• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN AWAL KONDISI GEOLOGI KEPULAUAN BARELANG PADA KEGIATAN PRA SURVEI TAPAK PLTN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN AWAL KONDISI GEOLOGI KEPULAUAN BARELANG PADA KEGIATAN PRA SURVEI TAPAK PLTN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

817

KAJIAN AWAL KONDISI GEOLOGI KEPULAUAN BARELANG PADA KEGIATAN PRA SURVEI TAPAK PLTN

June Mellawati1, Heri Syaeful2, F.Dian Indrastomo2, Ratih Agustin Putri2 1) Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir

2) Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir

ABSTRAK

KAJIAN AWAL KONDISI GEOLOGI KEPULAUAN BARELANG PADA KEGIATAN PRA SURVEI TAPAK PLTN. IAEA NS-R-3 Tahun 2003 tentang evaluasi tapak merekomendasikan.

perlunya kajian aspek geologi terkait keselamatan area tapak untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan kegiatan survei awal untuk aspek geologi dalam rangka menentukan daerah interes tapak PLTN di Barelang. Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran awal kondisi geologi beberapa pesisir di Kepulauan Barelang terkait dengan penetapan tapak PLTN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 – Januari 2016, dan lokasi penelitian meliputi area pesisir bagian timur dan barat Kepulauan Barelang. Ruang lingkup meliputi studi pustaka, pengumpulan data sekunder, pengamatan dan pendataan lapangan, analisis terpadu data pengamatan dan pemeringkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara geologi Kepulauan Barelang terusun atas batuan granit (Trg), serpih Formasi Duriangkang (Trsd), serpih Formasi Pulaupanjang (Jp), konglomerat Formasi Tanjungkerotang (Tmpt), batupasir tufan Formasi Goungon (Qtg) dan endapan aluvium (Qa). Daerah tapak interes untuk PLTN di Kepulauan Barelang adalah daerah dengan sebaran batuan granit, serpih, dan konglomerat, seperti Pulau Tanjung Sauh, Kelurahan Sijantung, dan Tanjung Kelingking.

Kata kunci: Barelang, tapak, PLTN, geologi

ABSTRACT

PRELIMINARY STUDY OF GEOLOGICAL CONDITION OF BARELANG ISLANDS IN PRE-SURVEY OF NPP SITE. IAEA NS-R-3 Year 2003 on Site Evaluation recommend requirement of geological aspect study related to site area safety for Nuclear Power Plant (NPP). Based on above reason it has been done preliminary survey activity for geological aspect in order to decide NPP site interest area in Barelang. The purpose of research is to get an initial review of geological conditions in some coastal islands linked to the establishment of Barelang NPP site. The study was conducted in August 2015 - January 2016, and it covers an area of the eastern and the western coast of Barelang Islands. The scope covers literature study, secondary data collection, observation and field data collection, integrated analysis of observational data and rankings. Results showed that the geology Barelang Islands composed on granite (Trg), shale formation Duriangkang (Trsd), shale formation of Pulau Panjang (Jp), conglomerate of Formation Tanjungkerotang (Tmpt), sandstones and tuffaceous formations Goungon (Qtg) and alluvium deposit (Qa). Interest site area for NPP in Barelang Islands is the region with the distribution of granite rocks, shale, and conglomerates, such as Tanjung Sauh Island, Sijantung Village, and Kelingking Peninsula.

Keywords: Barelang, site, NPP, geology

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam dokumen International Atomic Energy Agency (IAEA) Safety Guide NS-R-3 Tahun 2003 disebutkan bahwa dalam kegiatan survei tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) diperlukan kajian aspek geologi [1]. Pendataan geologi diperlukan terkait dengan keselamatan tapak yang dalam persiapannya membutuhkan data dukung berupa data sekunder (peta) hasil penelitian sebelumnya maupun data hasil konfirmasi lapangan atau survei. Pendataan geologi memiliki banyak peran yang saling terkait, antara lain untuk aspek kegunungapian, kegempaan, pensesaran permukaan termasuk di dalamnya kemungkinan batuan terobosan dan batuan plutonik. Telah dilakukan penelitian serupa, yaitu tentang kajian material bawah permukaan tapak Pulau Bangka dimaksudkan untuk memperoleh kondisi geologi tapak Bangka [2]. Kesesuaian material bawah permukaan merupakan salah satu kajian yang berkaitan dengan analisis kelayakan dan kesesuaian pondasi, didasarkan dari data litologi (geologi), karakeristik material permukaan dan informasi tanah bawah permukaan melalui pendataan geofisik. Demikian pula kajian awal kondisi geologi wilayah pantai beberapa lokasi calon tapak interes di Kalimantan Barat, dan Pulau Panjang Serang [2, 3, 4].

