• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MALANG, DWI RAHAYU, SH, M.Hum. Pembina Utama Muda NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MALANG, DWI RAHAYU, SH, M.Hum. Pembina Utama Muda NIP"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

i

Laporan Kinerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian sasaran strategis Tahun 2020. Laporan Kinerja ini merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2018-2023.

Penyusunan Laporan Kinerja Bappeda mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Rencana Strategis BAPPEDA Tahun 2018-2023.

Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi, antara lain sebagai alat penilaian kinerja, wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Bappeda, dan wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat serta merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja di lingkungan Bappeda. Kinerja Bappeda diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Bappeda Tahun 2020.

Secara umum capaian kinerja sasaran telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, meskipun beberapa indikator belum menunjukkan capaian sesuai target. Berdasarkan analisis dan evaluasi objektif yang dilakukan melalui Laporan Kinerja Bappeda Tahun 2020 ini, diharapkan dapat terjadi optimalisasi peran kelembagaan dan peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja seluruh jajaran di lingkungan Bappeda, sehingga dapat mendukung capaian Visi dan Misi Kota Malang sebagai KOTA BERMARTABAT.

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA MALANG,

DWI RAHAYU, SH, M.Hum.

Pembina Utama Muda

NIP. 19710407 199603 2 003

KATA PENGANTAR

(3)

ii

BAB I PENDAHULUAN ...

a. Umum ...

b. Organisasi ...

c. Isu Strategis ...

d. Aspek Strategi Organisasi ...

BAB II PERENCANAAN KINERJA ...

a. Tujuan dan Sasaran ...

b. Strategi dan Arah Kebijakan ...

c. Indikator Kinerja Utama ...

d. Perjanjian Kinerja ...

e. Standar Penilaian Kinerja ...

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...

a. Capaian Kinerja Organisasi ...

b. Upaya Perbaikan pada Perencanaan Berikutnya ...

c. Realisasi Anggaran ...

BAB IV PENUTUP ...

LAMPIRAN ...

DAFTAR ISI

1

1

3

7

8

10

11

13

18

19

22

23

24

50

51

53

56

(4)

B

1 Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 demi mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), berdasarkan prinsip tranparansi, partisipasi, efektif dan efisien, akuntabel dan berkelanjutan, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat, diperlukan manajemen strategis yang menempatkan organisasi pada titik yang strategis, terutama untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam pengelolaan tata pemerintahan, saat ini telah terjadi pergeseran paradigma dari Goverment ke Governance, dimana persoalan publik adalah urusan bersama antara pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha dalam hubungan yang bersendikan transparansi, akuntabilitas dan partisipatif. Apabila sendi-sendi dimaksud dipenuhi maka akan terwujud Good Governance. Tuntutan dan aspirasi masyarakat kepada penyelenggaraan pemerintahan yang baik membawa konsekuensi bahwa pemerintah harus menata diri untuk sebuah perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Salah satu prinsip good governance adalah tata pemerintahan yang berwawasan ke depan, dimana setiap pelaksanaan kegiatan pemerintah di semua bidang dan tingkatan didasarkan pada visi, misi yang jelas dan jangka waktu pencapaian serta strategi implementasi yang tepat sasaran dan akuntabel.

A. UMUM

(5)

2

Berkaitan dengan implementasi manajeman strategis sektor publik secara formal diperkenalkan tahun 1999 dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang dituangkan di dalam rencana strategis organisasi yang merupakan perwujudan kewajiban instansi bersangkutan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan.

Dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Malang telah menetapkan 4 misi dan Bappeda sebagai perangkat daerah yang memiliki urusan di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan mendukung pencapaian RPJMD pada Misi ke-4 yaitu: Mewujudkan Kepuasan Masyarakat atas Layanan Pemerintahan yang Tertib Hukum, Profesional dan Akuntabel, dan Sasaran ke-2 Meningkatnya Kualitas Sistem Kelembagaan yang Efektif.

Dalam upaya mendukung capaian misi dan sasaran RPJMD yang menjadi tanggung jawab Bappeda sebagaimana dimaksud di atas, disusun Rencana Strategis yang selaras dengan RPJMD sebagai pedoman dan memberikan arah organisasi dalam pelaksanaan program kegiatan, memuat kesepakatan tolok ukur kinerja untuk mengukur keberhasilan Bappeda selama 5 tahun ke depan, sesuai dengan tugas dan fungsi Bappeda. Rencana strategis merupakan salah satu mandat prinsip good governance. Dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan dokumen perencanaan 5 (lima) tahun, memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan beserta indikator untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program kegiatan.

Sebagai perwujudan akuntabilitas terhadap pelaksanaan program

kegiatan yang tercantum dalam Rencana Strategis, Bappeda berkewajiban

membuat dan menyajikan Laporan Kinerja sebagai bentuk

pertanggungjawaban kinerja dan sebagai alat untuk mengukur

keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi kedinasannya pada setiap

akhir tahun anggaran. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja dan

Tata Cara Reviu atas Laporan Akuntabilitas Pemerintah.

(6)

3

Berdasarkan Peraturan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 76 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Disebutkan bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perencanaan, penelitian, dan pengembangan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dipimpin oleh Kepala Badan yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Dalam melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan, Bappeda menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan;

b. penyusunan perencanaan strategis dan rencana kerja tahunan;

c. penyusunan RPJPD, RPJMD, dan RKPD berikut perubahannya;

d. penyusunan perencanaan pembangunan daerah berbasis pada e-planning;

e. pelaksanaan koordinasi, sinergi, harmonisasi, pengendalian dan evaluasi perumusan kebijakan perencanaan pembangunan daerah;

f. pengkoordinasian pelaksanaan analisa dan pengkajian kewilayahan;

g. pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah;

h. pelaksanaan dan pengkoordinasian Musrenbang;

i. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan daerah;

j. pelaksanaan pengkajian kebijakan lingkup urusan pemerintahan daerah;

k. fasilitasi dan pelaksanaan inovasi daerah;

l. pemantauan, evaluasi dan pelaporan atas pelaksanaan penelitian dan pengembangan di daerah;

m. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan lingkup pemerintahan daerah;

n. pengendalian pelaksanaan program di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan;

B. ORGANISASI

(7)

4

o. pengelolaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

p. pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional;

q. pelaksanaan administrasi di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan;

r. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan; dan

s. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan.

