• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kekerabatan dalam Budaya Minangkabau. Implikasinya Terhadap Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sistem Kekerabatan dalam Budaya Minangkabau. Implikasinya Terhadap Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Budaya FIB UB Sistem Kekerabatan dalam Budaya Minangkabau pada Antologi Cerpen

Vol. 1 No. 2, November 2020, pp 23-27 https://jurnalbudaya.ub.ac.id

© 2020Jurnal Budaya FIB UB

23

Sistem Kekerabatan dalam Budaya Minangkabau pada Antologi Cerpen Karya A.A Navis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA

Irawati Rahman

1

and Bunga Febrimora Hendri

2

1Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP YDB, Lubuk Alung, Indonesia

2Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP YDB, Lubuk Alung, Indonesia E-mail: rahmanirawati40@yahoo.com

Abstract

The aim of this research was to characterize the cultural values of Minangkabau in A Complete Anthology of the Short Stories of A.A. Navis and the implications of the research on the literature teaching at the Senior High School. This was a qualitative research focusing on content analysis. The contents analyzed related to the Minangkabau kinship system and social community. The descriptive method was used in this research. The object of the research was A.A. Navis's Comprehensive Short Stories Anthology. Based on the results of the research, the cultural values of Minangkabau have been revealed throughout the A.A Navis' Complete Anthology of Short Stories. Navis viewed as follows: (1) the relationship between mother and children, (2) the relationship between father and children, (3) the relationship between uncle and his nieces and nephews, (4) the relationship between children in law and parents in law, (5) the marriage in Minangkabau. The implication of this research in the reading class was: (1) expressing interesting things in the short story of thought- discussion; (2) expressing cultural values in the short story of thought-discussion.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi nilai-nilai budaya Minangkabau dalam Antologi Lengkap Cerpen A.A. Navis dan implikasi penelitian terhadap pembelajaran sastra di SMA. Ini adalah penelitian kualitatif yang berfokus pada analisis isi. Isi yang dianalisis terkait dengan sistem kekerabatan dan sosial kemasyarakatan Minangkabau. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Objek penelitian adalah A.A. Antologi Cerita Pendek Komprehensif Navis. Berdasarkan hasil penelitian, nilai-nilai budaya Minangkabau yang terungkap dalam Antologi Cerpen Lengkap A.A Navis. Navis adalah sebagai berikut: (1) hubungan ibu dan anak, (2) hubungan ayah dan anak, (3) hubungan paman dan keponakan, (4) hubungan menantu dan orang tua dalam hukum, (5) perkawinan di Minangkabau. Implikasi dari penelitian ini di kelas membaca adalah: (1) mengungkapkan hal-hal yang menarik dalam cerpen diskusi pemikiran; (2) mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam cerpen diskusi pemikiran.

(2)

Keywords: Kinship System, Minangkabau Culture, Complete Antohology of A.A Navis Short Stories,Literary Apreciation Learning

1. Pendahuluan

Didalam penciptaan karya sastra, baik karya sastra fiksi maupun non-fiksi seorang pengarang akan menggambarkan suatu kebudayaan yang akan menjadi faktor tidak dapat dipisahkan dari dirinya sebagai anggota masyarakat. Salah satu bentuk karya sastra adalah cerpen. Cerpen merupakan karya sastra fiksi berjenis prosa, bisa dinikmati selesai dalam sekali duduk. Sebuah cerpen yang diciptakan oleh seorang pengarang tertentu didalamnya pasti ditemukan unsur budaya yang nantinya menjadi salah satu unsur pembangun dari luar sebuah karya sastra (cerpen). Selain menjadi unsur pembangun dari luar (ekstrinsik) sebuah cerpen, unsur budaya itu bisa merefleksikan nilai-nilai yang bisa diambil, dipelajari, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pembaca karya sastra (cerpen).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem kekerabatan dalam budaya Minangkabau pada Antologi Cerpen A.A Navis dan implikasinya terhadap pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Nilai merupakan sesuatu yang menarik, menyenangkan atau sesuatu yang disukai dan diinginkan, sehingga nilai merupakan hal yang unik. Nilai selalu berkaitan dengan penilaian seseorang. Nilai merupakan sesuatu yang baik dan selalu diinginkan, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga. Salah satu nilai nilai yang ada didalam kehidupan masyarakat adanya nilai- nilai budaya.

