• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah quasi eksperimental pendekatan randomized pretest posttest control group design.63

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Juli 2021 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

C. POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian adalah pasien yang dilakukan prosedur WSD di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta pada bulan Juli 2021 sampai dengan sampel terpenuhi.

D. PEMILIHAN SAMPEL

Penentuan sampel penelitian dengan cara consecutive sampling. Consecutive sampling merupakan jenis non probability terbaik, dan merupakan cara yang paling mudah. Pada consecutive sampling, setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Penentuan kelompok kontrol yaitu urutan pasien dengan nomor ganjil dan kelompok perlakuan yaitu urutan pasien dengan nomor genap.

E. BESAR SAMPEL

Besar sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus untuk penelitian uji klinis dua kelompok berpasangan adalah sebagai berikut :

n1 = n2 = 2 (Zα + Zβ)s 2 x1-x2 n : Besar sampel

zα : Kesalahan tipe I jika α = 5%, maka zα = 1,960

(2)

zβ : Kesalahan tipe II jika β = 20%, maka zβ = 0,842

S : Simpang baku kedua kelompok untuk penilaian skor kecemasan.

Simpang baku penilaian skor kecemasan dari penelitian Clond et al pada tahun 2016 yaitu 0,2510

x1-x2 : Perbedaan yang diingankan dari skor kecemasan pada perlakuan tersebut adalah 0,4.

Dari rumus besar sampel diatas, maka besar sampel masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:

Jumlah sampel dibulatkan menjadi 13 subjek. Perkiraan jumlah subjek yang drop out adalah 10%, sehingga jumlah sampel dari rumus diatas ditambah 10%

dari 13 yaitu 1,3 dibulatkan menjadi 2 tambahan. Total jumlah subjek penelitian untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol yaitu 15 sampel.

F. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI 1. Kriteria Inklusi :

a. Pasien paru yang akan dilakukan tindakan WSD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dalam perawatan medis

b. Bersedia mengikuti penelitian dengan mendatangani informed consent c. Umur ≥ 18 tahun

d. Dapat membaca dan menulis

e. Pasien dengan indikasi WSD akut dan elektif (pneumotoraks spontan, efusi pleura, hematotoraks, empyema, dan hidropneumotoraks).

2. Kriteria Ekslusi :

a. Menggunakan obat anti cemas.

b. Pasien dengan penurunan kesadaran.

c. Pasien dengan tanda-tanda syok (hipovolemik) dan syok sepsis.

d. Pasien dengan tension pneumotoraks.

n1 = n2 = 2 (Zα + Zβ)s 2 = 2 (1,96 + 0,842).0,252 = 12,78 x1-x2 0,4

(3)

e. Kondisi hemodinamik tidak stabil yaitu tekanan darah sistolik <100 mmHg, laju pernapasan >22 kali/menit, dan nadi <60 atau >100 kali/menit.

f. Gangguan pendengaran yang menghalangi komunikasi verbal.

g. Gangguan kognitif atau kejiwaan yang didapatkan dari riwayat sebelumnya dan anamnesis kejiwaan dari bagian psikiatri.

3. Kriteria Diskontinyu :

a. Pasien yang tidak dapat atau sulit menerima sugesti saat dilakukan suggestibility test pada tahapan hipnosis.

b. Pasien merasa tidak nyaman dan adanya keluhan saat dilakukan hipnoterapi.

c. Ditemukan komplikasi saat tindakan WSD yang menyebabkan pasien tidak dapat menyelesaikan prosedur WSD.

G. VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah perlakuan berupa hipnoterapi.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah : a. Kecemasan

b. Nyeri

c. Tekanan darah d. Laju pernapasan e. Nadi

H. DEFINISI OPERASIONAL DAN VARIABEL PENELITIAN 1. Keefektifan

Keefektifan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keberhasilan. Keefektifan pada judul penelitian ini diartikan sebagai

(4)

keberhasilan hipnosis dalam mengontrol kecemasan, dan nyeri pada tindakan WSD.

Untuk penelitian ini

a. Cemas dinilai perbaikan apabila didapatkan perbaikan skor skala ringan ataupun sedang.

b. Nyeri dikatakan perbaikan apabila didapatkan penurunan skor nyeri berdasarkan visual analog scale.

2. Water sealed drainage

Tindakan pemasangan chest tube pada rongga pleura melalui sayatan pada sela iga untuk mengeluarkan udara, cairan, atau keduanya dari rongga pleura. Tindakan WSD dilakukan dengan menggunakan torax cathether oleh peneliti. Tindakan WSD dilakukan pada kasus elektif, contohnya pneumotorak, hematotorak, cylotorak, efusi pleura, dan empiema torak.

