• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Mekanisme UKT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perubahan Mekanisme UKT"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Peduli Mahasiswa Kurang Mampu, UNAIR Canangkan Perubahan Mekanisme UKT

UNAIR NEWS – Sebentar lagi, gerbang menuju kampus idaman akan dibuka. Calon mahasiswa siap bersaing untuk memperebutkan jatah kursinya di Perguruan Tinggi (PT) yang diharapkan.

Berbagai persiapan telah dipertimbangkan sematang mungkin oleh pihak PT. Begitu juga dengan Universitas Airlangga (UNAIR).

Dalam jumpa pers sosialisasi SNMPTN, Rektor UNAIR Prof. Dr.

Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA mengatakan, UNAIR memiliki sedikit perubahan dalam mekanisme prosedur pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal).

“Secara nominal, UNAIR tidak ada perubahan, hanya saja mekanismenya yang sedang kita pelajari,” ujarnya di hadapan awak media di Ruang Rektor, pada Senin (16/1).

Berkaca pada banyaknya mahasiswa yang meminta keringanan UKT, Prof. Nasih mengungkapkan akan ada sedikit perubahan. “Kasus kita, ada mahasiswa yang dapat UKT 5. Namun di semester berikutnya minta keringanan, itu yang sedang kami pelajari.

Nah, kita sedang merancang prosedur untuk pembayaran di awal, jadi dalam bentuk sumbangan universitas. Tapi nanti UKT-nya jadi lebih ringan,” jelasnya.

Pertimbangan tersebut tercetus karena adanya perubahan kondisi ekonomi mahasiswa yang tak menentu. Kendati secara perhitungan menurun, namun menurut Prof. Nasih manfaatnya akan terasa secara sosial.

“Ya kan banyak mahasiswa yang ditengah jalan ditinggal orang tuanya, atau di PHK (Putus Hubungan Kerja,red). UNAIR tetap menjamin, bagi mereka yang tidak mampu juga akan kami pikirkan,” ujarnya. “Kita ingin teman-teman kita yang tidak

(2)

mampu juga bisa bersaing,” tambahnya.

Namun prosedur tersebut masih mengikuti respons dari masyarakat. Apabila masyarakat menanggapi dengan positif, bukan tidak mungkin hal tersebut akan terealisasi. Namun, apabila respons masyarakat negatif, maka UNAIR akan tetap mengacu pada prosedur pembayaran UKT sebelumnya.

Selain itu, terkait beasiswa bidik misi, Prof. Nasih menyerukan seluruh calon mahasiswa kurang mampu agar mendaftarkan diri pada program Bidikmisi. Kendati selama ini ada anggapan bahwa mahasiswa pelamar Bidikmisi yang tidak diterima di SNMPTN dan SBMPTN akan gagal. Namun, di UNAIR, m a h a s i s w a B i d i k m i s i l e w a t j a l u r m a n d i r i p u n a k a n dipertimbangkan.

“Jadi jangan khawatir tidak diterima di jalur SBMPTN atau SNMPTN, karena UNAIR juga mempertimbangkan Bidikmisi lewat jalur mandiri,” jelasnya. “Mereka yang kaya kan bisa les privat, manggil guru ke rumah untuk ngajari juga bisa jadi lolos SNMPTN itu sudah lumrah. Nah, yang tidak mampu ini harus kita pikirkan,” imbuhnya.

Terkait jumlah kuota penerimaan SNMPTN dan SBMPTN yang menurun, Prof. Nasih mengungkapkan bahwa pihaknya ingin lebih selektif dalam penerimaan calon mahasiswa baru. Menurutnya, hanya siswa yang punya potensi untuk masuk PT saja yang diterima.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih juga sempat memberikan komentar terkait penggunaan tes masuk PT menggunakan sistem CBT (Computer Based Test). Untuk tahun ini, kuota tes melalui CBT secara nasional berjumlah 30.000 peserta. Sedangkan, UNAIR akan menyediakan kuota tes CBT sekitar seribu peserta.

“Ke depan, CBT akan terus didorong. 30.000 itu masih gak sampai 5 persen dari total, itu kecil sekali. Oleh karena itu kita akan mendorong, kita mensupport penuh kebijakan itu,”

pungkasnya.(*)

(3)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.

Kuliah Dianggap ‘Sampingan’, Sermada Lulus Terbaik S-3 FISIP UNAIR

UNAIR NEWS – Menjadi dosen tetap di universitas yang berada diluar kota, sekaligus punya tanggungjawab untuk menyelesaikan perkuliahan jenjang doktoral di Universitas Airlangga, merupakan perjuangan tersendiri bagi Sermada Kelen Donatus.

Namun ia menganggap kesibukannya sebagai mahasiswa Doktoral di UNAIR ini sebagai “sampingan” semata.

Kendati hanya “sampingan”, tetapi Sermada berhasil menyelesaikan studi S-3 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan predikat wisudawan terbaik. Ia memperoleh IPK 3,92. “Saya berterima kasih kepada UNAIR, karena kegiatan

‘sampingan’ semacam ini dimungkinkan oleh UNAIR untuk program S-3,” kata laki-laki yang pernah menjadi Pastor Katolik di Jerman Selatan (selama libur perkuliahan) tahun 1990-1998.

