MAKALAH
Paradigma Post Positivisme
Disusun Oleh :
Amartian Bagus Pratama (2106015278) Danica Marva Mutiarani (2106015259)
Sahara Sonia Fath ( 2106015299)
PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Paradigma Post Positivisme.”
dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang Sistem Mata Pencaharian Hidup. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka, jurnal maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak “Mustiawan, M.I.Kom” selaku dosen mata kuliah Filsafat Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... 2
Bab I Pendahuluan ... 4
A. Latar Belakang ... 4
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan ... 4
Bab II Pembahasan ... 5
A. Pengertian Positivisme ... 5
B. Pengertian post positivisme ... 5
C. Perbedaan paradigma post positivesme dengan post positivisme... 5
Bab III Penutup ... 6
A. Kesimpulan ... 6
Daftar Pustaka ... 7
Bab I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Post-positivisme merupakan perbaikan dari positivisme yang dianggap memiliki kelemahan-kelemahan dan dianggap hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti saja.
Pos positivisme mempunyai ciri utama sebagai suatu modifikasi dari
Positivisme.Melihat banyaknya kekurangan pada Positivisme menyebabkan para pendukungPostpositivisme berupaya memperkecil kelemahan tersebut dan menyesuaikannya.Prediksi dan kontrol tetap menjadi tujuan dari Postpositivisme tersebut.
Post-positivisme merupakan sebuah aliran yang datang setelah positivisme dan memang amat dekat kaitannya dengan paradigma positivisme. Salah satu indikator yang membedakan antara keduanya bahwasanya post-positivisme lebih mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi memalui berbagai macam metode. Dengan demikian suatu ilmu memang betul mencapai objektivitas apabila telah diverifikasi oleh berbagai kalangan dengan berbagai cara.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Postpositivisme adalah aliran yangingin memperbaiki kelemahan pada Positivisme. Satu sisi Postpositivisme
sependapatdengan Positivisme bahwa realitas itu memang nyata ada sesuai hukum alam. Tetapi padasisi lain Postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin mendapatkan kebenarandari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak terlibat secaralangsung dengan realitas. Hubungan antara peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif, untuk itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, data, dan lain-lain.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan post positivisme?
2. Apa yang dimaksus dengan paradigma post positivisme?
3. Apa Perbedaan Paradigma Positivisme dan Postpositivisme?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu post positivisme
2. Untuk mengetahui apa itu paradigma post positivisme
Bab II
PEMBAHASAN
A. Positivisme
Positivisme adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
Positivisme merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Dalam perkembangannya ada tiga positivisme, yaitu positivisme sosial, positivisme evolusioner dan positivisme kritis.
a. Positivisme sosial -> merupakan penjabaran lebih jauh dari kebutuhan masyarakat dan sejarah. August Comte dan John Stuart Mill merupakan tokoh utama positivisme ini.
b. Positivisme Evolusioner -> ini berangkat dari phisika dan biologi dan digunakan doktrin evolusi biologik.
c. Positivisme kritis -> pada akhir abad XIX positivisme menampilkan bentuk lebih kritis dalam karya-karya Ernst Mach dan lebih dikenal sebagai empirioerotisisme. Fakta menjadi satu-satunya jenis unsur untuk membangun realitas.
istilah ini digunakan pertama kali oleh Saint Simon (sekitar tahhun 1825). Positivisme berakar pada empirisme. Prinsip filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh empirist Francis Bacon. Tesis positivise adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya
pengetahuan valid, dan fakta-fakta sajalah yang mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan.
Dalam perkembangannya ada tiga positivisme, yaitu positivisme sosial, positivisme evolusioner dan positivisme kritis.
B. Postpositivisme
Post Positivisme lawan dari positivisme: cara berpikir yg subjektif Asumsi terhadap realitas:
there are multiple realities (realitas jamak), Kebenaran subjektif dan tergantung pada konteks value, kultur, tradisi, kebiasaan, dan keyakinan. Natural dan lebih manusiawi.
Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-1980an. Pemikirannya dinamai
“post-positivisme”. Tokohnya; Karl R. Popper, Thomas Kuhn, para filsuf mazhab Frankfurt (Feyerabend, Richard Rotry). Paham ini menentang positivisme, alasannya tidak mungkin menyamaratakan ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu alam, karena tindakan manusia tidak bisa di prediksi dengan satu penjelasan yang mutlak pasti, sebab manusia selalu berubah.
Salah satu pendiri postpositivisme adalah Karl Popper. Karl Popper lahir di Vienna, Austria, 28 Juli 1902 dan meninggal di London, Inggris, 17 September 1994 (umur 92 tahun). Popper merupakan salah satu dari sekian banyak filsuf ilmu dan pakar dalam bidang psikologi
belajar. Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi, sebagai lawan dari verifikasi terhadap ilmu. Falsifikasi adalah gagasan melihat suatu teori dari sudut pandang kesalahan. Dengan menganggap teori itu salah, dan dengan segala upaya dibuktikan kesalahan tersebut hingga mutlak salah, dibuatlah teori baru yang menggantikannya.
Post-positivisme merupakan perbaikan positivisme yang dianggap memiliki kelemahan- kelemahan, dan dianggap hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis aliran post-positivisme bersifat critical realism dan menganggap bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan hukum alam tapi mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara benar oleh peneliti. Secara epistomologis:
Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti dengan realitas yang diteliti tidak bisa
dipisahkan tapi harus interaktif dengan subjektivitas seminimal mungkin. Secara metodologis adalah modified experimental/ manipulatif.
