TABLE OF CONTENTS. No. Title Media Source Page

(1)

Daily News Update Page 1

According to Agung, the Bamboo Curtain country has an important role in influencing the price of coal because it is the main market for Indonesian coal after India. "Moreover, currently there is a tension in trade relations between China and Australia. This sentiment is what strengthens," said Agung.

For information, the derivative factor of supply is influenced by the season (weather), mining technicalities, supplier country policies, to technicalities in the supply chain such as trains, barges, and loading terminals.

The derivative factor of demand is influenced by the decreasing demand for electricity which correlates with industrial conditions, import policies, and competi- tion with other energy commodities, such as LNG, nuclear, and hydro.

HBA Januari 2021 Melonjak, Tembus US$75,84 per Ton

Rio Indrawan

M

ENGAWALI tahun 2021 harga batu bara acuan (HBA) melonjak US$16,19 per ton menjadi US$75,84 per ton atau naik 27,14% dibanding HBA pada Desember 2020 sebesar US$59,65 per ton.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan faktor utama kenaikan batu bara secara siginifkan lantaran kembali beraktifitas- nya industri di China.

“Setelah hampir setahun adanya keter- batasan aktivitas ekonomi, pasar mulai bergerak pulih terutama di Tiongkok,” kata Agung di Jakarta, Senin (4/1).

Menurut Agung, negeri Tirai Bambu memiliki peran penting dalam memengaruhi harga batu bara karena menjadi pasar utama batu bara Indonesia setelah India.

“Apalagi saat ini terjadi ketegangan hubungan perdagangan antara Tiongkok dengan Australia. Sentimen ini yang makin memperkuat,” ungkap Agung.

Sebagai informasi, faktor turunan supply dipengaruhi season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Untuk faktor turunan demand dipengaruhi kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

(4)

Later, the January 2021 HBA will be used to determine the price of coal at the point of delivery of free on board sales on a carrier vessel (FOB Vessel).

According to Agung, the HBA movement is moving towards a fairly reasonable level after throughout 2020 due to the Covid-19 pandemic experiencing more weakness to its lowest level. "The average HBA 2020 is only US$ 58.17 per ton and is the lowest since 2015," said Agung.

Agung said that the coal price opened at US$ 65.93 per ton in January 2020. It had strengthened by 0.28% to US$ 67.08 per ton in March compared to February which was at US$ 66.89 per ton, but it dropped at US$ 67.08 per ton. April (US$ 65.77), May (US$ 61.11), June (US$ 52.98), July (US$

52.16) and August (US$ 50.34). "The peak was in September where the price was only US$ 49.42 per ton," he said.

Coal prices have rebounded in the last three months, namely October (US$ 51), November (US$ 55.71) and December (US$

59.65). "Supply and demand remain the main (price) change factors outside of Covid-19, which have not been fully controlled," said Agung. (RI)

Nantinya, HBA Januari 2021 akan diperguna- kan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Menurut Agung, pergerakan HBA bergerak menuju level yang cukup wajar setelah sepanjang 2020 akibat pandemi Covid-19 lebih banyak mengalami pelemahan ke level terendah. “Rata-rata HBA 2020 hanya sebesar US$58,17 per ton dan menjadi yang terendah sejak 2015,” ungkap Agung.

Agung mengatakan, harga batu bara dibuka pada angka US$65,93 per ton pada Januari 2020. Sempat menguat sebesar 0,28% di angka US$67,08 per ton pada Maret dibanding Februari yang sebesar US$66,89 per ton, namun melorot pada April (US$65,77), Mei (US$61,11), Juni (US$52,98), Juli (US$

52,16) dan Agustus (US$50,34). “Puncaknya pada September dimana harga-nya hanya US$49,42 per ton,” kata dia.

Harga batu bara kembali pulih (rebound) dalam tiga bulan terakhir, yaitu Oktober (US$51), November (US$55,71) dan Desember (US$59,65). “Supply dan demand tetap menjadi faktor perubahan (harga) utama di luar Covid-19 yang belum sepenuh- nya terkendali,” kata Agung. (RI)

Freeport: Discussions on cooperation with Tsingshan are open, the Gresik smelter project

continues

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor:

Herlina Kartika Dewi

T

HE CONTINUATION of the new copper smelter project owned by PT Freeport Indonesia (PTFI) is still in the spotlight.

The option to...

Freeport: Pembahasan kerjasama dengan Tsingshan terbuka, proyek smelter Gresik

lanjut

Herlina Kartika Dewi

K

ELANJUTAN proyek smelter tembaga baru milik PT Freeport Indonesia (PTFI) masih menjadi sorotan. Opsi untuk...

(5)

The option to continue construction in Gresik and cooperation with Tsingshan Steel China to build a copper smelter in Weda Bay, Halmahera is still open.

PTFI President Director Tony Wenas emphasized that the two options were still being discussed and the second process was continuing. Tony said, the smelter project which is located in JIIPE, Gresik, East Java continues to be worked on and overall progress has only reached 5.9%.

Currently, the work is in the piling test phase which is targeted to be completed by next month. Overall, PTFI has spent US$

310 million in costs for this project.

"Currently, a piling test is being carried out which will be completed in February 2021.

Overall progress of the smelter is 5.9%,"

Tony told Kontan.co.id, Monday (4/1).

At the same time, he also confirmed that the plan to increase the capacity of the existing smelter, namely PT Smelting, will continue. "(PT Smelting's additional capacity) This will continue," said Tony.

As is known, PTFI and Mitsubishi Materials Corporation (MMC) on November 13, 2020 signed a memorandum of understanding (MoU) to increase the capacity at PT Smelting by 300,000 tons.

PTFI and MMC as the largest shareholders in PT Smelting will work together to increase the smelter capacity from 1 million tons per year to 1.3 million tons.

This expansion is also targeted for completion by the end of December 2023.

Construction of a copper smelter in JIIPE, Gresik and also an additional 300,000 tonnes capacity at PT Smelting are the first options to fulfill PTFI's obligations under the Special Mining Business Permit (IUPK) issued last December 2018.

Opsi untuk meneruskan pembangunan di Gresik dan kerjasama dengan Tsingshan Steel China untuk membangun smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera masih terbuka.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menegaskan, kedua opsi tersebut masih dibahas dan proses keduanya terus berlanjut. Kata Tony, proyek smelter yang berlokasi di JIIPE, Gresik, Jawa Timur terus dikerjakan dan secara keseluruhan progresnya baru mencapai 5,9%.

Saat ini, pengerjaan sedang dalam tahap test piling yang ditargetkan selesai pada bulan depan. Secara keseluruhan, biaya yang sudah dikeluarkan PTFI untuk pengerjaan proyek ini sebesar US$ 310 juta.

"Saat ini tengah dilakukan test piling yang akan selesai bulan Februari 2021. Progres smelter secara keseluruhan 5,9%," ungkap Tony kepada Kontan.co.id, Senin (4/1).

Berbarengan dengan itu, dia juga memastikan rencana penambahan kapasitas smelter eksisting, yakni PT Smelting tetap berjalan.

"(Penambahan kapasitas PT Smelting) Ini akan tetap berlanjut," tegas Tony.

