• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN ALAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS DI TERMINAL PETI KEMAS X PT XYZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN ALAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS DI TERMINAL PETI KEMAS X PT XYZ"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1270

ANALISIS KEBUTUHAN ALAT BONGKAR MUAT PETI KEMAS DI TERMINAL PETI KEMAS X PT XYZ

Sifra Talitha Kapressy1* dan Sono1

1Logistik Minyak dan Gas, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas, Jl. Gajah Mada No.38, Karangboyo, Cepu, Blora, Jawa Tengah, 58315

kapressysifra@gmail.com

ABSTRAK

Berdasarkan arus peti kemas yang dibongkar dan dimuat di Terminal Peti Kemas X PT XYZ ditemukan bahwa arus peti kemas selalu meningkat dari tahun 2013 hingga 2016, dan pada tahun 2017 hingga 2018 meningkat drastis dikarenakan adanya penambahan alat bongkar muat Container Crane.

Namun, pada tahun 2019-2020 terjadi penurunan yang signifikan dikarenakan adanya pandemic covid- 19. Berdasarkan arus peti kemas yang berubah-ubah tersebut, tujuan dari penulisan ini untuk menganalisis kebutuhan alat bongkar muat peti kemas apabila data berubah-ubah. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan occupancy peralatan untuk mengetahui apakah alat bongkar muat harus ditambahkan, dikurangkan atau sudah memadai. Dari hasil perhitungan occupancy pada alat bongkar muat peti kemas, diketahui bahwa peralatan masih memenuhi standard yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan yakni sebesar 80%, sehingga alat bongkar muat peti kemas yang tersedia masih termasuk dalam kategori memadai.

Kata Kunci: Peti Kemas, Peralatan, Kebutuhan, Occupancy

1. PENDAHULUAN

Sebagai tempat penunjang di daerah timur Indonesia, Pelabuhan XYZ harus memperhatikan sarana dan fasilitas pelabuhan dalam mendukung pelayanan jasa agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan secara optimal dan memberikan kepuasan dan kenyamanan tersendiri pada pelanggannya. Salah satu jasa pelayanan yang sangat memperhatikan sarana dan fasilitas yang ada adalah jasa pelayanan peti kemas. Dalam mendukung pelayanan peti kemas yang cepat dan tepat, PT XYZ menyediakan sarana berupa Terminal Peti Kemas yang lebih dikenal dengan TPK X. Terminal Peti Kemas X berfungsi untuk melayani arus peti kemas dan merupakan pintu gerbang utama proses perdagangan serta menjadi pusat konsilidasi peti kemas di wilayah Maluku dan sekitarnya. Berikut adalah volume arus peti kemas yang dilayani di Terminal Peti Kemas X pada tahun 2014- 2020 yang dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Volume Arus Peti Kemas

NO Tahun Bongkar/Muat

(box)

Tingkat Pertumbuhan Pertahun (%)

1 2013 71.611

2 2014 73.578 2,67

3 2015 74.146 0,77

4 2016 75.738 2,10

5 2017 103.115 26,55

(2)

1271

6 2018 120.061 14,11

7 2019 91.464 -31,27

8 2020 66.831 -36,86

Melihat volume arus peti kemas di atas, yang meningkat secara terus menerus dari tahun 2013-2016 kemudian naik pada tahun 2017-2018. Peningkatan pada tahun 2017-2018 disebabkan oleh pengadaan alat bongkar muat peti kemas yaitu container crane yang mampu bekerja dengan cepat dibandingkan crane kapal dan luffing crane. Berbeda halnya pada tahun 2019-2020 arus bongkar muat peti kemas mengalami penurunan yang drastis. Penurunan ini disebabkan karena adanya wabah covid-19 yang melanda dunia, sehingga membuat sektor perdagangan di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dengan adanya Data Neraca Perdagangan Indonesia Periode 2016-2021 seperti pada gambar 1.1 dibawah ini.

