• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6

Pajak Daerah serta Kontibusi Terhadap Belanja Daerah Studi Kasus Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011-2014. Adapun hasil penelitian ini menjelaskan bahwa penerimaan pajak daerah cukup efektif dan keterkaitan dengan belanja daerah pada pemerintahan daerah kota di Jakarta tahun 2011-2014. Selanjutnya tingkat pertumbuhan kontibusi pajak daerah di provinsi DKI Jakarta dikategorikan dalam fluktuatif (naik- turun).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Polii et al., 2020) tentang analisis pengukuran kinerja keuangan pemerintah provinsi Sulawesi Utara berdasrkan konsep value for money. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil yang dapat disimpulakan rasio ekonomis dari tahun 2015-2017 menunjukkan kinerja keuangan pemerintah Sulawesi Utara dinilai ekonomis. Selanjutnya rata- rata rasio efisiensi yang dapat dikategorikan dalam kategori efisien. Pada rasio efektifitas dinilai cukup efektif hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemerintah Sulawesi Utara dalam merealisasikan pendapatan dibandingkan dengan target anggaran pendapatan yang ditetapkan sebelumnya, karena hasil rasio yang diperoleh berada diantara 85%-99%.

Rismawati et al., (2016) melakukan penelitian tentang analisis kinerja pajak hotel di Kota Palu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengukuran kinerja pajak hotel di Kota Palu menunjukkan hasil rasio yang dinilai ekonomis. Adapun pada hasil rasio efieinsinya dapat dikategorikan dalam sangat efisien. Selanjutnya efektifitas pengukuran kinerja pajak hotel di Kota palu dinyatakan sangat efektif. Hal ini diukur berdasarkan hasil yang dicapai sesuai dengan target yang diharapkan.

(2)

Sucanti et al., (2017) melakukan penelitian tentang Studi Analisis Efektifitas, Efisiensi dan Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Gianyar. Adapun hasil penelitian ini menjelaskan bahwa penerimaan pajak dan kontribusi di Kabupaten Gianyar dinyatakan sangat efektif dan sangat efisien pada tahun 2012- 2016. Selanjutnya kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan asli daerah di Kabupaten Gianyar dinyatakan sangat baik sedangkan kontribusi penerimaan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Gianyar dinyatakan sangat kurang.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Leliak & Sasongko, 2019) membahas tentang Efisiensi, Efektifitas, dan Kontribusi Sub Pajak Daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Pada penelitian ini menghasilkan efisiensi pemungutan pajak daerah tidak efisien, kontribusi sub pajak daerah tertinggi adalah pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak restoran dan pajak penerangan jalan. Efektifitas pajak daerah dikategorikan kurang efektif. Efektifitas sub pajak daerah yaitu pajak hotel dan pajak mineral bukan logam dan batuan dikategorikan sangat efektif sedangkan pajak reklame, pajak penerangan jalan dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dikategorikan cukup efektif. Adapun pajak reklame, pajak hiburan dan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dikategorikan tidak efektif.

Indriyani & Khairunnisa (2018) melakukan penelitian tentang Analisis Pengukuran Kinerja dengan Menggunakan Konsep Value For Money pada Pemerintah Kota Lhokseumawe. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio ekonomis kinerja keuangan pemerintah daerah kurang dari 100% sehingga menurut indikator rasio dapat dikatakan ekonomis. Rasio efisiensi mengalami fluktuatif dari tahun 2014-2016 meskipun pada tahun 2015 menunjukkan rasio yang kurang efisien.

Namun secara keseluruhan kinerja pemerintah Kota Lhokseumawe dapat dikategorikan efisien. Pada rasio efektifitas dikategorikan tidak efektif

(3)

karena dari tahun 2014-2016 bernilai <100%. Suatu organisasi sektor publik dapat dikatakan efektif jika persentase rasionya kurang dari 100%.

