1
KAJIAN KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG KULIAH ( STUDI KASUS UNIVERSITAS LANGLANGBUANA, BANDUNG)
Oleh : Sri Sularti Dosen Kopertis dpk Unla
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik –Universitas Langlangbuana Abstrak
Gedung kuliah adalah sebuah bangunan pendidikan. Kegiatan pendidikan dimanifestasikan dalam proses belajar mengajar antara pendidik dan mahasiswa dalam ruang-ruang kuliah. Interaksi tersebut akan berjalan dengan baik apabila materi yang disampaikan oleh pengajar bisa diterima dengan baik oleh mahasiswa.
Untuk mencapainya diperlukan ruang –ruang kuliah yang memiliki lingkungan yang tenang dan jauh dari kebisingan. Pada umumnya lokasi sekolah diperkotaan sulit untuk mendapatkan lokasi yang tenang, kebisingan lalu lintas merupakan masalah yang tidak bisa dihindari dan memerlukan solusi yang tepat. Lokasi UNLA berada di pusat kota, ditepi jalan raya dan berbatasan dengan kawasan perumahan yang padat. Ruang kuliah pada masing-masing fakultas mempunyai posisi yang berbeda terhadap sumber bunyi. Dari hasil penelitian diperoleh intensitas bunyi pada ruang kuliah antara 51.6 dBA – 60.16 dBa. Dengan urutan paling tinggi ruang kuliah Fakultas Hukum dan paling rendah FSIP. Nilai ini sudah melebihi standar ideal untuk ruang kuliah/ruang kelas dari Pedoman Teknis Pembangunan Gedung dari Cipta Karya yaitu 30-40 dBA. Begitu pula intensitas bunyi pada ruang luar diperoleh antara 59.1- 68.8 dBA sudah melebihi kriteria batas kebisingan maksimum untuk outdoor adalah 55 dBA.
Kata Kunci : Ruang Kuliah, Bising, Kenyamanan Audial.
Abstract
College building is an educational building. Education activities is manifested in teaching and learning between educators and students in classrooms. This interaction will work well if the material presented by the teacher be well received by students. To achieve it required lecture halls that have a serene and away from the noise. In general, the location of urban schools is difficult to get a quiet location, traffic noise is a problem that can not be avoided and require appropriate solutions. UNLA located in the city center, the edge of the highway and bordered by a dense residential area. Lecture halls on each faculty has a different position towards the sound source. The results were obtained in the lecture hall sound intensity between 51.6 dBA - 60.16 dBA. With the highest order of the lecture hall of Faculty of Law and the lowest FSIP. This value already exceeds the standard ideal for lecture halls / classrooms of the Technical Guidelines Development of Cipta Karya Building is 30-40 dBA. Similarly, the intensity of sound in outer space is obtained between 59.1-68.8 dBA already exceeding the maximum criteria for outdoor noise limit is 55 dBA.
Tags : Classrooms, noise, audial comfort.
2
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang.
Dalam suatu perancangan bangunan dapat dikatakan nyaman apabila ruang-ruang didalam bangunan tersebut memenuhi kriteria kenyamanan yang terdiri dari : kenyamanan ruang gerak, kenyamanan termal, kenyamanan
visual, dan kenyamanan audial . Gedung kuliah adalah sebuah
bangunan pendidikan. Kegiatan pendidikan dimanifestasikan dalam proses belajar mengajar antara pendidik dan mahasiswa dalam ruang-ruang kuliah. Interaksi tersebut akan berjalan dengan baik apabila materi yang disampaikan oleh pengajar bisa diterima dengan baik oleh mahasiswa. Untuk mencapainya diperlukan ruang – ruang kuliah yang memiliki lingkungan yang tenang dan jauh dari kebisingan. Pada umumnya lokasi sekolah diperkotaan sulit untuk mendapatkan lokasi yang tenang, kebisingan lalu lintas merupakan masalah yang tidak bisa dihindari dan memerlukan solusi yang tepat. Lokasi UNLA termasuk pada pusat kota, ditepi jalan raya berdekatan dengan pasar tradisional dan berbatasan dengan kawasan perumahan yang padat . Kawasan perumahan tersebut selain digunakan untuk hunian terdapat juga beberapa bengkel motor dan bengkel elektronik. Hal ini dapat menimbulkan gangguan kebisingan
yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal .
