19 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa penelitian terdahulu yang melalui jurnal-jurnal yang sudah melakukan kajian terkait dengan tema yang memiliki kesamaan dengan peneliti yang sedang penulis laksanakan. Penelitian terdahulu ini akan diringkas yang digunakan sebagai sumber data untuj memperkuat penelitian yang dilakukan oleh penulis yang kemudian akan dilihat sisi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Jurnal-jurnal terdahulu yang penulis gunakan merupakan sebagai referensi untuk menambah teori-teori dan hasil, dan dari berbagai jurnal terdahulu dan tentunya memiliki perbedaan dengan yang akan penulis teliti. Berikut adalah ringkasan jurnal-jurnal terdahulu;
No. Penulis, tahun, dan judul
Metode Penelitian Hasil Temuan 1. (Pratiwi et al., 2018)
Analisis Implementasi Pembangunan
Berkelanjutan di Jawa Timur
Kuantitatif
deskriptif dengan analisis kuadran berdasarkan
tipologi klassen dan analisis cluster
Pembangunan di Jawa Timur belum sampai pada pembangunan berkelanjutan, serta masih terjadinya ketimpangan wilayahdalam pembangunan yang berkelanjutan.
2. (Rosana, 2018) Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan di Indonesia
Metode Penelitian
deskriptif dengan desain library studies
Perlunyakemitraan antara pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat madani dalam hubungan kesetaraan tanpa mengabaikan hukum ekonomi, alam-ekologi dan peradaban didalam membuat kebijakan pembangunan berkelanjutan.
20 3. (Mufidah & Habibi,
2019)
Konsep ekologi merupakan
Perlindungan Hukum Lingkungan terhadap Pelanggaran
Reklamasi Pasca Penambangan
Menggunakan pendekatakan statuta opproach dan conceptual opproach
Pada saat ini kondisi Indonesia harus dudah mengambil langkah untuk mengentaskan Indonesia dari krisis
lingkungan dengan meletakkan lingkungan hidup sebagai dasar-
dasar konseptual
danpembangunan berkelanjutan.
Dalam hal ini dikarenakan masih tingginya angka kecurangan dalam reklmasi pasca penambangan bahkan juga menelan ratusan jiwa di Indonesia, sementara itu secara hukum telah tertulis dengan jelas untuk mewajibkan para pelaku usaha untuk mereklamasi pasca
penambangan dan
memerintahkan pengawasan berkala kepada pemerintah berwenang.
Tetapi, hal tersebut tidak cukup
berhasil dalam
pengimplementasiannya.
4. (Hirfan, 2018)
Strategi Reklamasi
Lahan Pasca
Tambang
Menggunakan metode penelitian kualitatif
Banyaknya pelaku usaha yang tidak melakukan reklamasi pasca penambangan dikarenakan memerlukan biaya yang sangat besar dan teknologi modern, sehingga hal tersbeut hanya bisa dilakukan oleh perusahaan besar dan nampaknya kegiatan reklamasi dilakukan tidak serius, terkesan tanam buang karena terkendala oleh iklim. Agar reklamasi tetap bisa dilakukan pasca penambangan yaitu dengan memilih konsep kembali kealam atau
reklamasi lahan bekas tambang secara hayati.
5. (Notohadiprawiro &
Lahan, 2012)
Menggunakan kajian literature
Kegiatan reklamasi pasca penambangan harus sudah
21 Pengelolaan Lahan
dan Lingkungan Pasca Penambangan
dirancang dan bagian yang tak terpisah dari kegiatan penambangan. Sehingga hal tersebut akan membuat biaya kegiatan reklamasi lebih terjangkau.
6. (Oktorina, 2018) Peraturan reklamasi dan kegiatan tanam tumbuh tanaman di sekitar lahan bekas tambang (Studi Kasus Tambang Batubara Indonesia)
Penelitian
kualitatif dengan metide
literature/kajian pustaka
Pemeliharaan pasca
penambangan diantaranya dilakukan pemeliharaan lereng, pemeliharaan tanaman revegetasi, pemeliharaan lubang bekas Penambangan.
