdapat suatu sistem pendukung.

5) Memberikan dampak terhadap penerapan proses pembelajaran.

6) Membuat persiapan mengajar dengan acuan model pembelajaran yang telah ditentukan.

3. Blended learning

a. Pengertian Blended learning

Blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended yang berarti campuran atau kombinasi dan learning yang berarti belajar. Makna yang paling umum dari blended learning mengacu pada belajar yang mencampurkan antara pembelajaran berbasis online dengan pembelajaran tatap muka. Pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah suatu proses pembelajaran yang mengkombinasikan strategi pembelajaran tatap muka, online dan offline18.

Menurut Mosa yang dalam Rusman, mengatakan bahwa pola belajar yang dicampurkan adalah dua unsur yang utama yaitu pembelajaran dikelas (tatap muka) dengan pembelajaran online.

Penggabungan dua learning mengharuskan peserta didik lebih aktif

17 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta:2014), Hal 136.

18 Wasis D. Dwiyogo, Pembelajaran Berbasis Blended Learning, (Depok:2018), Hal 59-60

(9)

15

dalam proses pembelajarannya. Blended learning ini tidak berarti menggantikan model pembelajar konvensional di dalam kelas tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pendidikan.

b. Karakteristik Blended learning

Adapun karakteristik dari pembelajaran blended learning ialah19: 1) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai model pengajaran,

cara penyampaian, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam.

2) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara mengajar, cara penyampaian, dan gaya pembelajaran.

3) Sebagai sebuah kombinasi pengajaran secara tatap muka, belajar mandiri, dan belajar secara online.

4) Pendidik dan orang tua peserta didik sama-sama memiliki peran yang sangat penting. Karena pendidik sebagai fasilitator dan orang tua peserta didik sebagai pendukung.

c. Jenis Blended learning

Seiring berjalannya waktu beberapa ahli menklasifikasikan dan mengembangkan model pembelajaran blended learning menjadi 6 jenis20:

1) Pembelajaran Tatap Muka

Dalam pengaplikasiannya pembelajaran ini dilaksankan dalam kelas secara tatap muka atau tradisional akan tetapi dalam penyampaian isi pembelajaran dan contoh-contohnya yang diberika ke peserta didik menggunakan media elektronik seperti Power Point, Klip Video, dan Multimedia.

2) Pembelajaran Mandiri

19 Husamah,Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face to Face, E-Learning, Offline-Online dan Mobile Learning, (Jakarta:2014), Hal 16.

20 Wasis D. Dwiyogo, Pembelajaran Berbasis Blended Learning, (Depok:2018), Hal 66

(10)

16

Sesuai dengan namanya, dalam melakukan pembelajaran peserta didik melaksanakannya secara mandiri. Akan tetapi dalam konsep pembelajaran ini peserta didik menerima atau mengakses rekaman atau video yang telah diarahkan oleh guru sebagai modal dalam proses pembelajaran mandiri. Komunikasi peserta didik dengan guru dalam hal ini tidak terjadi, guru hanya sebatas mengarahkan tentang video/rekaman yang akan digunakan peserta didik.

3) Pembelajaran Tidak Sinkron

Dalam praktiknya proses pembelajaran dilakukan tanpa kehadiran guru (online) akan tetapi dilaksanakan dengan asinkron yang mana komunikasi antara guru dengan peserta didik tidak dilakukan pada waktu dan tempat yang sama.

4) Pembelajaran Sinkron

Proses pembelajaran sinkron ini dilakukan oleh guru dan peserta didik secara online secara real-time atau waktu yang bersamaan.

5) Blended learning Tidak Sinkron

Konsep pembelajaran blended learning tidak sinkron ini ialah kehadiran guru yang tidak menentu/kadang-kadang dimana beberapa pertemuan dilaksanakan secara tatap muka dan beberapa pertemuan dilaksanakan secara online(asinkron).

6) Pembelajaran Blended learning Sinkron

Dalam konsep pembelajaran blended learning sinkron ini pembelajaran dilaksanakan secara bergantian baik secara tatap muka atau secara virtual. Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan peserta didik bertemu disaat yang sama walau terkadang secara tatap muka maupun secara virtual.

(11)

17 d. Tujuan Blended learning

Dalam bukunya Husamah merumuskan 3 tujuan dari penggunaan Blended learning21:

1) Membantu perkembangan peserta didik untuk menjadi lebih baik dalam proses belajar sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.