Struktur organisasi Bappeda digambarkan dalam gambar 1.1.

sebagai berikut:

(8)

5

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

SUBBAGIAN

PERENCANAAN SUBBAGIAN UMUM

DAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN

KEUANGAN SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN

EVALUASI

SUBBIDANG DATA DAN INFORMASI

SUBBIDANG PERENCANAAN DAN PENDANAAN

SUBBIDANG PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

BIDANG EKONOMI DAN SUMBER DAYA ALAM

SUBBIDANG PERENCANAAN PENANAMAN MODAL DAN

PARIWISATA

SUBBIDANG PERENCANAAN EKONOMI DAN KEUANGAN

SUBBIDANG PERENCANAAN SUMBER

DAYA ALAM

BIDANG PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN

MANUSIA

SUBBIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN MANUSIA

SUBBIDANG PERENCANAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

SUBBIDANG PERENCANAAN PEMERINTAHAN

BIDANG INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

SUBBIDANG PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

SUBBIDANG PERENCANAAN KEWILAYAHAN

SUBBIDANG PERENCANAAN PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI

DAN INFORMATIKA

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Bappeda

BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

SUBBIDANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH

SUBBIDANG INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH

(9)

6

Dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Bappeda memiliki 44 PNS dan 4 CPNS. Berikut merupakan perincian sumber daya manusia pada Bappeda Kota Malang:

Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Pendidikan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang

Januari – Desember 2020

NO PANGKAT GOL JUMLAH

1. Pembina Utama Muda IV/c 1

2. Pembina Tk. I IV/b 1

3. Pembina IV/a 15

4. Penata Tk. I III/d 8

5. Penata III/c 8

6. Penata Muda Tk. I III/b 3

7. Penata Muda III/a 3

8. Pengatur Tk. I II/d 1

9. Pengatur II/c 1

10. Pengatur Muda Tk. I II/b 2

11. Pengatur Muda II/a -

12. Juru Tk. I I/d -

13. Juru I/c 1

14. Juru Muda Tk. I I/b -

15. Juru Muda I/a -

16. CPNS 4

JUMLAH 48

(10)

7

Bappeda Kota Malang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak lepas dari berbagai kendala dan hambatan teknis yang merupakan isu-isu strategis yang harus dicari solusi pemecahan masalahnya.

Eksistensi Bappeda sebagai perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi perencanaan pembangunan daerah dan kelitbangan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya pencapaian tujuan sistem perencanaan pembangunan yang diisyaratkan dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yaitu:

a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;

b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergis, baik antar daerah, antar ruang, antar fungsi, antar waktu maupun antara Pusat dan Daerah;

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;

d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;

e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Dalam melaksanakan tugasnya di bidang perencanaan pembangunan daerah dan kelitbangan, Bappeda bertanggung jawab dalam perumusan konsep penyelesaian masalah-masalah pembangunan sekarang dan ke depan di daerah dengan mengacu pada RPJMD Kota Malang Tahun 2018-2023 dan memperhatikan aspirasi dan kondisi objektif perkembangan dan kebutuhan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam upaya penyusunan perencanaan pembangunan dan kelitbangan yang berkualitas, ada beberapa isu strategis sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Bappeda Tahun 2018 – 2023 yang harus diperhatikan dalam menghadapi tantangan pelaksanaan tugas pokok fungsi dan pelaksanaan program kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran Bappeda, yaitu:

1. Mendorong peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah dengan perencanaan yang sesuai tahapan, tepat waktu, selaras dan pendampingan perangkat daerah secara konsinyering;

2. Belum optimalnya standar mutu pengendalian dan evaluasi perencanaan;

C. ISU STRATEGIS

(11)

8

3. Meningkatkan ketepatan dan validitas data perencanaan pembangunan;

4. Pemetaan kebutuhan kajian/analisa sektoral dan litbang untuk optimalisasi pemanfaatan dan kualitas kajian/analisa dalam mendukung perencanaan;

5. Penguatan mutu dan standar pelaksanaan penjaringan aspirasi dalam proses perencanaan;

6. Optimalisasi penyiapan kompetensi SDM Perencana.

Berdasarkan analisa isu strategis, maka ditetapkan tujuan dan sasaran Bappeda selama 5 tahun ke depan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Bappeda Tahun 2018 – 2023 sebagai upaya ikut serta mewujudkan visi dan misi Kota Malang.

Strategi merupakan suatu pola tujuan, kebijakan, program, kegiatan, keputusan, maupun pengalokasian sumber daya yang memerlukan pemahaman tentang apa organisasi itu, apa yang dikerjakannya dan mengapa ia melakukan itu. Dengan demikian strategi merupakan pengembangan dari misi organisasi yang menghubungkan organisasi itu dengan lingkungannya, sehingga strategi merupakan tanggapan yang mendasar (outline respon) organisasi terhadap tantangan-tantangan mendasar yang dihadapi.

Oleh karena itu, peningkatan kinerja perangkat daerah seperti Bappeda harus selalu berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan perencanaan pembangunan itu seharusnya diorganisir sehingga dapat menghasilkan tatanan organisasi yang benar-benar mampu mengemban visi dan misi pemerintah daerah.

Dalam melaksanakan berbagai pilihan alternatif yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan daerah tentu akan didasarkan pada pemilihan isu-isu strategis dalam menentukan prioritas kegiatan dan ini menjadi mandat dan tantangan mendasar yang dihadapi Bappeda dalam peningkatan kinerjanya.

Isu-isu strategis yang dihadapi oleh Bappeda dapat terjadi karena adanya perubahan lingkungan eksternal dan internal. Selain itu dapat pula disebabkan karena adanya perubahan mandat dan bidang urusan Bappeda.

D. ASPEK STRATEGI ORGANISASI

(12)

9

Melalui uraian di atas, dapat dirumuskan pengertian dalam kerangka konseptual tentang peningkatan kinerja organisasi Bappeda yaitu sebagai suatu usaha untuk meningkatkan hasil-hasil kerja pegawai Bappeda dalam penyelenggaraan program dan kegiatan.

Usaha yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja Bappeda itu secara teoritis menyentuh aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kinerja umum suatu organisasi yaitu dari faktor internal: pertama, aspek input/sumber daya berupa SDM, ekonomi (anggaran/keuangan), sarana prasarana/fasilitas, data dan informasi, serta budaya organisasi; kedua, aspek proses manajemen melalui unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran, pengawasan dan evaluasi; dan ketiga aspek output/hasil yang meliputi produk dan pelayanan yang profesional, akuntabel dan berkelanjutan.

Setiap unsur ini memiliki potensi yang sama untuk muncul sebagai faktor dominan yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi baik dari segi peningkatan maupun penurunan.

Selain faktor internal tersebut, faktor eksternal juga secara langsung

dapat mempengaruhi kinerja Bappeda, seperti perubahan-perubahan

kondisi politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, kondisi alam dan

kelompok-kelompok yang berkaitan dengan penyediaan input, proses

pelaksanaan dan pemanfaat output.

(13)

10

Perencanaan Kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran lebih lanjut dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra yang mencakup periode tahunan.

Rencana kinerja menggambarkan kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan indikator kinerja beserta target-targetnya berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra. Target kinerja tahunan di dalam rencana kinerja ditetapkan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran, program dan kegiatan. Target kinerja tersebut merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam satu periode tahunan.