2. Landasan Teori

Budaya menurut Tylor (Setiadi, dkk, 2007), adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Koentjaraningrat (2002: 203) nilai budaya mencakup: (a) sistem religi/ keagamaan, (b) sistem kekerabatan dan kemasyarakatan, (c) sistem pengetahuan , (d) bahasa yang dipergunakan, (e) sistem kesenian, (f) sistem mata pencarian hidup, (g) teknologi dan peralatan hidup yang dipergunakan.

Budaya Minangkabau adalah suatu budaya masyarakat yang mempunyai identitas tersendiri, baik dalam sistem sosial ataupun pandangan masyarakat. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai budaya Minangkabau dapat dipelajari melalui berbagai cara, antara lain dengan mempelajari tentang masyarakat dan lingkungan atau tingkah laku orang Minang. Nilai budaya Minangkabau tercermin dari pola dan tingkah laku kehidupan sehari-hari masyarakatnya (Attubani, 2012). Selanjutnya peneliti memilih mengkaji dari segi sistem kekerabatan dan kemasyarakatan.Alasan peneliti mengkaji nilai-nilai budaya dari segi sistem kekerabatan dan kemasyarakatan

mempunyai kekhasan yang menarik untuk diamati.Hal ini juga tertuang dari kedelapan cerpen yang terdapat dalam Antologi Lengkap Cerpen A.A Navisyang lebih banyak membahas tentang sistem kekerabatan dan kemasyarakatan Minangkabau yang sangat khas.

Aspek-aspek kemasyarakatan Minangkabau berhubungan dengan kultur dan agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau (Attubani, 2012). Keduanya berjalan seiring dalam segala segi kehidupan masyarakat sesuai dengan dasar falsafah adatnya, “Adat bersandi syarak, syarak bersandi Kitabullah.” Beberapa aspek kemasyarakatan Minangkabau yang penting, diantaranya adalah pola budaya, pola pikir, pandangan dan sikap beragama (Latief, 2002)

Jadi, nilai-nilai budaya Minangkabau merupakan bentuk wujud perilaku dan lingkungan masyarakat Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam sistem kekerabatan, yang menganut sistem matrilineal serta kemasyarakatan budaya di Minangkabau, juga memiliki nilai-nilai budaya tersendiri bagi masyarakat sebagai landasan untuk hidup bermasyarakat dan berbudaya.

Antologi Lengkap Cerpen karya A.A Navis didalamnya terdapat variasi permasalahan yang terpusat pada adat, terutama menyangkut hubungan mamak dengan kemenakan, perjodohan, warisan, dan sistem sosial serta tradisi yang melembaga dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Permasalahan yang banyak disorot Navis dalam cerpen-cerpennya pada umumnya berkisar di sekitar harga diri, kemanusiaan, sistem perkawinan, dan kekerabatan di Minangkabau. Dengan membaca, dan mempelajari Antologi Lengkap Cerpen karya A.A Navis ini pembaca diharapkan memperoleh nilai-nilai positif dan manfaat dalam pengetahuan mengenai salah satu kebudayaan Indonesia, yang diwujudkan melalui karya sastra bentuk prosa (cerpen) dengan latar kehidupan adat Minangkabau. Khususnya bagi para siswa dan pendidik dalam pembelajaran apresiasi sastra di sekolah.

Perkembangan suatu budaya tidak terlepas dari usaha- usaha menggali, mewariskan, dan melestarikan serta dapat dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun informal.

