• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TELAH MELALUI PROSES PEREBUSAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA KARKAS AYAM BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TELAH MELALUI PROSES PEREBUSAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA KARKAS AYAM BROILER"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TELAH MELALUI

PROSES PEREBUSAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA KARKAS

AYAM BROILER

Oleh:

MUHAMMAD JANUAR PITRA 11781101408

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

(2)

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TELAH MELALUI

PROSES PEREBUSAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA KARKAS

AYAM BROILER

Oleh:

MUHAMMAD JANUAR PITRA 11781101408

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) yang telah melalui Proses Perebusan dalam Ransum terhadap Performa Karkas Ayam Broiler.

Nama : Muhammad Januar Pitra

NIM : 11781101408

Program Studi : Peternakan

Menyetujui:

Setelah diuji pada tanggal, 10 Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Elfawati, M.Si. Zumarni, S.Pt., M.P.

NIP. 19691029 200501 2 002 NIK. 130812081

Mengetahui:

Dekan Ketua

Fakultas Pertanian dan Peternakan Program Studi Peternakan

Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr.Sc. Dr. Triani Adelina, S.Pt., MP.

NIP.19710706 200701 1 031 NIP. 19760322 200312 2 003

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji ujian Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian dan Peternakan

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan dinyatakan lulus pada tanggal 10 Januari 2023

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Ir. Eniza Saleh, MS KETUA 1. ____________

2. Dr. Ir. Elfawati, M.Si SEKRETARIS 2. ____________

3. Zumarni, S.Pt., M.P ANGGOTA 3. ____________

4. Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si ANGGOTA 4. ____________

5. Dr. Elviriadi, S.Pi, M.Si ANGGOTA 5. ____________

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Januar Pitra

NIM : 11781101408

Tempat/ T. Lahir : Kota Dumai, 07 Januari 2000 Fakultas : Pertanian dan Peternakan Program Studi : Peternakan

Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) yang telah melalui Proses Perebusan dalam Ransum terhadap Performa Karkas Ayam Broiler.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Skripsi dengan judul sebagaimana tersebut di atas adalah hasil penelitian dan pemikiran saya sendiri.

2. Semua kutipan pada karya tulis saya ini sudah disebutkan sumbernya.

3. Oleh karena itu skripsi saya ini, saya nyatakan bebas dari plagiat.

4. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam penulisan skripsi saya tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun juga.

Pekanbaru, Januari 2023 Yang membuat pernyataan,

MUHAMMAD JANUAR PITRA NIM. 11781101408

(6)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Januar Pitra dilahirkan di Kota Dumai, Provinsi Riau pada tanggal 7 Januari 2000. Lahir dari pasangan Ayah Muhammad Nasrun dan Ibu Azizah, yang merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Masuk sekolah dasar di SDN 019 Bumi Ayu Kota Dumai dan tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Kota Dumai dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan ke MAN Dumai dan tamat pada tahun 2017.

Pada tahun 2017 melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2018 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di UPTD BPTSD Tuah Sakato Payakumbuh, Sumatera Barat.

Bulan Juli sampai Agustus tahun 2020 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Dari Rumah Plus (KKN-DR Plus) di Kelurahan Bumi Ayu Kecamatan Dumai Selatan, Kota Dumai, Provinsi Riau. Penulis telah melaksanakan penelitian pada bulan Februari sampai Maret tahun 2022 di UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada tanggal 10 Januari 2023 dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Peternakan melalui sidang tertutup Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) yang telah melalui Proses Perebusan dalam Ransum terhadap Performa Karkas Ayam Broiler” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam penyelesaian skripsi ini banyak sekali perhatian, bantuan, bimbingan, motivasi serta pikiran dari beragai pihak yang penulis dapatkan. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua yang tercinta, Ayah saya Muhammad Nasrun dan Ibu saya Azizah, S.Pd.SD yang telah memberikan cinta, kasih sayang, pengorbanan serta memberikan dukungan moril maupun materil serta senantiasa mendoakan keberhasilan dan kesuksesan bagi penulis selama menuntut ilmu.

2. Saudara saya, Abang M. Hilal Fahmi, S.E yang telah memberikan semangat serta dukungan moril maupun materil selama menyelesaikan pendidikan S1.

3. Bapak Prof. Dr. H. Hairunnas, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt. M.Agr. Sc. selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M.Sc., Ibu Dr. Ir. Elfawati, M.Si., Bapak Dr.

Syukria Ikhsan Zam, M.Si. selaku Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P. selaku Ketua Program Studi Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(8)

7. Ibu Dr. Ir. Elfawati, M.Si. selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Zumarni, S.Pt., M.P. selaku pembimbing II sekaligus Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si. dan Bapak Dr. Elviriadi, S.Pi., M.Si. selaku penguji I dan penguji II yang telah memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Ibu Dr. Hidayati, S.Pt., MP. (Almh) selaku penguji 1 seminar proposal yang telah memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Seluruh dosen, karyawan dan civitas akademika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah membantu penulis dalam mengikuti aktivitas perkuliahan.

12. Teman-teman semua yang telah banyak membantu saya dalam proses perkuliahan, teman kontrakan keluarga tanpa KK yang sangat banyak membantu saya dalam proses menyelesaikan skripsi saya, dan juga telah menjadi teman-teman terbaik yang pernah saya miliki dengan keakraban seperti keluarga yang saya rasakan selama berteman dengan mereka.

13. Teman-teman Peternakan angkatan 2017 pada umumnya serta teman-teman kelas D yang telah membersamai selama kuliah, memotivasi dan membantu dalam banyak hal.

14. Teman-teman seperjuangan di tim tepung daun kelor yaitu M. Thamir dan Yusril Mahendra yang bersedia berjuang bersama sampai akhir.

15. Teman-teman yang hadir dikala dibutuhkan Andika Pandra, S.Pt., Encik Anshari HS, S.Pt., Elesi Selunputri, S.Pt., Endah V Nandita, S.Pd., M. Sodiq Djito Yahman, Marta Suharti, S.Pt., Melly Syah Fitri, S.E., Muchtar Karim Keliyat, S.Pt., Rahma Fadhila Karim, S,Pt., Reski Amirullah, Restu Widodo, S.Pt., Riko Putra, S.Pt., dan teman-teman lainnya yang telah membantu.

16. Teman-teman KKN Kelurahan Bumi Ayu, Kecamatan Dumai Selatan, Kota Dumai.

(9)

17. Teman-teman seperjuangan S1 yang juga banyak membantu saya dalam proses perkuliahan.

18. Semua pihak lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuannya.

Penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan lagi dengan saran dan kritikan semua pihak. Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala melimpahkan berkah dan taufik-Nya pada kita semua dan skripsi ini bermanfaat bukan hanya bagi penulis tapi juga untuk seluruh pembaca. Amin ya Robbal’alamin.

