• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Bermutu Sebagai Manifestasi Core Values PNS BerAKHLAK dalam Rangka Rebranding ASN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pelayanan Bermutu Sebagai Manifestasi Core Values PNS BerAKHLAK dalam Rangka Rebranding ASN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 09 No. 01, Januari-Maret 2022, p.1 - 5

1

Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang tidak perlu)

Pelayanan Bermutu Sebagai Manifestasi Core Values PNS BerAKHLAK dalam Rangka Rebranding ASN

Andik Karyono Dwi Prasetyo1

1 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Papua Barat, Jl. Andai Arfai Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Indonesia

(Diterima 5 Januari 2022; Direvisi 11 Pebruari 2022; Disetujui 20 Pebruari 2022; Diterbitkan 12 Maret 2022)

Abstract: This paper is presented as proof of the author's concern for the existence of civil servants in the disruptive era. The success of public services will lead to public trust as the subject of public services. Improving the quality of public services is a continuous process in order to realize the expectations of the people who are the dream of as the main right holder for public services. The administration of government that is oriented to the best service is non-negotiable when government institutions want to increase public trust. If every government agency can provide the services needed by the community, it will lead to satisfaction for the parties served. As mandated in the Constitution Number 25 of 2009 concerning Public Services that services for the public interest are the responsibility of the government. In addition, people are increasingly aware of their rights and are increasingly critical of getting the best service from government officials.

Keywords: public service, ASN core values, Rebranding, BerAKHLAK

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Corresponding author: Andik Karyono Dwi Prasetyo, E-mail: prasetyoandikdwi73@gmail.com Tel: +6281-3441-0518-0.

Pendahuluan

Pola pikir pelayanan yang sering didengungkan pemerintah kepada aparatur sipil negara adalah bentuk kepedulian pemerintah kepada aparaturnya dalam rangka memenuhi harapan masyarakat akan mudahnya pelayanan. Oleh karenanya, pemerintah melalui Lembaga Administrasi Negara RI merancang sebuah desain pelatihan CPNS di seluruh Indonesia yaitu penerapan nilai-nilai Berakhlak yang merupakan akronim dari Beroreintasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif.

Pada kesempatan ini, penulis akan mengulas tentang berorientasi pelayanan yang dilakukan PNS. Apakah pelayanan yang diberikan PNS sudah berorientasi pelayanan. Jawabannya ada di hati masyarakat karena yang merasakan langsung pelayanan yang diberikan PNS adalah masyarakat.

Tidak sedikit keluhan dan video viral pelayanan yang diunggah masyarakat tentang masih buruknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh PNS. Adakah signifikansi perbedaan antara PNS yang berorirentasi pelayanan dengan yang tidak?

(2)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 09 No. 01, Januari – Maret 2022, p. 1 - 5 ISSN: 2355-4188

2 Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat telah lama menjadi tugas PNS sebagai bagian integral dari ASN. Shifting mindset ini telah lama dilakukan namun belum menunjukkan ada perbaikan signifikan. Di era disruptif saat ini tuntutan masyarakat akan pelayanan yang prima semakin kuat seiring dengan semakin derasnya arus informasi.

Analisis

Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Agus Dwiyanto (2010:21) memberikan definisi pelayanan publik sebagai semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat serta penyediaannya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis pemerintah, dan memenuhi komitmen dunia internasional. Dalam penjelasan lebih lanjut, Dwiyanto (2010:22) mengatakan bahwa dari segi mekanisme penyediaannya, pelayanan publik tersebut tidak harus dilakukan oleh pemerintah sendiri, akan tetapi dapat dilakukan oleh sektor swasta (mekanisme pasar).Lebih lanjut tentang pelayanan publik, jika dilihat dari perspektif asas maka asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu meliputi sebagai berikut :

a. kepentingan umum;

b. kepastian hukum;

c. kesamaan hak;

d. keseimbangan hak dan kewajiban;

e. keprofesionalan;

f. partisipatif;

g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

h. keterbukaan;

i. akuntabilitas;

j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

k. ketepatan waktu; dan

l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

Selanjutnya dari sisi yang lain, bahwa pelayanan publik akan lebih baik bilamana birokrasi berkonotasi dengan citra negatif seperti rendahnya kualitas pelayanan publik, berperilaku korup, kolutif dan nepotis, masih rendahnya profesionalisme dan etos kerja, mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam pengurusan pelayanan publik, proses pelayanan yang berbelit- belit, hingga muncul jargon kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah, bahkan dari sisi prosedur, persyaratan, waktu, biaya dan fasilitas pelayanan, yang dirasakan masih belum memadai ini kesemuanya bila sudah tidak kita jumpai.Salah satu penyebab dari persoalan tersebut di atas adalah adanya budaya paternalisme yang telah mengakar kuat dalam birokrasi pelayanan publik di Indonesia. Dalam konteks pelayanan publik, paternalisme dilihat dari hubungan antara birokrasi sebagai petugas pelayanan dengan masyarakat pengguna layanan. Masyarakat pengguna layanan dalam pola paternalisme mempunyai posisi tawar- menawar yang lemah, artinya masyarakat pengguna layanan tidak bisa berbuat lebih banyak jika

(3)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 09 No. 01, Januari – Maret 2022, p. 1 - 5 ISSN: 2355-4188

3 mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan. Kualitas pelayanan publik saat ini masih banyak berada di area bureaucratic paternalism, sehingga mengakibatkan tidak tercapainya kualitas pelayanan publik yang berorientasi terhadap kepentingan masyarakat sebagai pengguna layanan. Beberapa alternatif solusi untuk mengatasi tersebut diatas, maka perlu diciptakan model pelayanan publik yang berkualitas dengan berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara. Ada beberapa elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang berkualitas;

b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;

c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan masyarakat;

e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan

f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara pelayanan publik.