Gambar 1.1 Neraca Perdagangan Indonesia Periode 2016-2021

(Source: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan)

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada bulan Januari-April tahun 2020 sebesar 96.578,3 US $ dan pada bulan Januari-April tahun 2021 sebesar 116,208.2 US $. Apabila dibandingkan dengan neraca perdagangan pada tahun-tahun sebelumnya, periode tersebut mengalami penurunan yang signifikan. Sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk menetukan kebutuhan alat bongkar muat peti kemas di Terminal Peti Kemas X dalam menghadapi perubahan-perubahan arus peti kemas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Kebutuhan Alat Bongkar Muat di Terminal Peti Kemas X PT XYZ” dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah alat bongkar muat peti kemas perlu dilakukan penambahan, pengurangan atau telah memadai.

Tinjauan Pustaka a. Bongkar Muat

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 33 (2001), kegiatan bongkar muat merupakan kegiatan yang dilakukan dari dan ke atas kapal, yang meliputi proses stevedoring atau membongkar barang dari palka kapal ke dermaga dan sebaliknya, cargodoring atau memindahkan barang dari lambung kapal ke gudang/lapangan penumpukan dan sebaliknya, serta

(3)

1272

receiving/delivery atau pengambilan barang dari gudang/lapangan dan dibawa keatas truk maupun sebaliknya.

Menurut PP Nomor 17/1988, bongkar muat didefinisikan sebagai kegiatan jasa yang bertujuan membongkar dan memuat barang atau benda, baik dari kapal ataupun menuju kapal, yang meliputi stevedoring, cargodoring dan receiving/delivery.

a. Stevedoring merupakan kegiatan pembongkaran barang dari kapal ke dermaga / tongkang / truk, atau memuat barang dari dermaga / tongkang / truk ke dalam kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat, hingga tersusun dengan baik di dalam palka kapal.

b. Cargodoring merupakan kegiatan pelepasan benda atau barang dari tali atau jala-jala di dermaga dan mengangkut barang dari dermaga ke gudang atau lapangan penumpukan untuk kemudian disusun di gudang lapangan atau sebaliknya.

c. Receiving / delivery merupakan kegiatan pemindahan barang dari timbunan atau tumpukan di gudang atau lapangan penumpukan untuk diserahkan sampai tersusun dengan baik di atas kendaraan atau sebaliknya.

Dalam KM Nomor 25 Tahun 2002 juga menjelaskan kegiatan bongkar muat yang dibedakan menjadi 2, yakni:

a. Bongkar muat direede atau bongkar muat tidak langsung, merupakan kegiatan bongkar barang atau muatan dari kapal yang tidak bersandar di dermaga, yang dilakukan dengan bantuan kapal lain.

b. Bongkar muat langsung (kade losing/loading), merupakan kegiatan bongkar barang atau muatan dari kapal yang langsung bersandar di dermaga.

Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa bongkar muat adalah kegiatan menaikan atau menurunkan barang atau muatan dari dermaga ke kapal atau sebaliknya, dengan menggunakan peralatan yang tersedia di pelabuhan tempat pelaksanaan bongkar muat.

b. Peti Kemas

Suyono (2005 : 263) mengemukakan bahwa Peti kemas adalah satu kemasan untuk menyimpan dan mengangkut muatan yang ada didalamnya. Peti kemas dirancang dengan ukuran tertentu dan dapat dipakai berulang kali. Sementara itu, menurut Subandi (1992 : 5), peti kemas dapat berupa peti, botol, dan sebagainya, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sesuatu.

Menurut Wiwoho Soedjono (1985 : 221), peti kemas adalah sebuah kotak besar yang terbuat dari campuran baja dan tembaga anti karat dengan kunci pada pintunya dan piting sudut dan kunci putar pada setiap sisinya, sehingga memudahkan penyatuan atau pelepasan satu peti kemas dengan peti kemas lainnya [2].

Sedangkan menurut Dirk Kramadibrata (2002 : 280), peti kemas berbentuk suatu kotak besar yang terbuat dari campuran bahan baja dan tembaga yang anti karat, dengan pintu yang dapat terkunci dan tiap sisi-sisi kotaknya dipasang pitting sudut dan kunci putar (Corner Fitting and Twist Lock) sehingga peti kemas mudah disatukan atau dilepaskan satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa peti kemas merupakan sebuah tempat untuk menyimpan barang yang akan dipindahkan yang memungkinkan barang dapat terlindungi dan terjamin keamanannya. Mulai dari produk tersebut masih berupa bahan baku hingga produk jadi dan disalurkan pada konsumen. Pertama-tama perusahaan supplier raw material mengirimkan bahan baku suatu produk untuk di olah di pabrik. Setelah diolah menjadi produk jadi, produk tersebut ditransfer oleh bagian transportasi ke depo container milik perusahaan pelayaran untuk dimasukkan ke dalam container dan dimuat ke kapal untuk dikirimkan ke Terminal Peti Kemas X PT XYZ. Setelah kapal sampai di pelabuhan PT XYZ dan