Tindakan WSD tidak dilakukan pada pasien dengan tension pneumotoraks, penurunan kesadaran, tanda-tanda syok, dan syok sepsis. Tindakan WSD dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh dan hemodinamik yang stabil dengan tekanan darah sistolik > 100 mmHg, laju pernapasan < 22 kali/menit, dan nadi 60-100 kali/menit. Persiapan standar pada tindakan WSD meliputi persiapan alat dan edukasi mengenai tindakan WSD meliputi pengertian, cara kerja, alasan dilakukan tindakan, prosedur tindakan, komplikasi yang mungkin terjadi, dan evaluasi yang dilakukan setelah tindakan. Tindakan WSD menggunakan anestesi local yaitu lidocaine 2%

sebanyak 3-5 ampul yang disuntikkan pada jaringan subcutis dan otot pada area yang akan dilakukan pemasangan WSD.

3. Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah proses induksi yang diikuti oleh beberapa urutan sugesti, sehingga mampu merubah observasi umum dalam pengalaman subjektif (seperti perubahan sensasi, persepsi, emosi, pikiran, atau perilaku).

Hipnoterapi jangka pendek dilakukan dengan teknik pengkondisian sensory-imagery sebelum dilakukan tindakan WSD. Tanda terhipnosis yaitu santai, mata menutup, kelopak mata bergetar, bola mata bergerak-gerak,

(5)

relaksasi sempurna secara fisik, pada tahap trance ringan ditandai kelopak mata tidak bisa dibuka lagi, katalepsi tungkai dan lengan.

4. Cemas

Cemas adalah kondisi tidak menyenangkan yang bersifat emosional, sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat atau akan terjadi. Hospital anxiety and depression scale atau skala kecemasan dan depresi rumah sakit bertujuan untuk memberikan alat bantu yang dapat diterima, dipercaya, valid, dan mudah bagi para klinisi untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi kecemasan dan depresi.

Alat ukur : Kuesioner HADS

Cara pengukuran : Pertanyaan HADS diisi sendiri oleh penderita untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi kecemasan dan depresi. Hospital anxiety and depression scale terdiri dari 14 pernyataan yang dibagi menjadi 2 subskala, yaitu untuk menilai kecemasan (7 pernyataan) dan depresi (7 pernyataan), yang mana penderita menggolongkan masing-masing pernyataan dalam 4 skala nilai, dari nilai 0 (tidak sama sekali) sampai nilai 3 (sangat sering). Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan adanya permasalahan. Jawaban pasien dijumlahkan secara terpisah, yaitu penilaian untuk kecemasan dan penilaian untuk depresi, dengan jumlah minimum dan maksimum adalah 0 dan 21 untuk masing-masing skala. Titik potong yang direkomendasikan yaitu lebih dari 16 menyatakan kasus berat, titik potong 11-15 merupakan kasus sedang, titik potong 8-10 merupakan kasus ringan, dan kurang dari 7 bukan merupakan suatu kasus kecemasan atau depresi.

Pengukuran skor kecemasan (HADS) dilakukan sebelum pasien menjalani prosedur tindakan WSD, sesaat setelah prosedur tindakan WSD dilakukan, dan satu jam setelah pasien menjalani prosedur tindakan WSD dan dalam kondisi stabil.

Satuan : -

Skala data : Rasio

(6)

5. Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Alat ukur : Skala VAS

Cara pengukuran : Visual analogue scale adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan rentangan makna.

Cara penilaian skala nyeri adalah pasien menandai sendiri dengan pensil pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala tersebut.

Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan pasien.

Pengukuran skor nyeri VAS dilakukan sebelum pasien menjalani tindakan WSD, setelah pasien terhipnosis, saat menjalani tindakan WSD, dan setelah tindakan WSD.

Satuan : mm

Skala data : Rasio 6. Laju pernapasan

Laju pernapasan adalah jumlah frekuensi pernapasan dalam semenit.

Alat ukur : -

Cara pengukuran : Laju pernapasan dinilai menggunakan perhitungan manual. Laju pernapasan diukur saat istirahat (sebagai baseline). Laju pernapasan normal orang dewasa berkisar antara 12-20 kali/menit.

Pengukuran laju pernapasan dilakukan sebelum pasien menjalani tindakan WSD, setelah terhipnosis, dan setelah pasien menjalani tindakan WSD dan kondisi stabil.