Ruang kuliah pada masing-masing fakultas mempunyai posisi yang berbeda terhadap sumber bunyi, dan mempunyai detail ruangan yang berbeda-beda.
Dari pengamatan bahwa gangguan kebisingan dirasakan pada waktu kegiatan perkuliahan sedang berjalan, sehingga kenyamanan audial pada ruang kuliah kurang dirasakan.
I.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu sebagai berikut :
a. Mengukur tingkat kebisingan pada ruang- ruang kuliah di Unla b. Mengetahui penyebab
faktor kebisingan di kompleks UNLA.
I.3. Tujuan Penelitian
a. Mengidentifikasi tingkat kebisingan dan faktor penyebab kebisingan di kompleks UNLA.
b. Mendapatkan kondisi tingkat kenyamanan audial ruangan kuliah dan ruang koridor.
I.4. Kontribusi Penelitian
a. Hasil penelitian diharapkan menjadi awal bagi penelitian selanjutnya
3
dengan semakin lengkap dan teruji.
b. Hasil penelitian berupa diskripsi yang berisi evaluasi kenyamanan audial ruang-ruang kuliah di Unla dan dapat dipakai sebagai pertimbangan untuk mencapai optimasi kenyamanan audial pada ruang kuliah yang sudah ada.
c. Manfaat lain diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat menjadi masukan bagi Arsitek untuk merancang bangunan sejenis .
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Teori Bunyi
Bunyi terjadi karena adanya benda yang bergetar yang menimbulkan gesekan dengan zat disekitarnya. Untuk dapat mendengar bunyi, dibutuhkan tiga hal yaitu: sumber bunyi atau objek yang bergetar, medium perambatan, serta indera pendengaran.
Ada dua macam sifat bunyi, yaitu:
a. Bunyi yang diinginkan. Kondisi ini menuntut sistem akustik yang baik menyangkut sumber bunyi, media perambatan, dan penerima.
b. Bunyi yang tidak diinginkan.
Kondisi ini membutuhkan langkah pengendalian intensitas bising sejauh mungkin dari
penerima. Selain itu, dapat dibuat penghalang pada media perambatan serta perlindungan bising pada penerima.
Akustik adalah keadaan ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi. Akustik ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.
Akustik lingkungan merupakan suatu pengendalian lingkungan pada ruang-ruang arsitektural. Ia dapat menciptakan suatu lingkungan, dimana kondisi mendengarkan secara ideal disediakan, baik dalam ruang tertutup maupun di udara terbuka dan penghuni ruang-ruang arsitektural di dalam maupun di luar akan cukup dilindungi terhadap bising dan getaran yang berlebihan.
Pengendalian bunyi secara arsitektural mempunyai dua sasaran : a. Menyediakan keadaan yang paling disukai untuk produksi , perambatan dan penerimaan bunyi yang diinginkan (pembicaraan atau music) didalam maupun diluar ruang yang digunakan untuk macam- macam tujuan.
b. Peniadaan atau pengurangan bising / bunyi yang tidak diinginkan dan getaran dalam jumlah yang cukup banyak.
2.2 Teori Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
4
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Effek dari bising dengan berbagai tingkatan dapat menimbulkan effek psikologis maupun fisik. Pada tingkat yang rendah bising hanya akan menimbulkan gangguan secara psikilogis, yaitu perasaan tidak nyaman. Pada tingkat selanjutnya dapat menimbulkan efek yang berpengaruh pada fisik.
2.3 Batasan Kebisingan
Bunyi disebut bising apabila intensitasnya melampaui 50 dB.
Suara dengan intensitas tinggi, bila berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan cacat pendengaran yang permanen.
Standar ambang batas kebisingan yang dijinkan yaitu:
a. SK Menteri Negara Lingkungan
Hidup No: Kep.