Renstra merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat tujuan, sasaran, program, dan kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan wajib dan/atau urusan pemerintahan pilihan sesuai dengan tugas dan fungsi setiap perangkat daerah, yang disusun berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif.

Renstra Bappeda Tahun 2018-2023 memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan beserta indikator untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program kegiatan sebagai perwujudan akuntabilitas dan panduan/acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi.

Renstra Bappeda Tahun 2018 – 2023 merupakan

kesatuan gerak dan langkah Aparatur Perencana yang

mengedepankan nilai-nilai profesional, partisipatif dan

berkualitas sehingga dapat melaksanakan tugas secara efesien

dan efektif guna menjamin eksistensi Bappeda di masa

mendatang. Renstra Bappeda Tahun 2018 – 2023 akan menjadi

pedoman dan melandasi dalam penyusunan Rencana Kerja

Bappeda tiap tahunnya.

(14)

11

Perumusan tujuan dan sasaran pada Rencana Strategis Bappeda Tahun 2018 – 2023 mengacu pada Misi ke–4, tujuan dan sasaran yang ada pada RPJMD Kota Malang tahun 2018–2023 yaitu:

Misi ke-4 : Memastikan kepuasan masyarakat atas layanan Pemerintah yang tertib hukum, profesional dan akuntabel;

Tujuan : Mewujudkan kepuasan masyarakat atas layanan Pemerintah yang tertib hukum, profesional;

Sasaran : Meningkatnya kualitas kelembagaan yang efektif dengan indikator NILAI SAKIP Kota Malang.

Berdasarkan misi, tujuan dan sasaran RPJMD di atas, Bappeda sebagai perangkat daerah yang bertanggung jawab pada perencanaan dan kelitbangan menetapkan tujuan dan saran organisasi dalam upaya mendukung capaian kinerja RPJMD dan memberikan arah pelaksanaan tugas dan fungsi.

Hubungan antara tujuan dan sasaran Bappeda digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Tujuan dan Sasaran Strategis Bappeda

A. TUJUAN DAN SASARAN

(15)

12

Berikut disajikan matrik Tujuan dan Sasaran Renstra Bappeda Tahun 2018 – 2023:

Tabel 2.1. Matrik Tujuan dan Sasaran Renstra Tahun 2018 – 2023

Tujuan Indikator

Tujuan Sasaran Indikator

Sasaran

Target Kinerja Sasaran pada Tahun ke-

2019 2020 2021 2022 2023 Mewujudkan

perencanaan pembangunan yang

akuntabel, sinergis dan partisipatif

Nilai evaluasi SAKIP komponen perencanaan

24 25 25,25 25,50 25,75

Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

Persentase perencanaan pembangunan daerah yang sesuai ketentuan

85% 87% 90% 92% 95%

Persentase Perencanaan perangkat Daerah yang sesuai ketentuan.

80% 85% 90% 100% 100%

Persentase Jumlah kajian/

analisa/studi/

rencana induk/

grand design sektoral yang mendukung perencanaan.

75% 85% 90% 100% 100%

Persentase pemanfaatan hasil kelitbangan dalam pengambilan kebijakan daerah

80% 90% 100% 100% 100%

Persentase kebijakan inovasi yang diterapkan di daerah

5% 10% 30% 60% 90%

Meningkatnya kinerja pelayanan perangkat Daerah

Nilai SAKIP Bappeda

83,23 83,40 83,60 83,75 83,85

(16)

13

Strategi adalah suatu rencana untuk mencapai tujuan tertentu yang disusun sedemikian rupa oleh suatu organisasi sesuai dengan misi yang hendak diraihnya sekaligus untuk melaksanakan mandat/tugas-tugas yang diembannya dengan mempertimbangkan pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal maupun internal. Sebagai suatu rencana, maka strategi tidak dengan sendirinya akan mampu meraih apa yang diharapkan begitu selesai disusun. Faktor implementasi/pelaksanaan dari suatu strategi itulah yang paling berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu strategi. Sebaik apapun suatu strategi, tidak akan berhasil apabila buruk dalam mengimplementasikannya. Sebaliknya, apabila suatu strategi disusun biasa- biasa saja, namun baik dalam melaksanakannya, niscaya akan membuat berhasil strategi tersebut.

Strategi bukan merupakan pedoman kaku (rigid) bagi implementasi karena filosofi penyusunan strategi adalah sebagai jembatan suatu organisasi dengan lingkungannya, sehingga tetap dimungkinkan adanya suatu fleksibilitas yang adaptif namun tetap relevan. Dalam suatu organisasi, strategi yang dipandang baik dan sesuai serta secara nyata dapat memberikan kontribusi kemajuan perlu dipertahankan keberadaannya. Sedangkan untuk strategi yang dipandang sudah tidak sesuai dan tidak dapat memberikan kontribusi kemajuan pada organisasi, perlu untuk dirumuskan kembali dengan maksud agar hubungan antara faktor internal dan eksternal organisasi dapat terjalin kesesuaian dan keserasian kembali.

Untuk merealisasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan mengembangkan strategi pencapaian tujuan dan sasaran secara optimal.

Strategi dan arah kebijakan Bappeda dalam upaya mencapai tujuan

dan sasaran sebagaimana telah ditetapkan di Renstra Bappeda Tahun 2018 – 2023 sebagai berikut:

a. Strategi

➢ Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah dengan melaksanakan kaidah perencanaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan didukung dengan kualitas hasil kajian sektoral serta penelitian dan pengembangan yang berkualitas.

B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

(17)

14 b. Arah Kebijakan

Arah kebijakan merupakan pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan. Arah kebijakan Bappeda adalah:

1. Penguatan pendampingan dan verifikasi perencanaan perangkat daerah dengan konsinyering yang melibatkan akademisi, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penguatan terhadap kompetensi verifikator di Bappeda Kota Malang dalam bentuk bimtek, sosialisasi, pelatihan, Jumat Sinau yaitu membedah regulasi atau isu yang sedang berkembang di masyarakat, pelaksanaan zero zone tiap Jumat ganjil yaitu media saling bertukar informasi antar individu di Bappeda tanpa melihat status pangkat atau jabatan sehingga tiap individu wajib menjadi pemateri untuk menyampaikan informasi terkait bidang tugasnya;

b. Penguatan kualitas verfikasi perencanaan perangkat daerah dalam bentuk penyusunan petunjuk teknis penyusunan dokumen Renstra dan Renja perangkat daerah yang nantinya dijadikan pedoman perangkat daerah dalam proses penyusunan perencanaan dan verifikator dalam melakukan verifikasi, memperbaiki kelengkapan kertas kerja yang bisa mengakomodir kebutuhan dinamika perencanaan. Sebelum proses verifikasi selalu dilakukan rapat internal Bappeda untuk mendalami materi dan metode verifikasi;

c. Proses verifikasi dilakukan secara konsinyering dan melibatkan akademisi sebagai konsekuensi penerapan sinergi Pentahelix;

d. Verifikator harus mengekspose hasil verifikasi dokumen perencanaan perangkat daerah mitranya di depan bidang lain, Kepala Badan dan tenaga ahli untuk mendapat masukan perbaikan dan bertukar informasi;

e. Penguatan pendampingan dan verifikasi dimulai pada tahun pertama

sampai dengan tahun ketiga sebagai dasar pondasi, dengan harapan

pada tahun tahun ke-4 sampai dengan tahun ke-5 proses verifikasi

dan pendampingan sudah berjalan lancar dan menghasilkan dokumen

perencanaan yang semakin berkualitas.