Seperti diketahui, PTFI dan Mitsubishi Materials Corporation (MMC) pada 13 Novem- ber 2020 telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk meningkatkan kapasitas di PT Smelting sebanyak 300.000 ton.

PTFI dan MMC sebagai pemegang saham terbesar di PT Smelting akan bekerjasama untuk meningkatkan kapasitas smelter dari semula 1 juta ton per tahun menjadi 1,3 juta ton. Ekspansi ini juga ditargetkan selesai pada akhir Desember 2023.

Pembangunan smelter tembaga di JIIPE, Gresik dan juga penambahan kapasitas 300.000 ton di PT Smelting menjadi opsi pertama untuk memenuhi kewajiban PTFI sesuai Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang terbit Desember 2018 lalu.

(6)

The government and PTFI agree that the construction of a smelter needs to be carried out with a capacity of 2 million tons. The smelter with such a large capacity is used to absorb PTFI's copper concentrate production so that it can be processed domestically. This is because exports of unrefined metal minerals will be closed in 2023.

In addition, another option that is still being discussed is the cooperation between PTFI and Tsingshan Steel China to build a new copper smelter in Weda Bay, Halmahera. Tony said this option was still being discussed and had not yet reached a decision.

"Cooperation with Tsingshan is still being discussed. It has not been decided yet, whatever decision needs approval from the government," Tony concluded.

Pemerintah dan PTFI sepakat bahwa pembangunan smelter perlu dilakukan dengan kapasitas 2 juta ton. Smelter dengan kapasitas sebesar itu digunakan untuk menyerap produksi konsentrat tembaga PTFI agar bisa diolah di dalam negeri. Sebab, ekspor mineral logam yang belum dimurnikan akan ditutup pada tahun 2023.

Selain itu, opsi lain yang masih dibicarakan ialah kerjasama PTFI dengan Tsingshan Steel China untuk membangun smelter tembaga baru di Weda Bay, Halmahera.

Tony bilang, opsi ini masih dibahas dan belum mencapai keputusan.

"Kerjasama dengan Tsingshan masih terus dibahas. Belum diputuskan, apapun keputusannya perlu persetujuan dari pemerintah," pungkas Tony.

Develops Electric Batteries - Antam Aims for a Mega Project

of Rp 138.18 Trillion

By: Ahmad Nabhani

T

HE BUMN Ministry's plan to develop an electric car industry in Indonesia with an exploration of Tesla's cooperation in February has been welcomed by industry players to develop this mega project to meet raw materials from upstream to downstream. This business opportunity was taken by PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) or Antam to participate in the electric battery project worth US$ 9.8 billion or around Rp 138.18 trillion (estimated exchange rate of Rp. 14,100 per US dollar) in collaboration with LQ Energy.

Solution.

Kembangkan Baterai Listrik - Antam Bidik Mega Proyek Rp

138,18 Triliun

Oleh: Ahmad Nabhani

R

ENCANA Kementerian BUMN mengem- bangkan industri mobil listrik di Indonesia dengan penjajakan kerjasama Tesla pada Februari mendatang, disambut baik pelaku industri untuk mengembangkan mega proyek tersebut untuk memenuhi bahan baku dari hulu sampai hilir. Peluang bisnis inilah yang diambil PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam ikut dalam proyek baterai listrik senilai US$9,8 miliar atau sekitar Rp138,18 triliun (estimasi kurs Rp14.100 per dolar AS) yang bekerja sama dengan LQ Energy Solution.

(7)

The Ministry of BUMN has prepared a MIND ID consortium consisting of PT Indonesia Asahan Aluminum (Persero) (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina (Persero), and PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) collaborating with LG. Just so you know, Indonesia will soon have the center of the world's first integrated electric vehicle battery cell industry. The development of this industry will be carried out by the South Korean electric vehicle (EV) battery company LG Energy Solution Ltd in collaboration with a consortium of BUMN.

Minister of BUMN, Erick Thohir in his press release in Jakarta, yesterday confirmed that this investment runs from the production side and also has domestic and foreign markets. "LG's investment will partner with a state-owned battery consortium throughout the production supply chain. In its implementation, it will be followed up with a joint study to measure in detail the cooperation between the two parties from the upstream to downstream sectors," said Erick.

Some of the projects will be located in the Integrated Industrial Zone (KIT) Batang, Central Java, which was reviewed by President Jokowi at the end of last June.

This 4,300 ha industrial estate is a pilot for the cooperation between the government and BUMN in providing competitive land in terms of price, connectivity and labor.

The plan is that some of the batteries produced from this project will be supplied to the first electric car factory in Indonesia which already exists and will soon start the production stage. The development of an integrated electric battery industry is a concrete step in accordance with President Jokowi's target to encourage economic transformation towards Advanced Indonesia 2045. Downstream mining is one manifestation of this transformation.

Kementerian BUMN telah menyiapkan konsorsium MIND ID yang terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berkolaborasi dengan LG. Asal tahu saja, Indonesia akan segera memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia. Pengembangan industri ini akan dilakukan perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd yang bekerja sama dengan konsorsium BUMN.

Menteri BUMN, Erick Thohir dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin memastikan, investasi ini berjalan dari sisi produksi dan juga memiliki pasar di dalam dan luar negeri. “Investasi LG akan bermitra dengan konsorsium baterai BUMN di seluruh rantai pasok produksi. Pada pelaksanaannya akan ditindaklanjuti dengan studi bersama (joint study) untuk mengukur secara detail kerja sama yang akan dilakukan kedua pihak dari sektor hulu sampai hilirnya,” ujar Erick.

Sebagian proyek nantinya akan berlokasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah yang sudah ditinjau oleh Presiden Jokowi pada akhir Juni lalu. Kawasan industri seluas 4.300 ha ini merupakan percontohan kerja sama pemerintah dan BUMN dalam menyediakan lahan yang kompetitif dari sisi harga, konektivitas, dan tenaga kerja.

Rencananya, sebagian baterai yang di- hasilkan dari proyek ini akan disuplai ke pabrik mobil listrik pertama di Indonesia yang sudah lebih dahulu ada dan dalam waktu dekat akan segera memulai tahap produksi. Pengembangan industri baterai listrik terintegrasi merupakan langkah konkret yang sesuai dengan target Presiden Jokowi untuk mendorong transformasi ekonomi menuju Indonesia Maju 2045.

Hilirisasi pertambangan adalah salah satu wujud transformasi tersebut.

(8)

Meanwhile, LG Energy Solution is part of LG Chem, a subsidiary of the LG Group conglomerate. This investment cooperation project is the result of a follow-up meeting between President Jokowi and President Moon Jae In in Busan in November 2019.

The Investment Coordinating Board (BKPM) together with the Ministry of State-Owned Enterprises (BUMN) and other related Ministries/Institutions held various follow-up meetings with LG. As a result, the Head of BKPM Bahlil Lahadalia signed a Memorandum of Understanding (MoU) with LG Energy Solution in Seoul, South Korea on 18 December 2020.

Adapun, LG Energy Solution merupakan bagian dari LG Chem, anak perusahaan dari konglomerasi LG Group. Proyek kerja sama investasi ini merupakan hasil tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Moon Jae In di Busan pada bulan November 2019 lalu.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian/

Lembaga terkait lainnya melakukan berbagai pertemuan tindak lanjut dengan pihak LG.