Sermada adalah dosen tetap pengajar filsafat pada program sarjana dan master di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana, Malang. Sehari-hari, di program S-1 ia mengajar Filsafat Manusia, Filsafat Ketuhanan, Filsafat India, dan Filsafat Nusantara. Sedangkan untuk program S-2, ia mengajar Filsafat Perbandingan dan Filsafat Ilmu Pengetahuan.

Ia mengaku, perjuangannya untuk menyelesaikan studi S-3 di UNAIR ini cukup berat. Ia harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaannya itu.

(4)

“Usia saya yang tidak lagi muda, jarak antara tempat tinggal di Malang dengan UNAIR, keterbatasan finansial, transportasi angkutan umum, tuntutan lain yang banyak untuk program S-3 dan keterbatasan tenaga, waktu dan pikiran saya,” ujar laki-laki kelahiran Tenawahang, Flores, 27 Februari 1955 ini.

Namun akhirnya ia sangat bersyukur dapat merampungkan tanggungjawab studinya dan memperoleh predikat sebagai lulusan terbaik FISIP UNAIR. Pada studi S3 ini, Sermada memilih topik tesis seputar respon dinamis para penyelenggara sekolah Katolik terhadap kebijakan Inpres pendidikan dasar nasional Indonesia. Ia tuangkan topik itu dalam disertas berjudul

“Dinamika Respons Penyelenggara Sekolah Katolik Terhadap Kebijakan Inpres Pendidikan Dasar Nasional Indonesia – Suatu Studi Fenomenologi Pelaku Pendidikan di Kabupaten Flores Timur”.

“Judul itu saya ambil karena sebagai anak desa yang mengalami SD Katolik di wilayah Kab. Flores Timur. Saya meneropong secara ilmiah kemelut yang menimpa eksistensi SDK oleh karena penerapan program SD Inpres di wilayah itu oleh pemerintah Orde Baru,” katanya.

Setelah meraih gelar Doktor ini, Sermada akan tetap menjalani profesinya sebagai dosen. “Saya mau mendedikasikan diri dalam profesi ini untuk kepentingan pencerdasan manusia sampai saya dipanggil Tuhan,” katanya.

Ia juga berkeinginan untuk menulis artikel dan jurnal ilmiah, menulis buku ajar, dan menerjemahkan buku Filsafat dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia. (*)

Penulis: Binti Quryatul Masruroh Editor: Defrina Sukma

(5)

AHSI Kerahkan Jejaring Internasional Menyongsong Target WCU

UNAIR NEWS – Salah satu mimpi Universitas Airlangga adalah menjadi kampus bertaraf dunia. Hal itu ditangkap benar oleh Airlangga Health Science Institute (AHSI) yang juga siap bersaing di kancah global. Selama ini, Institute of Tropical Disease sebagai salah satu unit pendukung AHSI sudah berupaya keras untuk bisa melakukan riset berlevel internasional.

Harapannya, dengan AHSI, riset dan publikasi internasional bisa tergenjot naik.

“Ini merupakan kesempatan untuk saling melengkapi. Dengan terkoordinasinya unit-unit, kerjasama akan terasah dan tujuan dapat lebih mudah diraih,” kata Ketua ITD Prof. Maria Lucia Inge Lusida, M.Kes., Ph.D., dr., Sp.MK.

Di tempat terpisah, Sekretaris AHSI Dr. Achmad Chusnu Romdhoni, dr., Sp.THT-KL (K) mengutarakan, di luar negeri, ada banyak lembaga atau institusi yang setara AHSI. Dengan lembaga semacam itulah AHSI bisa menjalin mitra. Yang otomatis, unit- unit di bawahnya pun bisa ikut merajut kerjasama pula. Maka itu, kata lelaki yang biasa disapa Dhoni tersebut, keberadaan AHSI akan memudahkan riset dan publikasi internasional di ITD.

Lebih lanjut, para sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit UNAIR-Rumah Sakit Penyakit Tropik Infeksi, dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut pun sangat mungkin melakukan exchange ke luar negeri. Baik terkait penelitian, penambahan wawasan terkait layanan, juga sebagai media pendidikan dan pelatihan.

Sejauh ini, AHSI sudah menggariskan banyak target penelitian dan publikasi. Baik di level nasional maupun internasional.

Target-target itu selalu tercapai. Tinggal bagaimana mengembangkan dan melakukan hilirisasi pada penelitian dan

(6)

penemuan yang sudah dibuat itu.

“Yang jelas, kami ingin ikut memecahkan problem nasional, bahkan di ranah global. UNAIR wajib berpartisipasi. Karena, kampus ini memiliki modal yang mencukupi dan komponen penunjang yang memadai,” ujar Direktur AHSI Prof. Dr.

Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI., FINASIM. (*) Penulis: Rio F. Rachman

Editor: Defrina Sukma S

Manfaatkan Ilmu, Alumnus UNAIR Raup Puluhan Juta Tanpa Modal Sepeser pun

UNAIR NEWS – Muda, berani, dan sarat akan prestasi menggambarkan kesuksesan sosok Dewi Arum Muqqadimah. Di usianya yang baru menginjak 24 tahun, Alumnus Manajemen Pemasaran Universitas Airlangga angkatan 2010 ini memberanikan diri untuk memulai usaha tanpa modal uang sepeser pun.