(18)

15

2. Meningkatkan standar mutu pengendalian dan evaluasi perencanaan secara konsisten dengan mengoptimalkan pemanfaatan sistem teknologi informasi yang terintegrasi (e-planning dan e-monev), melalui beberapa cara yaitu:

a. Menerapkan pengendalian dan evaluasi perencanaan sesuai dengan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 dengan melalui 3 tahapan yaitu:

- Ex-ante evaluation

Pengendalian dan evaluasi dilakukan pada saat penyusunan dokumen perencanaan;

- On-going evaluation

Pengendalian dan evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan perencanaan;

- Ex-pose evaluation

Pengendalian dan evaluasi dilakukan pada hasil perencanaan.

b. Menerapkan mekanisme reward and punishment sebagai bagian dari pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan;

c. Membangun teknologi informasi dalam pengendalian dan evaluasi perencanaan yang terintegrasi (e-planning dan e-monev);

d. Meningkatkan kualitas kertas kerja evaluasi dan pengendalian perencanaan pembangunan perangkat daerah;

e. Meningkatkan kompetensi evaluator.

3. Meningkatkan kualitas manajemen database perencanaan pembangunan, melalui beberapa cara:

a. Bekerja sama dengan Diskominfo sebagai Walidata untuk meningkatkan kuantitas keterisian e-database pada SIPD;

b. Bekerja sama dengan Diskominfo sebagai Walidata untuk meningkatkan kualitas dan kevalidan e-database data pada SIPD;

c. Secara berkala meningkatkan kapasitas pengelola database;

d. Melaksanakan semua tahapan pengelolaan database sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (pemetaan, pengumpulan, pengisian, validasi, evaluasi).

4. Implementasi mekanisme perencanaan sesuai regulasi, melalui beberapa cara yaitu:

a. Melaksanakan semua tahapan, sistematika, timeline sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan;

(19)

16

b. Selaras dan mengakomodir dokumen perencanaan lainnya (RTRW, KLHS, Rencana Kelitbangan, Sistem Inovasi Daerah/SIDA dan Road Map atau Rencana Induk Lainnya);

c. Secara bertahap menyempurnakan Implementasi Sistem Informasi

Pembangunan Daerah sesuai aturan perundangan yaitu Integrasi e-database, e-planning, e-monev, dan e-report;

d. Melakukan pemantauan dan pengendalian perencanaan perangkat daerah;

e. Meningkatkan kualitas hasil penjaringan aspirasi masyarakat dengan menyediakan fasilitator yang terlatih.

5. Pemetaan kebutuhan dan penguatan kajian analisa sektoral dan litbang yang mendukung perencanaan, melalui beberapa cara yaitu:

a. Meningkatkan kerja sama dengan akademisi yang ahli di bidangnya, sebagai bagian dari sinergi Pentahelix;

b. Melakukan kajian sektoral dan litbang yang akan mendukung perencanaan pembangunan dan pengambilan kebijakan daerah.

Tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan Bappeda digambarkan

pada Gambar 2.2. sebagai berikut:

(20)

17

Gambar 2.2. Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Bappeda

TUJUAN

Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang Akuntabel, Sinergis dan Partisipatif

SASARAN

1. Meningkatnya Kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah;

2. Meningkatnya Kinerja Pelayanan perangkat Daerah.

STRATEGI

Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah dengan melaksanakan kaidah perencanaan sesuai aturan perundang-undangan dan didukung dengan kualitas hasil kajian sektoral dan litbang yang berkualitas

ARAH KEBIJAKAN

1. Penguatan pendampingan dan verifikasi perencanaan perangkat daerah dengan konsinyering yang melibatkan akademisi;

2. Meningkatkan standar mutu pengendalian dan evaluasi perencanaan secara konsisten dengan mengoptimalkan pemanfaatan sistem teknologi informasi yang

terintegrasi (e-planning dan e-monev);

3. Meningkatkan kualitas manajemen database perencanaan pembangunan;

4. Implementasi mekanisme perencanaan sesuai regulasi;

5. Pemetaan kebutuhan dan penguatan kajian analisa

sektoral dan litbang yang mendukung perencanaan.

(21)

18

IKU adalah ukuran atau indikator kinerja suatu instansi, utamanya dalam mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Setiap lembaga atau instansi pemerintah wajib merumuskan indikator kinerja utama, dan menjadikan hal itu sebagai prioritas utama.

Tujuan penetapan IKU bagi organisasi Bappeda adalah:

1. Untuk mendapatkan ukuran sejauh mana keberhasilan dan pencapaian yang telah diraih Bappeda setiap tahun anggaran. Ukuran tersebut nantinya akan dijadikan patokan untuk meningkatkan kualitas kinerja PNS di Bappeda;

2. Untuk mendapatkan informasi penting soal kinerja PNS Bappeda.

Informasi dimaksud nantinya akan dijadikan salah satu pedoman dalam menyusun manajemen kerja yang baik.

Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Malang ditetapkan dalam Keputusan Walikota Malang Nomor: 188.45/234/35.73.112/2019 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Malang dan perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Malang Tahun 2019 - 2023.

Adapun Indikator Kinerja Utama Bappeda sebagaimana tercantum dalam Keputusan Walikota dimaksud, sebagai berikut:

Tabel 2.2. Indikator Kinerja Utama Bappeda

No. Tujuan/sasaran Indikator Kinerja Utama Tahun

2019 2020 2021 2022 2023 1. Mewujudkan perencanaan

pembangunan yang akuntabel, sinergis dan partisipatif

Nilai evaluasi SAKIP dari

komponen perencanaan 24 25 25,25 25,50 25,75

2. Meningkatnya kualitas perencanaan

pembangunan daerah

Persentase Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai

Ketentuan

85% 87% 90% 92% 95%

Persentase Dokumen Perencanaan perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

80% 85% 90% 100% 100%

Persentase Jumlah kajian/analisa/studi /rencana induk/grand design yang ditindaklanjuti

75% 85% 90% 100% 100%

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah

80% 90% 100% 100% 100%

Persentase Kebijakan Inovasi

yang Ditetapkan di Daerah 5% 10% 30% 60% 90%

3. Meningkatnya kinerja pelayanan perangkat daerah

Nilai SAKIP 83,23 83,40 83,60 83,75 83,85

C. INDIKATOR KINERJA UTAMA

(22)

19

Perjanjian kinerja merupakan pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian kinerja disepakati bersama antara penerima dan pemberi amanah dan merupakan ikhtisar Rencana Kinerja Tahunan yang telah disesuaikan dengan ketersediaan anggaran.

