• Tidak ada hasil yang ditemukan

(SMP) DI KOTA MAJENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(SMP) DI KOTA MAJENE"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DAN JANGKAUAN PELAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) DI KOTA MAJENE

SKRIPSI

Tugas Akhir-465D5206 Periode III

Tahun 2017/2018

Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Teknik

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

OLEH:

R.NURFATIN DH D52113511

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)

ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DAN JANGKAUAN PELAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) DI KOTA MAJENE

R. Nurfatin DH1), Arifuddin Akil2), Yasinta Kumala Dewi2)

1)Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

2)Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

E-mail:fatin.ady191010@gmail.com

ABSTRAK

Fasilitas pendidikan SMP merupakan salah satu kebutuhan masyarakat di kota Majene yang terus mengalami peningkatan kebutuhan akan ruang/lahan seiring dengan semakin tingginya permintaan. SMP yang lokasinya tidak sesuai radius secara spasial dapat mengakibatkan kerugian seperti jarak dan waktu tempuh yang lebih lama yang berakibat tidak efektifnya pelayanan SMP.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah fasilitas pendidikan SMP di kota Majene dan apakah pelayanannya telah menjangkau seluruh penduduk yang membutuhkan serta mengetahui jumlah SMP ideal seharusnya dibangun di kota Majene dan lokasi pembangunannya sampai 20 tahun kedepan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yang didukung metode analisis evaluasi kecukupan fasilitas dan analisis spasial. Untuk menentukan radius pelayanan SMP digunakan analisis analisis network dengan aplikasi GIS dan untuk mengetahui pesebaran lokasi pembangunan SMP digunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis spasial overlay terhadap lokasi potensial berdasarkan RDTR kawasan kota Majene.

Hasil penelitian menunjukkan, tingkat evaluasi kecukupan (eksisting 2016) Kecamatan Banggae memerluhkan 6 unit SMP dan Kecamatan Banggae Timur telah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan jumlah penduduk.Wilayah jangkauan pelayanan SMP di Kecamatan Banggae sebanyak 19,57

% dan Kecamatan Banggae Timur sebanyak 31,95 % dari luas wilayahnya. Berdasarkan proyeksi 20 tahun kedepan, Kecamatan Banggae memerlukan 10 unit dan Kecamatan Banggae Timur sebanyak 2 unit SMP dengan arahan penempatan fasilitas SMP mengacu pada lokasi potensial berdasarkan RDTR kawasan kota Majene.

Kata kunci : Kebutuhan, Radius Pelayanan, SMP, Kota Majene

(4)

ANALYSIS OF THE NUMBER OF NEEDS AND COVERAGE OF JUNIOR HIGH SCHOOL SERVICES

IN MAJENE CITY

R. Nurfatin DH1), Arifuddin Akil2), Yasinta Kumala Dewi2)

1) Regional and City Planning Student, Faculty of Engineering, Hasanuddin University.

2) Regional and City Planning Lecturer, Faculty of Engineering, Hasanuddin University.

E-mail:fatin.ady191010@gmail.com

ABSTRACT

Junior high school education facility is one of the needs of the people in Majene city which continues to experience the increasing demand for space / land along with the increasing demand.

SMPs that are not spatially appropriate radius can result in losses such as distance and longer travel time which result in ineffective SMP services. This research was conducted with the aim to know the number of junior high school education facilities in Majene city and whether the service has reached all the population in need and know the ideal number of junior schools should be built in Majene city and its development location until 20 years. The research method used is descriptive research method supported by the analysis method of facility adequacy and spatial analysis. To determine the SMP service radius, network analyst analysis with GIS application was used, and to find out the spreading of SMP development location, it was used quantitative descriptive analysis and spatial overlay analysis on potential location based on RDTR of Majene city area. The results showed that the level of evaluation of adequacy (existing 2016) District Banggae mempluhkan 6 units of SMP and District of Banggae East has been in accordance with the level of needs and population. Area of SMP service in Banggae District as much as 19.57%

and District Banggae East 31.95 % of its territory. Based on the projection for the next 20 years, Banggae District requires 10 units and East Banggae Sub-district as much as 2 units of Junior High School with the direction of SMP facility placement referring to potential locations based on RDTR of Majene city area.

Keywords: Needs, Service, SMP, Majene city

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Jumlah Kebutuhan dan Jangkauan Pelayanan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Majene” ini dapat tersusun tepat waktu. Salawat dan salam juga semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan panutan kita bersama sebagai umat muslim, “Baginda Rasulullah SAW”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan rintangan, namun berbekal pengetahuan yang ada serta ketekunan yang baik sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kekeliruan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin.

Gowa, 24 Januari 2018

Penulis

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirobbil Alamin. Segenap puji dan syukur kehadirat Allah, SWT atas segala rahmat dan limpahan karunia dan petunjuk-Nya yang tiada terhitung dari alam rahim hingga saat ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan keapada junjungan kita baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasalam. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung serta dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhana Wa Taala, yang senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan, kemampuan dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan banggakan, papa tercinta alm.

H. R. Yudi Hardadi, S.Sos., MM yang walaupun hingga selesainnya tugas akhir ini papa tidak bisa melihat dan berada disamping penulis namun, penulis yakin papa akan tersenyum di sisi Allah SWT dengan bangga karena penulis bisa menyelelesaikan permintaan terakhir papa dengan baik. Ummi tersayang Hj. Ida Nursanti, SE., MH terima kasih atas curahan cinta dan kasih sayangnya, perhatian, pengorbanan, dan limpahan materi serta doa yang mengiringi langkah demi langkah penulis hingga menyelesaikan tugas akhir ini. Jazakillah Khairan Khatsiran Papa dan Ummi.

3. Terima kasih kepada kakak tersayang penulis, Imam Akhmad Zulkarnain M, S.Pi., SE atas segala nasihat dan dukungannya, kakak ipar penulis Amelia Fajriani, S.farm., Apt terima kasih untuk setiap doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis serta ponaka-ponakan tersayang penulis Radika Adytia Pratama yang selalu menjadi penyemangat dan teman bermain dan alm.

Riffat Aris Pranaja yang selalu menghadirkan tawa dan kebahagian meskipun begitu cepat adik Aris pergi meninggalkan kita, penulis yakin adik Aris kini

(7)

menjadi malaikan kecil di surga yang selalu menemani papa (kakek tersayang adik Aris) di sisi Allah SWT.

4. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT, selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr. Techn. Yashinta Kumala Dewi, ST. MIP selaku pembimbing kedua. Terima kasih untuk setiap waktu yang telah disisihkan dan kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, saran dan ilmu yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun tugas akhir ini.

5. Dosen Penguji Tugas Akhir, Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet Trisutomo, MS, Bapak Ir. H. Baharuddin Koddeng, MSA, dan Ibu Wiwik Wahidah Osman, ST, MT, terima kasih untuk ilmu, arahan dan masukan yang sangat berharga yang diberikan kepada penulis sebagai penyempurnaan penulisan tugas akhir ini.

6. Bapak Dr. Eng. Abdul Rachman Rasyid, ST. M.SI, selaku Kepala Studio Akhir Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) “Kepala Studio Kece” terima kasih untuk setiap bantuan, bimbingan dan motivasi yang diberikan selama penulis berada di studio akhir.

7. Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota terima kasih atas bantuan yang diberikan selama penulis menjalani studi.

8. Ibu Venny Veronica Natalia, ST., MT, selaku penasehat akademik penulis dari semester 1 hingga semester 8 dan Dr. Eng. Abdul Rachman Rasyid, ST. M.SI selaku penasehat akademik dari semester 9 hingga semester 10 yang selalu memberikan nasehat, bimbingan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Unhas yang tidak dapat penulis uraikan satu persatu, terima kasih atas segala bimbingan, ilmu pengetahuan dan pengalaman- pengalaman yang baru dan sangat berharga yang penulis dapatkan selama masa perkuliahan.

(8)

10. Dosen Pembimbing di LBE Urban Design, Bapak Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono, M. Eng, dan Bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT, terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang sangat berharga yang diberikan kepada penulis selama masa LBE dan penyusunan proposal tugas akhir.

11. Seluruh Staf Kepegawaian dan tata usaha Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Pak John, Pak Haerul, Pak Syawalli, Pak Hafid dan Ibu Bongko Tiknok yang telah membantu penulis dalam pengurusan kelengkapan berkas-berkas dan administratif selama perkuliahan hingga dalam penyelesaian kuliah.

12. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Periode II dan III Tahun 2017/2018 : Andin ST, Ita ST, Arlyn ST, Kak Anshar ST, Jihan ST, Mita ST, Putri ST, Novi ST, Intan cST, Githa cST, Aldi cST, Ghaly cST, Armand cST, Fakhrizal cST, Hendra cST, Yoga cST, Imam cST, Kak Teten cST, Kak Ibon cST, Kak Ai cST, Kak Yudi cST, Kak Angga cST, Kak Hidayatullah cST, Kak Fikri cST, Kak Aang cST, Kak Baso cST, Kak Masykur cST, Kak Asrul cST, Kak Edy ST, Kak Gita cST, Kak Jeane cST, Kak Milka cST, Kak Isti cST, Kak Idil cST, dan Kak Fakhrul cST. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan teman berjuang selama berada di studio akhir.

13. Teman-teman Labo Urban Design Nosa, Jihan, Novi, Mita, Arlyn, Dimas, Gandi, Amik, Aldi, Fakhrizal, Hendara, Gali dan Buyung terima kasih atas kerjasama dan kepedulian yang diberikan kepada penulis.

14. Teman-teman PWK 2013 yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, terima kasih canda tawa serta suka duka selama masa perkuliahan, semoga di masa depan kita semua sukses di pencapaian masing-masing.

15. Teman-teman KKP tersayang Widi ST, dan Evi ST yang selalu memberikan kebahagiaan disetiap momen yang telah dilalui bersama.

16. Sahabat Abal-abal yang tercinta Lasmita Latif, Novi Pratiwi Adyaksa, Jihan Jamaluddin dan Githa Stacy Tobigo, terima kasih telah menjadi sahabat yang

(9)

Terima kasih telah menjadi tmpat untuk berkeluh kesah serta selalu memberikan motivasi kepada penulis selama ini ♥

17. Belahan jiwa Ari Darmawan Yahya, SE, yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan yang tak henti-hentinya dalam kedaan apapun.

18. Keluarga Palm Kak Fitri dan Idam yang selalu menjadi orang-orang yang ter- asyik yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

19. Teman-teman SMA Wanti, Citra, Ainul, Afiah, dan Sofyan yang selalu menjadi tim penyemangat buat penulis.

20. Teman-teman KKN Gel. 93 Posko Desa Sehat Pattidi, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Aqib, Rahmat, Syah, Wawan, Bryan, Ega, Tenri, Dinda, Sulfi, Suci, Uly, Mawadda, Grace dan Nadila. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan pegalaman berharga selama kurang lebih satu bulan.

21. Semua pihak yang namanya belum sempat disebutkan satu-persatu yang telah membantu selama penulisan dan penyelesaian tugas akhir ini, terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

Demikian ucapan terima kasih yang penulis dapat sampaikan, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan khususnya pengembangan ilmu dalam bidang perencanaan wiliyah dan kota serta dapat memperluas wawasan kita semua. Amin Yaa Rabbal Alamin.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

ABSTRAK ...iii

KATA PENGANTAR ...v

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Manfaat Penelitian ...5

1.5 Lingkup Pembahasan ...6

1.6 Sistematikan Penulisan ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012 ...9

2.2 Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 ...10

2.3 Karakteristik Wilayah ...10

2.4 Pendidikan ...12

2.4.1 Pengertian Pendidikan ...12

2.4.2 Tujuan Pendidikan ...14

2.4.3 Jenjang Pendidikan ...15

2.5 Sarana Pendidikan dan Pembelajaran ...17

2.5.1 Deskripsi Umum ...17

2.5.2 Jenis Sarana ...17

2.5.3 Kebutuhan Ruang dan Lahan ...18

(11)

