• Tidak ada hasil yang ditemukan

furnal Huhum feitei llegerc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "furnal Huhum feitei llegerc"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

furnal Huhum feitei llegerc

Diterbitkan

oleh:

Basian Hukum Tata Neeara

Fa[ultas

Hukum Univeisitas Malikussa]eh

#E:ffi

Volume I No. 1 Desember 2o12 l55N 2302-6219

Reformasi Birokrasi dalam Membansun Tata Kelola Pemerintahan daram

P

enyelenfgaraan otono*i#]#i;f,

tfrftf

Gambaran Umum Kedudukan Maielis Permusvawaratan Ulama (MPU) di Aceh dalam Sistein Pemerintan1,Pf,:;;*

ranggungf awabrndividur".tlllt,Sfl

ft1tffr",si,lt?1HEl.1ii

Malahayaii Reformasi dan Penegakan Hukum yang Berk11,ilr?t,

Tanggung fawab Negara terhadap Bantuan Hukum MasYarakat

Prrrlf#

Penvelesaian Sensketa Linskungan Menurut Undang-Undang Nomor 32-Tahun 2009 ttntang PErlinilungan dan Pengelolaan Lin['ku4gan

EksistensiBadan'""F8l3l*f#l?ifr18*ff

;it'f ffi *Eb1",l[?,t"H"t]#il#t

Nuribadah

PerbandinganPeneru,'"?fi

filllfif; Hi33l]'ffr[",UHtrf$]

Amiizal

(2)

rf,rGGnoE

aa

lurnol Huhum Toto Negoro

Volume 1, Nomor 1, Desember2012 Daftar lsi

Editorial Abskaksi

Reformasi Birokrasi d.alam Membangun

Tata Kelola

Pemerintahan dalarn Penyetenggaraan Otonomi Khusus Aceh

Husni Jalil,

dkk

Gambaran Umum Kedudukan Majelis Permusyawatan Ulama (MPU) di Aceh dalam Sistem Pemerintahan Daerah

Elidar

Sari 18-29

Tanggung Jawab lndividu terhadap Kejahatan Kemanusiaan (Analisis Kasus Khmer Merah)

Malahayati

Reformasi dan Penegakan Hukum yang Berkeadilan Yusrizal

1-1 iii vii

,r/

7

!

Jumal

l'/a

Malikussaleh Vo&.

mengangkat

topl dengan

hukum, pelaksanaan

k*

Tulisat

pa

Membangun

T*

Aceh mengurdka

daerah

sebag.i model

penyderg

kajian merunjddu hubungan

yarp

( membangm

sril

pemerindt dard

dalam

rnen*ud I

kepada sbtem

t perubahan

perid

transparan,

maf

Tulisan

ke Kedudukn W

Pemeintdwt M

dalam sbtem pent

satu-sdunP ler,t khusrs, ntld rr

Aceh

pasca

refo

lembagn

@r

y

Aceh serb merrcd .li lea la^ !n[

Ul llqll grr r --

ulama dalan kons

lrt@

tulisan yang

beri,

(Analisis ,(as{rs X 30-43

Tanggung Jawab UmmiKalsum

Negara terhadap Bantuan Hukum Masyarakat Miskin

Penyelesaian Sengketa Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Marlia Sasfro

Eksistensi Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL) dalam Pelaksanaan Undang-Undang Pemerintahan Aceh

Nuribadah

Da'h3nrlin^an Danaranan I-\nlztrin Damieah:n (otzr racaan ,ntar2 l gr vqr rul rysr r I vr rvr uPet

lndonesia dan Malaysia

Amrizal

Biodata Penulis

Pedoman Penulisan Jurnal Nanggro€

44-57

58.70

71.87

88-1 04

1 05.1 20

121 123

(3)

Reformasi

Birokrasi

Dalam Membangun Tata Kelola Pemerintahan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Khusus Aceh-

Oleh

HusniJalil, dkk"

Abstract

This

study

is

aimed

at

reviewing

if

there

is

any change

in

regional goverment in relation

to

good governance

frame of

reference

as

influenced

by

bureaucratic reformation,

so

that it will be able to pefform a model of clean and good governance.

The finding of review shows that fhe successful of regional autonomy implementation

has

significant relationship with bureaucratic reform which enable

to be

developing democratic condition through

giving

opportunity

to the

regional government and society

in

developing balance cooperation with its regional policy making, Therefore

the

bureaucratic reformation not only oriented to governmental administration system and process,

but

also

it

covers behavior change whtclt

is

sfressrng

on

neutrality,

professionality, democratic, transparent, independent, and accountable' Keyword: bureacratic reformation and regional autonomy

A.

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah

Semangat reformasi menghasilkan sebuah sistem

penyelenggaraan

pemerintahan baru yang disebut otonomi daerah, itu merupakan

strategi pembangunan serta per,rberdayaan daerah sesuaidengan perkembangan dan kondisi masyarakat lndonesia saat ini mengembangkan demokrasi di berbagai segi. Strategi

tersebut diterapkan sebagai

counter

terhadap terjadinya krisis ekonomi

dan

kepercayaan yang kernudian berimbas pada pergantian kekuasaan politik di lndonesia pada tahun 1998 (daripemerintahan orde baru ke pemerintahan orde refornnasi).

' Artikel ini

bagian dari hasil penelitian Statregis Nasional yang dibiayai Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendiclikan Tingoi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelal<sanaan Penugasan Penelitian Strategis Nasional Nomor:

01 1 I SPZHI PLID itabm as/l I li20 1 2, Tan g ga | 7 Mar el 201 2.

'.

Prof Dr. HusniJalil, S H., M.H., Dr. Eddy Purnama, S.H, N4

H

dan Mohd. Daud Yoesoef, S.H., M.H. adalah Dosen Fakultas Hukum Unsyiah Darussalam banda Aceh

(4)

Jurnal Nanggro€, Volume l, Nomor I, Desember 2012 ISSN 2302-6219 Menurut Syaukani HR1, reformasi jangan hanya dijadikan justifikasi terhadap berbagai perilaku oknum tertentu untuk berlaku

anarkis dan

melanggar hukum, sehingga arus reformasi yang kini tengah bergulir tidak dibelokkan dalam konteks yang keliru atau salah kaprah. Menurutnya reformasi merupakan bentuk perubahan yang memiliki berbagai dimensi yakni:

a.

adanya upaya untuk merubah struktur pemerintahan/ tatanan politik yang dianggap membungkam kebebasan hak asasi manusia.

b. adanya upaya yang lebih konkret untuk

memberdayakan lembaga/

organisasi

sosial

politik yang selama

ini

dimarginalkan

bisa

mengurus kelangsungan Bangsa, dan

c.

adanya upaya memfungsikan kembali peran-peran komponen masyarakat yang semasa pemerintahan terdahulu tidak difungsikan.

Dengan desakan reformasi

sistem

pemerintahan

dengan

mengakomodasi prinsip demokrasi yang disuarakan dalam gerakan rakyat untuk reformasi total pada pertengahan

tahun 1998 itu pula telah menghasilkan beberapa

perubahan

fundamental di tingkat sistem tata pemerintahan daerah.

Pelaksanaan desentralisasi

dan

otonomi daerah

di

lndonesia

dapat

diatur dalam kerangka Konstitusi NKRI. Dalam UUD 1945 terdapat

dua

nilai dasar yang dikembangkan yakni, nilai unitaris dan nilai desentralisasi territorial. Nilai dasar unitaris diwujudkan dalam pandangan bahwa lndonesia

tidak akan

mempunyal kesatuan pemerintah lain di dalamnya yang bersifat Negara. Artinya, kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik lndonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintahan. Sementara

itu, nilai

dasar desentralisasi teritorial diwujudkan dalam penyelenggaraan pemeritahan

di

daerah dalanr bentuk otonomi daerah.

