1 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka 1. Pemecahan Masalah Matematika
Masalah adalah salah satu hal yang ada di kehidupan manusia. Masalah dapat diartikan sebagai situasi yang muncul karena adanya kesenjangan antara tujuan yang akan dicapai dengan cara bagaimana mencapai tujuan tersebut.
Masalah dapat membuat seseorang terdorong untuk menyelesaikan, akan tetapi cara penyelesaiannya belum diketahui dan perlu waktu yang lama. Masalah harus diselesaikan melalui cara yang tepat. Begitu pula dengan matematika. Data yang disampaikan oleh (Qolfathiriyus, Sujadi, & Indriati, 2019) menunjukkan bahwa kemampuan matematika pada peserta didik di Negara Indonesia belum memuaskan dan masih rendah. Hal tersebut harus diperhatikan dengan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Permasalahan pada matematika dapat muncul pada soal-soal. Masalah dalam matematika harus diselesaikan melalui cara dan prosedur yang disebut dengan pemecahan masalah matematika.
Pemecahan masalah menjadi sesuatu yang penting di kehidupan sehari- hari dan pembelajaran di sekolah. Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa peserta didik, guru, kepala sekolah, wali murid, dan setiap orang kepala sekolah,orangtua,dan setiap orang dalam keseharian selalu dihadapkan dengan masalah (Natatama, Kamsiyati, & Surya, 2020). Menganalisis pengetahuan dengan pemikiran reflektif berperan penting dalam proses pemecahan masalah yang bertujuan untuk menentukan solusi terbaik (Qolfathiriyus, Sujadi, &
Indriati, 2019). Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemecahan masalah adalah sebuah aktivtas yang membutuhkan proses berpikir untuk meraih tujuan tertentu.
2. Hakikat Berpikir Kritis
Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu keterampilan yang dimiliki oleh manusia. Berpikir kritis sudah lama dipandang sebagai keterampilan dasar seumur hidup manusia dari berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan, maupun sosial (Salahshoor & Rafiee, 2016). Pendapat diatas dilengkapi kembali oleh (Salahshoor & Rafiee, 2016) bahwa beberapa orang memiliki pengetahuan yang terbatas adapula berpengetahuan lebih. Jika ada dua orang yang sama-sama cerdas dan sama dalam pandai berbicara dan berpengetahuan luas, tetapi tidak menjamin sama menjadi pemikir yang baik.
Berdasarkan teori berpikir kritis dari beberapa ahli berpikir merupakan salah satu dari bagian aktivitas sehari-hari yang mengoorganisasikan informasi untuk mencapai tujuan tertentu
Berpikir kritis yakni kemampuan dalam menyimpulkan permasalahan dari berbagai aspek dan sudut pandang yang dihadapi sehingga masalah tersebut dapat terselesaikan. Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu keterampilan peserta didik dalam pemecahan masalah dan pengambilan kesimpulan dari berbagai aspek dan sudut pandang yang dihadapi (Dewi, Slamet, Surya, &
Syawaludin, 2020). Berpikir kritis adalah salah satu kemampuan kognitif dalam pengambilan kesimpulan. Berpikir kritis dapat didefinisikan dalam beberapa cara, antara lain: menentukan masalah utama, menentukan asumsi dalam argumen, mengidentifikasi hubungan hubungan, menyimpulkan data dari informasi yang diberikan, menafsirkan kesimpulan, mengevaluasi bukti Pascarella dan Terenzini 1991, dikutip dalam (Wang, 2017). Jadi, menurut beberapa pendapat ahli diatas berpikir kritis merupakan aktivitas mengkaji ide atau gagasan, membedakan secara nyata, menentukan, menetapkan, dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna sehingga permasalahan dapat terselesaikan.