48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, tentang kriteria batas tingkat kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan tingkat kebisingan maksimum untuk outdoor adalah sebesar 55dBA.
b. Menurut Pedoman Teknis Pembangunan Gedung dari Cipta Karya, tingkat bising yang dapat diterima untuk fungsi pendidikan adalah :
Ruang Kuliah/Ruang Kelas : 30 – 40 dBA
Ruang Belajar Privat : 20 - 35 dBA
Ruang Perpustakaan : 35 – 45 dBA
c. Kriteria yang digunakan ANSI- S12.60 ( Standar Kualitas Akustik Bangunan Sekolah) adalah :
1. Bising lingkungan tidak boleh melebihi 35 dBA dan 55 dBC diseluruh bagian dari seluruh ruang kelas.
2. Waktu dengung yang tidak boleh lebih dari 0,6 detik.
3. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Langlangbuana, Jalan Karapitan 116 Bandung . dengan melakukan pengukuran langsung intensitas bunyi pada ruang-ruang kuliah di Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, FKIP ,FISIP pada tanggal 1 Agustus – 10 Agustus 2010
3.2. Metoda Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi.
Data kuantitatif akan dianalisis dengan tabulasi dan data kualitatif dianalisis secara naratif.
Pengumpulan data akan
5
menggunakan pengukuran langsung, pengamatan lapangan, serta studi literatur.
3.3 Alat Penelitian:
Alat yang digunakan :
a. Kamera Nikon
Coolpix2, digunakan untuk dokumentasi . b. Alat tulis
c. Perangkat PC
d. Printer HP Deskjet F 2276
e. Roll Meter
f. SOUND LEVEL
METER ( Digital ) merk LUXTRO, untuk mengukur kekuatan bunyi
3.4 Rancangan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian seperti yang terlihat di dalam Gambar 3.2. berikut
:
Gambar 3.1 : Diagram Rancangan Penelitian
3.5 Cara Kerja
Cara pengumpulan data
Cara mengumpulkan data dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Data primer
Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan mengukur tingkat kekerasan bunyi menggunakan alat Sound Level Meter dengan tahapan sebagai berikut :
a. Ruang Kuliah yang diukur terletak dilantai tiga.
b. Tentukan titik ukur pada ruang kuliah masing-masing Fakultas, yaitu F.Teknik, F.Hukum, F.Ekonomi, FKIP dan FISIP.
Didalam ruangan ditempatkan 2 titik ukur (T2 dan T3) dan diselasar 1 titik ukur (T1).
c. SLM (Sound Level Meter) ditempatkan pada posisi 120 cm dari permukaan lantai.
d. Pengukuran dilakukan tiga kali yaitu :pagi pada jam 10.00-
11.00, siang pada jam 13.00- MULAI
STUDI KEPUSTAKAAN (Teori Kebisingan,) SURVAI LAPANG-
AN (Survai pengukuran
kebisingan)
KOMPILASI DATA: Data Kepustakaan
Data lapangan
ANALISIS DATA DAN NARATIF KESIMPULAN
SARAN KOMPILASI
DATA:
Data Kepustakaan Data lapangan
ANALISIS DATA DAN NARATIF
KESIMPULAN
SARAN
6
55,252,853,6 50 57,358,6 54,8
55,356,556,1
45 50 55 60
D.302 D.303 D.304 D.305 D.306
R. Kuliah Selasar 14.00 dan sore pada jam 16.00-
17.00.
2. Data sekunder
Untuk memperoleh data sekunder, dilakukan penelitian dengan metode library research (studi pustaka), yaitu mengumpulkan data-data dari sumber pustaka maupun hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Cara pengolahan data
Dalam pengolahan data penelitian ini digunakan metode tabulasi dengan pengelompokkan data setiap fakultas, masing-masing ruang dan waktu pengukuran.