Dengan ciua nilai dasar konstitusi tersebut, penyelenggaraan desentrallsasi di lndonesia terkait

erat

dengan pola pembagian kekuasaan antara pemerintah dan pemerintah

daerah. Hal ini

karena dalam penyelenggaraan desentralisasi selalu terdapat 2 (dua) elemen penting, yakni pembentukan daerah otonom dan penyerahan kekuasaan

secara hukum dan

pemerintah

pusat ke

pemerintah

daerah

untuk mengatur dan mengurus bagian-bagian tertentu urusan pemerintahan.

Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan desentralisasi, yaitu tLrjrran p6lilik dan fitittan administratif Tujuan politik akan memposisikan oemerintah daerah sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara

1

Syaukani

HR,

Dalam Andi Abidin, Ekstensi Otonomi Khusus Dalam Negara Kesatuan Berdasarkan UUD 1945, Disertasi, PPs Universitas Muslim lndonesia (Makassar: 2012) Hlm. 16.

)

agregat

aka mempercepa:

memposisika berfungsi ..r::

ekonomis.

Oler ';

konsepsi

c::-,

mengedepa-,:

daerah.

Ur:-r

diperlukan

:e-

konsepsi:

E-,.

2.

Tinjauan,

K='= =.

didambaxar :{

diarahka:,ca,z Cionentas

ra: :

birckrasi

1?Z;-

ielbana- -x,

d

s:r cie- S;x dergar: i':,r:.3*:

.ii-€lJa:"] reaia

2i' -

12 ,-i:,2

:r

-

?'.a:"2:

-

3- r:,i:

t =*= )- -ta _:_ -= t-a a

a-::'2'a' :r-

, a

lnr13-

-:-:i- :;:l: =-

t::y"aiai'

*Zt-

.;i;,-;'3

-:a:z

::- : r:!

--,::.:

:-

(5)

ISSN 2302-6219

an jr:stifi kasi terhadap

n

rnelanggar hukum, okkan dalam konteks

ar.

bentuk perubahan

r

:aianan politik yang

i^B

nrdayakan

lembaga/

dkan bisa

mengurus

:ofliponen masyarakat

n

gan

mengakomodasi k re'ormasi total pada

beherapa

perubahan

donesia dapat

diatur

dua

nilai dasar yang

ial.

l,lilai dasar unitaris rne:npunyal kesatuan laulatan yang melekat r

[dak

akan terbagi di

r

Casar desentralisasi dae:ah dalanr bentuk

raan

desentralisasi di

nb:a

pemerintah dan desentralisasi selalu

mcrr

dan penyerahan

xr:lah daerah

untuk Er,an.

r

Cesentralisasi, yaitu ncr<:cikan pemerintah rmLat iokal dan secara

iaa-

"legara Kesatuan

nes:

lJakassar: 2012)

Ret'ornusi Birokrasi DalctntNlunbangunTata Kelola pemerintahan... (Husni lalil, dkh)

agregat akan berkon{ribusi pada pendidikan poritik secara nasionar

untuk mempercepat tenvujudnya

.civil.

society.

sedangian tuluan aoministratif

akan memposisikan pemerintah

daerah sebagai unit

p#erintariin oilingrai i.rrr vr.g

berfungsi

untuk

menyediakan pelayana"n masyarakat

secara efektif, efisien

dan

ekonomis.

oreh

karena

itu,

perru dirintis adanya pemikiran, untuk menciptakan suatu konsepsi otonomi

dgelalr

.yang responsif terhadap nttii-nitait

reionnasi

dengan

mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan otonomi oatam penjelolaan pemerintahan

9lryl

untuk dapat mernberikan kontribusi yang optimar terhadap reformasi, maka diperlukan berbagai pemikiran secara sistematr:s untur<

J,tuangian oatam

suatu konsepsi menyangkut reformasi birokrasi dalam pelaksanaan otonomi daerah.

2.

Tinjauan pustaka

Kata

reformasi sampai

saat ini

masih menjadi idora

atau

primadona yang didambakan penrujudannya

.

oleh sebagian besar masy;"k;t indonesia

yang diarahkan.pada tenrvujudnya efisiensi, efektr:vitas, oan ctean

gi*iiirert.Reformasi

ini

diorientasikan pada perubahan masyarakat yang termasui'didaramnya masyarakat birokrasi, daram pengertian perubahan

ke ara6

kemajuan.

orr* prngertian

ini perubahan masyarakat diarahkan pada deveropment.2

iarr Mr;;hr;,

sebagaimana disitir

oleh susanto

menjeraskan bahwa perubahan

;r;y;;;k;i;darah

berkaitan

dengan norma-normanya. Deveropment adattah.

purr,.rulngrr"i"i, tertuju

pada

kemajuan keadaan dan hrdup anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya juga dinikmati oleh masyirikat.

Dengan demikian,

perubahan masyarakat dijadikan

sebagai

peningkatan martabat manusia, sehingga hakekatnya peiubahan

,uryrrrt rt ooiait

erat dengan

kemajuan. Dilihat dari ispek pe*ernrrgrn

masyarakat

tersebut ada

unsur keseimbangan antara tuntuian

eionomi,

poiiit

, rosirr oin nr[ur,"

keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta konsensus'antara prinsip_prinsip daram masyarakat.3

Khan memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan pokok dalam suatu sistem birokrasi yang ber.tujuan mengubah struktur, tingkah raku, dan keberadaan

atau

kebiasaan

yang

terah rama.a seranjutnya

euah

mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah

prosls, 'pruruori

birokrasi pubrik dan sikap serta tingkah laku birokrat untut< riencapai efektivitas birokiasi dan tujuan

Susanto, dalam lbid. Hlm. 1g0.

lbid. Hlm. 185-'186

iffi,,1,fl:?r'iftah roha,

Dimenasi Prima ttmu Administrasi Negara (Jakarta: Rajawati,

(6)

Jurnal Nanggro€, Volume I, Nomor I, Desember

2012

ISSN 2302-6219 pembangunan nasional.

Aktivitas

reformasi

sebagai

padanan

lain dari

change,

i m p rovement, atau mod e m ization.s

Berdasarkan pengertian ini, reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics being). Arah yang akan dicapai reformasi, antara lain, adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara efektif dan efisien.

Birokrasidiartikan sebagai kekuasaan atau pengaruh dari para kepala dan staf biro pemerintah. Dalam pengertian selanjutnya birokrasi adalah pegawai pemerintah,

yang

menjalankan

dan

menyelenggarakan tugas

yang

ditentukan

oleh

konstitusi, menjalankan program pembangunan, pelayanan publik,

dan

penerapan kebijakan pemerintah,

yang

biasanya disebut Pegawai Sipil.o Dalam

hal di

lndonesia lebih

dikenal dengan istiah Aparatur Pemerintah.

Aparatur pemerintah adalah orang-orang yang dipercaya dan diberi mandat

oleh negara dan

rakyat

untuk

mengelola pemerintahannya

guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, maka efektivitas aparatur harus diukur berdasarkan

sejauh mana

kemampuan pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, dan ukurannya antara lain adalah seberapa tinggi tingkat pelayanan kepada masyarakat baik di bidang kesehatan, pendidikan dan lainnya.T

Birokrasi dalam pengertian keseharian selalu dimaknai institusi resmi yang melakukan

fungsi

pelayanan terhadap kebutuhan

dan

kepentingan masyarakat.s Segala bentuk upaya pemerintah dalam mengeluarkan produk kebijakannya semata- mata dimaknai sebagai manifestasi dari fungsi melayani orang banyak. Walaupun persepsi

ini

mengandung

titik-titik

kelemahan, namun sampai

saat ini

pemerintah

yang diwakili oleh institusi birokrasi tetap saja diakui sebagai

penggerak pembangunan. Pemaknaan birokrasi sebagai organ pelayanan bagi masyarakat luas tentu merupakan pemaknaan yang bersifat idealis, dan pemaknaan ideal terhadap

fungsi

pelayanan

yang

diperankan birokrasi

tidakiah bisa

menjelaskan orientasi birokrasi.