Pembelajaran sastra di SMA, harus menjadi perhatian serius dalam rangka mewariskan dan melestarikan suatu nilai-nilai budaya. Pemahaman nilai-nilai budaya kepada siswa yang diambil dari bahan ajar sastra khususnya cerpen merupakan proses internalisasi yang baik. Sehingga seorang guru hendaknya mempunyai sikap kehati-hatian didalam memilih bahan sastra yang bisa digali bahan kandungan nilai- nilainya.Oleh karenanya, siswa juga diarahkan untuk mengenal budaya dari berbagai daerah melalui karya sastra yang dibacanya. Sehingga tujuannya tiada lain adalah agar para siswa dapat paham tentang pesan-pesan sastrawan yang terkandung di dalam karya sastra. Jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, Antologi Lengkap Cerpen karya A.A Navis dapat dijadikan sebagai salah satu

(3)

Jurnal Budaya, Vol. 1 No. 2, November 2020, pp 23-27 Rahman et al

25

nilai budaya yang ada di Sumatera Barat yaitu budaya Minangkabau.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Moleong (2006:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Semi (1993) penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif digunakan untuk melihat dan mendeskripsikan data tentang nilai-nilai budaya Minangkabau yang ada dalam Antologi Lengkap Cerpen A.A Navis. Metode ini sangat sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam Antologi Lengkap Cerpen A.A Navis.

Data penelitian ini diambil dari salah satu bentuk karya sastra yang berwujud cerpen. Cerpen yang akan dijadikan penelitian yaitu delapan buah cerpen yang dipilih dari kumpulan cerpen berjudul “Antologi Lengkap A.A Navis” karya A.A Navis. Kedelapan cerpen tersebut adalah:

(1) Cina Buta, (2) Datangnya dan Perginya , (3) Kawin, (4) Kisah Seorang Pengantin, (5) Lagu Kenangannya, (6) Tiada Membawa Nyawa, (7) Nora, (8) Jodoh.Data yang dianalisa adalah berkenaan dengan nilai-nilai budaya Minangkabau yang terdapat di dalam kedelapan cerpen tersebut. Sumber data penelitian ini adalah Antologi Lengkap Cerpen A.A.

Navis.

4 . Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai sistem kekerabatan dalam budaya Minangkabau yang terdapat dalam kedelapan cerpen dari Antologi Lengkap Cerpen A.A Navis yaitu sistem kekerabatan dan kemasyarakatan budaya Minangkabau serta implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran apresiasi sastra di SMA.

4. 1 Deskripsi Nilai-nilai Budaya pada Kedelepan Cerpen A.A Navis

Dalam melakukan penelitian terhadap cerpen ini, peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk menganalisis nilai-nilai budaya Minangkabau yang ada dalam delapan cerpen Antologi Lengkap Cerpen A.A Navis ini. Dalam penelitian ini cerpen-cerpen yang dianalisis adalah: 1) Cina Buta, 2) Tiada Membawa Nyawa, 3)

Datangnya dan Perginya, 4) Kawin, 5) Kisah Seorang Pengantin, 6) Lagu Kenangannya, 7) Nora, 8) Jodoh.

Dalam delapan cerpen tersebut terdapat nilai-nilai budaya mengenai sistem kekerabatan budaya Minangkabau dan kemasyarakatan budaya Minangkabau. Nilai sistem kekerabatan terdiri dari: (1)Ibu jo anak, (2) Bapak jo anak, (3) Mamak jo kamanakan, (4) Suamando jo pasumandan, (5) Minantu jo mintuo, (6) Induak bako jo anak pisang, (7) Ipa jo bisan, (8) Pambean. Sedangkan nilai kemasyarakatan budaya terdiri atas: (1)Perkawinan, (2) Perjodohan,(3) Kedudukan dan Peran Laki-laki dan Perempuan Minangkabau, (4) Budaya Kampung dan Rantau.

Jenis-jenis nilai-nilai budaya Minangkabau tentang sistem kekerabatan tidak semuanya dibahas dalam delapan cerpen ini. Sistem kekerabatan yang ada adalah: 1) hubungan antara ibu dan anak, 2) hubungan antara ayah dan anak, 3) hubungan antara mamak dan kemenakan, 4) hubungan antara menantu dan mertua di Minangkabau.

