• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persamaan Diferensial Ordiner Order Dua Linier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Persamaan Diferensial Ordiner Order Dua Linier"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Persamaan

Diferensial Ordiner Order Dua Linier

Program Studi Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret 2021

Dr. Bregas S T Sembodo, S.T., M.T.

(2)

PDO Order 2 Linier dengan Koefisien Tetap

Persamaan :

Pd2Y

dx2 + QdY

dx + RY = ∅ x

Dengan P, Q, R adalah koefisien yang yang bernilai konstan, sedang Ø(x) adalah fungsi Y= f(x)

Pd2Y

dx2 + QdY

dx + RY = 0 PDO Homogen = komplementer

PD homogen dapat diselesaikan sehingga diperoleh fungsi komplementer

PDO Homogen → f(x) = 0

(3)

PDO Order 2 Linier dengan Koefisien Tetap

Untuk persamaan dengan f (x) ≠ 0, maka perlu penyelesaian persamaan tambahan → Persamaan Partikuler

Persamaan tambahan ini → diturunkan dari f(x) Oleh karena itu penyelesaian lengkap :

Y = Yc + Yp

Yc : Penyelesaian komplementer Yp : Penyelesaian partikuler

(4)

Fungsi Komplementer

Pd2Y

dx2 + QdY

dx + RY = 0

Penyelesaian PD Linier dengan koefisien konstan, biasanya melibatkan fungsi eksponensial.

Asumsi awal :

Y = Cm ∙ emx Diturunkan terhadap x:

dY

dx = Cm ∙ m ∙ emx d2Y

dx2 = Cm ∙ m2 ∙ emx

(5)

Fungsi Komplementer

Substitusi ke PD:

P ∙ Cm ∙ m2 ∙ emx + Q ∙ Cm∙ m ∙ emx + R ∙ Cm ∙ emx = 0 emx ∙ Cm P ∙ m2 + Q ∙ m + R = 0

Cm ≠ 0 Sehingga memungkinkan = 0 adalah

P ∙ m2 + Q ∙ m + R

Memiliki 2 akar

(6)

Fungsi Komplementer

1) Jika akar-akarnya tidak sama dan riil

Y = C1 ∙ em1x + C2 ∙ em2x m1 & m2 = akar-akar persamaan

Contoh :

d2Y

dx2 − 5dY

dx + 6Y = 0 m2 − 5m + 6 = 0

m − 2 m − 3 = 0 𝐦𝟏 = 𝟐 𝐦𝟐 = 𝟑

𝐘 = 𝐂𝟏𝐞𝐱𝐩 𝟐𝐱 + 𝐂𝟐𝐞𝐱𝐩 𝟑𝐱

(7)

Fungsi Komplementer

2) Jika akar-akarnya sama dan riil

m = akar-akar persamaan Contoh :

d2Y

dx2 + 6dY

dx + 9Y = 0 m2 + 6m + 9 = 0

𝐦𝟏 = 𝐦𝟐 = −𝟑 𝐘 = 𝐂𝟏𝐱 + 𝐂𝟐 𝒆−𝟑𝒙

Y = Cx + D 𝑒𝑚𝑥

(8)

Fungsi Komplementer

3) Jika akar-akarnya bilangan kompleks

Contoh :

d2Y

dx2 − 4dY

dx + 5Y = 0 m2 − 4m + 5 = 0

𝐦 = 𝟐 ± 𝐢

𝐘 = 𝐂𝟏𝐞𝐱𝐩 𝟐 + 𝐢 𝐱 + 𝐂𝟐𝐞𝐱𝐩 𝟐 − 𝐢 𝐱 Y = C1 exp m1x + C2exp m2x m1 & m2 = akar-akar persamaan

Euler formula :

e𝑖𝑏x = cos 𝑏x + i sin bx e 2+i x = e2x ∙ eix

= e2x cos x + i sin x

(9)

Metode Koefisien Tidak Tentu

1) Jika ∅ x = konstanta = C Penyelesaian : YP = Y = C

dY

dx = 0 d2Y

dx2 = 0 Substitusi ke PD :

0 + 0 + R Y = C Y = C

R Yp = C

R Penyelesaian umum :

Y = Yc + Yp

(10)

Metode Koefisien Tidak Tentu

Contoh :

d2y

dx2 − 5dy

dx + 6Y = 10

PDO Order 2 Linier penyelesaian komplementer & partikuler Penyelesaian umum :

Y = C1exp 2x + C2exp 3x + 10 6

(11)

Metode Koefisien Tidak Tentu

2) Jika ∅ x = fungsi polinomial = ao + a1x + a2x2 + ⋯ + anxn Penyelesaian :

Dengan ao, a1, … an = konstanta Maka yp = f polinomial x

Dicoba yp = ao + a1x + ⋯ d2y

dx2 − 5dy

dx + 6Y = 4x + 8x3 Contoh :

Penyelesaian partikuler : Yp = 4x + 8x3

Dicoba polinomial : Yp = ao + a1x + a2x2 + a3x3 dYp

dx = a1 + 2a2x + 3a3x2 d2Yp

dx2 = 2a2 + 6a3x

(12)