Pekanbaru, Januari 2023

Penulis

(10)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) yang telah melalui Proses Perebusan dalam Ransum terhadap Performa Karkas Ayam Broiler”. Shalawat dan salam untuk junjungan umat, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yang mana berkat beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Elfawati, M.Si.

sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Zumarni, S.Pt., M.P. sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya skripsi ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga dapat balasan dari Allah Subhanahu wa ta’ala untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

Pekanbaru, Januari 2023

Penulis

(11)

ii PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera)

YANG TELAH MELALUI PROSES PEREBUSAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA KARKAS AYAM BROILER

Muhammad Januar Pitra (11781101408) Di bawah bimbingan Elfawati dan Zumarni

INTISARI

Ayam broiler adalah salah satu jenis ayam hasil persilangan dari bangsa- bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi, mudah dipelihara, dan biaya pemeliharaannya relatif murah. Tepung Daun Kelor Rebus (DKR) mengandung protein tinggi, sumber provitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, karotenoid, fenolik, flavonoid dan mineral terutama zat besi yang bermanfaat untuk ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) yang telah melalui proses perebusan hingga level 12% dalam ransum terhadap bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas serta kadar lemak abdominal ayam broiler. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2022 di UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini menggunakan ayam broiler umur 15 hari dengan rataan bobot 560,25 – 671,25 g sebanyak 80 ekor, tanpa membedakan jenis kelamin (unsexing). Metode penelitian adalah eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah level tepung daun kelor (0%, 3%, 6%, 9% dan 12%) dengan pengulangan sebanyak 4 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Setiap unit percobaan diisi 4 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan yaitu P0 (ransum basal), P1 (3% tepung DKR dalam ransum basal), P2 (6% tepung DKR dalam ransum basal), P3 (9% tepung DKR dalam ransum basal) dan P4 (12% tepung DKR dalam ransum basal). Parameter yang diukur adalah bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas dan bobot lemak abdominal. Hasil penelitian menunjukkan pemberian tepung DKR dalam ransum basal hingga 12% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas serta kadar lemak abdominal ayam broiler.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan tepung daun kelor yang telah melalui proses perebusan dalam ransum basal ayam broiler hingga 12% mampu mempertahankan bobot badan akhir, bobot karkas, persentasi karkas dan bobot lemak abdominal ayam broiler.

Kata Kunci: ayam broiler, tepung daun kelor, bobot badan akhir, bobot karkas, bobot lemak abdominal

(12)

iii THE EFFECT OF ADDITIONAL BOILED OF MORINGA (Moringa oleifera) LEAVES FLOUR IN RATION ON BROILER CARCASS PERFORMANCE

Muhammad Januar Pitra (11781101408) Under the guidance of Elfawati and Zumarni

ABSTRACT

Broiler are a type of crossbreed chicken that have high productivity, easy to maintain, and have relatively low maintenance costs. The Moringa leaves flour high protein, provitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, carotenoids, phenolics, flavonoids, and minerals, especially iron. This study aims to determine the effect of adding the boiled of moringa leaves flour (BMLF) up to 12% in the ration on final body weight, carcass weight, carcass percentage, and abdominal fat content of broiler. This research was carried out from February to March 2022 at the UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS), Faculty of Agriculture and Animal Scince, State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau. This study used 80 unsexing broilers aged 15 days with an average weight of 560.25 – 671.25 grams. The research method was an experiment using a completely randomized design (CRD). With 5 treatments and 4 repetitions so that there were 20 experimental units. Each experimental unit (each cage) was filled with 4 chickens. The treatments were the level of BMLF namely P0 0% BMLF, P1 3% BMLF, P2 6% BMLF, P3 9% BMLF, and P4 12% BMLF in ration. The parameters measured were final body weight, carcass weight, carcass percentage, and abdominal fat weight. The results showed that giving BMLF in basal ration up to 12% had no significant effect (P>0.05) on final body weight, carcass weight, carcass percentage, and abdominal fat content of broilers. This study concluded that the addition of the BMLF in the basal ration of broiler up to 12% was able to maintain the final body weight, carcass weight, carcass percentage, and abdominal fat weight of broiler.

Keywords: Broiler, Moringa leaf flour, final body weight, carcass weight, abdominal fat weight

(13)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Manfaat Penelitian ... 3

1.4. Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Ayam Broiler ... 4

2.2. Bobot Badan Akhir ... 5

2.3. Bobot Karkas. ... 6

2.4. Persentase Karkas ... 7

2.5. Lemak Abdominal. ... 8

2.6. Daun Kelor ... 9

2.6.1. Anti Nutrisi ... 10

III. MATERI DAN METODE ... 12

3.1. Waktu dan Tempat ... 12

3.2. Alat dan Bahan ... 12

3.3. Metode Penelitian ... 12

3.4. Parameter yang Diamati ... 13

3.5. Prosedur Penelitian ... 13

3.5.1. Persiapan Kandang ... 13

3.5.2. Pembuatan Tepung Daun Kelor ... 14

3.5.3. Pembuatan Ransum... 14

3.5.4. Penempatan Perlakuan pada Unit Kandang Penelitian ... 15

3.5.5. Pemberian Ransum dan Air Minum ... 16

3.6. Analisis Data ... 16

(14)

v

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1. Bobot Badan Akhir ... 18

4.2. Bobot Karkas ... 19

4.3. Persentase Karkas ... 21

4.4. Lemak Abdominal ... 22

V. PENUTUP ... 24

5.1. Kesimpulan ... 24

5.2. Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(15)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Standar Bobot Badan Ayam Broiler... 6

2.2. Kandungan Gizi Tanaman Kelor (Moringa oleifera)... 10

3.1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penyusun Ransum... 14

3.2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Pedaging Fase Finisher... 14

3.3. Formulasi Ransum Penelitian... 15

3.4. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian... 15

3.5. Analisis Sidik Ragam... 16

4.1. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler... 18

4.2. Rataan Bobot Karkas Ayam Broiler... 20

4.3. Rataan Persentase Karkas Ayam Broiler... 21

4.4. Rataan Bobot Lemak Abdominal Ayam Broiler... 22

(16)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Ayam Broiler………... 5 2.2. Daun Kelor... 9 3.1. Pembuatan Tepung Daun Kelor... 14

(17)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun

Kelor dalam Ransum ………... 33

2. Rataan Bobot Karkas Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Kelor dalam Ransum ………... 35

3. Rataan Persentase Karkas(%) Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Kelor dalam Ransum ……... 37

4. Rataan Bobot Lemak Abdominal Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Kelor dalam Ransum ... 39

5. Suhu Selama Penelitian ……... 41

6. Hasil Analisis Tepung Daun Kelor ……... 42

7. Dokumentasi Selama Penelitian …... 43

(18)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging) yang secara tidak langsung memberikan peluang usaha dalam memajukan industri peternakan unggas. Ternak unggas memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan gizi khususnya protein asal hewan. Berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2017) ternak unggas memberi sumbangan daging untuk kebutuhan nasional sebesar 66,27 persen.

Ayam broiler atau lebih sering dikenal ayam broiler adalah salah satu jenis hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi, mudah dipelihara, dan biaya pemeliharaannya relatif murah. Output akhir dari broiler adalah daging yang merupakan sumber protein asal hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, dan harganya relatif terjangkau. Ayam broiler memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, baik bagi para peternak maupun para konsumen. Adapun sifat-sifat baik yang dimiliki ayam broiler adalah dagingnya empuk, kulit licin dan lunak, tulang rawan dada belum membentuk tulang yang keras, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi dimana sebagian besar dari makanan diubah menjadi daging dan pertumbuhan atau pertambahan berat badan sangat cepat dimana pada umur 5 – 6 minggu ayam bisa mencapai berat ± 2 kg (Rasyaf, 1995).