Talondong et al., (2018) melakukan penelitian tentang Analisis Efektifitas dan Efisiensi Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode 2013-2017. Penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa penerimaan pajak tahun 2013-2017 dapat dikategorikan sangat efektif dilihat dari rata-rata rasio efektifitas sebesar 99,59%. Pada efisiensi penerimaan pajak daerah di Provinsi Sulawesi Utara dalam kurun waktu 3 tahun dinilai sudah sangat efisien.

B. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan sangat penting untuk dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk pemerintah, sejak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja semua pemerintah daerah dituntut untuk mampu menghasilkan kinerja keuangan pemerintah daerahnya secara baik.

Semakin meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh oganisasi sektor publik seperti pemeritah pusat dan daerah unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga negara diharapkan dapat mengurangi terjadinya pemborosan, kebocoran dana dan mendeteksi program-program yang tidak layak secara ekonomi (Elim et al., 2014).

Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas pemerintah daerah. Menurut Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Pengukuran kinerja yang digunakan oleh organisasi sektor publik adalah pengukuran kinerja yang tradisional. Metode ini memusatkan pada aspek keuangan dengan menggunakan metode value for money. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

(4)

2. Pajak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Nomor 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat. Menurut UU No. 28 tahun 2009 “pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Menurut (Mardiasmo, 2016) pajak adalah iuran kas negara berdasarkan undang-undang yang bersifat memaksa dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

3. Fungsi Pajak

Mardiasmo (2016) menyatakan juga bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang mempunyai dua fungsi yaitu:

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak merupakan salah satu sumber dana bagi pemerintah, untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut (Waluyo, 2017) sistem pemungutan pajak menurut kewenangan pungut dan menetapkan besarnya penetapan pajak, dibagi atas:

1) Official Assement System, yaitu sistem pemungutan pajak dimana fiskus/petugas pajak yang diberi kewenangan penuh untuk menghitung berapa besarnya hutang pajak.

(5)

2) Self Assement System, yaitu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak yang diberi kewenangan penuh untuk menghitung berapa besarnya hutang pajak.

3) With Holding System, yaitu pihak ketiga diberikan kewenangan untuk menghitung, memungut, dan menyetorkan hutang pajak.

5. Pajak Daerah

Menurut Undang-undang No. 34 tahun 2000 pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Menurut (Mardiasmo, 2016) yang dimaksud pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut.

Dari beberapa definisi kesimpulan yang didapat bahwa pajak daerah merupakan sumbangan wajib derah yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang.

6. Jenis-Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak daerah dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Pajak Provinsi

Adapun jenis pajak didalam provinsi terdiri dari:

a) Pajak Kendaraan Bermotor

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d) Pajak Air Permukaan

e) Pajak Rokok

2. Pajak Kabupaten/Kota

Adapun jenis pajak didalam Kabupaten/Kota adalah:

(6)

a) Pajak Hotel b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan d) Pajak Reklame

e) Pajak Penerangan Jalan

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g) Pajak Parkir

h) Pajak Air Tanah

i) Pajak Sarang Burung Walet

j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan,dan k) Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

7. Tarif Pemungutan Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tarif pajak provinsi dibedakan menjadi berikut:

a) Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Tarif yang dikenakan untuk kendaraan bermotor :

1. Untuk kepemilikan kendaraan motor pertama sebesar 2%, untuk kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progrsif paling rendah 2% dan paling tinggi sebesar 10%

2. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor oleh badan tarif pajakanya dikenakan sebesar paling rendah 0,5% dan paling tinggi 1%

3. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor alat-alat erat ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling tinggi 0,2%.