Berlatar belakang keluarga yang gemar merajut, Dewi berinisiatif untuk mencoba memasarkan produk hasil karya tantenya, berupa barang – barang rajutan yang kebetulan sudah banyak tersedia di rumahnya.

Saat masih menjadi mahasiswa baru di UNAIR, Dewi memanfaatkan fitur Broadcast Message BBM dan mulai gencar memasarkan dagangan dari mulut ke mulut. Tak lama kemudian, respon positif berdatangan atas produk rajutan yang ia pasarkan.

Banyak pesanan yang ia terima dengan berbagai macam permintaan bentuk dan model rajutan seperti tas, sarung handphone (case),

(7)

tempat pensil bahkan sepatu. Untuk branding, Dewi memilih nama

“My Knitted Indonesia”.

Di awal pemasaran, Dewi masih sangat minim pengalaman dan pengetahuan tentang manajemen. Ia pun merasa kesulitan untuk menjual produknya ke pasar dagang. Selain itu, ia juga kesulitan dalam mengelola keuangan. Kendati demikian, ia tetap mencoba mengelola sendiri keuangan dari hasil omzet yang ia dapatkan untuk menambah jumlah produksi.

Manfaatkan kuliah

Berkesempatan menjadi mahasiswa Manajemen Pemasaran UNAIR tidak di sia-siakan oleh Dewi, ia banyak mendapat ilmu tentang manajemen keuangan, salah satunya adalah strategi pemasaran yang ia gunakan untuk memasarkan produknya.

Tak hanya itu, di setiap mata kuliahnya yang memuat mengenai presentasi produk, Dewi dengan bangga selalu mempresentasikan produk rajutannya, sekaligus untuk memperkenalkan produk rajutannya kepada teman-teman maupun dosennya. Selain itu, Dewi juga gemar mengikuti kompetisi Business Plan yang diadakan antar universitas di berbagai wilayah.

“Kami pernah sekelompok waktu kuliah mengikuti business plan di Yogyakarta dan semua dibiayai kampus. Alhamdulillah, kami peringkat ke-empat tingkat nasional,” tutur Dewi saat di wawancarai di Radio Unair.

Strategi pemasaran yang ia gunakan untuk mengenalkan produknya juga melalui pameran – pameran atau bazar yang diselenggarakan di dalam kampus maupun di luar kampus. Dewi selalu mengikuti pameran usaha kecil menengah di beberapa wilayah di Indonesia sebagai ajang untuk pengenalan produknya. Hasilnya, produk My Knitted Indonesia sudah tersebar di seluruh Indonesia.

“Justru kebanyakan orang – orang luar Jawa yang suka dengan produk rajutan ini. Karena kata mereka ini sangat unik dan indah, makannya produk saya ramai terbeli di daerah luar Jawa

(8)

sampai mereka rela menunggu untuk mendapatkan produk saya,”

tandasnya.

Lambat laun menjalani bisnis dengan berkuliah, Dewi mulai tergesit ide membuat sepatu rajut untuk orang dewasa. Mulanya, produk sepatu rajut yang ia produksi dikhususkan untuk anak – anak dan balita saja. Setelah mengobservasi beberapa tempat pembuatan sepatu dan mendapat ilmu dari ahlinya, Dewi mulai membuat produk sepatu rajut untuk dewasa dengan berbagai macam model. Dan sepatu rajutnya ini menjadi produk Best Selling di antara produknya yang lain.

Terkait prestasi, Dewi pernah mencapai peringkat ketiga di ajang wirausaha muda pemula berprestasi tingkat Jawa Timur (Jatim) oleh Dispora Jatim. Di tahun 2012, My Knitted Indonesia pernah dianugerahi Best Development Product Expo UNAIR dan peringkat lima besar Bussiness Plan Competition yang diadakan UII Yogyakarta. Masih banyak lagi prestasi yang sudah diukir Dewi untuk Produk Rajutannya tersebut.

Melalui kerja kerasnya, ia mampu menghasilkan omzet mencapai 20 juta per bulan. Dewi juga memiliki workshop rajut di daerah Ketintang Surabaya dan juga toko offline di ITC Mega Grosir Surabaya. Bahkan, ia juga sudah mendaftarkan My Knitted Indonesia pada Hak Paten Merk untuk SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Ke depan, ia berharap produknya bisa berkembang menjadi perusahaan besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Karena ia yakin, keunikan dari produk rajutannya memiliki nilai jual yang tinggi.(*)

Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila

(9)

Sekolah Pascasarjana Kumpulkan Dana Rp13 Juta untuk Korban Banjir Bima

UNAIR NEWS – Beratnya duka warga terdampak banjir Bima mengetuk pintu-pintu kepedulian. Bermula dari hati yang terketuk melihat warga terdampak Bima, Himpunan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana (HIMASEPA) Universitas Airlangga mengadakan Konser Amal Live Musik Akustik untuk menggalang dana. Kegiatan ini merupakan puncak dari penggalangan dana banjir Bima, Selasa (3/1).