2.7 Teori Lokasi Dalam Penetuan Fasilitas ...26

2.8 Analisis SIG ...27

2.9 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni ...27

2.10 Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk ...28

2.11 Evaluasi Tingkat Kecukupan dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan ...29

2.12 Network Analyst Dalam SIG ...33

2.13 Kerangka Konsep ...38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...39

3.1.1 Lokasi Penelitian ...39

3.1.2 Waktu Penelitian ...39

3.2 Jenis Penelitian ...39

3.3 Populasi dan Sampel ...39

3.3.1 Populasi ...39

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ...40

3.4 Variabel Penelitian ...42

3.5 Metode Pengumpulan Data ...42

3.5.1 Metode Dokumentasi ...42

3.5.2 Metode Studi Literatur ...42

3.5.3 Metode Observasi ...43

3.5.4 Metode Angket atau Kuesioner ...43

3.6 Metode Analisis Data ...43

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Majene ...47

4.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi ...47

4.1.2 Kependudukan ...49

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...50

4.2.1 Keadaan Geografis dan Administrasi ...50

(12)

4.2.3 Penggunaan Lahan ...52

4.3 Karakteristik Kawasan Pendidikan ...56

4.3.1 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Majene ...56

4.3.2 Persentase Penduduk Usia Sekolah Terhadap Jumlah Penduduk Seluruhnya ...57

4.3.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat Pertama ...58

4.3.4 Tingkat Partisipasi Sekolah ...59

4.3.5 Status dan Akreditas Sekolah Lanjut Tingkat Pertama ...59

4.3.6 Ruang Kelas Menurut Kondisi dan Fasilitas Sekolah ...60

4.3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) ...61

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Fasilitas SMP Saat Ini ...65

5.1.1 Jumlah SMP Eksisting dan Efaluasi Tingka Kecukupan ...65

5.1.2 Jangkauan Radius Pelayanan Eksisting ...67

5.1.3 Waktu Tempuh Fasilitas SMP Eksisting ...71

5.1.4 Angket Kuesioner Pelayanan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama (SMP) ...74

5.2 Proyeksi Kebutuhan SMP ...80

5.2.1 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP ...80

5.2.2 Kebutuhan Lahan ...86

5.2.3 Jangkauan Pelayanan SMP Berdasarkan Proyeksi SMP 20 Tahun Kedepan ...87

5.2.4 Waktu Tempuh Fasilitas SMP 2017-2036 ...90

5.2.5 Arahan Penempatan Fasilitas SMP Berdasarkan Proyeksi ...93

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 105

6.2 Saran ... 106

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Program Ruang Minimum ...19

Tabel 2.2 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran...20

Tabel 2.3 Pembekuan Tipe SD/MI, SLTP/MTs dan SMU ...21

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ...34

Tabel 3.1 Populasi Siswa ...40

Tabel 3.2 Jumlah Sampel ...41

Tabel 3.3 Metodologi Penelitian ...45

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Kab. Majene...49

Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kab. Majene...50

Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kec. Banggae Timur ...51

Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk dan Anggota Rumah Tangga Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae Timur ...51

Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kec. Banggae ...52

Tabel 4.6 Kepadatan Penduduk dan Anggota Rumah Tangga Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae ...52

Tabel 4.7 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kec. Banggae ...56

Tabel 4.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kec. Banggae Timur ...57

Tabel 4.9 Persentase Penduduk Usia Sekolah Terhadap Jumlah Penduduk Seluruhnya ...58

Tabel 4.10 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae ...58

Tabel 4.11 Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Menurut Desa/Kelurahan di Kec. Banggae Timur ...59

Tabel 4.12 Persentase Penduduk Usia 13-15 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Kab. Majene ...59

(14)

Sekolah dan Kecamatan di Kab. Majene ...60

Tabel 4.14 Jumlah Sekolah Berdasarkan Akreditas dan Kecamatan di Kab. Majene ...60

Tabel 4.15 Jumlah Penduduk Siswa SMP Jumalah Penduduk Usia Sekolah dan Jumlaha Lulusan Sd di Kec. Banggae dan Banggae Timur ...61

Tabel 4.16 Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi dan Fasilitas Sekolah di Kab. Majene ...63

Tabel 5.1 Jumlah Fasilitas SMP di kota Majene 2017 ...65

Tabel 5.2 Radius Pelayanan SMP 2017 di kota Majene ...68

Tabel 5.3 Persentase Waktu Tempuh ke SMP 2017 ...71

Tabel 5.4 Minat Siswa Terhadap Kendaraan Umum ...74

Tabel 5.5 Tarif Kendaraan Umum ke Sekolah (PP) ...75

Tabel 5.6 Jenis Kendaraan yang digunakan Ke Sekolah ...76

Tabel 5.7 Jarak yang ditempuh Menuju Sekolah ...76

Tabel 5.8 Lama Waktu Tempuh ke Sekolah ...77

Tabel 5.9 Biaya Transportasi/hari ...78

Tanel 5.10 Alasan Siswa Mwmilih Sekolah ...79

Tabel 5.11 Proyeksi Penduduk Kec. Banggae dan Banggae Timur ...81

Tabel 5.12 Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP di Kec. Banggae Tahun 2017-2036 ...83

Tabel 5.13 Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pelayanan SMP di Kec. Banggae Timur Tahun 2017-2036 ...86

Tabel 5.14 Radius Pelayanan SMP 2016-2036 ...88

Tabel 5.15 Persentase Waktu Tempuh SMP 2016-2036 ...90

Tabel 5.16 Jumlah Fasilitas Berdasarkan Tahapan Pembangunan ...99

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Jangkauan Fasilitas SMP Berdasrkan Radius Pelayanan

di kota Majene ...8

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kec. Banggae dan Banggae Timur ...46

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kab. Majene ...48

Gambar 4.2 Peta Wilayah Kec. Banggae Timur ...53

Gambar 4.3 Peta Wlayah Kec. Banggae ...54

Gambar 4.4 Peta Pola Guna Lahan kota Majene ...55

Gambar 4.5 Peta Mapping Titik Pesebaran SMP ...64

Gambar 5.1 Peta Struktur Ruang ...69

Gambar 5.2 Analisis Persentase Pelayanan dengan Network Analys ...68

Gambar 5.3 Grafik persentase Radius SMP 2016 ...68

Gambar 5.4 Peta Jangkauan Fasilitas SMP Berdasarkan Radius Pelayanan di kota Majene ...70

Gambar 5.5 Analisis Persentase Waktu Tempuh dengan Network Analys ...71

Gambar 5.6 Grafik Persentase Waktu Tempuh SMP 2016 ...72

Gambar 5.7 Peta Jangkauan Fasilitas SMP Berdasrkan Waktu Tempuh di kota Majene ...73