Hasilnya, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menandatangani Nota Kesepahaman (Memo- randum of Understanding/MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada tanggal 18 Desember 2020.

Adaro Energy's Competitive Advantage

Parluhutan Situmorang

T

HE LARGE coal reserves of PT Adaro Energy Tbk (ADRO) are a positive factor amid the increasing global energy demand which is predicted to continue. This is in line with the global economy which is believed to improve in 2021. In the long term, Adaro's performance will also be supported by business diversification.

Mirae Asset Sekuritas Indonesia analyst Andy Wibowo Gunawan revealed that Adaro Energy is a coal mining company with the largest reserves.

"This large reserve will be a competitive advantage for the company in the long run," he wrote in his research.

Assuming the company's coal production reaches 52 million tons per year, the mining life time of the company is more than 20 years.

Keunggulan Kompetitif Adaro Energy

Parluhutan Situmorang

B

ESARNYA cadangan batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menjadi faktor positif di tengah peningkatan permintaan energy dunia yang diperkirakan berlanjut. Hal itu seiring perekonomian global yang diyakini membaik pada 2021. Dalam jangka panjang, kinerja Adaro juga bakal didukung oleh diversifikasi usaha.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengungkapkan, Adaro Energy merupakan perusahaan pertambangan batu bara dengan cadangan terbesar.

“Cadangan yang besar ini akan menjadi keunggulan kompetitif bagi perseroan dalam jangka panjang,” tulis dia dalam risetnya.

Dengan mengasumsikan produksi batu bara perseroan yang mencapai 52 juta ton per tahun, jangka waktu penambangan (life time) tambang perseroan lebih dari 20 tahun.

(9)

Adaro also has an engine for future growth, namely the Kestrel coal mine in Australia.

This is an added value for the company.

Andy predicts that the selling price of coal will be in the range of US$ 70 per ton in 2021 and is expected to increase to US$ 75 per ton in 2022. However, the trend of rising selling prices has not been matched by stable production. This makes Adaro Energy's estimated financial performance in 2021 and 2022 lower than originally estimated.

The company's coal production volume in 2021 is revised down from 54 million tons to 52 million tons. Meanwhile, the selling price is estimated to remain at the level of US$ 70 per ton. With this assumption, the company's revenue estimate for 2021 will be lowered from US$ 2.68 billion to US$ 2.54 billion.

The estimated net profit was also cut from US$ 338 million to US$ 323 million. Andy also cut Adaro Energy's financial performance target for 2022, in line with the company's lower coal production assumption from 56 million tons to 52 million tons with an estimated selling price of US$ 75 per ton. This makes the company's revenue estimate for 2022 revised down from US$

3.09 billion to US$ 2.93 billion. In contrast, the net profit estimate was revised up from US$ 348 million to US$ 362 million.

These various factors prompted Mirae Asset Sekuritas to increase its recommendation for ADRO shares to buy with a target price of Rp 1,765. The short-term catalyst for the strengthening of ADRO's price comes from the increase in global coal selling prices.

On the other hand, Trimegah Sekuritas analysts Hasbie and Willinoy Sitorus in their research revealed that the increase in the average selling price of coal will increase Adaro Energy's EBITDA for 2020-2022. The company also...

Adaro juga memiliki mesin pertumbuhan ke depan, yaitu tambang batu bara Kestrel di Australia. Hal itu menjadi nilai tambah bagi perseroan.

Andy memprediksi harga jual batu bara pada kisaran US$ 70 per ton pada 2021 dan diharapkan meningkat menjadi US$ 75 per ton pada 2022. Namun, tren kenaikan harga jual tersebut tidak diimbangi dengan produksi yang stabil. Hal itu membuat estimasi kinerja keuangan Adaro Energy pada 2021 dan 2022 lebih rendah dari perkiraan semula.

Volume produksi batu bara perseroan tahun 2021 direvisi turun dari 54 juta ton menjadi 52 juta ton. Sedangkan harga jual diperkirakan bertahan pada level US$ 70 per ton.

Dengan asumsi tersebut, perkiraan pendapatan perseroan tahun 2021 diturunkan dari US$ 2,68 miliar menjadi US$ 2,54 miliar.

Estimasi laba bersih juga dipangkas dari US$

338 juta menjadi US$ 323 juta. Andy juga memangkas target kinerja keuangan Adaro Energy tahun 2022, seiring dengan penurunan asumsi produksi batu bara perseroan dari 56 juta ton menjadi 52 juta ton dengan perkiraan harga jual US$ 75 per ton. Hal ini membuat perkiraan pendapatan perseroan tahun 2022 direvisi turun dari US$ 3,09 miliar menjadi US$ 2,93 miliar.

Sebaliknya, perkiraan laba bersih direvisi naik dari US$ 348 juta menjadi US$ 362 juta.

Berbagai faktor tersebut mendorong Mirae Asset Sekuritas menaikkan rekomendasi saham ADRO menjadi beli dengan target harga Rp 1.765. Katalis jangka pendek penguatan harga ADRO berasal dari kenaikan harga jual batu bara global.

Di lain pihak, analis Trimegah Sekuritas Hasbie dan Willinoy Sitorus dalam risetnya mengungkapkan, kenaikan rata-rata harga jual batu bara akan menaikkan EBITDA Adaro Energy tahun 2020-2022. Perseroan juga...

(10)

The company also has positive catalysts from the company's coal reserves and the development of power plants.

However, Hasbie and Willinoy also revised down Adaro Energy's coal production volume targets for 2020 and 2021 from 55.9 million tonnes and 57.4 million tonnes, respectively, to 54.6 million tonnes and 56.3 million tonnes.

The company's coal production volume target in 2022 has been revised up from 55.9 million tons to 57.2 million tons. The downward revision of the production volume target prompted Hasbie and Willinoy to lower Adaro Energy's financial performance targets for 2020 and 2021.

Revenue for 2020 was revised down from US$ 2.87 billion to US$ 2.68 billion. The estimated net profit has been cut from US$

270 million to US$ 186 million.

Meanwhile, the company's revenue projection for 2021 has been revised up from US$ 2.99 billion to US$ 3.17 billion, in line with the revised increase in the coal selling price target. However, the estimated net profit was lowered from US$

361 million to US$ 324 million. The company's revenue target for 2022 was also revised up US$ 3.01 billion to US$ 3.13 billion. However, the net profit estimate was revised down from US$ 399 million to US$ 353 million.

These various factors prompted Trimegah Sekuritas to revise the ADRO share price target to Rp 1,750 with a buy recommendation. The target considers the prospect of coal which is increasingly promising in the long term.

Solid Cash Flow

Until the third quarter of 2020, Adaro Energy was able to generate solid free cash flow of US$ 482 million, up 10% compared to the same period in 2019 which amounted to US$ 437 million.

Perseroan juga memiliki katalis positif dari cadangan batu bara perseroan dan pengembangan pembangkit listrik.

Namun, Hasbie dan Willinoy juga merevisi turun target volume produksi batu bara Adaro Energy tahun 2020 dan 2021 dari masing-masing 55,9 juta ton dan 57,4 juta ton menjadi 54,6 juta ton dan 56,3 juta ton.