Faktor yang mempengaruhi tubuh ternak adalah genetik, umur, kondisi fisiologis ternak dan konsumsi protein. Protein merupakan unsur penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan efisiensi pakan unggas. Salah satu bahan pakan lokal yang mempunyai kandungan protein dan zat aktif tinggi dan ketersediaanya cukup adalah tanaman kelor (Moringa oleifera). Kelor merupakan tanaman yang tingginya mencapai 10 meter, berbatang lunak dan rapuh, dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk (Suriawiria, 2005). Disamping mengandung protein tinggi, daun kelor juga merupakan sumber provitamin A, vitamin B, vitamin E (5,63-6,53 mg/g), vitamin C (5,81-6,60 mg/g), karotenoid (85,20-92,38 mg/g), fenolik (36,02-45,81 mg/g), flavonoid (15- 27 mg/g), dan mineral terutama zat besi (Simbolan dkk., 2007; Sreelatha dan

(19)

2 Padma 2009). Kandungan kimia yang dimiliki daun kelor antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein, dan methionin (Simbolan dkk., 2007). Daun kelor juga mengandung makro elemen yaitu potassium, kalsium, magnesium, sodium, dan phosphor, serta mikro elemen seperti mangan, zinc, dan besi. Daun kelor memiliki kandungan protein sebesar 29,61%, lemak 7,48%, serat 8,98%, kadar abu 10,13%, dan energi metabolis 1318,29 kkal/kg (Osfar, 2008). Antinutrisi yang terkandung dalam daun kelor (%) bahan kering yaitu tanin 0,3%, saponin 6,4%, asam phitat 2,3%, dan total phenol 2,7% dan akan berkurang jika telah diekstraksi ataupun diubah menjadi tepung (Astuti dkk., 2005).

Muiz (2016) menyatakan masing-masing bagian tubuh ternak memiliki tingkat pertumbuhan sesuai dengan fungsi dari bagian tubuh tersebut. Menurut Suthama dkk. (2010) deposisi protein ke dalam daging sangat penting untuk menentukan kualitas bobot karkas. Konsumsi protein merupakan faktor yang dapat mendukung deposisi protein dalam daging.

Menurut Rahmawati dkk. (2020) pemberian imbuhan tepung daun kelor dengan konsentrasi 1%, 2%, 3% dan 4% dalam pakan ayam petelur jantan sampai dengan umur 7 minggu tidak mempengaruhi bobot karkas, bobot dada, dan bobot paha ayam ras petelur jantan. Pada penelitian Haril dkk. (2018) pemberian ransum dengan penambahan tepung daun kelor 0%, 3%, 6%, 9% dan 12% pada ayam broiler strain CP 707 sampai umur 35 hari menghasilkan bobot karkas berturut- turut 1051,29 g, 1102 g, 1053,75 g, 1002,75 g dan 977,25 g. Pada penelitian Nuraeni (2016) dimana pemberian pakan komersil dengan penambahan tepung daun kelor level 0%, 2% dan 4% berturut-turut adalah 1199,33 g, 1186,17 g dan 1230,33 g. Relatif rendahnya bobot karkas pada penelitian Haril dkk. (2018) ini diduga disebabkan konsumsi ransum yang juga rendah karena adanya rasa pahit pada daun kelor yang disebabkan oleh zat anti nutrisi seperti tanin, saponin, asam phitat dan total phenol. Pengolahan yang dapat menurunkan rasa pahit salah satunya adalah dengan perebusan. Hargeman (2002) memaparkan bahwa pemanasan pada suhu 98°C dapat mengubah tanin menjadi glukosa dan asam galat. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis telah melakukan penelitian

(20)

3 menggunakan tepung daun kelor yang telah melalui proses perebusan hingga level 12% dalam ransum dengan harapan dapat meningkatkan bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas, serta menurunkan kadar lemak abdominal ayam broiler.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun kelor (Moringa oleifera) yang telah melalui proses perebusan hingga level 12% dalam ransum terhadap bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas serta kadar lemak abdominal ayam broiler.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1) Dapat memberikan informasi tentang penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam ransum ayam broiler.

2) Dapat memanfaatkan tepung daun kelor dalam ransum sebagai salah satu bahan pakan tambahan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) yang telah melalui proses perebusan hingga level 12% dalam ransum dapat mempertahankan bobot badan akhir, bobot karkas, kadar lemak abdominal serta persentase karkas ayam broiler.

(21)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Broiler

Ayam broiler menurut Gordon and Charles (2002) merupakan strain ayam hibrida modern yang berjenis kelamin jantan dan betina yang dikembangkan oleh perusahaan pembibitan khusus. Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karateristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertambahan bobot badan yang cepat, konversi ransum yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaanya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992). Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil daging, hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010).

Menurut Yuniarty (2011), produktivitas ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, iklim, nutrien dan penyakit. Keunggulan genetik ayam pedaging akan terbentuk jika didukung oleh lingkungan, ayam pedaging akan nyaman hidup dan berproduksi pada suhu lingkungan 18-21 0C, namun perlu diketahui bahwa suhu di Indonesia lebih panas sehingga memungkinkan ayam mengurangi konsumsi ransum dan lebih banyak minum (Abun dkk., 2006).

Di samping itu, menurut Ichwan (2003), produktivitas ternak dapat ditentukan oleh faktor kualitas dan kuantitas pakan, pertumbuhan yang cepat tidak muncul jika tidak didukung dengan ransum yang mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang (asam amino, asam lemak, mineral dan vitamin) sesuai dengan kebutuhan ayam. Efisiensi penggunaan pakan ayam pedaging yang tinggi sangat diperlukan untuk mencapai biaya produksi yang rendah (Sjofjan, 2008).

Ayam pedaging perlu dipelihara dengan teknologi yang dianjurkan oleh pembibit untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan (Abun dkk., 2006). Tampilan ayam pedaging ditunjukkan pada Gambar 2.1.

(22)

5 Gambar 2.1. Ayam Broiler

Sumber: Anshari dkk., 2021

Menurut Santoso dan Sudaryani (2011), ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah daging empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar padat dan berisi, efisien terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertumbuhan bobot badan sangat cepat, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cepat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi dan sangat peka terhadap perubahan suhu lingkungan.

2.2. Bobot Badan Akhir

Bobot badan akhir adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot ayam hidup pada akhir pemeliharaan setelah dipuasakan 6 jam (Soeparno, 2015). Pemuasaan mempunyai tujuan agar saluran pencernaan relatif sudah kosong sehingga pada saat proses pemotongan, karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran saluran pencernaan ayam (Srigandono, 1998). Retnani (2009) menyatakan bobot badan akhir yang dihasilkan dapat mempengaruhi penghasilan yang diperoleh peternak.

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan bobot badan akhir yang baik perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi (Blakely dan Blade, 1998). Pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh dan peningkatan ukuran sel-sel individu, mencakup empat komponen utama yaitu peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adiposa, peningkatan ukuran skleton, kulit dan organ dalam (Rose, 1997).

Ransum yang dikonsumsi dapat mempengaruhi bobot badan akhir, serat kasar yang tinggi dalam ransum mengurangi efesiensi zat-zat makanan lainnya

(23)

6 (Siregar et al., 1980). Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot badan akhir adalah konsumsi ransum, jenis ransum, kualitas ransum, aktivitas, dan lama pemeliharaan (Soeparno, 2005). North dan Bell (1990) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi bobot badan akhir ayam broiler yaitu pakan, genetik, suhu, dan jenis kelamin. Soeparno (2005) juga menyatakan faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan, komposisi tubuh yang meliputi bobot badan dan komposisi karkas. Standar bobot badan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Standar Bobot Badan Ayam Broiler

Umur (Minggu) Bobot Badan (g)

1 175

2 486

3 932

4 1467

5 2049

6 2643

Sumber : PT. Charoen Pokhpand Indonesia (2006) 2.3. Bobot Karkas

Karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006). Rata-rata bobot karkas ayam broiler berkisar antara 65-75%

bobot hidup broiler waktu siap potong (Murtidjo, 1987). Menurut Abubakar (2003) berdasarkan cara penanganannya, karkas broiler dibedakan menjadi:

karkas segar, yaitu karkas yang baru selesai diproses selama tidak lebih dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut; karkas dingin segar, yaitu karkas segar yang segera didinginkan setelah selesai diproses sehingga suhu di dalam daging menjadi antara 4-5oC; dan karkas beku, yaitu karkas yang telah mengalami proses pembekuan cepat atau lambat dengan suhu penyimpanan antara 12oC sampai dengan 18oC.