Gambar 5.8 Grafik Minat Terhadap Kendaraan Umum ...74

Gambar 5.9 Grafik Tarif Kendaraan ke Sekolah (PP) ...75

Gambar 5.10 Grafik Kendaraan yang digunakan ke Sekolah ...76

Gambar 5.11 Grafik Jarak ke Sekolah ...77

Gambar 5.12 Grafik Lama Waktu Tempuh ...78

Gambar 5.13 Grafik Biaya Transportasi/hari ...79

Gambar 5.14 Grafik Alasan Memilih Sekolah ...80

Gambar 5.15 Analisis Persentase Pelayanan Proyeksi SMP dengan Network Analys ...87

Gambar 5.16 Grafik Persentase Radius SMP 2016-2036 ...88

(16)

Gambar 5.17 Peta Proyeksi Fasilitas SMP Berdasrkan Radius Pelayanan

di kota Majene ...89 Gambar 5.18 Analisis persentase Waktu Tempuh Proyeksi SMP

dengan Network Analys ...90 Gambar 5.19 Grafik Persentase Waktu Tempuh SMP 2016-2017 ...91 Gambar 5.20 Peta Proyeksi Fasilitas SMP Berdasarkan Waktu Tempuh

di kota Majene ...92 Gambar 5.21 Peta Proyeksi Pelayanan Fasilitas Pendidikan Berdasarkan

RDTR (2012-2032) ...94 Gambar 5.22 Peta Proyeksi Pusat-pusat Permukiman Berdasarkan

RDTR (2012-2032)...95 Gambar 5.23 Peta Proyeksi RTH Kawasan Berdasrakan RDTR

(2012-2032) ...96 Gambar 5.24 Peta Proyeksi Transportasi dan Prasarana Berdasarkan

RDTR (2012-2032) ...97 Gambar 5.25 Peta Analisis Overlay Lokasi Potensial Berdasarkan

RDTR (2012-2032)...100 Gambar 5.26 Peta Analisis Overlay Lokasi Bukan Peruntukan Sarana

Pendidikan Berdasarkan RDTR (2012-2032)...101 Gambar 5.27 Peta Proyeksi Lokasi Potensial Fasilitas SMP Berdasarkan

Hasil Analisis ...102 Gambar 5.28 Peta Tahapan Pembangunan Lokasi Potensial

Berdasarkan RDTR (2012-2032)...103

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi perkembangan lingkungan suatu kota. Pada umumnya perkembangan dan pertumbuhan suatu kota terjadi karena adanya proses urbanisasi, yaitu masuknya penduduk dari luar kota ke dalam lingkungan kota serta jumlah kelahiran yang begitu pesat.

Terjadinya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi proses pembangunan dan perkembangan aktivitas suatu wilayah serta meningkatnya kebutuhan akan ruang/lahan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk kota maka menuntut pula penyediaan kebutuhan hidup baik kebutuhan yang bersifat fisik seperti perumahan, sarana dan prasarana, maupun bersifat non fisik seperti pendidikan, ekonomi, dan rekreasi.

Menurut Soejani dalam Widianantari (2008), kepadatan penduduk seringkali menimbulkan permasalahan dalam penataan keruangan akibat besarnya tekanan penduduk terhadap lahan. Pada daerah-daerah yang penduduknya padat dan persebarannya tidak merata akan menghadapi masalah-masalah seperti masalah perumahan, masalah pekerjaan, masalah pendidikan, masalah pangan, masalah keamanan dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan.

Kneller dalam Widianantari (2008), Pembangunan pendidikan masih menjadi salah satu fokus dalam pembangunan Indonesia sebagai upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat. Peran pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting karena merupakan dasar untuk pengembangan pola berpikir konstruktif dan kreatif. Melalui pendidikan yang cukup memadai, maka seseorang akan bisa berkembang secara optimal baik secara ekonomi maupun sosial. Pendidikan itu sendiri dapat dipandang dari arti luas dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan

(18)

dalam arti proses. Menurut Kneller dalam Widianantari (2008), dalam arti yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik individu.

Dalam Undang-undang 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang dapat meningkatkan, keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu setiap Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional. Secara jelas menyatakan bahwa pemerintah harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan. Baik dalam kehidupan lokal, nasional dan global, Sehingga perlu adanya strategi yang bersifat inovatif yang terencana, terarah dan berkesinambungan.

Fasilitas pendidikan merupakan sarana dasar yang diperlukan dalam program pendidikan dan merupakan salah satu fasilitas sosial yang penting bagi penduduk. Ketercukupan fasilitas pendidikan yang menyangkut sarana dan prasarana akan sangat menunjang keberhasilan program pendidikan.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab tujuh tentang standar sarana dan prasarana dalam pasal 44 ayat 4 dijelaskan tentang standar letak lahan satuan pendidikan secara lebih luas, yaitu : “standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut”. Dalam Standar Nasional Indonesia Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, pada bagian sarana pendidikan dan pembelajaran dijelaskan tentang kebutuhan sarana pendidikan dan pembelajaran untuk jenis sarana Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), untuk satu jenis sarana SLTP didukung oleh jumlah penduduk sebanyak 4.800 jiwa , dengan radius pencapaian 1.000 berdasarkan SNI 03- 1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota.

(19)

Sekolah menengah pertama merupakan tempat sentral pelayanan jenjang pendidikan lanjutan dari sekolah dasar yang ditempatkan pada suatu wilayah.

Sebagai tempat sentral pelayanan pendidikan tingkat menengah pertama pada suatu wilayah. SMP Negeri memiliki dayatarik bagi para siswa dalam memilih sekolah untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat menengah pertama. Hal ini disebabkan karena SMP Negeri diselenggarakan oleh pemerintah dengan program wajib belajar sehingga biaya pendidikan SMP Negeri mendapatkan subsidi dari pemerintah dengan membebaskan siswa dari biaya pendidikan.

Kabupaten Majene memiliki luas wilayah sekitar 947,84 km2 atau 5,6%

dari luas Propinsi Sulawesi Barat 16.990,77 Km2, terdiri atas 8 kecamatan dan 20 Kelurahan serta 62 desa, dengan jumlah penduduk sebesar 161.13 jiwa (BPS Kab.

