• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI WAKTU TINGGAL BAHAN KIMIA PADA PRODUKSI LATEKS KARET ALAM IRADIASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OPTIMASI WAKTU TINGGAL BAHAN KIMIA PADA PRODUKSI LATEKS KARET ALAM IRADIASI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI WAKTU TINGGAL BAHAN KIMIA PADA PRODUKSI LATEKS KARET ALAM IRADIASI

Marga Utama, Made Sumarti, dan Fx.Marsongko.

Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN.

Jl. Cinere Ps. Jumat PO Box 7002/JKSKL Jkarta 12070.

Abstrak

OPTIMASI WAKTU TINGGAL BAHAN KIMIA PADA PRODUKSI LATEKS KARET ALAM IRADIASI. Foktor penting pada proses produksi lateks alam iradiasi di samping optmasi dosis radiasi, kadar bahan pemantap KOH (kalium hidroksida) dan bahan pemeka normal butil akrilat (normal buthyl acrylate), juga waktu tinggal ke dua bahan kimia tersebut di dalam lateks sebelum diiradiasi. Dalam penelitian ini variasi waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dalam lateks, serta waktu tinggal nBA dalam emulsinya, adalah 1-2, 24, dan 48 jam. Sifat mekanik film karet antara lain modulus, tegangan putus, perpanjangan putus, perpanjangant tetap, kekerasan dan spektrum infra merah (IR) film karet dari lateks alam iradiasi telah diukur. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk mendapatkan sifat mekanik yang maksimum, maka waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dalam lateks karet alam 1-2 jam, dan waktu tinggal nBA dalam emulsi nBA dapat sampai 48 jam.

Pada kondisi optimum tersebut, tegangan putus film karet dari lateks alam iradiasi mencapai maksimum. Hidrolisis nBA akan terjadi, bila waktu tinggal emulsi nBA dalam campuran lateks sebelum diiradiasi lebih dari 2 jam. Hidrolisis nBA terjadi, bila waktu tinggalemulsi nBA dalam campuran lateks alam lebih dari 2 jam.

Abstract

STANDING TIME OPTIMISTIC OF CHEMICALS IN THE PRODUCTION OF IRRADIATED NATURAL RUBER. The importance factors beside irradiation dose and concentration of KOH (sodium hydroxide) as stabilized and nBA (normal butyl acrylate) as sensitizer on the production of irradiated natural rubber latex is standing time of KOH and nBA into the latex before irradiation. In this research the variation standing time of KOH, and emulsion of nBA in NRL before irradiation, and standing time of nBA in its emulsion were 1-2 hour, 24 hours, and 48 hours. The mechanical properties of the film from irradiated NRL such as modulus, tensile strength, elongation at break, permanent set, hardness and infra red spectrum were measured. The results showed that the optimum standing time of KOH and emulsion of nBA in NRL before irradiation were 1-2 hour, and the standing time of nBA monomer in its emulsion was 48 hours. By using this optimum standing time, the tensile strength of the film from irradiated NRL was maximum. The hydrolysis of nBA occurred, if the standing time of nBA emulsion in latex mixture before irradiation more than 2 hours.

1. Pendahuluan

Sampai tahun 2004, produksi karet alam Indonesia adalah 1,905 juta ton, masih menempati nomor 2 setelah Thailand sebesar 2,848 juta ton dari produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produksi karet alam Indonesia pada tahun 2005 adalah 2,002 juta ton atau meningkat 4,8% (Budiman, 2004). Namun dari produksi tersebut yang dikonsumsi hanya sekitar 6%, sedang yang 94% dieksport dalam bentuk bahan baku (Anonime,2003). Sebagian besar pemakaian barang jadi karet adalah untuk ban mobil yaitu sekitar 75,3% , untuk kebutuhan industri dan barang teknik (sabuk karet, sepatu, slang, ban sepeda, dsb) 12,4%, dan untuk barang jadi karet dari lateks (kondom, benang karet, karet busa, sarung tangan, plembungan dsb) sekitar 12,3%.