Menurut Hayse dan Marion (1973) dalam Resnawati (2004) bobot karkas yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, besar dan konformasi tubuh, perlemakan, kualitas dan kuantitas ransum serta strain yang dipelihara. Bobot karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher dan

(24)

7 darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006). Faktor yang mempengaruhi bobot karkas ayam broiler adalah genetik, jenis kelamin, fisiologi, umur, berat tubuh dan nutrisi ransum (Soeparno, 1992). Dijelaskan lebih lanjut oleh Nahashon et al. (2005) bahwa bobot karkas sangat dipengaruhi oleh bobot hidup yang dihasilkan. Standar bobot karkas ayam broiler strain Ross yang dipelihara selama 35 hari adalah sekitar 1.521 g (Aviagen, 2007). Bobot karkas ayam broiler jantan lebih tinggi dibandingkan dengan bobot karkas ayam betina (Brake et al., 1993).

Grey et al. (1982) menambahkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bobot karkas adalah strain, makanan, manajemen, dan lingkungan.

2.4. Persentase Karkas

Karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006). Karkas ayam dibuat klasifikasinya berdasarkan bagian- bagian tubuh (Rasyaf, 1995). Menurut Brake et al. (1993) persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin dan umur. Karkas merupakan berat tubuh ternak setelah pemotongan dikurangi kepala, darah serta organ-organ internal yaitu kaki dan bulu (Soeparno, 1992).

Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak daging (Priyatno, 2003). Persentase karkas broiler bervariasi antara 65 – 75% dari bobot badan, semakin berat ayam yang dipotong, maka karkasnya semakin tinggi pula (North dan Bell, 1992). Jumlah pakan dan air yang ada pada saluran pencernaan ternak yang cukup banyak persentase karkasnya akan rendah, kulit yang besar, dan juga tebal juga akan berpengaruh terhadap persentase karkas (Kartasudjana, 2001).

Rataan persentase karkas ayam broiler normal berkisar antara 65-75% dari bobot hidup (Murtidjo, 1987). Lebih lanjut Jull (1992) menyatakan persentase karkas dan bagian tubuh yang dibuang adalah karkas 65-75%, kepala 7,8%, bulu 6,41%, darah 9-10%, dan kaki 4,40%. Dina (2010) menyatakan persentase karkas ayam broiler umur 5 minggu berkisar antara 66-70%.

(25)

8 2.5. Lemak Abdominal

Mekanisme pembentukan lemak dalam tubuh ayam pedaging telah dijelaskan oleh Pratikno (2011) bahwa deposisi lemak dalam tubuh ayam pedaging terjadi melalui proses lipogenesis. Lipogenesis adalah proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam lemak dan kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma dan mitokondria serta jaringan adiposa (Soegondo 2006). Sumber karbohidrat dalam tubuh mampu memproduksi lemak tubuh yang disimpan di sekeliling jeroan dan di bawah kulit (Kubena et al., 1974;

Anggorodi, 1995).

Berat lemak abdominal cenderung meningkat seiring dengan pertambahan umur, pada periode ternak awal, lemak yang disimpan dalam tubuh jumlahnya sedikit, namun pada pertumbuhan akhir proses pertumbuhan lemak akan berlangsung cepat dan lemak akan disimpan di bawah kulit, di sekitar organ dalam, antara lain empedal, usus, dan otot (Soeparno, 2005). Penimbunan lemak abdominal di dalam rongga perut akan berpengaruh terhadap berat karkas (Salam, 2013).

Menurut Palo et al. (1995) secara kuantitatif semakin pendek umur pemeliharaan, jumlah lemak abdomen karkas semakin menurun tetapi tidak memberikan efek yang nyata terhadap persentase bobot lemak abdominal.

Kelebihan lemak dapat disebabkan oleh kandungan energi dalam pakan yang berlebih sehingga terjadi deposit lemak dalam tubuh ayam broiler (Furuse et al., 1991). Deaton et al. (1981) lebih lanjut menyatakan bahwa peningkatan persentase lemak abdominal dipengaruhi oleh umur dan level energi ransum, dimana dengan meningkatnya umur dan level energi ransum maka semakin tinggi kandungan lemak abdominal.

Lemak abdominal mempunyai hubungan korelasi dengan total lemak karkas, semakin tinggi kandungan lemak abdominal maka semakin tinggi kandungan lemak karkas pada ayam broiler (Salam, 2013). Sejalan dengan pendapat Mahfudz (2009) persentase lemak abdominal ayam broiler berkisar antara 0,73% sampai 3,78%. Lemak abdominal dapat mencapai 2% dari bobot tubuh (Rose, 1997). Adapun fungsi lemak abdominal yaitu sebagai cadangan

(26)

9 energi untuk menjamin homeostatis kalori, sebagai bantalan terhadap benturan dan sebagai penahan dingin waktu suhu lingkungan menurun (Mahfudz, 2009).

2.6. Daun Kelor (Moringa oleifera)

Tumbuhan kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu spesies tumbuhan dalam family Moringaceae yang tahan tumbuh di daerah kering tropis dan spesies ini merupakan salah satu tanaman di dunia yang sangat bermanfaat, karena semua bagian dari tanaman seperti daun, bunga dan akar dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan baik di bidang medis maupun industri (Sjofjan, 2008).

Sebagai tanaman legum, kelor dapat digunakan sebagai sumber pakan yang baik bagi ternak, hal ini dikarenakan daun kelor telah dilaporkan menjadi sumber pangan yang kaya β-karoten, protein, vitamin C, kalsium, kalium, dan menjadi sumber makanan yang baik sebagai antioksidan alami karena adanya berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid (Krisnadi, 2015).

Tanaman kelor dapat tumbuh pada lingkungan yang berbeda. Tanaman kelor dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-35oC, tetapi mampu mentoleransi lingkungan dengan suhu 28oC (Palada, 2003). Adapun Klasifikasi tanaman kelor menurut Cwayita (2014) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Order : Brassicales, Family : Moringaceae, Genus : Moringa, Species : Moringa oleifera. Tampilan daun kelor tersaji pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Daun Kelor

Daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih banyak dari buah jeruk, mengandung empat kali kalsium lebih banyak dari susu, empat kali vitamin

(27)

10 A dalam wortel, dua kali protein dalam susu dan tiga kali potasium dalam pisang (Analysa, 2007).

Daun kelor memiliki beberapa zat hipotensif, antikanker, dan antibakterial antara lain, niacimicin, pterygospermin, daun kelor juga memiliki zat antioksidan antara lain sitosterol dan glucopyranoside, serta daun kelor juga sebagai suplemen yang mempunyai nilai gizi tinggi dan dianggap sebagai sumplemen protein dan kalsium, dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa pada daun kelor terdapat komposisi vitamin A, B,C, dan kalsium, zat besi dan protein yang tinggi (Sarjono, 2008).