Cara analisis data
Analisis data dengan cara perhitungan rata-rata pada setiap jam pengukuran, setiap ruang dan setiap ruang kuliah masing-masing fakultas dengan metode tabulasi sehingga diperoleh nilai tingkat kebisingan masing-masing ruang kuliah setiap Fakultas. Teknik perhitungan menggunakan software Microsoft Office Exel 2007
Cara analisis hasil penelitian Data yang telah disusun dalam tabel dianalisis dengan cara membandingkan nilai tingkat kebisingan setiap fakultas dari ruang kuliah maupun selasar, dengan cara ditampilkan dalam grafik menggunakan software Microsoft Office Exel 2007.
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar ambang batas kebisingan yang diijinkan untuk Ruang Kuliah.
4. HASIL PENELITIAN
Hasil pengukuran ruang kuliah dari masing-masing fakultas sebagai berikut:
4.1 Fakultas Teknik
Gambar 4.1.. Grafik Hasil Pengukuran Intensitas Bunyi Ruang Kuliah dan Selasar Fakultas Teknik
Intensitas bunyi ruang kuliah paling rendah pada ruang D305 dan paling tinggi pada ruang D302, perbedaan disebabkan oleh :
a. Pada saat pengukuran pertama pukul 10.00-11.00 WIB pada umumnya didapat nilai intensitas bunyi paling tinggi, hal ini dikarenakan aktivitas kampus yang sedang meningkat pada jam-jam tersebut dan terdapatnya sumber kebisingan lain dari area luar gedung yang
7
60,4 60,1 5961,8 57,8 58,3 5456
5860 6264
F.3.1 F.3.2 F.3.3 Pengukuran Ruang Kuliah F.Hukum (dBA)
R. Kuliah Selasar
56,357,858,8 59,559 61,8
50 55 60 65
A.3.1 A.3.2 A.3.3
R. Kuliah Selasar letaknya di belakang gedung
Fakultas Teknik yaitu sebuah bengkel motor milik penduduk.
b. Selain itu, ruang D302 memiliki nilai rata-rata intensitas bunyi paling tinggi dibandingkan ruangan lainnya. Hal ini dikarenakan ruang D302 berdekatan dengan akses sirkulasi seperti tangga gedung fakultas teknik dan akses lain menuju gedung FKIP.
c. Tingkat intensitas bunyi pada ruang kuliah antara 52,8 dB - 55,2 dB, pada selasar 50dB - 57,3dB. , sudah mencapai batas maksimal tingkat intensitas bunyi yang diperbolehkan.
Suatu pemecahan masalah akustik dibutuhkan dengan
mengurangi gangguan
kebisingan dengan mengurangi sumber bunyi dengan dengan lubang ventilasi .
4.2 Fakultas Hukum
Gambar 4.2.. Grafik Hasil Pengukuran Intensitas Bunyi Ruang Kuliah dan Selasar Fakultas Hukum
Intensitas bunyi ruang kuliah paling rendah pada ruang F.3.2 dan paling tinggi pada ruang F.3.1perbedaan disebabkan oleh :
a. Pada ruangan kuliah gedung Fakultas Hukum yang terletak pada ujung bangunan dari arah jalan raya, pada umumnya memiliki nilai intensitas bunyi yang cukup tinggi, seperti pada ruangan ikarena adanya perambatan kebisingan kepada bangunan yang bersumber dari arah jalan raya.
b. Pada jam tertentu ada pengajian dari Masjid yang terletak diseberang gedung Fakultas Hukum, dengan intensitas bunyi yang cukup tinggi.
c. Tingkat intensitas bunyi pada ruang kuliah antara 59dB - 60,4 dB , pada selasar 58,3dB - 61,8dB, sudah melebihi batas maksimal tingkat intensitas bunyi yang diperbolehkan.
4.3 Fakultas Ekonomi
Gambar 4.3.. Grafik Hasil
Pengukuran Intensitas Bunyi Ruang Kuliah Fakultas Ekonomi
8
56 55,3
56,3 55,8 5858,7
5254 5658 60
G.3.1 G.3.2 G.3.3 Pengukuran Ruang
Kuliah FKIP(dBA)
R. Kuliah Selasar Intensitas bunyi ruang kuliah paling
rendah pada ruang A.3.1 dan paling tinggi pada ruang A.3.3 perbedaan disebabkan oleh :
a. Pada ruangan kuliah gedung Fakultas Ekonomi posisi bangunan sejajar jalan Karapitan dan berbatasan dengan ruang parkir UNLA yang mempunyai tingkat kebisingan tinggi yang bersumber dari jalan raya maupun kendaraan bermotor yang akan parkir. Hal ini menyebabkan perambatan bunyi yang cukup tinggi ke ruang kuliah fakultas Ekonomi.
b. Selain itu, ruang A.3.3.
memiliki nilai rata-rata intensitas bunyi paling tinggi dibandingkan ruangan lainnya.