Satuan : Kali/Menit Skala data : Rasio

(7)

7. Denyut nadi

Denyut nadi adalah jumlah frekuensi kontraksi jantung dalam semenit yang menimbulkan denyutan disepanjang arteri.

Alat ukur : Pulse Oxymetri

Cara pengukuran : Denyut nadi dinilai menggunakan pulse oxymetri yang digunakan pada salah satu jari tangan. Denyut nadi normal berkisar antara 60-100 kali/menit. Denyut nadi < 60 kali/menit tergolong bradikardia.

Denyut nadi diatas 100 kali/menit tergolong takikardia. Pengukuran denyut nadi dilakukan sebelum pasien menjalani tindakan WSD, setelah terhipnosis, dan 10 menit setelah pasien menjalani prosedur tindakan WSD dan kondisi stabil.

Satuan : Kali/menit

Skala data : Rasio

8. Tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa dari jantung ke seluruh tubuh.

Alat ukur : Sfigmomanometer (tensimeter)

Cara pengukuran : Tekanan darah dinilai menggunakan sfigmomanometer (tensimeter) yang digunakan pada salah satu tangan.

Tekanan darah yang normal adalah berkisar antara 90 mmHg sampai 120 mmHg untuk tekanan sistolik sedangkan untuk tekanan diastolik adalah sekitar 60 mmHg sampai 80 mmHg. Tekanan darah dibawah 90/60 mmHg dikategorikan sebagai hipotensi sedangkan tekanan darah diatas 140/90 mmHg sudah dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum pasien menjalani tindakan WSD, setelah terhipnosis, dan setelah pasien menjalani prosedur tindakan WSD dan kondisi stabil.

Satuan : mmHg

Skala data : Rasio

(8)

I. INSTRUMEN PENELITIAN Alat dan bahan penelitian terdiri dari:

1. Isian data pribadi

2. Torax catheter dan sarana penunjang water sealed drainage 3. Hypnoscoop, hypnodisc, atau pendulum

4. Kuesioner HADS 5. Skala VAS nyeri

6. Pulse Oxymetri merk Ellitech

7. Sfigmomanometer (tensimeter) merk Reister

J. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

1. Pasien yang datang ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang terdiagnosis penyakit paru dan akan dilakukan tindakan WSD. Pasien sebagai subjek penelitian diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian.

2. Semua subjek penelitian dijelaskan mengenai edukasi standar tindakan WSD.

3. Subjek penelitian yang bersedia ikut dalam penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

4. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi diberikan edukasi dan mengisi data pribadi.

5. Subjek penelitian dibagi dua secara purposive sampling dikelompokan menjadi kelompok perlakuan dan kontrol.

6. Subjek penelitian yang telah dijelaskan mengenai edukasi standar pada pelaksanaan WSD dilakukan penilaian awal. Penilaian awal cemas menggunakan kuesioner Hospital anxiety and Depression Scale (HADS), nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS) nyeri, pengukuran tekanan darah, laju respirasi, dan nadi. Penilaian awal dilakukan di ruang tindakan.

7. Kelompok perlakuan dilakukan hipnoterapi oleh peneliti didampingi hipnoterapis setelah penilaian awal terhadap cemas dan nyeri di ruang tindakan setelah persiapan standar lainnya. Subjek penelitian dipastikan dalam kondisi terhipnosis saat akan dilakukan tindakan WSD.

(9)

8. Kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan hanya mendapat persiapan WSD standar.

9. Dilakukan tindakan WSD dengan operator WSD yaitu peneliti dengan menggunakan anestesi lokal lidocaine HCl 2% sebanyak 3-5 ampul.

10. Penilaian kedua nyeri, pengukuran tekanan darah, laju pernapasan, dan nadi dilakukan pada saat tindakan WSD, dan cemas dilakukan sesaat setelah prosedur tindakan selesai dilakukan.

11. Penilaian ketiga cemas, nyeri, pengukuran tekanan darah, laju pernapasan, dan nadi dilakukan setelah tindakan WSD selesai dan kondisi pasien stabil.

12. Menganalisis hasil secara statistik.

K. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Intervensi Hipnoterapi

Hipnoterapi secara garis besar prosesnya terdiri dari 6 tahap yaitu pre induksi, induksi, depth level test, post hynotic sugestion, terminasi, post hypnotic, sesi hipnoterapi dilaksanakan antara 30 menit sampai 1 jam. Kelompok perlakuan diberi hipnoterapi dengan prosedur induksi cepat, progresif induksi atau progresif induksi lengkap tergantung pada kondisi pasien.