(4)

1273

bersandar, muatan atau container tersebut akan di bongkar dan di simpan di Terminal Peti Kemas khususnya di tempat penumpukkan container. Setelah itu, pemilik barang atau customer akan membuat permohonan pengeluaran container dari tempat penumpukkan untuk barang dapat dikeluarkan dari container sehingga dapat dikirimkan ke gudang pemilik barang sebelum dibeli atau didistribusikan oleh pengguna akhir atau konsumen.

c. Utilitas Alat Bongkar Muat

Utilitas merupakan tingkat pemanfaatan atau pemakaian suatu alat bongkar muat yang dapat beroperasi dalam suatu periode tertentu. Untuk menghitung utilitas dari masing-masing alat bongkar muat peti kemas di Terminal Peti Kemas X dapat menggunakan rumus :

𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = Waktu Operasi Alat

Waktu yang Tersedia× 100%

d. Occupancy Alat Bongkar Muat

Occupancy merupakan perbandingan antara alat bongkar muat yang digunakan dengan total alat bongkar muat yang tersedia. Standar occupancy yang ditetapkan di Terminal Peti Kemas X dalam Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan adalah 80%. Untuk memperoleh penggunaan alat bongkar muat yang optimal, maka hasil dari occupancy semakin tinggi. Rumus yang digunakan untuk menghitung occupancy adalah :

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =Alat yang digunakan

Alat yang tersedia × 100%

2. METODE

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dimana metode ini bersifat filsafat positifisme yang digunakan untuk meneliti suatu populasi atau sample (Sugiyono, 2015:13).

Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pemakaian peralatan bongkar muat dengan menggunakan metode atau perhitungan occupancy.

b. Populasi dan Sample

Populasi dalam penilitian ini, terdiri dari semua peralatan bongkar muat peti kemas yang ada di Terminal Peti Kemas X PT XYZ. Sedangkan, sampel yang digunakan adalah peralatan utama peti kemas diantaranya Container Crane, RTG dan Head Truck.

c. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Penelitian Kepustakaan (Library Recearch)

Penelitian Pustaka (Library Recearch), dimaksudkan bahwa penulis dapat mengambil atau mengumpulkan beberapa teori dari berbagai macam literatur-literatur yang berhubungan dengan penulisan ini.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan yakni dengan melakukan penelitian secara langsung pada Terminal Peti Kemas X PT XYZ.

(5)

1274

a. Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab bersama staff perusahaan atau operator yang bertugas di perusahaan.

b. Observasi atau pengamatan yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

d. Jenis dan Sumber Data 1) Jenis Data

Dalam menyusun penelitian ini jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Data Kualitatif yaitu data yang berasal dari perusahaan dalam bentuk informasi secara lisan atau tulisan.

b) Data Kuantitatif yaitu data yang berasal dari perusahaan dalam bentuk angka-angka.

2) Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah sebagai berikut:

a) Data Primer merupakan data-data yang penulis kumpulkan berdasarkan hasil wawancara bersama staff perusahaan dan operator yang bertugas di Terminal Peti Kemas X PT XYZ.

b) Data Sekunder merupakan data-data yang penulis kumpulkan berdasarkan hasil literatur yang dapat dijadikan acuan atau referensi dalam penulisan ini.

e. Teknik Analisis

Teknik analisis data merupakan suatu cara atau metode untuk mengolah sebuah data menjadi informasi agar data tersebut dapat dipahami dengan mudah serta dapat digunakan untuk mencari sebuah solusi dari suatu permasalahan. Penelitian ini merupakan penelitian deskiptif kuantitatif, dengan menggunakan analisis deskriptif. Menurut (Sugiyono, 2012:29) bahwa analisis deskriptif adalah analisis yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sample atau populasi yang telah terkumpul.

3. PEMBAHASAN

a.