Diantara barang jadi karet tersebut, yang paling tinggi kandungan karetnya yaitu di atas 90%, adalah barang jadi karet dari lateks. Di samping itu umumnya industri barang jadi karet dari lateks dikerjakan oleh IMK (industri kecil dan menengah), karena tidak memerlukan teknlogi yang canggih. Hal ini merupakan peluang bagi masyarakat Indonesia untuk mengembangkan industri barang jadi karet dari lateks yang memiliki jumlah IMK cukup potensial (Nanci,2001 dan Honggokusumo, 1994).

Kendala yang dihadapi bagi produsen barang jadi karet dari lateks adalah terdapatnya kandungan protein alergen berasal dari lateks alam yang dapat menyebabkan alergi, dan kandungan nitrosamin berasal dari

(2)

penambahan bahan kimia pada waktu proses vulkanisasi dapat menimbulkan kanker ganas pada tubuh manusia (Siswantoro, 1993; Siswanto, 1997; Morales C, 1989; Edward, 1996; Dalrymple,1992).

Dua cara untuk menghilangkan protein alergen telah dilakukan pertama: dengan membubuhkan enzim pada lateks atau kompon lateks sebelum dibuat barang jadi karet, kemudian mencuci barang jadi karet secermat mungkin, atau proses klorinasi pada barang jadi karet tersebut (Wilfried, 1996). Cara kedua ialah dengan proses vulkanisasi radiasi lateks kebun kemudian dipekatkan, atau lateks pekat itu sendiri yang diiradiasi, kemudian lateks alam iradiasi yang dihasilkan dibuat barang jadi karet dengan cara pencucian atau klorinasi seperti tersebut di atas (Marga Utama, 2004).

Pada proses vulkanisasi radiasi lateks alam tersebut , secara garis besar ada dua macam bahan kimia penting yang harus ditambahkan yaitu larutan kalium hidroksida dan normal butil akrilat (nBA) dalam bentuk emulsi. Kadar optimum KOH dan nBA pada proses vuknisasi radiasi telah dilaporkan oleh para peneliti terdahulu yang masing-masing berkadar 0,2 psk dan 3 psk (per seeratus bagian berat karet), tetapi hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata sifat mekanik, terutama tegangan putus (Makuuchi, 2003; Wang Chung Lei, 1996). Hal ini diduga waktu tinggal ke dua bahan kimia tersebut berbeda-beda.

Atas dasar hal tersebut, dalam makalah ini akan dibahas optimasi waktu tinggal KOH dan nBA pada proses vulkanisasi radiasi lateks alam, dengan hipotesa bahwa bila waktu penambahan KOH dan nBA pada proses vulkanisasi tepat, maka diperoleh tegangan putus film karet dari lateks alam iradiasi maksimum.

2. Bahan dan Metode

Bahan. Lateks kebun produksi Perkebunan Jalupang PTPN VIII yang dipanen pada tgl.15-17 Desember 2002 dengan kadar amonia 2%, dan kadar jumlah padatan (KJP) 29%, Larutan KOH 20%, monomer normal butil akrilat dan bahan pengemulsi Neopelek FS buatan PT. Polekao.

Alat. Irradiator lateks sinar gamma cobalt-60 dengan kapasitas sumber 100 kCi., tensile tester Toyoseiki, pH meter, dan viskometer Visconic.

