• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

324 UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA

Mohamad Muspawi, Amirul Mukminin, Rika Syaf Putri Program Studi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Jambi

Email authors: mohamad.muspawi@unja.ac.id ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan pendidikan kewirausahaan di SMKN 1 Kota Jambi dalam mendorong minat siswa untuk memulai usaha sendiri ditinjau dari indikator input, proses atau pelaksanaan, dan output atau keberhasilan. Desain penelitian studi kasus, penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan deskriptif kualitatif.

Kepala sekolah dan guru kewirausahaan di SMKN 1 Kota Jambi dijadikan sebagai subjek penelitian. Memanfaatkan pengambilan sampel snowball, subjek penelitian akan dipilih. Wawancara adalah pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Semua mata pelajaran di SMKN 1 Kota Jambi termasuk ke dalamnya pendidikan kewirausahaan. Guru kewirausahaan harus memiliki pengalaman bisnis di rumah dan latar belakang pendidikan kewirausahaan agar dapat memberikan contoh yang baik bagi anak didiknya. Model yang digunakan yaitu yaitu Discovery learning, Inquiry Learning, Program Based Learning dan Project based learning. Indikator penilaian melalui laporan pengamatan, ulangan harian, dan ulangan akhir semester ujian praktik. (2) Infrastruktur yang lebih dari cukup merupakan aspek pendukung. Ketidaktahuan siswa akan pentingnya pendidikan kewirausahaan menjadi kendala utama.

Kata Kunci : Pendidikan, Kewirausahaan, Minat Berwirausaha

1. PENDAHULUAN

Suatu bangsa harus mampu bersaing dan menjawab segala rintangan yang akan muncul dalam pasar global di masa modern yang mengglobal ini. Akan banyak kesulitan di masa depan, salah satunya adalah dinamika persaingan kerja yang semakin hari semakin berat dan meningkatkan jumlah pengangguran. Pemerintah harus bertindak cepat untuk mengatasi masalah ini karena jumlah pengangguran produktif terus meningkat akibat keterampilan yang masih kurang. Rendahnya tingkat pendidikan dalam mengembangkan sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah pengangguran. Pengembangan

(2)

325 sumber daya manusia yang berkualitas dapat difasilitasi dengan pendidikan kewirausahaan.

Kewirausahaan membantu orang menjadi lebih percaya diri, mandiri, dan kreatif. Pendidikan kewirausahaan dituntut untuk mampu menata rasa percaya diri, kemandirian, dan kreativitas. Dengan mempelajari kewirausahaan, seseorang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaannya.

Untuk menurunkan tingkat pengangguran dan meningkatkan standar sumber daya manusia, pendidikan kewirausahaan lebih menekankan pada penciptaan lapangan kerja dari pada pencarian kerja (Hendrato , 2018).

Pendidikan Kewirausahaan adalah jenis program pendidikan yang beroperasi di bawah pemikiran bahwa memberdayakan siswa dengan kompetensi membutuhkan pemahaman yang kuat tentang kewirausahaan.

Siswa akan memperoleh manfaat tambahan dari pendidikan kewirausahaan yang relevan dengan fungsinya dalam kehidupan sehari- hari. Siswa akan dapat berkolaborasi dengan banyak pihak yang terlibat dalam proses berkat pendidikan kewirausahaan ini. Dengan kata lain, pendidikan kewirausahaan mengembangkan peserta didik yang tidak hanya cakap secara intelektual tetapi juga mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Aini, 2018). Selanjutnya (Delitasari & Hidayah, 2017) menjelaskan bahwa pendidikan kewirausahaan harus dilaksanakan sedini mungkin agar generasi penerus bangsa mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup.

Pendidikan kewirausahaan sebenarnya memiliki beberapa tujuan, namun secara garis besar tujuan pendidikan kewirausahaan adalah untuk membantu memecahkan persoalan bangsa saat ini dengan menumbuhkan kreativitas, keberanian, dan pola pikir kewirausahaan bangsa. Ini akan membantu mengurangi masalah pengangguran. Atau mungkin bisa dicari solusinya, membentuk kesejahteraan dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Meskipun hanya 2% pelaku bisnis di Indonesia yang berwirausaha, jumlah ini setidaknya 30% di negara maju. Hal ini akan menjadi masalah bagi dunia pendidikan Indonesia, untuk meningkatkan

(3)

326 jumlah pelaku bisnis di Indonesia, agar mahasiswa dituntut untuk menggunakan pendidikan kewirausahaan sejak dini atau sedini mungkin (Rohmah , 2017).