Majene 2016). Berdasarkan RTRW No.12 Tahun 2012, Kabupaten Majene merupakan Kawasan Strategis Pusat Ibu Kota Pendidikan Sulawesi Barat yang dipusatkan di Kabupaten Majene yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yang terletak di Banggae Timur. Namun, pada kenyataannya fasilitas pendidikan khususnya SMP tidak tersebar secara merata.

Dengan terbatasnya fasilitas sekolah, menunjukkan indikator tidak strategisnya kota Majene sebagai kawasan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1.

Ditinjauh dari jumlah sekolah pada Kecamatan Banggae Timur terdapat 7 unit SMP dan pada Kecamatan Banggae terdapat 2 unit SMP, dengan jumlah penduduk usia sekolah 13-15 tahun sebanyak 4.500 sedangkan jumlah siswa SMP pada Kecamatan Banggae dan Banggae Timur sebanyak 2.842 (Profil Pendidikan Kabupaten Majene Tahun 2016) dan minat masyarakat terhadap pendidikan belum terlalu dianggap penting hal ini dibuktikan dengan angka buta huruf yang masih terdapat 3,47 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Majene. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian antara jumlah siswa saat ini dengan yang seharusnya. Menurut Standard Nasional Indonesia/SNI, dasar penyediaan fasilitas pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang formal (kelurahan dan kecamatan) maupun yang informal (RT dan RW) dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh fasilitas tersebut. Dasar penyediaan suatu faslitas pendidikan juga

(20)

mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada serta jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.

Pada beberapa titik fasilitas Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Kota Majene, tidak tersebar secara merata. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat pelayanan sekolah oleh peserta didik. Aksesibilitas sekolah merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan pendidikan.

Keterjangkauan lokasi sekolah dari tempat tinggal usia wajib belajar perlu menjadi perhatian dan pertimbangan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan.

Menurut Christaller dalam Umasangadji (2015), lokasi sekolah dapat dikaitkan dengan teori tempat sentral yakni adanya range dan threshold bahwa jarak yang ditempuh oleh konsumen menuju tempat sebagai sebuah unit pelayanan di perkotaan sebaiknya memperhatikan jumlah penduduk maksimal namun, fakta menunjukkan tidak meratanya penyebaran fasilitas pendidikan SMP di kota Majene. Sekolah di suatu wilayah yang sesuai standar yang ditentukan merupakan aspek penting dalam mewujudkan layanan pendidikan untuk masyarakat yang terjangkau dan bermutu. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukannya suatu kajian lokasi yang akan didirikan sekolah dan apabila sekolah telah terbangun diperlukannya suatu evaluasi lokasi terhadap sebaran sekolah untuk mengetahui apakah telah sesuai berdasarkan pesebaran permukiman dan kepadata penduduk serta daya tampung atau kapasitas pendidikan menengah pertama yang ada telah mencapai batas minimal penduduk usia sekolah sebagai penggunanya atau belum, baik secara keseluruhan satu kecamatan maupun untuk tiap kelurahan. Sehingga percepatan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun sebagai gerakan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dapat terselenggara dengan cepat. Selain itu, hak tiap-tiap warga negara mendapatkan pendidikan juga dapat terpenuhi dan pendidikan terselenggara dengan optimal.

(21)

Oleh karena itu, ketersedia kebutuhan pelayanan sekolah dasar-menegah pada kawasan pendidikan Majene harus dapat diselaraskan dengan pedoman radius kebutuhan sarana pendidikan dan pesebaran permukiman.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kecukupan jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan radius pelayanannya saat ini pada lokasi penelitian?

2. Bagaimana pengembangan SMP berdasarkan radius pelayanan di kota Majene sampai dengan 20 tahun kedepan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kecukupan jumlah fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Majene dan apakah pelayanannya telah menjangkau seluruh penduduk yang membutuhkan.

2. Untuk mengetahui jumlah SMP yang ideal seharusnya dibangun di Kota Majene untuk seluruh masyarakat penggunanya dan lokasi pembangunan SMP dari tahun 2017 sampai dengan 20 tahun kedepan

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang kebutuhan fasilitas pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Majene, sehingga pihak-pihak yang terkait dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam penentuan maupun evaluasi terhadap kesesuaian lokasi fasilitas pendidikan Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Kota Majene, agar diperoleh hasil yang optimal yaitu sekolah menengah tersebut bisa mencukupi kebutuhan masyarakat

(22)

akan pendidikan menengah, nyaman untuk proses pembelajaran serta mudah dan terjangkau.

1.5. Lingkup Pembahasan Ruang lingkup materi

 Studi radius pelayanan kawasan pendidikan kota Majene menggunakan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

 Studi pelayanan fasilitas pendidikan Majene meliputi proyeksi 20 tahun kedepan

 Studi kawasan dikaikan dengan RTRW Kabupaten Majene dan RDTR Kawasan kota Majene

Ruang lingkup wilayah

Wilayah kawasan penelitian berada di Kecamatan Banggae Timur dan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.

1.6. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

adalah pendahuluan. Bab ini akan membahas tentang latar belakang rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup pembahasan, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

adalah kajian pustaka. Dalam bab ini akan dibahas tentang kajian pustaka yang berisi tentang Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012, karakteristik wilayah, pendidikan, sarana pendidikan dan pembelajaran, teori lokasi dalam penentuan fasilitas, analisis SIG, analisis APK, dan APM, Network Analisis., ketercukupan fasilitas pelayanan. Selain itu dalam bab II juga disajikan kerangka berfikir penelitian.

BAB III Metode Penelitian

(23)

adalah metode penelitian. Pada bab ini dijelaskan tentang tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, tahapan penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV Gambaran Umum

Bagian ini menggambarkan kondisi umum Kabupaten Majene, keadaan geografis dan administrasi, kependudukan Kabuapten Majene, gambaran umum lokasi penelitian, keadaan geografis dan administrasi, kependudukan serta jumlah siswa dan jumlah fasilitas penunjang SMP di lokasi penelitian.

BAB V Pembahasan

Bagian ini berisi pembahasan hasil penelitian meliputi eveluasi tingkat kecukupan fasilitas pendidikan, jangkauan radius pelayanan sekolah, proyeksi kebutuhan fasilitas, pelayanan SMP dan lokasi potensial SMP.

Bab VI Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari kegiatan penilitian yang dilakukan.