Metode. Gambar 1 menyajikan diagram alir proses vulkanisasi radiasi lateks kebun, yang uraian kerjanya sebagai berikut. Lateks kebun yang baru disadap dengan KJP 29% dan kadar amonia 2%, dibubuhi larutan 20%KOH sebanyak 0,2 psk (per seratus berat karet), kemudian dibiarkan dengan waktu tinggal 1-2 jam, 24 jam, atau 48 jam. Sementara itu dibuat emusli 50% nBA dalam air dengan menggunakan bahan pengemulsi Neopelek FS, dan dibiarkan 1-2 jam, 24 jam, atau 48 jam sebagai waktu tinggalnya. Kemudian campuran lateks dan KOH setelah disimpan 1-2 jam, 24 jam, atau 48 jam dibubuhi emulsi nBA yang telah disimpan 1-2 jam, 24 jam, atau 48 jam sebagai waktu tinggalnya, Tepat pada waktu tinggal tersebut campuran lateks diiradiasi dengan sinar gamma cobalt-60 dalam irradiator lateks pada dosis 10 kGy. Lateks kebun yang telah divulkanisasi radiasi di buat film, diuji sifat mekaniknya yaity : Modulus 600%, tegangan putus, perpanjangan putus, perpanjangan tetap dan kekerasan sesuai dengan standar ASTM (ASTM,2002). Di sammping itu dilihat juga spektrum IR film karet dari lateks alam yang memiliki waktu tinggal optimum, dan yang tidak optimum.

Pohon CH2=CH-COOC4H8

karet nBA

Larutan KOH 20%,===Î Lateks kebun. Í==== Emulsi nBA Í==== larutan Neopels 1%

KJP 29%

NH3 2%

Lateks kebun ===Î film karet ===Î uji sifat mekanik Iradiasi.

Gambar 1. Diagram alir optimasi waktu tingga larutan 20%KOH dalam lateks, dan nBA dalam lateks ber KOH (1-2, 24, dan 48 jam) pada proses vulkanisasi radiasi lateks alam.

(3)

3. Hasil dan Pembahasan

Secara garis besar skema mekanisme reaksi yang terjadi pada proses vulkanisasi radiasi lateks alam tertera di Gambar 2. Dari reaksi ini menunjukkan bahwa ada tiga tahap penting yaitu tahap inisiasi atau tahap pembentukan radikal bebas oleh radiasi gamma, propagasi atau perbanyakan radikal bebas, dan tahap terminasi yaitu pembentukan ikatan silang antara poliisopren karet alam atau pencangkokan antara nBA dengan poliisopren karet alam yang merupakan tahap akhir proses vulkanisasi .

Pada tahap pembentukan radikal bebas yang terdiri dari radikal poliisopren P. radikal monomer M. dan radikal-radikal bukan karet S. (radikal KOH, radikal amonnia, radikal air, protein, lemak, karbohidrat, dsb) terjadi apabila campuran lateks lateks tersebut diiradiasi dengan sinar gamma C0-60. Menurut SMITH EDWART dalam F.SUNDARI (Sundardi, 1984), untuk mendapatkan persen konversi yang sama, maka dosis yang diserap oleh monomer (nBA) akan lebih kecil, bila dibuat dalam bentuk emulsi. Dari hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa emulsi nBA bersifat asam, sehingga bila ditambahkan ke dalam lateks alam, maka lateks tidak stabil. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dibubuhi KOH sebagai bahan pemantap dengan kadar 0,2 psk. Setelah campuran lateks ini dibubuhi emulsi nBA 5 psk, lalu diiradiasi dengan dosis vulkanisasi antara 10-15 kGy maka terjadilah lateks alam iradiasi. Namun karena lateks alam iradiasi yang dihasilkan berbau tidak enak, maka karyawan pabrik barang jadi karet dari lateks alam iradiasi ini merasa bekebaran dengan adanya bau yang tidak enak tersebut (Jayakumar, 1996). Hal ini disebabkan karena hanya 60% nBA yang diserap, sedang 40% merupakan residu (Wng Chung Lei, 1996).

Gambar 2. Tahap-tahap reaksi vulkanisasi campuran radiasi lateks alam dengan

Untuk mengantisipasi timbulnya bau tersebut maka dalam penelitian ini kadar nBA diturunkan menjadi 3 psk dan dosis radiasi dinaikan menjadi 25 kGy, yang ternyata bau lateks alam iradiasi yang dihasilkan sangat berkurang, dan sifat tegangan putus film karetnya mencapai maksiumum. Namun setelah kondisi optimum proses ini diulangi lagi oleh peneliti lain hasilnya menunjukkan bahwa tegangan putusnya berbeda nyata.