Birokrasi

di

lndonesia masih tampak menjaga

jarak

sosial

(social

distance) yang terialrr

jauh

dengan kelompok sasarannya, yakni publik

dan

pengguna jasa layanan, sehingga

rakyat

nyaris dalam situasi yang tidak

berdaya

(powerless/ dan

"

Quan, dalam lDto.

6

ibid. Hlm. 33.

7

Gaspersz, dalam Mukhlis Hamdi, Desentralisasi dan pembangunan daerah, Makalah padfa Pengembangan kemampuan Pemda Tingkat ll (Jakarta:.1999) Htm. 8.

8

Moeljarto Tjokrowinoto, Pembangunan

:

Dilema dan Tantangan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999)Hlm. 112

4

tidak

re*

pelayanar : dasar b,n:.-

-12:

- ,.{-E - - ,.,J..,)a .

:3iap r:-:

=N

:e:]at . :-i 5zr,eiz: ::

-35i'a=f i:

-^.^

<^.

^-:

3. lfetode

J

tri-r: l;

-e- t-.A-i; :i

';-'.-:aA? - -

!- --- ur :r-r

l:- sr:B-

,,

-: 'ra -,* --'i --r J- -a,-

,

:E-y:i-

:*:,,r.

:a- :3- :'1-1:ii

3

;Eil,3,r,:-.r

*

3!

r'i-3,7

,,f,-il

:*1a:i,3 -B*3:

_:' ' | -a: - . L=

(7)

ISSN 2302-6219

lara;i lain dari

change,

*"ya i dak hanya terbatas

f'a: :ada

tingkat struktur

t,r3roi

reformasi, antara rf Cai efisien.

r Ca- para kepala dan staf

dar

:egawai pemerintah, fiten:rKan

oleh

konstitusi,

1a-

penerapan kebijakan

r :: di

lndonesia lebih

rca;a

dan diberi mandat

1r!3

EUna meningkatkan

ribs

aparatur harus diukur runEratkan kesejahteraan

n t:.ggi

tingkat pelaYanan

m

la

r:ya.i

dr.ai

rnstitusi resmi yang

kepentngan

masYarakat.s S"rk kebijakannya semata-

ora':

banyak. WalauPun

rnca.

saat

ini

Pemerintah

a\1, sebagai

Penggerak

ra' Iagt

masyarakat luas

E-amaan

ideal terhadap

sa',reijelaskan

orientasi

ak s:s ai (social

distance)

r.lb k dan

Pengguna jasa

le-iaya

(powerless) dan

ro--'-

:asran l\4akalah padfa

i -- :

;a-,!i- i

o:yakarta: Pustaka

Ret'orntasiBirohrasiDalatnMcntbangunTata KelolaPemerintalnn... (Husni lalil, tlkk) tidak memiliki pirihan.s

,Dengan kondisi yang demikian iturah penerapan organisasi pelayanan publik yang berorientasi pada kemanusiaan akan sulit dilakukan. Budaya dasar birokrasi rebih banyak bersandar pada efos feodarisme.

Upaya reformasi yang berkaitan dengan proses

dan

prosedur reratif rebih mudah dilakukan, karena sebagian besar beii<ait dengan

pror.r-rorinistrasi.

Akan tetapi yang lebih fundamentar adarah bagaimana

,.irkrr,rn p.rrnrnrn

sikap dan perilaku

(the

ethics

!.eing), sehingga biiokrasi sebagai

,.rln

pemerintah dapat

berjalan dengan

baik

,

menuju ke tuluan, yakni

meningkatnya kesejahteraan masyarakat

tanpa

melakukan hal-hal

ying tidik oak yant"

oerientangan dengan moraldan etika.

Birokrasi sebagai komponen pemerintah harus dikembarikan ragi untuk hanya tedokus kepada fungsi, tugas prinsip perayanan pubrik (pubtic seruice).Birokrasi harus

netral dan bukan

sebagai arat poritik, 'sehingga

ia bebas untu(

nersinergi dan berinteraksi dengan customels.oiriented yang paoa hakikatnya

uJrrun

kepentingan pelayanan untuk masyarakat. Netral oatam

irti siap menpdi-puL},.n

publik yang bebas dari intervensi kekuatan politik.

3.

Metode Penetitian

Penelitian ini adarah peneritian hukum normatif (tegat

research),

dan untuk menunjang

akurasi data

dipergu

nakan metode

atau

"penaeiitin

historis dan pendekatan soslo/ogis. Data yang diperoreh, baik dari

,rror, [.p*takaan

maupun

dari

sumber lapangan, disusun -menurut

kebutuhan untur.

serln;rtnya

dianarisis dengan dukungan teori atau Konsep Demokrasi (kedaur;ta;

;rr,yuti,'xo*.p

Negara

Hukum, Teori sejarah Hukum dan Teori otonomi.

oleh

karena

p.n.irtirn

ini adarah

penelitian deskriptif atau data kualitatif bukan kuantitatif, maka analisis data diiakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu analisis terhadap

isi atau ,rirli,

isi (content

analysis).

B.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan desentrarisasi dijarankan merarui otonomi daerah yang luas, nyata

9'n

bertanggung

jawab dengan berbagai aspeknya sangat tergantung

pada kemampuan birokrasi

pemerintihan oae[rr. sampai'saat in]

tenrampuan daerah masih belunr sesuai dengan harapan, hal

ini

terlihat masih

o.nyu[ryu

kebutuhan masyarakat

yanq

belum terlavani denoan haik

dan

matzcimer carrn

aaair- ^r^^..^

berbagai permasalahan

,kelembagarn

"yung

dijurpui ;;r"ffi;i ffi#]5,li;

maupun masih ierjadi tarik ntenarik kewenangan.

e

lbid, Him.33

(8)

Jurnal Nanggro€, Volume l, Nomor I, Desember 2012 ISSN 2302-62I9

Yerernias T.

Kebanl0 menjelaskan

bahwa ada beberapa

permasalahan kelembagaan pemerintahan daerah ditinjau dari beberapa dimensi, yaitu:

1)

Kebijakan,

yaitu

belum sesuainya rencana strategis dengan potensi lokal

sehingga kegiatan banyak ditujukan untuk kepentingan pusat

yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat.

2)

Organisasi, dengan adanya lembaga

yang

kaku dan tidak sesuai dengan kebutuhan lokal sehingga sentralitas berkembang dan kreativitas berkurang.

3)

Manajemen,

dengan adanya sifat top-down dan

pengawasan belum ditujukan untuk pengembangan.

4) Akuntabilitas, dengan banyaknya penyalahgunaan jabatan,

kurang responsifnya

program terhadap kebutuhan rakyat, serta

bergesernya kepentingan masyarakat demi kepentingan prosedur.

5)

Moral dan etos kerja, dengan adanya kekurangadilan atau pelanggaran hak asasi oleh aparat serta merosotnya etos kerja dari masing-masing individu aparat.

Berbagai macam permasalahan yang

telah

diidentifikasi tersebut menuntut perlunya pembangunan kelembagaan (capacity building)sehingga muncul paradigma

baru posf

birokratik menggantikan paradigma birokratik.

Dalam

paradigma baru tersebut terdapat

5

(lima) faktor kunci kesuksesan bagi organisasi pemerintah, yaitu

tujuan,

insentif, akuntabilitas, kekuasaan

dan budaya.

Kelimanya dikembangkan melalui strategi yang dikenal dengan:

1)

Core strategy, menuntut adanya kemampuan untuk menghasilkan kebijakan publik yang tepat dan benar;

2)

Consequences strategy, menuntut

adanya

kemampuan pengembangan manajemen yang mengarah pada kompetisi, enterpriser dan kinerja

3)

Customer strategy, menuntut peningkatan derajat akuntabilitas pemerintah daerah terhadap publik dengan memberi pilihan dan jaminan kualitas bagi para pelanggan pelayanan Public.