Secara bahasa (Etimonologi) mengartikan minat sebagai usaha dan motivasi untuk belajar dan mencari sesuatu. Minat diartikan secara terminologi sebagai keinginan, kesukaan, atau kesiapan terhadap sesuatu.

Sesuatu yang dapat menarik perhatian adalah sesuatu yang menarik perhatian. Minat mengungkapkan keinginan, aktivitas, dan preferensi seseorang. Jika seseorang tertarik pada sesuatu, maka minat tersebut akan dipupuk oleh perilakunya (Aprilianty, 2012). Aini (2018) menjelaskan minat dan kewirausahaan merupakan komponen dari minat berwirausaha. Salah satu kualitas terpenting, selain bakat dan kecerdasan, yang memengaruhi seberapa baik seseorang mengerjakan tugas adalah minat. Jika seseorang tertarik dengan pekerjaan yang dilakukannya, itu akan terus menjadi peluang besar baginya untuk menyelesaikannya dengan lancar dan sukses. Minat adalah pemahaman seseorang tentang sesuatu yang memotivasi mereka untuk memberikan perhatian penuh pada objek tertentu dan senang terlibat dalam aktivitas yang terkait dengan objek itu.

Kepala SMKN 1 Kota Jambi memaparkan beberapa permasalahan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan pada 20 November 2020 berdasarkan temuan kajian awal. Permasalahan tersebut antara lain: 1) Pendidikan kewirausahaan tidak berjalan sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh pendidikan kewirausahaan tidak dapat menciptakan manusia yang percaya diri dan siap kerja; 2) Pelatihan pendidikan kewirausahaan masih kurang, hanya dilakukan setahun sekali; dan 3) Terdapat guru yamg mengajar pendidikan kewiirausahaan tidak sesuai dengan latar belakang dari pendidikan kewirausahaan itu sendiri. Oleh karenanya, sebagai seorang pimpinan kepala sekolah memang dituntut untuk cepat merespon keadaan yang ada, sebagaimana yang dikatakan oleh Muspawi (2020) bahwa kepala sekolah hendaknya peduli dan cepat

(4)

327 tanggap terhadap kondisi yang ada di sekolah yang ia pimpin, termasuk dalam konteks ini masalah pelaksanaan pendidikan kewirausahaan.

Pemerintah mengeluarkan Inpres No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Masyarakat Nasional dan Membina Kewirausahaan dalam upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan memperbanyak jumlah usaha.

Tujuan pembelajaran ini adalah untuk membantu masyarakat Indonesia dan seluruh dunia menciptakan inisiatif kewirausahaan. Namun, belum semua SMK di Indonesia mengadopsi konsep pendidikan kewirausahaan.

SMK Negeri 1 Kota Jambi merupakan salah satu sekolah yang mengadopsi pembelajaran kewirausahaan. Pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan, perumusan kebijakan pendidikan kewirausahaan tingkat SMK, dan variabel-variabel yang mempengaruhi pendidikan kewirausahaan siswa semuanya masih memerlukan analisis.

2. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (case study). Data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah berupa hasil wawancara dari pihak sekolah yaitu guru mata pelajaran kewirausahaan dan kepala sekolah di SMKN 1 Kota Jambi. Dalam penelitian ini data sekunder berupa data yang diperoleh dari buku-buku, artikel, dan beberapa literatur yang berhubungan dengan pembahasan penelitian. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik snowball yang dimana teknik snowball ini merupakan teknik beberapa sampel awal digunakan untuk merekrut lebih banyak subjek, atau subjek diminta untuk mengusulkan orang tambahan yang mereka kenal yang memenuhi kriteria sampel yang diperlukan. Sampai peneliti memiliki cukup data untuk dievaluasi, strategi ini terus menumbuhkan populasi responden seperti bola salju yang menggelinding menuruni bukit. Wawancara adalah metode utama pengumpulan data dalam penelitian ini. Pendekatan wawancara melibatkan dua pihak: pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

(5)

328 yang diwawancarai yang menanggapi pertanyaan. Dialog memiliki tujuan yang jelas (Creswel, 2013). Untuk memperoleh informasi dan statistik tentang pemanfaatan pendidikan kewirausahaan dalam mendorong minat berwirausaha siswa di SMKN 1 Kota Jambi digunakan wawancara mendalam.