7. (Munir & Setyowati, 2017)
Kajian Reklamasi
Lahan Pasca
Tambang di Jambi,
Bangka, dan
Kalimantan Selatan
Menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi literature
Penelitian ini mendapi bahwa reklamasi yang dilakukan di lahan bekas tambang di Provinsi Jambi, Bangka dan Kalimantan Selatan dinilai kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan
tidak adanya partisipasi dari
masyarakat dan
kesalahanteknologi dalam pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang.
Tabel 2.1 penelitian terdahulu Sumber: (diolah penulis, 2021)
Penulisan ini memiliki perbedaan kajian dengan penelitian-penelitian terdahulu yang tersajikan didalam tabel diatas. Karena penulisan ini fokus terhadap upaya pemerintah bersama-sama dengan stakeholder lainnya didalam melakukan kegiatan reklamasi pasca penambangan pasir di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Sehingga nantinya penulisan ini akan menghasilkan pembahasan yang menguraikan upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah kabupaten lumajang didalam melakukan pembangunan berklenjutan terutama mengenai reklamasi pasca penambangan yang dilakukan bersama-sama dengan stakeholder lainnya.
22 2.2 Kajian Teori
2.2.1 Implementasi kebijakan
Konsep tentang implementasi merupakan analisis dari ilmu dan pengetahuan dibidang pelayanan yang dimiliki oleh para birokrasi dan pelaksana kebijakan yang memungkinkan dapat mengembangkan pendekatan terhadap implementasi kebijakan, implementasi ini biasanya dimiliki oleh para birokrasi dan bukan sembarang aktor birokrasi yang berpartisipasi dalam proses implementasi. Implementasi menunjukan bahwa birokrasi dapat melaksanakan kebijakan dengan tindakan yang sesuai dengan tujuan pengimplementasian. Dalam pengimplementasian kebijakan melalui bentuk program dimana hal ini dimulai dari program yang telah ditetapkan yang pada akhirnya berwujud kegiataan yang akan dilakukan oleh baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam implementasi ini dapat memahami suatu kebijakan yang telah disepakati. Dalam hal ini implementasi bukan hanya sekedar tentang keputusan politik kedalam prosedur-prosedur yangdilaksanakan oleh para birokrasi melainkan implemetasi ini menyangkut semua masalah konflik yang ada dilingkungan masyarakat dan implementasi ini akan dijadikan suatu kebijakan yang dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu implementasi merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses politik kebijakan bahwasanya implementasi ini sebagai pendekatan top-down dimana kebijakan yang datang dari Pemerintah Pusat turun ke Pemerintah Daerah dan hasil kebijakan yang telah disepakati
23
dengan musyawarah dapat diterapkan kepada masyarakat sekitarnya.
Pada teori William N. Dunn ada indicator dalam penilaian pembuatan implementasi kebijakan karena apabila dikatakan berhasil dalam mencapai suatu kebijakan tertentu perlu mempertimbangkan beberapa indikator jika dilihat dari satu indicator saja dapat menggoyahkan hasil kebijakan yang telah disepakati. Ada 6 indikator implementasi kebijakan menurut William N. Dunn yaitu; kebijakan (Asyiah et al., 2018)
1. Efektifitas diartikan sebagai tercapainya suatu tujuan kebijakan apabila telah dilaksanakannya kebijakan.
2. Efisiensi merupakan suatu pengoptimalan dalam penggunaan sumberdaya dan usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan kebijakan.
3. Kecukupan efektifitas dalam mencapai kebijakan perlu dilakukan, karena dalam mencapai kebijakan potensi yang dimiliki ikut membantu dalam hal pencapaian kebijakan tersebut.