2) Memudahkan pendidik dan peserta didik untuk pembelajaran secara mandiri dan terus berkembang.

3) Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik e. Komponen Blended learning

Dalam jurnal yang ditulis oleh Siti Istiningsih dan Hasbullah terdapat tiga komponen yang digabungkan dalam model pembelajaran yaitu online learning/e-learning, pembelajaran tatap muka, dan yang terakhir belajar mandiri22:

1) E-Learning

E-learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang dalam praktiknya memanfaatkan media elektronik sebagai alat bantu dalam proses kegiatan pembelajaran23. Pembelajaran e-learning dapat dilakukan dengan cara pendidik menyampaikan materinya dengan menggunakan papan tulis ataupun file yang telah dibagikan atau ditampilkan kepada peserta didik. Pembelajaran e- learing ini sangat fleksibel karena dapat dilakukan dimana saja dengan menyesuaikan waktu peserta didik maupun pendidik.

Tentunya dalam pembelajaran e-learning ini peserta didik maupun pendidik membutuhkan jaringan internet yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan secara maksimal.

21 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face to Face, E-Learning, Offline-Online dan Mobile Learning, (Jakarta:2014) Hal 21-22

22 Siti Istiningsih dan Hasbullah, Blended Learning, Trend Strategi Pembelajaran Masa Depan, Elemen, Vol.1 No. 1 ( Januari,2015) Hal 53

23 Daryanto, Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Yogyakarta:2010), Hal 168

(12)

18 2) Pembelajaran Tatap Muka

Husamah mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi langsung antara pendidik dangan peserta didik24

Namun menurut Sudirman dan Rusyan yang dikutip oleh Hengki Prabowo dalam skripsinya menyebutkan bahwa pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang umumnya sering digunakan. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu model pembelajaran konvensional yang mana mempertemukan peserta didik dengan pendidik secara face to face dalam satu ruang untuk melakukan suatu proses belajar25. Dalam pembelajaran tatap muka pendidik akan menggunakan satu atau lebih metode pembelajaran. Dari sekian banyak metode pembelajaran diantaranya ialah:

a) Metode Ceramah b) Metode Penugasan c) Metode Tanya Jawab d) Metode Diskusi e) Dan lain-lain 3) Belajar Mandiri

Belajar mandiri disini ialah peserta didik dapat mandiri dalam mengakses materi pembelajaran atau informasi melalui internet.

Sehingga dalam prosesnya peserta didik mampu mendapatkan materi pembelajaran dari tidak hanya terfokus pada satu sumber melainkan berbagai sumber. Dikarenakan kemandirian belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar walaupun hasilnya

24 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face to Face, E-Learning, Offline-Online dan Mobile Learning, (Jakarta:2014) Hal 83

25 Hengki Tro Prabowo, ‘’Implementasi Model Pembelajaran Untuk Mingkatkan Aktivitas Belajar Multimedia Siswa Kelas XI Multimedia 1 SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara’’ (Skripsi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta 2014), Hal 37.

(13)

19

tidak signifikan. Selain berpengaruh terhadap hasil belajar kemandirian belajar juga memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah26.

f. Rancangan Blended learning

Blended learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan proses pembelajaran. Oleh sebab itu sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran blended learning dilaksanakan, pendidik diharuskan untuk menyiapkan perencanaan pembelajaran blended learning.

Dalam bukunya Husamah menyebutkan ada 6 tahapan dalam merancang pembelajaran blended learning agar hasilnya maksimal, diantarnya ialah27:

1) Menetapkan macam dan materi bahan ajar yang akan diberikan.

Bahan ajar sebaiknya dirancang menjadi tiga macam bahan ajar diantaranya bahan ajar yang bisa di pelajari sendiri oleh peserta didi, bahan ajar yang bisa di gunakan pada saat pembelajaran tatap muka, dan yang terakhir bahan ajar yang di gunakan pada saat pembelajaran online.

2) Membuat rancangan pembelajaran yang berisi komponen pertemuan tatap muka dan pertemuan online.

3) Menetapkan format pembelajaran online. dalam hal ini guru mata pelajaran menentukan aplikasi apa yang akan digunkan selama proses pembelajaran blended learning.