Dalam Undang-Undang (UU) No. 30 Tahun 2007 disebutkan bahwa energi nuklir merupakan salah satu sumber energi nasional dalam kelompok energi baru dan terbarukan (EBT) [5]. Dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RJPN) disebutkan perlunya dilakukan penelitian dan pengembangan energi nuklir, diantaranya penentuan lokasi geografis tapak PLTN di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kepulauan Riau (Barelang) [6]. Dalam Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Batam, Bintan dan Karimun dinyatakan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan strategis di Kepulauan Riau dan Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan tersebut untuk pengembangan industry [7].

(2)

June Mellawati, dkk.

818

Penyelidikan geologi di Pulau Barelang dilakukan untuk memperoleh informasi awal mengenai daerah interes untuk tapak PLTN. Penyelidikan ini terkait dengan studi mengenai sebaran batuan yang memiliki potensi cukup baik untuk didirikan suatu PLTN. Kepulauan Barelang yang berada di bagian timur Pulau Sumatera merupakan daerah yang secara geologi cukup aman dari gempa bumi, tsunami dan bencana geologi lainnya. Hal ini disebabkan karena tataan tektoniknya yang berada di cekungan belakang busur Pulau Sumatera. Selain itu, sebaran batuan tua seperti granit dan batuan metasedimen mampu memberikan daya dukung terhadap pondasi bangunan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan dan pemeringkatan geologi di Kepulauan Barelang sebagai studi awal untuk menentukan daerah interes calon tapak PLTN.

Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data pendukung aspek geologi yang dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kebijakan di Daerah Batam dan sekitarnya terkait dengan rencana pembangunan PLTN. Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran awal kondisi geologi di beberapa pesisir di Pulau Barelang terkait dengan penetapan tapak PLTN. Data kajian awal geologi ini sebagai dasar atau informasi awal yang dapat ditindaklanjuti dengan penelitian detil berikutnya.

METODOLOGI

Lingkup kegiatan meliputi studi pustaka, pengumpulan data sekunder, pengamatan dan pendataan lapangan, analisis terpadu data hasil pengamatan dan pemeringkatan, pengamatan lokasi interes. Pemeringkatan digunakan untuk menentukan tapak interes berdasarkan penilaian kondisi geologi dari lokasi penelitian.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan pada Agustus Tahun 2015 s/d Januari Tahun 2016. Lokasi penelitian meliputi semua area pesisir bagian barat dan timur Kepulauan Barelang (Batam, Rempang, Galang). Lokasi tersebut dapat dicapai menggunakan kendaraan bermotor roda 4 karena kondisi jalannya beraspal dan sebagian lainnya merupakan jalan pengerasan. Di beberapa lokasi pengamatan, perjalanan darat harus menggunakan kendaraan khusus berpenggerak empat roda (4WD), selain itu untuk area yang tidak ada akses jalan maka hanya dapat dicapai menggunakan perahu atau kapal kecil (pong-pong).

Penilaian Kondisi Geologi

Penilaian kondisi geologi lokasi calon tapak menggunakan pemeringkatan dengan beberapa parameter, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Pemeringkatan Kriteria Tapak Berdasarkan Parameter Kondisi Geologi [8].

Sub Parameter Penilaian

a. Aluvium (Qa) 1 (Sangat Buruk)

b. Formasi Goungon (Qtg) 2 (Buruk)

c. Formasi Tanjungkerotang (Tmpt) 3 (Sedang)

d. Formasi Pulaupanjang (Jp) & Duriangkang (Trsd) 4 (Baik)

e. Granit (Trg) 5 (Sangat Baik)

Pemberian bobot parameter atau kriteria tambahan memperhatikan seberapa besar pengaruh parameter terhadap pemilihan lokasi tapak. Oleh karena itu, nilai bobot akan semakin besar bila pengaruhnya besar terhadap penerimaan kriteria tapak. Sebaliknya, bila pengaruhnya kecil maka nilai bobotnya juga kecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian

Secara geografis kawasan Pulau Barelang (Batam, Rempang dan Galang) terletak pada koordinat 0˚.25'29″ - 1˚15'00″ LU dan 103˚.34'35” - 104˚26'04″BT. Luas area Pulau Barelang adalah 715 Km2 (71.500 Ha), terdiri dari Pulau Batam 415 Km2 (41.500 Ha), Pulau Rempang 165,83 Km2 (16.583 Ha), Pulau Galang 80 Km2 (8.000 Ha), dan Galang Baru 32 Km2 (3.200 Ha). Pulau Batam, Rempang dan Galang dihubungkan oleh Jembatan Barelang. Morfologi daerah penelitian didominasi oleh pedataran dan perbukitan bergelombang. Perbukitan di daerah ini membentuk pola kelurusan berarah baratlaut – tenggara [9].

Geologi Regional Kepulauan Barelang

Tataan tektonik regional Kepulauan Barelang menunjukkan bahwa daerah ini termasuk ke dalam jalur timur (eastern province) granit Asia Tenggara yang berumur Karbon, Perm dan Trias yang kaya dengan kandungan timah. Granit terbentuk pada saat orogenesa Trias yang mengangkat batuan granit ke permukaan sebagai satu rangkaian pulau-pulau timah yang membujur dari daratan Thailand – Malaysia hingga Bangka – Belitung. Jalur timah ini dikenal sebagai Tin Belt of

(3)

819

Sumatera yang kemudian dikenal sebagai jalur granit Asia Tenggara [8]. Mineral-mineral plaser yang didominasi oleh timah dan mineral berat tersebut berasal dari batuan granit pada pulau-pulau timah yang telah mengalami deformasi dan pelapukan. Batuan granit di Pulau Batam merupakan kesatuan batuan granit yang terdapat di Semenanjung Malaysia yang terhampar hingga ke Kalimantan Barat [10].

Geologi regional daerah penelitian susunan utamanya adalah batuan pluton dan batuan sedimen (Gambar 1).

Gambar 1. Peta Geologi Regional Kepulauan Barelang [12].

Batuan pluton terhampar di bagian utara Pulau Batam berupa batuan granitik berumur Trias (Trg). Sementara itu, batuan sedimen di daerah ini terdiri dari serpih Formasi Duriangkang (Trsd) berumur Trias dan Formasi Pulaupanjang (Jp) berumur Jura, konglomerat Formasi Tanjungkerotang (Tmpt) berumur Miosen, batupasir tufan Formasi Goungon (Qtg) berumur Pliosen, serta endapan aluvium (Qa) berumur Holosen [11]. Ciri-ciri batuan beku granit ini adalah berwarna abu-abu kemerahan hingga kehijauan, berbutir kasar dengan komposisi feldspar, kuarsa, hornblenda dan biotit. Mineral umumnya bertekstur primer dan membentuk suatu pluton batolit bertipe asam yang tersingkap luas terutama di Pulau Batam dan Bintan. Hasil pelapukan dan proses peneplenisasi menghasilkan mineral ekonomis seperti cebakan bauksit. Berdasarkan lokasi dan komposisi mineralnua, granit ini dikelompokan menjadi beberapa pluton, seperti Pluton Granit Kawal di Bintan dan Pluton Granit Nongsa di Batam.

Formasi Duriangkang (Trsd) tersusun atas serpih kelabu-kehitaman dengan struktur pensil, getas agak karbonan, berselingan dengan batupasir kuarsa, kelabu terang, mikaan, terpilah buruk, dan terkonsolidasi baik. Formasi ini berumur Trias Akhir, diendapkan dalam lingkungan danau sampai laut dangkal dengan ketebalan formasi sekitar 600 m. Formasi Pulaupanjang (Jp) tersusun atas serpih kelabu kemerahan, keras dan berurat kuarsa dengan ketebalan 2 m, sisipan batupasir halus – kasar, terpilah buruk, memperlihatkan struktur laminasi sejajar dan silang siur, tebal batupasir ini 2-10 cm. Formasi ini diperkirakan berumur Jura, diendapkan dalam lingkungan darat – laut dangkal dengan ketebalan sekitar 500 m. Formasi Tanjungkerotang (Tmpt) tersusun atas konglomerat aneka bahan berkomposisi granit, batupasir kuarsa, felspar dan batuan malihan yang tertanam dalam matriks batupasir kasar yang terkonsolidasi baik; lapisan bersusun dan silang siur umum dijumpai. Formasi ini diperkirakan berumur Mio Pliosen, diendapkan di lingkungan darat dan pantai dengan ketebalan ± 600 m.