Teknik hipnoterapi yang digunakan pada pasien yang akan dilakukan tindakan WSD berupa pengkondisian sensory-imagery. Penggunaan hipnoterapi pada WSD menggunakan tiga wilayah target yaitu :

Komponen ansietas : pasien dibimbing memasuki keadaan hipnotik dan menggunakan imajinasi mereka untuk menghasilkan relaksasi menyeluruh untuk mengurangi kecemasan.

Komponen nyeri : pasien dibimbing dalam keadaan hipnotik untuk menghasilkan penanaman sugesti bahwa bronkoskopi merupakan tindakan yang tidak menyakitkan.

Hipnoterapis telah mendapat sertifikasi sebagai hipnoterapis sehingga untuk prosedur menjadi standar dan telah menjalani interater agreement.

Penilaian keberhasilan hipnosis masuk dalam keadaan trans menjadi seragam karena penilaian dilakukan secara objektif berdasarkan observasi standar yang telah ditetapkan. Tanda terhipnosis yaitu santai, mata menutup, kelopak

(10)

mata bergetar, bola mata bergerak-gerak, relaksasi sempurna secara fisik, pada tahap trance ringan ditandai kelopak mata tidak bisa dibuka lagi, katalepsi tungkai dan lengan.

2. Penilaian kecemasan

Penilaian kecemasan dinilai menggunakan skala Hospital anxiety and depression scale (HADS) yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi kecemasan dan depresi. Pertanyaan HADS diisi sendiri oleh penderita untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi kecemasan dan depresi. Hospital anxiety and depression scale terdiri dari 14 pernyataan yang dibagi menjadi 2 subskala, yaitu untuk menilai kecemasan (7 pernyataan) dan depresi (7 pernyataan), yang mana penderita menggolongkan masing-masing pernyataan dalam 4 skala nilai, dari nilai 0 (tidak sama sekali) sampai nilai 3 (sangat sering). Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan adanya permasalahan. Jawaban pasien dijumlahkan secara terpisah, yaitu penilaian untuk kecemasan dan penilaian untuk depresi, dengan jumlah minimum dan maksimum adalah 0 dan 21 untuk masing-masing skala. Titik potong yang direkomendasikan yaitu lebih dari 16 menyatakan kasus berat, titik potong 11-15 merupakan kasus sedang, titik potong 8-10 merupakan kasus ringan, dan kurang dari 7 bukan merupakan suatu kasus kecemasan atau depresi. Pengukuran skor kecemasan (HADS) dilakukan sebelum pasien menjalani prosedur tindakan WSD, sesaat setelah prosedur tindakan WSD dilakukan, dan satu jam setelah pasien menjalani prosedur tindakan WSD dan dalam kondisi stabil.

3. Penilaian nyeri

Penilaian nyeri dilakukakn dengan menggunakan VAS. Visual analogue scale adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan rentangan makna. Cara penilaian skala nyeri adalah pasien menandai sendiri dengan pensil pada nilai skala yang

(11)

sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala tersebut. Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan pasien. Skala VAS diukur pada saat sebelum diberikan hipnoterapi, pada saat dilakukan tindakan, dan setelah tindakan WSD.

4. Penilaian Laju Pernapasan

Laju pernapasan adalah jumlah frekuensi pernapasan dalam semenit.

Laju pernapasan dinilai menggunakan perhitungan manual. Laju pernapasan diukur saat istirahat (sebagai baseline). Laju pernapasan normal orang dewasa berkisar antara 12-20 kali/menit. Penilaian laju pernapasan diukur pada saat sebelum diberikan hipnoterapi, pada saat dilakukan tindakan, dan setelah tindakan WSD.

5. Penilaian Denyut nadi

Denyut nadi adalah jumlah frekuensi kontraksi jantung dalam semenit yang menimbulkan denyutan disepanjang arteri. Denyut nadi dinilai menggunakan pulse oxymetri yang digunakan pada salah satu jari tangan.

Denyut nadi normal berkisar antara 60-100 kali/menit. Denyut nadi < 60 kali/menit tergolong bradikardia. Denyut nadi diatas 100 kali/menit tergolong takikardia. Penilaian denyut nadi diukur pada saat sebelum diberikan hipnoterapi, pada saat dilakukan tindakan, dan setelah tindakan WSD.

6. Penilaian tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah dinilai menggunakan sfigmomanometer (tensimeter). Tekanan darah yang normal adalah berkisar antara 90 mmHg sampai 120 mmHg untuk tekanan sistolik sedangkan untuk tekanan diastolik adalah sekitar 60 mmHg sampai 80 mmHg. Tekanan darah dibawah 90/60 mmHg dikategorikan sebagai hipotensi sedangkan tekanan darah diatas 140/90 mmHg sudah dikategorikan

(12)

sebagai tekanan darah tinggi atau hipertensi. Penilaian tekanan darah diukur pada saat sebelum diberikan hipnoterapi, pada saat dilakukan tindakan, dan setelah tindakan WSD.