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian inni adalah teknik ketekunan pengamatan, triangulasi dan mengadakan member check. Peneliti menggunakan model analisis data yang dikemukakan oleh (Moleong, 2006) yang mengemukakan bahwa kegiatan analisis data kualitatif dapat diupayakan secara interaktif dan berkesinambungan hingga selesai atau diakhiri, sehingga terjadi kejenuhan terhadap informasi yang diperoleh. Reduksi informasi, tampilan informasi, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi adalah semua komponen analisis informasi.

Dapat dijelaskan bahwa dalam menganalisis data penulis melaksanakan langkah-langkah selaku berikut: 1). Data reduction (Reduksi data). Mereduksi informasi ialah Mengurangi informasi melibatkan meringkas, memisahkan rincian penting, berkonsentrasi pada rincian penting, mencari tema dan pola, dan menghilangkan rincian yang tidak relevan. Ini akan membantu informasi yang diringkas mencerminkan dengan cara yang lebih baik dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data tambahan dan melakukan pencarian yang diperlukan.

Memanfaatkan alat teknologi seperti PC dan pengkodean elemen khusus dapat membantu pengurangan informasi. 2). Data display (penyajian data).

Data yang telah direduksi, setelah itu didisplay. Penyajian data dilakukan dalam wujud penjelasan singkat, bagan, ikatan antar jenis flowchart dan sejenisnya. 3). Conclusion Drawing/ verification. Verifikasi dan kesimpulan adalah langkah selanjutnya. Temuan awal bersifat sementara dan dapat direvisi jika bukti kuat ditemukan untuk menjamin metode pengumpulan data tambahan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

329 Temuan dan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1 Kota Jambi dengan 5 peserta tentang Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan untuk Menumbuhkan Minat Wirausaha Siswa ditinjau dari aspek Input, Proses, dan Output disajikan sebagai berikut:

Penerapan Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Kota Jambi dilihat dari Segi Input, Proses, dan Output

Pendidikan kewirausahaan yang ada pada SMKN 1 Kota Jambi terintegrasikan pada semua mata pelajaran. Mata pelajaran ini didapatkan oleh semua jenjang kelas dan bidang keahlian di SMK.

a. Input

Tidak ada prasyarat tes peminatan pendidikan kewirausahaan untuk dapat mengikuti pelatihan pendidikan kewirausahaan di SMKN 1 Kota Jambi. Semua jenjang dan kelas SMKN 1 Kota Jambi memasukkan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulumnya. Semua jurusan di SMK wajib mengikuti mata kuliah Produk Kreatif. Oleh karena itu, fokus kurikulum kewirausahaan SMKN 1 Kota Jambi menitikberatkan pada Mata Pelajaran Produk Kreatif.

SMKN 1 Kota Jambi memilih seseorang tenaga pendidik pendidikan kewirausahaan setidaknya telah berwirausaha di kalangan masyarakat.

Perihal ini bertujuan supaya tenaga pendidik bisa sebagai subjek dari pendidikan kewirausahaan sehingga siswa dengan mudah dalam mempelajari pendidikan kewirausahaan karena tenaga pendidik yang mengajar mereka telah menguasai kewirausahaan itu sendiri. Selain itu guru juga dapat berfungsi sebagai motivator secara langsung dan contoh yang baik bagi siswa. Jika guru yang mengajar kewirausahaan telah menguasai teknik kewirausahaan maka siswa dengan mudah mempercayai suatau keberhasilan dari kewirausahaan. Khusus buat guru Pembelajaran Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Kota Jambi memanglah telah mempunyai kualifikasi sendiri yang wajib dipunyai oleh pendidik dari mata pelajaran Pembelajaran Kewirausahaan tersebut.