(7)

b) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yarig terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. Tarif pajak bea balik nama kendaraan bermotor ditetpakan paling tinggi masing- masing sebagai berikut :

1. Penyerahan pertama sebesar 20%

2. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut:

1. Penyerahan pertama sebesar 0,75%

2. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%

c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Motor

Pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.

d) Pajak Air Permukaan

Pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada dilaut maupun didarat. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%

e) Pajak Rokok

Pengutan atas cukai rokok yang dipungut pemerintah. Tarif pajak ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, tarif pajak kabupaten/kota dibedakan menjadi berikut:

a) Pajak Hotel

(8)

Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Tarif dasar pengenaan pajak ditetapkan sebesar 10%.

b) Pajak Restoran

Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Tarif dasar pengenaan Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10%.

c) Pajak Hiburan

Pajak atas penyelenggaraan hiburan, semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

Tarif pajak hiburan ditetapkan sebagai berikut : 1. Tontonan film sebesar 20 %;

2. Pagelaran musik, tari dan/atau busana sebesar 20 %;

3. Kontes kecantikan dan binaraga dan sejenisnya sebesar 20%;

4. Pameran sebesar 20%;

5. Diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya sebesar 40%;

6. Sirkus, akrobat dan sulap sebesar 15%;

7. Permainan bilyar, golf dan bowling sebesar 20%;

8. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan sebesar 15%;

9. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center) sebesar 25%

10. Pertandingan olahraga sebesar 15%; dan

11. Pagelaran kesenian rakyat/tradisional sebesar 10%.

d) Pajak Reklame

Pajak atas penyelenggaraan reklame. Tarif dasar pengenaan Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25%.

e) Pajak Penerangan Jalan

Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilakan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

(9)

Tarif dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 25%.

g) Pajak Parkir

Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi yang memungut bayaran. Tarif dasar pengenaan Pajak Parkir ditetapkan sebesar 30%.

h) Pajak Air Tanah

Pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah yang terdapat dalam lapisan tanah dan batuan di bawah permukaan tanah. Tarif dasar pengenaan Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20%.

i) Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

Pajak atas bumi dan bangunan yang dimilki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Tarif dasar pengenaan PBB ditetapkan sebesar 0,3%.

j) Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Tarif dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan sebesar 5%.

8. Value For Money

Value For Money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari biaya yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan pendapatan dan biaya secara bersamaan. Implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas publik dan pelaksanaan good governance.

Implementasi konsep value for money dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik (Mardiasmo, 2009).

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengukuran value for

(10)

money adalah konsep pengukuran terhadap perusahaan sektor publik yang didalamnya meliputi penilaian ekonomis, efektifitas, dan efisiensi.

9. Indikator Value For Money

Menurut (Mahmudi, 2010) mengemukakan bahwa value for money adalah pengukuran kinerja untuk mengukur ekonomi, efisiensi, dan efektifitas suatu kegiatan, program, dan organisasi.

1. Ekonomi

Ekonomi berarti sumber daya yang inputnya harus diperoleh dengan harga rendah yang mendekati harga pasar. Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses tertentu untuk menghasilkan output.

2. Efisiensi

Suatu organisasi, program, atau kegiatan dapat dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah- rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya.

3. Efektifitas

Efektifitas terkait dengan hubungan antara hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan. Efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan.

10. Rasio Ekonomis Pajak Daerah

Mahsun (2009) rasio ekonomi adalah mengukur tingkat kehematan dari pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor publik, dimana pengukuran tersebut memerlukan data anggaran dan realisasinya.

Rasio Ekonomis pajak daerah merupakan nilai yang dihitung berdasarkan biaya pemungutan pajak daerah dibagi anggaran biaya pemungutan pajak daerah.. Rumus rasio ekonomis pajak daerah menurut (Mahsun, 2009):

𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100

(11)

Tabel 3.1

Kriteria Rasio Ekonomis

Persentase Kriteria

>100% Sangat Ekonomis

90-100% Ekonomis

80-90% Cukup Ekonomis

60-80% Kurang Ekonomis

<60% Tidak Ekonomis

Sumber: Depdagri, Kemendagri No.690.900.327

Berdasarkan tabel 1.1 kriteria yang digunakan untuk mengukur rasio ekonomis pajak daerah adalah menurut Kemendagri Nomor 690.900.327. Kinerja keuangan pajak daerah dikatakan sangat ekonomis apabila rasio mencapai 100% lebih, dan jika rasio kurang dari 60% maka dikategorikan tidak ekonomis.