Hal ini terjadi karena ruang A.3.1. berdekatan dengan akses sirkulasi seperti tangga gedung Rektorat dan akses lain menuju gedung FKIP.
c. Tingkat intensitas bunyi pada ruang kuliah antara 56,3dB – 59,5 dB, pada selasar 57,8dB - 61,8dB. , sudah melebihi batas maksimal tingkat intensitas bunyi yang diperbolehkan.
4.4. F K I P
Gambar 4.4.. Grafik Hasil Pengukuran Intensitas Bunyi Ruang Kuliah dan Selaar FKIP
Intensitas bunyi ruang kuliah paling rendah pada
ruang G.3.1 dan paling tinggi pada ruang G.3.3, perbedaan disebabkan : a. Gedung FKIP posisi bangunan ditengah komplek UNLA berbatasan dengan gedung Fak.Teknik, Gedung Rektorat, Lapangan Basket dan Wisma Buana. Mempunyai tingkat intensitas bunyitinggi yang bersumber dari bising internal , yaitu pengaruh kendaraan bermotor dari tempat parkir, dan penghuni/mahasiswa, kegiatan dilapangan basket dan kantin. Hal ini menyebabkan perambatan bunyi yang cukup tinggi ke ruang kuliah .
b. Selain itu, ruang G.3.3. dan
G.3.1. memiliki nilai rata-rata intensitas bunyi paling tinggi
dibandingkan ruang lainnya.
Hal ini terjadi karena ruang
9
51,3 52,1 51,852,7 54 53,2 4950
5152 5354 55
C.301C.302C.303 Pengukuran Ruang Kuliah
FISIP(dBA)
R.Kuliah Selasar tersebut berdekatan dengan akses sirkulasi seperti tangga gedung Rektorat dan tangga ke Fakultas Teknik.
c. Tingkat intensitas bunyi pada ruang kuliah antara 56,3dB – 59,5 dB, pada selasar 55dB - 57,7dB. , sudah melebihi batas maksimal tingkat intensitas bunyi yang diperbolehkan.
Suatu pemecahan masalah akustik dibutuhkan untuk mengurangi gangguan kebisingan diusahakan mengurangi sumber bunyi dengan menutup lubang ventilasi dan pemecahan masalah akustik ruang dengan rekayasa material / penyelesaian detail yang lebih baik.
4.5 F I SI P
Intensitas bunyi ruang kuliah paling rendah pada ruang C.301 dan paling tinggi pada ruang C.3.02
Gambar 4.5.. Grafik Hasil Pengukuran Intensitas Bunyi Ruan Kuliahdan Selasar Fakultas FSIP
Perbedaan nilai intensitas bunyi disebabkan oleh :
a. Gedung FKIP posisi bangunan ditengah komplek UNLA berbatasan dengan Gedung Fak,Ekonomi, Lapangan Basket dan Masjid. Mempunyai tingkat intensitas bunyi tinggi yang bersumber dari bising internal , yaitu pengaruh kendaraan penghuni/mahasiswa, kegiatan dilapangan basket dan sirkulasi antar fakultas.
b. Selain itu, ruang C.302 memiliki nilai rata-rata intensitas bunyi paling tinggi dibandingkan ruang lainnya. Hal ini terjadi karena ruang tersebut pada saat pengukuran banyak mahasiswa yang berada disekitar ruangan tersebut.
c. Tingkat intensitas bunyi pada ruang kuliah antara 51,3 dB - 52,1 dB, pada selasar 52,7dB - 54dB. , sudah mencapai batas maksimal tingkat intensitas bunyi yang diperbolehkan.