(7)

330 Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh guru yang mengajar pendidikan kewirausahaan sebagai berikut:

“sayakan lulusan dunia usaha jadi saya harus mampu memberikan contoh kepada rekan saya serta peserta didik. Jadi, saya bukan hanya mengajar tentang kewirausahaan, tetapi juga melakukan wirausaha dirumah. Saya punya kos-kosan, trus juga didunia fashion seperti menjual baju, boneka, bantal dengan cara online dan marketplace ya. Selain itu saya juga ada bisnis jual beli tanah”

Berdasarkan pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat (Suharsaputra, 2018) Kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di dalam satuan pendidikan. Kepala sekolah bertugas sebagai pemimpin susatu organisasi, selain itu kepala sekolah merupakan penanggungjawab kegiatan yang dilaksanakan di dalam satuan pendidikan tersebut. Menjadi seorang kepala sekolah dituntun agar kompeten didalam menjalankan tugasnya serta dapat memimpin semua komponen yang ada di dalamnya seperti siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan/pembelajaran, kepala sekolah memiliki pengaruh besar pada peningkatan mutu proses pembelajaran di sekolah, baik melalui pelaksanaan mata pelajaran kewirausahaan yang efektif maupun kebijakan dalam meningkatkan kompetensi para pendidik. Sudah sewajarnya kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berkewajiban dalam membantu guru meningkatkan dan memperbaiki keterampilan mengajar yang dimilikinya.

b. Pelaksanaan/Proses

Program yang mendukung pendidikan kewirausahaan di SMK N 1 Kota Jambi diantaranya yaitu bazaar atau pameran hasil karya siswa, kunjungan industri, dan Bisnis center. Setahun sekali, SMKN 1 Kota Jambi menyelenggarakan bazaar. Bazaar menampilkan dan bertukar karya siswa.

Produk akhir dari pengolahan ini dapat berupa kerajinan atau makanan yang diteliti sebelumnya. Berbagai bisnis dan industri lokal dikunjungi

(8)

331 selama kunjungan industri. Semua siswa hadir dalam kunjungan ini.

Mahasiswa dapat memahami bagaimana sesuatu diproses hingga proses pemasaran dengan praktik ini. Siswa harus menyusun laporan pengamatan setelah kunjungan selama mereka berada di lapangan. Bisnis center merupakan salah satu wujud kepedulian pihak sekolah terhadap siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selaku wadah untuk siswa menjual benda hasil produksinya.

Empat metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 digunakan dalam model pendidikan di SMKN 1 Kota Jambi. Ini menggunakan model dan mengutamakan aplikasi dalam kewirausahaan dengan lebih menekankan pada model pendidikan pembelajaran berbasis penemuan dan berbasis proyek. Model pendidikan discovery learning diterapkan antara lain ialah dengan membagikan lebih banyak lagi motivasi kepada siswa. Perihal ini didapatkan kala siswa melaksanakan kunjungan ke industri. Laporan temuan dari magang industri diperlukan dari siswa.

Mahasiswa disarankan untuk dapat mempelajari bagaimana suatu industri dikelola, dimulai dengan isu-isu terkini dan bekerja menuju solusi.

Sedangkan model pembelajaran project based learning model pembelajaran yang lebih menekankan kepada praktek daripada teori.

Model seperti ini lebih disukai oleh siswa karena siswa dapat langsung mempraktekkan kreatifitas mereka secara langsung.

Guru mempersiapkan rencana kegiatan belajar mengajar semacam RPP, silabus, serta wujud produk yang hendak diajarkan. RPP terbuat sendiri oleh guru yang bersangkutan. Di dalam RPP inilah hendak tercantum rencana pendidikan yang hendak dilaksanakan cocok dengan kurikulum yang berlaku. Guru mengantarkan modul pendidikan berbentuk langkah- langkah awal dalam pembuatan produk setelah itu siswa langsung mempraktekkan sesuai dengan arahan yang diberikan. Pendidikan ditunjukan kepada menciptakan sesuatu produk serta pemasukan dan guru diberikan kebebasan dalam merumuskan tata cara yang diidamkan.

(9)

332 Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh salah satu guru yang mengajar pendidikan kewirausahaan sebagai berikut:

“memang praktek yang lebih ditekankan ya. Kira-kira praktek 70%

dan teori 30 %. Karena apa, karena ya praktek kan lebih diutamakan.