Keterampilan berpikir kritis merupakan proses yang melibatkan semua jenjang pendidikan. Pentingnya keterampilan berpikir kritis harus dimunculkan
sejak dini pada pendidikan dasar. Hal ini mendukung pendidikan lanjutan di perguruan tinggi yang telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas berpikir mahasiswa guna menghasilkan sumber daya yang professional (Siburian, Corebima, Ibrohim, & Saptasari, 2019). Melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik khususnya dalam materi matematika yang dilakukan dengan maksimal akan meningkatkan kualitas hasil belajar, bakat, minat dan semangat peseta didik, menumbuhkan kepercayaan diri yang dapat mengubah sudut pandang dalam memecahkan permasalahan menjadi terasa menyenangkan (Widiantari, Suarjana, & Kusmariyatni, 2016). Keterampilan berpikir kritis mempunyai peran yang amat penting bagi peserta didik tingkat sekolah dasar dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh peserta didik dapat sangat membantu dalam memecahkan masalah, termasuk dalam pelajaran matematika (Dewi, Slamet, Surya, & Syawaludin, 2020). Dari penjelasan diatas keterampilan berpikir kritis pada pendidikan sekolah dasar sangatlah penting untuk menunjang meningkatnya hasil belajar peserta didik dan melatih kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran matematika.
3. Hakikat Teori Robert H Ennis
Salah satu tokoh ilmuwan yang banyak memiliki penelitian dan pembahasan mengenai teori berpikir kritis adalah Robert H Ennis. Robert H Ennis banyak meniliti mengenai pengetahuan dasar, pendidikan, keterampilan berpikir kritis atau sering disebut critical thinking skills (CT Skills). (Ennis, 1985) mengungkapkan berpikir kritis yaitu kegiatan berpikir yang dilakukan dengan reflektif dan juga beralasan untuk mengambil keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau yang perlu dilakukan. Selain itu, (Ennis, 1985) juga menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara nyata, memilih, menentukan, menyelidiki dan mengembangkannya ke arah yang lebih utuh dan sempurna. Pada penelitian lain (Ennis, 2013) mengungkapkan berpikir kritis
dapat diaplikasikan untuk kehidupan sehari-hari sebagai solusi untuk pemecahan masalah yang ada.
Selanjutnya, dalam memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan, seseorang dibantu oleh pengambilan keputusan dan kemampuan berpikir kritis. Indikator kemampuan berpikir kritis menurut (Ennis, 1985) diturunkan dari aktivitas kritis peserta didik sebagai berikut:
a. Menemukan pernyataan dari pertanyaan.
b. Menganalisis asumsi dalam pertanyaan.
c. Usaha untuk mengetahui informasi yang detail.
d. Menggunakan sumber dengan kredibilitas dan akurasi tinggi.
e. Memperhatikan kondisi dan situasi di sekitar.
f. Relevan dengan ide pokok.
g. Memahami kepentingan yang asli dan mendasar.
h. Menemukan alternatif persoalan.
i. Berpikir dan bersikap terbuka terhadap situasi dan kondisi.
j. Memosisikan ketika ada bukti yang cukup.
k. Mengeksplorasi penjelasan sebanyak-banyaknya
l. Bersikap teratur dan sistematis dari keseluruhan masalah.
Ennis dalam (Costa, 1985) mengidentifikasi adanya 12 faktor mengenai berpikir kritis. Indikator-indikator tersebut dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
a. Menuliskan penjelasan sederhana, penjelasan tersebut mengenai memusatkan pertanyaan, mengidentifikasi pertanyaan, dan menjawab pertanyaan.
b. Melatih keterampilan dasar, yaitu memertimbangkan sumber yang dapat dipercaya, dan mengamati laporan hasil obervasi dengan teliti.
c. Menentukan kesimpulan, yaitu mendeduksi, meninduksi, melakukan pertimbangan dan menentukan nilai.
d. Menuliskan penjelasan lanjutan, yaitu menganalisis dan mengidentifikasi asumsi atau ide sesuai dengan kesimpulan.
e. Mengatur strategi dan teknik, yaitu menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan penjelasan indikator berpikir kritis dari Robert Ennis dan disesuaikan dengan tahap pemecahan masalah. Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini pada Tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Beserta Descriptor Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kritis.
No Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Deskriptor Keterampilan Berpikir Kritis 1. Memberikan penjelasan
sederhana
1. Menentukan apa yang diketahui dalam soal
2. Menentukan apa yang ditanya dalam soal 2.
Memberikan penjelasan lanjutan
1. Menuliskan hubungan konsep yang digunakan
3. Mengatur taktik dan tsrategi
1. Menentukan solusi dari permasalahan 2. Menuliskan penyelesaian
3. Menuliskan jawaban soal 4. Menyimpulkan dan
mengevaluasi
1. Menentukan kesimpulan
2. Menentukan alternatif cara lain dalam pemecahan masalah
4. Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika Keterampilan berpikir kritis dalam pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini meggunakan materi jarak, waktu dan kecepatan. Jarak, waktu dan kecepatan merupakan salah satu materi di kelas V semeseter I berdasarkan kurikulum 2013.
a. Jarak
Jarak merupakan angka yang menyatakan seberapa jauh suatu benda berubah melalui lintasan atau posisi (Suparmin, Sa'adah, & Kurniawati, 2017).
Adapun satuan satuan internasional jarak disebut meter (m), tetapi satuan
dapat berubah tergantung perntanyaan yang diberikan. Jarak merupakan perkalian antara kecepatan dan waktu yang ditempuh.
b. Waktu
Waktu merupakan sesuatu yang diperlukan waktu adalah interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Satuan dari waktu adalah sekon atau detik (s), tapi satuan bisa berubah tergantung pertanyaannya.
c. Kecepatan
Kecepatan merupakan cepat lambatnya perpindahan posisi benda yang ditempuh oleh jarak pada tiap satuan waktu (Priatna & Yuliardi, 2019).
Kecepatan merupakan hasil bagi antara jarak yang ditempuh dengan waktu yang dibutuhkan.
Rumus untuk mencari jarak yaitu:
Keterangan :
s = jarak yang ditempuh mempunyai satuan meter v = kecepatan mempunyai satuan meter/detik
t = waktu yang diperlukan mempunyai satuan detik (dalam satuan metrik) Sedangkan waktu yang diperlukan (t) adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh (s) dengan kecepatan (v), sehingga hubungan antara t, s, dan v.
Kemampuan berpikir kritis siswa pada materi jarak, waktu, dan kecepatan akan terlihat pada prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Soal-soal tersebut berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan mencari jarak, waktu, dan kecepatan. Soal-soal yang diberikan menuntut siswa untuk menggunakan pengetahuan sebelumnya, seperti operasi aritmatika, satuan waktu, satuan jarak, dan satuan kecepatan. Siswa dianggap memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik jika mencapai indikator kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah jarak, waktu, dan kecepatan.
5. Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anastasya Kurnia Dewi, dkk (2020) dengan judul
“Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Thailand Dalam Pendidikan Matematika”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembelajaran matematika di kelas 3 pada materi waktu mengacu pada tiga indikator yang terdiri dari membaca tanda waktu dan malam, tanda waktu yang cocok, dan menggambar tanda waktu dan waktu malam dengan benar. Pembelajaran ini sangat penting untuk dikuasai agar siswa dapat membantu mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari tentang waktu.
Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ni Kt. Maha Putri Widiantari, dkk (2016) dengan judul
“Analisis Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas IV pada Pembelajaran Matematika”. Berdasarkan penelitian ini kemampuan berpikir kritis peserta didik di SD Negeri 2 Pamaron tergolong sedang sehingga diperlukan upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran yang lebih kritis. Hasil tes yang diperoleh peserta didik kurang memuaskan, hal ini terlihat nilai tertinggi adalah 79,17 dan nilai terendah adalah 2,78. Dari 24 peserta didik, 41,67% memperoleh nilai dibawah rata-rata. Rata-rata tes kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 55,04% dengan kategori rendah.
Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sheng Wang (2017) dengan Judul “An Exploration into Research on Critical Thinking and Its Cultivation: An Overview”. Hasil penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis yang ditnjau dari banyak ahli yang berpengaruh pada dunia pendidikan yakni dalam kemampuan pemecahan masalah dan bepikir tingkat tinggi.
Selanjutnya, penelitian yang relevan nomor empat yakni penelitian yang dilakukan oleh Sagita Puspa Wiranata (2018) dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah Dtinjau dari
Gender dan Kemampuan Awal (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 8 Surakarta kelas VIII A Semester Genap Tahun Ajaran 2017/2018)” Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa laki-laki dan perempuan di sekolah tersebut. Ditandai dengan terpenuhinya masing-masing indikator yang telah ditentukan menunjukkan kemampuan berpikir kritis para siswa.
Kemampuan berpikir kritis diukur dengan cara masing-masing dalam menganalisis soal, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan.
Penelitian kelima yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Natatama, dkk (2020) “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Teori John Dewey pada Kelas 5 Sekolah Dasar”. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas 5 di SD Jamiatul Ichwan sudah cukup baik. Hal tersebut didukung oleh terpenuhinya beberapa indikator yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil uji normalitas data, sig. nilai keterampilan berpikir kritis, B. Kerangka Berpikir
Pemecahan masalah merupakan proses yang secara bertahap harus dilakukan sehingga masalah bisa terselesaikan dengan baik Pemecahan masalah dalam berpikir kritis menuntut orang untuk menggunakan pengetahuan, pengalaman serta intuisinya untuk menyelesaikan permasalahan. Sehingga keterampilan berpikir kritis merupakan kompetensi yang dimiliki oleh seseorang dalam memecahkan masalah sesuai dengan proses pemecahan masalah. Keterampilan berpikir kritis membantu peserta didik untuk mengambil kesimpulan dari permasalahan yang dihadapi.
Tujuan pendidikan salah satunya adalah memberikan dukungan dalam setiap perkembangan pribadi dan sosial individu melalui pengalaman dan pemecahan masalah yang dilangsungkan dengan cara reflektif, artinya pemecahan masalah dilakukan melalui berpikir reflektif. Penelitian ini memodifikasi indicator dan langkah berpikir kritis roberrt H Ennis menjadi (1) memberikan penjelasan sederhana; (2) memberikan penjelasan lanjut; (3) menerapkan cara mengatur taktik
dan strategi; 4) menyimpulkan dan mengevaluasi pemecahan masalah yang dipilih yang kemudian dikembangkan dengan descriptor yang disesuaikan dengan indicator berpikir kritis.
Materi jarak, wakru dan kecepatan merupakan salah satu materi pada kelas V semester 1. Soal yang diberikan ketika pembelajaran materi ini berbentuk soal cerita yang menuntutketerampilan berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
Peserta didik harus menentukan masalah, merumuskan dan mengevaluasi hipotesis pemecahan masalah serta menerapkan cara pemecahan masalah yang dipilih ketika mengerjakan soal yang diberikan.
Pada hasil akhir penelitian ini akan dideskripsikan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh peserta didik lak-laki dan peserta didik perempuan pada kelas 5. Kemampuan peserta didik dijabarkan berdasarkan analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dari beberapa teknik tersebut dianalisis dan dibandingkan sehingga diperoleh data yang valid dari masing- masing subjek penelitian. Hasil yang diperoleh dari semua subjek dianalisis dan disimpulkan untuk melihat indikator yang terpenuhi dan indikator yang tidak terpenuhi oleh peserta didik.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Keterampilan
Berpkir Kritis
Teori Robert H Ennis
Menganalisis soal dan menentukan
masalah
Merumuskan dan mengevaluasi
hipotesis
Menerapkan cara berpikir kritis
dalam pemecahan masalah yang
dipilih Materi Jarak,
Waktu dan Kecepatan
Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Laki-
laki Deskripsi
Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik Perempuan
11