(24)

Gambar 1.1

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Majene No. 12 Tahun 2012

Berdasrkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majene, pada Bab V tentang penetapan kawasan strategis pasal 37, kawasan strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Majene sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. Kawasan yang potensial untuk komoditas kakao yang terdapat di Sendana, Tubo Sendana, Tammero’do Sendana, Malunda, dan Ulumanda yang mrupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

b. Kawasan Pengelolaan sumber daya alam minyak Blok Mandar dengan uas 4196,25 Km2 yang berwawasan lingkungan dan terpadu dengan pembangunan kompetensi dan kapasitas SDM Nasional maupun lokal yan meliputi perairan Selat Makassar, Kecamatan Banggae Timur, Kecamatan Banggae, Kecamatan Pamboang, Kecamatan Sendana, Kecamatan Tubo Sendana dan Kecamatan Tammero’do;

c. Kawasan Strategis Pusat Ibu Kota Pendidikan Sulawesi Barat yang dipusatkan di Kabupaten Majene yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yang terletak di Banggae Timur; dan d. Kawasan wisata Budaya Mandar yang merupakan kawasan strategis dari

sudut kepentingan sosial dan budaya yang terdapat di seluruh Kecamatan.

Berdasarkan hal tersebut, Kabupaten Majene menjadi pusat pendidikan untuk Provinsi Sulawesi Barat. Kawasan pusat Pendidikan tersebut terletak di Kecamatan Banggae Timur, yang telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendidikan baik dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi, seperti adanya Universitas Sulawesi Barat, yang merupakan salah satu universitas negeri yang terdapt di Sulawesi Barat.

(26)

2.2 Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007

1. Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 24 rombongan belajar.

2. Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.

3. Satu kecamatan dilayani oleh minimum satu SMP/MTs yang dapat menampung semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.

4. Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMP/MTs

Berdasarkan peraturan tersebut, dapat diketahui sutu unit SMP melayani 1000 jiwa penduduk pendukung, untuk satu kelompok permukiman dan terpencil.

Selaian itu, berdasarkan peraturan menteri pendidikan No. 24 Tahun 2007, untuk tiap SMP memiliki minimal 3 rombongan belajar dengan maksimum 24 rombongan belajar. Hal ini dapat digunakan dalam mengetahui dan mengevaluasi kawasan penelitian terhadap fasilitas pendidikan yang tersedia di kawasan penelitian.

2.3 Karakteristik Wilayah

Wilayah adalah suatu batasan ruang geografis tanpa tapal batas spasial yang akurat baik secara administratif maupun fungsional. Sedangkan menurut Dahuri dalam Hamdi Asep (2014), wilayah adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Hartson dalam Hamdi Asep (2014), mengatakan bahwa wilayah adalah suatu area dengan lokasi spesifik dan dalam aspek tertentu berbeda dengan erea lain. Menurut Glasson dalam Hamdi Asep (2014), ada dua cara pandang yang berbeda tentang wilayah yaitu subjektif dan objektif. Cara pandang subjektif adalah cara untuk mengidentifikasi suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria tertentu atau tujuan tertentu. Pandangan objektif menyatakan wilayah itu benar- benar ada dan dapat dibedakan dari ciri- ciri/gejala alam disetiap wilayah

(27)

(berdasarkan iklim atau konfigurasi lahan, jenis tumbuh-tumbuhan, atau kepadatan penduduk) .

Glasson dalam Hamdi Asep (2014), mengatakan wilayah dapat dibedakan berdasarkan kondisi dan fungsinya. Kondisi wilayah berdasarkan kelompok atas isinya (homogenety) misalnya wilayah perkebunan, wilayah perternakan, wilayah industri dan lain sebagainya. Fungsi wilayah dibedakan dengan kota dan wilayah belakangnya, lokasi produksi dengan wilayah pemasarannya, susunan perkotaan hierarki jalur transportasi dan lain-lain.

Blair dalam dalam Hamdi Asep (2014), yang membagi wilayah atas tiga tipe yaitu:

1. Wilayah Homogen dicirikan oleh adanya kemiripan relatif dalam wilayah, Kriteria tersebut dapat dilihat dari aspek sumber daya alam (iklim, tanah dan vegetasi), sosial, dan ekonomi. Sebagai contoh Kawasan Puncak adalah wilayah homogen berdasarkan iklim yang sejuk, wilayah kumuh dan perkotaan homogen dengan penduduk miskin, wilayah miskin adalah homogen sebagai wilayah yang tertinggal dan terbelakang karena tidak tersentuh oleh manfaat pembangunan, wilayah jasa adalah homogen wilayah perdagangan dan jasa-jasa lainnya dan wilayah Pantura homogen yang berkonotasi sebagai sebagai produksi padi.

2. Wilayah Fungsional, dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi ke wilayah luar.

Terbentuknya wilayah fungsional dikarenakan adanya pelaku ekonomi yang saling berinteraksi antara mereka dengan luar wilayah. Wujud dari wilayah fungsional adalah wilayah nodal.

3. Wilayah Admistratif, dibentuk untuk kepentingan pengelolaan atau organisasi oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain. Batas geografis dilandasi oleh keputusan politik dan hukum. Wilayah admistratif lebih dianggap penting karena sering digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan pembagian wilayah berdasarkan propinsi, kota, kabupaten, kecamatan dan pedesaan. Wilayah administratif sering menjadi penentu perkembangan wilayah homogen dan atau wilayah fungsional.

(28)

Berdasrakan karakteristik wilayah, kota Majene, merupakan salah satu bentuk administratif, yang perkembangan wilayahnya di dasarkan pada batas geografisnya. Berdasrkan RTRW Kabupaten Majene, kawasan strategis pendidikan Provinsi di batasi hanya terdapat di satu Kecamatan yakni Kecamatan Banggae Timur.

2.4 Pendidikan

2.4.1 Pengertian Pendidikan

Terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak bisa terlepaskan dari dunia pendidikan. Menurut M. Ngalim Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), pendidikan mengandung suatu pengertian “segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”. Uyoh Sadulloh Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), mengartikan pendidikan secara khusus dan luas, “pendidikan dalam arti khusus sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewas untuk mencapai kedewasaan dan pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat”.

Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris, menurut I Markus Willy dan M.