Metode Koefisien Tidak Tentu

Substitusi ke PD:

2a2 + 6a3x − 5 a1 + 2a2x + 3a3x2 + 6 ao + a1x + a2x2 + a3x3 = 4x + 8x3

2a2 − 5a1 + 6ao + x 6a3 − 10a2 + 6a1 + x2 −15a3 + 6a2 + 6a3x3 = 4x + 8x3 Penyamaan koefisien sesuai pangkat x :

2a2 − 5a1 + 6a0 = 0 6a3 − 10a2 + 6a1 = 4

−15a3 + 6a2 = 0 6a3 = 8

4 variabel dengan 4 persamaan independen → dapat diselesaikan

Yp = ……..

(13)

Metode Koefisien Tidak Tentu

3) Jika ∅ x = T ∙ eγx dengan T, 𝛾 = konstanta Dicoba

Yp = αeγx dYp

dx = αγ ∙ eγx d2Yp

dx2 = α ∙ γ2 ∙ eγx

Substitusi ke PD : P ∙ αγ2eγx + Q ∙ αγeγx + R ∙ αeγx = T ∙ eγx αeγx2 + Qγ + R = T ∙ eγx

α Pγ2 + Qγ + R = T

α = T

2 + Qγ + R

Yp = T

2 + Qγ + R ∙ eγx

(14)

Metode Inverse Operator

D නf x dx = f x turunan dari integral f x

terhadap x adalah f x D නf x dx = f x

නf x dx = f x

D = D−1f x

= integrating operation

Metode inverse operator digunakan untuk menyelasaikan PD Ordiner Linier, karena mengikuti sifat aljabar.

Arah penyelesaian PD dengan inverse operator adalah y dalam bentuk deret.

(15)

Contoh 1

dy

dx − 2y = ex

Penyelesaian fungsi partikuler :

Diselesaikan dengan inverse operator

Dy − 2y = ex D − 2 y = ex Invers operator

y = D − 2 −1ex

Inverse Operator diselesaikan dengan deret : binomial expantion Persamaan umum :

1 + f p = 1 + P ∙ f + P P − 1

1 2 f2 + P P − 1 P − 2

1 2 3 f3 + ⋯

(16)

Manipulasi bentuk Inverse Operator menjadi bentuk deret : 1

D − 2 = D − 2 −1 1

D − 2 = − 1

2 − D = − 1 2 1 − D

2

= − ൗ1 2 1 − D 2 yp = −1

2

1 1 − D

2

ex

= −1

2 1 − 𝐷 2

−1

Identik dengan 1 + f p

(17)

Identifikasi variabel :

f = −D 2 P = −1 Deret : biominal expantion

1 − 𝐷 2

−1

= 1 + −1 𝐷

2 + −1 −1 − 1

1 ∙ 2 𝐷 2

2

+ −1 −1 − 1 −1 − 2

1 ∙ 2 ∙ 3 𝐷 2

3

+ ⋯

= 1 + 𝐷

2 + 𝐷 2

2

+ 𝐷 2

3

+ ⋯

𝑦𝑝 = −1

2 1 + 𝐷

2 + 𝐷 2

2

+ 𝐷 2

3

+ ⋯ 𝑒𝑥

𝑦𝑝 = −1

2 𝑒𝑥 + 𝑒𝑥 2 + 1

4𝑒𝑥 + 1

8𝑒𝑥 + ⋯

(18)

𝑦𝑝 = −1

2 𝑒𝑥 + 𝑒𝑥 2 + 1

4𝑒𝑥 + 1

8𝑒𝑥 + ⋯ yp = −1

2ex 1 + 1 2 + 1

4 + 1

8 + ⋯

≅ 2 yp = −1

2ex ∙ 2 = −ex

“Penyelesaian fungsi partikuler dengan metode inverse operator hanya dapat dilakukan jika fungsi D dapat difaktorisasi “

(19)

Contoh 2

d2y

dx2 − dy

dx − 6y = 4x3 + 3x2 Penyelesaian fungsi partikuler dengan inverse operator

D2y − Dy − 6y = 4x3 + 3x2 𝐷2 − 𝐷 − 6 𝑦 = 4𝑥3 + 3𝑥2

𝐷 − 3 𝐷 + 2 𝑦 = 4𝑥3 + 3𝑥2

yp = 1

D − 3 D + 2 4x3 + 3x2

(20)

1

D − 3 D + 2 = a

D − 3 + b

D + 2 = 𝑎 𝐷 + 2 + 𝑏 𝐷 − 3 𝐷 − 3 𝐷 + 2 aD + 2a + bD − 3b = 1

a + b D + 2a − 3b = 1 a + b D = 0

a + b = 0 a = −b

2𝑎 − 3𝑏 = 1 2 −b − 3b = 1

−5b = 1 𝐛 = −𝟏

𝟓 → 𝐚 = 𝟏

𝟓

𝟏

𝐃 − 𝟑 𝐃 + 𝟐 =

𝟏 𝟓

𝐃 − 𝟑 + −𝟏 𝟓

𝐃 + 𝟐 = −𝟏 𝟓

𝟏

𝟑 − 𝑫 + 𝟏 𝟐 + 𝑫

(21)