4) Controt stretegy, menuntut peningkatan kemampuan

pengeinbangan organisasi publik yang dapat meningkatkan empowernenf bagi organisasi, pegawai pelayanan Publik,

5)

Cutture

strategy,

menuntut peningkatan

moral dan etika .para

birokrat dengan merubah kebiasaan-kebiasaan mereka yang kurang menguntungkan 10 Yeremias T Keban, Pemberdayaan Pemda, Makalah pada Lokakarya Kecamatan Sebagai

Pusat Pengembangan Ekonom, (Yogyakarta: 1999) i6j

:E -.:-l=:

-=',],i

+ a:,;EF

a.

P:

t:; :*-rj7

-ri?tt,:

-r-ll

-t

-?-l]|}

-.]f.?

-

fl-ti(

j

r::i,;ii.-

*::;

r?-

: :9.

;." i a,,

'? _rJ:

*,i tu,

*i:-t:*"

:-:

- -:--

, :I L:

(9)

ISSN 2302-6219

FJ'?:a

permasalahan

nsr

laitu.

:er!an

potensi lokal

iriirgan pusat

yang

r ::ak

sesuai dengan

L( "eatvitas berkurang.

:enEawasan

belum

ar jabatan,

kurang

I serta

bergesernYa

a:er

pelanggaran hak yis;t' g-maSiflg individu

as;i tersebut menuntut gga

runcul

paradigma ar,ar- paradigma baru usas pemerintah, yaitu

rrr.a'Ja

dikembangkan

'er

r: : asilkan kebijakan

'!-a"

pengembangan

i. :a^

kinerja.

r,.r

iarilitas

pemerintah

' .a- tan

kualitas bagi

F,r.,an pengei'nbangan

r:-=.:

bagi organisasi,

r .: (a .para

birokrat

( i.,l'a:

t

rlenguntungkan

e ,. /

aaamalan Sebagai

Ret'ormasi B irohrasi DalarnMemb angun T ata Kelol a P enrcritiahan... (Husni

J al il, dhk)

rnasyarakat.

Ke

lima unsur tersebut

tidak

boleh berdiri sendiri

dan

harus merupakan satu kesatuan.ll

Untuk menjalankan semua itu perlu adanya komitmen untuk memperbaharui segala macam praktek atau pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah

yang

tidak mencerminkan upaya meningkatkan pelayanan publik secara maksimal. Adap-un hal

yang

kiranya perlu diperhatikan dalam meningkatkan peranan pemerintah daerah, diantaranya melalui pemberdayaan atau penirigkatan kemampuan dalam beberapa aspek sebagai berikut:

a.

Peningkatan Kemampuan Membuat Kebijakan

seiring dengan

pelaksanaan otonomi

daerah dan

dengan diserahkannya

beberapa kewenangan oleh pemerintah pusat kepadi daerah

untuk mengelolanya, maka diperlukan kemampuan

dari

pemerintah daerah, birokrasi, parlemen dan

lembaga-lembaga

daerah lainnya

di

dalam merumuskan suatu kebijakan yang tepat.

Peningkatan kema.mpuan diantaranya melalui kerja sama diantara lembaga pengambil kebijakan dengan masyarakat dan menggabungkan kekuatan diaerah mereka, sehingga timbul sinergi bersama untuk memecihkan, mencegah dan mengurangi permasalahan

yang timbul di masyarakat luas

untuk- saling mendengar, berdiskusi, bertukar pikiran tentang permasalahan

yang

terladi dl

masyarakat, baik dilakukan secara formal maupun informal. Hal ini akan memberi m91.ukan

dan

memperkuat kebijakan

yang diambil oleh

lembaga pengambil kebijakan

di tingkat daerah, sehingga dapat diterima dan dioukun{

olen masyarakatnya,

b.

Peningkatan Kemampuan Organisasi dan Manajemen.

Kewenangan dan keleluasaan yang telah diberikan oleh pemerintah kepada daerah membawa konsekuensi berupa tantangan untuk memberikan pelayanan

yang lebih baik dan untuk memberikan

perlanggungjawaban dalam

mengembangkan kebijaksanaan, sehingga diperlukan

penyempurnaan kelembagaan maupun manajemen guna mengantisipasinya.

.

Diantara penyempurnaan kelembagaan itu adalah struktur birokrasi yang lebih longgar dan fleksibel yang memungkinkan semua pihak terlibat dan meninolatkan kaoasttas dan mampu melaksanakannya. Struktur birokrasi yang bersifat ierbuka

dan

berinteraksi dengan lingkungannya,

baik

internal maupun eksternal akan membuat organisasi selalu berciinamika dan berkelanjutan dalam nrelangsungkan

lbid. Hlm.8

(10)

Jurnal Nanggroe, Volume I, Nomor I, Desember 2012 ISSN 2302-6219 kehidupannya guna mencapai tujuannya yaitu memberikan pelayanan yang prima kepada publik.

Penataan organisasi pemerintah daerah didasarkan pada visi, misi, Sasaran, strategi, agenda kebijakan, program,

dan

kinerja kegiatan yang terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi dengan tugas dan tanggung jawab

yang jelas,

rarnping, desentralistik,

efisien, efektif,

berpertanggung jawaban, terbuka,

dan

aksesif; serta terjalin dengan

jelas

satu, Sama lain Sebagai satu

kesatuan birokrasi. Seiring dengan itu,

penyederhanaan

tata kerja

dalam hubungan intra dan antar aparatur, Sefta antara aparatur dengan masyarakat dan dunia usaha berorientasi pada kriteria dan mekanisme yang impersonal terarah pada penerapan pelayanan prima (peningkatan efisiensi dan mutu pelayanan);

peningkatan kesejahteraan sosial dalam

arti

luas; serta peningkatan kreativitas, otoaktivitas, dan produktivitas nasional.

c.

Peningkatan Sumber Daya Manusia

Pelaksanaan otonomi daerah

yang

nyata

dan

bertanggung

jawab

dengan

berbagai

aspeknya sangat tergantung

pada kualitas

sumber

daya

manusia sebagai pelaksananya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) aparat pemerintah

daerah

dapat dilakukan

melalui

berbagai bidang pendidikan dan latihan,

juga

pendidikan yang formal dan non formal. Hal in dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pemahaman

yang

mendalam, agar dapat digunakan dalam menjamin kelancaran tugas

se(a

menambah motivasi guna meningkatkan karir,

Peningkatan kualitas SDM pemerintahan daerah tidak hanya sebatas ilmu dan pengetahuan saja, tetapi terkait dengan banyak aspek lain seperti, kelembagaan, orEanisasi dan manajemen, sarana dan prasarana serta yang lebih utama adalah etika, moral dan mental aparat pemerintah daerah sebagai pelayan publik.

Peningkatan SDM dalam istilah dunia birokrasi yang dikenal dengan dengan

istilah

"kepe

gawaian"

biasanya

identik dengan urusan

administratif, seperti pengangkatan, kepangkatan

dan

penggajian pegawai, penyelesaian tnutasi, pemberhentian, dan pemensiunan, serta tata usaha kepegawaian. Padahal dalam tatanan reformasi birokrasi peningkatan SDM atau peningkatan kapasitas pegawai

erat

kaitannya dengan perencanaan

dan

pengembangan pegawai

yang

akan menyokong pengembangan kapasitas kelembagaan reformasi birokrasi tatanan organisasi pemerintahan.

Sebagai langkah awal dalam melakukan peningkatan SDM dalam tatanan biiokrasi adalah melakukan kajian mengenai fungsi bagian kepegawaian sebagai unit yang melaksanakan pengelolaan dan pembinaan kepegawaian. Kajian yang dilakukan meliputi perbaikan mekanisme

kerja dan

desain struktur organisasi

'u;'',

untuk me

dan

rekr".l

center

;

peningka:

POmbina r

Selul'

perencar€

Kemen:s:ri

kabupatr, dan le'z

^^i^,^--- Pcldld.=

;^..^ ---

udld n=. t-

t^-^^, --

^anaitat=)

tsv JvvJ3

^^^"^t^-- -E tta i=t ,'

Prl ",;*

F:-k- rii.

F^ ^+F-- !,

r = '- -,C-= . _\:S,4,{

: : :€-a*lrA-r

l:,-,1x"?ltrr

=: |

3 3l-ift :=- -,:.,ea-

.' _*:.