Menghitung Tingkat Pemanfaatan (Utilitas) Alat Bongkar Muat

Sebagai sarana pendukung kegiatan bongkar muat peti kemas, alat bongkar muat peti kemas diharapkan mampu memenuhi tingkat produksi peti kemas yang sudah ditargetkan sebelumnya oleh perusahaan, karena apabila peralatan yang dimiliki mengalami kerusakan atau perbaikan, maka tingkat produksi peti kemas juga semakin berkurang. Oleh karena itu, penting mengetahui berapa persen tingkat tingkat pemakaian atau pemanfaatan dari alat bongkar muat untuk menjadi bahan evaluasi apakah dalam periode tertentu apakah peralatan bongkar muat sering mengalami kerusakan atau tidak. Untuk menghitung tingkat pemanfaatan peralatan, dibutuhkan waktu jam operasi operasi serta waktu tersedia yang ditetapkan dalam periode tertentu. Berikut merupakan data jam operasi dan waktu yang tersedia pada alat bongkar muat CC, RTG dan HT pada periode 2019 dan 2020.

Tabel 3.1 Jam Operasi dan Waktu Tersedia

Nama Alat B/M

Tahun

2019 2020

Jam Tersedia Jam Operasi Jam Tersedia Jam Operasi

CC 01 7.812 2.996 7.560 2.342

CC 02 7.812 2.339 7.560 1.804

(6)

1275

RTG 01 7.812 1.807 7.560 750

RTG 02 7.812 1.350 7.560 2.603

RTG 03 7.812 2.518 7.560 2.414

RTG 04 7.812 2.396 7.560 2.182

RTG 05 7.812 2.747 7.560 2.797

HT 03 7.812 2.845 7.560 213

HT 04 7.812 1.295 7.560 35

HT 05 7.812 2.675 7.560 818

HT 06 7.812 1.955 7.560 1.321

HT 07 7.812 2.249 7.560 -

HT 08 7.812 2.793 7.560 329

HT 09 7.812 161 7.560 1.833

HT 10 7.812 148 7.560 2.152

HT 11 7.812 113 7.560 2.123

HT 12 7.812 140 7.560 1.743

HT 13 7.812 161 7.560 1.971

Berdasarkan tabel diatas, dapat di kalkulasi tingkat pemanfaatan atau utilitas berdasarkan rumus, sehingga dapat diketahui hasil perhitungan untuk mencari persentase utilitas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Perhitungan Persentase Utilitas

Nama Alat B/M Perhitungan Utilitas (%)

2019 2020

CC 01 38,35% 30,98%

CC 02 29,94% 23,86%

RTG 01 23,13% 9,92%

RTG 02 17,28% 34,43%

RTG 03 32,23% 31,93%

RTG 04 30,67% 28,86%

RTG 05 35,16% 37,00%

HT 03 36,42% 2,82%

HT 04 16,58% 0,46%

HT 05 34,24% 10,82%

HT 06 25,03% 17,47%

HT 07 28,79% -

HT 08 35,75% 4,35%

HT 09 2,06% 24,25%

HT 10 1,89% 28,47%

HT 11 1,45% 28,08%

HT 12 1,79% 23,06%

HT 13 2,06% 26,07%

Berdasarkan hasil perhitungan utilitas diatas dapat diketahui bahwa dari ketiga alat bongkar muat tersebut, dapat ditentukan bahwa pada tahun 2019 dan 2020 CC 01 memiliki tingkat persentase pemakaian atau utilitas paling banyak di bandingkan dengan CC 02. Untuk RTG pada tahun 2019 dan 2020, dipilih RTG 05 sebagai alat bongkar muat dengan persentase pemakaian atau utilitas paling banyak dibandingkan dengan RTG yang lain. Sedangkan untuk HT dipilih HT 03 pada tahun 2019 dan HT 10 pada tahun 2020 sebagai alat dengan persentase pemakaian atau utilitas paling banyak dibandingkan dengan HT lainnya.

b. Menghitung Occupancy Alat Bongkar Muat

(7)

1276

Selain menghitung tingkat pemanfaatan peralatan, kinerja peralatan juga harus dihitung untuk melihat apakah kinerja peralatan yang dimiliki sudah berdasarkan standard yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Perhubungan Laut dalam Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan yakni 80%. Sehingga dapat ditentukan occupancy dari masing-masing alat bongkar muat yaitu :

a. Alat bongkar muat CC

• Untuk tahun 2019

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =Alat yang digunakan

Alat yang tersedia × 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =2 × 365