Adapun target volume produksi batu bara perseroan tahun 2022 direvisi naik dari 55,9 juta ton menjadi 57,2 juta ton. Revisi turun target volume produksi tersebut mendorong Hasbie dan Willinoy me- nurunkan target kinerja keuangan Adaro Energy tahun 2020 dan 2021. Pendapatan tahun 2020 direvisi turun dari US$ 2,87 miliar menjadi US$ 2,68 miliar. Perkiraan laba bersih dipangkas dari US$ 270 juta menjadi US$ 186 juta.

Adapun proyeksi pendapatan perseroan tahun 2021 direvisi naik dari US$ 2,99 miliar menjadi US$ 3,17 miliar, seiring dengan revisi naik target harga jual batu bara. Namun, perkiraan laba bersih diturunkan dari US$ 361 juta menjadi US$

324 juta. Target pendapatan perseroan tahun 2022 juga direvisi naik US$ 3,01 miliar menjadi US$ 3,13 miliar. Tetapi, perkiraan laba bersih direvisi turun dari US$ 399 juta menjadi US$ 353 juta.

Berbagai faktor tersebut mendorong Trimegah Sekuritas merevisi naik target harga saham ADRO menjadi Rp 1.750 dengan rekomendasi beli. Target tersebut mempertimbangkan prospek batu bara yang kian menjanjikan dalam jangka panjang.

Cash Flow Solid

Hingga kuartal III-2020, Adaro Energy mampu menghasilkan arus kas bebas (free cash flow) yang solid sebesar US$ 482 juta, naik 10% dibandingkan periode sama 2019 yang sebesar US$ 437 juta.

(11)

The company continues to implement operational efficiency and strengthen its capital structure amid the economic slowdown due to the pandemic. Solid cash flow keeps your financial position healthy with a net debt to EBITDA ratio of 0.29 times the last 12 months, while a net debt to equity ratio of 0.07 times.

As of the end of September 2020, Adaro Energy's liquidity level remained high at US$ 1.67 billion, consisting of US$ 1.18 billion in cash, US$ 151 million in other investments, and US$ 326 million of unused loan commitments. Interest bearing debt reached US$ 1.6 billion, up 23% on an annual basis. That value includes debt securities of US$ 750 million issued in October 2019.

Adaro Energy's President Director and Chief Executive Officer (CEO) Garibaldi Thohir said, despite being overshadowed by macroeconomic challenges, the company still maintained a solid operation.

The difficult conditions for the coal market due to the global economy which was still not conducive due to the prolonged pandemic continued to suppress company profitability.

"Even though uncertainty still exists, our integrated business model enables companies to operate efficiently in facing these challenges," he said in a recent written statement.

As of the third quarter of 2020, Adaro Energy's operating revenue fell 26% on an annual basis to US$ 1.95 billion, driven by lower average selling price (ASP) and coal sales volume, which fell 18% and 9%, respectively.

Adaro Energy's operational EBITDA was recorded at US$ 676 million in the third quarter of 2020, or decreased 31% on an annual basis as ASP decreased. However,...

Perseroan terus menerapkan efisiensi operasional dan memperkuat struktur permodalan di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi. Arus kas yang solid membuat posisi keuangan tetap sehat dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir sebesar 0,29 kali, sedangkan rasio utang bersih terhadap ekuitas 0,07 kali.

Hingga akhir September 2020, tingkat likuiditas Adaro Energy tetap tinggi sebesar US$ 1,67 miliar, yang terdiri atas kas US$

1,18 miliar, investasi lainnya US$ 151 juta, dan komitmen fasilitas pinjaman yang belum terpakai sebesar US$ 326 juta. Utang berbunga mencapai US$ 1,6 miliar atau naik 23% secara tahunan. Nilai itu termasuk surat utang US$ 750 juta yang diterbitkan pada Oktober 2019.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, meskipun dibayangi oleh tantangan ekonomi makro, perseroan masih mempertahankan operasi yang solid.

Kondisi pasar batu bara yang sulit akibat ekonomi global yang masih belum kondusif karena pandemi berkepanjangan terus menekan profitabilitas perusahaan.

“Meskipun ketidakpastian masih ada, model bisnis kami yang terintegrasi me- mungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan efisien dalam menghadapi tantangan ini,” kata dia dalam keterangan tertulis, belum lama ini.

Hingga kuartal III-2020, pendapatan usaha Adaro Energy turun 26% secara tahunan menjadi US$ 1,95 miliar, karena didorong oleh penurunan average selling price (ASP) dan volume penjualan batu bara, yang masing-masing turun 18% dan 9%.

EBITDA operasional Adaro Energy tercatat US$ 676 juta hingga kuartal III-2020 atau turun 31% secara tahunan seiring turunnya ASP. Namun,...

(12)

However, the operational EBITDA margin remains solid at 34.6% as the company continues to improve operational efficiency and control costs amid conditions of weak coal prices.

The company's core profit was recorded at US$ 326 million in the third quarter of 2020, or decreased 36% on an annual basis, due to a decrease in profitability.

Core profit does not include non-operating accounting components after tax, which consists of amortization of mining properties, impairment losses on mining properties, derivative losses on financial instruments and impairment losses on fair value of investments in joint ventures.

Editor: Gora Kunjana

Namun, margin EBITDA operasional tetap solid sebesar 34,6% karena perseroan terus meningkatkan efisiensi operasional dan pengendalian biaya di tengah kondisi harga batu bara yang melemah.

Laba inti perseroan tercatat US$ 326 juta hingga kuartal III-2020 atau turun 36%

secara tahunan, karena didorong penurunan profitabilitas. Laba inti tidak memasukkan komponen akuntansi non- operasional setelah pajak, yang di antaranya terdiri atas amortisasi property pertambangan, rugi penurunan nilai properti pertambangan, rugi derivatif instrumen keuangan, dan rugi penurunan nilai wajar investasi pada perusahaan patungan. Editor : Gora Kunjana

Merdeka Copper Gold (MDKA) revenue fell slightly until the

third quarter of 2020

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

T

HE PERFORMANCE of PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) was not good until the third quarter of 2020. You see, the company's revenue in the first nine months of last year was US$ 296.53 million.

Just so you know, this realization fell 8.55%

compared to MDKA's revenue in the same period in 2019 which reached US$ 324.28 million.

Based on the company's financial reports on the Indonesia Stock Exchange website, MDKA's revenue is still dominated by sales of gold, silver and copper cathodes to third parties, which reached US$ 316.28 million in the export market (up 2.2%) and US$ 1.09 million.

in the domestic market (down 94.55%).

Pendapatan Merdeka Copper Gold (MDKA) turun tipis hingga

kuartal III-2020

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

K

INERJA PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) kurang menggigit hingga kuartal III-2020. Lihat saja, pendapatan perusahaan dalam sembilan bulan pertama tahun lalu sebesar US$ 296,53 juta.