Formasi Goungon (Qtg) tersusun atas batupasir tufan keputih-putihan, berbutir halus – menengah, laminasi sejajar, batulanau umum dijumpai, tuf dasitan dan tuf litik felspatik berwarna putih, halus, setempat berselingan dengan batupasir tuf, memperlihatkan struktur laminasi sejajar dan silang siur, tuf putih kemerehan dan batulanau kelabu agak karbonan mengandung sisa tanaman. Formasi ini diperkirakan berumur Plio – Plistosen menutupi secara tidak selaras Formasi Tanjungkerotang, diendapkan di lingkungan fluvialtil dengan ketebalan sekitar 200 m. Endapan aluvium (Qa), tersusun atas pasir berwarna merah kekuningan dengan komposisi terutama kuarsa, felspar, hornblenda dan biotit yang mungkin merupakan sisa erosi lapukan granit;

konglomerat berkomponen kerikil, granit, batuan malihan dan batupasir, terpilah buruk, tidak terkonsolidasi baik, endapan rawa dan terumbu yang terangkat. Satuan ini merupakan satuan

(4)

June Mellawati, dkk.

820

batuan yang termuda, menutupi secara tidak selaras satuan batuan yang lebih tua.

Data geologi kelautan menunjukkan adanya sebaran batuan granit, dan sedimen di perairan Kepulauan Barelang. Granit merupakan batuan yang mendasari seluruh perairan Barelang. Batuan metasedimen terendapkan di atas granit, merupakan batuan berumur Tersier dan Jura yang telah mengalami proses tektonik yang bersifat kompresif sehingga membentuk pola perlipatan dan sesar.

Sementara itu, batuan sedimen yang terdapat di perairan Batam adalah batupasir tufan Formasi Goungan yang terdiri dari batupasir tufaan berwarna keputih-putihan dengan butir yang halus hingga menengah membentuk laminasi sejajar. Batuan lainnya adalah batu lanau yang umumnya dijumpai sebagai tuf dasitan dan tuf lithik feldspatik berwarna putih, halus, setempat-setempat berselingan dengan batupasir dan penyebaran hampir di seluruh perairan Pulau Batam.

Pensesaran yang dijumpai di daerah penelitian terdapat pada Formasi Tanjungkerotang (Tmpt) di Pulau Rempang dan Pulau Galang bagian utara [13]. Formasi ini merupakan konglomerat aneka bahan berumur Mio-Pliosen (5 – 2 jtl). Jenis sesar yang ditemui adalah sesar mendatar dan sesar normal. Pola punggungan berarah baratlaut – tenggara merupakan morfologi yang terlihat kontras pada peta model elevasi dijital (DEM). Tataan tektonik dan kegempaan daerah Kepulauan Barelang merupakan daerah dengan kondisi tektonik tidak aktif pada saat ini. Daerah ini merupakan cekungan belakang busur dengan lokasi penunjaman (subduksi) berada di pantai barat Sumatera. Sesar aktif tidak dijumpai di daerah ini. Sesar aktif banyak dijumpai di bagian Pulau Sumatera, dengan sesar yang terdekat dengan kepulauan ini adalah Sesar Sumatera. Sesar ini terdiri dari beberapa segmen dengan segmen terdekat adalah Sianok, Sumani, Suliti yang berjarak 400 km ke arah barat (Gambar 2).

Gambar 2. Tataan tektonik dan struktur geologi di Kepulauan Barelang dan sekitarnya [13].

Pemeringkatan Geologi

Pemeringkatan batuan disusun untuk menentukan penilaian kondisi geologi terutama untuk aspek geoteknik dan pondasi di dalam pemilihan tapak potensial. Pemeringkatan ini disusun berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh IAEA (Tabel 1) [14]. Batuan granit (Trg) merupakan batuan dengan nilai pemeringkatan 5, yaitu berkategori baik. Batuan metasedimen Formasi Pulaupanjang (Jp) dan Formasi Duriangkang (Trsd) memiliki nilai 4 (baik). Batuan sedimen Tanjungkerotang (Tmpt) memiliki nilai pemeringkatan 3 (sedang). Batuan sedimen kuarter Formasi Goungon (Qtg) memiliki nilai pemeringkatan 2 (buruk), dan endapan aluvium (Qa) memiliki nilai pemeringkatan 1 (sangat buruk).