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Tanaman Kelor (Moringa oleifera) (per 100 g)

Komposisi Daun Serbuk

Kadar air (%) 75,00 7,50

Protein (g) 6,70 27,10

Lemak (g) 1,70 2,30

Karbohidrat (g) 13,40 38,20

Minerals (g) 2,30 -

Fe (mg) 7,00 28,20

Vitamin A-B carotene (mg) 6,80 16,30

Vitamin B1-thiamin (mg) 0,21 2,64

Vitamin B2-riboflavin (mg) 0,05 20,50

Lysine (g/16g N) (%) 4,30 1,32

Tryptophan (g/16g N) (%) 1,90 0,43

Phenylanaline (g/16g N) (%) 6,40 1,39

Methionine (g/16g N) (%) 2,00 0,35

Threonine (g/16g N) (%) 4,90 1,19

Leucine (g/16g N) (%) 9,30 1,95

Isoleucine (g/16g N) (%) 6,30 0,83

Valine (g/16g N) (%) 7,10 1,06

Sumber: Melo (2013) 2.6.1. Anti Nutrisi

Anti nutrisi mengandung unsur-unsur kimia yang memiliki sifat serta dampak berbeda dan sebagian besar berupa produk metabolisme sekunder tanaman (Soetan dan Oyewole, 2009). Contoh senyawa anti nutrisi tersebut adalah saponin, tannin, flavonoid, alkaloid, protease inhibitor, oxalates, phytates, haemagluttinins atau lectin, cyanogenic glycosides, cardiac glycosides, coumarins dan gossypol (Akande dan Fabiyi, 2010; Kiranmayi, 2014). Menurut Kumar (1992) potensi tanaman yang mengandung faktor anti nutrisi (ANF) dipengaruhi oleh varietas, genetik, musim, iklim, tanah, pemberian pestisida dan pupuk serta metode pengolahan.

(28)

11 Penurunan atau penghilangan ANF yang berdampak merugikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pakan ternak (Akande dan Fabiyi, 2010).

Berbagai metode pengolahan tersebut antara lain adalah pelayuan (Udo et al., 2018), perendaman (Adeleke et al., 2017), pemotongan/pencacahan (Mutimura, 2018), pengupasan (Ani et al., 2015), pengeringan/penjemuran (Ramteke et al., 2019), penggilingan (Hafeez et al., 2016), perebusan (Ndidi et al., 2014), pengukusan (Purushotham et al., 2007) dan pemanasan (Gurbuz, 2017).

Zat anti nutrisi merupakan inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan (Sitompul, 2004). Zat anti-nutrisi yang terkandung di dalam daun kelor adalah senyawa yang sangat kompleks sehingga sulit dicerna oleh ternak (Richter et al., 2003). Perlu adanya metode khusus agar zat tersebut dapat mengalami pengurangan sehingga mudah dicerna dengan baik oleh ternak, salah satu teknik yang digunakan untuk mengubah zat anti-nutrisi menjadi senyawa yang lebih sederhana adalah dengan teknik perebusan (Ndidi et al., 2014). Ramakrishna (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perebusan dan pengukusan dengan air juga dapat menurunkan kandungan tannin dan asam fitat.

(29)

12 III. MATERI DAN METODE

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2022, di kandang percobaan UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) dan Laboratorium Teknologi dan Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Ternak yang digunakan adalah ayam broiler umur 15 hari dengan rataan bobot 560,25 – 671,25 g sebanyak 80 ekor, tanpa membedakan jenis kelamin (unsexing). Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum basal.

Bahan pakan penyusun ransum terdiri dari tepung daun kelor yang sudah direbus / tepung daun kelor rebus (DKR), dedak halus, jagung halus, tepung ikan dan bungkil kedelai.

Peralatan yang digunakan adalah kandang utama dan 20 unit kandang penelitian dengan ukuran panjang 70 cm x lebar 70 cm x tinggi 60 cm. Setiap petak kandang dilengkapi dengan 1 buah tempat pakan, 1 buah tempat air minum dan 1 buah lampu pijar 25 watt. Peralatan lainnya adalah termometer ruang untuk mengukur suhu lingkungan kandang, timbangan untuk menimbang bobot badan ayam broiler dan ransum, semprotan untuk desinfeksi, plastik, kertas koran bekas untuk menampung feses, alat tulis, sapu dan kamera.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah level tepung daun kelor (0%, 3%, 6%, 9% dan 12%) dengan pengulangan sebanyak 4 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Setiap unit percobaan (tiap kandang) diisi 4 ekor ayam. Perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

P0 : ransum basal (kontrol)

P1 : 3% tepung DKR dalam ransum basal P2 : 6% tepung DKR dalam ransum basal P3 : 9% tepung DKR dalam ransum basal P4 : 12% tepung DKR dalam ransum basal

(30)

13 3.4 Pengamatan Parameter/Peubah

Peubah yang diamati adalah bobot badan akhir, bobot karkas, bobot lemak abdominal dan persentase karkas ayam pedaging.

1. Bobot Badan Akhir (g)

Bobot badan akhir merupakan hasil penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan 6 jam, pemuasaan mempunyai tujuan agar saluran pencernaan relatif sudah kosong sehingga pada saat proses pemotongan, karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran saluran pencernaan ayam (Srigandono, 1998).

2. Bobot Karkas (g)

Karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006). Bobot karkas dihitung setelah pemotongan ayam pada umur 35.

3. Persentase Karkas (%)

Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas (g) dengan bobot akhir (g) dikalikan 100% (Siregar, 1994), dengan rumus sebagai berikut:

Persentase Karkas =

x 100%

4. Bobot Lemak Abdominal (g)

Lemak abdominal diambil dari rongga perut ayam setelah dilakukan penimbangan bobot karkas (Nirwana, 2011).

3.5. Prosedur penelitian 3.5.1. Persiapan Kandang

Persiapan kandang dilakukan sebelum (DOC) datang, yaitu dengan membersihkan kandang dari kotoran dan melakukan pengapuran, membersihkan peralatan seperti tempat pakan dan minum dengan larutan deterjen. Pemanasan dan penerangan dilakukan menggunakan lampu pijar 25 watt yang di tempatkan pada masing–masing unit kandang. Penentuan kandang dilakukan secara acak dan diberi kode pada masing-masing unit kandang sesuai dengan perlakuan yang diberikan untuk mempermudah dalam proses pencatatan.

(31)

14 3.5.2. Pembuatan Tepung Daun Kelor

Pembuatan tepung daun kelor yang telah direbus dilakukan seperti diagram pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Pembuatan Tepung Daun Kelor 3.5.3. Penyusunan Ransum

Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan Kebutuhan nutrisi ayam pedaging fase finisher dapat dilihat pada Tabel 3.2. Berdasarkan Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 disusun ransum penelitian. Formulasi dan kandungan nutrisi ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.

Tabel 3.1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penyusun Ransum.