Kembali ke inverse operator : yp = −1

5

1

3 − D + 1

2 + D 4x3 + 3x2 Deret binominal : → diarahkan menjadi (1+f)p

1

3 − D = ? A = 1ൗ 3 1 − ൗ1

3 D

= 1

3 1 − D 3

−1

A**

(22)

Diarahkan menjadi bentuk deret identifikasi A**

1 + f p = 1 − D 3

−1

f = −D

3 ; p = −1

1 −D 3

−1

= 1 + −1 D

3 + −1 −1 − 1

1 ∙ 2 D 3

2

+ −1 −1 − 1 −1 − 2

1 ∙ 2 ∙ 3 D 3

3

+ ⋯

= 1 + D

3 + D 3

2

+ D 3

3

+ ⋯ = A∗∗

A = 1 3A∗∗

A = 1

3 1 + D

3 + D 3

2

+ D 3

3

+ ⋯

(23)

Penyelesaian B*

B = 1

2 + D = 1 2 1 + D

2

= 1

2 1 + D 2

−1

f = −D

2 ; p = −1

𝐵 = 1

2 1 + −1 𝐷

2 + −1 −1 − 1 1 ∙ 2

𝐷 2

2

+ −1 −1 − 1 −1 − 2 1 ∙ 2 ∙ 3

𝐷 2

3

+ ⋯

B = 1

2 1 − D

2 + D 2

2

− D 2

3

+ ⋯

(24)

A + B = 1 3 + D

9 + D2

27 + D3

81 + ⋯ + 1 2 − D

4 + D2

8 − D3

16 + ⋯ A + B = 5

6 − 5

36D + 35

216D2 − 65

1296D3 + ⋯

yp = −1 5

5

6 − 5

36D + 35

216D2 − 65

1296D3 + ⋯ 4x3 + 3x2 yp = −1

6 4x3 + 3x2 + 1

36 12x2 + 6x − 7

216 24x + 6 + 13

1296 24 + ⋯ yp = −1

6 4x3 + 3x2 + 1

36 12x2 + 6x − 7

216 24x + 6 + 13

1296 24 + ⋯

(25)

Contoh 3

Kasus : Perpindahan panas pada batang logam diudara

Extanded surface : Luas permukaan diperbesar untuk mempercepat pembuangan panas

Contoh : fin, pendingin pada motor

Z = 0

Batang  silinder Dinding

panas Ts

Tu = T udara

h = koefisien p.p udara

Z = L q

(26)

Kasus Ts >> Tu → sehingga ada perpindahan panas dari dinding udara melalui batang baja

→ Ada distribusi suhu sebagai fungsi jarak dari dinding T = f(z)

Berdasarkan NP dipereroleh persamaan diferensial yang menunjukkan distribusi T:

d2T

dz2 = 4 D ∙ h

k T − Tu Tentukan T = f (z)

Dengan kondisi batas : z = 0 → T = Ts z = L → dT

dz = 0

Note : tidak bias diselesaikan dengan inverse operator karena fungsi tidak dapat difaktorisasi

(27)

D2 − αT = −αTu α = 4h

Dk

DPO Order 2

Tkomplementer − Tpartikuler

NP dielemen volume 𝜋𝑅2 ∙ ∆𝑧 ∶

Input − Output = 0

−k ∙ Akond ∙dT

dz z− −k ∙ Akond ∙ dT

dz z+∆z − hAkonv ∙ ഥT − Tu = 0 Akond = πR2 dan Akonv = 2πR ∙ ∆z

(28)

Dibagi ∆z dan diambil Limit ∆𝑧 → 0 d

dz kπR2 dT

dz − h ∙ 2πR T − Tu = 0 πR2kd2T

dz2 − h ∙ 2πR T − Tu = 0 𝑑2𝑇

𝑑𝑧2 = 2 𝑅

𝑘 𝑇 − 𝑇𝑢

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan demikian suatu Sistem Pengendalian Interen (SPI) merupakan suatu sistem yang digunakan oleh suatu entitas untuk menjamin bahwa pelaksanaan

Bagaimana wujud desain pada Asrama Mahasiswa Putri Universitas Atma Jaya Yogyakarta di Sleman, Yogyakarta yang memberikan kenyamanan dan keamanan dengan pengolahan tata ruang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28 B ayat (2) yang berisi ketentuan bahwa, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419).. 2 Valentinus

Sistem pendukung keputusan yang telah dibangun adalah untuk penilaian kinerja pegawai dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process yang menggunakan

perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) dalam. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 dapat dilakukan

Dari hasil aplikasi menunjukkan hasil kinerja siswa menggunakan instrumen self dan peer assessment dengan 26 siswa atau 79,79% mendapatkan nilai pada