'-a

- -ts-ll

:

"E"rm;

li-al

- r*r*riii

ia rr I *ir"-ia :E-t$

i _cr-lg t -.-

--: -

: -r*-tll

(11)

tssN 2302-6219

ielaianan

yang prima

1a , si, misi, sasaran,

ia:g

terencana; dan

:

Ca: tanggung jawab

eianggung

jawaban,

rna ain

sebagai satu

m iata kerja

dalam [,gan masyarakat dan

1t

rnpersonal terarah

ja'

:nutu pelayanan),

:r-;':

<atan kreativitas,

o:r-g jawab

dengan

mber daya

manusia rrarusra (SDM) aparat

da.j

pendidikan dan

r

:naksudkan untuk agar dapat digunakan 6r guna meningkatkan

anr:

sebatas ilmu dan

se:e:i

kelembagaan,

rg :bih

utama adalah e

ar:.r

publik.

i,

e":

dengan dengan

ai'i- "istratif,

seperti

;e" .:'esaian

tnutasi,

u: :"

Padahal dalam

ta' :,::asitas

pegawai

:e;auai yang

akan

-,as

bi.okrasi tatanan

SD',1 dalam tatanan

.::.jawaian

sebagai Ea.,,a

an

Kajian yang

l: s:-l<tur

organlsasi

Ret'omasiBirokrasiDalamMetnbangtmTaraKtlola Pcnerirtahan. (Husni Jalit, dkh)

untuk mengoptimalisasikan fungsi berupa, perencanaan sumber daya manusia

dan

rekrutmen, pembangunan pola mutasi, pembangunan sysfem assessmenf

center, pembangunan sistem informasi kepegawaian yang

terintegrasi, peningkatan akuntabilitas, dan peningkatan koordinasi dan kolaborisi

dengai

unit pembina kepegawaian dan unit teknis terkait.

seluruh kegiatan tersebut merupakan bagian integral dari

program

perencanaan dan pengembangan sDM, sehingga organisasi

birokrasi Kementerian Kesehatan dan jaringannya termasuk Dinas Kesehatan propinsi, kabupaten/ kota atau bahkan puskesmas akan memiliki

sDM

yang profesional

dan

bertanggung

jawab yang akan

meningkatkan

efisiensi dan

efektifitas pelayanan kepada masyarakat. selain itu dalam melakukan peningkatan sumber daya manusia harus berprinsip

dalam

penempatan

sDM

yang kompeten pada

tempat dan waktu yang

sesuai,

sistem pola karir yang jelas dan

terukur,

pengelolaan sDM berbasis

kompetensi,

serta keakuratan dan

kecepatan penyajian informasi SDM sesuai kebutuhan manajemen organisasi.

Peningkatan

sDM

terhadap masing-masing Individu

sebagai

masyarakat birokrasi dilakukan dengan menyelenggarakan pendidikan di

berbalaijenjang

dan pelatihan berbasis kompetensi yang akan mendukung tujuan orginisasi tersebut yang pada akhirnya mencapai reformasi birokrasi yang paripurna.-

sosok

birokrat

-

ataupun

sDM

aparatur (pegawai negeri) pada umumnya- penampilannya

harus

profesional

sekaligus taat hukum, netral,

rasional, demokratik, inovatif, mandiri, memiliki integritas yang tinggi serta menjunjung tinggi

etika

administrasi

publik

dalam memberikan pelayanan kepada'masyirat<it.

Peningkatan profesionalisme aparatur

harus

ditunjang dengan integritas yang tinggi, dengan mengupayakan terlembagakannya kaiakteristik sebagai berikut:

1)

mempunyai komitmen yang tinggi terhadap perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan bernegara;

2) memiliki

kompetensi

yang

dipersyaratkan

dalam

mengemban tugas pengelolaan pelayanan dan kebiiakan publik,

3) 4)

5) ri)

7)

8)

berkemampuan melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif dan inovatif;

taat asas, dan disiplin dalam bekerja

berdasarkan

sifat dan

etika professional;

memiliki daya tanggap dan sikap bertanggung gugat (akuntabilitas);

memiliki

jati

diri sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, serta bangga terhadap profesinya sebagai pegawai negeri;

memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam membuat dan melaksanakan berbagai keputusan sesuai kewenangan; dan

memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan produktivitas.

(12)

Jurnal Nanggro€, Volume l, Nomor 1, Desember 2012 rssN 2302-6219 Selain itu perlu pula diperhatikan reward sysfern yang kondusif (baik dalam bentuk gaji maupun perkembangan karier yang didasarkan atas sistem merit; serta penalty sysfem yang bersifat preventif dan repressif. Mengantisipasi tantangan global, pembinaan Sumber daya manusia aparatur negara

juga

perlu mengacu pada standar kompetensi internasional (world c/ass)'

d.

Peningkatan Komitmen Akuntabilitas, Etika dan Moral

Etika dan moral merupakan daya dorong internal dalam hati nurani manusia

untuk

mengarahkan kepada perbuatan-perbuatan

baik dan

menghindari yang jelek. Arahan mempelajari etika dan moral berarti memahami sifat dasar tindakan manusia, pertentangan moral

yang ada

dibatinnya, pertimbangan

moral

yang mendasarinya, kesadaran moralyang menuntun perilakunya, kewajiban-kewajiban moral dan juga kelakuan moral yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.12

Birokrasi memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan publik dan membawa amanah rakyat, sehingga nilai-nilai

etika

moral

serta

prinsip-prinsip organisasi

yang

rasional

dan

modern dalam

setiap

aktivitasnva

harus

selalu menjadi pegangan karena akan diminta pertangungjawabannya oleh publik.

Acia berbagar macam pertangungjawaban kepada publik

yaitu

pertanggungjawaban birokratis, pertanggungawaban

professional, pertanggungjawaban legal, pertanggungjawaban politis yang kesemuanya dalam

iingfup

pertanggungjawaban administrasi. Dengan nilai

etika

moral yang tumbuh

dari hati

nurani

akan

memberikan arahan pada

diri

Seseorang untuk berbuat kebajikan pada orang lain sehingga mereka sadar bahwa akan diminta pertanggungjawabannya baik oleh publik maupun oleh sang pencipta, sehingga

akan senantiasa berbuat yang terbaik untuk

kemaslahatan

bersama

dan mengarah pada kebajikan.

Reformasi birokrasi dalam skim "pembangunan sistem administrasi negara", memerlukan strategi dan program aksi yang terarah

pada

proses perubahan dan pencapaian sasaran yang pada pokoknya meliputi :

a.

Demokrasi dan pemherdaYaan.

Hidupnya demokrasi dalamsuatu negara bangsa, dicernrinkan oleh adanya pengakuan dan penghormatan negara dan seluruh unsur aparatur rlegara atas hak dan kewajiban T/3t"g3 negar?, termasuk keb'ebasan untLtx menentrrkarr nilihan dan mengekspresikan

diri

secara i'asional sebagai

wujud

rasa tanggung jawabnya

12 Wahyudi Kumorotomo, Etika Adninistrasl Negara (Jakarta: Rajawali Press, 1992) Hlm. 30.

.t--..

, i0

l

dalam

p mereka' De'

juga ta

bermak

bersanu menegd keadilar

*a

pembaq ('sieeru.n sfeenng mencapi D?i pembafi

(a)

pet

rTIE

(b)

pe"

ekc

(c)

pe'

me i-ne S€. n5

b.

Pe

Fe' Kelenb:

Peningk mekanis otomais masya,"a

san-cal :

oleh

ins

suafu

i'

pelaya,l'll

(13)

ISS\ 2302-6219

;rf

ibaik

dalam

em merit;serta ras; tantangan

ndu

mengacu

mjrenl manusta

ghindari

yang

daar

tindakan

n mcral

yang

har-kewajiban etran-hari,12 nan publik dan

pnnsip-prinsip

r harus

selalu

t pr.rblik.

pl.rblik

yaitu professional, rnuanya dalam

ka

rnoral yang seor-ang untuk

r

akan diminta

$pia

sehingga Errersama dan

srasi

negara", Fer"ubahan dan

n

nieh adanya e-:a:a atas hak i=rr nilil2P

6rn

1.:rg jawabnya

'!;21

Hlm. 30.