Bahan Pakan PK (%) ME

(Kkal/kg)

LK (%)

SK (%)

Ca (%)

P (%) Jagung Halusb 8,60 3370 3,90 2,00 0,02 0,10 Dedak Halus b 12,00 1630 13,00 12,00 0,12 0,20 Tepung daun kelora 22,88 3120 6,07 10,50 9,29C 7,15C Bungkil Kedelaib 45,00 2240 0,90 6,00 0,32 0,29

Tepung Ikanb 60,00 3080 9,00 1,00 5,50 2,80

Minyak Kelapab 0,00 8600 100,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan : Sumber : aLaboratorium Kimia Hasil Perikanan Universitas Riau (2021) Abun, dkk. (2012). bLaboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau (2019). PK : Protein Kasar; ME : Energi Metabolisme; LK : Lemak Kasar; SK : Serat Kasar; Ca : Calcium; P : Phosphor.cIrawan, Z (2020)

Daun Kelor Dibersihkan

Dicuci dengan air mengalir Perebusan ±1 menit pada suhu 100°C

Dijemur di bawah sinar matahari (selama 1 hari)

Penggilingan Tepung daun kelor rebus

(32)

15 Table 3.2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Pedaging Fase finisher

Zat makanan Periode finisher

Energi metabolisme (Kkal/kg) Min 3.200

Protein (%) Min 20,0

Lemak (%) Maks7,4

Serat kasar (%) Maks 5,0

Kalsium (%) 0,50 – 1,00

Pospor (%) Min 0,60

Sumber : National Research Council (1994)

Tabel 3.3. Formulasi Ransum Penelitian

Bahan pakan Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

Jagung (%) 66,63 63,15 61,17 61,45 57,81

5,13 15,00 12,00 8,10 1,96

Bungkil Kedelai (%) 9,97 8,79 7,57 6,41

Tepung Ikan (%) 15,00 15,00 15,00 15,00

Tepung daun kelor (%) 0,00 3,00 6,00 9,00

Dedak (%) 6,50 7,83 8,07 6,56

Minyak kelapa (%) 1,90 2,23 2,19 1,58

Total 100 100 100 100 100

Table 3.4. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian Perlakuan

Energi Metabolisme

(kkal/kg)

Protein Kasar (%)

Serat Kasar

(%)

Kalsium (%)

Pospor (%)

Lemak Kasar (%)

P0 3200,11 20,00 2,86 0,88 0,53 6,78

P1 3200,06 20,01 3,20 0,88 0,52 7,32

P2 3200,08 20,01 3,43 0,87 0,52 7,41

P3 3200,06 20,02 3,50 0,87 0,51 6,78

P4 3200,10 20,00 3,85 0,86 0,51 7,39

Keterangan : Dihitung bersasarkan Tabel 3.1. dan 3.3.

3.5.4. Penempatan Perlakuan pada Unit Kandang Penelitian

Penempatan perlakuan dan ulangan pada unit kandang dilakukan secara acak. Sebelum diacak, setiap unit kandang diberi nomor 1 sampai 20. Pengacakan dilakukan dengan cara membuat kertas undian sebanyak 20 gulungan, mulai dari perlakuan pertama ulangan ke-1 sampai perlakuan kelima ulangan ke-4. Kertas acakan yang diambil pertama secara acak ditempatkan sesuai urutan nomor unit kandang yang telah diberi nomor, selanjutnya diulang hingga selesai.

DOC dimasukkan di dalam satu kandang yang telah disiapkan dan dipelihara sampai umur 14 hari. Setelah 14 hari maka dilakukan pengacakan dengan cara ayam sebanyak 100 ekor ditimbang menggunakan interval bobot 501- 550 gram, 551- 600 gram, 601-650 gram kemudian diambil yang tengah dari

(33)

16 bobot badan broiler umur 14 hari dan diambil sebanyak 80 ekor tanpa membedakan jenis kelamin (unsexed), kemudian bobot badan ayam yang seragam dimasukkan ke dalam kandang perlakuan dengan jumlah 4 ekor untuk 1 unit kandang penelitian. Ayam yang telah masuk dalam interval yang ditentukan diambil secara acak hingga 20 unit kandang penelitian dan diberi pakan sesuai perlakuan (Kertiyasa dkk., 2020).

3.5.5. Pemberian Ransum dan Air Minum

Ayam broiler yang berumur 1 sampai 14 hari diberikan ransum komersil, setelah itu pada umur 15 hari sampai 35 hari ayam broiler diberikan pakan ransum perlakuan. Pemberian pakan dan air minum diberikan secara tak terbatas (ad libitum). Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pukul 06.00 WIB dan pukul 17.00 WIB. Pemberian air minum dilakukan satu hari sekali yaitu pukul 06.00 WIB.

3.6. Analisis Data

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel dan Torrie, 1995). Model linier dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ = Rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i

ij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i ulangan ke-j i = 1, 2, 3, 4 (perlakuan)

j = 1, 2, 3, 4 5 (ulangan)

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam seperti pada Tabel 3.5.

(34)

17 Tabel 3.5 Analisis Sidik Ragam

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung F Tabel

Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%

Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG

Galat t(r-1) JKG KTG

Total tr-1 JKT

Keterangan :

t : Perlakuan r : ulangan

Faktor Koreksi (FK) = Y2….

r.t

JKP : Jumlah Kuadrat Perlakuan = ∑(Yi)2 –FK

r

JKG : Jumlah Kuadrat Galat = JKT – JKP JKT : Jumlah Kuadrat Total = ∑(Yij)2-FK KTP : Kuadrat Tengah Perlakuan = JKG / dbP KTG : Kuadrat Tengah Galat = JKG / dbG

F Hitung = KTP / KTG

Jika perlakuan menunjukan pengaruh nyata, yaitu Fhitung> Ftabel pada taraf uji 0,05 akan dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).

(35)

24 V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penambahan tepung daun kelor yang telah melalui proses perebusan dalam ransum basal ayam broiler hingga 12% mampu mempertahankan bobot badan akhir, bobot karkas, persentasi karkas dan bobot lemak abdominal ayam broiler.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan proses pengolahan lain terhadap daun kelor (Moringa oleifera) untuk dapat digunakan lebih banyak lagi dalam ransum ayam broiler.

(36)

25 DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Pemotongan Tradisional dan Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point. Jurnal Litbang Pertanian, 22 (1): 33-39.

Abun, T., Aisyah, dan D. Saefulhadjar. 2006. Pemanfaatan Limbah Cair Ekstraksi Kitin dari Kulit Udang Produk Proses Kimiawi dan Biologis sebagai Imbuhan Ransum dan Implikasinya terhadap Pertumbuhan Ayam Pedaging. Laporan Akhir Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Abun, T., D. Saefulhadjar dan K. Haetami. 2012. Nilai Energi Metabolis dan Kecernaan Ransum Mengandung Imbuhan Pakan Berbasis Ekstrak Limbah Udang pada Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Ternak, 12(1): 1-6.

Adeleke, O.R., O.Q. Adiamo., O.S. Fawale dan G. Olamiti. 2017. Effect of Soaking and Boiling on Anti-nutritional Factors, Oligosaccharide Contents and Protein Digestibility of Newly Developed Bambara Groundnut Cultivars. Turkish Journal of Agriculture - Food Science and Technology, 5 (9) : 1006-1014.

Akande, K.E, and E.F. Fabiyi. (2010). Effect of Processing Methods on Some Antinutritional Factors in Legume Seeds for Poultry Feeding.

International Journal of Poultry Science, 9(10): 996-1001.

Analysa, L. 2007. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Pakan terhadap Berat Organ Dalam, Glukosa Darah dan Kolesterol Darah Ayam Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ani, A.O., E.A. Iloh dan O.O. Akinsola. 2015. Dietary Effect of Processed Orange Peels on Growth Performance of Broiler Finisher Birds. British Journal of Applied Science dan Technology, 9(6) : 576-583.

Anshari, E.H.S. 2021. Pengaruh Penambahan Tepung Kemangi (Ocimum basilicum L.) sebagai Feed Additive dalam Ransum Komersial terhadap Performa Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Fakutas Pertanian dan Peternakan.

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Astuti, D.A., D.R. Ekastuti dan Firdaus. 2005. Manfaat Daun Kelor (Moringa oleifera) sebagai Pakan Ayam Pedaging. Prosiding Seminar Nasional.

Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering.

Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

(37)

26 Aviagen. 2007. Strain Ross (Broiler Performance Objectives).

(http://www.aviagen.com). Diakses pada tanggal 25 Desember 2022.