Asal tahu saja, realisasi ini turun 8,55%

dibandingkan dengan pendapatan MDKA pada periode yang sama tahun 2019 yang capai US$ 324,28 juta.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan di laman Bursa Efek Indonesia, pendapatan MDKA masih didominasi oleh penjualan emas, perak dan tembaga katoda kepada pihak ketiga yang capai US$ 316,28 juta di pasar ekspor (naik 2,2%) dan US$ 1,09 juta di pasar domestik (turun 94,55%).

(13)

However, the realization of hedging which reached US$ 21.78 million until the third quarter of 2020 caused MDKA's operating income to decline in that period. Given, the realization of this hedge jumped 271% on an annual basis (yoy).

On the other hand, MDKA's other income is US$ 945,876 as of September 2020.

Meanwhile, a number of MDKA expenses were observed to decrease, one of which was the cost of revenue. MDKA posted a cost of revenue of US$ 176.72 million or decreased 5.14% yoy. The company's financial expenses were also corrected by 14.74% yoy to US$ 12.46 million.

However, general and administrative expenses were observed to increase by 55.85% from US$ 12.71 million to US$

19.81 million.

As a result, MDKA posted profit for the period attributable to owners of the parent entity amounting to US$ 57.19 million. This net profit was eroded by 13.59% from the realized net profit in the same period the previous year which amounted to US$

66.19 million.

As for MDKA's total assets as of September 30, 2020, amounted to US$ 951,876 million, consisting of liabilities worth US$

379.07 million and equity worth US$

572.80 million. Meanwhile, cash and bank MDKA as of September 30, 2020 amounted to US$ 84.37 million, an increase from the position of cash and bank as of December 31, 2019 which was only US$ 49.59 million.

Namun, adanya realisasi lindung nilai (hedging) yang mencapai US$ 21,78 juta hingga kuartal III-2020 membuat pendapatan usaha MDKA turun di periode tersebut. Mengingat, realisasi lindung nilai ini melonjak 271% secara tahunan (yoy).

Di sisi lain, pendapatan lain-lain MDKA sebesar US$ 945.876 per September 2020.

Adapun sejumlah beban MDKA terpantau menurun, salah satunya adalah beban pokok pendapatan. MDKA membukukan beban pokok pendapatan senilai US$

176,72 juta atau turun 5,14% yoy. Beban keuangan perusahaan juga terkoreksi 14,74% yoy menjadi US$ 12,46 juta.

Namun, beban umum dan administrasi terpantau naik 55,85% dari US$ 12,71 juta menjadi US$ 19,81 juta.

Alhasil, MDKA membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 57,19 juta. Laba bersih ini tergerus 13,59% dari realisasi laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$

66,19 Juta.

Adapun jumlah aset MDKA per 30 September 2020 sebesar US$ 951,876 juta, yang terdiri atas liabilitas senilai US$

379,07 juta dan ekuitas senilai US$ 572,80 juta. Sementara Kas dan bank MDKA pada 30 September 2020 sebesar US$ 84,37 juta, naik dari posisi kas dan bank per 31 Desember 2019 yang hanya US$ 49,59 juta.

(14)

Due to electric cars, the nickel price is forecast to reach

US$20,000

Tirta Citradi, CNBC Indonesia

M

ANY believe that 2021 will be a golden year for various commodities, especially for base metals. One that is predicted to increase is nickel price.

Throughout 2020, the price of nickel futures contracts traded on the Shang Hai exchange rose 18%. The increase in world nickel prices has also made RI's benchmark nickel price also up.

Last December, RI's reference nickel price was pegged at US$ 15,647/ton or an increase of 12.8% compared to the reference price in January at US$

13,876/ton. Nickel prices experienced a decline when the beginning of the Covid-19 pandemic broke out and triggered the implementation of a massive lockdown in February-March.

However, after much relaxation was carried out in May, nickel prices began to recover gradually and even managed to reach their highest levels at the end of 2020.

Nickel is a metal that is used for various purposes. There are two types of nickel on the market, namely class I and class II nickel. Class II nickel is widely used for the manufacture of stainless steel, while class I is used for other products such as electric car battery components.

The sentiment of the increasing use of electric cars and the increasing trend of sales of electric cars has made nickel prices have increased rapidly. The outlook for nickel prices for 2021 is also positive.

Gegara Mobil Listrik, Harga Nikel Diramal Tembus US$

20.000 B

ANYAK yang mengamini tahun 2021 akan menjadi tahun emas bagi berbagai komo- ditas terutama untuk jenis logam dasar (base metal). Salah satu yang diprediksi bakal naik adalah harga nikel.

Di sepanjang tahun 2020, harga kontrak futures nikel yang diperdagangkan di bursa Shang Hai menguat 18%. Kenaikan harga nikel dunia juga membuat harga nikel acuan RI ikut terkerek.

Pada Desember lalu, harga nikel acuan RI dipatok di US$ 15.647/ton atau naik 12,8%

dibandingkan harga acuannya di bulan Januari di US$ 13.876/ton. Harga nikel sempat mengalami penurunan saat awal pandemi Covid-19 merebak dan memicu penerapan lockdown yang masif di bulan Februari-Maret.

Namun setelah pelonggaran banyak dilakukan pada bulan Mei, harga nikel berangsur mulai pulih bahkan berhasil mencapai level tertingginya di penghujung tahun 2020.

Nikel merupakan salah satu logam hasil tambang yang digunakan untuk berbagai keperluan. Di pasar dikenal ada dua jenis nikel yaitu nikel kelas I dan kelas II. Nikel kelas II banyak digunakan untuk pembuatan stainless steel, sementara kelas I digunakan untuk produk lain seperti komponen baterai mobil listrik.

Sentimen makin maraknya penggunaan mobil listrik dan tren penjualan mobil listrik yang meningkat membuat harga nikel mengalami kenaikan yang pesat. Outlook harga nikel untuk tahun 2021 pun positif.

(15)

DBS in its report stated that this year's nickel price will be bullish and will break above US$ 20,000/ton. This is due to the fact that there is a nickel supply deficit at a time when demand is increasing. This trend is especially true for class I nickel which is widely used for electric car batteries.

DBS projected that the demand for class I nickel will grow by 5.9% annually until 2025. For the same period, the supply of class I nickel will only grow by 3.3%.

Meanwhile, for Class II nickel, the market balance will be maintained this year, even until 2025 as the strong increase in nickel pig iron (NPI) capacity in Indonesia offsets the decline in Chinese production and the growth in nickel demand for stainless steel.

Furthermore, DBS predicts the sales volume of electric cars will increase 24%

per year by compounding (CAGR) to 22.3 million units in 2030. The increase in sales of electric cars will certainly raise the demand for class I nickel along with the high interest in using batteries that use batteries. nickel.

Demand for nickel for electric car batteries will grow by 32% (CAGR) in 2019-2030, increasing nickel consumption for rechargeable batteries by 24% per year to 1.27 million tonnes by 2030.

"Therefore, we estimate that the contri- bution of rechargeable batteries to nickel consumption will increase to 30% in 2030 from only 5% in 2019," DBS wrote in its report. CNBC INDONESIA RESEARCH TEAM (twg/twg)

DBS dalam laporannya menyebut harga nikel tahun ini bakal bullish dan tembus ke atas US$ 20.000/ton. Hal tersebut karena ditopang oleh adanya defisit pasokan nikel di saat permintaan sedang naik-naiknya.