Penggalangan dana dilakukan melalui donasi transfer, manual, dan konser amal. Dari hasil penggalangan dana, telah terkumpul donasi sebanyak Rp13.930.828,00 dan 35 kardus pakaian layak pakai yang siap dikirim.

Dimas Agung Trisliatanto selaku Ketua HIMASEPA mengatakan, proses penggalangan dana ini sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, tepatnya 26 Desember 2016, dan bekerjasama dengan universitas lain.

“Mulai tanggal 26 Desember 2016, seluruh panitia mengadakan rapat untuk kegiatan ini. Tidak menunggu lama, kami langsung melakukan aksi penggalangan. Kerja sama tidak hanya intra kampus, melainkan dengan universitas lain, salah satunya Insititut Teknologi Sepuluh Nopember,” jelas Dimas.

(10)

Prof Dr Sri Iswati SE., M.Si.,Ak membawakan lagu simponi yang indah dalam Konser Amal Live Musik Akustik untuk penggalangan dana banjir Bima. (Foto: Siti Nur Umami)

Satu orang akan membawa satu perubahan, tapi bersama-sama akan membawa banyak perubahan. Ungkapan itu disampaikan Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Sri Iswati SE., M.Si., Ak., yang turut hadir dalam acara musik akustik.

“Kepedulian bersama akan memberi manfaat banyak untuk korban banjir Bima,” tuturnya.

Alunan musik menggema di lobi depan gedung sekolah pascasarjana. Lagu cinta terbaik menjadi pembuka Konser Amal Live Musik Akustik. Tidak hanya mahasiswa yang menikmati, tetapi jajaran pimpinan dan pegawai turut meramaikan suasana.

Prof. Sri membawakan lagu berjudul Simfoni yang Indah sembari mendorong para penonton untuk berderma. Tak hanya itu, mahasiswa Pascasarjana pun turut menyumbangkan suaranya. Mulai dari lagu-lagu mancanegara seperti Love Yourself milik Justin Bieber hingga lagu bergenre pop lokal, seperti lagu Dia dari

(11)

Anji dengan diiringi petikan gitar.

Selanjutnya, hasil penggalangan dana itu akan segera disumbangkan kepada para warga terdampak banjir. Dimas menambahkan, pihaknya saat ini tengah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bima terkait penyaluran bantuan. (*)

Penulis : Siti Nur Umami Editor: Defrina Sukma S

Singkirkan Lawan Se-Jatim, UKM Tapak Suci UNAIR Raih Kemenangan

UNAIR NEWS – UKM Tapak Suci UNAIR kembali menorehkan prestasi. Kali ini delegasi UKM Tapak Suci UNAIR berhasil mengantongi predikat Juara I di ajang “Invitasi eLKISI Open 2016”. Kompetisi ini digelar di Pondok Pesantren Elkisi Mojokerto Jawa Timur pada tanggal 24 – 28 Desember 2016.

Kelima anggota Tapak Suci yang berlaga diantaranya Sarizqa Amalia Rasyida (Fakultas Vokasi), Kurnia Azizah (Fakultas Kedokteran Hewan), Sega Sagita Sari (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik), Nur Choiriyah (Fakultas Sains dan Teknologi) dan Erma Purnawanti (Fakultas Sains dan Teknologi). Erma, salah seorang anggota mengatakan bahwa Anggota Tapak Suci yang akan berlaga di kompetisi tersebut sudah mempersiapkan para anggotanya untuk berlatih dan menguatkan mental. Selama latihan anggota Tapak Suci dilatih langsung oleh pelatih mereka yakni Elok Koestanto

“Latihan yang sudah dipersiapkan selama ini adalah latihan

(12)

fisik seperti jogging, teknik pertandingan, penguatan mental tiap individu dan juga kebutuhan administrasi,” ungkap Erma.

Tim Tapak Suci UNAIR juga sempat mengalami kendala ketika sebelum bertanding, diantaranya yakni persiapan latihan yang cukup singkat dan kesulitan membagi waktu antara kuliah dan latihan. “kendala pada saat itu adalah perasaan cemas ketika hari bertanding, karena lawan – lawannya cukup berat” tutur Erma

Selain itu Erma juga menambahkan bahwa persiapan yang tidak boleh ditinggalkan yakni menjaga kestabilan berat badan untuk menjaga performa penampilan saat bertanding. (*)

Penulis : Pradita Desyanti Editor : Faridah Hari

Kaleidoskop Prestasi 2016:

Dari Vaksin Flu Burung, Festival Rujak Uleg, hingga Alumnus Berprestasi

Sivitas akademika Universitas Airlangga tak berhenti menorehkan prestasi bidang akademik maupun non akademik. Ada ratusan prestasi yang berhasil diraih oleh mahasiswa, dosen, unit kerja, maupun Universitas. Berikut kilasan prestasi sivitas akademika UNAIR sepanjang tahun 2016:

Januari:

Wakili UNAIR, Jadi Satu-satunya Mahasiswa S-1 di Ajang Ners Internasional

(13)

(Dari Kiri) Ferry Efendi, Ns., MSc,, Nusrotud Diana, Ni Kadek Dwi Kristiani, dan Lukman Handoyo pada Ajang The second Asian Congress in Nursing Education (ACINE). (Foto: Istimewa)

Tiga mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR berhasil menembus seleksi abstrak pada ajang The second Asian Congress in Nursing Education (ACINE) yang diadakan di National Cheng Kung university Taiwan pada 26-29 Januari 2016. Para delegasi UNAIR tesebut mampu bersaing dengan mahasiswa jenjang S-2 dan S-3 dari berbagai negara di dunia.