Observasi yang didewakan positivisme dipertanyakan netralitasnya, karena observasi dianggap bisa saja dipengaruhi oleh persepsi masing-masing orang. Proses dari positivisme ke post-positivisme melalui kritikan dari tiga hal yaitu:
a. Observasi sebagai unsur utama metode penelitian,
b. Hubungan yang kaku antara teori dan bukti. Pengamat memiliki sudut pandang yang berbeda dan teori harus mengalah pada perbedaan waktu,
c. Tradisi keilmuan yang terus berkembang dan dinamis (Salim, 2001).
Post positivisme merupakan sebuah aliran yang datang setelah positivisme dan memang amat dekat dengan paradigma positivisme. Salah satu indikator yang membedakan antara
keduanya bahwa post positivisme lebih mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi melalui berbagai macam metode. Dengan demikian suatu ilmu memang betul mencapai objektivitas apabila telah diverifikasi oleh berbagai kalangan dengan berbagai cara.
Asumsi Dasar Post Positivisme:
a. Fakta tidak bebas nilai, melainkan bermuatan teori.
b. Falibilitas Teori, tidak satupun teori yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti- bukti empiris, bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukkan fakta anomali.
c. Fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai.
d. Interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah.
e. Asumsi dasar post-positivisme tentang realitas adalah jamak individual.
f. Hal itu berarti bahwa realitas (perilaku manusia) tidak tunggal melainkan hanya bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit tindakan yang bersangkutan.
g. Fokus kajian post-positivis adalah tindakan-tindakan (actions) manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan.
Dalam bukunya John W. Creswell “Research Desigh Qualitative, Quantitatif, and Mixed Methods Approaches Second edition” bahwa seseorang dapat mencapai asumsi utama dari posisi ini, seperti berikut ini:
1. That knowledge is conjectural (and anti-foundational)- absolute truth can never be found.
Thus, evidence established in research is always imperfect and fallible. It is for this reason that researchers do not prove hypotheses and instead indicate a failure to reject.
2. Research is the prosess of making claims and them refining or abandoning some of them for other claims more stroungly warranted. Most quantitative research, for example starts whith the test of a theory.
3. Data, evidence, and rational considerations shape knowledge. In practice, the researcher collects information on instruments based on measures completed by the participants or by observations recorded by the researcher.
4. Research seeks to develop relevant true statements, ones that can serve to explain the situation that is of concern or that describes the causal relationships of interest. In quantitative studies, researchers advance the relationship among variables and pose this in terms of
questions or hypotheses.
5. Being objective is an essential aspect of competent inquiry, and for this reason researchers must examine methods and conclusions for bias. For example, standards of validity and reability and important in quantitative research.
Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme, yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
Secara ontologis aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi satu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). Oleh karena itu, secara
metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah cukup, tetapi harus menggunakan metode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori.
Secara epistemologis, hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, seperti yang diusulkan oleh aliran positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang postpositivisme empat pertanyaan dasar berikut, akan memberikan gambaran tentang posisi aliran ini dalam kancah paradigma ilmu pengetahuan
Perbedaan Paradigma Positivisme dan Postpositivisme
Menekankan analisis parsial dan dekontekstualisasikan (decontextualization) VS Menekankan analisis menyeluruh dan kontekstualisasi (contextualization) Menekankan pemisahan VS Menekankan integrasi Menekankan generalisasi VS Menekankan spesifikasi Pertimbangan hanya pada objektivitas dan kuantifikasi VS Pertimbangan juga pada
subjektifitas dan non-kuantifikasi Ketergantungan pada keahlian dan pengetahuan orang lain, peneliti sebagai orang luar VS Pertimbangan juga diambil dari partisipan dan pengetahuan lokal; peneliti sebagai orang dalam. Memberikan fokus perhatian pada controlling VS Memberi fokus pada understanding.
Bab III
PENUTUPAN Kesimpulan
1. Positivisme merupakan aliran pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah. Positifisme sekarang merupakan istilah umum untuk posisi filosofis yang menekanakan aspek faktual pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah dan umumnya positivisme berupaya menjabarkan pernyataan-pernyataan faktual pada suatu landasan pencerapan (sensasi). Atau dengan kata lain, positivime merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari studi filosofi satau metafisik.
2. Post Positivisme lawan dari positivisme: cara berpikir yang subjektif Asumsi terhadap realitas. Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-1980an. Salah satu
pendiri pospositivisme adalah Karl Popper. Paham ini menentang positivisme, alasannya tidak mungkin menyamaratakan ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu alam.
3. Untuk dapat membedakan paradigma Positivistik dan paradigm postpositivitik di lihat dari segi asumsi ontology, asumsi epistemology dan asumsi aksiologi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35789473/Makalah_post_posivistik
https://www.academia.edu/11797772/PARADIGMA_POSITIVISME_DAN_POSTPOSITIV ISME_Diajukan_sebagai_tugas_pada_mata_kuliah_Etika_dan_Filsafat_Komunikasi_Dosen_
Asriyani_Sugiyanto_S_Ikom_Disusun_Oleh_M_Fahri_Husin
https://text-id.123dok.com/document/zkx6w8py-makalah-filsafat-ilmu-post-positivistik.html
http://blog.unnes.ac.id/efvinurhidayah/2017/12/03/paradigma-post-positivisme/
http://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-paradigma-positivisme-dan-post.html