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Brake, J., G.B. Havestein., S.E. Scheideler., P.R. Ferket and D.V. Rives. 1993.

Relationship of Sex, Age and Body Weight to Broiler Carcass Yield and Offal Production. Poult. Sci. 72 : 1137-1145.

Cwayita, W. 2014. Effects of Feeding Moringa Oleifera leaf Meal as an Additive on Growth Performance of Chicken, Physico-Chemical Shelf-life Indicators, Fatty Acids Profiles and Lipid Oxidation of Broiler Meat.

Thesis. Faculty of Science and Agriculture, University of Fort Hare, Alice, South Africa.

Deaton, J., F.N. Reece, J.L. McNaughton and B.D. Lott. 1981. Effects of Light Intensity and Low-Level Intermittent Lighting on Broiler Performance During a High Density Limited Area Brooding Period. Poultry Sci. 60:

2385-2387.

Dina, O., Zuprizal. Edi, S. 2010. Pengaruh penambahan ampas virgin coconut oil dalam ransum terhadap performan dan produksi karkas ayam broiler.

Buletin Peternakan . 34 (3):159-164.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjennak). 2017.

Pemerintah Pusat dan Daerah Berkomitmen Melaksanakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasional.

http://ditjennak.pertanian.go.id (Diakses : 25 Desember 2022)

Furuse, M., T. Ishii, S. Miyagawa, J. Nakagawa, T. Shimizu, T. Watanabe and J.

Okumura. 1991. Effect of Dietary Sorbose on Lipid Metabolism in Male and Female Broilers. Poultry Sci. 70: 95-12.

Gordon, S.H. and D.R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Products: their Technology and Scientific Principles. Nottingham University Press, Definitions: III-X, Nottingham.

Grey, T.C., D. Robinson and J.M. Jones. 1982. Effects of Age and Sex on the Eviscerated Yield, Muscle and Edible Offal of Commercial Broiler Strain.

Poultry Sci. 23: 283-298.

Gurbuz, Y. 2017. Heat Applications in Feed and Food Processing. Proceedings of 72nd the IRES International Conference, Mecca, Saudi Arabia. 23rd -24th .pp 10-14.

Hafeez, A., A. Mader, I. Ruhnke, K. Manner dan J. Zentek. 2016. Effect of Feed Grinding Methods with and without Expansion on Prececal and Total Tract Mineral Digestibility as well as on Interior and Exterior Egg Quality in Laying Hens. Poultry Science, 95(1) : 62–69.

(38)

27 Hagemen, A.E. 2002. Tanin Chemistry. Handbook. Departemen Chemistry and

Boichemistry. Miami Univ. Oxvord.

Haril, J.D., Y. Tonga dan I.N. Kaca. 2018. Efek Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) pada Ransum Komersial terhadap Berat Karkas, Persentase Karkas dan Persentase Non Karkas Ayam Broiler. Gema Agro, 23(1) : 53-58.

Haroen, U. 2003. Respon Ayam Broiler yang Diberi Tepung Daun Sengon (Albizzia falcataria) dalam Ransum terhadap Pertumbuhan dan Hasil Karkas. J. Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. 6 (1): 34-41.

Hayse, P.L, dan W.W. Merion. 1973. Eviscerated Yield Components Part and Broiler. Poultry Science, 52 : 718-721.

Ichwan. 2003. Membuat Pakan Ras Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Imawana. R.M., R. Sutrisnab dan T. Kurtinib. 2016. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(4): 300-306.

Irawan, Z. 2020. Kandungan Zat Gizi Daun Kelor (Moringa oleifera) Berdasarkan Metode Pengeringan. Jurnal Kesehatan Manarang, 6(1): 69-77.

Jull, M.A. 1992. Poultry Husbandry. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.

Kartasudjana. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kertiyasa, I. K.Y., I.G. Mahardika dan I.M. Mudita. 2020. Pengaruh Pemberian Probiotik Bacillus Sp. Strain Bt3cl atau Bacillus Subtilis Strain Br2cl terhadap Produksi dan Komposisi Karkas Ayam Broiler. Jurnal Peternakan Tropika. 8(2) : 346–367.

Kiranmayi, P. 2014. Is Bio Active Compounds Inplantsacts as Anti Nutritonal Factors. Int. J. Curr. Pharm. Res, 6(2): 36-38.

Krisnadi, A.D. 2015. Kelor Super Nutrisi. Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. Lembaga Swadaya Masyarakat- Media Peduli Lingkungan.Kunduran, Blora.

Kubena, L.F., J.W. Deaton, T.C. Chen and F.N. Reece. 1974. Factors Influencing the Quantity of Abdominal Fat in Broilers 1. Rearing Temperature, Sex Age or Weight, and Dietary Choline Chloride and Inositol Supplemen- tation. Poult. Sci, 53 : 211-241.

Kumar, R. 1992. Anti-nutritional Factors, the Potential Risks of Toxicity and Methods to Alleviate them in Legume Trees and Other Fodder Trees as Protein Sources for Livestock. Proceedings of the FAO Expert Consultation Held at the Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI) in Kuala Lumpur. Malaysia. 14-18.

(39)

28 Kusuma., R.A.B. Dwiloka dan L.D. Mahfudz. 2014. Berat Karkas, Non Karkas dan Lemak Abdominal pada Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Salvinia molesta. Animal Agriculture Journal. 3(2): 249-257.

Mahfudz, L.D., W. Sarengat dan B. Srigandono. 2000. Penggunaan Ampas Tahu sebagai Bahan Penyusun Ransum Broiler. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal, Universitas Jenderal Sudirman.

Purwokerto.

Mahfudz. 2009. Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging yang Diberi Ampas Bir dalam Ransum. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Mateos, G.G., M.P. Serrano, J. Berrocoso, A.P. Bonilla and R. Lazaro. 2012.

Improving the Utilization of Raw Materials in Poultry Feeding: New Technologies and Inclusion Levels. XXIV World’s Poultry Congress.

Salvador de Bahía, Brazil : 1-13

Melo, V., N. Vargas, T. Quirino dan C.M.C. Calvo. 2013. Moringa oleifera L. an Underutilized Tree with Macronutrients for Human Health. J. Food Agric.

25 (10): 785-789.

Moreno. J.E., J.M.G. Alvarado, D.G. Sánchez, R. Lázaro, G.G. Mateos. 2010.

Effects of Type and Particle Size of Dietary Fiber on Growth Performance and Digestive Traits of Broilers from 1 to 21 Days of Age. Poultry Science.

89: 2197-2212.

Muhammad, P.H., N.L.P. Wirasiati dan A.D. Anggreni. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Curing terhadap Kandungan Senyawa Bioaktif Ekstrak Etanol Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustry, 3(4): 92-102.

Muiz, A. 2016. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Feed Additive terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Jurnal Agrisains, 17 (1) : 54-61.

Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Murtidjo, B.A. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Mutimura, M. 2018. Effect of Cutting Height on Nutritional Characteristics of Three Agroforestry Tree Legume Species and Their Feed Supplement Value on Chloris Gayana Kunth. African Journal of Agricultural Research, 13(31), 1591-1597.

Nahashon, S.N., N. Adefope, A. Amenyenu dan D. Wright. 2005. Effects of Dietary Metabolizable Energy and Crude Protein Concentration on Growth Performance and Carcass Characteristics of French Guinea Broiler. Poult.

Sci, 84 : 337-344.

(40)

29 National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. National

Academic Press. Washington.

Ndidi, U.S., C.U. Ndidi, I.A. Aimola, O.Y. Bassa, M. Mankilik, dan Z. Adamu.