Selengkapnya baca di sini.

Februari:

(14)

Ksatria Airlangga Juarai Temu Ilmiah FoSSEI Jatim

Pito Budi Prasetyo dan Tim Sesaat Setelah Dinyatakan Sebagai Juara I (Foto: Istimewa)

Mahasiswa program studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), UNAIR berhasil mendapatkan juara I Call For Paper pada ajang TEMILREG (Temu Ilmiah Regional) Jatim yang bekerjasama dengan FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) di Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim, Malang (12/2).

Selengkapnya baca di sini.

Maret:

MM FEB UNAIR Raih Akreditasi Internasional ABEST21

(15)

(Kiri ke Kanan) Nuri Herachwati, Yusron Ihza Mahendra, Prof.

Fumio Itoh, Sri Gunawan, DBA dan Prof. Dian Agustia setelah penyerahan akreditasi ABEST21 kepada FEB UNAIR di Tokyo, Jepang (2/3) (Foto: Istimewa)

Rabu (2/3), program Magister Manajemen (MM) FEB UNAIR berhasil meraih akreditasi dari ABEST21 (The Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow, a 21st century organization).

Selengkapnya baca di sini.

Berkat Vaksin Flu Burung, UNAIR Raih Penghargaan PWI Jatim

Rektor Prof. Dr. H. M. Nasih, S.E., MT., Ak., MCA menerima penghargaan sebagai tokoh pendidikan terpilih dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Jawa Timur dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2016 dan HUT ke-70 PWI. Prestasi itu diberikan karena lembaga yang dipimpinnya dalam penelitiannya berhasil menemukan vaksin flu burung (Avian Influenza/AI), Rabu (30/3).

(16)

Selengkapnya baca di sini.

April:

Berbekal Ketekunan, Muhammad Rusdinal Singkirkan 600 Pesaing di Ajang Lomba Bisnis

Ketua BEM FEB UNAIR 2016, Muhammad Rusdinal Muslih Saat Menerima Penghargaan Dari Panitia (Foto: Istimewa)

Rusdinal Muslih, mahasiswa FEB, berhasil mendapatkan penghargaan di ajang kompetisi bisnis. Rusdinal berhasil menyingkirkan setidaknya 600 peserta lain dari seluruh Indonesia untuk bisa mendapatkan hadiah utama, Senin (11/4).

Selengkapnya baca di sini.

Mei:

Ju Jitsu UNAIR Sabet Medali di Dua Event Berturut-Turut

(17)

UKM Ju Jitsu pada event “Yogyakarta Super Grappler Submission Challenge 2016” yang diselenggarakan oleh Federasi Grappling Indonesia pada Sabtu, (21/5). (Foto: Istimewa)

Delegasi dari Unit Kegiatan Mahasiswa Ju Jitsu menang pada ajang “Yogyakarta Super Grappler Submission Challenge 2016”

pada Sabtu, (21/5). Setelahnya, mereka juga menyabet medali pada ajang “Han Fighting Champion”, Minggu (22/5).

Selengkapnya baca di sini.

Tim Psikologi UNAIR Juara Bertahan Festival Rujak Uleg

Tim Psikologi UNAIR kembali menjadi juara bertahan selama empat tahun berturut-turut Festival Rujak Uleg dalam rangka Hari Ulang Tahun Kota Surabaya, Minggu (29/5).

Selengkapnya baca di sini.

Juni:

RS UNAIR Raih Tingkat Paripurna dalam Akreditasi KARS

(18)

Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Selasa (7/6), merilis hasil akreditasi paripurna RS UNAIR, berdasarkan surat keputusan tertanggal 17 Mei. Tingkat paripurna merupakan tingkatan paling tinggi untuk penilaian sebuah rumah sakit.

Selengkapnya baca di sini.

UNAIR Raih Peringkat Keempat Kampus Terbaik di Indonesia

Foto Ilustrasi UNAIR NEWS

Quacquarelli Symonds (QS) University Rankings (UR), merilis hasil pemeringkatan UNAIR tahun 2017. UNAIR menduduki peringkat terbaik keempat se-Indonesia. Sedangkan, di skala Asia, UNAIR menempati urutan ke-190.

Selengkapnya baca di sini.

Juli:

Banggakan Almamater, UKM Panahan Kalungi Medali Perak Asean University Games

(19)

Della Adisty Handayani (kiri) dan Tiara Sakti Ramadhani (kanan) tengah berpose dengan medali perak di Asean University Games (AUG) 2016. (Foto: Istimewa)

Tiara Sakti Ramadhani (FISIP) dan Della Adisty Handayani (FEB) adalah dua anggota UKM Panahan UNAIR berhasil membawa pulang medali perak pada ajang ASEAN University Games 2016, Minggu (19/6).