Pengamatan Lokasi Interes

Pulau Batam (Pulau Tanjung Sauh, dan Sei Beduk, Duriangkang)

Pengamatan di Pulau Batam meliputi daerah Pulau Tanjung Sauh, Sei beduk, dan Duriankang. Pulau Tanjung Sauh tersusun atas batuan granit, sedangkan kawasan Sei Beduk dan

(5)

821

Duriangkan tersusun atas batuan sedimen Formasi Goungon (Qtg) (Gambar 3). Pulau Tanjung Sauh yang tersusun oleh granit merupakan daerah yang cukup potensial sebagai calon tapak, karena memiliki nilai pemeringkatan 5 (Sangat Baik). Sementara itu, daerah Sei Beduk dan Duriangkan yang tersusun atas batupasir Formasi Goungon (Qtg) memiliki nilai pemeringkatan 2 (buruk).

Evaluasi tapak berdasarkan aspek geoteknik dan pondasi harus menunjukkan nilai pemeringkatan yang baik. Granit di daerah Pulau Tanjung Sauh menunjukkan nilai pemeringkatan yang baik, sehingga potensial sebagai tapak PLTN namun, di area pulau tersebut akan dibangun pelabuhan yang cukup besar sehingga Pulau Tanjung Sauh tidak memungkinkan untuk dipertimbangkan sebagai tapak interes.

Pulau Rempang (Tanjung Kelingking)

Pulau Rempang secara umum tersusun atas serpih Formasi Pulaupanjang (Jp), konglomerat Formasi Tanjungkerotang (Tmpt) dan batupasir tufan Formasi Goungon (Qtg). Daerah Tanjung Kelingking berada di pantai bagian barat. Daerah ini tersusun atas batupasir dan berselingan dengan batulempung, dengan frakturasi yang cukup intensif berisi kuarsa (Gambar 4).

Berdasarkan pemeringkatan batuan yang telah dibuat, batuan di daerah Tanjungkelingking termasuk ke dalam kelompok batuan konglomerat Formasi Tanjungkerotang (Tmpt) yang memiliki nilai pemeringkatan 3, sehingga terkategori sedang.

Gambar 4. Kondisi Geologi Di Tanjung Kelingking, Pulau Rempang.

Gambar 3. Kondisi Geologi Kawasan Pulau Tanjung Sauh, Sei Bedug, dan Duriangkang

(6)

June Mellawati, dkk.

822

Pulau Galang (Tanjung Batu, Desa Karas Tanjung Ramai, dan Sijantung)

Daerah kawasan Tanjung Batu berada di wilayah pantai bagian t imur Pulau Galang, mempunyai litologi berupa batupasir berlapis berarah N210oE/15o yang termasuk ke dalam Formasi Goungon (QTg). Daerah ini merupakan perbukitan dengan punggung bukit dan beda elevasi terhadap dataran di pantai ± 50 m (Gambar 5). Kondisi vegetasi berupa hutan di perbukitan, dan tanaman pantai di tepian pantai.

Gambar 5. Kondisi Geologi Tanjung Batu dan Tanjung Ramai (Desa Karas) Pulau Galang, Pantai Bagian Timur Barelang.

Berdasarkan nilai pemeringkatan batuan, daerah ini memiliki nilai 2 (sangat buruk). Berdasarkan kondisi umum, area ini memungkinkan sebagai area interes tapak Kepulauan Barelang, namun karena nilai peringkat batuannya sangat buruk, maka harus diselidiki lebih mendalam untuk mengevaluasi rekayasa geoteknik dan pondasinya.

Desa Karas, Tanjung Ramai berada di pantai bagian timur Pulau Galang mempunyai litologi batupasir berwarna kemerahan, teroksidasi dengan nilai kekerasan batuan 20 – 30. Ke arah darat, batupasir terlihat berwarna kelabu dan lapuk. Batuan tersebut termasuk ke dalam Formasi Goungon (QTg). Kondisi vegetasi berupa alang-alang dan kebun campur dengan morfologi berupa pedataran (Gambar 5). Nilai pemeringkatan batuan di daerah ini termasuk ke dalam nilai 2 (sangat buruk) sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi aspek geoteknik dan pondasinya.