2014. Effects of Processing (Boiling and Roasting) on the Nutritional and Antinutritional Properties of Bambara Groundnuts (Vigna subterranea [L.]

Verdc.) from Southern Kaduna, Nigeria. Journal of Food Processing, Article ID. 472129, 1-9.

Nirwana, 2011. Pembagian Berbagai Produk Ransum Berbahan Baku Lokal terhadap Persentase Karkas, Lemak Karkas, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 2nd Ed. Phapmann dan Hall. New York.

North, M.O. and D.D. Bell. 1992. Commercial Chicken Production Manual. 2nd Ed. The Avi Publishing Co. Inc. Wesport, Conecticut. New York.

Nuraeni. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Ransum terhadap Karakteristik Karkas dan Nonkarkas Broiler.

Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin. Makkassar.

Osfar, S. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Palada, M. and C, Chang L. C. 2003. Suggested Cultural Practices for Moringa.

AVRDC. Taiwan.

Palo, P.E., J.L. Sell. F.J. Piquer, M.F.S. Salsanova, and L. Vilaseca. 1995. Effect of Early Nutrient Restriction on Broiler Chicken Performance and Development of Gastro Intestinal Tract. Poultry Sci. 74: 88-101.

Pratikno H. 2011. Lemak Abdominal Ayam Broiler (Gallus sp) Karena Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Val). BIOMA. 13:1-8.

Priyatno, M.A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya.

Jakarta.

PT. Charoen Pokhpand Indonesia. 2006. Manual Manajemen Broiler CP 707.

Jakarta.

Purushotham, B., P.M. Radhakrishna and B.S. Sherigara. 2007. Effects of Steam Conditioning and Extrusion Temperature on Some Anti-nutritional Factors of Soyabean (Glycine max) for Pet Food Applications. American Journal of Animal and Veterinary Sciences, 2 (1) : 1-5.

(41)

30 Rahmawati, D., M.A. Djaelani, Kasiyati, dan Sunarno. 2020. Bobot Karkas dan Bagian Karkas Ayam Petelur Jantan (Gallus gallus domesticus L.) setelah Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) sebagai Imbuhan Pakan. Jurnal Biologi Tropika, 3(2): 65-72.

Ramakrishna, V., P.J. Rani dan P.R. Rao. 2013. Anti-nutritional Factors during Germination in Indian Bean (Dolichos lablab L .) Seeds. World Journal of Dairy and Food Sciences, 1(1): 6-11.

Ramteke, R., R. Doneria dan M.K. Gendley. 2019. Antinutritional Factors in Feed and Fodder used for Livestock and Poultry Feeding. Acta Scientific Nutritional Health, 3 (5): 39-48.

Rasyaf, M. 1995. Manajemen Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Swadaya.

Jakarta.

Resnawati, H. 2004. Bobot Potongan Karkas dan Lemak Abdomen Ayam Ras Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Retnani, Y., Y. Harmiyanti. D.A.P. Fibrianti, dan L. Herawati. 2009. Pengaruh Penggunaan Perekat Sintetis terhadap Ransum Ayam Broiler. Agripet, 9(1): 1-10.

Richter N, P. Siddhuraju dan Becker. 2003. Evaluation of Nutritional Quality of Moringa (Moringa oleifera Lam.) Leaves as an Alternative Protein Source for Nile Tilapia (Oreochromis niloticus L.). Department of Aquaculture Systems and Animal Nutrition, (217): 599-611.

Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press. Padang.

Rose, S. 1997. Principles of Poultry Science. CAB Internasional, Biddles Ltd.

Guidford. London.

Salam, S., A. Fatahilah., D. Sunarti, dan Isroli. 2013. Bobot Karkas dan Lemak Abdominal Broiler yang Diberi Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) dalam Ransum selama Musim Panas. Jurnal Sains Peternakan, 11 (2): 84- 89.

Samadi, B. 2010. Sukses Beternak Ayam Ras Petelur dan Pedaging. Pustaka Mina. Jakarta.

Sari, M. 2020. Substitusi Ransum Basal dengan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kualitas Karkas dan Lemak Abdominal Broiler. Skripsi.

Fakutas Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Santoso, H dan T. Sudaryani. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya. Jakarta.

(42)

31 Sarjono, H.T. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera, Lam) dalam Pakan terhadap Persentase Karkas, Persentase Deposisi Daging Dada, Persentase Lemak Abdominal dan Kolesterol Daging Ayam Pedaging. Fakultas Bioteknologi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Satyaningtijas, R. Andriyanto., A.S. Yufiadri, R. Wulandari, V.M. Darwin, dan S.

N.A. Siburi. 2015. Performan dan Kecernaan Pakan Ayam Broiler yang Diberi Hormon Testosteron dengan Dosis Bertingkat. J. Acta Veterinaria Indonesiana 3(1):29-37.

Simbolan, J.M., M. Simbolan. N, dan Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Kanisius. Yogyakarta.

Sitompul, S. 2004. Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai. Buletin Teknik Pertanian. 9(1): 33-37.

Siregar, A.P, M. Sabrani, dan P. Suprawiro. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group. Jakarta.

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sjofjan, O. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. p:649-656. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Sreelatha, S, dan P.R. Padma. 2009. Antioxidant Activity and Total Phenolic of Moringa Oleifera Leaves in Two Stage of Maturity. Plant Foods Hum Nutr. 64: 303-311.

Srigandono, B. 1998. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobilogi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Suryana. 2014. Pengaruh Tingkat Protein Ransum terhadap Penampilan Ayam Kampung Umur 22 - 33 Minggu. Peternakan Tropika, 2(2): 287-296.

Suryanah, H. Nur, dan Anggraeni. 2016. Pengaruh Neraca Kation Anion Ransum yang Berbeda terhadap Bobot Karkas dan Bobot Giblet Ayam Broiler. Jurnal Peternakan Nusantara. 2(1):1-8.

Sutardi. 1992. Pengawetan Pangan: Pendinginan dan Pengeringan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Suthama, N., H.I. Wahyuni dan I. Mangitsah. 2010. Laju Pertumbuhan Berdasarkan Degradasi Protein Tubuh pada Ayam Kedu Dipelihara Ex Situ. Prosiding Seminar Nasional tentang Unggas Lokal ke IV. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Hal. 138-146.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sementara itu, rata-rata berat biji pada varietas Argomulyo lebih rendah dibandingkan varietas Wilis, kecuali pada perlakuan aplikasi sembilan kali menggunakan kerapatan

Penelitian kuantitatif dipilih di dalam penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah sampel dari populasi auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di BPK RI

Novel Malaikat Lereng Tidar karya Remy Sylado merupakan sebuah novel yang menceritakan kehidupan Jez dan Toemirah dalam menjalani kehidupannya. Jez sebagai tentara dan

scaffolding (penyediaan dukungan untuk belajar dan memecahkan masalah). Kedua ahli tersebut menyatakan perubahan kognitif seseorang hanya akan terjadi jika konsep

kali akan naik ojek dari sana, tidak mudah membedakan mana tukang ojek yang ramah dan mana yang suka marah sebab wajah mereka sama dinginnya.. Karena sudah larut petang, kendaraan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka diperoleh model yang sesuai untuk data kepekatan particulate matter (PM10) di daerah Kajang Malaysia adalah model AR(1). Model

Ini kerana apabila kesemua elemen yang disebutkan dapat dijayakan dalam diri seseorang individu terutama yang Muslim, maka tidak mustahil mereka akan mencapai sebaik-baik

pengklasifikasian algoritma yang tepat dalam percepatan penyelesaian perkara dan sebagai alat bantu untuk mengolah dan menganalisa data register perkara perdata khusus