Ret'ormasiBirokrasiDalamMenrbangtmTataKelolaPoneritalnn... (HusniJalil, tlkk)

dalam

penyelenggaraan

dan

pembangunan daerah,

dan

pemberdayaan bagi mereka yang dalam posisi |emah secara rasional dan berkeadilan'

Demokrasi tidak hanya mempunyai makna dan berisikan kebebasan, tetapi

juga

tanggung

jawab;

demokrasi

juga

mengandung tuntutan kompetensi dan

telrmafni-teirlian

dalam memikul tanggung jawab dalam mewujudkan tujuan

bersama, yang dilakukan berkeadaban, disertai komitmen tinggi

untuk menegakkan kepentingan publik dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebenaran.

Dalam hubungan itu, birokrasi dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan,

tidik harus

berupaya melakukan sendiri,

tetapi

mengarahkan '("steering

rather than

rowing'),

atau

memilih kombinasi

yang optimal

antara

ifeerlng-dan

rowing apabila langkah tersebut merupakan

cara terbaik

untuk

mencapai kesejahteraan sosial yang maksimal.

Dalam rangka memberdayakan masyarakat dalam memikul tanggung jawab pembangunan, peran pemerintah dapat diperbaharui antara lain melalui :

(a)

pengurangan hambatan dan kendala-kendala bagi kreativitas dan partisipasi masyarakat;

(b)

perluasan

akses

petayanan

untuk

menunjang berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat, dan

(c)

pengembangan

program untuk lebih

meningkatkan

kemampuan

dan

memberftan kesempatan kepada masyarakat berperan aktif

dalam

memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya produktif yang tersedia sehingga memiliki

nilai

tamhah

tinggi guna

meningkatkan kesejahteraan mereka.

b.

Pelayanan.

Reformasi birokrasi

yang

mempunyai unsur adanya perbaikan

dalam

hal Kelembagaan (organisasi); Ketatalaksanaan atau perbaikan bisnis proses, dan Peningkatan manajemen

sumber daya manusia akan

menciptakan suatu mekanisme kerja organisasi pemerintahan yang baik. Organisasi vang baik secara otomatis

dengin sLndirinya akan bisa

menyuguhkan pelayanan

prima

bagi masyarakat.

n^t^.,^^^^ -.1*^ t^i^^ Jil,a+^lzan mamhn.itron nclnrranrn torhqilz atarr hahkarr raloyallall Plllllo ulJq vtl\qlqr\qrr -'.-.- '.. -

sangat balk, karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh- instansi

yang

memberikan pelayanan. Pertanyaannya bagaimana apabila

suatu instansi netum memiliki standar

pelayanan,

tetapi bisa

memberikan pelayanan yang sangat baik atau terbaik sehingga bisa memuaskan pihak yang

il

(14)

Jurnal Nanggroe, Volume l, Nomor l, Desember 2012 ISSN 2302-62iS dilayani (pelanggan) Apakah bisa disebut menyuguhkan pelayanan prima kepada pelanggan?

Upaya pemberdayaan memerlukan semangat untuk melayani masyarakat (,,a spirit of public services") dan menjadi mika masyara kal ("partier

of

society,y; atau melakukan kerja sama dengan masyarakat ("coproduct'nn atau parlnersiip',i1. Hat tersebut memerlukan. Perubahan perilaku yang antara lain dapat dilakukan melalui pembudayaan

kode etik

("codeofethical conducts")

yang didasarkan

pada dukungan lingkungan

(enabting

strategy'')

yang

diterjemaikan

dalam

standar tingkah laku yang dapat diterima umum, dan dijadikan acuan perilaku aparatur pemerintah daerah.

Pelayanan berarli pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifeitasikan antara lain dalam perilaku "melayani, bukan "dilayani", "mendorong, bukan menghambat,',

"mempermudah, bukan mempersulit", "sederhana, bukan berbelit-belit',, ,,terbuka untuk setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang,,.

c.

Transparansi.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, disamping mematuhi kode etik, aparatur dan sistem manajemen publik harus mengembangkan keterbukaaan dan sistem akuntabilitas, bersikap terbuka dan bertanggung jawab untuk mendorong para pimpinan dan seluruh sumber daya

manusii-oi

oatamnya berperan dalam mengamalkan

dan

melembagakan

kode etik dimaksud, sehingga

dapat menjadikan

diri

mereka sebagai panutan masyarakat; dan itu dilakukan sebagai

bagian dari

pelaksanaan tanggung

jawab dan

pertanggungjawaban

kepala

masyarakat dan negara.

Upaya pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha, peningkatan partisipasi dan kemitraan, yaitu :

(1)

memerlukan keterbukaan birokrasi pemerintah,

(2)

memerlukan langkah-langkah yang tegas dalam mengurangi peraturan dan prosedur yang menghambat kreativitas dan otoaktivitaJmeret<a, oan

(3)

mernberi kesempatan kepada masyarakat untuk dapat berperan serta dalam proses penyusunan peraturan kebijaksanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan.

Pemberdayaan dan keterbukaan akan lebih mendorong akuntabilitas dalam pemanfaatan sumber daya, dan adanya keputusan-keputusan pembangunan yang benar-benar diarahkan sesrrai prioritas dan kebutuhan masyarakat,

serti

dilakukan secara riil dan adilsesual aspirasi dan kepentingan masyarakat.

l2

t:_ -,:

: --a t'

*{z

:.-

_ - - -- -

:-:' ' '

-"

- d -i-,: i

:-':"

'"

:' :

(15)

ISSN 2302-6219 m

!e

ayanan prima kepada

J(

-slayani

masyarakat ("a

'. ':ainer of

societl')', atau

r,:'"

aiau partnership"), Hal aL- Japat dilakukan melalui

r

3nJ didasarkan

pada

r"e-ahkan

dalam standar

r eluar)

perilaku aparatur

r;

*::rgutamakan

efisiensi rm3r festasikan antara lain

:r-,j

bukan menghambat",

r:'

b:rbelit-belit", "terbuka

rt,i-,:

mematuhi kode etik, :a^

jran

keterbukaaan dan

g

.a,,;ab untuk mendorong

ta3Tnya

berperan dalam

ra,s,rC sehingga

dapat

:a-

ru dilakukan sebagai

z-:gungjawaban

kepada

-: :=iingkatan

partisipasi

-€-r;l'angi

peraturan dan

','t:s

r,ereka, dan

ace:

berperan serta dalam ,rS3. 33r-r. dan pengawasan

k':- :

aruntabilitas dalam

-:-.;.,

:embangUnan yang

l*,

erakat, serta dilakukan 't?^?'2'..

Ret'ortnasi BirolerasiDalant t\ltntbangLnTota KelolaPcnttrirtahan... (Husni.lalil, dkk)

d.

Partisipasi

Masyarakat diikutsertakan daram proses menghasirkan pubric

good

and services dengan mengembangkan pola kemitraan da-n kebersamaan, dan bukan semata-mata

dilayani. Untuk itulah

kemampuan masyarakat

harus

diperkuat ("empowering rather than. seruing"), kepercayaan masyarakat harus meningkat, dan kesempatan masyarakat untuk Oerpirtisipasl ditingkitkan.

Konsep

pemberdayaa

n

("empowerment1

iuga

seraru

dikaitkan

dengan pendekatan partisipasi

dan

kemitraan

dalam

manajemen penrbangunan, dan

memberikan penekanan pada

desentrarisas

i daiam dil

pengambiran keputusan agar diperoreh hasir yang diharapkan dengan

;;y;;g

paring efektif dan efisien dalam pelaksanaan pembangunan. Dalarn' hubungan it"u pertu dicatat pentingnya peranan keswadayaan masyarakat,

dan

menekinkan bahwa fokus pembangunan

yang hakiki adarah

peningkatan t

apasitai [erorangan

dan kelembagaan ('capactty buitding'). Jangan d]abaikan

pur, p.nyiorran

informasi

lengenai

berbagai potensi dan peruang pembangunan

nisionai

,egionar, dan global yang terbuka bagi daerah; serta pn:vatisasi

djlam

pengetotaan usaha_usaha daerah.

e.