Penyebab perbedaan ini diduga waktu tinggal KOH dan nBA dalam lateks alam sebelum diiradiasi berbeda, yang uraiannya sebagai berikut.

Pengaruh waktu tinggal KOH. Pengaruh waktu tinggal KOH dalam lateks sebelum diiradisi terhadap sifat mekanik film karet lateks alam iradiasi hasilnya tertera di Tabel 1. Dari tabel ini menunjukkan bahwa secara umum modulus dan tegangan putus film karet dari lateks alam hasil vukanisasi radiasi atau lateks alam iradiasi (B) lebih tinggi daripada sebelum diiradiasi (A). Hal ini disebabkan karena terjadinya pengikatan silang antara poliisopren R-R dan pencangkokan nBA pada poliisopren RP (Gambar 2).

Tahap inisiasi pembentukan radiasl RH ===== =====Î R. + H. H2O ==== ==Î H. + OH. + e- M ==== ============Î M. S === ==========Î S.

Tahap propagasi (pertumbuhan radikal) R. + RH ============Î RH. + R OH. + RH ==========Î R. + H2O RH + H. ==============Î R. + H2

Tahap terminasi (pembentukan ikatan silang) M. + M. ========Î P (homopolimer) R. + R. ====Î R-R (pengikatan silang) R. + P =======Î RP (pencangkokan)

Keterangan :

NR=karet alam, M=monomer nBA, S=bahan bukan karet dalam lateks (KOH, lemak, protein, karbohidrat dsb), R., RH., M., S., P., radikal-radikal dari R, RH, M, S, P.

Skema struktur nBA dalam partikel karet alam:

RH

P RP R-R

(4)

Selanjutnya bila waktu tinggal KOH dalam lateks sebelum divulkanisasi radiasi ditingkatkan, dari 1-2 jam menjadi 24 jam, dan 48 jam, maka tegangan putus film karet dari lateks alam iradiasi yang dihasilkan menurun, walaupun sifat mekanik lainya tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena daya kohesi antara parikel karet menurun, akibat terjadinya hidolisa nBA menjadi asam asetat dan butanol (Gambar 3) yang berada di permukaan partikel karet alam. Oleh sebab itu untuk menjaga agar tegangan putus lateks alam iradiasi tidak turun, sebaiknya waktu tinggal KOH dalam lateks sebelum diradiasi adalah 1-2 jam.

Tabel 1. Pengaruh waktu tinggal KOH dan dalam lateks alam sebelum divulkanisasi radiasi terhadap sifat mekanik film karet lateks alam iradiasi yang dihasilkan.

Sifat fisik dan mekanik film karet.

Waktu tinggal KOH dalam

lateks, jam.

Jenis

lateks Modulus, 600%, MPa

Tegangan putus, MPa.

Perpanjang an putus,%.

Perpanjang an tetap,%.