Tren ini terutama terjadi untuk nikel kelas I yang banyak digunakan untuk baterai mobil listrik.

Proyeksi DBS, permintaan nikel kelas I akan tumbuh 5,9% setiap tahunnya sampai 2025. Untuk periode yang sama pasokan nikel kelas I hanya tumbuh 3,3%.

Sementara itu, untuk nikel Kelas II keseimbangan di pasar tetap terjaga tahun ini, bahkan hingga 2025 seiring dengan kuatnya peningkatan kapasitas nikel pig iron (NPI) di Indonesia mengimbangi penurunan produksi Cina dan pertumbuhan permintaan nikel untuk stainless steel.

Lebih lanjut DBS memprediksi volume penjualan mobil listrik akan naik 24% per tahun secara compounding (CAGR) ke 22,3 juta unit pada tahun 2030. Kenaikan penjualan mobil listrik tentu akan mengerek permintaan nikel kelas I seiring dengan minat yang tinggi untuk penggunaan baterai yang menggunakan nikel.

Permintaan nikel untuk baterai mobil listrik akan tumbuh sebesar 32% (CAGR ) pada 2019-2030 sehingga meningkatkan konsumsi nikel untuk baterai yang dapat diisi ulang hingga 24% per tahun menjadi 1,27 juta ton pada tahun 2030.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan kontribusi baterai isi ulang terhadap konsumsi nikel akan meningkat hingga 30% pada 2030 dari hanya 5% pada 2019," tulis DBS dalam laporannya. TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

(16)

The Covid-19 Pandemic Will Still Shadow Coal Prices This Year

Denis Riantiza Meilanova

T

HE INDONESIAN Coal Mining Association assessed that the Covid-19 pandemic situation will still affect coal price movements this year.

APBI Executive Director Hendra Sinadia said that his party could not project the range of coal prices this year due to the high influence of external factors amid the conditions of the Covid-19 pandemic.

"It is too early to predict the increase in [HBA] earlier this year whether it will continue in 2021, in the midst of a pandemic condition because external factors that affect prices are still very dynamic," he told Bisnis, Monday (4/1/2021).

According to him, coal price movements will greatly depend on the global economic recovery, especially the economies of Indonesia's main coal importer countries, such as China.

"Even though the vaccine has been distributed, many countries are still worried about new mutated variants of the virus," he said.

In addition, the Chinese Government's policy on coal import quotas will still overshadow coal price movements this year.

The factor of high rainfall in coal producing countries, such as Indonesia and Australia, will also affect the supply of coal in the market, which will affect prices.

Meanwhile, coal commodities started 2020 positively after the January 2020 reference coal price (HBA) increased 27.14 percent from the position at the end of 2020.

Pandemi Covid-19 Masih Akan Bayangi Harga Batubara Tahun Ini

Denis Riantiza Meilanova

A

SOSIASI Pertambangan Batubara Indonesia menilai situasi pandemi Covid-19 masih akan memengaruhi pergerakan harga batu bara pada tahun ini.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa pihaknya belum bisa memproyeksikan rentang harga batu bara pada tahun ini karena tingginya pengaruh faktor eksternal di tengah kondisi pandemi Covid-19.

"Masih terlalu dini untuk memprediksi kenaikan [HBA] awal tahun ini apakah masih berlanjut pada 2021, di tengah kondisi pandemi karena faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap harga juga masih sangat dinamis," ujarnya kepada Bisnis, Senin (4/1/2021).

Menurutnya, pergerakan harga batu bara akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi global, terutama perekonomian dari negara-negara importir utama batu bara Indonesia, seperti China.

"Meski vaksin sudah terdistribusi, tapi tetap saja banyak negara masih waswas dengan varian mutasi baru dari virus," katanya.

Selain itu, kebijakan Pemerintah China atas kuota impor batu bara juga masih akan membayangi pergerakan harga batu bara tahun ini.

Faktor tingginya curah hujan di negara-negara produsen batu bara, seperti Indonesia dan Australia juga akan berpengaruh terhadap pasokan batu bara di pasar yang nantinya akan berimbas kepada harga.

Adapun, komoditas batu bara mengawali 2020 dengan positif setelah harga batu bara acuan (HBA) Januari 2020 mengalami kenaikan 27,14 persen dari posisi akhir 2020.

(17)

Minister of Energy and Mineral Resources Arifin Tasrif set the HBA during the January 2021 trade at the level of US$

75.84 per ton. The January 2021 HBA rose US$ 16.19 per ton or 27.14 percent compared to December 2020 which was at the level of US$ 59.65 per ton. Editor:

Zufrizal

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menetapkan HBA selama perdagangan Januari 2021 berada di level US$75,84 per ton. HBA Januari 2021 ini naik US$16,19 per ton atau 27,14 persen dibandingkan dengan Desember 2020 yang berada di level US$59,65 per ton.

Editor : Zufrizal

Antam's nickel smelter project is delayed, there was only one additional new smelter last year

Handoyo

T

HROUGHOUT 2020, there was only one additional new smelter operating. In fact, the government is targeting two new smelters to operate. However, the PT Aneka Tambang Tbk or Antam (ANTM) smelter project has been delayed again due to power supply constraints.

The ESDM Ministry's Mineral Development and Business Director Yunus Saefulhak explained that the new smelter operating last year was PT Weda Bay Nickel. The smelter's capacity, which is located in Central Halmahera, North Maluku, produces 300,000 tons of Ferronickel per year.

"Only one (additional new smelter last year), Weda Bay Nickel. Antam (smelter) in North Maluku is constrained by power supply, although the progress of the smelter progress has been above 98%," Yunus explained to Kontan.co.id, Monday (4/1).

He explained, Antam's East Halmahera Ferronickel Plant Construction Project (P3FH) is planned to have a production capacity of 64,655 tons per year.

Proyek smelter nikel Antam molor, hanya ada satu tambahan

smelter baru di tahun lalu

Handoyo

S

EPANJANG tahun 2020 lalu hanya ada satu penambahan smelter baru yang beroperasi.

Padahal, pemerintah menargetkan ada dua smelter baru yang bisa beroperasi. Namun, proyek smelter PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) kembali molor lantaran masih terkendala pasokan listrik.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak menjelaskan, smelter baru yang beroperasi pada tahun lalu adalah PT Weda Bay Nickel.

Kapasitas smelter yang berlokasi di Halmahera Tengah, Maluku Utara ini mem- produksi Ferronickel sebanyak 300.000 ton per tahun.

"Hanya satu (tambahan smelter baru pada tahun lalu), Weda Bay Nickel. Untuk (smelter) Antam di Maluku Utara terkendala terkait power supply, walaupun progres kemajuan smelternya sudah di atas 98%," terang Yunus kepada Kontan.co.id, Senin (4/1).

Dia menerangkan, Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH) Antam rencananya memiliki kapasitas produksi sebanyak 64.655 ton per tahun.

(18)

According to Yunus, the Ministry of ESDM has facilitated Antam and PT PLN (Persero) to meet the electricity needs of the smelter.

A memorandum of understanding (MoU) has also been signed between Antam and PLN. "But until now there has been no agreement on price between the two parties," continued Yunus.