Perjanjian kinerja merupakan proses perjanjian rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategi yang akan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan tahunan.

Di dalam perjanjian kinerja memuat sasaran strategis dengan merinci indikator kinerja dan target yang ditetapkan untuk dapat dicapai dalam tahun 2020.

Tujuan perjanjian kinerja adalah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur, mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan amanah yang diterimanya dan terus meningkatkan kinerjanya serta sebagai alat pengendalian manajemen yang praktis bagi organisasi.

Perjanjian kinerja inilah yang menjadi dasar penyusunan perjanjian kinerja seluruh PNS di lingkungan Bappeda, mulai dari level pimpinan tertinggi (eselon II), sampai ke Pelaksana berdasarkan tugas dan fungsi serta hasil turunan (cascading) dari perjanjian kinerja atasannya. Untuk mewujudkan kinerja tersebut Bappeda mendapat dukungan anggaran dari

APBD sebesar Rp 9.111.487.500,00 yang digunakan untuk melaksanakan 6 program, yang terdiri dari 65 kegiatan sebagai berikut:

Tabel 2.3. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Target Bappeda Tahun 2020

No. SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1. Meningkatnya Kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah

Persentase Dokumen Perencanaan Pembangunan

Daerah yang Sesuai Ketentuan 87%

Persentase Dokumen Perencanaan perangkat

Daerah yang Sesuai Ketentuan 85%

Persentase Jumlah kajian/analisa/studi /rencana

induk/grand design yang ditindaklanjuti 85%

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam

Kebijakan Daerah 90%

Persentase Kebijakan Inovasi yang Ditetapkan di

Daerah 10%

2. Meningkatnya Kinerja Pelayanan perangkat Daerah

Hasil Evaluasi SAKIP 83,4

Dokumen Perjanjian Kinerja Eselon III dan Eselon IV Bappeda Tahun 2020 disajikan dalam Lampiran-1.

D. PERJANJIAN KINERJA

(23)

20

Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.

Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya.

Tujuan dari perjanjian kinerja meliputi wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi serta pemberian penghargaan dan sanksi; dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah; dan dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.

Berikut disajikan perjanjian kinerja Bappeda Kota Malang

Tahun 2020 secara rinci sebagai berikut:

(24)

21

Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja Bappeda Tahun 2020

Tujuan: Mewujudkan Perencanaan Pembangunan yang Akuntabel, Sinergis dan Partisipatif

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Program Anggaran Meningkatnya

kualitas perencanaan pembangunan daerah

Persentase dokumen perencanaan

pembangunan daerah yang sesuai ketentuan

87% ➢ Perencanaan Pengendalian dan Evaluasi

➢ Perencanaan Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam

➢ Perencanaan Bidang

Pemerintahan dan Pembangunan Manusia

➢ Perencanaan Bidang

Infrastruktur dan Kewilayahan

➢ Program Penelitian dan

Pengembangan

Rp 1.516.900.000,00

Rp 1.091.685.000,00

Rp 995.044.000,00

Rp 1.436.298.000,00

Rp 1.794.260.000,00 Persentase dokumen

perencanaan

perangkat daerah yang sesuai ketentuan

85%

Persentase jumlah kajian/analisa/studi /rencana induk/grand design yang

ditindaklanjuti

85%

Persentase

pemanfaatan hasil kelitbangan dalam kebijakan daerah

90%

Persentase

pemanfaatan hasil kelitbangan dalam kebijakan daerah

10%

Meningkatnya kinerja

pelayanan perangkat daerah

Hasil evaluasi SAKIP 83,4 ➢ Pelayanan

Kesekretariatan Rp 2.277.300.500,00

Jumlah Rp 9.111.487.500,00

Berikut disajikan matriks anggaran setiap sasaran strategis Bappeda pada tahun 2020 sebagai berikut:

Tabel 2.5. Sasaran Strategis dan Alokasi Anggaran Bappeda Tahun 2020

No. SASARAN STRATEGIS ANGGARAN

1. Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah Rp 6.834.187.000,00 2. Meningkatnya kinerja pelayanan perangkat daerah Rp 2.277.300.500,00

JUMLAH Rp 9.111.487.500,00

Sasaran strategis ke-1 (kesatu) merupakan sasaran strategis terkait

perencanaan dan kelitbangan yang merupakan proses bisnis utama

Bappeda. Untuk mendukung tercapainya sasaran strategis ini, didukung

anggaran sebesar Rp 6.834.187.000,00. Sedangkan sasaran strategis ke–2

(kedua) merupakan proses bisnis managerial sebagai supporting

(kesekretariatan) terhadap tercapainya sasaran pada proses bisnis utama

yaitu perencanaan dan kelitbangan.

(25)

22

Capaian Indikator Kinerja = Realisasi/Target x 100%

Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah.

Standar penilaian kinerja terhadap laporan kinerja perangkat daerah merupakan tolok ukur keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan kebijakan teknis, program dan kegiatan. Agar dapat dilakukan analisis terhadap hasil kinerja Bappeda Kota Malang maka telah ditetapkan standar pencapaian sebagai parameter keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan kebijakan teknis, program dan kegiatan sebagai berikut:

Tabel 2.6. Standar Penilaian Kinerja

Nilai % Pencapaian

110 ke atas Sangat tercapai/Sangat berhasil 90 ≤ x < 110 Tercapai/Berhasil

60 ≤ x < 90 Cukup tercapai/Cukup berhasil x < 60 Tidak tercapai/Tidak berhasil

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase capaian target indikator kinerja adalah:

Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi kinerja dilakukan analisis pencapaian kinerja untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai sebab-sebab tercapai atau tidak tercapainya kinerja yang diharapkan.

E. STANDAR PENILAIAN KINERJA

(26)

23

Akuntabilitas Kinerja merupakan perwujudan kewajiban Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan kinerja organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik setiap tahun.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu upaya untuk terciptanya pemerintahan yang baik (Good Governance).

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang (Bappeda) mengemban amanah masyarakat Kota Malang dalam bidang Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kelitbangan, sehingga memiliki kewajiban untuk menyajikan Laporan Kinerja Tahunan sesuai dengan ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Akuntabilitas Pemerintah. Laporan kinerja tersebut memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target masing-masing indikator sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Bappeda Tahun 2018-2023 dan Rencana Kerja Bappeda Tahun 2020.

Sebagai wujud akuntabilitas kinerja organisasi penilaian capaian indikator kinerja utama menggambarkan capaian indikator outcomes.