Kekerasan, shore A

A 0,48 1,66 983 50 20

1-2

B 1,72 7,27 853 20 27

A 0,55 2,21 933 60 23

24

B 1,9 3,84 714 27 26

A 0,70 1,98 870 57 21

48

B 1,9 3,39 683 23 27

Pengaruh waktu tinggal nBA dalam emulsi nBA. Seperti telah diuraikan di atas bahwa nBA dalam proses vulkanisasi radiasi lateks alam harus dalam bentuk emulsi, dengan tujuan agar dosis radiasi yang dibutuhkan lebih rendah daripada dalam bentuk monomer, maka dalam penelitian ini nBA yang akan ditambahkan ke dalam lateks sebelum diiiradiasi dibuat dalam bentuk emulsi. Pengaruh waktu tinggal nBA dalam emulsi, dapat di lihat di Tabel 2. Dari tabel ini menunjukkan bahwa dengan naiknya waktu tinggal nBA dalam emulsi nBA, dari 1-2 jam menjadi 24 dan 48 jam, ternyata modulus 600%, dan tegangan putus film karet meningkat, sedang sifat mekanik lainnya yaitu perpanjangan putus, perpanjangan tetap, dan kekerasan relatip sama. Hal ini menunjukkan bahwa nBA yang berbentuk emulsi tidak mengalami hidrolisa, dan lebih homogen keberadaanya dalam lateks, serta lebih kompatibel dengan lateks karet alam, sehingga radikal bebas yang terjadi akan menyebar merata ke seluruh partikel karet dalam lateks alam. Dengan meratanya radikal bebas tersebut, maka pengikatan silang antara piisopren lateks alam dan pencangkokan antara poliisopren dengan nBA akan merata, sehingga daya kohesif antara partikel karet alam yang telah saling berikatan silang meningkat, akibatnya sifat mekanik film karenyapun meningkat.

Tabel 2. Pengaruh waktu tinggal nBA dalam emulsi nBA terhadap sifat mekanik film karet lateks alam iradiasi yang dihasilkan.

Sifat fisik dan mekanik film karet.

Waktu tinggal nBA dalam emulsi nBA,

jam.

Jenis

lateks Modulus, 600%, MPa

Tegangan putus, MPa.

Perpanjang an putus,%.

Perpanjang an tetap,%.

Kekerasan, shore A

A 0,43 1,37 890 60 27

1-2

B 1,72 7,,27 850 20 23

A 0,56 1,73 900 58 24

24

B 1,92 6,22 830 17 24

A 0,59 1,83 877 56 23

48

B 2,19 10,38 877 17 28

Pengaruh waktu tinggal KOH dan emulsi nBA. Pengruh waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dalam lateks alam iradiasi sebelum diiradiasi terhadap sifat mekanik film karetnya tertera di Tabel 3. Dari tabel ini menunjukkan bahwa dengan naiknya waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dari 1-2 jam menjadi 24, dan 48 jam, dapat menurunkan sifat mekanik secara drastis. Hal ini disebabkan karena emulsi nBA dan KOH yang tinggal dalam campuran lateks alam dan KOH terlalu lama, maka terjadilah hidrolisa sempurna pada nBA oleh ion OH- menjadi asam asetat dan butanol (Gambar 3).

Gambar 3. Raksi kimia hidrolisa normal butil akrilat oleh KOH dalam lateks alam.

CH2=CH-COOC4H8 + OH- ===========Î CH3COOH + C4H8OH Normal butil akrilat as.asetat butanol

(5)

Tabel 3. Pengaruh waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dalam lateeks alam sebelum divulkanisasi radiasi terhadap sifat mekanik film karet lateks alam iradiasi yang dihasilkan.

Waktu tinggal Sifat mekanik

KOH ,jam.

Emulsi nBA,jam.

Modulus 600%, MPa.

Tegangan Putus, MPa.

Perpanjangan putus, %.

Perpanjangan tetap,%

Kekerasan, Shore A.

1-2 2,2 10,4 887 17 28 24 1,7 3,0 710 33 25 1-2

48 1,0 1,3 680 33 22 1-2 2,1 4,5 724 23 26 24 1,6 2,5 667 30 22 24

48 0,9 1,5 650 33 20 1-2 2,1 3,4 700 20 21 24 1,4 2,4 700 23 23 48

48 0,8 1,3 700 40 22

Seperti telah dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya, bahwa nBA merupakan bahan pemeka pada proses vulkanisasi radiasi lateks alam artinya bahan yang dapat menurunkan dosis radiasi vulkanisasi karena memiliki radikal bebas jauh lebih banyak daripada karet alam. Akibat diiradiasi dengan dosis vulkanisasi tersebut maka tegangan putus film karet dari lateks alam iradiasi yang dihasilkan meningkat bahkan mencapai makisimum[10-13]. Dengan berkurangnya nBA, maka ikatan silang yang terjadi antara poliisopren R-R (Gambar 2) akan berkurang. Akibatnya sifat mekanik film karet yang dihasilkan khususnya tegangan putus dan modulus akan berkurang juga. Berkurangnya kadar nBA dalam partikel karet alam ini dapat dibuktikan dengan menggunakan spektrum IR yang disajikan di Gambar 4.