He was not sure when Antam's ferronickel smelter could operate. What is certain, referring to Kontan.co.id news, Antam's President Director, Dana Amin, said that currently his party is still working with PLN to ensure the availability of electricity at the ferronickel smelter in Haltim.

"The hope is that a power purchase contract will be agreed upon, while the plant will take one year to work," he said at the DPR RI hearing (RDP), last Tuesday (29/9).

Based on the material exposed by MIND ID, Antam's parent company, the target of providing electricity at the ferronickel smelter will be achieved in February 2021.

This year, the smelter project is completed and operates commercially.

This project actually started in 2017 and took 30 months of construction work.

Initially this smelter was targeted to be completed in 2019. Meanwhile, the investment for this ferronickel smelter will cost Rp 4.03 trillion.

53 Smelters in 2024

Overall, with the addition of one new smelter from PT Weda Bay Nickel, Yunus explained that as of December 2020 there were 18 smelters that had been operating.

Consisting of a nickel smelter of 12 units, a bauxite smelter (2 units), an iron smelter (1 unit), a copper smelter (2 units), and a manganese smelter (1 unit).

Menurut Yunus, Kementerian ESDM sudah memfasilitasi Antam dan PT PLN (Persero) untuk memenuhi kebutuhan listrik smelter tersebut.

Nota kesepahaman (MoU) pun sudah ditandatangi antara Antam dan PLN. "Namun hingga saat ini belum terjadi kesepakatan harga antara kedua belah pihak," sambung Yunus.

Dia pun belum bisa memastikan kapan smelter feronikel Antam ini bisa beroperasi.

Yang pasti, merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id, Direktur Utama Antam Dana Amin menyampaikan, saat ini pihaknya masih menjalin kerja sama dengan PLN untuk memastikan ketersediaan listrik di smelter feronikel di Haltim.

“Harapannya bisa segera disepakati kontrak jual-beli listrik, sedangkan pembangkitnya butuh waktu pengerjaan satu tahun,” ujar dia dalam rapat dengar pendapat (RDP) DPR RI, Selasa (29/9) lalu.

Berdasarkan materi paparan MIND ID, induk usaha Antam, penyediaan listrik di smelter feronikel tersebut targetnya akan tercapai di bulan Februari 2021 mendatang. Pada tahun ini pula proyek smelter tersebut rampung dan beroperasi secara komersial.

Proyek ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2017 dan memakan waktu pengerjaan konstruksi selama 30 bulan. Awalnya smelter ini ditargetkan rampung pada tahun 2019 lalu. Adapun, investasi untuk smelter feronikel ini membutuhkan biaya sebesar Rp 4,03 triliun.

53 Smelter di 2024

Secara keseluruhan, dengan tambahan satu smelter baru dari PT Weda Bay Nickel, Yunus menjelaskan bahwa sampai dengan Desember 2020 smelter yang sudah beroperasi sebanyak 18 unit. Terdiri dari smelter nikel sebanyak 12 unit, smelter bauksit (2 unit), smelter besi (1 unit), smelter tembaga (2 unit), dan smelter mangan (1 unit).

(19)

Until 2024, it is planned that another 35 smelter units will be built and operated. So that in total there will be 53 smelters in 2024.

In fact, continued Yunus, almost all of the remaining smelter projects are targeted for completion by the end of 2021. However, the plan was drawn up before there were obstacles to the Covid-19 pandemic.

With the pandemic, companies can adjust their smelter construction targets. Until now, the government is still conducting an evaluation, so it is not certain how many new smelters will be operational this year.

"So the target for 2021 cannot yet be known, because almost everything has shifted," said Yunus.

Even though there are a number of projects that have adjusted their work and operational targets, Yunus emphasized that the government still adheres to the provisions of Law Number 3 of 2020, aka the Minerba Law and Regulation of the Minister of ESDM Number 17 of 2020.

So, the smelter project work must still be harmonized with these provisions, where the deadline for exports of certain unrefined metal mineral products is valid until June 2023. So that by 2024 it is expected that all smelters can be built and all mineral products can be processed domestically.

"The maximum is 3 years since Law No. 3 of 2020 comes into effect (exports of certain unrefined metal minerals). The target is 53 smelters including 18 (existing) smelters, the target is in accordance with the Minerba Law," said Yunus.

Hingga tahun 2024, direncanakan ada tambahan 35 unit smelter lainnya yang akan terbangun dan beroperasi. Sehingga total akan ada 53 smelter pada tahun 2024.

Sebenarnya, sambung Yunus, hampir seluruh sisa proyek smelter tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun 2021 ini. Namun, rencana tersebut disusun sebelum ada kendala pandemi covid-19.

Dengan adanya pandemi, perusahaan pun bisa melakukan penyesuaian target pembangunan smelternya. Hingga sekarang, pemerintah pun masih melakukan evaluasi, sehingga belum bisa dipastikan berapa tambahan smelter baru yang bisa beroperasi pada tahun ini. "Jadi belum bisa diketahui targetnya 2021, karena hampir semua bergeser," jelas Yunus.

Meski ada sejumlah proyek yang melakukan penyesuaian target pengerjaan dan operasional, namun Yunus menegaskan bahwa pemerintah masih berpegang pada ketentuan di Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 alias UU Minerba dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2020.

Sehingga, pengerjaan proyek smelter tetap harus diselaraskan dengan ketentuan tersebut, yang mana batas akhir ekspor produk mineral logam tertentu yang belum dimurnikan berlaku sampai dengan Juni 2023. Sehingga pada tahun 2024 diharapkan seluruh smelter bisa terbangun dan produk mineral bisa seluruhnya diolah di dalam negeri.

"Paling lama 3 tahun sejak UU No. 3 Tahun 2020 berlaku (ekspor mineral logam tertentu yang belum dimurnikan). Target- nya 53 smelter termasuk yang sudah ada 18 smelter (eksisting), target sesuai UU Minerba," pungkas Yunus.

(20)

Performance amid rising gold prices, what are the prospects

for Merdeka Copper Gold (MDKA)?

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

P

T MERDEKA Copper Gold Tbk (MDKA) posted an unsatisfactory performance during the first nine months of 2020. The gold and copper gold and copper producer company posted revenues of US$ 296.53 million or a decrease of 8.55% from MDKA's revenue in the third quarter of 2019 which reached US$ 324.28 million.

As a result, this Kompas100 Index constituent posted a decrease in profit for the current period. MDKA recorded a net profit attributable to the owners of the parent entity amounting to US$ 57.19 million, eroded by 13.59% from the realized net profit in the same period the previous year where MDKA narrowed to US$ 66.19 million.

Ike Widiawati, Head of Research at Kiwoom Sekuritas Indonesia, said that it was natural for MDKA's third quarter revenue to decline amid a significant increase in gold prices. "This is due to an incident on the heap leach pad MDKA," said Ike when contacted by Kontan.co.id, Monday (4/1).

To note, an unexpected event occurred in one of the MDKA projects at the Tujuh Bukit mine, Banyuwangi, on September 12, 2020, namely the discovery of cracks in the heap leach pad.

The cracks caused some of the gold ore piled on the front to lower its face, so that the movement of the material caused damage to pipes and pumps.