4. Pemerataan, dalam hal pencapaian suatu kebijakan perlu diterima secara merata dan adil oleh masyarakat.
5. Responsivitas, dapat diartikan sebagai tanggapan sasaran kebijakan publik terhadap pelaksanaan suatu kebijakan.
6. Ketepatan, lebih mengarah pada asumsi yang melandasi tujuan kebijakan
24
Berdasarkan dari indicator William N. Dunn diatas dapat mengacu para birokrasi yang ada dalam pembuatan proses kebijakan implementasi kepada masyarakat dapat terarah dengan baik sesuai asumsi yang kuat dari masyarakat itu sendiri. Dalam implementasi kebijakan untuk permasalahan dalam kasus penambangan pasir tersebut dapat dikatakan baik karena dalam tiap perencanaan program kebijakan yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah kepada setiap perusahaan penambangan pasir tersebut. Salah satu contoh yaitu di terapkannya beberapa kebijakan dari Pemerintah Derah untuk penambangan pasir yang bertujuan untuk tidak adanya kecurangan dalam pengelolaan penambangan pasir tersebut. Dalam konteks indicator tersebut juga dapat disimpulkan bahwasanya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh para Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesadaran para penambangan pasir terhadap kebijakan telah disepakati dan bertujan untuk memberdayakan masyarakatnya guna untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekitar. Tujuan dari indicator tersebut yaitu menunjukan kepadapara pengguna kebijakan bahwasanya hasil yang telah disepakati akan dilaksankan sebaik mungkin oleh penambangan pasir agar tidak menyimpang dari kebijakan yang telah disepakati.
2.2.2 Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan hidup masa sekarang dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup pada generasi mendatang.
25
Dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi sekarang maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumber daya alam yang melebihi kapasitas dan daya dukung bumi. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) terdapat beberapa aspek yang harus menjadi dasar atau pertimbangan didalam pembangunan keberlanjutan yaitu (Jaya, 2004), keberlanjutan ekologi, keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial, keberlanjutan politik, dan keberlanjutan pertahanan dan keamanan.Pembangunan berkelanjutan memiliki pengertian dalam suatu olahan yang didirikan oleh para birokrasi yang bisa dimanfaatkan oleh semua orang. Pada awal tahun 1970-an konferensi Stockholm yang dimana hal ini dibentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan persoalan lingkungan fisik global baik yang terjadi di negara maju maupun berkembang.
Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan (suistanable development) memiliki pengertian dimana pembangunan yang bisa memenuhi kebutuhan dan bisa dirasakan manfaatnya untuk sekarang dan generasi yang akan dating (Rosana, 2018).
Menurut Suryono (2010:21), keberlanjutan atau perpanjangan masa merupakan pembangunan kebutuhan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan atau mengeksploitasi kebutuhan generasi yang akan datang.
Resiko dan konsekuensi dari setiap pemangunan saat ini tidak wajib atau harus diwariskan kepada generasi mendatang, tetapi harus juga mempertimbangkan secara adil dan merata untuk generasi sekarang dan yang akan datang.
26
Keputusan Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam hal ini diartikan sebagai pembangunan berkelanjutan sebagai upaya pemahaman yang terencana untuk mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin kebutuhan lingkungan serta keselamatan, kapasitas, kesejahteraan dan kualitas. Kehidupan generasi yang akan datang, generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Sutisna (2006:9) mengartikan pembangunan berkelanjutan dilihat dari 4 indikator yang telah dikemukan, yaitu : 1) dilihat dari sisi ekonomi kesejahteran yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang merata dengan melalui teknologi inovatif yang meminimalisir terhadap kerusakan lingkungan. 2) dilihat dari sisi lingkungan berkelanjutan yakni tentang etika lingkungan yang menjadi tolak ukur bagi masyarakat dilihat dari sisi sosialnya yang menyetarakan sumber daya alam yang ada dan menjaga pelayanan publik juga menghargai kesetaraan gender dan budaya lain. 4) dilihat dari sisi lingkungan hidup seperti menyeimbangkan luas wilyah hutan, kualitas udara dan kualits air yang bertujuan untuk mengukur berkurang atau tidaknya (Lestari
& Firdausi, 2017).
Menurut Todaro (M.P. Todaro 1989) ada 3 sasaran pembangunan berkelanjutan dalam aspek sosial, yaitu (Susiana, 2015)
1. Meningkatkan sekaligus menyediakan barang pokok dan memperluas distribusi kebutuhan pokok
27
2. Meningkatkan kesetaraan hidup seperti peningkatan pendapatan, memperbanyak kesempatan kerja, pendidikan yang cukup baik dan memperhatikan nilai-nilai kebudayaan, keseluruhan poin tersebut bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.
3. Memperluas kebebasan dalam memilih untuk peningkatan ekonomi serta sosialnya dengan membebaskan setiap individu untuk terhidar dari ketergantungan hubungan dengan orang lain.