Selengkapnya baca di sini.

Agustus:

UNAIR Raih Juara III PIMNAS Ke-29

(20)

Diantara tim PKM UNAIR ketika menerima piala oleh Sekjen Dikti dan Rektor IPB, Kamis malam. (Foto: Bambang ES)

Dalam acara penutupan PIMNAS ke-29, Kamis (11/8), tim UNAIR berhasil meraih juara III dengan perolehan 8 medali emas, 3 perak, dan 1 perunggu.

Selengkapnya baca di sini.

Mahasiswa UNAIR Raih ‘Best Presenter’ Mawapres Nasional

Amal Arifi Hidayat, mahasisiwa Fakultas Kedokteran, menyabet predikat ‘Best Presenter’ dalam seleksi mahasiswa berprestasi nasional, Selasa (16/8).

Selengkapnya baca di sini.

September:

Atlet UNAIR Raih 47 Medali untuk Jatim di ajang PON XIX

(21)

Janis Rosalitas Suprianto (tengah) mahasiswa Sastra Inggris UNAIR sesaat setelah pemberian medali pada PON XIX. (Foto:

Istimewa)

Gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat pada 1 7 - 2 9 S e p t e m b e r 2 0 1 6 , 2 3 m a h a s i s w a U N A I R b e r h a s i l menyumbangkan 17 medali emas, 15 perak dan 15 perunggu dari berbagai cabang olahraga, untuk provinsi Jatim.

Selengkapnya baca di sini.

Oktober:

Dua Jurnal Sukses Raih Akreditasi DOAJ

(22)

Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., selaku ketua Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJI) UNAIR.

(Foto: Alifian Sukma)

Dental Journal dari Fakultas Kedokteran Gigi, dan Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease (IJTID) dari Institute of Tropical Disease (ITD) memperoleh akreditasi dari Directory of Open Access Journals (DOAJ), salah satu lembaga pengindeks reputasi jurnal dunia. Dental Journal memperoleh akreditasi pada 8 Juli, sedangkan IJTID pada 30 September.

Selengkapnya baca di sini.

November:

Alumnus Ilmu Sejarah UNAIR Raih Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa

Azis Mana, alumnus prodi lmu Sejarah UNAIR menyabet penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2016, berhasil lolos dalam penjurian ajang sastra bergengsi melalui kumpulan puisinya yang bertajuk Playon.

(23)

Selengkpanya baca di sini.

Badri Munir Sukoco Raih Penghargaan Alumnus Berprestasi di Taiwan

Badri Munir Sukoco. (Foto: Defrina Sukma S)

Badri Munir Sukoco, Ph.D., akademisi FEB, mendapatkan penghargaan Outstanding Young Alumni Award (OYAA) dari NCKU, Taiwan. Sebelumnya, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan itu juga menerima penghargaaan Outstanding Professor dari universitas yang sama bulan Agustus.

Selengkapnya baca di sini.

Desember:

Delegasi Fakultas Hukum Juarai Kompetisi Peradilan Semu nasional

(24)

Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, menerima tim dari Fakultas Hukum (FH), Universitas Airlangga (UNAIR), yang berhasil menjadi juara umum dalam acara National Moot Court Competition yang diselenggarakan oleh FH Universitas Indonesia. (Foto: Alifian Sukma)

20 mahasiswa yang bergabung dalam tim dari Fakultas Hukum, berhasil menjadi juara umum dalam acara National Moot Court Competition yang diselenggarakan FH Universitas Indonesia, Minggu (4/12).

Selengkapnya baca di sini.

Penyusun: Faridah Hari

(25)

‘Oksigen Hiperbarik’

Potensial Menjadi Terapi HIV/AIDS

U N A I R N E W S – I n o v a s i p e n g o b a t a n p e n y a k i t H u m a n Immunodeficiency Virus (HIV) terus berkembang. Jika selama ini pengobatan HIV hanya mengandalkan obat antiretroviral (ARV), metode terapi penyakit tersebut kini mengarah pada perbaikan sistem imunitas.

Konsumsi ARV secara terus menerus sebenarnya justru berdampak

‘toksik’ dalam tubuh penderita. Hal itu diungkapkan Retno Budiarti, dr., M.Kes dalam disertasinya berjudul Mekanisme Hambatan Replikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam Biakan Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMC) pada Kondisi Hiperoksia Hiperbarik. Disertasinya berhasil dipertahankan dalam ujian doktor terbuka, di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Selasa (27/12).

Menurutnya, diperlukan novel therapy untuk mengatasi infeksi tersebut. Yaitu, melalui strategi pemberian terapi yang secara aman dapat menghilangkan virus residu dalam tubuh penderita melalui peningkatan respon imun terhadap HIV untuk menekan replikasi virus. Harapannya, terapi itu dapat mengurangi kebutuhan obat-obatan ARV.

Seperti diketahui, HIV merupakan retrovirus penyebab AIDS yang telah menginfeksi jutaan orang di dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, tahun 2013 diperkirakan 35,5 juta orang hidup dengan HIV/AIDS dan hingga tahun 2013 sebanyak 1,5 juta orang meninggal dengan penyakit yang terkait AIDS.