11. Rasio Efisiensi Pajak Daerah

Rasio efisiensi menurut Mahmudi (2010) menunjukan kemampuan pemerintah daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah yang telah ditargetkan. Rasio efisiensi dihitung berdasarkan realisasi biaya pemungutan pajak daerah dibagi dengan realisasi penerimaan pajak daerah.

𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100%

Tabel 3.2

Kriteria Rasio Efisiensi

Persentase Kriteria

<60% Sangat Efisien

60-80% Efisien

80-90% Cukup Efisien

90-100% Kurang Efisien

(12)

>100% Tidak Efisien Sumber: Depdagri, Kemendagri N0.690.900.327

Berdasarkan Tabel 2.2 kriteria yang digunakan untuk mengukur rasio efisiensi pajak daerah adalah menurut Kemendagri Nomor 690.900.327. Menggunakan presentase yang telah ditentukan kinerja keuangan pajak daerah dikategorikan dalam sangat efisien, apabila jumlah penerimaan pajak daerah kurang dari 60% dan jika presentase melebihi 100% dinyatakan tidak efisien.

12. Rasio Efektifitas Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo (2009) rasio efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Rasio efektifitas dihitung dengan membandingkan target dengan realisasi pajak daerah setiap tahunnya. Dengan demikian untuk menghitung rasio efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut:

𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100%

Tabel 3.3

Kriteria Efektifitas Pajak Daerah

Persentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

90-100% Efektif

80-90%ss Cukup Efektif

60-80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif

Sumber : Kepmendagri No.690.900.327

Berdasarkan Tabel 3.3 kriteria yang digunakan untuk mengukur rasio ekonomis pajak daerah adalah menurut Kemendagri Nomor 690.900.327. Kinerja keuangan pajak daerah dikatakan sangat ekonomis apabila rasio mencapai 100% lebih, dan jika rasio kurang dari 60% maka dikategorikan tidak ekonomis.

(13)

13. Manfaat Implementasi Value For Money

Penerapan konsep value for money dalam pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik tentunya memberikan manfaat bagi organisasi itu sendiri maupun masyarakat. Manfaat yang dikehendaki dalam pelaksanaan value for money pada organisasi sektor publik yaitu:

ekonomis, efisien dan efektif (Mardiasmo, 2009) Manfaat lain dari implementasi konsep value for money menurut (Mardiasmo, 2009) antara lain:

1. Meningkatkan efektifitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran.

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.

3. Menurunkan biaya pelayanan publik.

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.

5. Meningkatkan kesadaran akan dana publik sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya non litigasi dalam proses penyelesaian sengketa penyerobotan tanah yang terjadi di Desa Rogojampi, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, dapat mencapai

Penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading ada Composition (CIRC) berbantuan media wayang bergambar (Wargam) pada tema 7 Keberagaman Bangsaku

KESATU : Perkiraan Perhitungan Dana Bagi Hasil Pajak Daerah yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKS) , Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKS), Pajak Bahan

948 / XI / 2018 tanggal 19 November 2018 tentang Perhitungan dan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar

Pajak PBB-KB dipungut atas bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap berguna untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk

Berdasarkan pengamatan selama melaksanakan penelitian Siklus II dan hasil refleksi bersama observer dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tindakan Siklus

1) Pemberi Pelayanan di Klinik Umum Judul Pemberi Pelayanan di Klinik Umum Dimensi Mutu Akses dan

Adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return pada hari ke -15 dan rata-rata abnormal return selama periode peristiwa menunjukkan bahwa informasi earnings sampai