Dikkie Darsyah Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), menyebut pendidikan sebagai “education”. Porwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mengutarakan kata pendidikan berasal dari kata “didik, mendidik, yang berarti memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Kemudian kata didik tersebut mendapat awalan pen- dan akhiran kan- membentuk kata benda abstrak, yaitu pendidikan yang berarti perbuatan (hal, cara) mendidik”.

Jadi, terdapat proses pemberian perlakuan kepada anak untuk bertindak dengan budi pekerti yang baik dan berpikir dengan cerdas.

Para tokoh pendidikan dunia dan Indonesia memberikan sumbangsi dalam mengkonsepsikan pengertian pendidikan. Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), mengemukakan beberapa pengertian pendidikan sebagai berikut:

(29)

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektuan dan emosional ke arah alam sesama manusia.

b. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa anak- anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

c. Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.44

Pendidikan sebagai amanat dari pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka pemerintah memiliki peranan dalam mengkonsepsikan pengertian pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003. Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan pada Bab I tentang ketentuan umum secara lebih luas pada pasal satu ayat satu, yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mangembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperluan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.

Hadi Supeno Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), mengemukakan bahwa pendidikan adalah “proses panjang dari sebuah interaksi dan komunikasi antara anak didik dengan pendidik dan lingkungan sekitar, eksplorasi alam, serta daya juang penyerapan, pengetahuan dan pengalaman untuk memperoleh perubahan perilaku”.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk terangkatnya harkat dan martabat hidup terhadap diri seseorang dalam perkembangan dan kemajuan menjalani kehidupan dengan akhlak yang baik dan pola pikir yang benar sehingga akan terwujud sumber daya manusia yang berkualitas.

(30)

2.4.2 Tujuan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan yang disesuaikan dengan kehendak yang dicapai. Menurut Uyoh Sadulloh Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), tujuan pendidikan merupakan “gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok”. Ngalim Purwanto Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), menggambarkan suatu perubahan tujuan pendidikan yang didasarkan pada periode pemerintahan. Perihal ini sangat erat kaitannya dengan cara memandang suatu falsafah untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

Dalam tataran internasional, dalam buku Jayadi Damanik merujuk pada pasal 26 ayat dua DUHAM 1948 dan pasal 13 ayat satu Konvenan tentang hak- hak ekonomi, sosial, dan budaya Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), bahwa tujuan pendidikan yang paling fundamental adalah “educational shall be directed to the full development of the human personality”. Tujuan pendidikan dalam hal ini memiliki makna bahwa pendidikan untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Pendidikan di Indonesia sebagai usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang berlandaskan kepada Pancasila dan UUD 1945 maka tujuan pendidikan nasional dirumuskan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional. Tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan pada bab dua tentang dasar, fungsi, dan tujuan secara lebih luas pada pasal tiga, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Tujuan pendidikan merupakan suatu kehendak yang dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan dengan orientasi kepada falsafah suatu bangsa yang dianut. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memiliki tujuan yang telah

(31)

tercantum dalam undang-undang. Tujuan pendidikan di Indonesia bukan hanya sekedar mengembangkan diri manusia dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor melainkan juga beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan etika dan moral.

2.4.3 Jenjang Pendidikan

Usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan harus terus berlanjut hingga akhir hayat. Ngalim Purwanto dalam Herlita Sisca dkk (2013), mengemukakan bahwa “sesuai dengan asas pendidikan yang dianut pemerintah dan bangsa Indonesia, yakni pendidikan seumur hidup (life long education), maka pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah”.

Jenjang pendidikan dalam undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab I tentang ketentuan umum, kemudian pada pasal 1 ayat 8 diuraikan pengertian jenjang pendidikan secara lebih luas, yaitu: Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Berikut jenjang pendidikan dalam undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab enam, bagian satu, pasal 14 tentang jenjang pendidikan, yaitu jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.

Berikut uraian jenjang pendidikan 1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat, hal ini tertuang pada pasal 17 ayat satu dan dua dalam undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab enam, bagian kedua.

(32)

Pada jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang yang harus diikuti oleh anak bangsa Indonesia. Rentang usia peserta didik diatur dalam undang- undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab tiga, bagian kesatu pasal enam, ayat satu secara lebih luas yaitu “setiap warga negara yang berusia tujuh tahun samapai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”. Kemudian pada bagian kedua, pasal 7 ayat satu bahwa “orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang pendidikan anaknya”.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat, hal ini tertuang pada pasal 18 ayata 1 dan tiga dalam undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab enam, bagian ketiga.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan “jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup progaram pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor oleh perguruan tinggi”.

Perkembangan peserta didik dalam pendidikan disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Jenjang pendidikan merupakan tahapan proses yang dilalui dalam usaha manusia mengembangkan potensi dirinya.

Berdasarkan dari pengertian pendidikan, tujuan pendidikan dan jenjang pendidikan, semua masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang layak untuk mempunyai suatu tujuan yang lebih baik, kualitas pendidikan pada setiap jenjangnya perluh diperhatikan agar mutu pendidikan yang diterima olah masyarakat sesuai. Hal inilah yang mendasari penelitian ini, pada kawasan pendidikan khususnya sebagai kawasan strategis pengembangan pendidikan di Sulawesi Barat, Kota Majene harus mampu memberikan pelayanan pendidikan sesuai jenjangnya.

(33)

2.5 Sarana pendidikan dan pembelajaran 2.5.1 Deskripsi umum

Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut.

Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada.

Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan:

a. berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan;

b. optimasi daya tampung dengan satu shift;

c. effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu;

d. pemakaian sarana dan prasarana pendukung;

e. keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya.

2.5.2 Jenis sarana

Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU).

(34)

Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi:

a. taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan;

b. sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun;

c. sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah sekolah dasar (SD);

d. sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi;

e. sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan.

2.5.3 Kebutuhan ruang dan lahan

Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan pada penentuan kebutuhan ruang dan lahan adalah:

a. Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus disediakan didasarkan pada tipe sarana pendidikan.

b. Kebutuhan sarana pendidikan prabelajar serta pendidikan tingkat dasar dan c. menengah, harus direncanakan berdasarkan perhitungan proyeksi jumlah siswa dengan cara sebagaimana Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan Rumus 5, yang akan menentukan tipe sekolah serta kebutuhan jumlah ruang, luas ruang dan luas lahan. Rumus 2, Rumus 3, Rumus 4 dan Rumus 5, dipergunakan juga untuk menghitung penambahan ruang-ruang belajar pada sekolah-sekolah yang sudah ada.