Pada pembangunan berkelanjutan dalam aspek lingkungan terdapat 6 sasaran, berikut merupakan menurut Sutamihardja (2004) (Rosana, 2018):
a) Pemerataan manfaat merupakan hasil-hasil pembangunan antar generasi yang sekarang maupun yang akan datang yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan pertumbuhan yang perlu mempertimbangkan dan memperhatikan batas-batas yang wajar dengan melihat kondisi ekosistem atau sistem lingkungan juga akan diarahkan pada sumber daya alam yang telah diganti dengan eksploitasi sumber daya alam yang ada.
b) Safeguarding atau pengamanan untuk kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup sebagai pencegahan terjadi pada ekosistem yang ada dalam bentuk upaya menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan datang.
28
c) Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam sebagai bentuk upaya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan pemerataan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan antar generasi.
d) Mempertahankan kesejahteraan masyarakat sekitar yang berkelanjutan dalam hal ini mampu untuk memberdayakan masyarakat sekitar sebagai bentuk upaya untuk kesejahteraan masyarakat dalam generasi sekarang maupun mendatang.
e) Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang akan melihat dari segi positif yaitu mempunyai dampak manfaat dalam waktu jangka panjang ataupun antar generasi
f) Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan masyarakatnya sebagai bentuk upaya dalam hal mempertahankan kualitas kerja atau cara kerja antar generasi.
Berdasarkan pokok pikiran fauzi ada 3 sasaran pembangunan berkelanjutan dalam aspek ekonomi, yaitu (Jaya, 2004)
1. Alasan moral, generasi yang akan datang dapat menikmati barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan tanpa merusak lingkungan yang dapat menghilangkan kesempatan bagi generasi penerus atau generasi mendatang dengan tujuan untuk menikmati layanan yang sama.
2. Alasan ekologi, dalam hal ini nilai ekologi dalam bentuk ekonomi cukup berpengaruh karena tidak hanya memanfaatkan sumber daya alam lingkungan yang ada namun nilai lingkungan dalam aspek ekonomi ini dapat
29
merendahkan nilai ekonomi dan akhirnya dapat mengancam kefungsian ekologi itu sendiri.
3. Alasan pendapatan, karena msih terjdi perdebatan masalah pendapatan ekonomi dan tidak adanya pengawasan untuk aktivitas ekonomi apakah sudah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga hanya dibatasi pada pengukuran keseteraan kesejahteran antar generasi.
2.2.3 Pemulihan Lahan Pasca Penambangan Pasir
Reklamasi atau pemulihan Lahan Pasca Penambangan merupakan suatu bentuk upaya pemanfaatan lahan pasca penambangan dengan melakukan perbaikan lingkungan fisik terutama pada bentang lahan yang telah dirusak(Yudhistira, 2008); (Ariadica et al., 2020). Menurut (Suprapto, 2008), reklamasi adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki lahan yang terganggu akibat kegiatan pertambangan, agar lahan tersebut bisa memiliki nilai guna kembali sesuai dengan peruntukannya. Meskipun kegiatan reklamasi tidak mungkin bisa mengembalikan 100% seperti keadaan lahan seperti semula, tetapi kegiatan reklamasi ini setidaknya bisa membuat keadaan lahan lebih baik pasca tambang dan memiliki nilai guna. Dalam langkah reklamasi ini diambil sebagai upaya untuk mengembalikan secara ekologis atau difungsikan berdasarkan rencana pembentukannya dengan meperhatikan konsep tata ruang dan wilayah secara ekologi. Reklamasi ini dapat dilakukan oleh pengusaha secara langsung mereklamasi lahan atau mengembalikan lahan semula, dan
30
sebagai sanksi reklamasi ini dapat memberikan sejumlah uang sebagai jaminan.
(Yudhistira, 2008); (Ariadica et al., 2020).
Prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pemulihan lahan akses terbuka, yang meliputi (Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, 2016):
a) Perlindungan terhadap kualitas permukaan air, air laut, dan kualitas tanah juga kualitas udara sesuai dengan kriteria kerusakan lingkungan hidup dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Perlindungan serta memulihkan makhluk hidup sebagai patokan tidak merusak makhluk hidup yang ada di bumi
c) Penjagaan stabilitas dan keamanan penutup timbunan dari bebatuan, kolam tailing, lahan bekas tambang dan struktur buatan lainnya
d) Memanfaatkan lahan bekas tambang sesuai dengan koridor pembentukannya e) Memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan masyarakat setempat.