• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKULTURASI ISLAM JAWA DALAM KEBUDAYAAN LOKAL

N/A
N/A
Nur Duroh

Academic year: 2022

Membagikan "AKULTURASI ISLAM JAWA DALAM KEBUDAYAAN LOKAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

AKULTURASI ISLAM JAWA DALAM KEBUDAYAAN LOKAL

Nur Khoir Na’Imah

Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga nurkhoir077@gmail.com

ABSTRAK

Kedatangan Islam di Jawa dalam konteks budaya yang mempengaruhi akulturasi Islam dan budaya Jawa. Akulturasi Islam dan budaya Jawa terlihat pada kesultanan Mataram seperti batu nisan, arsitektur bangunan, sastra, kesenian wayang dan tradisi keagamaan. Islam di Jawa memiliki keragaman dan karakter yang unik, terlihat pada ekspresi masyarakat Jawa. Berbagai akulturasi islam dan budaya lokal digunakan sebagai sarana untuk memberikan nilai Islam kepada masyarakat Jawa. Universalitas Islam keberadaannya tidak hanya untuk satu golongan, suku, ras tetapi untuk menyeluruh umat manusia. Akibat sifatnya yang universal, Islam membutuhkan kemampuan beradaptasi dengan tempat masyarakat. Sangat sulit untuk membayangkan ketika Islam ada di komunitas tertentu dan mengubah semua nilai, adat istiadat, budaya dan tradisi yang mereka lindungi. Makna akulturasi di sini bukan berarti Islam dan budaya daerah dipandang sebagai dua variabel yang paralel sempurna, melainkan sebagai hubungan dinamis dalam arti keduanya. Hal ini bisa terjadi ketika bentuk kearifan lokal justru bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang paling mendasar.

Kata Kunci: Akulturasi, Islam, Kebudayaan.

ABSTRAK

The arrival of Islam in Java in the context of culture that influenced the acculturation of Islam and Javanese culture.Acculturation of Islam and Javanese culture is seen in the Sultanate of Mataram such as tombstones, building architecture, literature, puppetry arts and religious traditions.Islam in Java has a unique diversity and character, seen in the expression of Javanese society.Various acculturation of Islam and local culture are used as a means to provide Islamic value to javanese people.The universality of Islam exists not only for one group, tribe, race but for the whole of humanity.Due to its universal nature, Islam requires the ability to adapt to the place of society.It is very difficult to imagine when Islam exists in a particular community and changes all the values, customs, cultures and traditions they protect. The meaning of acculturation here does not mean Islam and regional culture are seen as two perfectly parallel variables, but rather as a dynamic relationship in the sense of both. This can happen when the form of local wisdom is contrary to the most basic Islamic values.

Keywords: Acculturation, Islam, Culture.

(2)

Pendahuluan

Akulturasi merupakan perpaduan antara dua kebudayaan yang berbeda tanpa menghilangkan kebudayaan yang lama, yang beradaptasi dengan budaya lokal seperti varian Islam Jawa. Varian Islam bukanlah Islam yang melenceng dari akar kemurniannya melainkan Islam yang berakulturasi dengan budaya lokal. Dengan demikian Islam memiliki akar ideologis begitu dengan budaya lokal yang hilang karena Islam masuk di dalamnya (Paisun, 2010)1. Varian Islam lokal disebut juga Islam kultural yang dilestarikan sehingga mengalami perkembangan di berbagai sisi. Proses ini terbentuk karena adanya proses internalisasi sebuah ajaran baru ke dalam konteks kebudayaan lokal dalam bentuk akomodasi.

Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Indonesia memiliki perbedaan ras, suku, bahasa, budaya, agama dan kepercayaan. Dalam sejarah Islam di Indonesia datang dan menyebar tanpa menghilangkan kebudayaan lokal, tanpa adanya konflik atau peperangan, bahkan Islam datang dengan cara damai dan mudah diterima oleh masyarakat yang menganut sistem kepercayaan animisme, hindu maupun budha (al-Humaidy, 2007)2. Hal ini di sebabkan penyebaran Islam dilakukan dengan empat cara yaitu: perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan kesenian.

Sebagai salah satu varian budaya Islam yang ada di Indonesia munculnya interaksi budaya antara Islam dan budaya Jawa, Islam Jawa memiliki ekspresi yang unik. Oleh karena itu penyebaran Islam di Jawa lebih dominan dalam bentuk akulturasi. Pola akulturasi Islam dan budaya Jawa, selain itu juga didukung oleh kekuatan politik kesultanan Mataram yang mampu menyatukan kerajaan Islam di Jawa, khususnya Islam Jawa dengan kosmologi Hindu dan Budha.