4) Melakukan uji coba. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan blended learning ini lebih memudahkan peserta didik atau bahkan sebaliknya.

26 Yuyu Yuliati, Dudu Suhandi Saputra, Membangun Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Blended learning di Masa Pandemi Covid-19. Elementaria Edukasia, (2020) Vol. 3, No. 1. Hal 145

27 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face to Face, E-Learning, Offline-Online dan Mobile Learning, (Jakarta:2014) Hal 27-30

(14)

20

5) Memiliki SDM yang baik agar pelaksanaan pembelajaran blended learning berjalan secara maksimal.

6) Melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran blened learning.

Itu dilakukan untuk mengetahui kefektifan dari penggunaan pembelajaran blended learning ini.

g. Keunggulan Pembelajaran Blended learning

Menurut I Ketut Widiantara yang ditulis dalam jurnalnya mengemukakan bahwa pembelajran blended learning memiliki beberapa keunggulan diantaranya ialah28:

1) Dalam proses pembelajaran bisa dilaksanakan kapan saja dan dimana saja dengan memanfaatkan sistem jaringan internet.

2) Peserta didik memiliki kebebasan untuk mempelajari materi yang telah diberikan secara mandiri dengan memanfaatkan file materi yang tersimpan secara online baik berupa video, gambar maupun dokumen lainnya.

3) Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan secara online/offline dan juga bisa dilaksanakan diluar waktu pelajaran yang telah ditentukan, kegiatan diskusi tersebut berlangsung baik antara peserta didik dengan pendidik maupun antara peserta didik itu sendiri.

4) Pendidik dapat mengatur dan mengontrol pembelajaran yang dilakukan siswa diluar jam pelajaran peserta didik.

5) Pendidik dapat meminta kepada peserta didik untuk lebih siap mendapatkan materi baru dengan cara menyiapkan tugas tugas pendukung dan mengkaji materi pelajaran sebelum pembelajaran tatap muka dimulai.

6) Target dalam mencapai materi yang ingin diberikan kepada peserta didik dapat dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan.

28 I Ketut Widiantara, Blended Learning Sebagai Alternatif Pembelajaran Di Era Digital.

PURWADITA,(2018) Vol. 2, No. 2. Hal 55

(15)

21

4. Model Pembelajaran Blended learning Untuk Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu proses tranformasi nilai-nilai ajaran islam dari generasi ke generasi sehingga generasi selanjutnya berpengetahuan luas yang memiliki karakter berakhlak mulia dan beriman kuat29. Blended learning adalah suatu proses pembelajaran yang mengkombinasikan strategi pembelajaran tatap muka, online dan offline30.

Dalam model pemebelajaran blended learning untuk pelajaran agama islam terdapat suatu tahapan sebelum melaksanakan proses pembelajaran blended learning. Hal tersebut diungkap oleh Efendi dalam tesisnya. Tahapan tersebut ialah31:

a. Perencanaan pembelajaran PAI berbasis blended learning

Perencanaan pembelajaran PAI berbasis blended learning merupakan proses pembuatan perangkat pembelajaran sebelum proses pembelajaran blended learning dilaksanakan. Guru mata pelajaran diharuskan memiliki perangkat pembelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai. Perangkat pembelajaran meliputi metode pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran, dll

b. Pelaksaan pembelajaran PAI berbasis blended learning

Pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yang terpenting dalam pendidikan. Dengan begitu perencaan yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara maksimal. Salah satu faktor dalam keberhasilan dalam pelaksaan pembelajaran ini ialah fasilitas sekolah yang baik, guru mata pelajaran yang profesional, dan kerja sama orang tua dalam mengawasi proses belajar.

29 Hasan Basri, Andewi Suhartini, dan Karman, ‘’Pendidikan Agama Islam dan Pemeliharaan Diri (Hifzh An-nafs) di Tengah Wabah Firus Corona’’ Mei 2020, diakses pada tanggal 21 Oktober 2021 dari http://digilib.uinsgd.ac.id/30621/

30 Wasis D. Dwiyogo, Pembelajaran Berbasis Blended Learning, (Depok:2018), Hal 59-60

31 Efendi, ‘’Pembelajaran PAI Berbasis Blended Learning Dalam Membentuk Multiple Intelegence Siswa’’ (Tesis Program Megister Pendidik Agama Islam IAIN Tulungagung, Tulungagung 2019), Hal 35-37

(16)

22

c. Evaluasi pembelajaran PAI berbasis blended learning

Evaluasi pembelajaran sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan dengan adanya evaluasi kita akan mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi yang diberikan dan juga kita mengetahui kekurangan dari diterapkannya model pembelajaran PAI.