Kemitraan.

Dalam membangun masyarakat yang modern dimana dunia usaha menjadi ujung tombaknya, tenvujudnya

kemitraan,ian

modernisasi dunia usaha terutama usaha kecil

dan

menengah yang terarah pada peningkatan mutu- oan efisiensi

serta

produktivitas usaha amat penting, khususnya d-alam pengembangan dan penguasaan teknorogi dan manajemen produksi, pemasaran, drn inlormari.

Dalam upaya

mengembangkan

kemitraan dunia usaha yang

saring

menguntungkan antara usaha besar, menengah, dan kecir,

prrrnun

pemerintah daerah, ditujukan kearah perlumbuhan yang serasi. pemerintah daerah dalam menciptakan

ikrim usaha dan kondisi

ririgkungan

bisnis, m.rrili

berbagai kebijaksanaan

dan

perangkat

,perundang-und'angin yang mendorong terjadinya kemitraan antar skala, usaha besar, me"nengan,"

oan

ie"cit oaram-proouksi dan pemasaran

barang dan jasa, dan daram berbagai kegiatan

Jt<onomi oan pembangunan lainnya, serta pengintegrasian usaha kecir ke daram sektor mcrjern dalam ekonomi nasional, serta mendoiong proses pertumbuhannva Daram nroqoc tersebut adanya kepastian hukum sangat

diperlukan. I t-

' - - -

f. Konsistensi

kebijakan

dan

kepastian hukum.

Tegaknya hukum yang berkeadilan secara efektif merupakan

jasa pemerintahan

yang

terasa teramat

sulit

diwujudkan, namun

mufla[

diperlukan

dalam

penyelenggaraan pemerintahan

yang baik dan

bersih,

justru di

tengah

t3

(16)

Jurnal Nanggro6, Volume l, Nomor l, Desember 2012 ISSN 2302-6219

kemajemukan, merajalelanya KKN termasuk money politics,

berbagai

ketidakpastian perkembangan lingkungan, dan menajamnya

persaingan.

Peningkatan

dan

efisiensi nasional membutuhkan penyesuaian kebijakan dan

perangkat

perundang-undangan,

namun tidak berarti harus

mengabaikan kepastian hukum.

Adanya kepastian hukum merupakan indikator professionalisme dan syarat

bagi

kredibilitas pemerintahan,

sebab bersifat vital dalam

penyelenggaraan pemerintahan

dan

pembangunan,

serta dalam

pengembangan hubungan internasional. Tegaknya kepastian hukum juga mensyaratkan kecermatan dalam penyusunan berbagai kebijakan pembangunan, Sebab berbagai kebijakan publik iersebut

pada

akhirnya

harus

dituangkan

dalam sistem

perundang-undangan untuk memiliki kekuatan hukum dan harus mengandung kepastian hukum.

Wujud dari cita-cita reformasi birokrasi adalah berupa sistem

dan

proses

pemerinfahan negara berdasarkan hukum yang merupakan penruujudan atas nilai peradaban dan kemanusiaan yang luhur, dilaksanakan dengan penuh kearifan, ketaatan, atau kepatuhan Sebagai aparatur negara, warga negara,

dan

warga

masyarakat dunia. Dengan demikian hukum dapat ditempatkan pada tingkat yang paling tinggi, yang pada akhirnya tidak boleh lagi menjadi subordinasi dari bidang- bidang lain,

tapi

menghikmati bidang-bidang

lain.

Pembangunan hukum harus ditujukan

untuk

mencapai tegaknya supremasi hukum, sehingga kepentingan ekonomi dan politik tidak dapat lagi memanipulasi hukum sebagaimana lazimnya terjadi. Pembangunan hukum sebagai sarana mewujudkan supremasi hukum, harus diartikan bahwa hukum termasuk penegakan hukum, harus diberikan tempat yang strategis sebagai instrumen utama yang akan mengarahkan, menjaga dan mengawasi

jalannya

pemerintahan. Hukum

juga harus

bersifat

netral

dalam menyelesaikan potensi konflik dalam hidup dan kehidupan masyarakat lndonesia yang majemuk.

Penegakan hukum harus dilakukan secara sistematis, terarah dan dilandasi oleh konsep yang jelas, dan integritas yang tinggi. Selain itu penegakan hukum harus benar-benar ditujukan untuk meninEkatkan jaminan dan kepastian hukum dalanr masyarakat, baik

di

tingkat pusat maupun daerah sehingga keadilan dan

perlindungan hukum terhadap HAM benar-benar dapat dirasakan

oleh masyarakit. Untuk menjamin adanya pemerintah yang hersih (clean government) oarla lzonomarinlahan \/?n^ hailz lnnnr! amrarnanoa\ l.n?(.2 nolelzcan:an iu;i.ei i\;PU;;i;i;iiiJ'is; , i,ri:J ,;i.\ ivuuu yrtv'/'sl'Ivvl'

pembangunan hukum harus memenuhi asas-asas kewajiban prosedural (falrness), pertanggungjawaban publik (accountabiiity) dan dapat dipenuhi kewajiban untuk peka terhe da p aspi rasi masyara kat (re sp o n sibil ity).

Akuntabilitas secara filosofik timbul karena adanya kekuasaan yang berupa amanah yang diberikan kepada orang

atau

pihak tertentu untuk menjalankan

lJ

'

-l

(17)

ISSN 2302-6219

\ ;c/lllcs,

berbagai

^a

zt :'la

persaingan,

ss;a an

kebijakan dan

^:

-JS

mengabaikan

s-. :^alisme dan syarat

a?-

:enyelenggaraan

p-bangan

hubungan

:{:-

(ecermatan dalam

.'!a3ai

kebijakan publik

r

:e"rndang-undangan

:€s: :'r

hukum.

r;,a

s stem

dan

proses

r

:€',',ujudan atas nilai

he.;a:,

penuh kearifan,

ga .egara, dan

warga

;tra-

pada tingkat yang i",:l':

:jnasi

dari bidang-

er',j-"an

hukum harus

sr rgga

kepentingan se:aEaimana lazimnya

ra^

supremasi hukum,

'=--s

dibenkan tempat

le'z'/,an.

menjaga dan

:e's {at netral

dalam

| -Z3t2.2kzl

lndonesia

s :=':'ah

dan dilandasi

r :- ::negakan

hukum

r

..ra- itepastian hukum

s;- -i!a

xeadilan dan

la:,: Jirasakan

oleh

:r-

: ean gOvernment)

*?,2

pelaksenaan

r. :':

sedural (falrness),

:e---

<er,lajrban untuk a$-3saan yang berupa

-:- --:r(

menjalankan

Re/onnasi BirolerasiDalantNlentbangunTataKelolaPetnerittahan.(Husntlalil,dkh)

tugasnya dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan, serta berdasarkan visi, misi, dan strategi. Dari pengertian

di

atas tersirat bahwa pihak yang diberikan

amanah harus

memberikan

laporan atas tugas yang telah

dipercayakan kepadanya,

dengan

mengungkapkan

segala

sesuatu

yang

dilakukan, dilihat, ataupun dirasakan,

yang

mencerminkan keberhasilan

dan

kegagalan. Dengan kata lain laporan akuntabilitas bukan sekedar laporan kepatuhan dan kewajaran pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tetapi juga termasuk berbagai indikator kinerja yang dicapai,

di

samping kewajiban untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang apa yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam nal

ini si penerima amanah harus dapat dan berani

mengungkapkan dalam laporannya semua kegagalan yang terjadi berkenaan dengan kebiiakan yang telah dikeluarkan oleh pihak yang lebih tinggi.