Nilai praktek lebih ditekankan karena dengan praktek siswa akan belajar langsung bagaimana menjadi wirausaha yang sebenarnya”

Hal ini sejalan dengan pendapat Alviana (2017) adapun tujuan utama dari pendidikan kewirausahaan ialah membentuk jiwa wirausaha dari peserta didik agar peserta didik tersebut dapat menjadi individu yang kreatif, inovatif, dan produktif. Jadi, secara umum pola dari pendidikan kewirausahaan harus mencakup dari teori, praktik serta implementasi. Teori diarahkan agar dapat mempelajari pengaruh tentang berwirausaha gunu menyentuh dan mengisi aspek kognitif peserta didik agar mempunyai paradigma wirausaha. Praktik yang dimaksudkan adalah untuk kegiatan berdasarkan teori yang telah didapatkan dari proses pembelajaran, agar peserta didik dapat merasakan teori yang telah dipelajarinya agar dapat dipraktikkan dan dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar.

c. Output/Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penilaian guru terhadap peserta didik, diantaranya:

1) Melihat dari keseharian, tanggungjawab dan keseriusan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas masing-masing.

2) kerapian, kreatifitas, keseuaian, dan ketelatenan siswa dalam membuat atau menciptakan setiap produk yang telah dihasilkan oleh siswa tersebut.

3) Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa sudah memiliki satu keahlian dengan apa yang diajarkan oleh guru tersebut di kelas maupun praktek.

(10)

333 Hal ini juga ditegaskan oleh salah satu guru yang mengajar pendidikan kewirausahaan sebagai berikut:

“bisa menggunakan soal objektif, soal esay, dengan pengalaman- pengalaman. kalau saya sih lebih menekankan kepada hasil laporan praktek atau dilihat dari praktek itu sendiri ya. Ujian, tes, dan ulangan juga menjadi faktor penting ya dalam menentukan siswa itu sudah berhasil atau belum”

Sesuai dengan Permendikbud No 81 Tahun 2013 tentang implementtasi kurikulum, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang membuat Identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator pencapaian Kompetensi, Penilaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, dan sumber belajar.

Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Kewirausahaan a. Faktor Pendukung Pendidikan Kewirausahaan di SMK N 1 Kota

Jambi

Dalam pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan di SMK N 1 Kota Jambi mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Faktor-faktor yang mendukung kelancaran pendidikan kewirausahaan diantaranya:

1) Saran prasarana yang tergolong lengkap sehingga memudahkan siswa untuk melaksanakan pendidikan kewirausahaan. Laboratorium menjadi salah satu sarana prasaran yang sangat mendukung dari kelancaran proses pembelajaran serta terdapat tempat khusus bagi siswa untuk menjual karya yang telah dibuat yaitu bisnis center.

2) Mendapatkan motivasi, partisipasi dan pengahargaan yang diberikam oleh kepala sekolah dan guru secara langsung berupa pujian terhadap produk yang telah dibuat. Hal ini sejalan laporan Purwaningsih (2021) bahwa pentingya keberadaan motivasi ekstrinsik dalam menumbuh kembangkan minat berwirausaha.

(11)

334 3) Kompetensi pendidik juga faktor pendukung terhadap optimalnya pendidikan kewirausahaan di SMKN 1 Kota Jambi. Salah satunya adalah guru yang berkompeten dalam mengajar pendidikan kewirausahaan walaupun dengan jumlah terbatas.

b. Faktor Penghambat pendidikan kewirausahaan di SMKN 1 Kota Jambi

Beberapa faktor yang menjadi penghambat pendidikan kewirausahaan diantaranya adalah:

1) Kurangnya jumlah tenaga pendidik yang mengajar pendidikan kewirausahaan yang mempunyai latar belakang sesuai dengan pendidikan kewirausahaan.

2) Faktor dari diri seorang siswa itu sendiri dapat menjadi faktor penghambat terlaksananya pendidikan kewirausahaan. Kesadaran siswa yang masih beragam atau dengan kata lain siswa berasumsi bahwa pendidikan kewirausahaan masih tidaklah begitu penting untuk dipelajari.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapatlah disampaikan kesimpulan: 1).