Sejak pandemik, infeksi HIV-1 berlangsung lebih dari 25 tahun, transmisi HIV tetap berlangsung dan sebanyak 16 ribu jiwa terinfeksi baru setiap harinya. Sementara itu, saat ini

(26)

pengobatannya HIV/AIDS masih bergantung pada obat ARV untuk menekan jumlah virus dalam tubuh, mencegah penularan, serta meningkatkan harapan hidup. Dampaknya, keharusan mengonsumsi ARV seumur hidup seringkali menimbulkan efek psikologis, depresi dan seringkali bersifat toksik.

Dalam penelitiannya kali ini, perempuan kelahiran Februari 1974 itu mengembangkan terapi adjuvant untuk HIV/AIDS melalui pendekatan berbasis molekuler menggunakan terapi oksigen hiperbarik. Oksigen hiperbarik merupakan suatu terapi dengan cara memberikan oksigen seratus persen dalam ruangan tertutup (isolated chamber) pada tekanan lebih dari satu atmosphere absolute (ATA).

Retno terlebih dulu membuat biakan sel terinfeksi, sebelum dilakukan pemberian oksigen hiperbarik. Proses menginfeksinya sendiri dilakukan dengan melakukan co-culture biakan PBMC orang sehat dengan stok virus HIV-1/MT4 yang terdapat di laboratorium Bio Safety Level-3, Institute of Tropical Disease.

Salah satu sel yang menjadi target sasaran virus adalah limfosit T CD4. Sel ini berperan mengontrol respon imun saat terjadi infeksi HIV. Kenaikan HIV sendiri ditandai dengan penurunan jumlah maupun fungsi dari sel ini.

Berdasarkan prinsip HIV yang sifatnya menyerang sistem imun, maka diharapkan pemberian terapi oksigen hiperbarik dapat menghambat replikasi HIV. Terapi itu berhasil. Riset ini membuktikan, pemberian oksigen seratus persen pada tekanan 2,5 ATA pada penderita HIV/AIDS menunjukkan peningkatan T CD4 dan memperbaiki kondisi fisik penderita.

“Temuan baru dari penelitian ini bahwa pemberian oksigen hiperbarik yang diberikan dalam periodik tertentu secara signifikan dapat menurunkan jumlah antigen p24 HIV-1,”

ungkapnya.

Retno mengatakan, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan

(27)

menggunakan objek binatang yang memiliki reseptor terhadap HIV. Sebab, respon imun terhadap paparan oksigen hiperbarik dapat melibatkan sistem yang lebih kompleks seperti sumsum tulang belakang, maupun kelenjar getah bening.

Meskipun pada kenyataannya problem HIV/AIDS begitu kompleks, namun Retno optimis ingin melanjutkan penelitiannya tersebut.

“Meskipun temuan saya kali ini belum mampu menyelesaikan problem HIV, namun saya ingin ikut berperan mencarikan solusi demi kemaslahatan manusia. Jika ada kesempatan, saya akan kembali melanjutkan penelitian ini dengan mengajak kerjasama para pakar HIV, maupun pakar oksigen hiperbarik,” ungkap Retno yang melakukan penelitian selama 18 bulan. (*)

Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S

Sempat Tak Direstui Ibunda, Karir Model Cantik Asal FH Semakin Bersinar

UNAIR NEWS – Berangkat dari keinginan yang kuat sejak kecil untuk menjadi model, kini, prestasi Ayu Maulida dalam dunia modeling semakin bersinar. Berbagai prestasi di bidang model telah diraih mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, tahun angkatan 2015 ini.

Dalam perjalanan karir modelnya, Ayu kerap kali mengikuti event bergengsi seperti Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week. Ia juga sempat menjadi salah satu Brand Ambassador salah satu klinik kecantikan dan menjadi icon

(28)

Surabaya Fashion Parade.

“Salah satu kerjaan yang buat aku prestasi adalah saat spring/summer. Saya jadi icon Tangs Plaza Singapore,” ujar Ayu.

Tercatat, Ayu pernah memperoleh juara I lomba yang diadakan salah satu klinik kecantikan di Surabaya ketika masih duduk di kelas IX SMP. Ia juga termasuk model yang dipilih desainer Biyan untuk acara “Biyan 30th Anniversary” ketika duduk di kelas X SMA.

Tak dapat dipungkiri, bakat Ayu di bidang model telah terlihat sejak masih usia SD. Ia pernah memperoleh juara ll Lomba Model Hijab Sanggarwati ketika masih kelas V SD.

“Dari kecil aku itu pingin banget jadi model. Jadi artis tapi rasanya gak mungkin. Apalagi waktu kecil aku itu tomboy, meskipun aku menyadari bahwa kalau aku tetep punya sisi feminin. Lagian aku kayanya juga gak bakal bisa jadi model karena basic keluargaku juga bukan model, apalagi mama yang muslimnya ketat sekali,” tutur alumnus SMA Trimurti, Surabaya ini.