Nilai-nilai budaya tentang sistem kekerabatan hubungan antara ibu dan anak terdapat dalam cerpen pertama, cerpen Datangnya dan Perginya, kedua cerpen Kisah Seorang Pengantin, ketiga cerpen Tiada Membawa Nyawa.

Di Minangkabau hubungan kekerabatan yang paling dekat adalah hubungan antara ibu dan anak. Baik anak laki-laki dan perempuan cendrung lebih dekat dengan orang tua perempuannya. Seorang ibu akan rela mengorbankan apa saja demi kebahagian anaknya. Pada ketiga cerpen dijelaskan kedekatan yang terjalin antara anak dan ibu dengan pencitraan yang berbeda. Meski dengan pencitraan yang berbeda, namun tidak menapik bahwa hubungan yang terjalin antara ibu dan anak di kebudayaan matrilineal Minangkabau terjalin sangat baik. Sementara itu pada cerpen Kisah Seorang Pengantin, hubungan Meli dengan ibu tirinya digambarkan lebih baik, dibandingkan dengan hubungan Jalal dengan Ibunya. Ibu jalal ini digambarkan memiliki sifat suka memaksakan kehendak kepada ankanya, Jalal.

Sistem kekerabatan hubungan antara ayah dan anak terdapat dalam cerpen Datangnya dan Perginya, cerpen Kawin, dan cerpen Lagu Kenangannya. Walaupun di Minangkabau menganut sistem kekerabtan dari garis keturunan ibu, tidak membuat hubungan antara ayah dan anak di Minangkabau menjadi renggang. Tetap memiliki sesuatu hubungan yang bisa dikatakan cukup baik dalam suatu keluarga di Minangkabau. Pada ketiga cerpen tersebut, hubungan antara ayah dan anak secara besar dijelaskan baik- baik saja. Satu kerenggangan saja dalam hubungan antara ayah dan anak, terdapat pada bagian awal pencitraan isi cerpen Datangnya dan Perginya, tapi setelah itu hubungan ayah dan anak ini digambarkan akur kembali dengan pencitraan rasa rindu yang dimilki oleh tokoh Ayah Masri dan tokoh Masri.

Selanjutnya sistem kekerabatan hubungan antara mamak dan kemenakan di Minangkabau terdapat dalam cerpen Kawin. Seorang laki-laki di Minangkabau melaksanakan dua fungsi. Di satu pihak ia adalah ayah dari anak-anaknya sedangkan di pihak lain ia adalah seorang mamak dari kemenakan. Hubungan mamak dan kemenakan di Minangkabau terjalin cukup erat. Dalam berbagai situasi

(4)

yang rumit, peran mamak lebih menonjol dibandingkan ayah.

Hal ini sangat sama persis terlihat dalam cerpen ini, ketika Datuk Bareno yang tak lain adalah mamak Ismet mengurus semua tentang perkawinan Ismet. Selain tentang itu hubungan anatara mamak dan kemenakan yang terlihat dalam cerpen ini adalah bahwa seorang mamak di Minangkabau itu mempunyai kewajiban membantu kemenakan yang terlantar, membantu membiayai pendidikan kemenakan, serta membiayai saudara perempuan yang menjanda termasuk kemenakannya.

Sistem kekerabatan antara menantu dan mertua terdapat dalam cerpen Tiada Membawa Nyawa. Di Minangkabau ketika sudah menikah pihak suamilah yang akan bermukim di kediaman kerabat dari perempuan atau pihak istiri. Tapi karena budaya merantau yang juga dilakukan membuat ada juga keluarga yang sudah menikah memilih pindah dan menempati hunian sendiri. Hubungan antara menantu dan mertua di kebudayaan Minangkabau, digambarkan sangat baik dalam cerpen ini. Adanya saling hormat menghormati yang terjalin antara keduanya.