Metode

Penelitian ini menggunakan tiga metode dalam melalukan pengumpulan data, yaitu:

1. Studi Elektronik

1 Paisun, 2010, hlm. 156.

2 Al-Humaidy, M. Ali, Tradisi Molodhan: Pemaknaan Kontekstual Ritual Agama Masyarakat pamkesan Madura, (jurnal ISTIQRO:2007), hlm. 278, vol. 06, no. 01.

(3)

Dalam penelitian ini mencari informasi yang terdapat dari internet guna membantu penulisan karya ilmiah.

2. Studi Pustaka

Dalam penulisan karya ilmiah ini mencari informasi dari beberapa buku yang berkaitan dengan karya ilmiah ini.

Pembahasan

Kata Islam secara bahasa berarti aman dan tenteram, menjaga aman dan tenteram, atau berserah diri, tunduk, dan patuh kepada Allah swt. (Nasruddin Razak, 1993)3. Islam adalah agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad saw. berpedoman dengan Al-Qur’an. Kata budaya adalah tentang budi, akal, adat, dan adat. Kata kebudayaan adalah hasil kegiatan dan ciptaan, tetapi menggunakan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat-istiadat, atau seluruh pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu kebudayaan pada dasarnya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Istilah akulturasi diartikan sebagai proses percampuran dua budaya atau lebih yang bertemu dan saling mempengaruhi tanpa menghilangkan budaya yang lama. Dengan demikian akulturasi Islam dengan budaya lokal adalah proses terjadinya pertemuan atau hubungan timbal balik Islam dengan budaya masyarakat yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Proses Islamisasi di Indonesia khususnya di Jawa dibawakan oleh para mubalig (ulama Walisongo), beliau adalah orang yang berjasa dalam mengislamkan masyarakat Jawa. Peran Walisongo memiliki tugas untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok Jawa, yakni untuk mengimplenentasikan nilai-nilai Islam pada tradisi masyarakat setempat. Metode mubaligh atau ulama Walisongo dalam menyebarkan Islam sama seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw. ketika menyebarkan Islam, yaitu dengan cara mendirikan pesantren yang digunakan untuk mempelajari Islam, berdakwah menggunakan alat kesenian, dan upacara keagamaannya tanpa menghilangkan kebudayaan yang telah ada. Sehingga strategi ini tanpa paksaan, menarik perhatian, dan mudah diterima oleh masyarakat.

Pengaruh Islam merupakan bukti terjadinya akulturasi Islam dan budaya lokal untuk melestarikan kebudayaan yang telah ada. Islam dengan budaya lokal merupakan suatu hal yang

3 Nasruddin Razak, Dienul Istam, (Cet.ll; Bandung: Al-Ma,arif, 1993), hlm. 56.

(4)

tidak bisa dihindari. Oleh karena itu ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin, Mana tidak bertentangan dengan ajaran agama terutama pada nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupan masyarakat. Unsur-unsur yang bertentangan dengan Islam seharusnya dimusnahkan atau di ganti (As-Syafi’i, 1963)4. Bagi orang Jawa upacara keagamaan tradisional mempunyai arti yang penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, menurutnya upacara berkaitan dengan hidup manusia sejak dalam perut ibu sampai kematiannya atau upacara sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mencari nafkah khususnya para petani, pedagang, nelayan, dan lain sebagainya (Darori Amin, 2002)5. Pada awalnya upacara dilakukan dalam rangka untuk menghindari pengaruh buruk yang bisa membahayakan kelangsungan hidup manusia, biasanya mengadakan sesaji agar hidup jauh dari musibah. Orang Walisongo mengajarkan tradisi Islam pada masyarakat Jawa seperti sedekah agar menyadarkan masyarakat Jawa kenikmatan dan jalan sepenuhnya sudah takdir Allah swt. Untuk menghindari upacara keagamaan dengan ritual sesajian yang dianggap menyalahi syariat Islam, maka pada saat upacara keagamaan diisi dengan pembacaan barzanji atau tahlilan.