Kelurahan Sijantung berada di pantai bagian barat Pulau Galang yang secara umum tersusun oleh konglomerat Formasi Tanjungkerotang. D i b eberapa lokasi dijumpai singkapan serpih berurat kuarsa yang merupakan bagian dari Formasi Pulaupanjang (Jp), yaitu di daerah Pantai Viovio dan Pantai Melur (Gambar 6). Konglomerat Formasi Tanjungkerotang memiliki nilai pemeringkatan batuan 3 (sedang), sementara serpih Formasi Pulaupanjang (Jp) memiliki nilai peringkat 4 (baik). Berdasarkan kondisi tersebut, daerah Kelurahan Sijantung cukup potensial sebagai daerah interes tapak PLTN, terutama di daerah Pantai Viovio dan Pantai Melur yang tersusun atas serpih Formasi Pulau panjang (Jp).

Gambar 6. Kondisi Geologi Kelurahan Sijantung Pulau Galang (Pantai Viovio dan

(7)

823

Pantai timur Pulau Galang memiliki litologi batupasir berwarna putih kekuningan, berlapis, pasir sedang, perlapisan, termasuk dalam Formasi Tanjungkerotang (Tmpt) (Gambar 7).

Morfologinya berupa perbukitan dengan vegetasi hutan (hutan produksi yang dapat dikonversi).

Lokasinya belum dapat ditembus menggunakan kendaraan roda 4 dan 2, dan merupakan vegetasi hutan yang sangat rapat dan penggunaan lahannya banyak untuk perkebunan pembibitan tanaman.

Pemeringkatan batuan di daerah ini memiliki nilai 3 (sedang) sehingga memiliki potensi sebagai alternatif tapak interes di Pulau Galang, Kepulauan Barelang.

KESIMPULAN

Geologi daerah Kepulauan Barelang terusun atas batuan granit (Trg), serpih Formasi Duriangkang (Trsd), serpih Formasi Pulaupanjang (Jp), konglomerat Formasi Tanjungkerotang (Tmpt), batupasir tufan Formasi Goungon (Qtg) dan endapan aluvium (Qa). Berdasarkan parameter geologi, daerah tapak interes untuk PLTN di Kepulauan Barelang adalah daerah dengan sebaran batuan granit, serpih, dan konglomerat. Granit memiliki nilai peringkat tapak 5 (sangat baik), serpih bernilai 4 (baik), dan konglomerat bernilai 3 (sedang). Daerah tapak interes untuk PLTN (berdasarkan kondisi geologi) di Kepulauan Barelang tersebut adalah Pulau Tanjung Sauh merupakan batuan granit, Kelurahan Sijantung batuan serpih, dan Tanjung Kelingking batuan konglomerat.

Pemeringkatan daerah- daerah interes berdasarkan geologi ini harus dilengkapi dengan studi tapak yang lebih mendalam dan lebih rinci dengan mempertimbangkan berbagai aspek teknis, seperti aspek gempa, gunungapi, geofisik, geoteknik, hidrologi dan hidrogeologi, meteorologi, demografi, kegiatan akibat ulah manusia (human induced event), dan sosekbudling (sosial ekonomi, budaya dan lingkungan) guna memperoleh daerah interes tapak PLTN.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Kepala Pusat PKSEN (Ir. Yarianto, SBS, M.Si), dan Kepala Bidang Kajian Data Tapak (Ir. Sriyana, MT) yang telah mendukung kegiatan penelitian ini, serta kepada BP Batam (Ir. Horman Pudinaung, M.Si, Iyus Rusmana, S.Si dan Wulung Dahana, MT) yang telah membantu terlaksananya kegiatan penelitian di Kepulauan Barelang.

DAFTAR PUSTAKA

1. IAEA, “Site Evaluation for Nuclear Installations”, Safety Standard Series No. NS-R-3, International Atomic Energy Agency, Vienna, (2003).

2. HADI SUNTOKO, SUNARKO, JUNE MELLAWATI. Kajian Material Bawah Permukaan Pada Pra-Survei Tapak PLTN di Pulau Bangka. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir ke IV, Tahun 2011.