Selanjutnya nilai-nilai budaya Minangkabau dari segi kemasyarakatan adalah tentang perkawinan di Minangkabau. Perkawinan Minangkabau dalam cerpen A.A Navis digambarkan sangat rapuh. Terbukti dengan banyak pencitraan cerpen yang menggambarkan kawin cerai dan poligami yang dilakukan suami yang terjadi di masa itu.

Terlebih lagi pemicu perceraian di rumah tangga Minangkabau adalah hal yang sepele. Masalah ini terdapat pada cerpen Cina Buta dan Datangnya dan Perginya.

Sedangkan perkawinan yang digambarkan pada cerpen Kisah Seorang Pengantin menjelaskan tentang perkawinan di Minangkabau itu identik juga dengan perjodohan. Pada cerpen Jodoh dijelaskan, setelah adanya perkawinan maka pihak suami di Minangkabau akan tinggal dikediaman istri.

Selain itu juga pada cerpen Lagu Kenangannya, terdapat penjelasan tentang perkawinan Minangkabau yang lain, bahwa perkawinan Minangkabau lebih menyukai perkawinan awak samo awak atau perkawinan antar kerabat dekat.

Hampir pada kenyataannya perkawinan yang terjadi di Minangkabau itu karena tradisi perjodohan yang dilakukan.

Pada cerpen Nora dan cerpen Kawin digambarkan perjodohan di Minangkabau didasari dari keinginan orangtua untuk mencarikan jodoh terbaik untuk anaknya. Sebagai penganut garis keturunan matrilineal, Minangkabau menempatkan perempuan memiliki kedudukan lebih tinggi dibanding laki-laki. Perkawinan yang terjadi di Minangkabau tidak akan membuat wanita Minang kehilangan hak atas dirinya melainkan tetap mandiri. Jadi ketika pada sebuah keluarga terjadi perceraian, maka pihak suamilah yang akan pergi keluar meninggalkan rumah, ini terlihat pada cerpen Cina Buta.

4.2 Implikasi Penelitian Terhadap Pembelajaran Apresiasi Sastra

Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia materi ajar yang berkaitan dengan membaca siswa SMA di sekolah menyangkut pengkajian sastra berupa puisi, prosa dan drama. Cerpen merupakan bagian dari prosa. Hasil

penelitian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA pada kelas X, semester 1. Standar kompetensi ke 6 yaitu membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Kompetensi dasar adalah: (1) mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan diskusi, (2) mengemukakan nilai-nilai dalam cerita pendek melalui kegiatan diskusi.

Sedangkan indikator yang perlu dicapai adalah: (1) siswa menceritakan kembali isi cerpen, (2) siswa mampu menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen.

Berdasarkan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar, dan Indikator tersebut dapat dilihat bahwa penelitian tentang “Nilai-nilai Budaya” dalam cerpen Antologi Lengkap Cerpen A.A Navis karya A.A Navis ini dapat digunakan sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra di sekolah untuk melaksanakan pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Metode ini ditetapkan setelah siswa membaca salah satu cerpen A.A Navis yang dibagikan oleh guru. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa dengan cara berceramah di depan kelas. Pada waktu berikutnya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing kekreatifan siswa dalam menemukan jawaban, misalnya guru mengemukakan pertanyaan mengenai unsur instrinsik di dalam karya sastra kemudian siswa memberikan jawabannya. Kegiatan terakhir yaitu diskusi. Pada kegiatan ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskripsikan unsur instrinsik cerpen dan mengemukakan hal-hal menarik yang ada di dalam cerpen tersebut serta nilai-nilai budaya Minangkabau yang terdapat di dalam cerpen. Kemudian guru menyuruh masing-masing kelompok menampilkan hasil diskusi di depan kelas.