Lebih jauh tentang pelayanan publik berorientasi kepada pelayanan maka dapat dijabarkan dengan beberapa kriteria, yakni sebagi berikut :

a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan pedoman perilaku sesuai dengan tujuan yang terkandung dari masing-masing nilai. Kode etik juga terkadang dibuat untuk mengatur hal-hal apa saja yang secara etis boleh dan tidak boleh dilakukan, misalnya yang terkait dengan konflik kepentingan. Dalam menyelenggarakan pelayanan publik jika terjadi konflik kepentingan maka aparatur ASN harus mengutamakan kepentingan publik dari pada kepentingan dirinya sendiri ;

b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk sebuah kode perilaku (code of conducts) yang berisi contoh perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh dilakukan oleh pegawai ASN sebagai interpretasi dari kode etik tersebut. Contoh perilaku spesifik dapat juga berupa bagaimana penerapan SOP dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan

Kesimpulan

Pelayanan publik berorientasi pelayanan sebagai dasar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tentu tidak akan dengan mudah dapat dilaksanakan tanpa dilandasi oleh perubahan pola pikir ASN di mana di dalamnya ada niat untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat juga didukung dengan semangat penyederhanaan birokrasi yang bermakna penyederhanaan sistem, penyederhanaan proses bisnis dan juga transformasi menuju pelayanan berbasis digital.

Dengan kesungguhan dalam pelayanan publik, ini memberikan pengertian bahwa ASN yang bersangkutan benar-benar tulus dalam memberikan pelayanan. Sikap seperti ini akan memberikan

(4)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 09 No. 01, Januari – Maret 2022, p. 1 - 5 ISSN: 2355-4188

4 suatu penegasan bahwa ASN benar-benar memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat terutama dalam pelayanan, maka ini bukti keseriusan pegawai ASN dalam melayani masyarakat.

Ucapan terima kasih

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan rekomendasi terhadap karya tulis ini sehingga dapat dimuat di media sebagai bentuk pengembangan profesi widyaiswara. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada reviewer dan redaktur Jurnal Lingkar Widyaiswara yang telah sudi membaca dan mengedit karya tulis yang penulis susun

Daftar Pustaka

Ancok, D., Hendrojuwono, W., dan Hartanto, F. D. (2014) ”Mengapa Kita Perlu Memberikan Pelayanan yang Baik‟. Makalah dipresentasikan dalam Focus Group Discussion, LAN-RI, Jakarta, Juni.

Daft, Richard L., (2010) Diterjemahkan oleh Tita Maria Kanita. New Era of Management. Era Baru Manajemen. Buku 1, Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat

Dwiyanto, Agus. (2010). Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif. Yogyakarta:

Gamapress

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 91 Tahun 2021 tentang Pembinaan Inovasi Pelayanan Publik.

Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara.

(5)

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 09 No. 01, Januari – Maret 2022, p. 1 - 5 ISSN: 2355-4188

5 Abstrak: Tulisan ini penulis sajikan sebagai bukti kepedulian penulis terhadap keberadaan PNS di era disruptif. Keberhasilan pelayanan publik akan bermuara pada kepercayaan masyarakat sebagai subjek pelayanan publik. Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah suatu proses yang secara terus- menerus guna mewujudkan harapan masyarakat yang menjadi dambaan sebagai pemegang hak utama atas pelayanan publik. Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan yang terbaik sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik. Apabila setiap lembaga pemerintah dapat memberikan layanan yang dibutuhkan masyarakat, maka akan menimbulkan kepuasan bagi pihak- pihak yang dilayani. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa layanan untuk kepentingan publik menjadi tanggung jawab pemerintah. Ditambah lagi, masyarakat semakin menyadari haknya dan semakin kritis untuk mendapatkan layanan terbaik dari aparatur pemerintah.

Katakunci: pelayanan publik, core values ASN, Rebranding, BerAKHLAK

Referensi

Dokumen terkait

nantinya akan mempengar uhi hasil air tebu yang didapatkan 4 portable Alat pengupasa n kulit tebu ini akan memiliki bentuk yang sesuai dengan apa yang diinginkan

7 Maka dari itu idealnya masjid harus mempunyai manajemen yang baik dalam pengelolaan dana, mulai dari pengelolaan dana wakaf, manajemen administrasi, manajemen kegiatan

Aktivitas, proses dan hasil perkembangan pendidikan peserta didik dipengaruhi oleh karakteristik peserta didik sebagai individu. Karakteristik peserta didik merupakan aspek

Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam

Hasil evaluasi kurva kalibrasi dari pengukuran deret bahan standar CRM paduan zirkonium dengan metoda standar internal memberikan data yang lebih tepat dibanding

Obat adalah adalah semua semua zat zat baik baik dari dari alam (hewan maupun tumbuhan) alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran atau kimiawi yang dalam

Berat badan pada waktu lahir, yang merupakan indikasi dari kurangnya usia gestasi atau hambatan pertumbuhan di dalam kandungan atau keduanya, banyak dihubungkan dengan tinggi

Secara teoretis, terutama teori struktural fungsional yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan, hasil yang di