Suatu pemecahan masalah akustik dibutuhkan dengan mengurangi gangguan kebisingan dengan mengurangi sumber bunyi dengan menutup lubang ventilasi .
5. ANALISIS
5.1 Perbandingan seluruh ruang kuliah dari masing-masing fakultas
10
60,1658,256,4
53,2 51,8 59,3 59,3
56,953,8 53,3
4648 5052 5456 5860 62
GED-F GED-A GED-G GED-D GED-C
Perbandingan Ruang Kuliah dan Selasar(dBA)
R.Kuliah Selasar
GED-F = Fak HUKUM
GED-A= Fak EKONOMI GED-G = FKIP
GED-D Fak Teknik GED-C=FIS
Gambar 4.5.. Grafik Hasil Pengukuran Intensitas Bunyi seluruh Ruang Kuliah di Unla
5.2 Analiasa perbandingan hasil penelitian dengan standar
Tabel 4.1: Tabel Perbandingan tingkat kebisingan hasil penelitian dengan standar
Ruang
Hasil yang diperoleh
( dBA)
Mentri LinGK.
Hidup
Pedoman Teknis Cipta
Karya
ANSI-
S1260 Kesimpulan Gedung
F 60,16 30-40 35-55 Diatas ambang
batas Gedung
A
59,6 30-40
35-55 Diatas ambang batas
Gedung
G 56,9
30-40 35-55 Diatas ambang batas Gedung
D 53,2
30-40 55 Batas ambang
batas
Dari tabel diatas terlihat bahwa intensitas bunyi yang tinggi adalah Fakultas Hukum dan paling rendah FISIP.
Perbandingan tingkat bising yang diperoleh dengan stardar yang berlaku terlihat pada table dibawah ini :
11
Tabel 4.2: Perbandingan tingkat kebisingan hasil penelitian dengan standar
Dari Tabel tersebut diatas terlihat bahwa nilai intensitas bunyi dari seluruh ruang kuliah yang terdapat di UNLA semuanya melebihi ambang batas kebisingan yang disyaratkan sebagai standar yaitu 30-40 dBA dan untuk ruang luar 55 dBA. Kondisi terebut perlu dicarikan solusi yang terbaik untuk bisa dicapainya kenyamanan audial pada ruang
kuliah.
Penyebab kebisingan disebabkan oleh :
a. Kebisingan disebabkan oleh bising dari jalan raya, hasil pengukuran menunjukkan intensitas bunyi dijalan raya dari pagi sampai sore 73.48- 79.54 dBA.
b. Kebisingan berasal dari dalam lahan sendiri karena mesin kendaraan bermotor, hasil pengukuran menunjukkan intensitas bunyi ditempat parkir
dari pagi sampai sore 59.1- 68.8 dBA. mengganggu ruang kuliah di sebelahnya, atau peralatan bangunan seperti pompa dan generator yang ditempatkan di dalam bangunan.
c. Dalam ruangan sendiri, seperti misalnya di dalam kelas ketika siswa semestinya tenang sewaktu dosen menerangkan materi namun mahasiswa ternyata asyik berdiskusi sendiri-sendiri.
d. Kondisi fisik atau elemen bangunan pada ruang-kuliah kuliah yang tidak baik , tidak mengguakan akustik ruang.
e. Penataan atau rancangan yang kurang tepat seperti bukaan- bukaan yang membuat perambatan bunyi besar.