Dari gambar ini menunjukkan bahwa intensitas transmisi spektrum IR dari nBA pada bilangan gelombang pada 1730 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus akrilat dari film karet lateks alam iradiasi yang waktu tinggal emulsi nBA dan KOH 48 jam (Gambar 4B) transmisinya sangat rendah bila dibandingkan dengan film karet dari lateks alam iradiasi yang waktu tinggal nBA dan KOH 1-2 jam (Gambar 4 C), bahkan hampir sama dengan transmisi lateks alam tanpa nBA (A).

Sementara itu gugus alkohol dari butanol, dan gugus asetat dari asam asetat tidak nampak jelas karena tercuci dan menguap pada waktu pembuatan film karet.

Jadi dapat dikatakan bahwa pada proses vulkanisasi radiasi lateks alam yang menggunakan KOH sebagai bahan pemantap, dan emulsi nBA sebagai bahan pemeka sebaikanya waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dalam lateks alam sebelum diiradiasi tidak boleh lebih dari 2 jam.

Tabel 4. Spesifikasi teknis lateks alam iradiasi yang diproduksi skala pilot dengan menggunakan kondisi optimum waktu tinggal KOH dan nBA dalam lateks kebun sebelum diiradisi.

Waktu tinggal Sifat mekanik KOH Emulsi

nBA

nBA dalam emulsi nBA

Modulus 600%, MPa.

Tegangan Putus, MPa.

Perpanjang an putus,%.

Perpanjang an tetap,%

Kekerasan, shore A.

1-2 2,0 24 900 10 29

24 1,9 25 900 10 29

1-2 1-2

48 2,1 26 900 10 29

Selanjutnya dengan menggunakan kondisi waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dalam lateks alam sebelum diiradiasi optimum, yatu 1-2 jam dan dengan menggunakan dosis vulkanisasi 25 kGy, dibuatlah lateks kebun iradiasi skala pilot yaitu 1,5 ton. Kemudian lateks kebun iradiasi yang dihasilkan dipekatkan dalam skala pabrik, maka diperoleh lateks alam iradiasi atau lateks pekat pra-vulkanisasi (Lampiran 1) dengan sifat mekanik

Gambar 4. Spektrum IR film karet dari lateks alam (A) serta latks alam iradiasi dengan waktu tinggal nBA 48 jam (B), dan 1-2 jam (C).

(6)

seperti Tabel 4. Dari tabel ini menunjukkan bahwa tegangan putus film karet dari lateks alam iradiasi adalah 24- 26 Mpa.

Oleh karena sifat fisik tersebut cukup baik, maka lateks alam iradiasi atau lateks alam pra-vulkanisasi tersebut dibuat sarung tangan, karet untuk tensimeter, dan kondom, dalam skala pabrik (Lampiran 1). Ternyata sifat fisik dan mekanik barang jadi karet tersebut di samping memenuhi standar pemakaian, juga bebas nitrosamin dan protein alergen.

4. Kesimpulan

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses produksi lateks alam iradiasi yaitu proses vulkanisasi radiasi lateks alam dengan menggunakan bahan pemantap KOH 0,2 psk, bahan pemeka nBA 3 psk, dan dosis radiasi 25 kGy, maka waktu tinggal KOH dan emulsi nBA dalam lateks sebelum diiradiasi adalah 1-2 jam, sementara itu emulsi nBA yang akan digunakan dapat disimpan selama 48 jam.

Lateks alam iradiasi yang diproses pada kondisi optimum tersebut, diperoleh sifat mekanik optimum dengan tegangan putus film karet maksimum yaitu antara 24-s/d 26 Mpa, sehingga dapat digunakan untuk produksi sarung tangan, karet untuk tenimeter, dan kondom dengan kualitas memenuhi standar pemakaian.