Secara analitik,

akuntabilitas

dapat pula dilihat dari segi internal

dan

eksternal. Secara internal, dapat pula diidentifikasi akuntabilitas

spiritual seseorang. Dalam hubungan

ini

akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban orang seorang kepada Tuhannya. Hal

ini

adalah sesuai dengan tata nilai yang terkandung dalam konstitusi. Akuntabilitas ini meliputi perlanggungjawaban sendiri mengenai segala sesuatu yang dijalankannya, hanya diketahui dan difahami yang bersangkutan. Semua tindakan akuntabilitas spiritual didasarkan pada hubungan

orang

bersangkutan dengan

Tuhan.

Namun

apabila

betul-betul dilaksanakan dengan penuh iman dan taqwa, kesadaran akan akuntabilitas spiritual

ini

akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pencapaian kinerja kelembagaan.

Itulah sebabnya mengapa seseorang dapat melaksanakan pekerjaan dengan hasil

yang

berbeda dengan orang

lain, atau

mengapa suatu instansi menghasilkan kuantitas dan kualitas yang berbeda terhaoap suatu pekerjaan yang sama-sama dikerjakan oleh instansi lainnya walaupun uraian tugas pokok dan fungsinya telah nyata-nyata dijelaskan secara rinci.

Akuntabilitas dapat pula dilihat dari sisi eksternal, yaitu akuntabilitas orang tersebut kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan bawahan) maupun lingkungan masyarakat. Kegagalan seseorang mernenuhi akuntabilitas eksternal mencakup pemborosan waktu, pemborosan sumber dana

dan

sumber-sumber daya Pemerintah yang lain, kewenangan, dan kepercayaan masyarakat keoada pemerintah. Akuntabilitas eksternal lebih rnudah diukur mengingat norma dan standar

yanq

tersedia memanq sudah

jelas.

Kontrol

dan

penilaian

dari

faktor ekternal sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu sistem dan prosedur kerja. Seorang atasan akan memantau pekerjaan bawahanya dan akan memberikan teguran apabila

terjadi

penyimpangan.

Rekan kerja

akarr saling mengingatkan

dalam

pencapaia,t akuntabilitas masing-masing.

Hal ini

dapat terwujud dikarenakan ada saling ketergantungan diantara mereka, Masyarakat dan

I5

(18)

Jurnal Nanggro€, Volume l, Nomor l, Desember 2012 ISSN 2302-6219 lembaga-lembaga pengontrol dan penyeimbang akan bersuara dengan lantang

apabila pelayanan yang diterimanya dari birokrasi tidak seperti

yang

diharapkannya.

Dengan penerapan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

maka keberpihakan birokrasi pada kepentingan masyarakat akan menjadi lebih besar

serta dapat

mempertahankan

posisi

netralnya. Akuntabilitas

kinerja

instansi pemerintah ini

juga

akan menjadi semacam sistem pengendalian internal bagi birokrasi.

C.

PENUTUP

1. Kebijaksanaan desentralisasi yang Cijalankan melalui otonomi

daerah

memperkuat

pemerintah

daerah untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiriyang didasarkan pada keinginan, kebutuhan, kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh daerah.

2.

Desentralisasi

akan

dapat membangun

suatu

kehidupan pemerintahan yang demokratis

dimana

memberi kesempatan

kepada

pemerintah

daerah

dan masyarakat baik secara individu maupun secara kelembagaan, untuk mengambil prakarsa utama dalam membuat kebijakan harus dapat membangun suatu kerja sama yang solid antara semua elemen

di

daerah baik lembaga pemerintaah daerah maupun masyarakat.

3.

Reformasi birokrasi Pemda merupakan bagian dari reformasi sistem dan proses.

administrasi negara, yang di dalamnya pada hakikinya merupakan transformasi berbagai dimensi nilai yang terkandung dalam UUD 1945.

4.

Dalam melakukan reformasi birokrasi pemda pada posisidan misi atau perannya

yang sebenarnya selaku "pelayan publik" (public servant),

diperlukan kemampuan dan kemauan kalangan birokrasi untuk melakukan langkah-langkah

yang mencakup perubahan perilaku yang

mengedepankan "netralitas.

professionalitas, demokratis, transparan, dan mandiri",.

\t-- --- -

It-- --^

' -: i -

(19)

ISSN 2302-62I':

? b€rsuara dengan lantang

rasi tidak seperti

yang

stansi pemerintah

maka

t ak:n

menjadi lebih besar

ur:abilitas kinerja

instans pengendalian internal baE

relalui otonomi

daeral

tr jan mengurus

rumal et,.ruhan, kemampuan dar

ducan

pemerintahan yang

l

pemenntah

daerah

dar

rnbagaan, untuk mengambi mt rnembangun suatu kerja

ba

k

lembaga pemerintaal

lhr.rasi

sistem dan proses ya nenrpakan transformas 945

ssj

dan misi atau perannya

rcr

c seruant),

diperlukar ne akukan langkah-langkal ar,;aCepankan "netralitas

Kota.

Makalah Jakafta.

Ret'ornasi BirohrasiDalamMembangrnTotaKelolaPemerintahan... (Hnvri latil, dhh)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Abidin, 2012, Ekstensi

otonomi

Khusus Dalam Negara Kesatuan Berdasarkan UUD 1945, Disertasi, PPs Universitas Muslim lndonesia, Makassar.

Miftah rhoha,

'1990, Dimensi

Prima llmu

Administrasi Negara, Rajawari press, Jakarta.

,1999, OfonomiDaerah : Masalah Hubungan pusat Can Daerah, Koridor 200Q Suplemen Republika, Jakarta.

Moeljarto Tjokrowinoto , Pembangunan : Dilema dan Tantangan (yogyakarta: pustaka Pelajar, 1999) Hlm. 112

Moeljarto Tjokrowinoto,

1999,

Pembangunan

:

Dilema

dan

Tantangan. pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Mukhlis

Hamdi, 1999,

Desenfra/isasi

dan

Pembangunan Daerah, Makalah pada lokakarya Pengembangan Kemampuan Pemda TK ll. Jakarta.

wahyudi Kumorotomo,1992, Etika Adminisfrasi Negara. Rajawari press, Jakarta.

Yeremias T Keban 1999,

Pemberdayaan

pemda,

Makarah

pada

Lokakarya Kecamatan Sebagai PusatPengembangan Ekonom, yogyakarta.

Dasar Pemikiran Pengembangan Kemampuan

pemda

dan pada Lokakara Pengembangan Kemampuan

pemda TK

ll,

17

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa faktor langsung yang mempengaruhi status gizi pada anak atau balita adalah konsumsi makanan, anak yang mendapatkan makanan

Dari partisi yang dilakukan, diketahui bahwa ekstrak larut etil asetat sebanyak 10 g, sehingga kandungan senyawa semi polar lebih banyak dibandingkan dengan

Dari teori-teori yang telah diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa, Sistem adalah sekumpulan elemen atau komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu

Berdasarkan tabel diatas ciri-ciri gaya belajar 4MAT System memenuhi indikator penalaran statistik pada masing- masing gaya belajarnya. Pada indikator pertama yaitu

N/A 47 Directly issued capital instruments subject to phase out from Tier 2 Modal yang yang termasuk phase out dari Tier 2 N/A 48 Tier 2 instruments (and CET1 and AT1 instruments

Pengertian para1igma keperawatan 1isampaikan oleh 2e2erapa ahli 1iantaran&#34;a, Pengertian para1igma keperawatan 1isampaikan oleh 2e2erapa ahli 1iantaran&#34;a, Ca33ar

Sebagai teks, kehadiran gejala ini tidaklah untuk dijelaskan, tetapi untuk dibaca, ditafsir, diberi makna (Geertz, 1963). Definisi simbol sebagai sesuatu yang dimaknai di

Hubung singkat ialah suatu hubungna yang terjadi karena adanya kesalahan – kesalahan antara bagian – bagian yang bertegangan kerja, sebagai akibat tidak adanya suatu