f. Kebisingan dari luar lahan bangunan, dari samping bangunan dekat jalan raya 62.6 – 64.4 dBA
Ruang
Standar Ruang Kelas (dB)
Kesimpulan Hasil yang
diperoleh ( dBA)
Mentri Lingkungan
Hidup
Pedoman Teknis Cipta
Karya
ANSI-S1260
Ged.C 51,5 30-40
35-55 Batas
ambang batas
Parkir 64.5 55 Diatas
ambang batas
12
60,1658,2
56,453,251,8 59,359,3
56,953,853,3
4648 5052 5456 5860 62
GED-F GED-A GED-G GED-D GED-C
Perbandingan Ruang Kuliah dan Selasar(dBA)
R.Kuliah Selasar g. Kebisingan dari luar lahan
bangunan, dari samping bangunan dekat jalan raya 62.6 – 64.4 dBA
Dalam bangunan sendiri, misalnya ada ruang dalamdalam bangunan yang menimbulkkan kebisingan , seperti kantin.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Tingkat kebisingan masing- masing ruang kuliah tiap fakultas yang diperoleh adalah 51.6 – 60.16 dBA, jauh lebih tinggi diatas kriteria atau standar yang telah ditetapkan untuk ruang kuliah yaitu 30-40 dBA dan untuk ruang luar diperoleh 59.1 – 68.8 dBA , sedangkan criteria batas kebisingan maksimum untuk outdoor 55 dBA. Hal ini menunjukkan bahwa kenyamanan audial untuk ruang kelas tidak tercapai.
2. Identifikasi tingkat kebisingan pada seluruh ruang kuliah di UNLA sebagai berikut :
Tabel 4.3: Tingkat kebisingan Selasar cenderung lebih tinggi dari ruang kuliah.
3. Lokasi kampus UNLA yang terletak dipinggir jalan raya masalah bising tidak bisa dihindarkan. Masalah sumber bunyi dari kepadatan lalu lintas menjadi penyebab utama terhadap terhadap kebisingan yang terjadi di kampus UNLA.
Selain itu sumber bunyi yang lain dari lingkungan sekitar juga cukup besar. Dari internal sendiri apakah dari peralatan mesin maupun suara mahasiswa semakin menambah intensitas bunyi karena fisik bangunan tidak pernah mempertimbangan kenyamanan audial sebagai bagian perancangan bangunan dari awal. Sehingga apabila terjadi gangguan kebisingan fisik bangunan tidak menangkal atau meredam gangguan tersebut. Sebaiknya desain
13
ruangan perlu dilengkapi dngan material-material yang bisa meredam suara.
4. Berdasarkan persyaratan teknis untuk mencapai kenyamanan audial sesuai standar yang berlaku bahwa ruang-ruang kuliah diseluruh Universitas Langlangbuana Bandung perlu diadakan perubahan (penataan ulang) atau renovasi eksterior maupun interior yang bersifat finishing dengan material yang memenuhi syarat untuk akustik ruang.
6. 2. Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan dirasakan masih jauh dari sempurna, maka perlu dilakukan penelitian lain yang mencakup aspek yang lebih detail mengenai aplikasi fisik untuk akustik ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Doelle, 1986, Akustik Lingkungan,Penerbit Erlangga, Jakarta.
(2) Frick, Heinz., Antonius
Ardiyanto, dan AMS
Darmawan. Seri Konstruksi Arsitektur 8: Ilmu Fisika Bangunan. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta. 2008.
(3) Johar Maknun, Sidik Hananto, Budi Cahyani, Pengaruh
Kebisingan lalu lintas terhadap proses belajar mengajar, 2009.
(4) Sri Sularti, Enok Sugiharti, Kajian Pengaruh Kebisingan Terhadap Kenyamanan Audial pada Ruang Kuliah, 2010.
(5) Mediastika, Christina. Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia.
Penerbit Erlangga: Jakarta.
2005.
(6) Mangunwijaya, 1981, Pasal- pasal Fisika Bangunan, Gramedia, Jakarta .
(7) Magrab, E.D., 1982, Environmental Noise Control, McGraw-Hill, Inc., New York.
(8) Menteri Negara Lingkungan Hidup (1996) , Baku Tingkat Kebisingan, Surat Keputusan Mentri Negara No: Kep.
48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, Jakarta :Meneg LH.
(9) Peter Lord & Duncan , 2001, Detail Akustik Edisi 3, Erlangga, Jakarta.
(10) Satwiko, Prasasto;(2004) Fisika Bangunan, Edisi 1,Andi
(11) Tim Dosen Fisika Bangunan (2007) Materi Kuliah Fisika Bangunan, Bandung, Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Nasional.