(35)

d. Perencanaan kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana pendidikan didasarkan tipe masing-masing sekolah yang dibedakan menurut:

1. jumla rombongan belajar;

2. jumlah peserta didik;

3. jumlah tenaga kependidikan; kepala sekolah; wakil kepala sekolah; tenaga tata usaha;

4. kebutuhan ruang belajar, ruang kantor, dan ruang penunjang;

5. luas tanah, dan lingkungan / lokasi sekolah

e. Kebutuhan luas lantai dan lahan untuk masing-masing sarana pendidikan tergantung pada tipe sekolah untuk masing-masing tingkatan pendidikan.

Tabel 2.1 Kebutuhan Program Ruang Minimum

No Jenis Sarana Program Ruang

1 Taman Kanak-kanak

Memiliki minimum 2 ruang kelas @ 25-30 murid. Dilengkapi dengan ruang-ruang lain dan ruang terbuka / bermain ± 700 𝑚2

2 Sekolah Dasar Memiliki minimum 6 ruang kelas @ 40 murid dilengkapi dengan ruang-ruang lain dan ruang terbuka / bermain ± 3000 − 7000 𝑚2 3 SLTP

4 SMU

5 Taman Bacaan Memiliki minmum 1 ruang baca @ 15 murid

Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

(36)

Tabel 2.2 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk Pendudkung

(jiwa)

Kebutuhan Per Satuan

Sarana Standar (𝒎𝟐 / jiwa)

Kriteria

Keterangan Luas Lantai

Min. (𝒎𝟐)

Luas Lahan Min. (𝒎𝟐)

Radius Pencapaian

Lokasi dan Penyelesaian 1 Taman Kanak-kanak 1.250 216 termasuk

rumah penjaga 36 𝑚2

500 0,28 𝑚2 / j 500 𝑚 Ditengah

kelompok warga.

Tidak

menyeberang jalan raya. bergabung dengan taman sehingga terjadi pengelompokan kegiatan.

2 rombongan prabelajar @ 60 murid dapat bersatu dengan sarana lain

2 Sekolah Dasar 1.600 633 2.000 1,25 1.000 𝑚 Kebutuhan

harus berdasarkan perhitungan dengan rumus 2, 3 dan 4.

Dapat digabung dengan sarana pendidikan lain, mis. SD, SMP, SMA dalam satu komplek

3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 𝑚 Dapat dijangkau

dengan kendaraan umum. Disatukan dengan lapangan olahraga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan.

4 SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 𝑚

5 Taman Bacaan 2.500 72 150 0,09 1.000 𝑚 Di tengah

kelompok warga tidak menyebrang jalan lingkungan.

Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

(37)

Tabel 2.3 Pembekuan Tipe SD/MI, SLTP/MTS dan SMU

Tingkat Pendidikan Tipe Sekolah Rombongan Belajar Peserta Didik (Siswa) Lokasi

SD/MI Tipe A

Tipe B Tipe c

12 9 6

480 360 240

Dekat dengan lokasi ruang terbuka lingkungan

SLTP/MTs Tipe A

Tipe B Tipe c

27 18 9

1.080 720 360

SMU Tipe A

Tipe B Tipe C

27 18 9

1.080 720 360

Sumber: SNI SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

(38)

Berdaskan SNI SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota, fasilitas pendidikan memiliki standar-standar terhadap masing- masing jenjang pendidikan, sehingga hal ini dapat diteliti untuk mengetahui kesesuaian dan kebutuhan Kota Majene, sebagai kawasan pendidikan di Sulawesi Barat dalam penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih baik dan merata.

2.6 Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota

Penerapan Standar Pelayanan Minimal perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar di kabupaten/kota, bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar. SPM Pendidikan dalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidi- kan formal yang diselenggarakan daerah kabupaten/kota.

Standar Pelayanan Miniman Pendidikan Dasar (Pasal 2), yakni:

1. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan merupak- an kewenangan kabupaten/kota.

2. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota :

1) Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil;

2) Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis;

3) Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta

(39)

didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

4) Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.

5) Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta di- dik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;

6) Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pela- jaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

7) Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kuali kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki serti- kat pendidik;

8) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kuali kasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35%

dari keseluruhan guru) telah memiliki serti kat pendidik, untuk daerah khusus masing- masing sebanyak 40% dan 20%;

9) Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kuali kasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki serti kat pendidik masing- masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris;

10) Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkuali kasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki serti kat pendidik;

11) Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkuali kasi aka- demik S-1 atau D-IV dan telah memiliki serti kat pendidik;

12) Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan

(40)

madrasah memiliki kualikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki serti kat pendidik;

13) Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan

14) Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

b. Pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan :

1) Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;

2) Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;

3) Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA;

4) Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku ref- erensi;

5) Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan;

(41)

6) Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut :

a. a) Kelas I – II : 18 jam per minggu;

b. b) Kelas III : 24 jam per minggu;

c. c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau d. d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;

7) Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

8) Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran ;

9) Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

10) Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;

11) Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik;

12) Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/ UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan

13) Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu variabel-variabel yang menyebabkan stress kerja karyawan kontraktor pada proyek konstruksi, yaitu: tuntutan antar personal, faktor

bahasa (linguistik variable), yang dinyatakan dengan fungsi keanggotaan, dalam semesta U. Keanggotaan suatu nilai pada himpunan dinyatakan dengan derajat keanggotaan yang

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

terdapat 0,745 (p> 0,05) menunjukan nilai tidak signifikan dibanding dengan kontrol negatif, secara statistik berarti tidak memiliki aktivitas yang signifikan dan tidak

“ Boerhavia diffusa (Punarnava) Root Extract as green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Hydrochloric Acid Solution: Theoritical and Electrochemical Studies.”

Penelitian yang berlangsung selama enam bulan bertujuan untuk mengkaji komposisi ikan terkait dengan perubahan ukuran panjang tubuh ikan bilis.. Pengambilan contoh

Setelah dilakukan perbaikan oleh guru pada tahap mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan materi dengan cara meningkatkan keterampilan bertanya dan membina

Hasil wawancara dengan Bapak Saiful staff Angkutan di Dinas Perhubungan Kota Malang pada 16 maret 2015.. penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek mengenai alih