Daftar Pustaka

Annonim, (2003)Laporan Tahunan, Pusat Penelitian Karet, Medan, 60-62.

ASTM, (2002) Standard Test Method for Rubber Properties In Tension, ASTM d 412-2002.

Budiman A.F.S. (2004),: Current Development and Future Prospect The Global NR Industry, International Rubber Conference and Production Exhibition 2004, Jakarta 13-15 December 2004.

Dalrimple S.J. and B.G. Audley,(1992) Allergenic protein levels, Rubber Developments, Vol. 45 no.213, NR.Technology `1414, 51-60.

Edward L. and B.G.Audley,(1996), Selecting the Righ Gloves, htt://www.imune.com/rubber/nr3.html, August 29.

Honggokusumo S. (1994), Perkembangan Industri Barang Jadi Karet di Indonesia, Monografi Penelitian dan Pengembangan Karet No.2, Pusat Penelitian Karet, Medan, 50 halaman.

Jayakumar C and Joy J (1996), Proc. The International Symposium on RVNEL, MINT, Kuala Lumpur, 168-172.

Marga U.,(2004) Trial Production of Irradiated Natural Rubber Latex and It Dipping Products on Factory Scale;

Quality and Techno-Economical Aspect, International Rubber Conference and Production 2004 10 page.

Makuuchi K.,(2003) An Introduction to RVNRL, TRI Global Co.Ltd., Bangkok.

Morales C ORALES, Abasoma, J.Carbira, A. Sastre,(1989), Anaphylaxis Produced by Rubber Gloves Contanct, Cure Report And Immunological Identification Of Antigens Involved, Chemical and Experimental Allergy, Vol 19, 425-430

Nancy C., D. Suwardin dan M. Supriadi, (2001), Kajian Mengenai Pemasaran Lateks : Profil Petani, Industri Lateks Pekat, dan Industri Barang Jadi Lateks, Jurnal Penelitian Karet, Vol 19 No.1-3, 54-76.

Siswantoro U., (1993), Tantangan Industri Lateks Pekat dan Barang Jadi Lateks Di Masa Mendatang, Warta Perkaretan, Vol 12 No.2, Pusat Penelitian Karet, 9-14.

Siswanto, (1997). Extraction of Protein From The Inner And Outer Surface of Medical Gloves With Successive Washing Technique, Menara Perkebunan, Vol.69 No.2, 75-84.

Sundardi F and Kadariah,(1984), Radiation Grafting of Methyl Methcrylate Monomer On Natural Rubber Latex, J. Appl. Polym., Sci., Vol 19, 1515-1521.

WangCung Lei,(1996), Reduction of Residual Normal Buthyl Acrylate As Sensitizer In Radiation Vulcanization of NRL, Proc. The International Symposium on RVNEL, MINT, Kuala Lumpur, 252.

(7)

Lampiran 1

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSOPAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2012.. Nama Mahasiswa :

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Berdasarkan masalah ini perlu dilakukan penelitian mengenai berapa banyak penambahan EDTA yang optimum dalam analisis kalsium yang mengandung fosfat, sehingga

Pada perancangan perangkat keras prototipe KVARH meter terdapat mikrokontroler Arduino yang terhubung dengan modul Ethernet, Arduino Mega 2560 digunakan sebagai

Pada setiap pengujian perilaku NPC dengan pengaruh kelelahan, sedih, marah, dan takut, menunjukkan prioritas perilaku yang cenderung berbeda dan hal ini dapat dilihat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menganalisis Transaksi Jurnal Penyesuaian

Sehubungan dengan belum adanya standar atau ukuran yang dipergunakan dalam penetapan kuota produksi untuk setiap IUP, maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam hal

Oleh karena itu, agar dapat terus melakukan kegiatan penambangan dengan kondisi harga yang sensitif perlu dilakukannya analisis mengenai keekonomian penambangan