Dengan demikian, penilaian capaian kinerja Bappeda merupakan agregat

dari capaian kinerja pada unit kerja eselon II. Untuk mengukur indikator

kinerja, penilaian dilakukan dengan melakukan pemetaan terhadap aspek

sasaran, program, kegiatan dan indikator yang termuat dalam Renstra,

Renja, Perjanjian Kinerja dan DPA Bappeda.

(27)

24

Capaian kinerja Bappeda menunjukkan setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Bappeda sesuai dengan hasil pengukuran kinerja Bappeda. Pengukuran kinerja Bappeda dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja setiap indikator sasaran dalam perjanjian kinerja dengan realisasinya. Capaian indikator kinerja sasaran atas perjanjian kinerja di atas mengacu pada sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bappeda meliput:

Sasaran 1:

Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah, dengan indikator:

➢ Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang sesuai ketentuan;

➢ Persentase Perencanaan perangkat Daerah yang sesuai ketentuan;

➢ Persentase Jumlah kajian/analisa/studi/rencana induk/grand design sektoral yang mendukung perencanaan;

➢ Persentase pemanfaatan hasil kelitbangan dalam pengambilan kebijakan daerah;

➢ Persentase kebijakan inovasi yang diterapkan di daerah.

Sasaran 2:

Meningkatnya kinerja pelayanan perangkat daerah, dengan indikator:

➢ Nilai SAKIP

Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut di atas dilakukan analisis capaian kinerja tahun 2020 sebagai berikut:

1. Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2020

Capaian kinerja tahun anggaran 2020 merupakan hasil pengukuran capaian kinerja sasaran yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kinerja dengan membandingkan target kinerja dan realisasinya pada tahun 2020 sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

(28)

25

Table 3.1. Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2020

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target

2020 Realisasi

2020 Capaian

2020 Keterangan Meningkatnya

Kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

87% 96,038% 110,4% Melampaui target

Persentase Perencanaan perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

85% 87,46% 103% Melampaui target

Persentase Jumlah Kajian/Analisa/Studi /Rencana Induk/

Grand Design yang Ditindaklanjuti

85% 92% 108% Melampaui

target

Persentase

Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah

90% 100% 111% Melampaui target

Persentase Kebijakan Inovasi yang

Ditetapkan di Daerah

10% 12% 120% Melampaui

target

Meningkatnya Kinerja

Pelayanan Perangkat Daerah

Hasil Evaluasi SAKIP Bappeda

83,40 85,02 101,9% Melampaui target

Sumber: Kertas Kerja Perhitungan Capaian Kinerja Tahun 2020

Berdasarkan data yang disajikan di atas, rata-rata capaian kinerja Bappeda pada Tahun 2020 mencapai 107,38% dan masuk dalam kategori Cukup Berhasil. Secara keseluruhan, 2 sasaran strategis dengan 6 indikator kinerja, telah melampaui target kinerja yang diperjanjikan.

Dengan demikian maka secara umum Bappeda Kota Malang telah

melaksanakan tugas dan fungsi dalam bidang perencanaan

pembangunan daerah dan kelitbangan secara baik dalam rangka

mencapai tujuan organisasi seperti yang telah ditetapkan dalam Renstra

Bappeda tahun 2018-2023.

(29)

26

2. Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2018-2023

Tahun 2020 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Bappeda 2018 – 2023. Adapun realisasi dan capaian kinerja Bappeda apabila disandingkan dengan tahun sebelumnya, diperoleh matrik sebagai berikut:

Tabel 3.2. Realisasi Kinerja Tahun 2018-2023

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Data Awal 2018

Realisasi Kinerja Capaiam Kinerja 2019 2020 20

21 20 22

20 23

2019 2020 20 21

20 22

20 23 Meningkatnya

Kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

80% 96,53% 96,38% - - - 113,5% 110,4% - - -

Persentase Perencanaan perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

80% 86,95% 87,46% - - - 108% 103% - - -

Persentase Jumlah Kajian/Analisa /Studi /Rencana Induk/Grand Design yang Ditindaklanjuti

NA 76,3% 92% - - - 101% 108% - - -

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah

NA 85,7% 100% - - - 107% 111% - - -

Persentase Kebijakan Inovasi yang Ditetapkan di Daerah

NA 4,7% 12% - - - 94% 120% - - -

Meningkatnya Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

Hasil Evaluasi SAKIP

83,23 82,50 85,02 - - - 99% 101,9% - - -

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa ada

peningkatan trend realisasi pada 5 indikator sasaran, sedangkan 1 indikator sasaran mengalami trend penurunan tetapi masih melampaui

target kinerja, sedangkan dari nilai capaian kinerja terdapat trend

peningkatan pada 4 indikator sasaran dan trend penurunan pada 2 indikator kinerja tetapi nilai capaian dimaksud masih diatas 100% dan

dalam kategori sangat berhasil dengan penjelasan sebagai berikut:

(30)

27

Sasaran 1: Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

Indikator: Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang sesuai ketentuan, menunjukkan penurunan trend realisasi dan capaian kinerja apabila dibandingkan dengan data realisasi dan capaian tahun 2019, akan tetapi secara realisasi masih melampaui target kinerja yang diperjanjikan dan mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan data awal;

Indikator: Persentase Perencanaan Perangkat Daerah yang sesuai ketentuan, menunjukkan peningkatan realisasi dibandingkan data realisasi tahun 2019 dan data awal, akan tetapi secara trend capaian mengalami penurunan dibanding data capaian tahun 2019;

Indikator: Persentase Jumlah Kajian/Analisa/Studi/Rencana Induk/Grand Design yang ditindaklanjuti, mengalami peningkatan realisasi dan capaian kinerja apabila dibandingkan dengan data realisasi dan capaian tahun 2019;

Indikator: Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah, walaupun tidak ada data awal karena sebelumnya tidak pernah dilakukan pengukuran pada indikator dimaksud, namun mengalami trend peningkatan realisasi dan capaian kinerja apabila dibandingkan dengan data realisasi dan capaian tahun 2019;

Indikator: Persentase Kebijakan Inovasi yang ditetapkan di daerah, tidak ada data awal karena Sistem Inovasi Daerah (SIDA) baru disusun tahun 2019, dan pada tahun 2020 ini mengalami peningkatan realisasi dan capaian kinerja.

Sasaran 2: Meningkatnya Kinerja Pelayanan perangkat Daerah

Indikator: Hasil Evaluasi SAKIP, apabila disandingkan data awal dan

data realisasi dan capaian tahun 2019, nilai SAKIP Bappeda

mengalami kenaikan.