Dalam pembelajaran materi sastra ini, metode yang diinginkan saling berhubungan dengan metode-metode yang lain. Metode tersebut saling menunjang dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Simpulan dan Saran

Nilai-nilai budaya pada sistem kekerabatan pada kebudayaan Minagkabau tentang hubungan ibu dan anak tercermin pada cerpen, Datangnya dan perginya, Kisah Seorang Pengantin, dan Tiada Membawa Nyawa. Pada ketiga cerpen tersebut pada umumya hubungan antara ibu dan anak digambarkan memiliki hubungan yang berjalan baik. Selanjutnya hubungan antara ayah dan anak terdapat dalam cerpen, Datangnya dan Perginya, Kawin, dan Lagu Kenangannya. Meski menganut garis keturunan dari ibu, tidak membuat hubungan ayah dan anak di Minangkabau terjalin biasa saja. Melainkan kedekatan seorang ayah juga terlihat jelas pada cerpen Lagu Kenangannya. Sementara itu hubungan antara mamak dan kemenakan terdapat dalam cerpen Kawin. Diceritakan bahwa seorang mamak di Minangkabau memiliki tanggung jawab untuk mengurusi dan membimbing kemenakan. Terakhir hubungan menantu dan mertua terdapat dalam cerpen Tiada Membawa Nyawa.

(5)

Jurnal Budaya, Vol. 1 No. 2, November 2020, pp 23-27 Rahman et al

27

Pada cerpen ini terlihat bagaimana rasa hormat seorang menantu kepada mertuanya.

Nilai-nilai budaya dari segi kemasyrakatan tentang perkawinan terdapat dalam cerpen, Cina Buta, Datangnya dan Perginya, Kisah Seorang Pengantin, dan cerpen Lagu Kenangannya. Pembahasan mengenai kemasyrakatan budaya tentang perjodohan dan budaya merantau di Minangkabau terdapat dalam cerpen Nora dan cerpen Kawin. Sedangkan kemasyarakatan budaya mengenai kedudukan dan peran laki- laki dan perempuan di Minangkabau dibahas dalam cerpen Cina Buta.

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyarankan hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran apresiasi pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait untuk memajukan pendidikan, khususnya bagi pelajaran bahasa Indonesia.

Referensi

Attubani, R., & Attubani, R. (2012). Adat dan Sejarah Minangkabau. Padang: Media Explorasi.

Betterns, K., & Betterns, K. (2011). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, S., & Endrawara, S. (2003). Metodologi Peneltian Sastra. Yogyakarta: Medpress.

Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_____________.(2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Latief, N. (2002). Etnis dan Adat Minangkabau. Bandung:

Angkasa Bandung.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosdakarya.

Semi, M. A. (1988). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Setiadi, E.M,dkk(2007). Ilmu Sosial dan Budaya

Dasar.Jakarta: Kencana Pranada Media Grup.

Referensi

Dokumen terkait

The people of Pemerihan and Sumberejo, tourists and BBSNP- officers tend to give similar score for all negative perceptions, but the people of Way Haru quite

Telah dilakukan analisis kadar unsur hara kalium (K) dari tanah perkebunan kelapa sawit Bengkalis Riau secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yang dilakukan di Pusat

Menurut Ozler dan Polat (2012), terdapat tiga penyebab individu melakukan cyberloafing, yaitu faktor individu, faktor situasional dan faktor organisasi. Faktor pertama

Produksi padi pada lahan rawa lebak di Lampung masih berpeluang ditingkatkan dengan meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas dengan menerapkan inovasi pengelolaan

Menurut Heaney (2001) keanekaragaman jenis pada suatu daerah akan menurun dengan meningkatnya ketinggian dari suatu daerah Ketinggian dan kelembaban memiliki pengaruh yang besar

Atlikus tyrimą paaiškėjo, kad jauni žmonės, leidžiantys laiką gatvėje, labai dažnai pastebi savo „gerą“ ir „blogą“ elgesį ir žino, kaip jie „turėtų“ gyventi.. „

Pada gambar penampang daun tersebut, nomor 2 merupakan jaringan yang berfungsi untuk ..... Diproduksinya pigmen-pigmen terutama

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Maluku Tenggara Barat didirikan berdasarkan Keputusan Bupati Maluku Tenggara Barat Nomor 06 tanggal 2 Juli tahun