2 × 365× 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 100 %

• Untuk tahun 2020

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =Alat yang digunakan

Alat yang tersedia × 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =2 × 365

2 × 365× 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 100 %

b. Alat bongkar muat RTG

• Untuk tahun 2019

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =Alat yang digunakan

Alat yang tersedia × 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =5 × 365

5 × 365× 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 100 %

• Untuk tahun 2020

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =Alat yang digunakan

Alat yang tersedia × 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =5 × 365

5 × 365× 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 100 %

c. Alat bongkar muat HT

• Untuk tahun 2019

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =Alat yang digunakan

Alat yang tersedia × 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =11 × 365

11 × 365× 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 100 %

• Untuk tahun 2020

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =Alat yang digunakan

Alat yang tersedia × 100%

(8)

1277 𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 =10 × 365

11 × 365× 100%

𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑎𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑒 = 91 %

Berdasarkan perhitungan occupancy diatas, dapat diketahui bahwa kinerja alat bongkar muat peti kemas di Terminal Peti Kemas X telah sesuai dengan standard yang ditetapkan yakni 80%.

4. SIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu antara lain:

a. Pada tahun 2019, tingkat persentase utilitas atau pemakaian alat bongkar muat yang paling tinggi adalah CC 01 sebesar 38,35% dan tingkat persentase utilitas yang paling rendah adalah HT 11 yaitu 1,45%. Sedangkan pada tahun 2020, tingkat persentase utilitas atau pemakaian alat bongkar muat yang paling tinggi adalah RTG 05 sebesar 37,00% dan tingkat persentase utilitas yang paling rendah adalah HT 07 yaitu tidak ada pemakaian peralatan.

b. Berdasarkan perhitungan kinerja alat (occupancy) maka dapat ditetapkan bahwa kebutuhan alat bongkar muat masih memadai dalam melayani kegiatan bongkat muat peti kemas, dilihat dari persentase occupancy yang mencapai 100%.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Novalina, N., & Suyanto , A. (2019). Analisis Occupancy Rate Penggunaan Ruang Kelas Di Universitas Telkom. e-Proceeding of Management : Vol.6, No.1 , 163-17.

[2] Widyaningrum, R. (2014). Persepsi Masyarakat Tentang Keberadaan Pelabuhan Petikemas Di Kelurahan Bukuan Kota Samarinda. eJournal Ilmu Administrasi Negara, 690-701.

[3] Chen, X., S. Shum and D. Simchi-Levi (2012), Stable and Coordinating Contracts for a Supply Chain with Multiple Risk-Averse Suppliers. To Appear in Production and Operations ManagementKelton, Sadaowski, & Zupick. (2015). Simulation with Arena (sixth Edition).

McGraw-Hill Education. New York

[4] David Aderson, Frank Britt, Favre. “The Seven Principles of Supply Chain Management, 1997.

Referensi

Dokumen terkait

Senyawa kimia dan reaksi yang dapat menghasilkan spesies oksigen yang potensial bersifat toksik dapat dinamakan pro-oksidan. Sebaliknya, senyawa dan reaksi yang mengeluarkan

Sumberdaya lokal potensial yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia adalah pemanfaatan hasil samping budidaya tanaman pangan dan perkebunan.. Bahan-bahan

Melampirkan fotocopy salah satu bukti prestasi bidang Olah Pikir, Olah Rasa/Karsa, Olah Raga, Kepemudaan, bagi yang memiliki dan diverifikasi oleh Dinas Pendidikan

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

Dari kutipan di atas merupakan isi surat yang ditinggalkan Natisha di atas meja hanya sebegitu. Tidak ada keterangan berupa siapa lelaki yang membawanya lari. Tidak ada alasan mengapa

Kepala Polisi Sektor Kampar Kiri bersama anggota Polsek Kampar Kiri telah melakukan tindakan preventif berupa himbuan kepada masyarakat kecamatan kampar kiri agar

Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode kualitatif ( ranking procedure ), yang terpilih sebagai lokasi pabrik yaitu Sekambingsebesar 23,15 yang paling layak untuk