3. HADI SUNTOKO, JUNE MELLAWATI. Tinjauan Awal Batuan Dasar Wilayah Pantai untuk Keselamatan Tapak PLTN Di Kabupaten Kubu Raya, Kayong Utara, dan Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir IV, Pontianak, 19 Juni 2014. Diterbitkan Jakarta, Oktober 2014, ISBN 2355-7524

Gambar 7. Kondisi Geologi Pantai Timur Pulau Galang (Pantai Bagian Timur

(8)

June Mellawati, dkk.

824

4. HERI SYAEFUL, JUNE MELLAWATI. Analisis Alternatif Tipe Pondasi Dan ekskavasi Dalam Pada Lokasi Calon tapak Pulau Panjang Serang. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Volume 15, No.2, Tahun 2013, 115-125, ISSN 1410-9816

5. _______, Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi. Jakarta. 2007

6. _______, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang Periode 2005-2025, Jakarta. 2007

7. _______, PERPRES No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, Jakarta 2011.

8. SUDI ARIYANTO, JUNE MELLAWATI, SYAEFUL, H., YULIASTUTI, WIDYASA, I.S., Laporan Akhir Studi Awal Pembangunan PLTN di Kawasan Pulau Barelang (Batam, Rempang, Galang), Versi 0, Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir – BATAN, Jakarta, 2015.

9. BPS. BATAM Dalam Angka 2014. BPS. Jakarta. 2014.

10. COBBING, E.J., MALLICK, D.I.J., PITFIELD, P.E.J., dan TEOH, L.H., ”The Granites of the

Southeast Asian Tin Belt“, Journal of the Geological Society, 143, 537-550, 1986.

11. USMAN, E., Konservasi Potensi Mineral Di Perbatasan Indonesia-Singapura, Tinjauan Geologi Kelautan Guna Menunjang Cadangan Mineral Nasional. Puslitbang Geologi Kelautan.

Bandung. 2010.

12. KUSNAMA, SUTISNA, K., AMIN, T.C., KOESOEMADINATA, S., SUKARDI, HERMANTO, B., Peta Geologi Lembar Tanjungpinang, Sumatera, P3G, Bandung, 1994.

13. IRSYAM, M., dkk. Peta Hazard Gempa Indonesia, Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta. 2010.

TANYA JAWAB

Pertanyaan:

1. Daerah batuan granit di Pulau Barelang berada di daerah mana ?

2. Kondisi awal yg dilihat apakah hanya kondisi batuannya ?atau tanah pelapukan yang tebal

Jawaban:

1. Granit di pulau batam bagian utara sampai timur

2. Kondisi awal yang dilihat selain kondisi batuan juga kegempaan dan pola pensesaran Pertanyaan:

1. Apakah perlu pembuktian bor dangkal dalam tahapan untuk mendapatkan tapak potensial Jawaban:

1. Tidak diperlukan, banyak singkapan batuan yang ideal di pesisir Barelang, bor dangkal

diperlukan jika permukaan tertutup oleh vegetasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(pelaksana harian); penulisannya dengan huruf kecil semua dan diakhiri titik, dipergunakan jika pejabat yang berwenang menandatangani surat berhalangan untuk waktu

Karena Perpustakaan SD Negeri Ngabean Yogyakarta belum memiliki tenaga pustakawan yang berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, menyebabkan proses

Sebagai salah satu bentuk pengakuan resmi, maka dalam melaksanakan program sertifikasi LPTK seyogyanya memiliki suatu standar tertentu yang merupakan kompetensi minimal

Penelitian tentang keterkaitan semburan radio tipe II, lontaran massa korona (CME) dan ledakan matahari, dihasilkan bahwa kecepatan gelombang kejut yang diturunkan dari

Jenis lahan berpengaruh positif terhadap perilaku petani terhadap risiko, dengan nilai odds rasio sebesar 7,50 maka dapat dikatakan bahwa petani kubis pada lahan

Hal ini disebabkan sebagian besar lahan di Kabupaten Gunungkidul maupun Kecamatan Girisubo merupakan lahan kering, sehingga padi ladang/gogo sesuai dibudidayakan di wilayah

Kegiatan pengabdian masyarakat telah dilakukan dilingkungan Kelurahan Bulurokeng dan Kelurahan Untia dengan memberikan training modifikasi alat kaporisasi ( Chlorinator