Kinerja di tengah kenaikan harga emas, bagaimana prospek Merdeka Copper Gold

(MDKA)?

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

P

T MERDEKA Copper Gold Tbk (MDKA) membukukan kinerja yang kurang memuaskan sepanjang sembilan bulan pertama 2020.

Emiten produsen logam mulia emas dan tembaga tersebut membukukan pendapatan senilai US$ 296,53 juta atau menurun 8,55%

dari torehan pendapatan MDKA pada kuartal ketiga 2019 yang mencapai US$ 324,28 juta.

Alhasil, konstituen Indeks Kompas100 ini membukukan penurunan laba periode berjalan. MDKA mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 57,19 juta, tergerus 13,59% dari realisasi laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya dimana MDKA mengempit US$ 66,19 Juta.

Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati menilai, adalah hal yang wajar jika pendapatan MDKA di kuartal ketiga mengalami penurunan di tengah kenaikan harga emas yang signifikan. “Hal ini karena adanya insiden pada heap leach pad MDKA,”

ujar Ike saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (4/1).

Untuk diketahui, peristiwa yang tidak terduga terjadi pada salah satu proyek MDKA di tambang Tujuh Bukit, Banyuwangi , pada 12 September 2020, yaitu ditemukannya keretakan pada heap leach pad.

Keretakan tersebut membuat sebagian dari bijih emas yang ditumpuk pada bagian depan mengalami penurunan muka, sehingga pergerakan material tersebut menyebabkan kerusakan terhadap pipa dan pompa.

(21)

As a result, this also resulted in MDKA not being able to take advantage of the momentum of the gold price increase optimally.

Ike continued, in the fourth quarter of 2020, Kiwoom projected a decline in MDKA gold production volume. Gold production in Q4 2020 is estimated at only 5,460 oz, and annual production for 2020 is projected at 157,280 oz. The impact of the heap leach pad incident will affect production at the Tujuh Bukit project until 2021. The production volume during the third quarter of 2020 is 42,997 oz.

In terms of financial performance, Kiwoom Sekuritas Indonesia is still optimistic that MDKA will reap revenues in the range of US$ 342 million in 2020. This projection is due to adjustments for the incident that occurred.

To note, MDKA's share price has risen quite drastically over the past year. In one trading year, the constituent stocks of this Kompas100 Index have soared to 454.43%. On a year-to-date basis, MDKA's shares rose 126.20%.

Ike sees that the increase in MDKA's share price is a reflection that market players are still very optimistic about the price of gold commodities. This is a response to the current uncertainty in global economic conditions. Even though a vaccine has been found, a mutation of the corona virus has emerged that is more rapidly spreading.

Alhasil, hal ini juga berdampak pada MDKA yang tidak dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga emas secara optimal.

Ike melanjutkan, pada kuartal keempat tahun 2020, Kiwoom memproyeksikan akan terjadi penurunan untuk volume produksi emas MDKA. Produksi emas di kuartal keempat 2020 diperkirakan hanya 5.460 oz, dan produksi tahunan untuk 2020 diproyeksikan sebesar 157.280 oz.

Dampak insiden heap leach pad akan mempengaruhi produksi di proyek Tujuh Bukit hingga tahun 2021. Adapun volume produksi sepanjang kuartal ketiga 2020 sebesar 42.997 oz.

Dari sisi kinerja keuangan, Kiwoom Sekuritas Indonesia masih optimis MDKA akan meraup pendapatan di kisaran US$

342 juta pada tahun 2020. Proyeksi ini karena sudah menyesuaikan insiden yang terjadi tersebut.

Untuk diketahui, harga saham MDKA naik cukup drastis sepanjang tahun lalu. Dalam jangka satu tahun perdagangan, saham konstituen Indeks Kompas100 ini melejit hingga 454,43%. Secara year-to-date, saham MDKA naik 126,20%.

Ike melihat, naiknya harga saham MDKA merupakan cerminan bahwa pelaku pasar masih sangat optimis dengan harga komoditas emas. Hal ini merupakan respon dari ketidakpastian kondisi perekonomian global saat ini. Meski vaksin sudah di- temukan, namun muncul mutasi virus corona yang lebih cepat penyebarannya.

(22)

First Trade in 2021, Coal Prices Slightly Decrease

I

N THE first trading day of 2021, the Newcastle thermal coal futures contract price closed with a correction. Despite the weakening, the contract prices that were actively traded were still above US$ 80/ton.

Monday (4/1/2021), the ICE Newcastle thermal coal contract price which ended on February 26, 2021 fell 0.43% to US$

81.4/ton. The price of the jet stone has continued to decline since setting a record high of US$ 85.5/ton towards the close of 2020.

The correction that has occurred this time is a healthy correction considering that the prices of these leading Indonesian and Australian commodities have been racing since mid-October last year.

The increase in coal prices cannot be separated from the revival of China's economy. When other countries experience recession, the economy of the Bamboo Curtain Country is experiencing growth.

The fast economic recovery in China has made the demand for coal increase along with the increase in electricity consumption and the stretching of the manufac- turing sector. At the same time, the local coal supply is in fact tight so that China's domestic coal price has increased rapidly.

Referring to Refinitiv data, Qinhuangdao's reference thermal coal price of 5,500 Kcal/kg went to RMB 743 / ton last week.

The coal price is much higher than the target range set by the Chinese government at RMB 500 - 570 per tonne.

Perdagangan Perdana 2021, Harga Batu Bara Turun Tipis

P

ADA perdagangan pertama tahun 2021, harga kontrak futures (berjangka) batu bara termal Newcastle ditutup dengan koreksi.

Kendati melemah harga kontrak yang aktif ditransaksikan tersebut masih di atas US$

80/ton.

Senin (4/1/2021), harga kontrak batu bara termal ICE Newcastle yang berakhir 26 Februari 2021 tersebut turun 0,43% ke US$ 81,4/ton.

Harga si batu legam terus mengalami penurunan sejak mencetak rekor tertingginya di US$ 85,5/ton jelang penutupan tahun 2020.

Koreksi yang terjadi kali ini merupakan koreksi yang sehat mengingat harga komoditas unggulan Indonesia dan Australia tersebut sudah melesat sejak pertengahan bulan Oktober tahun lalu.

Kenaikan harga batu bara tak lepas dari bangkitnya ekonomi China. Ketika negara- negara lain mengalami resesi, ekonomi Negeri Tirai Bambu justru mengalami pertumbuhan.

Pemulihan ekonomi yang cepat di China membuat permintaan terhadap batu bara meningkat seiring dengan kenaikan konsumsi listrik dan geliat sektor manufaktur. Di saat yang sama, pasokan batu bara lokal justru sedang ketat-ketatnya sehingga harga batu bara domestik China mengalami kenaikan pesat.

Mengacu pada data Refinitiv, harga batu bara termal acuan Qinhuangdao 5.500 Kcal/kg tembus ke RMB 743/ton minggu lalu. Harga batu bara tersebut jauh lebih tinggi dari rentang target yang ditetapkan oleh pemerintah China di RMB 500 - 570 per ton.

TABLE OF CONTENTS. No. Title Media Source Page