Menurut Koentjaraningrat ada 5 hal dalam proses akulturasi yaitu sebagai berikut:

1. Masyarakat yang mudah menerima sebelum proses akulturasi berjalan.

2. Individu yang membawa unsur kebudayaan asing.

3. Saluran yang dipakai untuk unsur kebudayaan asing untuk masuk kebudayaan asing tadi.

4. Reaksi individu yang terkena kebudayaan asing (Mundzirin Yusuf, dkk, 2005)6.

Unsur kebudayaan Islam diterima dan dipadukan dengan budaya Jawa, karena perubahan kebudayaan selama ini masih menjaga identitas budaya Jawa dengan akulturasinya. Akulturasi budaya dapat dilihat dari bentuk nisan yang berbentuk beragam seperti bentuk gunungan pewayangan, keris, dan teratai (Musyrifah Sunanto)7. Arsitektur bangunan masjid yang dipengaruhi oleh arsitektur Hindu-Buddha terlihat dari bentuk atap masjid yang semakin ke atas semakin kecil dan berjumlah ganjil. Kesusastraan pada awal Islam tidak terlepas dari pengaruh Hindu-Buddha, dibagi menjadi 4 yaitu hikayat, babad, suluk, dan kitab primbon.

Adapun akulturasi seni seperti seni lukis kaligrafi. Puisi tradisional Jawa atau tembang ada 3 kategori: tembang cilik, tembang tengahan dan tembang gedhe, sedangkan macapat

4 Al-Ahdali al-Yamani as Syafi’i. Abi Bakar al-Faraid al-Bahiyyah.( Kudus: Menara Kudus).

5 Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 131.

6 Mundzirin Yusuf, dkk, Islam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm.

16.

7 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 94-95.

(5)

digolongkan kategori tembang cilik, tembang tengahan, sementara tembang gedhe berdasarkan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuno,

Penutup

Universalan Islam tidak hanya untuk satu golongan, etnis, atau ras tertentu tetapi untuk semua umat manusia. Prinsip utamanya adalah agama Islam yang rahmatan lil alamin. Islam disebarkan dengan cara damai tidak dengan kekerasan, dengan demikian Islam menyebar di Indonesia tidak terlepas dari kebudayaan lokalnya yang menyebabkan corak dan varian Islam memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri pada khususnya pada masyarakat Jawa. Varian Islam bukanlah Islam yang menghilangkan prinsip kemurniannya, tetapi Islam yang di dalamnya yang telah berakulturasi dengan budaya lokal. Ajaran Islam tidak menghapus dan menghilangkan tradisi atau kebudayaan masyarakat yang sudah ada, melainkan mengarahkan dan mewarnai budaya lokal. Terbukti dengan arsitektur bangunan masjid, sastra, kesenian wayang dan tradisi keagamaan.

(6)

Daftar Pustaka

Al-Ahdali al-Yamani as Syafi’i. Abi Bakar al-Faraid al-Bahiyyah.( Kudus: Menara Kudus).

Paisun, 2010, hlm. 156.

Al-Humaidy, M. Ali, Tradisi Molodhan: Pemaknaan Kontekstual Ritual Agama Masyarakat pamkesan Madura, (jurnal ISTIQRO:2007), hlm. 278, vol. 06, no. 01.

Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 131.

Mundzirin Yusuf, dkk, Islam dan Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm. 16.

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 94-95.

Nasruddin Razak, Dienul Istam, (Cet.ll; Bandung: Al-Ma,arif, 1993), hlm. 56.

Paisun, 2010, hlm. 156.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga terhadap status

Algoritma Frequent Pattern Growth digunakan untuk menentukan kombinasi dari jenis barang yang sering dibeli konsumen dengan mencari item yang sering muncul kemudian

Dalam rangka kebutuhan titik kontrol atau biasa disebut titik Ground Control Point (GCP) untuk keperluan foto citra beresolusi spasial 10 centimeter dibutuhkan

Edukasi bagi masyarakat ikut serta mengelola hutan bakau untuk mencegah abrasi di sepanjang pesisir pantai Kampung Tajung dan Madegan Kelurahan Polagan melalui

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, tanaman yang potensial digunakan sebagai tanaman penutup tanah pada kebun kelapa sawit menghasilkan adalah Asystasia gangentica,

Sasaran Bantuan Keuangan khusus untuk program pembangunan kantor desa adalah tercapainya implementasi pemberian dana stimulan dengan syarat tertentu secara

Volume 25, Nomor 1, JULI 2019 Table of Contents Articles Issue Coverage ( 35 Authors ) Total 1 Author's Country Indonesia (35) Total 19 Author's Affiliations Diponegoro University

Berkaitan dengan berlakukannya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-XIII/2015 disarankan kepada penyidik agar bertindak profesional serta sesuai pada ketentuan