Dalam jurnal penelitian yang diterbitkan oleh As-Salam menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran blended learning pada Pendidikan Agama Islam ialah pendidik menjelaskan materi melalui internet, bisa melalui chat whatsapp maupun menjelaskan langsung secara virtual google classroom. Tugas diberikan kepada peserta didik untuk dikerjakan dirumah dengan dampingan orang tua. Kemudian sekolah mengadakan konsultasi belajar untuk peserta didik dengan dibatasi maksimal 7 orang dengan menerapkna protokol lesahatan yang ketat. Sebagai contoh ketika guru PAI menyampaikan materi tentang surah At-Tin maka dalam menyampaikan isi kandungan dari surat At- Tin pendidik menggunakan chat aplikasi whatsapp atau bisa juga menyampaikannya dengan cara virtual dengan menggukanan aplikasi google classroom. Setelah itu pendidik memberikan tugas kepada peserta didik untuk menulis surah At-Tin dengan pendampingan orang tua untuk mengawasi dan membimbing anaknya dalam mengerjakan tugasnya. Setelah itu guru mengatur jadwal peserta didik untuk melaksanakan konsultasi belajar secara terbatas dengan menerapkan prokes yang ketat32.

Menurut Husama, problematika dalam penerapan model pembelajaran blended learning pada jenjang SMA diantaranya ialah33:

a. Media yang dibutuhkan dalam pembelajaran sangat beragam.

32 Risky Aviv Nugroho, Penerapan Metode Blended Learning Dalam Pembelajaran PAI Pada Era New Normal, As-Salam I, Vol. X No. 1 (Mei, 2021), Hal 25-26

33 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face to Face, E-Learning, Offline-Online dan Mobile Learning, (Jakarta:2014) Hal 232.

(17)

23

b. Ketidak merataan fasilitas yang dimilki oleh peserta didik untuk melaksanakan proses pembelajaran blended learning.

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi.

Husamah juga memberikan implikasi bagi pendidik dan peserta didik dalam menerapkan model pembelajaran blended learning.

Implikasi bagi pendidik dalam menerapkan model pembelajaran blended learning diantaranya34:

a. Pendidik mengusai dan terampil dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Pendidik diharapkan mampu memilih dan memilah materi yang digunakan pada saat pembelajaran offline dan online.

c. Pendidik mengetahui perkembangan dan kondisi peserta didiknya.

d. Pendidik memastikan aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran blended learning mudah, aman dan efesien bagi peserta didik.

Implikasi bagi peserta didik dalam menerapkan model pembelajaran blended learning ialah35:

a. Peserta didik diharapkan terampil dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Peserta didik lebih pandai dalam memilih sumber belajar yang relevan dan baik terkait dengan materi yang dipelajari.

c. Peserta didik lebih meningkatkan komunikasi baik dengan guru mata pelajaran maupun kepada peserta didik yang alin untuk meminimalisir miskomunikasi dalam proses belajar.

34 Ibid.

35 Ibid. Hal 232-233

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi siswa tentang keterampilan menulis puisi bebas dalam bahasa Bugis

Dari bentuk bangunan klenteng dapat terlihat arsitektur bergaya Cina dengan ciri khas bagian atap jenis pelana dan ekor wallet dengan ujung melengkung keatas, demikian pula

Penetapan keputusan yang dibuat oleh pimpinan organisasi merupakan keputusan yang harus dilaksanakan oleh para bawahannya untuk menjalankan prosedur kegiatan yang sudah

Kuesioner tersebut berisi beberapa pertanyaan mengenai sikap responden terhadap pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada PT.. AXA Life Indonesia

Dari Tabel 2 hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif terendah pada lahan tidak terkena erupsi abu vulkanik terdapat

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

Salah satu urgensi mengenai hal tersebut adalah bahwa penerapan DNA Barcoding pada organisme yang hidup di laut lebih sulit dilaksanakan ditinjau dari diversitas