Pendidikan kewirausahaan dimanfaatkan dari sisi input, proses, dan outcome di SMKN 1 Kota Jambi bahwa pendidikan kewirausahaan diajarkan pada semua jenjang dan kelas. Bazar yang merupakan program tahunan ini merupakan program yang mengedepankan proses pembelajaran pendidikan kewirausahaan. Selain itu, ada latihan observasi lapangan, perjalanan industri, dan pusat bisnis tempat siswa dapat mengiklankan barang mereka. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis program, pembelajaran inkuiri, dan model pembelajaran penemuan. Kuis harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir digunakan sebagai bagian dari proses evaluasi atau penilaian untuk mengukur seberapa baik kinerja siswa dalam pendidikan kewirausahaan, serta ujian praktik dalam bentuk bazar

(12)

335 atau pameran hasil karya siswa. 2) Faktor-faktor yang mendukung Pendidikan Kewirausahaan ialah keberadaan sarana dan prasarana yang memadai, serta guru yang dianggap kompeten pada bidang peminatannya.

Sedangkan hambatannya ialah kurangnya jumlah tenaga pendidik yang mengajar pendidikan kewirausahaan yang mempunyai latar belakang sesuai dengan pendidikan kewirausahaan. Harapan penulis ke depannya penelitian ini dapat dilanjutkan pada skala yang lebih luas, agar manfaat penelitian ini bisa lebih menyentuh lapisan masyarakat yang lebih luas pula.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Qurotul. (2018). Implementasi pendidikan kewirausahaan untuk menumbuhkan minat wirausaha siswa kelas X pada program enterpreneur di SMA Excellent Alyasini Pasuruan. Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Alviana, N. (2017). Pendidikan kewirausahaan di SMK Batik Perbaik. Jurnal Kebijakan Pendidikan. Edisi 6 Vol.VI. h. 577-585.

Aprilianty, E. (2012). Pengaruh kepribadian wirausaha, pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan terhadap minat berwirausaha siswa SMK. Pendidikan Vokasi, 2(3).

Creswell, J. (2013). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Delitasari, I., & Hidayah, N. (2017). Implementasi pendidikan entrepreneurship di SD entrepreneur. The 6th University Research Colloquium, 179-186.

Hendrato, M. L. (2018). Implementasi pendidikan kewirausahaan di SMP negeri 15 Yogyakarta the implementation of entrepreneurial education program at junior high school 15 Yogyakarta. Kebijakan Pendidikan, 7(6).

Moleong, L. J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muspawi, Mohamad. (2020). Strategi Menjadi Kepala Sekolah Profesional.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), Juli 2020, 402- 409. DOI 10.33087/jiubj.v20i2.938

(13)

336 Purwaningsih, Dewi. (2021). Pentingnya Motivasi Dalam Menumbuhkan

Minat Berwirausaha. ETNIK: Jurnal Ekonomi - Teknik, Volume 1 Issue 2, h. 69-72.

Rohmah, L. (2017). Implementasi Pendidikan entrepreneurship pada anak usia dini di tk khalifah sukonandi yogyakarta. Pendidikan Anak, 3(1), 15-26.

Suharsaputra, U. (2018). Supervisi pendidikan: pendekatan sistem berbasis kinerja. Bandung: Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Guna melaksanakan tugas yang telah ter sebut di atas, kepala desa mempunyai w ew enang sebagai ber ikut; (1) Memimpin penyelenggar aan pemer intahan desa berdasar

Sejarah pendidikan Islam hakikatnya sangat berkaitan dengan sejarah Islam sehingga periodesasi sejarah pendidikan Islam berada dalam periode-periode sejarah Islam

Outdoor Mengecek dokumen Ruang kerja manager Indoor Privat Menyusun draft dan dokumen Ruang kerja manager Berdiskusi Ruang kerja. manager

 Dalam Joburg 2030, pariwisata menjadi sektor yang penting dan prioritas dalam pembangunan kota. Fokus dari strategi pariwisata

Pertumbuhan jumlah daun tanaman pada saat tanaman berumur 60, 90, dan 120 HSPT menunjukkan bahwa varietas Salisun yang mempunyai pertambahan daun lebih

Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa variabel X1= pendapatan keluarga mempunyai hubungan (korelasi) yang sangat kuat (sempurna) terhadap tingkat kesejahteraan

Apakah anda sudah menjenguk ayah Budi yang sedang

Penelitian yang relevan tentang upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA Dengan penerapan model pembelajaran student teams achievement divisions (STAD)