L. ETIKA PENELITIAN

Peneliti akan mengajukan persetujuan penelitian ke Komite Etika PenelitianKesehatan (KEPK) RSUD Dr. Moewardi sebelum dilakukan penelitian. Setiap subjek penelitian diberikan penjelasan yang benar dan terperinci tentang tujuan dan manfaat penelitian sebelum dilakukan prosedur penelitian, setelah subjek mengerti dan setuju mengikuti penelitian, subjek diminta menandatangani lembar persetujuan dan isian data pasien.

M. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan dengan memakai SPSS version 19 for Windows dan penyajian data menggunakan Microsoft Office 2010.

1. Uji normalitas distribusi data penelitian.

Seluruh data penelitian dilakukan uji normalitas data penelitian menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk karena sampel berjumlah <

50 subjek. Nilai p>0,05 berarti subyek dalam penelitian adalah homogen.

2. Uji perbandingan

Uji perbandingan adalah teknik uji statistik untuk melihat perbedaan sampel perlakuan dengan sampel kontrol. Untuk uji sampel berpasangan menggunakan uji pair t test jika data terdistribusi normal, untuk data tidak terdistribusi normal menggunakan Wilcoxon. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro wilk karena sampel <50.

Batas kemaknaan :

- Nilai p > 0,05: tidak bermakna.

- Nilai p ≤ 0,05: bermakna.

- Nilai p < 0,01: sangat bermakna

(13)

N. ALUR PENELITIAN

Memenuhi kriteria inklusi

Dijelaskan mengenai edukasi standar pada tindakan WSD

Penilaian awal sebelum Tindakan WSD:

- Kecemasan (HADS) - Nyeri (VAS skor nyeri) - Nadi (Perhitungan manual)

- Tekanan darah (Perhitungan manual) - Laju pernapasan (Perhitungan manual)

Kelompok perlakuan:

- Diberikan hipnoterapi

- Prosedur persiapan WSD standar

-

Kelompok kontrol:

Prosedur persiapan WSD standar

Penilaian kedua pada saat tindakan WSD:

- Nyeri (VAS skor nyeri) - Nadi (Perhitungan manual)

- Tekanan darah (Perhitungan manual) - Laju pernapasan (Perhitungan manual)

Analisa statistik

Presentasi hasil penelitian

Pasien paru yang akan dilakukan Tindakan WSD dan setuju mengikuti penelitian

Penilaian ketiga setelah tindakan WSD:

- Kecemasan (HADS) - Nyeri (VAS skor nyeri) - Nadi (Perhitungan manual)

- Tekanan darah (Perhitungan manual) - Laju pernapasan (Perhitungan manual)

Tindakan WSD

P Penilaian kedua saat selesai tindakan WSD:

- Kecemasan (HADS)

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan putaran akhir mur dapat dilakukan dengan menggunakan kunci soket bertanda, tetapi tanda lokasi harus permanen atau tidak boleh terhapus untuk memudahkan di

Para fuqaha berpendapat bahwa hukuman potong tangan yang dijatuhkan dalam kejahatan pencurian apabila perbuatan tersebut dilakukan menurut sifat - sifat yang telah

Sistem pengendalian sosial dalam komunitas Bonokeling dilakukan dengan cara mempertebal keyakinan umat atau anak putu Bonokeling akan kebaikan adat istiadat yang

Karena tidak adanya gigi di laminasi stack, persyaratan untuk torsi cogging juga turun, sehingga membuat mereka yang sesuai untuk kecepatan rendah juga (saat magnet permanen di

Program SIBERMAS telah meningkatkan kerjasama Universitas Andalas dengan Pemerintah Daerah kabupaten Tanah Datar dalam mempercepat alih teknologi pengapuran

Tujuan penelitian yang dikemuka- kan pada makalah ini adalah untuk mengetahui pada perbandingan berapa terjadi kerapatan ikatan silang yang sempurna dari hasil

kekurangan-kekurangan dalam menarik Investasi Asing, Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang menuju Indonesia maju, memiliki jumlah penduduk yang tinggi, dengan

(untuk parasit non-obligat) atau harus ditumbuhkan pada tanaman inang rentan (untuk parasit obligat), patogen dari kultur murni tersebut harus diinokulasikan pada tanaman sehat