Sempat tak dapat restu ibu

Tak bisa dipungkiri, sebelum karir Ayu seperti saat ini, ia sempat dihadapkan dengan perasaan ragu lantaran latar belakang keluarganya yang bukan dari kalangan model. Ditambah lagi, ibunya yang memiliki background agama sangat kuat, membuat dirinya semakin tidak yakin untuk dapat terjun ke dalam dunia modeling.

“Seiring berjalannya waktu, saya sering mendapat tawaran tak terduga dari beberapa agency model yang meminta saya untuk bergabung dalam agency tersebut,” tambah gadis dengan tinggi badan 178 cm ini.

Berkat beragam prestasi yang diraih Ayu, orang tua memberikan

(29)

respon positif karena Ayu mampu menunjukkan kesungguhannya dalam dunia model. Meski demikian, ayu tidak pernah mengesampingkan kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia yang masih semester tiga tetap bijak membagi waktu antara kuliah dan karir.

Mimpi tidak akan menjadi realita tanpa adanya pengorbanan dan perjuangan. Kalimat tersebut rasanya sangat tepat untuk mewakili sepak terjang Ayu dalam karirnya selama ini. (*) Penulis : Pradita Desyanti

Editor : Binti Q. Masruroh

Membagi Waktu antara Kuliah dan Latihan, Ini Cerita Penyelam UNAIR

UNAIR NEWS – Menjadi mahasiswa sekaligus atlet yang berprestasi bukan hal mudah. Terlebih, seorang atlet biasanya dihadapkan pada kegiatan atau kewajiban bernama latihan. Kali ini, Febrina Gladys Elvira, mahasiswa program studi S-1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, atlet selam ini bercerita tentang pengalamannya cara membagi waktu antara kuliah dan latihan.

Gadis yang akrab disapa Vira ini akhirnya dapat menyesap

‘aroma’ air setelah sempat vakum selama kurang lebih setahun karena jadwal kuliah yang tidak dapat disiasati. Meskipun terkadang jam pulang kuliah dapat dikatakan ‘mepet’ dengan jam latihan, hal itu tidak mengurungkan niat Vira untuk dapat berlatih lagi. Beruntungnya Vira karena ia memiliki pelatih yang mengerti kesibukannya sehingga ia mendapat dispensasi

(30)

ketika ia harus datang terlambat.

“Tahun 2015 benar-benar nggak bisa disiasati karena pulang kuliahnya setengah 8 malam, sedangkan tempat latihanku jam 7 malam udah selesai. Oleh karena itu aku off latihan. Tahun 2016 ini, aku bisa menyesuaikan jam latihan karena pulang kuliah jam 5 sore, meskipun terbilang mepet tetapi karena sudah setahun off, jadi ingin ‘main’ air lagi. Untungnya, pelatihku ngasih aku ijin telat karena beliau tahu kalau jam 5 itu macet-macetnya jalan, jadi aku tetep bisa latihan meskipun malam,” ungkap mahasiswa tahun angkatan 2015.

Selama berlatih, atlet yang tergabung dalam salah satu klub renang ini menghabiskan waktu selama 2 jam latihan air ditambah 1 jam latihan darat. Apabila akan mengikuti kompetisi, waktu latihan air ditambah 30 menit.

Febrina Gladys Elvira ketika meraih penghargaan dalam kompetisi Pekan Olahraga Pelajar Provinsi Jawa Timur. (Foto:

Istimewa)

Sederet prestasi yang pernah ditorehkan Vira antara lain

(31)

medali perunggu pada Kejuaraan Nasional 2012 di Gelora Bung Karno, Jakarta. Tahun 2013, Vira berhasil membawa pulang 1 emas Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (Porprov) di Kertosono, Jawa Timur. Tahun 2014, Vira berhasil menyabet 4 emas Porprov di Ponorogo. Yang paling baru yakni 2016, Vira mendapat 1 emas, 2 perak, dan 2 perunggu pada kompetisi Gubernur Cup se- Indonesia.

Perempuan yang mengidolakan perenang Pricillia Gunawan dan Angeline Soegianto ini berharap, tahun 2020 nanti dirinya dapat membawa pulang medali emas di Pekan Olahraga Nasional dan bisa bertanding di kejuaraan di luar negeri. (*)

Penulis : Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

Supardjo,B.A 810,5 MPLPG SMA Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMA.Dominikus Wonosari 1254 5927 Kab.. ENDRA KARDIYANA 1.568 L SMK Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMK

Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Fuzzy Inference System Mamdani yang telah dioptimasi dengan algoritme genetika dapat diterapkan dalam menentukan lama waktu

Penerapan dari parallel genetic algorithm untuk penyusunan bahan makanan keluarga yang anggotanya terdapat penderita hiperkolesterolemia pada penggunaan parameter metode

dan iterasi local search maka semakin memberikan peluang yang lebih besar mendapatkan solusi yang lebih baik namun disisi lain dibutuhkan waktu yang lebih lama dalam

Sediaan sabun cair antikeputihan kombinasi ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Corr.) dengan biji buah papaya (Carica Semen, L) memiliki aktivitas

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi

Kondisi yang terjadi pada saat terjadinya inspection periodic misalnya pada vane segment 2 ketika combustor++ inspection vane segment 2 yang mengalami failure diganti dengan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..