Team Teaching EHK Monday, 8thNovember 2021
ASPEK HUKUM DALAM
PRAKTEK KEBIDANAN III
SUB TOPIK
03
LANDASAN HUKUM PERUNDANGAN
TUJUAN KASUS
02 04
01
Pentingnya Landasan Hukum
Dalam Praktek Profesi
● Pada dasarnya hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat dan memegang nilai-nilai secara konsisten merupakan tindakan yang etis , sehingga antara hukum dan etika juga memiliki keterkaitan.
Digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas profesinya.
Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas
TUJUAN
Sebagai landasan untuk standarisasi dan
perkembangan profesi
01 02
• UU No 4 tahun 2019 tentang Kebidanan
• UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan sbg landasan hukum utama penyelenggaraan bidan
• UU No 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
• Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi
• Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan kesehatan Nasional
PERATURAN PERUNDANGAN YANG MELANDASI TUGAS,
FUNGSI, PRAKTEK BIDAN
● Keputusan Menteri Kesehatan tentang No 369 tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan
● Keputusan Menteri Kesehatan No 938 tahun 2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
● Peraturan Menteri Kesehatan tentang Nomor 1464 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaran praktek bidan
● Keputusan Menteri Kesehatan No 229 tahun 2010 tentang pedoman asuhan kebidanan masa perimenopause
● Keputusan menteri kesehatan no 230 tahun 2010 tentang pedoman rawat gabung ibu dan bayi
● Permenkes No 71 tahun 2013 tentang Pelayanan kesehatan pada Jaminan kesehatan nasional
● Permenkes No 97 tahun 2014 tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual
● Permenkes No 59 tahun 2014 tentang standar tarif JKN
● Permenkes No 28 tahun 2014 tentang Pedoman pelaksanaan Program JKN
● Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
● Permenkes No 19 tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah daerah
● Permenkes No 28 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan Program JKN
● Permenkes No 59 tahun 2014 tentang standar tarif pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program JKN
● Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 1 tahun 2008 tentang Jabatan Fungsional Bidan dan Angka Kreditnya
● Peraturan Bersama Men Kes dan Kepala BKN No 25 tahun 2008 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional bidan dan angka kreditnya
● Permenkes No 551 tahun 2009 tentang Petunjuk teknis Jabatan Fungsional bidan dan angka kreditnya
● Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2010 tentang pelayanan kesehatan pada JKN
● Permenkes No 99 tahun 2015 tentang perubahan atas Permenkes No 71 thn 2013 ttg pelayanan kesehatan pada JKN
NEW KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN
UU Tentang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003
• Bidan termasuk tenaga kerja yang mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan .Mempunyai Hak : 1. Memperoleh perlindungan sesuai dng harkat dan martabat kemanusiaan 2. Perlindungan unt menjamin hak-hak dasar pekerja
3. Menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi
• Tujuan Pembangunan ketenagakerjaan : ØPasal 4 UU No.13 tahun 2003
Contoh Tuntutan Pidana (KUHP)
Kelalaian : 359 -360 KUHP
KUHP
01 03
02
Keterangan Palsu : 267 – 268 KUHP
Aborsi Ilegal : 347 – 349 KUHP
Aborsi Ilegal Pasal 194 =
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”
CONTOH TUNTUTAN DI UU
ASI Eksklusif Pasal 200 =
“Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”
CONTOH TUNTUTAN DI UU
ABORSI
Indonesia telah mempunyai undang-undang yang mengatur tentang aborsi. Menurut
Undang-Undang Kesehatan pasal 75
ayat 1 No. 36 Tahun 2009
, segala bentuk tindakan aborsi dilarang, namun ada pengecualian berdasarkanUU Kesehatan
pasal 75 ayat 2
sehingga ada dua kondisi di mana wanita boleh melakukan aborsi; Hamil karena perkosaan dan hamil dengan indikasi darurat medisPasal 75 (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
○ indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
○ kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
UU ABORSI
Pasal 75
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU ABORSI
BAYI TABUNG
AYAT (2)
Ayat (1) Upaya kehamilan diluar cara alamiah hanya dpt dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dgn ketentuan:
Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dlm rahim istri darimana ovum berasal
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; dan pada fasilitas kesehatan tertentu
Ayat (2) Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan diluar cara alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
AYAT (1)
Pasal 127 UU No 36 tahun 2009
ADOPSI
01 02
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang didukung oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
Dalam UU dan peraturan tersebut dijelaskan bahwa adopsi anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang
terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat
dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku
THANKS
Do you have any questions?