(31)

28

3. Realisasi Kinerja yang mengacu pada Target Jangka Menengah Renstra

Analisa berikutnya dalam mengukur capaian kinerja sasaran

adalah dengan membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun 2020 dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum

pada Rencana Strategis Bappeda Tahun 2018 – 2023 seperti dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.3. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2020 dengan target Jangka Menengah Renstra 2018 -2023

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Jangka Menengah

Realisasi Kinerja

2019 2020 2021 2022 2023 Meningkatnya

Kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah Perangkat Daerah

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

95% 96,53% 96.038% - - -

Persentase Perencanaan perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

100% 86,95% 87,46% - - -

Persentase Jumlah Kajian/Analisa/Studi /Rencana Induk/Grand Design yang ditindaklanjuti

100% 76,3% 92% - - -

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah

100% 85,7% 100% - - -

Persentase Kebijakan Inovasi yang Ditetapkan di Daerah

90% 4,7% 12% - - -

Meningkatnya Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

Hasil Evaluasi SAKIP 83,85 82,50 85,02 - - -

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dijelaskan bahwa pada pelaksanaan

tahun kedua Rencana Strategis Bappeda, dari 6 indikator kinerja, yang

telah memenuhi target jangka menengah Renstra adalah 3 indikator

kinerja yaitu persentase perencanaan pembangunan daerah yang sesuai

ketentuan, persentase pemanfaatan hasil kelitbangan dalam kebijakan

daerah dan hasil evaluasi SAKIP Bappeda, sedangkan 3 indikator belum

mencapai target jangka menengah pada Renstra. Untuk indikator kinerja

sasaran yang telah memenuhi jangka menengah pada Renstra,

selanjutnya akan dilakukan penyesuaian target kinerja pada

pelaksanaan tahun berikutnya.

(32)

29

4. Realisasi Kinerja dan Standar Pelayanan Minimal/Standar Nasional Lainnya

Analisa berikutnya dalam mengukur capaian kinerja sasaran adalah dengan membandingkan realisasi kinerja indikator sasaran Bappeda dengan target dan realisasi standar pelayanan minimal/standar nasional sebagaimana tabel berikut:

Tabel. 3.4. Realisasi Kinerja dan Standar Pelayanan Minimal/Standar Nasional Lainnya

No. Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Realisasi Kinerja

2020

Standar Nasional Target

2020

Realisasi 2020

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Meningkatnya Kualitas Perencanaan Pembangunan Daerah

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

96,038% - -

Persentase Perencanaan perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

87,46% - -

Persentase Jumlah

Kajian/Analisa/Studi/Rencana IndukGrand Design yang ditindaklanjuti

92% - -

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah

100% - -

Persentase Kebijakan Inovasi yang Ditetapkan di Daerah

12% - -

2. Meningkatnya Kinerja

Pelayanan Perangkat Daerah

Hasil Evaluasi SAKIP 85,02 - -

Berdasarkan tabel 3.4 diatas, dijelaskan bahwa realisasi kinerja

sasaran Bappeda tidak dapat disandingkan dengan dengan standar

pelayanan minimal atau standar nasional lainnya, karena Bappeda

merupakan perangkat daerah yang melaksanakan urusan penunjang

pemerintahan bukan melaksanakan urusan wajib sehingga tidak

melaksanakan SPM ataupun standar nasional lainnya.

(33)

30

5. Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Untuk menganalisa keberhasilan atau kegagalan indikator kinerja dalam rangka pencapaian sasaran kita lihat tabel ikhtisar pencapaian capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 3.5. Ikhtisar Capaian Kinerja pada Tahun 2020

Sasaran/Indikator Kinerja % Capaian

Rata-rata Capaian

Predikat 110

keatas

90 =<s/d

<110

60=< s/d

<90 <60 Sangat

Berhasil Berhasil Cukup Berhasil

Tidak Berhasil

Meningkatnya Kualitas Perencanaan

Pembangunan Daerah

110,48%

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

110,4% v

Persentase Perencanaan Perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

103% v

Persentase Jumlah Kajian/Analisa/Studi/

Rencana Induk/Grand Design yang Ditindaklanjuti

108% v

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah

111% v

Persentase Kebijakan Inovasi yang Ditetapkan di Daerah

120% v

Meningkatnya Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

101,9%

Hasil Evaluasi SAKIP 101,9% v

Berdasarkan data pada tabel 3.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa

secara umum realisasi capaian indikator sasaran strategis Bappeda

tahun 2020 dalam kategori Berhasil dan Sangat Berhasil.

(34)

31

Analisa penyebab keberhasilan dan kegagalan capaian indikator kinerja sasaran strategis dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

Dari Tabel 3.5 di atas, terlihat bahwa hasil evaluasi kinerja terhadap sasaran meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah dengan 5 indikator kinerja sasaran menunjukkan predikat Sangat Berhasil yaitu mempunyai nilai capaian rata–rata 110,48%, dengan semua indikator dapat mencapai target kinerja yang diperjanjikan.

Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan capaian indikator kinerja sebagai berikut:

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

Definisi: Perencanaan pembangunan daerah yang sesuai ketentuan apabila perencanaan pembangunan (RPJMD dan RKPD) memenuhi kriteria, yaitu:

a. Perencanaan pembangunan sesuai dengan tahapan yang

diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 30%);

b. Perencanaan pembangunan selesai tepat waktu sesuai yang

diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 20%);

c. Dokumen perencanaan sesuai dengan sistematika yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (15%);

d. Keselarasan antara program RPJMD dan RKPD pada tiap tahunnya (10%);

e. Perencanaan pembangunan mengakomodir amanat kebijakan daerah tentang tata ruang (Perda RTRW) (bobot 10%);

f. Indikator kinerja dan target kinerja dirumuskan secara SMART-C yaitu Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bond, dan Countinously Improve (bobot 10%);

g. Keterlibatan masyarakat melalui Musrenbang (bobot 5%).

(35)

32

Pada tabel ikhtisar capaian kinerja terlihat bahwa, capaian indikator persentase perencanaan pembangunan daerah yang sesuai ketentuan dalam kategori sangat berhasil, yaitu tercapai 110,4% dengan realisasi sebesar 96,038% dari target 87% hal ini karena:

1. Bappeda sebagai perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah berupaya untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan terkait perencanaan yaitu:

a. Perencanaan pembangunan daerah melalui semua tahapan yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Setiap tahapan perencanaan dilaksanakan sesuai timeline yang diatur secara rigid oleh ketentuan peraturan perundang- undangan;

c. Dokumen perencanaan pembangunan disusun sesuai sistematika yang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pada saat menyusun dokumen perencanaan tahunan (RKPD) diselaraskan dan disinkronkan dengan program yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan lima tahunan (RPJMD).

3. Berupaya meningkatkan akomodir kebijakan daerah tentang tata ruang (RTRW) dalam dokumen perencanaan pembangunan tahunan (RKPD), karena berdasarkan hasil verifikasi, dokumen perencanaan pembangunan tahunan (RKPD) tahun 2020 hanya mengakomodir 60,38% indikasi program yang diamanatkan dalam dokumen RTRW/RDTR.

4. Indikator kinerja dan target kinerja pada dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJMD dan RKPD) telah dirumuskan secara SMART-C dan digunakan sebagai alat mencapai visi dan misi Kota Malang.

5. Walaupun dari tahun ke tahun usulan Musrenbang yang diakomodir

dalam APBD Kota Malang terus meningkat namun masih perlu terus

dilakukan upaya perbaikan. Berikut disajikan diagram usulan

Musrenbang yang diakomodir dalam APBD sebagai berikut:

(36)

33

Gambar 3.1. Diagram usulan Musrenbang yang diakomodir dalam APBD

Dari diagram diatas terlihat bahwa pada APBD tahun 2021 mengakomodir usulan Musrenbang sebesar 47,37% dan mengalami trend peningkatan dibanding usulan Musrenbang yang diakomodir pada APBD 2019 dan APBD 2020 dengan peningkatan anggaran sebagai berikut:

APBD 2019 : Mengakomodir usulan Musrenbang sebesar Rp. 106.597.686.360,00

APBD 2020 : Mengakomodir usulan Musrenbang sebesar Rp. 172.845.886.044,00

APBD 2021 : Mengakomodir usulan Musrenbang sebesar Rp. 197.400.000.000,00

Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Bappeda untuk meningkatkan kualitas usulan Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan untuk penyusunan RKPD Tahun 2022 antara lain:

1. melakukan inisiasi program pendampingan pelaksanaan Musrenbang kelurahan dan kecamatan dengan melibatkan unsur masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap program pemberdayaan masyarakat yang disebut sebagai laskar perencana. Laskar perencana direkrut secara terbuka oleh Bappeda dan diberi bimbingan teknis terkait perencanaan dan pemberdayaan masyarakat untuk melakukan pendampingan Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan. Harapannya,

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

8%

13%

24% 23%

47%

2017 2018 2019 2020 2021

(37)

34

usulan masyarakat tidak lagi berdasarkan daftar keinginan tetapi merupakan kebutuhan prioritas dalam upaya mengatasi permasalahan di lingkungan kelurahan/kecamatan;

2. memperbaiki petunjuk teknis pelaksanaan Musrenbang agar lebih bisa menjawab pertanyaan permasalahan di lapangan dan mudah dipahami pelaksana di lapangan;

3. memperbaiki dan menyesuaikan kamus usulan Musrenbang agar sesuai dengan nomenklatur program kegiatan berdasarkan

Permendagri Nomor 90 Tahun 2019 dan Kepmendagri Nomor 050-3708 Tahun 2020 sebagai dasar pegangan pemilihan

program kegiatan di e-Musrenbang SIPD;

4. tahun 2021 merupakan tahun pertama pemberlakuan seluruh tahapan perencanaan pembangunan menggunakan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD), maka Bappeda melakukan pendampingan secara intensif tata cara pengisian usulan Musrenbang ke dalam e-Musrenbang SIPD dan menyusun template proposal usulan Musrenbang sebagai bahan acuan pelaksana Musrenbang ; 5. mengedukasi komponen pemberdayaan masyarakat di kelurahaan

dan kecamatan tentang regulasi daerah terkait program pemberdayaan masyarakat.

Persentase Perencanaan perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

Definisi: Perencanaan perangkat daerah yang sesuai ketentuan apabila perencanaan perangkat daerah (Renstra dan Renja PD) memenuhi kriteria, yaitu:

1. Perencanaan perangkat daerah sesuai dengan tahapan yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 30%);

2. Perencanaan perangkat daerah selesai tepat waktu sesuai yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 20%);

3. Dokumen Perencanaan perangkat daerah sesuai dengan sistematika yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 15%);

4. Keselarasan antara Renstra dan Renja PD tiap tahunnya tahunnya (bobot 20%);

5. Indikator kinerja dan target kinerja dirumuskan secara SMART-C yaitu

Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bond, dan Countinously

Improve (bobot 15%).

(38)

35

Pada tabel ikhtisar capaian kinerja terlihat bahwa, capaian indikator persentase perencanaan perangkat daerah yang sesuai ketentuan dalam kategori Berhasil, yaitu tercapai 103% dengan realisasi sebesar 87,46% dari target 85%. Secara umum, indikator ini telah memenuhi target kinerja, namun ke depan perlu dilakukan upaya perbaikan untuk lebih meningkatkan kualitas perencanaan perangkat daerah. Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan capain indikator kinerja sebagai berikut:

1. Bappeda sebagai perangkat daerah yang bertanggung jawab terhadap perencanaan pembangunan daerah, memiliki 3 bidang sektoral yang menyelenggarakan fungsi pengkoordinasisan penyusunan dokumen perencanaan perangkat daerah. Berkaitan tugas dimaksud, bidang sektoral di Bappeda melakukan upaya pendampingan terhadap perangkat daerah mitra dalam menyusun dokumen perencanaan. Pendampingan pada tahun 2020 dilakukan terhadap penyusunan Renja perangkat daerah tahun 2021 dan Renja perubahan perangkat daerah tahun 2020 dengan melakukan proses verifikasi rancangan Renja, rancangan akhir Renja, rancangan Renja perubahan dan rancangan akhir Renja perubahan. Pada proses verifikasi, bidang sektoral memastikan apakah dokumen perencanaan mitra perangkat daerah telah sesuai dengan kaidah yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu:

a. bahwa sasaran kinerja telah sesuai dengan bidang urusan yang diampu, telah mengakomodir SPM dan standar nasional lainnya bagi perangkat daerah yang masuk dalam urusan wajib;

b. perencanaan jangka menengah perangkat daerah telah menjawab isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi dalam upaya meningkatkan kinerja pelayanan perangkat daerah;

c. dokumen perencanaan perangkat daerah telah disusun berdasarkan tahapan yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. dokumen perencanaan perangkat daerah telah disusun

berdasarkan sistematika yang diamanatkan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan yang dikaji dalam tulisan ini difokuskan pada operator Bahasa Bima, yaitu bentuk dan fungsi operator bahasa Bima. Secara lintas bahasa, operator dikenal sebagai

Jumlah bus sebanyak 60 unit yang disediakan Pemprov Jatim itu dianggap sudah cukup untuk melayani pemudik yang baru saja turun dari sebuah kapal.. Sementara untuk melayani

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang terus mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya Konferensi Internasional dan Call

22 Juli 2015, maka Pokja ULP Koordinator Wilayah di Empat Lingkungan Peradilan Propinsi Sumatera Uatara mengumumkan pemeang pada paket pekerjaan

Bagaimanapun, di dalam spektrofotometer molekul tidak berkaitan dengan warna dari suatu senyawa, yaitu warna yang dipancarkan atau di pantulkan, namun berkaitan

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin membuat papan gipsum plafon yang memiliki sifat fisis yang baik yaitu memiliki densitas, daya serap air, memiliki sifat mekanik

Variabel yang mempunyai hubungan yang nyata dengan permintaan susu segar adalah pendapatan rumah tangga pada 95 persen, jumlah keluarga dan harga susu bubuk pada 90

Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bengkulu Tahun 2019-2023,.. Peraturan Walikota Bengkulu Nomor